9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    1/85

    UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (+) - KATEKIN DAN GAMBIR (Uncaria

     gambier Roxb.) TERHADAP BEBERAPA JENIS BAKTERI GRAM

    NEGATIF DAN MEKANISMENYA

    Skripsi

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

    Memperoleh gelar Sarjan Farmasi (S, Far)

    OLEH :

    NIM : 106102003416

    MUSTIKANING AYU HAPSARI PUTRI

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2010 M/ 1431 H

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    2/85

    ii

    Skripsi dengan judul

    UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (+)- KATEKIN DAN GAMBIR (Uncaria

     gambier Roxb.) TERHADAP BEBERAPA JENIS BAKTERI GRAM

    NEGATIF DAN MEKANISMENYA

    Telah disetujui, diperiksa dan dipertahakan dihadapan tim penguji oleh

    Mustikaning Ayu Hapsari Putri

    NIM: 106102003416

    Menyetujui,

    Pembimbing:

    1. 

    Pembimbing I Dr. Andria Agusta ........................ 

    2.  Pembimbing II Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ........................ 

    Penguji:

    1. 

    Ketua Penguji Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt. ........................ 

    2.  Anggota Penguji I Azrifitria, M.Si, Apt. ........................ 

    3.  Anggota Penguji II Zilhadia, M.Si, Apt. ........................ 

    4.  Anggota Peguji III Sabrina, M.Si, Apt. ........................

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And

    Tanggal lulus : 24 Agustus 2010

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    3/85

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    4/85

    iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat

    dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

    skripsi dengan judul “Uji Aktivitas antibakteri (+)- katekin dan gambir (Uncaria

    gambier Roxb.) terhadap beberapa jenis bakteri gram negatif dan mekanismenya”. 

    Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program

     pendidikan tingkat sarjana Strata 1 (S1) pada program studi Farmasi, Fakultas

    kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta. 

    Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

    mendalam kepada :

    1. 

    Bapak Dr. Andria Agusta dan Bapak Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt selaku

    dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi,

    nasehat dan perhatian selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

    2. 

    Bapak Prof. Dr (hc). Dr, M. K Tadjudin, Sp. And, selaku dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang telah memberikan kesempatan kepada

     penulis untuk melakukan penelitian.

    3. 

    Bapak Drs. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt sebagai Ketua program Studi

    Farmasi serta staf karyawan prodi Farmasi UIN yang telah memberikan

    kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian dan penyusunan

    skripsi ini.

    4.  Dosen-dosen UIN yang telah sabar mendidik dan membantu penulis sejak

    awal sampai penulisan skripsi ini.

    5. 

    Bapak Dr. Eko Baroto Walujo, APU sebagai kepala bidang botani, LIPICibinong yang telah membantu memberikan izin untuk melakukan penelitian

    di Laboratorium Fitokimia, Puslit Biologi, LIPI Cibinong.

    6. 

    Dr. Praptiwi, M,Agr. dari Laboratorium Fitokimia bidang Botani, Puslit

    Biologi LIPI, yang telah memberikan bantuan, kesabaran, arahan selama

     penelitian.

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    5/85

    v

    7.  Kakak Ahmad Fathoni dan Kakak Andi Saptaji Kamal dari Laboratorium

    Fitokimia, Bidang Botani, LIPI Cibinong yang telah membantu penulis dalam

    mengarahkan serta menuntun untuk melakukan penelitian.

    8. 

    Ayahanda, Teguh Sugiarto, SE dan Ibunda, Indriani widyastuti yang selalu

    memberikan doa, semangat, dukungan, perhatian dan kasih sayang selama

     penulis menyelesaikan skripsi ini.

    9.  Sahabat tersayang Ayu Nuki Wahyuni, teman seperjuangan Fika Fauziah dan

     Nuryatni, Nurul gustiari, Erni, Febriyati, Nurul Farihah, Ulfah Sadiah dan

    Lidya Pratiwi yang telah membantu dan menemani di Laboratorium untuk

    menyelesaikan penelitian.

    10. 

    Teman-teman Farmasi UIN angkatan 2006, terutama Indira Irma Anggraeni,

    Silma Awalia, Via Rifkia dan Nadya Kristina yang telah memberikan

    semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Untuk menyempurnakan skripsi ini, penulis menerima segala saran dan

    kritik yang membangun. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi ilmu

     pengetahuan dan kesehatan masyarakat.

    Jakarta, Agustus

    2010

    Penulis

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    6/85

    vi

    ABSTRAK

    UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI (+)- KATEKIN DAN GAMBIR (Uncaria

     gambier Roxb.) TERHADAP BEBERAPA JENIS BAKTERI GRAM NEGATIF

    DAN MEKANISMENYA

    (+)- Katekin dan ekstrak air gambir (Uncaria gambier Roxb.) dilaporkan

    mempunyai aktivitas antibakteri. Penelitian ini ditunjukkan untuk mengetahui

    lebih lanjut uji aktivitas antibakteri (+)- katekin dan ekstrak air gambir terhadap

    Shigella flexneri, Pseudomonas aeruginosa, Eschericia coli, Proteus vulgaris dan 

    Proteus mirabilis.. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian sensitivitas

    terhadap bakteri uji gram negatif untuk memastikan aktivitas antibakteri (+)-

    katekin dan ekstrak air gambir, penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

    dan analisis mekanisme penghambatannya terhadap bakteri uji gram negatif. Hasil

     penelitian ini menunjukkan bahwa (+)- katekin memiliki nilai KHM terhadap

     bakteri Shigella flexneri sebesar 7,5 mg/ml. dan mekanisme kerja (+)- katekinadalah dengan merusak membran sel, sehingga terjadi kebocoran komponen sel.

    Hal ini ditunjukkan oleh terdeteksinya ion Ca2+ dan ion K + serta protein dan asam

    nukleat pada media sel bakteri. Sedangkan ekstrak air gambir tidak

    memperlihatkan aktivitas penghambatan sampai konsentrasi 25 mg/ml pada

    metode makrodilusi.

    Kata kunci : Uncaria gambier Roxb. , Bakteri gram negatif, Mekanisme

     penghambatan, Perubahan morfologi sel

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    7/85

    vii

    ABSTRACT

    TESTING (+)- CATECHIN AND GAMBIR (Uncaria gambier  Roxb.)

    ANTIBACTERIA ACTIVITIES TO SOME NEGATIVE BACTERIA AND THEIR

    MECHANISM OF INHIBITION.

    (+)- Catechin and gambir water extract (Uncaria gambier Roxb.) have been

    reported to have antibacterial activity. The aim of this research is to evaluate

    antibacterial activity of (+)- catechin and gambir water extract againts some Gram

    negative bacteria. The experiments composed of sensitivity testing of (+)-

    catechin and gambir extract to Gram negative bacteria, Minimum Inhibitor

    Concentration (MIC), and the analysis of inhibition mechanism to Gram negative

     bacteria tested. The result of this research showed that MIC value of (+)- catechin

    against S. flexneri was 7,5 mg/ml and its inhibition mechanism was by destruction

    of cell membrane. It was indicated by increasing K + ion, Ca2+  ion, protein and

    nucleic acid content in the medium compared to negative control treatment. Whilegambir water extract didn’t have inhibition activity up to 25 mg/ml of extract

    concentratation by macrodillution method.

    Keywords : Uncaria gambier Roxb., bacteria, inhibition mechanism, cell

    morphology. 

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    8/85

    viii

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    9/85

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    10/85

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    11/85

    x

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan ......................................................................................48

    6.2 Saran ................................................................................................48

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................49

    LAMPIRAN ...........................................................................................................53

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    12/85

    xi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Diagram alir tahapan penelitian 25

    Gambar 2. Ekstrak gambir kering 37

    Gambar 3. Foto KLT Fraksi Kromatografi Kolom 37 

    Gambar 4. Foto KLT Fraksi Gabungan Kromatografi Kolom  38

    Gambar 5. Grafik pengukuran senyawa metabolit seluler   40

    Gambar 6. Grafik ion-ion logam terhadap bakteri S. Flexneri 40

    Gambar 7. Morfologi sel S. flexneri dengan mikroskop elektron 41 

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    13/85

    xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Skema pembuatan ekstrak gambir 52

    Lampiran 2. Skema isolasi katekin dari gambir 53

    Lampiran 3. Skema pembuatan suspensi bakteri. 54

    Lampiran 4. Skema penentuan diameter hambat bakteri. 55

    Lampiran 5. Skema penentuan KHM 56

    Lampiran 6. Skema analisis kebocoran dinding/membran sel bakteri. 57

    Lampiran 7. Skema pengamatan morfologi sel bakteri. 58

    Lampiran 8. Perhitungan Konsentrasi Hambat Minimum. 59Lampiran 9. Diameter hambat ekstrak gambir dan (+)- katekin terhadap 61

    S. flexneri pada konsentrasi 7 mg/ml.

    Lampiran 10. Pertumbuhan bakteri S. flexneri dengan metode 63

    makrodilusi.

    Lampiran 11. Data Hasil AAS (Ca2+

     dan K +) 68

    Lampiran 12. Alat-alat yang digunakan 70

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    14/85

    xiii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Pengukuran diameter hambat ekstrak terhadap 38

    5 bakteri gram negatif pada konsentrasi 7 mg/ml

    Tabel 2. Penentuan nilai konsentrasi KHM ekstrak terhadap 39

    5 bakteri gram negatif.

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    15/85

     

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.  Latar Belakang

    Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia, mulai dari

    struktur dan sifat yang sederhana sampai yang rumit dan unik. Beragam jenis dan

    senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan akan berkorelasi positif dengan

    khasiat dan manfaat yang dimilikinya. Upaya pencarian tumbuhan obat telah lama

    dilakukan, baik untuk mencari senyawa baru ataupun menambah keanekaragaman

    senyawa yang telah ada (Djauhariya dan Hernani, 2004).

    Beberapa tahun belakangan ini telah banyak dilakukan penelitian untuk

    menemukan antioksidan dan antibakteri alami yang bersumber dari tanaman,

    khususnya tanaman asli Indonesia. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

     pada sejumlah ekstrak tanaman yang biasa digunakan sebagai bumbu dan obat

    tradisional, beberapa diantaranya berpotensi sebagai sumber antioksidan. Salah

    satu tanaman yang diteliti adalah tumbuhan gambir (Uncaria gambier Roxb.)

    yang memang sejak lama digunakan masyarakat tradisional sebagai antiseptik dan

    obat sakit perut. Serta sebagai salah satu campuran makan sirih. Sampai saat ini

     belum banyak penelitian yang mengupas tentang aktivitas antibakteri yang

    dimiliki oleh daun gambir (Kresnawaty et al.,2009)

    Di Indonesia obat-obat tradisional dari tumbuhan berupa simplisia dan

     jamu-jamu. Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara penghasil tanaman

    obat yang potensial dengan keanekaragaman hayati yang dimilikinya.

    Keanekaragaman hayati Indonesia menempati urutan ketiga terbesar di dunia

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    16/85

     

    2

    setelah Brazil dan Zaire. Di hutan tropika Indonesia tumbuh sekitar 30.000 spesies

    tumbuhan berbunga dan diperkirakan sekitar 3.689 spesies diantaranya merupakan

    tumbuhan obat. Dari sejumlah tanaman obat tersebut baru sebanyak 283 spesies

    tumbuhan obat yang sudah digunakan dalam industri obat tradisional (Djauhariya

    dan Hernani, 2004).

