Upload
rizky-aulia-dewi
View
42
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
EKSTRAKSI ALGINAT
Oleh:
Nama : Safrial Qadiri
NIM : B1J010192
Rombongan : III
Kelompok : 7
Asisten : Dadan Ramadhan
LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2012
I. PENDAHULUAN
A. latar Belakang
Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor penghasil devisa.
Di Indonesia terdapat 555 jenis rumput laut dan empat jenis dikenal sebagai
komoditas ekspor yaitu: Eucheuma sp., Gracillaria sp., Gelidium sp. dan
Sargassum sp. S. polycystum merupakan alginofit (penghasil alginat) yang
termasuk dalam kelas Phaeophyceae, famili Sargassaceae. Phaeophyceae
merupakan sumber karbohidrat yang disebut laminaran yang menghasilkan algin
atau alginat. Alginat merupakan salah satu kelompok polisakarida yang terbnetuk
dalam dinding sel alga coklat, dengan kadar mencapai 40 % dari total berat kering
dan memegang peranan penting dalam mempertahankan struktur jaringan alga
(Atmadja, 1996).
Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah mendapatkan penanganan
lebih lanjut. Umumnya penanganan pasca panen rumput laut oleh petani hanya
sampai pada pengeringan saja.rumput laut kering masih merupakan bahan baku
dan masih harus diolah lagiselain dapat digunakan langsung sebagai bahan
makanan. Pengolahan rumput laut antara lain menghasilkan agar, karaginan dan
alginat. masyarakat umum, khususnya masyarakat nelayan rumput laut sering
hanya dikonsumsi langsung tanpa mengalami pengolahan. Masakan yang
menggunakan bahan dasar rumput laut antara lain agar-agar, jelly, dodol, selai,
rumput laut goreng, tumis dan lain–lain. Industri pengolahan di Indonesia masih
secara tradisional dan semi tradisional, untuk alginat masih sangat jarang diolah di
Indonesia.alginat diekstrak dari rumput laut coklat (Phaeophyceae) (Erulan,2009).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ektraksi alginat ini yaitu untuk mengetahui proses
ekstrasi alginat dan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dari tiap-
tiap tahapan ekstraksi.
C. Tinjauan Pustaka
Makroalga tercatat sebagai salah satu biota laut yang memiliki tingkat
keanekaragaman yang tinggi.Beberapa penelitian dilakukan untuk menghasilkan
produk-produk yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia.Salah satu caranya adalah dengan mengisolasi makroalga.Produk dari
makroalga berupa polisakarida yang memilii nilai ekonomis berupa alginat
(Sugiarto, 1978).
Optimalisasi proses ekstraksi sangat penting. Terutama proses hidrolisa
asam karena apabila ekstraksi dilakukan pada suasana asam dan suhu terlalu
tinggi menyebabkan alginate akan mudah terhidrolisis sehingga akan menurunkan
rendemen dan mutu tepung alginat yang didapat. Apabila alginat dapat diekstrak
dengan baik maka dapat menghasilkan nilai tambah pada rumput laut penghasil
alginat tersebut (Winarno, 1986).
Kandungan alginat dari rumput laut cokelat sangat bervariasi tergantung
dari tingkat kesuburan perairan, musim, bagian dari tanaman yang diekstrak dan
jenis rumput laut. Upaya memproduksi alginat di Indonesia masih belum optimal,
oleh karena itu perlu dilakukan penelitian-penelitian guna meningkatkan
kandungan alginat, diantarnya melalui optimasi ekstraksi alginat (King, 1983),.
Algin adalah sejenis bahan yang dikandung oleh Phaeophyceae dikenal
dalam dunia industri dan perdagangan karena banyak manfaatnya. Dalam dunia
industri algin berbentuk asam alginik atau alginat. Asam alginik adalah suatu
getah selaput, sedangkan alginat adalah bentuk garam dari asam alginik. Garam
alginat ada yang larut dalam air yaitu sodium alginat, potasium alginat dan
amonium alginat, sedangkan yang tidak larut dalam air adalh kalsium alginat
(Aslan, 2006).
