73

repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING
Page 2: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

KARAKTERISASI, SKRINING FITOKIMIA, DAN

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR

UMBI BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)

TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

SKRIPSI

OLEH :

YUDA SISWANTO

NIM 131501161

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

KARAKTERISASI, SKRINING FITOKIMIA, DAN

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR

UMBI BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)

TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

SKRIPSI

OLEH :

YUDA SISWANTO

NIM 131501161

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

PENGESAHAN SKRIPSI

KARAKTERISASI, SKRINING FITOKIMIA, DAN

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR

UMBI BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)

TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

OLEH :

YUDA SISWANTO

NIM 131501161

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 3 Oktober 2017

Disetujui oleh:

Pembimbing I

Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt.

NIP 197812052010121004

Pembimbing II

Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt.

NIP 195310301980031002

Panitia Penguji,

Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt.

NIK 194908111976031001

Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt.

NIP 197812052010121004

Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt.

NIK 195109081985031002

Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt.

NIP 195310301980031002

Medan, Oktober 2017

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.

NIP 195707231986012001

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING
Page 6: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

v

yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, dan memberikan

motivasi selama masa perkuliahan.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan sebesar-

besarnya khususnya kepada orang tua saya Bapak Edi S., dan Ibu Magdalena, dan

adik-adik saya Hilarion Roy Sidi Sangapta S., dan Leonard Riki Tuahta S., serta

seluruh keluarga saya yang senantiasa menyemangati dan memberikan dukungan

penuh, doa, serta materil selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan

dan oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, penulis bersedia menerima kritik

dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini pada waktu mendatang.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber informasi tambahan bagi

kita semua khususnya bidang biologi farmasi.

Medan, 3 Oktober 2017

Penulis,

Yuda Siswanto

NIM 131501161

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

vi

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Yuda Siswanto

Nomor Induk Mahasiswa : 131501161

Program Studi : S-1 Farmasi Reguler

Judul Skripsi : Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Umbi Bawang

dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)

terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis berdasarkan hasil

pekerjaan yang saya lakukan sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain

untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi dan bukan plagiat karena

kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena didalam

skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia

menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk

dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, 3 Oktober 2017

Yang membuat pernyataan,

Yuda Siswanto

NIM 131501161

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

vii

KARAKTERISASI, SKRINING FITOKIMIA, DAN

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR

UMBI BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.)

TERHADAP Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus

ABSTRAK

Bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) adalah salah satu jenis

tumbuhan yang berkhasiat bagi kesehatan. Tumbuhan ini banyak ditemukan di

daerah Kalimantan. Penduduk lokal di daerah tersebut sudah menggunakan

tumbuhan ini sebagai obat tradisional. Bagian yang sering dimanfaatkan pada

tumbuhan ini adalah umbinya yang mengandung alkaloid, glikosida, flavonoid,

fenolik, steroid, tanin dan saponin. Senyawa tersebut yang menyebabkan bawang

dayak memiliki efek antibakteri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

golongan senyawa kimia dan efek antibakteri ekstrak air bawang dayak terhadap

Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Ekstrak dibuat dengan cara mencampur 25 g simplisia umbi E.palmifolia ke

dalam 250 ml air suling dan dipanaskan selama 30 menit sesuai dengan metode

dekoktasi. Hasil ekstraksi adalah ekstrak air bawang dayak 100% dengan volume

250 ml. Setelah itu dilakukan skrining untuk mengetahui senyawa metabolit

sekundernya. Dilakukan pengenceran dengan air suling untuk membuat variasi

konsentrasi menjadi 75%, 50%, 25%, 20%, 15%, 10%, dan 5%. Dilakukan uji

aktivitas antibakteri terhadap E.coli dan S.aureus dengan metode difusi agar untuk

menghitung nilai konsentrasi hambat minimum (KHM).

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap ekstrak air bawang dayak yaitu

memiliki senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin,

dan glikosida. Ekstrak air bawang dayak mempunyai aktivitas antibakteri

terhadap S.aureus dengan nilai KHM pada konsentrasi ekstrak 20% dengan

diameter 6,72 mm sedangkan terhadap E.coli memiliki nilai KHM pada konsentrasi

50% dengan diameter 6,63 mm.

Kata Kunci: Bawang dayak, Eleutherine palmifolia, Echericia coli, Staphylococcus aureus.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

viii

CHARACTERIZATION, PHYTOCHEMICAL SCREENING,

AND THE ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF

AQUEOUS EXTRACT OF BAWANG DAYAK

(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) BULB AGAINST

Escherichia coli AND Staphylococcus aureus

ABSTRACT

Bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) is a plant that useful for

health. This plant can be found at many areas of Borneo. Local communities already

used this plant as a traditional medicine. The part of plant frequently used is bulb

that contain alkaloids, glycosides, flavonoids, phenolics, steroids, tannins, and

saponins. Those compounds may responsible to antibacterial activities of the

plant extract. This study was to identify the chemical and the antibacterial

activity of aqueous extract of E.palmifolia on against Escherichia coli and

Staphylococcus aureus.

The aqueous extract was prepared by mixing 25 g of dried material of

E.palmifolia bulb into 250 ml of destilled water and heated for 30 minutes. The

extract was phytochemically screened to identify the secondary metabolite

compounds. The plant extract was diluted in destilled water to obtain the

concentration of 75%, 50%, 25%, 20%, 15%, 10%, and 5%. The antibacterial

activities of the plant extract against E.coli and S.aureus were tested by diffusion

agar method to determine the minimum inhibitory concentration (MIC).