    Kebutuhan bahan baku obat tradisional terutama yang berasal dari

    tumbuhan, sebagian besar masih diambil dari alam, sehingga beberapa jenis mulai

    langka. Sebagian besar tumbuhan bermanfaat untuk pengobatan berbagai jenis

     penyakit, diantaranya penyakit alergi, penyakit metabolik, dan penyakit

    degeneratif yang berkaitan dengan penuaan (Djauhariya dan Hernani, 2004).

    Spesies Uncaria gambier Roxb. merupakan salah satu tanaman tahunan penghasil

    getah penting yang banyak digunakan untuk keperluan industri maupun farmasi.

    Peranan spesies ini dari waktu ke waktu dirasakan semakin penting, namun

    upaya-upaya perbaikan potensi genetik tanaman tersebut sejauh ini belum

    mendapat perhatian yang serius (Jamsari et al.,2007). Gambir berkhasiat sebagai

    astringen. Dan gambir juga bermanfaat untuk mengobati disentri, luka bakar (obat

    luar), luka (obat luar), sariawan mulut (obat kumur), dan suara parau (obat kumur)

    (Utami et al., 2008).

    Kegunaan gambir secara tradisional adalah sebagai pelengkap makan sirih

    dan obat-obatan, seperti di Malaysia gambir digunakan untuk obat luka bakar, di

    samping rebusan daun muda dan tunasnya digunakan sebagai obat diare dan

    disentri serta obat kumur-kumur pada sakit kerongkongan. Secara modern gambir

     banyak digunakan sebagai bahan baku industri farmasi dan makanan, di antaranya

     bahan baku obat penyakit hati dengan paten “catergen”, bahan baku permen yang

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    17/85

     

    3

    melegakan kerongkongan bagi perokok di Jepang karena gambir mampu

    menetralisir nikotin. Sedangkan di Singapura gambir digunakan sebagai bahan

     baku obat sakit perut dan sakit gigi (Dhalimi, 2006).

    Daun dan ranting merupakan bagian tanaman gambir yang memiliki nilai

    ekonomi. Senyawa-senyawa yang terkandung pada ekstrak atau getah daun dan

    ranting tanaman gambir memiliki potensi pemanfaatan yang beragam. Ekstrak

    atau getah daun dan ranting yang telah dikeringkan merupakan produk yang

    dikenal sebagai gambir, sedangkan dalam perdagangan dunia dikenal sebagai

     gambier, cutch, catechu  atau  pale catechu. Senyawa utama yang terkandung di

    dalam gambir adalah pseudotanin katekin dan phlobatanin asam katekutanat

    dengan persentase masing-masing senyawa adalah 7-30% dan 22-55%. Adanya

     perbedaan kadar katekin pada gambir dipengaruhi oleh kondisi daun yang

    diekstrak (Utami et al., 2008).

    Gambir merupakan komoditas utama provinsi Sumatera Barat. Gambir

    telah sejak lama digunakan sebagai pelengkap sirih yang dikunyah dan dipercaya

    dapat menguatkan gigi. Ekstrak gambir mengandung (+)- katekin sebagai

    komponen utama, suatu senyawa polifenol, yang berpotensi sebagai antioksidan

    dan antibakteri melaporkan bahwa ekstrak gambir memiliki daya hambat terhadap

     bakteri Streptococcus mutans yang menyebabkan terjadinya plak gigi. Terjadinya

     plak gigi dapat menyebabkan karies pada gigi dan berlanjut dengan gingivitis. (+)-

    katekin bersifat asam lemah (pKa1 = 7,72 dan pKa2 = 10,22), sukar larut dalam

    air, dan tidak stabil di udara terbuka. Bersifat mudah teroksidasi pada pH yang

    mendekati netral (pH 6,9) dan lebih stabil pada pH yang lebih rendah (2,8 dan

    4,9). Sifat fitokimianya menjadi tantangan sendiri dalam formulasi katekin

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    18/85

     

    4

    menjadi sediaan obat. Pemanfaatan katekin untuk mencegah terjadinya plak gigi

    dengan cara pemberian obat kumur yang bisa diminum untuk memperoleh

    aktivitas antioksidan katekin (Lucida et al., 2007).

    Gambir merupakan produk dari tanaman gambir (Uncaria gambier Roxb.)

    yang mengandung senyawa fungsional yang termasuk dalam golongan senyawa

     polifenol. Gambir komersial diperoleh dengan pengolahan daun gambir dengan

    metoda perebusan, pengepresan dan pengeringan padatan. Dalam perdagangan

    salah satu komponen mutu gambir ditentukan berdasarkan pada kandungan

    katekinnya. Ekstraksi suatu bahan pada prinsipnya dipengaruhi oleh suhu. Makin

    tinggi suhu yang digunakan, makin tinggi ekstrak yang diperoleh. Namun

    demikian, bahan hasil ekstrak dengan berbagai tingkat suhu belum tentu

    memberikan pengaruh yang berbeda terhadap sifat antibakterinya (Pembayun et

    al., 2007).

    1.2  Perumusan Masalah

    Pada penelitian ini yang menjadi perumusan masalah adalah :

    1.  Apakah (+)- katekin dan ekstrak air gambir (Uncaria gambier Roxb.)

    memiliki aktivitas antibakteri terhadap beberapa jenis bakteri gram negatif ?

    2. 

    Bagaimana mekanisme penghambatan pertumbuhan beberapa jenis

     bakteri gram negatif oleh (+)- katekin dan ekstrak air gambir ?

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    19/85

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    20/85

     

    6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1  Tanaman Gambir (Uncaria gambier  Roxb.) 

    Uncaria gambier Roxb. termasuk dalam familia Rubiaceae. Ciri-ciri

    umum dari familia Rubiaceae adalah sebagai berikut : merupakan tanaman perdu

    dengan tinggi 1-3 cm. Umumnya tumbuh memanjat pada pohon atau semak yang

    ada di sekitarnya dengan bantuan alat pengait. Batang tegak, berkayu, bulat,

     percabangan simplodial dan berwarna cokelat pucat. Daun tunggal berbentuk

    lonjong. Letak berhadapan, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung meruncing,

     panjang 8-13 cm, lebar 4-7 cm, dan berwarna hijau. Bunga majemuk berbentuk

    lonceng, muncul di ketiak daun, panjang 5 cm. Mahkota bunga berjumlah 5 helai,

     berbentuk lonjong dan berwarna ungu. Buah berbentuk bulat telur, panjang sekitar

    1,5 cm dan berwarna hitam (Utami et al., 2008).

    Sedangkan tangkai dari daun tidak berambut, panjang 0,5-0,8 cm,

     pertulangan primer pada permukaan daun sebelah bawah menonjol. Lobus dari

    mahkota krem keputihan, daun pelindung tidak berambut, langset. Buah kapsul,

    sempit dan panjang, terbagi menjadi 2 belahan. Biji banyak, kecil, halus,

     berbentuk jarum dan bersayap, panjang 0,4 cm, dan berwarna kuning (BPOM RI,

    2007).

    Simplisianya umumnya berbentuk kubus tidak beraturan atau agak

    silindrik pendek, kadang-kadang bercampur dengan bagian yang remuk, tebal 2

    cm sampai 3 cm, ringan, mudah patah dan berliang renik-renik. Warna permukaan

    luar cokelat muda sampai cokelat tua kemerahan atau kehitaman, warna

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    21/85

     

    7

     permukaan yang baru dipatahkan cokelat muda sampai cokelat kekuningan,

    kadang-kadang terihat garis-garis yang lebih gelap (BPOM RI, 2007). Nama

    Simplisianya adalah Terra Japonica, Gele catechu, Gambir (Dalimarta., 2003)

    2.1.1  Taksonomi

    Taksonomi dari gambir (Uncaria gambier Roxb. ) menurut (Haryanto., 2009).

    a.  Klasifikasi 

    Kerajaan/Kingdom : Plantarum

    Divisio : Spermatophyta

    Sub diviso : Angiospermae

    Kelas/Class : Dicotyledonae

    Bangsa/Ordo : Rubiales 

    Suku/Family : Rubiaceae

    Marga/Genus : Uncaria

    Jenis/Species : Uncaria gambier Roxb.

    Sinonim : Ourouparia gambir Roxb 

     Nauclea gambir

    b. 

    Nama daerah

    Sumatera : gambe, gani, kacu, sontang, gambee, gambie, gambu, gimber,

     pengilom, sepelet. Jawa : santun, ghambhir. Kalimantan : kelare, abi, gamer,

    kambim, sori. Nusa Tenggara : tagambe, gambele, gamelo, gambi, gambe,

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    22/85

     

    8

    gambiri, gata, gaber. Maluku : kampir, kambir, ngambir, gaamer, gabi, tagabere,

    gagabere, gabere, gambe (Sirait et al., 1989).

    2.1.2 

    Morfologi 

    Berasal dari Sumatera dan Kalimantan. Merupakan tanaman perdu

    dengan tinggi 1-3 cm. umumnya tumbuh memanjat pada pohon atau semak yang

    ada di sekitarnya dengan bantuan alat pengait. Batang tegak, berkayu, bulat,

     percabangan simplodial dan berwarna cokelat pucat. Daun tunggal berbentuk

    lonjong, letak berhadapan, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung meruncing,

     panjang 8-13 cm, lebar 4-7 cm, dan berwarna hijau. Bunga majemuk berbentuk

    lonceng, muncul di ketiak daun, panjang 5 cm. Mahkota bunga berjumlah 5 helai,

     berbentuk lonjong dan berwarna ungu. Buah berbentuk bulat telur, panjang sekitar

    1,5 cm dan berwarna hitam (Utami et al., 2008).

    2.1.3 

    Asal dan Tempat Tumbuh 

    Tanaman gambir ini merupakan tanaman perdu yang berasal dari daerah

    Sumatera dan Kalimantan. Tumbuhan ini tumbuh liar di hutan dan di tempat-

    tempat lain yang tingginya 200-900 m dari permukaan laut, tanahnya agak miring

    dan cukup mendapat sinar matahari. Di daerah Sumatera dan Kalimantan,

    tanaman gambir ini umunya ditanam orang di kebun-kebun (Mardisiswodjo et al., 

    1968).

    Gambir tumbuh pada area terbuka di dalam hutan, kawasan hutan yang

    lembab, area terbuka bekas perladangan atau pinggir hutan (BPOM RI, 2007).

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    23/85

     

    9

    2.1.4 

    Kandungan

    Kandungan Kimia

    Kandungan kimia dari gambir (Uncaria gambir Roxb.) adalah katekin,

    kuersetin, tannin, lendir, lemak, dan malam. Gambir memiliki sifat khas pahit dan

    kelat (Utami et al., 2008).

    Kandungan katekin ini digunakan sebagai salah satu parameter mutu

    gambir. Selain katekin terdapat juga proantosianidin yaitu : gambiriin A1,

    gambiriin A2, gambiriin A3, gambiriin B1, gambiriin B2, gambiriin B3, dan

    gambiriin C. kandungan lainnya adalah epikatekin, epigallo-katekin, asam tanat

    dan alkaloida. Adanya alkaloida ini dapat membedakan produk gambir ‘pale

    catechu’ dari Uncaria gambier dengan ‘black catechu’ yang diproduksi  Acacia

    catechu. Beberapa alkaloida dari gambir yang dikenal sebagai ‘gambir fluoresen’

    diantaranya adalah dihidrogambirtanin, gambirdin, gambirtanin, gambirin,

    isogambirin, auroparin, dan oksogambirtanin. Namun kandungan utama gambir

    adalah katekin. (BPOM RI, 2007).