Alginat merupakan salah satu kelompok polisakarida yang terbnetuk
dalam dinding sel alga coklat, dengan kadar mencapai 40 % dari total berat kering
dan memegang peranan penting dalam mempertahankan struktur jaringan alga.
Alginat disintesa pertama kali oleh Stanford pada tahun 1880. Alginat terdiri dari
3 macam struktur yaitu homopolisakarida yang merupakan bentuk selang-seling
asam α-1,4-L-guluronat dan asam β-1,4-D-mannuronat (Sugiarto, 1978).
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ekstraksi alginat adalah pH
meter, timbangan digital, oven, tabung ukur, ember, hot plate, kain kasa/saringan,
bejana, freezer, dan blender.
Bahan yang digunakan adalah rumput laut Sargassum polycystum, KOH 2
%, NaCO37 %,NaOH 0,5 %, NaOH 10 %, HCl 5 %, H2O2 6 %, alkohol 95 %.
B. Metode
Tahapan cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:
Rumput laut Sargassum polycystum
Perendaman, KOH2 % selama 30 menit, rasio (1:1)
Dicuci dengan air mengalir selam 5 menit
Perendaman, NaOH 0,5 %, 30 menit, rasio (10:1)
Perendaman, HCl 0,5 %, 30 menit, rasio ( 10:1 )
Ekstraksi, Na2CO3 5 %, 2 jam, suhu 50oC, rasio (10:1)
Penyaringan
Pengasaman, HCl 5% (pH 2,8-3,2 ) selama 5 jam
Pemucatan, H2O2 6 %, rasio ( 1:1 ) selama 1 jam
Pengendapan, NaOH 10 % ( pH 8,5-9,0 ) selama 5 jam
Pemurnian, alkohol 95 %, rasio ( 1:1 )
Pengeringan, dijemur atau di oven ( 600C ) selama 3-5 hari
Analisis Hasil
Garam aginat yang didapat kemudian dihitung rendemen. Adapun kandungan
rendemen alginat dapat dihitung dengan menggunakan metode yang
dilaporkan oleh Colloids dalam Sarjana dan widia (1998) dengan rumus:
Rendemen alginat = LautKeringRumputBerat
inatAsenyawaBerat lgx 100 %
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari acara praktikum ekstraksi alginat diperoleh hasil sebagai berikut:
= 29 X 100%
30
= 96,67%
B. Pembahasan
Rumput laut yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Sargassum
polycistum. Sargassum polycistum memiliki ciri-ciri yaitu, bentuk tahllus
umumnya silindris atau gepeng, cabangnya rimbun menyerupai pohon di darat,
bentuk daun melebar, lonjong, atau pedang, mempunyai gelembung udara
(baldder) yang umumnya soliter, panjangnya mencapai 7 meter. Zat yang
diestraksi dari alga ini berupa alginat yaitu suatu garam asam alginik yang
mengandung ion sodium, kalsium, dan barium (Aslan, 1991).
Menurut Widya (2008) klasifikasi Sargasum polycystum adalah sebagai
berikut :
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa : Fucales
Suku : Sargasaceae
Marga : Sargasum
Jenis : Sargasum polycystum
Rumput laut adalah makro alga laut, yang mampu meningkatkan hasil dan
kualitas komponen penting dari sumber kekayaan hayati laut yaitu menginduksi
hasil tanaman, perkecambahan biji, perlawanan dunia. Rumput laut tersebar luas
di perairan pantai yang dangkal uang terdapat es, jamur dan serangan-
seranggalaut, muara dan terbelakang. Rumput laut begitu berharga bagi petani.
Rumput laut biasanya tumbuh secara vertikal di pantai masih digunakan dalam
pertanian baik danjauh dari substratum yang membawa untuk hortikultura. Faktor
lingkungan utama seperti cahaya, digunakandalam pertanian modern untuksuhu,
salinitas, gerakan air dan hara menggunakan makro alga laut sebagai pupuk.