The results showed that the aqueous extract of E.palmifolia contain

alkaloids, flavonoids, tannins, saponins, and glycosides. The plant extract exhibits

antibacterial activity against S.aureus at the MIC value of 20% with the inhibition

zone of 6.72 mm. While the MIC value of the plant extract against E.coli is 50%

with the inhibition zone of 6.63 mm.

Keywords: Bawang dayak, Eleutherine palmifolia, Echericia coli, Staphylococcus aureus.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ...................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

SURAT PERNYATAAN.......................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................ ix

DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 3

1.3 Hipotesis .............................................................................. 3

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 4

2.1 Uraian Tumbuhan ................................................................ 4

2.1.1 Morfologi tumbuhan ................................................... 4

2.1.2 Habitat tumbuhan ........................................................ 4

2.1.3 Sistematika tumbuhan .................................................. 5

2.1.4 Nama lain .................................................................... 5

2.1.5 Manfaat dan kegunaan tumbuhan ............................... 5

2.1.6 Kandungan kimia tumbuhan ........................................ 6

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

x

2.2 Karakterisasi ........................................................................ 6

2.2.1 Kadar air ..................................................................... 6

2.2.2 Kadar sari larut air dan etanol ..................................... 6

2.2.3 Kadar abu dan abu yang tidak larut asam ................... 6

2.3 Simplisia dan Ekstrak .......................................................... 7

2.3.1 Simplisia ..................................................................... 7

2.3.2 Ekstrak ........................................................................ 7

2.4 Senyawa Metabolit Sekunder .............................................. 9

2.4.1 Alkaloid ...................................................................... 9

2.4.2 Flavonoid .................................................................... 11

2.4.3 Tanin ........................................................................... 11

2.4.4 Saponin ....................................................................... 11

2.4.5 Glikosida ..................................................................... 12

2.4.6 Triterpenoid/Steroid ..................................................... 12

2.5 Uraian Bakteri ...................................................................... 13

2.5.1 Struktur bakteri ........................................................... 13

2.5.1.1 Struktur eksternal ........................................... 14

2.5.1.2 Struktur internal .............................................. 17

2.5.2 Fase pertumbuhan ....................................................... 18

2.6 Bakteri Uji ............................................................................ 18

2.6.1 Uraian Staphylococcus aureus .................................... 18

2.6.2 Uraian Escherichia coli .............................................. 20

2.7 Uji Aktivitas Antibakteri ...................................................... 21

2.7.1 Cara difusi ................................................................... 21

2.7.2 Cara dilusi ................................................................... 21

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

xi

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 22

3.1 Alat dan Bahan ..................................................................... 22

3.1.1 Alat-alat ...................................................................... 22

3.1.2 Bahan-bahan ................................................................ 22

3.1.2.1 Tumbuhan ....................................................... 22

3.1.2.2 Bahan kimia ..................................................... 22

3.1.2.3 Bakteri uji ........................................................ 23

3.2 Pengambilan dan Pengolahan Tumbuhan ............................ 23

3.2.1 Lokasi pengambilan tumbuhan .................................... 23

3.2.2 Identifikasi tumbuhan ................................................. 23

3.2.3 Pembuatan simplisia ................................................... 23

3.3 Karakterisasi Simplisia ........................................................ 23

3.3.1 Pemeriksaan makroskopik ........................................... 23

3.3.2 Pemeriksaan mikroskopik ........................................... 24

3.3.3 Penetapan kadar air ..................................................... 24

3.3.4 Penetapan kadar sari larut air ...................................... 25

3.3.5 Penetapan kadar sari larut etanol ................................ 25

3.3.6 Penetapan kadar abu total ........................................... 25

3.3.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam ......................... 25

3.4 Pembuatan Larutan Pereaksi ................................................ 26

3.4.1 Pereaksi Liebermann-Burchard .................................. 26

3.4.2 Pereaksi Molisch ......................................................... 26

3.4.3 Pereaksi Mayer ........................................................... 26

3.4.4 Pereaksi Dragendorff .................................................. 26

3.4.5 Pereaksi Bouchardat ................................................... 26

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

xii

3.4.6 Pereaksi asam sulfat 2 N ............................................. 27

3.4.7 Pereaksi asam klorida 2 N .......................................... 27

3.4.8 Pereaksi asam nitrat 0,5 N .......................................... 27

3.4.9 Pereaksi natrium hidroksida 2 N ................................. 27

3.4.10 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M ............................... 27