    2.1.4.1 

    (+)- Katekin

    Katekin termasuk senyawa polifenol dari kelompok flavonoid. Flavonoid

     biasanya banyak ditemukan pada buah-buahan, daun teh, sayuran dan juga pada

    Uncaria gambier Roxb. Kualitas gambir dalam aspek ekonominya tergantung

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    24/85

     

    10

    kepada kandungan katekinnya. Katekin adalah bagian dari flavan-3-ol yang

    termasuk (+)- katekin (1), (-)- katekin (2).

    O

    YX

    HO

    OH

    OH

    OH

     

    O

    YX

    HO

    OH

    OH

    OH

     

    (1) (+)- katekin : X=OH, Y=H (2) (-)- katekin : X=H, Y=O

    Katekin juga memiliki banyak aktivitas biologi yang penting, seperti

    aktivitas antitumor dan antioksidan. Flavan-3-ol, seperti epikatekin dan katekin

    menunjukkan klas utama dari metabolit sekunder polifenol pada tanaman. Telah

    ditentukan bahwa konfigurasi dan struktur dari (+)- katekin adalah (2 R,3S )-

    3′,4′,5,7-tetrahydroksiflavan-3-ol (Wilhelm, 2008).

    Uji Organoleptik gambir

    •  Penampakan Fisik : cairan kental (viscous liquid )

    •  Rasa : mula-mula pahit dan sangat kelat,

    lalu agak manis.

    • 

    Aroma : lemah

    Makroskopik

    Umumnya berbentuk kubus tidak beraturan atau agak silindris pendek,

    kadang bercampur dengan bagian-bagian yang remuk, tebal 2-3 cm, ringan,

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    25/85

     

    11

    mudah patah dan berliang renik-renik, warna permukaan luar cokelat muda

    sampai cokelat kekuningan, kadang-kadang terlihat garis-garis yang lebih gelap

    (Sirait et al., 1989). Mula-mula terasa pahit, namun lama-kelamaan terasa manis

    dan tidak berbau (Evans, 2002).

    Mikroskopik

    Dilihat dalam kloralhidrat terlihat adanya pollen, sel batu besar, dinding agak

    tipis, lumen besar, atau kadang-kadang kecil memanjang, lumen sempit. Sel

     parenkim besar, dinding tipis. Hablur kalsium oksalat bentuk jarum dan bentuk

     prisma. Rambut penutup terdiri dari satu sel ujung runcing (Sirait et al., 1989).

    Efek farmakologi

    Ekstrak gambir mampu mengatasi diare karena sifat astringen dari tanin yang

    merupakan kandungan utama dari gambir. Selain itu gambir juga efektif dalam

    menghambat pertumbuhan bakteri dan alga (BPOM RI, 2007).

    2.1.5  Khasiat dan Kegunaan

    Gambir berkhasiat sebagai astringen. Dan gambir juga bermanfaat untuk

    mengobati disentri, luka bakar (obat luar), luka (obat luar), sariawan mulut (obat

    kumur), dan suara parau (obat kumur) (Utami et al., 2008). Uncaria gambier

    Roxb.  merupakan salah satu tanaman penghasil getah (alkaloid) yang

    mengandung senyawa kimia berupa katekin, tannin, flouresin, kuersetin, lendir,

    lemak dan lilin. Sampai saat ini produk gambir hanya dimanfaatkan secara

    terbatas untuk menyirih, bahan campuran cat, pencelup tekstil, obat-obatan,

    kosmetika dan bahan antiseptik. Senyawa (+)- katekin, tanin, dan kuersetin

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    26/85

     

    12

     bersifat antimikroba dan antioksidan. Di samping itu, (+)- katekin, tanin dan

    kuersetin juga bersifat toksik terhadap serangga, selain itu senyawa kuersetin dan

    tanin juga mampu berperan sebagai nematisidal (Idris., 2007).

    2.2  Ekstraksi

    Ekstrak bahan alam adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan

    mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut

    yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

    serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang

    ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku

    secara perkolasi. Seluruh perkolat dipekatkan dengan mengguakan destilasi

    dengan pengurangan tekanan, agar kandungan utama obat sesedikit mungkin

    terkena panas. Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung

    ethanol sebagai pelarut dan pengawet (Soesilo., 1995).

    Penyarian adalah proses penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

    alam dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang diinginkan larut.

    Pemilihan pelarut yang akan digunakan dalam bahan alam tertentu berdasarkan

     pada daya larut zat aktif dan zat tidak aktif serta zat yang tidak diinginkan

    tergantung pada preparat yang diperlukan.

    Proses penyarian dapat dipisahkan menjadi :

    1. Pembuatan serbuk. 

    Umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia

    semakin luas demikian penyarian akan lebih baik.

    2.  Pembasahan.

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    27/85

     

    13

    Pembasahan serbuk sebelum dilakukan penyarian dimaksudkan untuk

    memberikan kesempatan pada cairan penyarian untuk memasuki pori-pori dalam

    simplisia sehingga mempermudah penyarian selanjutnya.

    3.  Penyarian.

    Cara penyarian dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perkolasi, dan

    destilasi uap. Dari keempat cara tersebut sering dilakukan modifikasi untuk

    memperoleh hasil yang lebih baik.

    4.  Pemekatan.

    Pemekatan dilakukan dengan maksud untuk menghilangkan pelarut atau membuat

    ekstrak kering.

    2.3  Bakteri

    Bakteri termasuk termasuk kedalam golongan prokariota, yang strukturnya

    lebih sederhana dari eukariota, kecuali bahwa struktur dinding sel prokariota lebih

    komplek dari eukariota. Morfologi bakteri dibagi dalam 3 bentuk utama, yaitu

    kokus, batang/basil dan spiral. Bakteri dibagi atas bakteri yang positif Gram dan

    negatif Gram tergantung pada responnya bila diwarnai dengan pewarnaan

    menurut GRAM. Sel bakteri mula-mula diwarnai dengan zat warna kristal ungu

    dan iodium, lalu dicuci dengan alkohol atau aseton. Bakteri negatif Gram akan

    kehilangan zat warna ungunya setah dicuci dengan alkohol, sedangkan bakteri

     positif Gram tetap mempertahankan warna ungu meskipun telah dicuci dengan

    alkohol (Assani., 1993).

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    28/85

     

    14

    2.4  Antimikroba

    2.4.1  Definisi

    Antimikroba adalah suatu jenis obat yang digunakan untuk membasmi

    mikroba, khususnya untuk jenis mikroba yang merugikan manusia (patogen).

    Pada penelitian ini, mikroba yang digunakan terbatas pada beberapa spesies

     bakteri. Zat yang berfungsi sebagai antimikroba dapat berasal dari senyawa alami,

    sintetis, atau semisintetis yan pada dasarnya digunakan untuk mematikan mikroba

    secara langsung atau dengan menghambat pertumbuhannya (Setiabudy et al .,

    1995)

    Berdasarkan sifat toksisitas selektif, aktivitas zat antibakteri dapat

    dikategorikan menjadi :

    a.  Bakteriostatik , yaitu antibakteri yang mempunyai kemampuan untuk

    menghambat pertumbuhan bakteri sehingga jumlah sel bakteri yang hidup praktis

    tetap. Tetapi pertumbuhan bakteri akan berlangsung kembali bila kontak dengan

    obat dihentikan.

    b.  Bakterisidal, yaitu antibakteri yang mempunyai kemampuan untuk

    membunuh bakteri dikarenakan hancurnya dinding bakteri karena lisi. Akibatnya

     bakteri tidak dapat bereproduksi kembali meskipun kontak dengan obat

    dihentikan.

    2.4.2  Mekanisme Kerja Antimikroba

    Setiabudy, R dan Vincent H.S. Gan, bahwa antimikroba mengganggu

     bagian-bagian yang peka dalam sel.

    a.  Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    29/85

     

    15

    Obat yang termasuk kedalam kelompok ini adalah penisilin, sefalosporin,

     basitrasin, vankomisin, dan sikloserin. Dinding sel bakteri terdiri atas

     polipeptidoglikan yaitu suatu kompleks polimer mukopeptida (glikopeptida).

    Perbedaan struktur sel antara bakteri dan eukariot menguntungkan bagi

     penggunaan bahan antimikroba.

    Salah satu contoh klasik yang memiliki mekanisme antimikroba seperti ini adalah

     penisilin. Antibiotik ini menyebabkan penghambatan pada pembentukan ikatan

    sebrang silang. Pada konsentrasi rendah, penisilin menghambat pembentukan

    ikatan glikosida, sehingga pembentukan dinding sel baru akan terganggu dapat

    dilihat dari bakteri dengan bentuk sel yang panjang tanpa dinding sekat. Pada

    konsentrasi tinggi, ikatan sebrang silang terganggu dan pembentukan dinding sel

    terhenti. Kepekaan bakteri terhadap penisilin tergantung pada kemampuan

    mikroorganisme menghasilkan enzim beta-laktamase enzim ini dapat merusak

    daya kerjanya

    b.  Antimikroba yang mengganggu/merusak membran sel

    Membran sel bakteri dan fungi dapat dirusak oleh beberpa zat tertentu tanpa

    merusak sel inang. Akibat dari daya kerja zat ini akan terjadi perusakan membrane

    sehingga isi sel akan keluar. Antibakteri ini berdaya kerja terhadap sel baik yang

    sedang tumbuh maupun yang tidak tumbuh. Misalnya Polymixin dan polyene dan

    antiseptik golongan  surface active agent.  Antimikroba golongan ini dapat

    merubah tegangan permukaan sehingga akan merusak permeabilitas selektif dari

    membran sel mikroba. Kerusakan membran sel akan menimbulkan kebocoran

    yang mengakibatkan keluarnya berbagai komponen sel yang esensial sehingga

     bakteri mengalami kematian 

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    30/85

     

    16

    c.  Antimikroba yang menghambat sintesis protein

    Dalam kelangsungan hidup sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Di

    ribosom sentesis protein berlangsung, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada

     bakteri terdapat dua sub unit ribosom, yang berdasarkan konstanta seddimentasi

    dinyatakan sebgai ribosom 30S dan 50S. kedua komponen ini akan bersatu pada

     pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S, sehingga dapat berfungsi pada

    sintesis protein. Penghambatan sintesis protein dapat terjadi dengan berbagai cara.

    Salah satu contoh, yaitu Streptomisin berikatan dengan komponen ribosom 30S

    dan menyebabkan kode pada mRNA salah dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis

     protein. Akibatnya, akan terbentuk protein yang abnormal dan nonfungsional bagi

    sel mikroba

    d.  Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat

    Antimikroba yang termasuk kedalam golongan ini adalah rifampisin dan golongan

    kuinolon. Rifampisin merupakan antimikroba yang dapat bekerja dengan cara

    menghambat sintesis mRNA pada proses transkripsi atau menghambat replikasi

    DNA pada proses pembelahan sel.

    e.  Antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba

    Sulfonamida merupakan salah satu jenis antimikroba yang memiliki kemampuan

    menggangu metabolisme sel mikroba. Sulfonamida merupakan analog dari asam

     para amino benzoat (PABA) yang merupakan zat penting dalam sintesa asam

    folat pada bakteri (mikroba). Kedua senyawa ini memiliki kemiripan struktur

    sehingga terjadi suatu kompetisi keduanya dalam sintesis asam folat. Apabila

    sulfonamida menang bersaing dengan PABA, maka akan terbentuk analog asam

    folat yang non fungsional yang mengakibatkan sintesis asam folat terhambat

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    31/85

     

    17

    sehingga pembentukan basa purin dan pirimidin pun juga akan terhambat. Karena

    hal tersebut, proses pertumbuhan bakteri akan terhenti dan menyebabkan

    kematian bakteri. Dari mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik.