Rumput laut digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu hijau Caulerpa recemosa
dan Gracilaria edulis pada pertumbuhan(Chlorophyceae), konstituen coklat
(Phaeophyceae) dan merah dan biokimia catajung Vigna (Rhodophyceae)
berdasarkan pigmen yang telah dipelajari. Konsentrasi terendah (10%)
dariklorofil, karotenoid dan phycobiliproteins. ekstrak air mempromosikan
pertumbuhan bibit, dalam pertanian berkembang membutuhkan lebih banyak dan
berat kering, kadar klorofil, protein, aminopupuk untuk hasil yang lebih tinggi
untuk memenuhi makanan manusia. Ekstrak rumput laut mengandung
pertumbuhan tanaman catajung (Erulan, 2009).
Berdasarkan hasil perhitungan alginat didapatkan kandungan alginat
sebesar 96,67 %. Hasil ini tidak sesuai dengan pernyataan dari Anggadireja et al,
(1996) kisaranya yaitu 8 hingga 32 % tergantung jenis, musim dan kondisi
perairan tempat tumbuhnya Sargassum polycystum. Kondisi lingkungan tersebut
mempengaruhi laju fotosintesis rumput laut sehingga berpengaruh pada
pertumbuhan rumput laut yang pada akhirnya juga berpengaruh pada alginat yang
dihasilkan. Hal ini ditegaskan oleh Soviyeti (1990), yang menyatakan bahwa
pertumbuhan rumput laut ditentukan oleh tempat tumbuhnya. Laju pertumbuhan,
fotosintesis dan respirasi pada rumput laut cenderung berkorelasi dengan suhu,
cahaya, pH dan nutrien tempat tumbuhnya. Suhu berpengaruh terhadap hasil
rendemen alginat. Warna coklat senyawa alginat yang dihasilkan oleh
Sargasumpolycystum. Hal ini disebabkan oleh adanya pemucatan yang kurang
baik yaitu dengan H2O2 dimana seharusnya terjadi degradasi warna menjadi putih
dan ini kurang baik untuk produk pangan maupun non pangan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Murtini (2000), bahwa tanpa perlakuan
pemberian pemucatan terhadap ekstraksi natrium alginat, tidak akan diperoleh
natrium alginat yang sesuai dengan standar Food Chemical Codex (FCC).
Menurut Istiani (2006), tahapan ekstraksi meliputi:
1. Sebelum diolah rumput laut dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti pasir
dan pecahan-pecahan batu karang. Pencucian dilakukan dengan
menyemprotkan air. Supaya bisa disimpan agak lama, rumput laut perlu
dikeringkan. Pengeringan dapat menggunakan sinar matahari atau alat-alat
pengering misalnya drum dryer, kemudian disimpan dalam gudang. Bila
kontinuitasnya terjamin, rumput laut dapat langsung diolah tanpa
dikeringkan dahulu.
2. Rumput laut kering dari gudang penyimpanan sebelum diolah lebih lanjut
dicuci kembali dangan air untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang
mungkin terikut selama penyim-panan dan transportasi.
3. Untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang larut dalam alkali, rumput
laut direndam dalam larutan 0,5% NaOH pada 50–60°C selama 30 menit.
4. Kemudian direndam dalam 0,5% HCL pada temperatur ruang selama 30
menit untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang larut dalam asam dan
juga untuk merubah garam-garam alginat dalam rumput laut menjadi asam
alginat.
5. Setelah dicuci dengan air panas 45°C selama 30–60 menit, rumput laut
dipotong-potong untuk kemudian diekstraksi.
6. Ekstraksi dilakukan pada 60–70°C selama 60 menit dengan larutan
Na2CO3 12–13%. Untuk mempermudah pemisahan larutan alginat dengan
residu, biasanya ditambahkan air sebanyak empat kali volumenya.