3.4.11 Pereaksi besi (III) klorida 10% ................................. 27

3.4.12 Larutan kloralhidrat 70% .......................................... 27

3.5 Skrining Fitokimia ............................................................... 27

3.5.1 Pemeriksaan alkaloid .................................................. 28

3.5.2 Pemeriksaan flavonoid ................................................ 28

3.5.3 Pemeriksaan tanin ....................................................... 28

3.5.4 Pemeriksaan saponin ................................................... 29

3.5.5 Pemeriksaan glikosida ................................................ 29

3.5.6 Pemeriksaan triterpenoid/steroid ................................ 29

3.6 Pembuatan Ekstrak Air Umbi Bawang dayak ..................... 30

3.7 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Air Umbi Bawang dayak

dengan Berbagai Konsentrasi ............................................... 30

3.8 Sterilisasi Alat ...................................................................... 30

3.9 Pembuatan Media ................................................................ 31

3.9.1 Nutrient Agar (NA) ..................................................... 31

3.9.2 Nutrient Broth (NB) .................................................... 31

3.10 Pembuatan Agar Miring ..................................................... 32

3.11 Pembuatan Stok Kultur Bakteri ......................................... 32

3.12 Penyiapan Inokulum Bakteri .............................................. 32

3.13 Pengujian Aktivitas Antibakteri Ektrak Air Umbi Bawang

dayak ................................................................................... 32

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

xiii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 33

4.1 Identitas Tumbuhan ............................................................. 33

4.2 Karakteristik Simplisia ......................................................... 33

4.3 Hasil Skrining Fitokimia ....................................................... 34

4.4 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Umbi Bawang

dayak ..................................................................................... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 38

5.1 Kesimpulan .......................................................................... 38

5.2 Saran .................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 39

LAMPIRAN .............................................................................................. 41

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak air bawang dayak ........ 30

4.1 Hasil karakteristik simplisia bawang dayak ............................. 34

4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak air bawang

dayak ......................................................................................... 34

4.3 Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan

antibakteri ekstrak air bawang dayak terhadap pertumbuhan

bakteri Echericia coli dan Staphylococcus aureus .................. 36

Universitas Sumatera Utara

Page 16: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

5.1 Tumbuhan bawang dayak ....................................................... 45

5.2 Tinggi tumbuhan bawang dayak ............................................. 46

5.3 Simplisia bawang dayak .......................................................... 47

5.4 Simplisia bawang dayak rajangan .......................................... 48

9.1 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak air bawang dayak

terhadap Escherichia coli dengan konsentrasi 100%, 75%,

50%, dan 25% ........................................................................ 54

9.2 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak air bawang dayak

terhadap Staphyllococcus aureus dengan konsentrasi 100%,

75%, 50%, dan 25% ............................................................... 55

9.3 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak air bawang dayak

terhadap Staphyllococcus aureus dengan konsentrasi 20%,

15%, 10%, dan 5% ................................................................. 56

Universitas Sumatera Utara

Page 17: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat hasil identifikasi tumbuhan ........................................... 41

2 Bagan kerja penelitian ............................................................ 42

3 Pembuatan ekstrak air bawang dayak ..................................... 43

4 Pengujian aktivitas antibakteri ................................................ 44

5 Gambar tumbuhan .................................................................. 45

6 Mikroskopik bawang dayak .................................................... 49

7 Perhitungan pemeriksaan karakterisasi simplisia bawang

dayak ........................................................................................ 50

8 Hasil pengukuran daya hambat pertumbuhan bakteri dari

ekstrak air bawang dayak ........................................................ 53

9 Gambar hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak air

bawang dayak .......................................................................... 54

Universitas Sumatera Utara

Page 18: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, pemakaian obat tradisional semakin berkembang pesat.

Perkembangan ini didukung oleh kecenderungan manusia melakukan pengobatan

secara alami atau kembali ke alam (back to nature). Pengobatan secara tradisional

dianggap lebih praktis karena sudah berlangsung turun temurun dan biasanya

memiliki efek samping yang kecil.

Sejarah perkembangan bangsa Indonesia telah banyak meramu obat dan

melakukan pengobatan secara tradisional serta menjadi bagian penting dari

beberapa penemuan jenis obat. Namun di lain pihak, kepedulian masyarakat

terhadap sejarah tersebut sering kali diabaikan sehingga banyak bukti peninggalan

yang tidak terdokumentasi dengan baik bahkan hilang. Alhasil, banyak penemuan

di Indonesia yang mendapat hak paten internasional dari penemu yang bukan bangsa

Indonesia (Indrawati dan Razimin, 2013). Maka dari itu, penting bagi kita sebagai

warga negara Indonesia untuk melestarikan sumber daya alam yang kita miliki.

Bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) adalah salah satu jenis

tumbuhan yang berkhasiat bagi kesehatan. Tumbuhan ini banyak ditemukan di

daerah Kalimantan. Penduduk lokal di daerah tersebut sudah menggunakan

tumbuhan ini sebagai obat tradisional (Nur, 2011). Penelitian sebelumnya

menunjukan bahwa umbi bawang dayak mengandung beberapa senyawa metabolit

sekunder, yaitu alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, steroid, tanin dan saponin.

Senyawa tersebut yang menyebabkan bawang dayak memiliki efek seperti

antikanker, antidiabetes, antibakteri, dan sebagainya (Indrawati dan Razimin, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Page 19: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

2

Cara kerja bawang dayak dalam membasmi berbagai penyakit memang perlu

dikembangkan, hal ini terkait dengan kandungan senyawa aktif dan senyawa utama

di dalamnya untuk mengatasi penyakit (Indrawati dan Razimin, 2013). Salah satu

penyakit yang sering dialami oleh masyarakat Indonesia adalah diare. Penyebab

diare dapat berbagai macam, salah satunya bakteri Escherichia coli dan

Staphylococcus aureus yang merupakan contoh dari beberapa bakteri penyebab

penyakit infeksi yang sering terjadi di masyarakat. Escherichia coli dapat

menyebabkan berbagai penyakit seperti diare, sepsis dan meningitis tergantung dari

tempat infeksinya, sedangkan Staphylococcus aureus menghasilkan enterotoksin

penyebab kasus keracunan makanan yang mengakibatkan seseorang mengalami

muntah dan diare (Tim Mikrobiologi FK Brawijaya, 2003).