    2.4.3  Uji Antimikroba

    Pada uji ini diukur respons pertumbuhan populasi mikroorganisme

    terhadap agen antimukroba. Kegunaan uji antimikroba adalah diperolehnya suatu

    sistem pengobatan yang efektif dan efisien (Pratiwi., 2008). Penentuan kepekaan

    kuman terhadap suatu obat adalah penentuan kadar obat terkecil yang dapat

    menghambat pertumbuhan kuman in vitro. Beberapa cara penentuan kepekaan

    kuman terhadap obat-obatan yang lazim digunakan diuraikan menjadi (Bonang,

    G. & E.S. Koeswondo., 1982) :

    a.  Metode Difusi

    Pada metode ini, penentuan aktivitas didasarkan pada kemampuan difusi dari zat

    antimikroba dalam lempeng agar yang telah diinokulasi dengan mikroba uji.

    Pengamatan yang akan diperoleh adalah ada atau tidaknya zona hambatan (daerah

     bening yang tidak memperlihatkan adanya pertumbuhan bakteri) yang akan

    terbentuk di sekeliling zat antimikroba pada waktu tertentu masa inkubasi). Pada

    metode ini dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

    1)  Cara Cakram (disc )

    Cara ini adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menentukan kepekaan

    kuman terhadap berbagai macam obat-obatan. Pada cara ini, digunakan suatu

    cakram kertas saring ( paper disc) yang berfungsi sebagai tempat menampung zat

    antimikroba. Kertas saring yang mengandung zat antimikroba tersebut diletakkan

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    32/85

     

    18

     pada lempeng agar yang telah diinokulasi dengan mikroba uji, kemudian

    diinkubasi pada waktu tertentu dan suhu tertentu, sesuai dengan kondisi optimum

    dari mikroba uji. Biasanya, hasil dibaca setelah inkubasi selama 18-24 jam dengan

    suhu 37o  C. Hasil pengamatan yang akan diperoleh adalah ada atau tidaknya

    daerah bening yang terbentuk di sekeliling kertas cakram yang menunjukkan zona

    hambatan pertumbuhan bakteri. Hambatan akan terlihat sebagai daerah yang tidak

    memperlihatkan adanya pertumbuhan kuman di sekitar cakram. Semakin besar

    zona hambatan yang ditunjukkan, semakin besar pula kemampuan aktivitas zat

    antimikroba, dan lebar daerah hambatan ini juga tergantung kepada daya resap

    obat kedalam agar.

    2)  Cara Parit (ditch )

    Suatu lempeng agar yang telah dinokulasi dengan bakteri uji dibuat sebidang

     parit. Parit tersebuut diisi dengan zat antimikroba, kemudian diinkubasi pada

    waktu dan suhu optimum yang sesuai untuk mikroba uji. Hasil pengamatan yang

    diperoleh adalah ada atau tidaknya zona hambatan yang terbentuk di sekitar parit.

    Analog dengan cara cakram, besarnya zona hambatan dari zat antimikroba yang

    diujikan.

    3)  Cara Lubang (hole/cup )

    Pada lempeng agar yang telah diinokulasi dengan bakteri uji dibuat suatu lubang

    yang selanjutnya diisi dengan zat antimikroba uji. Cara ini dapat diganti dengan

    meletakkan cawan porselin kecil yang biasa disebut fish spines di atas medium

    agar. Kemudian cawan-cawan tersebut diisi dengan zat uji. Setelah diinkubasi

     pada suhu dan waktu optimum yang sesuai untuk mikroba uji, dilakukan

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    33/85

     

    19

     pengamatan dengan melihat ada atau tidaknya zona hambatan di sekeliling lubang

    atau cawan.

    b. 

    Metode Dilusi

    Metode ini dilakukan dengan mencampurkan zat antimikroba dan media agar,

    yang kemudian diinokulasi dengan mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan

    diperoleh adalah tumbuh atau tidaknya mikroba di dalam media. Aktivitas zat

    antimikroba ditentukan dengan melihat konsentrasi hambat minimum (KHM),

    yang merupakan konsentrasi terkecil dari zat antimikroba uji yang masih

    memberikan efek penghambatan terhadap pertumbuhan mikroba uji. Pada metode

    ini dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :

    1)  Cara penipisan lempeng agar.

    Dengan cara ini, zat antimikroba yang akan diuji aktivitasnya diencerkan sehingga

    diperoleh suatu larutan stock yang mengandung 100 µg/ml zat uji. Kemudian dari

    larutan stock tersebut dibuat suatu larutan seri uji dengan metode pengenceran

    kelipatan dua dalam media agar yang masih cair (suhu 450C - 500C), kemudian

    dituangkan ke dalam cawan petri. Bakteri uji diinokulasikan setelah campuran

    media agar dan zat uji membeku dan kering, dan diinkubasi pada kondisi optimum

    (waktu dan suhu) dari bakteri uji. Aktivitas zat uji ditentukan sebagai konsentrasi

    hambatan minimum (KHM), yaitu konsentrasi terkecil dari zat antimikroba uji

    yang masih dapat memberikan efek penghambatan terhadap pertumbuhan

    mikroba uji.

    2)  Cara pengenceran tabung.

    Prinsip dari cara ini adalah penghambatan pertumbuhan mikroba dalam

     pembenihan cair oleh suatu zat antimikroba yang dicampur ke dalam pembenihan.

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    34/85

     

    20

    Dibuat suatu seri larutan zat uji dengan konsentrasi tertentu dengan cara

     pengenceran kelipatan dua dalam media cair, kemudian diinokulasi dengan

    mikroba uji dan diinkubasikan (waktu dan suhu) sesuai kondisi optimum dari

    mikroba uji. Aktivitas zat antimikroba ditentukan sebagai konsentrasi hambatan

    minimum (KHM), yang merupakan pengenceran tertinggi dari seri zat

    antimikroba uji yang tidak menunjukkan adanya pertumbuhan mikroba.

    2.5  Bakteri Uji

    Pada penelitian ini digunakan 5 spesies bakteri gram negatif bersifat

     patogen bagi manusia, yaitu  Escherichia coli, Shigella flexneri, Pseudomonas

    aeruginosa, Proteus vulgaris dan Proteus mirabilis.

    Escherecia coli

    Karsinah, Lucky H.M et al., 1993, bahwa klasifikasi dari bakteri ini adalah

    sebagai berikut :

    Dunia : Procaryotae

    Divisio : Bacteria

    Kelas : Schizomycetes

    Ordo : Eubacteriales

    Famili : Enterobacteriaceae

    Genus : Escherichia

    Species : Escherichia coli 

    Bakteri ini adalah bakteri yang banyak ditemukan di dalam usus besar

    manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi

     primer pada usus misalnya diare pada anak.

    Secara morfologis, bakteri ini berbentuk batang pendek (kokobasil), selnya

     berukuran antara 0,4-0,7 µm x 1,4 µm, dan termasuk golongan bakteri Gram

    negatif.  Escherichia coli  tidak membentuk spora, tidak tahan asam. Bakteri ini

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    35/85

     

    21

    dapat tumbuh secara anaerob fakultatif. Nilai pH optimum untuk pertumbuhannya

    adalah 7,0 – 7,5 serta kisaran suhu pertumbuhannya 100C – 400C dengan suhu

    optimum 370

    C. Escherichia coli sangat tidak sensitif terhadap panas.

    Pada manusia,  Escherichia coli O157:H7, bisa juga menyebabkan radang

    usus besar. Pada proses pencernaan sedikitnya 10 organisme yang cukup dapat

    menyebabkan infeksi/peradangan (Campbel, G.R. et al., 2001).

    Shigell a fl exneri

    Kuman ini berbentuk batang, ukuran 0,5 – 0,7 µm x 2 – 3 µm. Fisiologi

     bakteri ini adalah sifat pertumbuhannya aerob dan fakultatif anaerob, pH

     pertumbuhannya 6,4 – 7,8 suhu pertumbuhan optimum 37o C. Sifat koloni kuman

    ini adalah halus, kecil, tidak berwarna. Daya tahan kuman ini adalah 2 bulan

    dalam es. Toleran terhadap suhu rendah dan kelembaban cukup. Kuman akan mati

     pada suhu 55o C.

    Pseudomonas aerugi nosa

    Kuman ini dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan bagian

     bawah, saluran kemih, mata dan lain – lainnya.

    Morfologi dari kuman ini adalah batang negatif Gram 0,5 – 1,0 x 3,0 – 4,0

    µm. Kuman ini menyenangi hidup di tempat yang lembab seperti pada peralatan

     pernapasan, air dingin, lantai, kamar mandi, tempat air dan lain – lainnya. Suhu

     pertumbuhan optimumnya adalah 35o C, tetapi juga dapat tumbuh pada suhu 42o 

    C.

    Proteus vulgar is

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    36/85

     

    22

    Familia : Enterobacteriaceae

    Genus : Proteus

    Merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek, anaerobik

    fakulatif dengan panjang 2-3 µm. Bakteri ini ditemukan pada feses, limbah dan

    tanah.

    Proteus mirabil is

    Familia : Enterobacteriaceae

    Genus : Proteus

     Proteus mirabilis merupakan bakteri gram negatif yang yang dapat hidup

    secara anaerobik fakultatif dan dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih

    (Himps et al., 2008).

    2.6  Metode Ekstraksi

    Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

    sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia

    yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang

    tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif

    yang terdapat pada berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan

    minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain (Depkes RI, 2000).

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    37/85

     

    23

    Ada beberapa metode yang umum digunakan untuk ekstraksi yaitu

    (Sampurno., 2000) :

    a. 

    Ekstraksi Dengan Menggunakan Pelarut

    1). Cara Dingin

    Maserasi

    Yaitu proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan

     beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

    Cara ini dapat menarik zat-zat

     berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan.

    Perkolasi  

    Adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive

    extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Ekstraksi ini

    membutuhkan pelarut yang lebih banyak.

    2). Cara Panas

    Refluks

    Adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu

    tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin

     balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama, yaitu 3-5

    kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

    Soxhlet

    Adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan

    dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut

    relatif konstan dengan adanya pendinginan balik.

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    38/85

     

    24

    Digesti  

    Adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada temperatur yang

    lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada

    temperatur 40-50ºC.

    Infus

    Adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air

     pada suhu 90ºC selama 15-20 menit.

    Dekok  

    Adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air.

    b.  Destilasi Uap

    Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri)

    dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan

     parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu

    sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa

    kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa

    kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian. Pada destilasi uap,

    simplisia benar-benar tidak tercelup ke air yang mendidih, namun dilewati uap air

    sehingga senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi.