7. Larutan alginat dipisahkan dari residu dengan floating tank, kemudian
untuk memisahkan kotoran-kotoran yang terikut larutan dimasukkan
kedalam pemisah centrifugal.
8. Larutan dibersihkan dalam Bleaching tank dengan menambahkan larutan
12% NaOH e sebanyak 1/10 volume larutan.
9. Pembentukan gel asam alginat dilakukan dengan menambahkan larutan
10% H2SO4 sebanyak 1/10 volume larutan alginat dan dimasukkan
bersama-sama kedalam tangki coagulasi.
10. Gel asam alginat dipisahkan dari larutan dengan filtrasi atau pemisah
Centrifugal.
11. Asam alginat dirubah menjadi sodium alginat dengan menambahkan
bubuk Na2CO3 dan metyl alkohol.
12. Sodium alginat kemudian dipisahkan dari larutan dengan filtrasi. Metyl
alkohol dalam filtrat dapat diambil kembali dengan distilasi.
13. Sodium alginat dikeringkan dan dihaluskan menjadi bubuk 80–100 mesh.
Alginat dalam pemanfaatannya berupa garam alginat yang larut dalam air
Proses ekstraksi rumput laut coklat dilakukan dalam suasana basa
bertujuan untuk memisahkan selulosa dan alginat. Bahan pengekstrak yang dapat
digunakan adalah Na2CO3 dan NaOH (Basmal, 2001). Na2CO3 berfungsi untuk
mengekstrak kandungan alginat yang terdapat didalam talus rumput laut
coklat.Kecepatan ekstraksi alginat yang ada dalam talus sangat tergantung pada
konsentrasi Na2CO3, suhu dan lama waktu ekstraksi yang diberikan (Basmal,
1998). NaOH yang merupakan salah satu golongan senyawa alkali dalam proses
ekstraksi rumput laut berfungsi membentuk natrium alginat dari asam alginat
(Basmal, 2001a). Proses ekstraksi alginat juga menggunakan HCl yang berfungsi
dalam demineralisasi (Susanto, 2001).
Kondisi lingkungan seperti jenis, musim dan kondisi perairan tempat
tumbuhnya Sargassum duplicatum mempengaruhi laju fotosintesis rumput laut
sehingga berpengaruh pada pertumbuhan rumput laut yang pada akhirnya juga
berpengaruh pada alginat yang dihasilkan. Hal ini ditegaskan oleh Soviyeti
(1990), yang menyatakan bahwa pertumbuhan rumput laut ditentukan oleh tempat
tumbuhnya. Laju pertumbuhan, fotosintesis dan respirasi pada rumput laut
cenderung berkorelasi dengan suhu, cahaya, pH dan nutrien tempat tumbuhnya.
Suhu berpengaruh terhadap hasil rendemen alginat.
Alginat yang memiliki mutu food grade, harus bebas dari selulosa dan
warnanya sudah dipucatkan (bleached) sehingga terang atau putih.
Pharmacentical grade, biasanya juga bebas dari selulosa. Disamping grade
tersebut, ada juga yang disebut industrial grade yang biasanya masih
mengizinkan adanya beberapa bagian dari selulosa, dengan warna dari cokelat
sampai putih. pH alginat bervariasi dari 3,5 – 10, dengan viskositas 10 – 5000 cps,
kadar air 5 – 20% dan ukuran partikel 10- 200 mesh (Winarno, 1990).
Standar mutu Natrium alginat :
Karakteristik Natrium alginate
Kemurnian ( % bobot kering ) 90,8 – 100%
Kadar As < 3 ppm
Kadar Pb < 10 ppm
Kadar Hg < 0,004%
Kadar abu 18-27%
Kadar air < 15%
Indriani dan Sumiarsih (1994), menyatakan algin digunakan dalam
industri:
a. Makanan: pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega,
saus, pengalengan daging, selai, sirup dan pudding.
b. Farmasi : tablet, saleb, kapsul, plester, filter.
c. Kosmetik : krim, lotion, sampho, cat rambut.
d. Testil: kertas, kertas, keramik, fotografi, insektisida, pestisida dan bahan
pengawet kayu.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1 Tahapan ekstraksi alginat yaitu persiapan, perendaman, ekstraksi,
pengasaman, pemucatan, pengendapan, pemurnian, dan pengeringan.