Metode ekstraksi yang dipilih memiliki prinsip back to nature yaitu mirip

dengan metode yang telah dilakukan masyarakat dari jaman dahulu secara turun

menurun, yaitu dengan cara merebus. Cara merebus telah dilakukan oleh masyarakat

sekitar untuk membuat berbagai macam obat tradisional. Metode ekstraksi yang

memiliki prinsip mirip dengan cara tersebut adalah metode dekoktasi. Maka dari itu,

metode ekstraksi yang dipilih pada penelitian ini adalah metode dekoktasi. Setelah

ekstrak di dapat, dilakukan uji antibakteri. Uji antibakteri yang dilakukan

menggunakan metode difusi agar dengan menggunakan cakram kertas atau disebut

metode kirby bauer. Metode ini dipilih karena sering dilakukan dan cara melakukan

dapat dikatakan sederhana. Oleh karena itu, metode kirby bauer dipilih dalam

penelitian ini (Pratiwi, 2008).

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian uji aktivitas

antibakteri ekstrak air bawang dayak terhadap bakteri Escherichia coli dan

Staphylococcus aureus.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

3

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian

ini adalah:

a. Golongan senyawa kimia apakah yang terdapat pada bawang dayak?

b. Apakah ekstrak air bawang dayak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, hipotesis pada penelitian ini adalah:

a. Golongan senyawa kimia yang terdapat pada bawang dayak adalah alkaloid,

flavonoid, tanin, saponin, glikosida, dan steroid.

b. Ekstrak air bawang dayak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia

coli dan Staphylococcus aureus.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesa diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat pada bawang dayak.

b. Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak air bawang dayak terhadap

Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah sumber informasi tentang apa

kandungan dari bawang dayak dan bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak air

bawang dayak terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) meliputi

morfologi, habitat, sistematika, nama lain, kegunaan dan manfaat, dan kandungan

kimia tumbuhan.

2.1.1 Morfologi tumbuhan

Umbi bawang dayak menyerupai umbi bawang merah, berlapis-lapis

dengan tiap lapisan memiliki ketebalan yang berbeda, umbinya agak sedikit

lembek, tidak menimbulkan bau yang menyengat, dan tidak mengeluarkan zat

yang menyebabkan mata pedih seperti bawang merah. Daun bawang dayak seperti

daun ilalang dengan garis-garis yang searah dengan bentuk tulang daun menyerupai

palem berbentuk pita sepanjang 15-20 cm dan lebar 3-5 cm. Tumbuhan bawang

dayak berakar serabut dan bila diletakan di dalam wadah pot kecil berdiameter

5 cm, maka dalam waktu 45 hari seluruh pot akan dipenuhi akar serabut yang

bentuknya melingkar. Penampilan bunga seperti pada anggrek tanah yang berwarna

putih, mungil, dan berkelopak lima. Tinggi tanaman ini mencapai 30 cm dengan

batang tumbuh tegak atau merunduk (Indrawati dan Razimin, 2013).

2.1.2 Habitat tumbuhan

Bawang dayak dapat tumbuh pada daerah yang tinggi dengan suhu yang

cocok antara 18-35oC, wilayah yang beriklim tropis dengan kelembapan yang cukup

tinggi, tekstur tanah yang baik adalah berpasir dan tidak baik pada tanah yang liat.

Bawang dayak dapat menjadi cepat busuk bila ditanam di tanah yang mengandung

banyak air (Indrawati dan Razimin, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Page 22: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

5

2.1.3 Sistematika tumbuhan

Menurut Indrawati dan Razimin (2013), sistematika tumbuhan bawang

dayak adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Liliales

Famili : Iridaceae

Genus : Eleutherine

Spesies : Eleutherine palmifolia (L.) Merr.

2.1.4 Nama lain

a. Sinonim

Nama latin dari bawang dayak adalah Eleutherine palmifolia (L.) Merr.

dengan sinonim Eleutherine americana Merr. dan Sisyrinchium palmifolium (L.).

b. Nama asing

Nama asing dari bawang dayak adalah bawang sereh (Malaysia), red bulb

(Amerika), hagusahis (Thailand), mala-bauang (Filipina), palmilia (Spanyol).

c. Nama daerah

Nama daerah dari tumbuhan ini adalah bawang sabrang, bawang mekah,

bawang hutan, bawang kambek, bawang berlian, bawang tiwei, bawang kapal,

bawang siyem, luluwan sapi (Indrawati dan Razimin, 2013).

2.1.5 Manfaat dan kegunaan tumbuhan

Bawang dayak biasanya digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat

setempat untuk mengatasi berbagai penyakit seperti kanker, kista, diabetes, penyakit

Universitas Sumatera Utara

Page 23: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

6

jantung, hipertensi, penyakit asam urat, maag, infeksi saluran kemih, penyakit batu

ginjal, diare, dan lainnya (Indrawati dan Razimin, 2013).