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    39/85

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    40/85

     

    26

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN 

    4.1  Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini mulai dilakukan dari bulan Mei sampai dengan

    Agustus 2010 di Laboratorium Fitokimia, Bidang Botani, Puslit Biologi

    Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong.

    4.2  Prinsip Penelitian

    Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak air

    gambir kering, hasil ekstraksi dari daun dan tanaman gambir (Uncaria

     gambier Roxb). Ekstrak air gambir yang akan diteliti ini berasal dari

    Payakumbuh, Sumatera barat. (+)- Katekin diisolasi dari gambir dan

    kemudian diuji aktivitas antibakterinya. Begitu juga dengan ekstrak air

    gambir yang akan dievaluasi aktivitas antibakterinya melawan  bakteri

    gram negatif.

    a)  Alat

    Alat yang digunakan adalah :

    Kolom d = 5 cm, blender (National), Spektrofotometer UV-Vis, hot plate,

    rotavapor, batang pengaduk, AAS ( Atomic Absorption Spectrometer ),

    Gelas ukur, SEM (Scanning Electron Microscope), jarum ose, autoklaf

    (Hirayama), pinset, inkubator (Heareus), vortex, Laminar Air Flow

    (Envair), spatel logam, lemari pendingin (Kelvinator), lampu spiritus,

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    41/85

     

    27

     pipet volume 1 mL, 2 mL, 5 mL, 25 mL, kertas saring, timbangan analitik

    (Sartorius), kapas, cawan petri diameter 6 cm dan 9 cm, alumunium foil,

    erlenmeyer 50 mL, 250 mL, 500 mL, tabung reaksi 10 mL dan 20 mL,

    shaker inkubator, freezedrier, cover slip, sentrifuge, paper disc. 

    4.3  Bahan

    Bahan yang digunakan meliputi :

    Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain gambir,

    katekin gambir, aquadest, medium NA, Silica gel 60 for cc, 63-200m,

    Silica gel 60 F254, 25 TLC, plates 20x20 cm, alkohol 70%, 80%, 96% ,

     NaSO4, glutaraldehide, Agar Mueller-Hinton (MHA), Mueller-Hinton

    Broth (MHB), buffer fospat pH 7, buffer caccodilate 0.2 M pH 7,2,

     butanol, osmium tetraoksida, tannin acid 1 %, terbutanol, emas.

    4.4  Mikroba uji

    Biakan bakteri Escherichia coli LIPI MC 0136 , Pseudomonas aeruginosa 

    LIPI MC 0103 , Proteus vulgaris, Proteus mirabilis dan Shigella flexneri

    (clinical isolat yang diperoleh dari microbiology UI).

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    42/85

     

    28

    4.5  Metode Penelitian

    4.5.1 Persiapan Bahan, Media dan Alat

    a. 

    Persiapan bahan uji

    1.  Sampel gambir

    Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah ekstrak

    getah dari tanaman gambir (Uncaria gambier Roxb.) yang

    sudah dicetak. Diperoleh dari kebun Payakumbuh, Sumatera

    Barat.

    2.  Persiapan Serbuk

    Bongkahan gambir dihaluskan menjadi bentuk serbuk.

    3.  Fraksinasi Ekstrak Air Gambir

    Bongkahan gambir ditumbuk halus hingga menjadi serbuk. 500

    gr serbuk gambir dilarutkan dengan air panas sebanyak 1 lt.

    Setelah didilarutkan, hasil rendaman yang diperoleh dipisahkan

    (filtrasi) dengan kertas saring sehingga menghasilkan filtrate.

    250 ml fraksi air yang diperoleh di  freeze drying yang

    kemudian akan diujikan aktivitas antibakterinya dan 250 ml

    lainnya akan di fraksi dengan etil asetat. Fraksinasi dengan etil

    asetat dilakukan berulang hingga diperoleh filtrat yang bening.

    Setelah diperoleh fraksi etil asetat, filtrat dipekatkan dengan

    rotary vacuum evaporator , ekstrak tersebut yang kemudian

    diisolasi dengan kromatografi kolom hingga diperoleh (+)-

    katekin, untuk kemudian diujikan aktivitas antibakterinya. 

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    43/85

     

    29

    4.  Isolasi (+)- Katekin dengan Kromatografi Kolom

    Fraksi etil asetat ditimbang sebanyak 1,5 gr dan silika gel

    ditimbang sebanyak 150 gr. Sebelum digunakan, silika gel

    dikeringkan dalam oven pada suhu 100o  C selama 30 menit

    untuk menghilangkan kadar airnya. Kloroform : metanol (4:1)

    dalam 2 lt (1600:400) ml disiapkan. Kemudian, silika gel

    disuspensikan dengan kloroform : metanol (4:1), lalu

    dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom sedikit

    demi sedikit, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga

    silika gel mampat, eluen dibiarkan mengalir hingga batas

    adsorben, lalu kran ditutup dan ekstrak kental gambir

    dimasukkan dimana sebelumnya telah dilarutkan dalam eluen

    hingga diperoleh kelarutan yang spesifik. Sampel dipipet dan

    dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom sedikit

    demi sedikit, lalu kran dibuka dan diatur tetesannya, serta

    cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar ditampung

    sebagai fraksi-fraksi.

    Fraksi-fraksi yang didapat kemudian diuji menggunakan KLT

    untuk analisis (+)- katekin. Pemisahan pada kromatografi lapis

    tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika menotolkan

    sampel dengan ukuran bercak yang sekecil dan sesempit

    mungkin. Setelah penotolan, lalu plat KLT dimasukkan

    kedalam chamber yang sebelumnya telah dijenuhkan dengan

    uap kloroform : metanol (3:1), tepi bagian bawah lempeng lapis

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    44/85

     

    30

    tipis yang telah ditotoli sampel dicelupkan ke dalam fase gerak

    kurang dari 0,5-1 cm. Setelah itu akan terjadi bercak pemisahan

    yang kemudian spot yang terbentuk dibandingkan dengan (+)-

    katekin standar. Bercak pemisahan pada kromatografi lapis

    tipis umumnya merupakan bercak yang tidak berwarna.

    Sehingga, perlu disemprotkan dengan vanilin 10% dalam

    H2SO4 pekat agar spot menjadi lebih jelas.

    b.  Sterilisasi Alat dan Bahan

    Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih,

    dikeringkan dan disterilkan terlebih dahulu. Tabung reaksi,

    gelas ukur dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas.

    Cawan petri dibungkus dengan kertas. Kemudian semuanya

    dimasukkan dalam plastik tahan panas dan disterilkan dengan

    autoklaf pada suhu 121ºC, selama 30 menit. Jarum ose

    disterilkan dengan cara flambir pada nyala bunsen. Laminar Air

     Flow disterilkan dengan lampu UV dan disemprotkan dengan

    alkohol 70%. Sterilisasi Laminar ini dilakukan sebelum dan

    sesudah bekerja didalamnya.

    c.  Pembuatan Medium

    1.   Nutrien Agar (NA)

    Agar 15,0 gm

    Gelatin peptone 5,0 gm

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    45/85

     

    31

    Beef extract 3,0 gm

    Pada pembiakan bakteri media yang digunakan Nutient

    agar (NA). Serbuk NA sebanyak 24 gram dilarutkan dalam 1

    liter aquades dan dipanaskan sampai mendidih sehingga

    semuanya larut. Lalu disterilkan dalam autoklaf pada suhu

    121ºC selama 15 menit. Setelah agak dingin dapat disimpan

    dalam lemari pendingin dan dapat digunakan jika diperlukan

    dengan memanaskannya kembali dalam water bath.

    2.  Mueller Hinton Agar (MHA)

    Beef extract powder 2,0 gm

    Acid digest of casein 17,5 gm

    Starch 1,5 gm

    Agar 1,7 gm

    Medium Mueller Hinton Agar digunakan untuk

     penentuan diameter zona hambat dengan cara difusi. Serbuk

    sebanyak 38 gram dilarutkan dalam aquadest sebanyak 1 liter

    dan dipanaskan sampai mendidih sehingga larut. Kemudian

    disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121o C selama 15 menit.

    Setelah agak dingin larutan MHA dapat disimpan dalam lemari

     pendingin dan bila akan digunakan dapat dipanaskan kembali.

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    46/85

     

    32

    3.  Mueller Hinton Broth (MHB)

    Casein acid hydrolysate 17,5 gm

    Beef extract 2,0 gm

    Starch 1,5 gm

    Pembuatan suspensi yang dilakukan digunakan Mueller

    Hinton Broth (MHB). Dibuat dengan cara mencampurkan 0.1

    gram serbuk MHB dengan 5 ml aquadest dan dihomogenkan

    hingga seluruh serbuk larut dalam aquadest. Larutan MHB

    yang telah larut disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121ºC

    selama 30 menit. Setelah dingin dapat disimpan dalam lemari

     pendingin ( Refrigerator ) untuk digunakan kembali jika

    dibutuhkan.

    d.  Pembuatan Kultur Kerja

    Stok bakteri gram negatif dalam agar miring nutrien

    diremajakan kembali pada MHA miring dengan menggunakan

    ose yang telah disterilkan dengan cara memijarkan pada api

     bunsen, kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.

    e.  Pembuatan Suspensi Bakteri

    Kultur inokulum bakteri gram negatif yang telah

    diremajakan dengan umur 24 jam diambil satu ose yang telah

    dipijarkan lalu dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi 5

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    47/85

     

    33

    ml medium MHB dan kemudian divortex dan dikocok dalam

    shaker inkubator pada suhu 37ºC selama 18-24 jam.

    4.5.2 Penentuan Diameter Hambat

    Penentuan diameter hambat dilakukan dengan cara :

    siapkan larutan uji ekstrak gambir dsn katekin masing – masing 7

    mg/ml, larutan kontrol dan teteskan masing-masing konsentrasi

    sebanyak 10 μl pada kertas cakram steril. Kertas cakram steril

    diteteskan dengan larutan uji, kemudian diletakkan pada media

    tersebut dan diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Pengujian

    dilakukan dengan tiga kali ulangan (Peoloengan et al., 2006) dan

    diamati diameter hambat yang terbentuk.

    4.5.3 Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)

    Penentuan KHM/MIC antibakteri dengan cara : sediakan

    larutan uji ekstrak (5 mg/ml – 25 mg/ml) dengan interval 2,5.

    Disiapkan petri dengan media agar (MHA). Lalu, dibuat 5 ml

    larutan yang berisi (MHA + aquades + ekstrak dengan konsentrasi

    masing - masing) untuk lapisan atasnya. Setelah agar mengeras,

    lapisan atas dituang ke media agar yang telah mengeras. Lalu,

    diteteskan ± 1 tetes 5 jenis suspensi bakteri uji. Lalu, diinkubasi

    dan diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri.

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    48/85

     

    34

    Dari prosedur tersebut dapat diketahui nilai KHM (+)-

    katekin dan ekstrak air gambir. Nilai KHM dinyatakan dengan

    konsentrasi terkecil yang masih memberikan penghambatan

     pertumbuhan bakteri 100% dan ditandai dengan tidak adanya

     bakteri uji yang tumbuh.

    Hasil nilai konsentrasi KHM yang diperoleh kemudian

    digunakan sebagai konsentrasi untuk analisis senyawa protein,

    asam nukleat dan ion-ion logam pada kebocoran membran/dinding

    sel bakteri serta analisis morfologi membran/dinding sel bakteri.