2 Selama tahapan ekstraksi terjadi perubahan-perubahan dalam hal warna,
tekstur dan bau.
3 Rendemen yang dihasilkan pada estraksi alginat yang menggunakan Rumput
laut kering Sargasum polycystum 30 gram dan berat akhir 29 gram diperoleh
bobot rendemen alginat sebesar 96,67 %.
DAFTAR REFERENSI
Anggadireja, J., Zatnika, A., Sujatmiko, W., Istiani, dan Noor, Z. 1993. Teknologi
Produk Perikanan Dalam Industri Farmasi. Stadium General Teknologi
dan Alternatif Produk Perikanan Dalam Industri Farmasi. IPB, Bogor.
Aslan, L.M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius, Yogyakarta.
Atmadja, W.S., A.Kadi, Sulistijo dan R.Satari. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis
Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta.
Basmal, J., Wikanta, T., Tazwir. 2001. Pengaruh Kombinasi Perlakuan Kalium
Hidroksida dan Natrium Karbonat dalam Ekstraksi Natrium Alginat
Terhadap Kualitas Produk Yang Dihasilkan. Jurnal Penelitian Pasca Panen
Perikanan (V)1: 12-16.
Belitz, H.D. and Grosch W. (1982).Food Chemistry. Springer Verlag Berlin
Heideberg New York, London, Paris, Tokyo.
Chapman, V.J. and D.J. Chapman.(1980). Seaweed and Teir UsesThird
Edition.Chapman and Hall.
Erulan,V et al. 2009. Studies On The Effect Of Sargassum Polycystum
(C.Agardh, 1824) Extract OnThe Growth And Biochemical Composition
Of Cajanus Cajan (L.) Mill . American-Eurasian J. Agric. & Environ. Sci.,
6 (4): 392-399, Issn 1818-6769. Centre Of Advanced Study In Marine
Biology, Annamalai University. Parangipettai, Tamilnadu : India.
Indriani, H dan E. Suminarsih. 1999. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran
Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.
Istiani, S., A. Zatnika dan Suhaimi. 2006. Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut.
http://www.fao.org/docrep/field/003/AB882E/AB882E14.htm.
King, H.K. 1983. Brown Seaweed Extract (Alginates). In Glicksman M (ed).
Food Hydrocolloids.CRC Press Inc, Bocaraton Florida.
Kirk and Othmer. 1994. Encyclopedia of Chemical Technology Fourt Edition.
Volume 12.John Wiley dan Sons, New York. 1091 pp.
Murtini, J.T., n. Hak dan Yunizal. 2000. Pengaruh Perlakuan Asam Klorida dan
Formaldehid pada Ekstraksi Rumput Laut Coklat Sargassum illicifolium
terhadap Sifat Fisika-Kimia Natrium Alginat. Departemen Kelautan dan
Perikanan, Jakarta.
Soviyeti, B. 1990. Laju Pertumbuhn Dan Persentase Berat Kering Dari Alga
Merah pada Metode Penanaman Rakit Terapung dan lepas Dasar di
Perairan Pantai Geger, Nusa Dua Bali. Skripsi. Institute Pertanian, Bogor.
Sugiarto, A., dkk, 1978. Rumput Laut (Algae), manfaat, Potensial dan Usaha
Budidayanya, LON - LIPI, Jakarta.
Susanto, T., S. Rakhmadino dan Muljianto. 2001. Karakterisasi Ekstrak Alginat
dari Padina sp.. Jurnal Teknologi Pertanian 2 (2): 96-109.
Widya. 2008. Ekstraksi alginat. www. alga/ekstraksi alginat.html. Diakses tanggal
6 Mei 2011.
Winarno, F. G. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
Winarno, F.G. 1986. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.