2.1.6 Kandungan kimia

Kandungan kimia atau senyawa aktif yang terkandung di dalam bawang

dayak meliputi sebagai berikut alkaloid, steroid, glikosida, flavonoid, fenolik, tanin,

dan saponin (Indrawati dan Razimin, 2013). Bawang dayak mengandung senyawa

naftokuinon dan turunannya seperti elacanacin, eleutherin, eleutherol, dan

eleutherinon (Hidayah, dkk., 2015)

2.2 Karakterisasi

2.2.1 Kadar air

Kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan,

dilakukan dengan cara yang tepat dengan prinsip yaitu cara titrasi, destilasi, atau

gravimetri. Tujuannya untuk memberi batasan minimal atau rentang tentang

besarnya kandungan air di dalam bahan. Dapat dinilai dengan maksimal atau rentang

yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian atau kontaminasi (Depkes RI, 2000).

2.2.2 Kadar sari larut air dan etanol

Yaitu melarutkan ekstrak dengan pelarut (alkohol atau air) untuk

ditentukan jumlah solut yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara

gravimetri. Tujuannya untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa

kandungan. Ditentukan dengan nilai minimal atau rentang yang ditetapkan

terlebih dahulu (Depkes RI, 2000).

2.2.3. Kadar abu dan abu yang tidak larut asam

Bahan dipanaskan pada temperatur dimana senyawa organik dan turunannya

terdestruksi dan menguap sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik. Tujuannya

Universitas Sumatera Utara

Page 24: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

7

untuk memberi gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal

dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Dinilai dengan menentukan

maksimal atau rentang yang di perbolehkan terkait dengan kontaminasi dari

luar (Depkes RI, 2000).

2.3 Simplisia dan Ekstrak

2.3.1 Simplisia

Simplisia merupakan bahan alamiah yang digunakan sebagai obat dan belum

mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah

dikeringkan. Namun simplisia secara umum merupakan produk hasil pertanian

tumbuhan obat setelah melalui proses preparasi secara sederhana menjadi produk

kefarmasian yang siap dipakai atau diproses selanjutnya (Depkes RI, 2000).

2.3.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan (Depkes RI, 2000).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan

pelarut cair. Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan

serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya,

logam berat dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi

yang tepat (Depkes RI, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Page 25: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

8

Beberapa metode ekstraksi:

1. Cara dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrasian simplisia dengan menggunakan

pelarut beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan

(kamar). Pelarut yang biasa digunakan adalah etanol. Secara teknologi termasuk

ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada saat keseimbangan.

Remaserasi merupakan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan

penyaringan maserat pertama (Depkes RI, 2000).

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

sempurna yang umumya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari

tahapan pengembangan bahan, tahapan maserasi antara, tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan/penampung ekstrak) secara terus menerus sampai

diperoleh perkolat (Depkes RI, 2000).

2. Cara panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu

pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi yang

sempurna (Depkes RI, 2000).

b. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang dilakukan dengan alat

khusus (soklet) sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif

Universitas Sumatera Utara

Page 26: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING
Page 27: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

10

manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol, jadi

digunakan secara luas dalam bidang pengobatan, Alkaloid biasanya tanpa warna,

sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal (Harborne, 1987).

Hasil positif alkaloid pada uji Mayer ditandai dengan terbentuknya endapan

putih. Endapan tersebut adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi

Mayer, larutan merkurium(II) klorida ditambah kalium iodida akan bereaksi

membentuk endapan merah merkurium(II) iodida. Jika kalium iodida yang

ditambahkan berlebih maka akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat(II). Alkaloid

mengandung atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas sehingga

dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam.

Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, nitrogen pada alkaloid akan bereaksi

dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks

kalium-alkaloid yang mengendap (Setyowati, dkk., 2014).

Pada pereaksi bouchardat, endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada

pembuatan pereaksi ini, iodin bereaksi dengan ion I- dari kalium iodide

menghasilkan ion I3- yang berwarna coklat. Pada uji ini, ion logam K+ akan

membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk

kompleks kalium-alkaloid yang mengendap (Setyowati, dkk., 2014).

Pada uji Dragendorff akan terbentuknya endapan coklat muda sampai

kuning. Endapan tersebut adalah kalium-alkaloid. Pada pembuatan pereaksi

Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan dalam HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis

karena garam-garam bismut mudah terhidrolisis membentuk ion bismutil (BiO+).

Agar ion Bi3+ tetap berada dalam larutan, maka larutan itu ditambah asam sehingga

kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri. Selanjutnya ion Bi3+ dari bismut nitrat

bereaksi dengan kalium iodide membentuk endapan hitam Bismut(III)iodida yang

Universitas Sumatera Utara

Page 28: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

11

kemudian melarut dalam kalium iodida berlebih membentuk kalium

tetraiodobismutat. Pada pereaksi ini, nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan

kovalen koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam (Setyowati, dkk., 2014).

2.4.2 Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa fenol alam terbesar

yang ditemukan dalam tumbuhan berpembuluh (buah dan sayuran). Biasanya, satu

jenis tumbuhan mengandung profil flavonoid yang khas (Indrawati dan Razimin,

2013). Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid (yaitu flavonoid tanpa gula terikat)

terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Semuanya mengandung 15 atom karbon

dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin

aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tak dapat

membentuk cincin ketiga (Markham, 1988).