    4.5.4 Pengujian Kebocoran metabolit seluler (Chia et al 2000)

    Analisis kebocoran sel dilakukan dengan menggunakan

    spektrofotometer dan pengukuran absorbansi dilakukan pada

     panjang gelombang 260 nm (untuk kandungan nitrogen dari asam

    nukleat) dan panjang gelombang 280 nm (untuk menentukan

    kandungan nitrogen dari protein).

    Suspensi bakteri uji umur 24 jam sebanyak 10 ml

    disentrifuse dengan kecepatan 3500 rpm selama 15-20 menit

    sehingga diperoleh endapan sel bakteri. Endapan sel bakteri

    tersebut selanjutnya dicuci dengan buffer phospat pH 7.0 dan

    diulang pencuciannya sebanyak 2 kali. Endapan sel tersebut

    kemudian disuspensikan kedalam 10 ml larutan buffer phospat pH

    7.4, dikontakkan dengan ekstrak katekin pada konsentrasi 1 dan 2

    KHM (b/v), diinkubasikan kembali dalam inkubator bergoyang

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    49/85

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    50/85

     

    36

    Selanjutnya suspensi bakteri tersebut disentrifuse dengan

    kecepatan 3500 rpm selama 20 menit, cairan dibuang untuk

    mendapatkan masa sel bakteri (pelet), kemudian pelet dicuci

    dengan buffer phospat sebanyak 2 kali.

    Pellet direndam dalam dengan glutaraldehid dan buffer

    caccodhilate selama 4 jam. Selanjutnya di sentrifuse dan sufernatan

    dibuang pellet direndam kembali dengan tannin acid 1% dalam

     buffer caccodhilate selama 12 jam selanjutnya disentrifuse

    supernatan dibuang dan pelet direndam dalam 2% larutan osmium

    tetraoksida selama 2-4 jam. Cuci dengan buffer cocodilate lalu

    disentrifuse dan pellet dicuci dengan ethanol 50% dingin biarkan

    10 menit dan sentrifuse lagi 5 menit kemudian buang supernatan.

    Cuci lagi dengan etanol 50% 70% 80% 95% masing-masing

    selama 10 menit. Cuci dengan etanol absolute dan disentrifuse 5

    menit sebanyak 2 kali dan cuci kembali dengan terbutanol 2 kali.

    Tambahkan sedikit terbutanol pada endapan sel. Oleskan apusan

    sel pada slip glas. Slip glas yang digunakan dicuci terlebih dahulu

    dengan etanol absolute. Slip glas yang telah diolesi dengan sel,

    dicoating dengan emas selama 1 jam dalam kondisi vakum. Amati

    dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (seri JSM-

    5310LV)

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    51/85

     

    37

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1. Hasil

    Bahan yang digunakan pada penelitian ini merupakan ekstrak

    gambir kering.

    Gambar 2. Ekstrak gambir kering

    Isolasi senyawa (+)- katekin dari hasil fraksinasi etil asetat dengan

    eluen kloroform : metanol (4:1) menghasilkan ekstrak kering sebanyak

    70,44 gram. Dan identifikasi senyawa (+)- katekin dengan KLT

    menghasilkan 1 spot dengan nilai Rf sama seperti (+)- katekin standar.

    Gambar 3. Foto KLT Fraksi Kromatografi Kolom

    Hasil tampungan kromatografi kolom yang digabungkan yaitu : 9-

    10, 11-28, 29-40, 41-75. Setelah setiap fraksi digabungkan dan kemudian

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    52/85

     

    38

    dihilangkan pelarutnya kemudian dilakukan KLT lagi untuk memastikan,

    yang didapatkan hasil bahwa dari fraksi 9-40 merupakan senyawa (+)-

    katekin. Dan menghasilkan 1,2079 gram dari jumlah cuplikan 1,5 gram. Dan

     persentase kadar (+)- katekin sebesar 22,54 %.

    Gambar 4. Foto KLT Fraksi Gabungan Kromatografi Kolom

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

     penentuan uji aktivitas gambir dan (+)- katekin pada konsentrasi 7 mg/ml

    menghasilkan diameter hambat terhadap bakteri uji, seperti yang terlihat

     pada table dibawah ini :

    Tabel 1. Diameter hambat ekstrak air gambir dan (+)- katekin terhadap S.

     flexneri, P. aeruginosa LIPI MC 0103 , E. coli LIPI MC 0136 , P.

    vulgaris, P. mirabilis pada konsentrasi 7 mg/ml

    Bakteri Diameter Daerah Hambat

    (mm)

    Gambir Kontrol –

    (DMSO 10%)

    (+)-

    katekin

    Kontrol –

    (Aseton)

    Shigella flexneri 7 - 5 -

     Pseudomonas

    aeruginosa

    4 - 2 -

     Escherichia coli 4 - 3 -

     Proteus vulgaris 7 - 6 - Proteus mirabilis 1 - 3 -

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    53/85

     

    39

    Penentuan nilai KHM dari (+)- katekin dan gambir dilakukan pada

    konsentrasi 5 mg/ml – 25 mg/ml (b/v) dengan interval konsentrasi 2,5

    mg/ml.

    Keterangan :

    √  : Ada pertumbuhana bakteri- : Tidak ada pertumbuhan bakteri

    K : (+)- katekin

    G : Ekstrak air gambir

    Tabel 2. Nilai KHM ekstrak air gambir dan (+)- katekin gambir terhadap

     bakteri Shigella flexneri, Pseudomonas aeruginosa, Escherichia

    coli, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis setelah dilakukan

    dengan metode makro dilusi

    Penentuan kebocoran dinding/membran sel bakteri dianalisis

    dengan cara mengukur absorbansi pada panjang gelombang 260 nm (asam

    nukleat) dan 280 nm (protein) serta mengukur kadar ion-ion logam (Ca2+dan

    Konsentrasi

    Ekstrak

    (b/v)

    S.flexneri P.aeruginosa E.coli P.vulgaris P.mirabilis

    K G K G K G K G K G

    5 mg/ml √  √  √  √  √  √  √  √  √  √ 

    7,5 mg/ml - √  √  √  √  √  √  √  √  √ 10 mg/ml - √  √  √  √  √  √  √  √  √ 

    12,5 mg/ml - √  √  √  √  √  √  √  √  √ 

    15 mg/ml - √  √  √  √  √  √  √  √  √ 

    17,5 mg/ml - √  √  √  √  √  √  √  √  √ 

    20 mg/ml - √  √  √  √  √  √  √  √  √ 

    22,5 mg/ml - √  √  √  - √  √  √  √  √ 

    25 mg/ml - √  √  √  - √  - √  - √ 

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    54/85

     

    40

    K +) pada larutan uji setelah dikontakkan dengan konsentrasi larutan uji 1

    KHM dan 2 KHM. Hasil pengukurannya dapat kita lihat pada gambar 4

    dibawah ini :

    Gambar 5. Grafik pengukuran senyawa metabolit seluler terhadap bakteri

    Shigella flexneri

    Gambar 6. Grafik kandungan ion-ion logam pada media kultur bakteri S.

     flexneri yang diperlakukan dengan 1 KHM dan 2 KHM (+)-

    katekin

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    55/85

     

    41

    Pengamatan morfologi dinding/membran sel bakteri dilakukan

    dengan bantuan  scanning electron microscope (SEM). Terlihat adanya

     perubahan pada dinding/membran bakteri setelah perlakuan pada

    konsentrasi 1 KHM dan 2 KHM. Hasilnya adalah sebagai berikut :

    Kontrol 1 KHM 2 KHM

    Gambar 7. Fotograf SEM sel S. flexneri yang diperlakukan dengan (+)- katekin.

    Perbesaran 15.000 x

    5.2  Pembahasan

    Gambir (Uncaria gambier   Roxb.) telah sejak lama digunakan

    sebagai campuran menyirih yang dipercaya dapat menguatkan gigi.

    Ekstrak gambir mengandung (+)- katekin sebagai komponen utama, yang

     berpotensi sebagai antibakteri (Lucida et al., 2007). Potensi dan aktivitas

    antibakteri gambir dan (+)- katekin dapat diketahui dengan melihat

    diameter hambat dan nilai KHM yang dihasilkan pada berbagai

    konsentrasi.

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    56/85

     

    42

    Dalam ekstrak produk gambir senyawa fenol total merupakan

    komponen terpenting terkait dengan sifat antibakterinya, sejauh ini (+)-

    katekin telah dilaporkan sebagai salah satu senyawa fenolik utama pada

    ekstrak gambir (Pembayun et al ., 2007). Isolasi (+)- katekin dilakukan

    dengan kromatografi kolom menggunakan pelarut kloroform : metanol

    (4:1) sebagai eluen.

    Fraksi – fraksi hasil kromatografi kolom kemudian di KLT kembali

    untuk memastikan bahwa fraksi yang diperoleh adalah benar (+)- katekin

    dengan cara membandingkan dengan (+)- katekin standar. Selanjutnya,

    fraksi dengan spot yang sama digabung dan diuapkan pelarutnya.

    Rendemen katekin yang diperoleh sebanyak 22,54 %. Hasil katekin yang

    diperoleh kemudian diujikan terhadap bakteri gram negatif.

    Uji sensitivitas antibakteri menggunakan Shigella flexneri,

     Pseudomonas aeruginosa, Eschericia coli, Proteus vulgaris dan  Proteus

    mirabilis dengan konsentrasi 7 mg/ml (Taguri et al., 2006), sedangkan

    untuk uji aktivitas antibakteri menggunakan konsentrasi 5 mg/ml – 25

    mg/ml. Pada tabel 1, terlihat bahwa bakteri S. flexneri dan  P. vulgaris

    merupakan bakteri yang sensitif terhadap gambir dan katekin. Berdasarkan

    uji sensitifitas terhadap kelima jenis bakteri uji dengan metode difusi

    cakram, diketahui bahwa diameter hambat yang dihasilkan S. flexneri dan 

     P. vulgaris  pada gambir adalah 7 mm, sedangkan pada katekin adalah 5

    mm dan 6 mm. Diameter daerah hambat ini lebih besar dibandingkan

    dengan P. aeruginosa, E. coli, P. mirabilis. Terbukti pada penelitian yang

    dilakukan Voravunthikunchai et al   (2004) bahwa ekstrak dari Uncaria

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    57/85

     

    43

     gambier menghasilkan zona hambat terhadap semua strain dari

     Escherichia coli O157:H7. Dan perbedaan besarnya daerah hambat ini

    menunjukkan bahwa setiap bakteri memiliki sensitivitas yang berbeda,

    semakin sensitif bakteri uji maka semakin besar diameter hambat yang

    dihasilkan. Ukuran zona hambat dipengaruhi oleh sensitivitas organisme,

    kultur media, kondisi inkubasi, konsentrasi zat antimikroba pada kertas

    cakram (Lorian, 1980). Zat yang menghasilkan zona hambat lebih besar

    tidak pasti lebih aktif dari zat yang menghasilkan zona yang lebih kecil

    (Brock, 1973).

    Pemberian (+)- katekin dan ekstrak air gambir dengan konsentrasi

    5 mg/ml; 7,5 mg/ml; 10 mg/ml; 12,5 mg/ml; 15 mg/ml; 17,5 mg/ml; 20

    mg/ml; 22,5 mg/ml dan 25 mg/ml sangat mempengaruhi aktivitas

     pertumbuhan bakteri uji yang dapat dilihat pada tabel 2. Hasil pada tabel 2

    menunjukkan bahwa gambir pada konsentrasi 5 mg/ml – 25 mg/ml belum

    dapat menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan (+)- katekin pada

    konsentrasi 7,5 mg/ml dapat menghambat pertumbuhan Shigella flexneri. 