Pada identifikasi flavonoid menunjukkan positif apabila adanya warna

menjadi merah atau jingga. Logam Mg dan HCl pekat pada uji ini berfungsi untuk

mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada struktur flavonoid sehingga terbentuk

perubahan warna menjadi merah atau jingga. Jika dalam suatu ekstrak tumbuhan

terdapat senyawa flavonoid akan terbentuk garam flavilium saat penambahan Mg

dan HCl yang berwarna merah atau jingga (Setyowati, dkk., 2014).

2.4.3 Tanin

Tanin merupakan senyawa dengan jumlah gugus hidroksi fenolik yang

banyak. Tanin memiliki keaktifan dalam menghambat lipooksigenase (Indrawati

dan Razimin, 2013). Didalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim

sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya, maka

reaksi penyamakan dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar

dicapai oleh cairan pencernaan hewan (Harborne, 1987).

Universitas Sumatera Utara

Page 29: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

12

Pada percobaan identifikasi tanin menggunakan pereaksi besi(III)klorida.

Penambahan ekstrak dengan FeCl3 dalam air menimbulkan warna hijau, merah,

ungu atau hitam yang kuat. Terbentuknya warna hijau kehitaman pada simplisia

setelah ditambahkan FeCl3 karena tanin akan beraksi dengan ion Fe3+ membentuk

senyawa kompleks (Setyowati, dkk., 2014).

2.4.4 Saponin

Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol, merupakan senyawa aktif

permukaan dan bersifat seperti sabun. Memiliki kemampuan membentuk busa dan

menghemolisis darah. Komponen gula saponin yang umum adalah glukuronat

(Harborne, 1987). Saponin memiliki rasa pahit menusuk dan bisa menyebabkan

bersin serta iritasi pada selaput lendir (Indrawati dan Razimin, 2013).

Terbentuknya busa dan tidak dapat bertahan kurang dari 10 menit serta tidak

hilang setelah penambahan HCl 2N. Hal ini menunjukkan adanya glikosida

yang mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis menjadi

glukosa dan senyawa lainnya (Setyowati, dkk., 2014).

2.4.5 Glikosida

Glikosida merupakan salah satu senyawa aktif tanaman yang termasuk

dalam kelompok metabolit sekunder. Senyawa ini mengandung komponen gula dan

bukan gula. Komponen gula dikenal dengan nama glikon dan komponen bukan gula

dikenal sebagai aglikon (Indrawati dan Razimin, 2013).

2.4.6 Triterpenoid/Steroid

Triterpenoid merupakan senyawa dengan kerangka karbon yang berasal

dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon

C30 asiklik atau skualena. Senyawa ini berstruktur siklik. Sebagian besar berupa

alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Sedangkan steroid adalah triterpen

Universitas Sumatera Utara

Page 30: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

13

dengan kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenantrena. Pada

pemeriksaan senyawa ini, bagian lemaknya harus dihilangkan dengan eter

(Harborne, 1987). Triterpenoid merupakan senyawa berbentuk kristal, tidak

berwarna, dan memiliki titik leleh yang tinggi (Indrawati dan Razimin, 2013).

Identifikasi terpenoid dan steroid dalam percobaan ini menggunakan uji

Lieberman-Burchard (anhidrida asetat-H2SO4 pekat) yang memberikan warna hijau-

biru. Perubahan warna terjadi dikarenakan reaksi oksidasi pada golongan senyawa

terpenoid/steroid melalui pembentukan ikatan rangkap terkonjugasi. Prinsip reaksi

dalam mekanisme reaksi uji terpenoid adalah rekasi kondensasi atau pelepasan H2O

dan penggabungan karbokation. Reaksi ini diawali dengan proses asetilasi gugus

hidroksil menggunakan asam asetat anhidrida. Gugus asetil akan lepas, sehingga

terbentuk ikatan rangkap. Selanjutnya terjadi pelepasan gugus hidrogen beserta

elektronnya, mengakibatkan ikatan rangkap berpindah. Senyawa ini mengalami

resonansi yang bertindak sebagai elektrofil atau karbokation. Serangan karbokation

menyebabkan adisi elektrofilik, diikuti dengan pelepasan hidrogen. Kemudian

gugus hidrogen beserta elektronnya dilepas akibatnya senyawa mengalami

perpanjangan konjugasi yang memperlihatkan munculnya warna hijau-biru. Hal ini

yang menyebabkan hasil reaksi positif pada uji Lieberman-Burchad untuk

identifikasi triterpenoid/steroid (Setyowati, dkk., 2014).

2.5 Uraian Bakteri

2.5.1 Struktur sel bakteri

Sel pada mikroba mempunyai ciri-ciri morfologis dan anatomi yang unik

bila dibandingkan dengan sel makhluk hidup lainnya. Struktur bakteri dibagi

menjadi struktur eksternal dan struktur internal.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

14

2.5.1.1 Struktur eksternal

a. Kapsul

Polimer yang berbentuk selubung padat menyelimuti sel. Pada beberapa

kasus, sejumlah masa polimer yang terbentuk tampak seluruhnya terlepas dari sel

dan mengurung sel tersebut. Kapsul berperan dalam tingkat invasi bakteri patogenik

(sel yang berkapsul terlindungi dari fagositosis kecuali jika mereka diselubungi oleh

antibodi antikapsuler) (Nasution, 2010).

b. Slime (lapisan lendir)