    Untuk Eschericia coli mulai terhambat pertumbuhannya pada konsentrasi

    22,5 mg/ml,  Proteus vulgaris dan  Proteus mirabilis  pada konsentrasi 25

    mg/ml, sedangkan  Pseudomonas aeruginosa masih terjadi pertumbuhan.

    Golongan fenol dapat menghambat antibakteri karena adanya gugus OH

    (Cowan, 1999). Golongan fenol yang terdapat dalam gambir adalah

    katekin dan tanin. Dan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Taguri et

    al   (2006), aktivitas antibakteri terhadap katekin pada Shigella flexneri

    memiliki nilai KHM untuk (+)- katekin sebesar 1333 µg/ml , Pseudomonas

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    58/85

     

    44

    aeruginosa adalah  1333 µg/ml , Eschericia coli 2667 µg/ml , Proteus

    vulgaris 667 µg/ml  dan  Proteus mirabilis adalah 1333 µg/ml, hal ini

    diduga bahwa bakteri yang diisolasi dari sumber dan daerah yang berbeda

    memiliki sensitivitas dan aktivitas yang berbeda pula, dan metode

     pengujian yang juga berbeda.

    Pada konsentrasi 5 mg/ml semua bakteri baik pada gambir maupun

    katekin masih dapat tumbuh, sehingga metode mikro  dilusi diganti pada

    metode makro dilusi, selain ekstrak yang dihasilkan berwarna merah

    sehingga tidak dapat diidentifikasi dengan penambahan INT (Iodonitro

    Tetrazolium). Pada metode makro dilusi, aktivitas antibakteri dapat dilihat

    dari jenis bakteri yang tumbuh ataupun tidak tumbuh.

    Bakteri yang memiliki nilai konsentrasi hambat terendah pada

    ekstrak inilah yang digunakan untuk penelitian tahap selanjutnya.

    Kebocoran membran/dinding sel bakteri dapat diketahui dengan

    menganalisis keberadaan protein dan asam nukleat serta ion-ion logam

    seperti Ca2+ dan K +. Terjadinya kebocoran metabolit seluler dari bakteri

    karena penambahan (+)- katekin ini diukur dengan spektrofotometer UV-

    Vis dan ditandai dengan adanya peningkatan nilai absorbansi pada panjang

    gelombang 260 nm untuk asam nukleat dan peningkatan nilai absorbansi

     pada panjang gelombang 280 nm untuk protein (Miksusanti et al , 2008).

    Sedangkan untuk mengetahui terjadinya kebocoran ion logam dapat diukur

    dengan AAS. Pada gambar 5, terlihat bahwa dinding/membran sel bakteri

    mengalami kebocoran dengan adanya asam nukleat dan protein pada

    larutan media kultur bakteri uji yang dideteksi dengan UV-Vis pada

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    59/85

     

    45

     panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Dari gambar 5, dapat diketahui

     bahwa pemberian (+)- katekin pada konsentrasi 1 KHM menyebabkan

    terjadinya kebocoran sel yang menyebabkan terjadinya peningkatan

    absorbansi untuk asam nukleat (260 nm). Pada konsentrasi 1 KHM

    absorbansinya mengalami peningkatan dari 0.283 menjadi 0.742 dan pada

    konsentrasi 2 KHM terjadi peningkatan absorbansi sekitar 3 kali lipat

    menjadi 0.761 bila dibandingkan dengan kontrol.

    Peningkatan absorbansi pada panjang gelombang 260 nm sejalan

    dengan peningkatan absorbansi untuk protein yaitu pada panjang

    gelombang 280 nm (gambar 5). Bila dibandingkan dengan peningkatan

    absorbansi untuk asam nukleat maka peningkatan untuk protein (280 nm)

    lebih tinggi. Pada panjang gelombang 280 nm, absorbansi konsentrasi 1

    KHM mengalami peningkatan dari 0.260 menjadi 1.651 dan pada

    konsentrasi 2 KHM terjadi peningkatan sekitar 8 kali lipat menjadi 2.087

     bila dibandingkan dengan kontrol.

    Menurut Davidson dan Branen (1999), senyawa fenol akan

     bereaksi dengan membran sitoplasma dan dapat meningkatkan

     permeabilitas membran. Penghambatan pertumbuhan bakteri diduga

     berhubungan dengan struktur sel bakteri (Ultee et al., 2002). Dan adanya

    kerusakan membran akan mengakibatkan keluarnya komponen-komponen

    intraseluler seperti asam-asam amino dan bahan-bahan lain yang terserap

     pada panjang gelombang 260 nm, seperti asam nukleat serta protein

    (Maillard., 2002). Asam nukleat dapat mengabsorpsi sinar UV pada

     panjang gelombang 260 nm karena adanya basa nitrogen yang bersifat

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    60/85

     

    46

    aromatik, sedangkan fosfat dan gula tidak memberikan kontribusi dalam

    absorpsi UV (Stansfield et al., 2006).

    Tidak jauh berbeda dengan pengukuran metabolit seluler yaitu

    asam nukleat dan protein, pengukuran ion-ion logam (Ca2+ dan K +) yang

    ditunjukkan pada (gambar 6) juga menunjukkan peningkatan seiring

    dengan meningkatnya konsentrasi KHM larutan uji/ekstrak. Pada gambar

    6, terjadi peningkatan kadar ion Ca2+ dari 4.21 ppm – 5.89 ppm dan kadar

    ion K +  dari 52.3 ppm – 100.6 ppm. Meningkatnya ion-ion Ca2+  dan K + 

    yang dikeluarkan oleh sel-sel bakteri uji menunjukkan bahwa telah terjadi

    kerusakan pada bagian dinding sel dan membran sitoplasma.

    Untuk mempertahankan diri, pada umumnya membran sel

    mempunyai lapisan lipid. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Seok et

    al (1999), bakteri  Lactobacillus sp  pada kondisi lingkungan yang sangat

    asam akan menyebabkan komponen utama dari membran sel bakteri

    tersebut mengalami kerusakan dan akibatnya komponen-komponen

    intraseluler seperti Ca2+, Mg2+, K +  dan lipid akan dikeluarkan. Indikasi

    adanya kerusakan membran sitoplasma adalah terjadinya kebocoran

    kandungan sitoplasma K + dan peningkatan kandungan K + yang dilepaskan

    merupakan tanda kerusakan permeabilitas membran (Cox et al., 2001).

    Ca2+ dan Mg2+ berfungsi untuk menjaga kestabilan membran bakteri dan

    dengan adanya kebocoran ion-ion tersebut maka kestabilan membran akan

    terganggu yang selanjutnya akan mengakibatkan kematian bakteri.

    Seperti yang terjadi pada kebocoran sel , makin tinggi konsentrasi

    KHM ekstrak yang digunakan maka morfologi sel bakteri uji juga semakin

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    61/85

     

    47

    mengalami perubahan dibandingkan sel normal. Kerusakan morfologi sel

     bakteri diamati dengan SEM dengan perbesaran 15.000 kali.

    Dengan perlakuan ekstrak 1 KHM permukaan sel bakteri menjadi

    kasar dan tidak rata serta agak memanjang dan dengan perlakuan 2 KHM

     permukaan sel menjadi semakin kasar dan bagian pinggir dinding sel

    menjadi bergerigi (gambar 7). S. flexneri dalam keadaan normal berbentuk

     batang, Koloni kuman ini adalah halus, kecil, permukaan yang licin dan

    rata.

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    62/85

     

    48

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN 

    6.1. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa

    kesimpulan sebagai berikut :

    a.  Kandungan (+)- katekin pada gambir 22,54 %

     b.  (+)- Katekin memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Shigella

     flexneri, dimana nilai konsentrasi hambat minimum (KHM) adalah 7,5

    mg/ml (b/v).

    c.  (+)- Katekin memiliki mekanisme penghambatan antibakteri dengan

    merusak dinding/membran sel bakteri Shigella flexneri.

    d. 

    Ekstrak air gambir tidak memiliki aktivitas dan mekanisme penghambatan

    antibakteri terhadap Shigella flexneri, Pseudomonas aeruginosa,

     Eschericia coli, Proteus vulgaris dan Proteus mirabilis. 

    6.2. Saran

    Dari hasil penelitian yang telah diperoleh menunjukkan bahwa (+)-

    katekin dan ekstrak air gambir tidak berpotensi sebagai antibakteri. Antibiotik

    yang boleh digunakan adalah pada konsentrasi < 8 µg dan bersifat resisten

     pada konsentrasi > 64 µg. Maka disarankan untuk melakukan penelitian lebih

    lanjut dengan menggunakan bakteri jenis lain yang berpotensi dapat

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    63/85

     

    49

    menimbulkan penyakit pada manusia dan diharapkan bahan uji berpotensi

    sebagai antibakteri terhadap bakteri jenis lain tersebut.

    DAFTAR PUSTAKA

    Assani, S. 1993. Ultrastruktur, Morfologi dan Pewarnaan Kuman dalam buku

     Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara 

    Bonang, S dan E.S, Koeswandono. 1982.  Mikrobiologi Kedokteran Untuk

     Laboratorium dan Klinik. Jakarta : Gramedia

    BPOM RI. 2007.  Acuan Sediaan Herbal Volume ketiga Edisi Pertama. Jakarta :

    Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

    Brock, T. D. 1973.  Basic Microbiology With Applications. London: Prentice-Hall

    International, Inc: 72-73, 89-92.

    Campbel, G.R., J. Prosser., A. Glover., and K. Killham. 2001. Detection of

    Escherichia coli in Soil and Water using Multiplex PCR.  Journal of Applied

     Microbiology. 91, 1004-1010

    Carson C.F., Brian J.M and Riley T.V. 2002. Mechanism of Action of Tea Tree

    Oil on Staphylococcus aureus  Determined by Time Kill, Lyses, Leakage,

    and Salt Tolerance Assays and Electron Microscopy.  Antimicrobial Agent

    and Chemotherapy 6 : 1914-1920

    Chatim, A dan Suharto. 1993. Sterilisasi dan Disinfeksi dalam buku Mikrobiologi

     Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara

    Chia M. L., J. K. Preston dan C. I. Wei. 2000. Antibacterial Mechanism of Allyl

    Isothiocyanate.  J. of Food Protection 63 (6): 727- 734.

    Cox S.D., Mann C.M., Markham J.L., Bell H.C., Gustafson J.E., Warmington J.R

    and Wyllie S.G. 2000. The Mode of Antibacterial Action of The Essential

    Oil of Melaleuca Alternifolia (Tea Tree Oil). Journal of Apply Microbiology

    88 : 170-175

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    64/85

     

    50

    Cox S. D, Cindy M. Mann, Julie L. Markham, John E. Gustafson, John R.

    Warmington  and S. Grant Wyllie. 2001.  Determining the Antimicrobial

    action of Tea Tree Oil.  Molecules (6) : 87-91.

    Cowan M. Murphy. 1999. Plants Product as Antimicrobial Agents. Journal

     Microbiology Review. 12 (4) : 564-582

    Dalimarta, S. 2003. Atlas Tanaman Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta : Puspaswara,

    Anggota Ikapi.

    Davidson. P. M. dan A. L. Branen. 1993.  Antimicrobial In Food (2nd). Marcel

    Dekker, Inc. New York.

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000.  Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat . Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

    Makanan, Jakarta:13-21.

    Dhalimi, A. 2006. Permasalahan Gambir (Uncaria gambir L.) di Sumatera Barat

    dan Alternatif Pemecahannya. Perspektif Volume 5 Nomor 1. Juni : 46-59

    Djauhariya dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat . Jakarta : Penebar

    Swadaya

    Evans, W.C. 2002. Trease and Evans Pharmacognosy 15th Edition. Nottingham,

    U.K : W.B. Saunders

    Haryanto, S. 2009. Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Yogya : Palmall

    Himpsl, S. D., C. Virginia.L., J. Richard. H., David. E. J., dan Harry L.T.M. 2008.

    Identification of Virulence Determinants in Uropathogenic Proteus mirabilis

    Using Signatur-Tagged Mutagenesis.  Journal of Medical Microbiology

    57(2008), 1068-1078.

    Idris, H. 2007. Pemakaian Fungisida Gambir Terhadap Penyakit Bercak Fusarium

    sp  pada Daun Serai Wangi.  Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia  Edisi

    Khusus No 3 Hal 379-385

    Jamsari., Yaswendri dan M. Kasim. 2007. Fenologi Perkembangan Bunga dan

    Buah Spesies Uncaria gambir. Biodiversitas Volume 8 No 2, Hal 141-146

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    65/85

     

    51

    Jeol. 1995. Specimen Preparation Method for Scanning Electron Microscope.

     JEOL Application Note. Tokyo.

    Karsinah, L.H.M., Suharto dan Mardiastuti H.W.  1993.  Batang Negatif Gram

    dalam buku  Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi.  Jakarta : Binarupa

    Aksara

    Kresnawaty, I dan A. Zainuddin. 2009. Aktivitas Antioksidan dan Bakteri dari

    Derivat Metil Ekstrak Etanol Daun Gambir (Uncaria Gambir). Jurnal Litri

    15(4) Hal.145-151

    Lorian, V. 1980.  Antibiotics Laboratory Medicine. Baltimore : The Williams &

    Wilkins Company: 17, 121-122.

    Lucida, H., A. Bakhtiar dan Wina A.P. 2007. Formulasi Sediaan Antiseptik Mulut

    dari Katekin Gambir . Jurnal Sains Teknologi Farmasi 12(1)

    Maillard J. J. 2002. Bacterial Target sites for Biocide Action.  J. of Applied

     Microbiology Symposium Supplement  (92): 16 S- 27 S.

    Mardisiswojo, S dan H. Rajakmangunsudarso. 1968.  Cabe Puyang Warisan

     Nenek Moyang Cetakan ke 2. Jakarta : Depkes RI

    Miksusanti., Betty, S. L. J., Bambang, P., dan Gatot, T. 2008. Kerusakan Dinding

    Sel  Escherichia coli  K1.1 Oleh Minyak Atsiri Temu Kunci ( Kaempferia

     pandurata). Berita Biologi 9 (1).

    Misra, M. 2009. The key to medicinal plants research revolves around the

    detection, isolation, and characterisation of antioxidants as therapeutic

    agents. Journal of Medicinal Plants Research Vol. 3(10). 

     Noor R. R. 2001. Scanning Electron Microscope. Laboratorium Pemuliaan dan

    Genetika Ternak. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

    Peoloengan, M., Chairul., I. Komala., S. Salmah dan Susan. 2006. Aktivitas

    Antimikroba dan Fitokimia dari Beberapa Tanaman Obat. Seminar Nasional

    Teknologi Peternakan dan Veteriner

    Pembayun, R., Murdijati. G., Slamet. S dan Kapti R. K. 2007. Kandungan Fenol

    dan Sifat Antibakteri dari Berbagai Jenis Ekstrak Produk Gambir (Uncaria

     gambir ). Majalah Farmasi Indonesia 18(3) Hal 141-146.

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    66/85

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    67/85

     

    53

    Lampiran 1. Skema pembuatan ekstrak gambir (Uncaria gambier Roxb.).

    Gambir

    Diserbuk

    Diekstraksi dengan cara maserasi

    Filtrat disaringFiltrat dipekatkan dengan vakum

    evaporator

    Dibekukan dan dimasukkan dalam

    freeze drying selama 1-2 hari

    Didapat ekstrak air gambir

    Dibuat berbagai konsentrasi

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    68/85

     

    54

    Lampiran 2. Skema isolasi katekin dari gambir dengan kromatografi kolom

    Gambir

    Serbuk gambir

    Ekstraksi dengan etil asetat

    Sebagian ekstrak di KLT, untuk

    mengetahui perbandingan pelarut,

    lalu diisolasi dengan kolom

    Hasil fraksinasi ditampung dandievaporasi

    Hasil evap di KLT kembali dan

    dibandingkan dengn standar katekin

    Didapat (+)- katekin

    Dibuat berbagai konsentrasi

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    69/85

     

    55

    Lampiran 3. Skema pembuatan suspensi bakteri

    Bakteri uji yang telah diremajakan

    24 jam

    Bakteri diambil satu ose, dengan ose

    yang telah disterilkan

    Dimasukkan kedalam tabung reaksi

    yang berisi 5 ml MHB steril

    Suspensi bakteri digunakan untuk

     penentuan KHM

    Suspensi bakteri digunakan untuk uji

    difusi cakram

    Jumlah bakteri dihitung dengan

    metode cawan hitung

    Suspensi bakteri diencerkan hingga

    diperoleh 105 sel bakteri/ml

    Diinkubasi shaker selama 24 jam

    Suhu 37º C

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    70/85

     

    56

    Lampiran 4. Skema kerja penentuan diameter hambat dengan metode difusi

    cakram

    Media

    Mueller Hinton Agar

    Dituang ke cawan petri

    dan dibiarkan membeku

    Diinokulasi dengan

    1 ml suspensi bakteri

    Diletakkan kertas cakram

    yang telah dijenuhkan lar uji dan

    kontrol negatif

    Diukur diameter hambatyang terbentuk

    Diinkubasi pada suhu 370 C,

    24 jam

    Didiamkan sesaat

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    71/85

     

    57

    Lampiran 5. Skema kerja penentuan KHM/MIC

    Setiap erlenmeyer berisi larutan

    5ml (MHA + aquades + ekstrak)

    yang dituang keatas media MHA

    Media MHA, dituang ke masing –

    masing petri (petri telah dibagi 5

     bagian untuk suspensi bakteri).

    Setelah mengeras lalu dituang

    larutan yang berisi sampel di

    atasnya

    Setelah mengeras, diteteskan ± 1

    tetes suspensi bakteri S. flexneri, P.

    aeruginosa, E.coli, P. vulgaris dan  P. mirabilis dimasing-masing

     bagian pada petri. 

    Diinkubasi selama 24 jam, pada

    suhu 37o C

    Diamati pertumbuhan bakterinya

    Jika tidak terdapat koloni bakteri,

    diperoleh KHM

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    72/85

     

    58

    Lampiran 6. Skema analisis kebocoran dinding/membran sel bakteri

    10 ml suspensi bakteri

    Disentrifuse 15 menit,

    3500 rpm

    Pellet dicuci dengan

     buffer fosfat, 2 kali

    Ditambahkan 1 ml larutan uji

    1 KHM & 2 KHM

    Disentrifuse selama 15 menit,

    3500 rpm

    Diinkubasi shaker 24 jam

    Suhu 37 ºC

    Disuspensikan dalam

    9 ml buffer fosfat

    Disaring dan cairan supernatan

    diambil

    Diukur kadar ion K + dan Ca2+

    dengan AAS

    Diukur absorban λ260 nm dan 280 nm

    dengan spektro UV

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    73/85

     

    59

    Lampiran 7. Skema pengamatan morfologi sel bakteri

    Pellet direndam dengan glutaraldehid

    dan buffer cocodhilate selama 4 jam.

    Selanjutnya di sentrifuse dan

    sufernatan dibuang.

    Pellet direndam kembali dengan

    tannin acid 1 % dalam buffer

    caccodhilate selama 12 jam

    Disentrifuse & supernatan dibuangdan pelet direndam dalam 2 % larutan

    osmium tetraoksida selama 2-4 jam.

    Dicuci lagi dengan etanol 50%,70%,

    80%, 95% masing-masing selama 10

    menit.

    Dibiarkan 10 menit dan sentrifuse

    lagi 5 menit lalu supernatan dibuang.

    Dicuci dengan buffer caccodhilate

    lalu disentrifuse dan pellet dicuci

    dengan ethanol 50% dingin

    Dicuci dengan ethanol absolute dan

    disentrifuse 5 menit sebanyak 2 kali

    & dicuci kembali dengan terbutanol 2

    kali.

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    74/85

     

    60

    Lampiran 8. Perhitungan konsentrasi dengan metode makro dilusi

    Konsentrasi gambir maupun katekin adalah 5 mg/ml; 7,5 mg/ml; 10 mg/ml; 12,5

    mg/ml; 15 mg/ml; 17,5 mg/ml; 20 mg/ml; 22,5 mg/ml; 25 mg/ml

    Larutan Induk :25 mg/ml x 5 = 125 mg/ml

    = 125 µg/µl

    = 0,125 mg/µl

    Perhitungan masing-masing konsentrasi :

    1.  25 x 5

    = 1000 µl = 1 ml

    0,125

    Maka, x MHA + (5000 – 1000) = 1000 µl ekstrak

    = 4000 µl aquades

    2.  22,5 x 5

    = 900 µl

    0,125

    Maka, x MHA + (5000 – 900) = 900 µl ekstrak

    = 4100 µl aquades

    3.  25 x 5

    = 800 µl

    0,125

    Maka, x MHA + (5000 – 800) = 800 µl ekstrak

    Dicoating dengan emas selama 1 jam

    dalam kondisi vakum. Diamati

    dengan menggunakan mikroskop

    electron (seri JSM-5310LV)

    Ditambahkan sedikit terbutanol pada

    endapan sel. Dioleskan apusan sel

     pada slip glas

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    75/85

     

    61

    = 4200 µl aquades

    4. 

    17,5 x 5= 700 µl

    0,125

    Maka, x MHA + (5000 – 700) = 700 µl ekstrak

    = 4300 µl aquades

    5.  15 x 5

    = 600 µl

    0,125

    Maka, x MHA + (5000 – 600) = 600 µl ekstrak

    = 4400 µl aquades

    6.  12,5 x 5

    = 500 µl

    0,125

    Maka, x MHA + (5000 – 500) = 500 µl ekstrak

    = 4500 µl aquades

    7. 

    10 x 5

    = 400 µl

    0,125

    Maka, x MHA + (5000 – 400) = 400 µl ekstrak

    = 4600 µl aquades

    8. 

    7,5 x 5 = 300 µl

    0,125

    Maka, x MHA + (5000 – 300) = 300 µl ekstrak

    = 4700 µl aquades

    9.  5 x 5

    = 200 µl

    0,125

  • 8/16/2019 9Mustikaning Ayu Hapsari Putri-FKIKhghyg

    76/85

     

    62

    Maka, x MHA + (5000 – 200) = 200 µl ekstrak

    = 4800 µl aquades

    Lampiran 9. Diameter hambat (+)- katekin dan ekstrak air gambir terhada