Sebagian besar material kapsul diekskresikan oleh bakteri kedalam media

pertumbuhan sebagai lapisan lendir (slime). Lapisan lendir pada bakteri relatif tidak

terorganisir dengan baik dan mudah dihilangkan secara spesifik, lapisan lendir ini

tersusun dari eksopolisakarida, glikoprotein, dan glikolipid. Fungsi lapisan lendir

pada bakteri adalah untuk melindungi bakteri dari pengaruh lingkungan yang

membahayakan, misalnya antibiotik dan kekeringan. Lapisan lendir juga dapat

memerangkap nutrisi dan air. Lapisan lendir memungkinkan bakteri untuk

menempel pada permukaan yang halus. Lapisan lendir juga memungkinkan koloni

bakteri untuk bertahan pada proses sterilisasi menggunakan klorin, iodin, dan bahan

kimia lainnya. Pada beberapa kasus, keseluruhan material kapsul dapat dilepas dari

permukaan sel dengan mengojok atau melakukan homogenasi suspensi (larutan)

bakteri. Pada akhirnya kapsul dapat dipisahkan dari media pertumbuhan bakteri

sebagai lapisan lendir (Pratiwi, 2008).

c. Flagela

Merupakan filamen yang mencuat dari sel bakteri dan berfungsi untuk

pergerakan bakteri. Flagela berbentuk panjang dan ramping. Panjang flagela pada

umumnya beberapa kali panjang sel dengan garis tengah berkisar 12-30 nm. Ada 5

Universitas Sumatera Utara

Page 32: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

15

macam tipe bakteri berdasarkan jumlah dan letak flagelnya, yaitu atrikus (bakteri

yang tidak memiliki flagela), monotrikus (1 flagela), lofotrikus (1 atau lebih flagela

pada satu ujung sel), amfitrikus (sekelompok flagela pada masing-masing ujung sel),

dan peritrikus (flagela terdistribusi di seluruh permukaan sel) (Pratiwi, 2008).

Flagela memiliki 3 bagian dasar, yaitu filamen (yang mengandung protein

flagelin), kait tempat filamen tertanam, dan bagian dasar (basal body) yang memaki

flagela pada dinding sel dan membran plasma. Gerakan flagela ini memungkinkan

bakteri mendekati atau menjauhi stimulus atau rangsang (taksis), misalnya stimulus

kimia (kemotaksis), stimulus udara (aerotaksis), stimulus medan magnet

(magnetotaksis), dan stimulus cahaya (fototaksis) (Pratiwi, 2008).

d. Filamen aksial (endoflagela)

Kumpulan benang yang muncul pada ujung sel di bawah selaput luar

sel dan berpilin membentuk spiral di sekeliling sel. Rotasi filamen

menimbulkan pergerakan selaput luar sel dan memungkinkan arah gerak bakteri

berbentuk spiral (Pratiwi, 2008).

e. Fimbria

Termasuk golongan protein disebut lektin yang dapat mengenali dan terikat

pada residu gula khusus pada polisakarida permukaan sel. Hal itu menyebabkan

bakteri berfimbria saling melekat satu sama lain atau melekat pada sel hewan.

Fimbria umumnya terdistribusi di seluruh permukaan sel (Pratiwi, 2008).

f. Pili

Secara morfologi sama dengan fimbria. Umumnya pili lebih panjang

dibaningkan fimbria. Pili berperan khusus dalam tranfer molekul genetik (DNA)

dari satu bakteri ke bakteri lainnya pada peristiwa konjugasi. Karena fungsi itu,

maka pili sering disebut sebagai pili seks (Pratiwi, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 33: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

16

g. Dinding sel

Dinding sel bakteri merupakan struktur kompleks dan berffungsi sebagai

penentu bentuk sel, pelindung sel dari kemungkinan pecah ketika tekanan air di

dalam sel lebih besar dibandingkan di luar sel, serta pelindung isi sel dari perubahan

lingkungan di luar sel. Tebal dinding sel bakteri berkisar 10-23 nm dengan berat

barkisar 20% berat kering bakteri. Dinding sel bakteri tersusun atas

peptidoglikan yang menyebabkan kakunya dinding sel (Pratiwi, 2008). Lapisan

ini terletak diantara membran sitoplasma dan kapsul. Lapisan ini bisa begitu

kuat karena tersusun atas suatu bahan yang disebut murein, mukopeptida, dan

peptidoglikan (Nasution, 2010).

Dinding sel bakteri dibedakan menjadi Gram positif dan Gram negatif:

- Gram positif, dinding sel gram positif mengandung banyak lapisan petidoglikan

yang membentuk struktur yang tebal dan kaku, dan asam teikoat yang

mengandung alkohol (gliselor atau ribitol) dan fosfat. Ada 2 macam asam

teikoat, yaitu asam lioteikoat yang merentang lapisan peptidoglikan dan

terikat pada membran plasma, dan asam teikoat dinding yang terikat pada

peptidoglikan (Pratiwi, 2008).

- Gram negatif, dinding sel bakteri Gram negatif mengandung satu atau beberapa

lapis peptidoglikan dan membran luar. Peptidoglikan terikat pada lipoprotein

pada membran luar. Terdapat daerah periplasma, yaitu daerah yang terdapat di

antara membran plasma dan membran luar. Periplasma berisi enzim degradasi

konsentrasi tinggi serta protein-protein transport. Dinding sel bakteri Gram

negatif tidak mengandung asam teikoat, dan karena hanya mengandung sejumlah

peptidoglikan, maka dinding sel bakteri Gram negatif ini relatif lebih tahan

terhadap kerusakan mekanis (Pratiwi, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 34: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

17

2.5.1.2 Struktur internal

a. Sitoplasma

Sitoplasma merupakan substansi yang menempati ruangan sel bagian dalam.

Di dalam sitoplasma terdapat berbagai enzim, air (80%), protein, karbohidrat,

asam nukleat, dan lipid yang membentuk sistem koloid yang secara optik bersifat

homogen. Selain dikelilingi oleh dinding sel, sitoplasma juga dikelilingi oleh

membran sel (membran plasma) dan kadang-kadang terdapat lapisan di sebelah luar

dinding sel berupa kapsul atau lapisan lendir (slime layer) (Pratiwi, 2008).

b. Membran plasma (inner membrane)

Struktur tipis yang terdapat di sebelah dalam dinding sel dan menutup bagian

sitoplasma sel. Membran plasma tersusun atas fosfolipid berlapis ganda dan protein,

membentuk model mosaik cairan (fluid mosaic model). Pada eukariot, membran

plasma juga tersusun dari karboidrat dan sterol, misalnya kolesterol (Pratiwi, 2008).

Membran plasma berfungsi sebagai sekat selektif material yang ada di dalam

dan di luar sel (bersifat selektif permeabel bagi transport material ke dalam dan

keluar sel). Materi yang melewati membran plasma dikelompokan menjadi dua

kelompok yaitu, mikromolekul dan makromolekul. Membran plasma juga berfungsi

untuk memecah nutrien dan memproduksi energi. Membran plasma merupakan

tempat aksi bagi beberapa agen antimikroba (Pratiwi, 2008).

c. Daerah inti (daerah nukleoid)

Mengandung kromosom bakteri, ribosom yang berperan pada sintesis

protein, badan inklusi yang merupakan organel penyimpanan nutrisi, dan endospora

yaitu dinding sel tebal dan lapisan tambahan pada sel bakteri yang dibentuk dalam

membran sel. Endospora berfungsi sebagai pertahanan sel bakteri terhadap panas

ekstrem, kondisi kurang air, dan paparan bahan kimia serta radiasi (Pratiwi, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 35: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

18

2.5.2 Fase pertumbuhan

Fase pertumbuhan bakteri terdiri atas

Fase I: Fase Adaptasi (Fase Lag)

Fase adaptasi (Fase Lag) adalah fase penyesuaian diri mikroorganisme pada

suatu lingkunagan baru. Cirinya adalah tidak ada peningkatan jumlah sel, yang ada

hanyalah peningkatan ukuran sel (Pratiwi, 2008).

Fase II: Fase Eksponensial (Fase Log)

Bakteri berkembang dengan berlipat ganda, jumlah bakteri meningkat secara

eksponensial. Untuk kebanyakan bakteri fase ini berlangsung selama 18-24 jam.

Pada pertengahan fase ini pertumbuhan bakteri sangat ideal, pembelahan terjadi

secara teratur, semua bahan dalam sel berada dalam keadaan seimbang (balanced

growth) (Nasution, 2010).

Fase III: Fase Stasioner

Dengan meningkatnya jumlah bakteri, meningkat juga jumlah hasil

metabolisme toksis. Bakteri mulai ada yang mati, pembelahan terhambat. Pada suatu

saat terjadi jumlah sel bakteri yang bidup tetap sama (Nasution, 2010).

Fase IV: Fase Kematian

Jumlah bakteri yang hidup berkurang dan menurun. Keadaan lingkungan

menjadi sangat jelek. Pada beberapa jenis bakteri timbul bentuk-bentuk abnormal

(bentuk involusi) (Nasution, 2010).

2.6 Bakteri Uji

2.6.1 Uraian Staphylococcus aureus

Staphlococcus aureus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, biasanya

tersusun dalam rangkaian tak beraturan seperti anggur. Beberapa diantaranya

Universitas Sumatera Utara

Page 36: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

19

tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa manusia. Staphylococcus

patogen sering menghemolisis darah, mengkoagulasi plasma, serta menghasilkan

enzim ekstraseluluer dan toksin. Toksin yang menimbulkan keracunan makanan

yaitu, enterotoksik tahan panas yang dihasilkan Staphylococcus (Nasution, 2010).

Enterotoksin yang diproduksi oleh Staphylococcus bersifat tahan panas,

dan masih aktif setelah dipanaskan pada suhu 100oC selama 30 menit (Fardiaz,

1993) dan tahan terhadap daya kerja enzim usus. Enterotoksin dihasilkan ketika

Staphylococcus tumbuh pada makanan yang mengandung karbohidrat dan

protein (Nasution, 2010).

Menurut Nasution (2010), klasifikasi Staphylococcus aureus adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Monera

Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Ordo : Eubacteriales

Famili : Micrococcacea

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

Staphylococcus adalah bakteri yang mudah tumbuh pada beberapa

perbenihan dalam keadaan aerobik atau mikroaerofilik. Bakteri ini tumbuh paling

cepat pada suhu 37oC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-

25oC). Koloni perbenihan padat (MSA/Mannitol Salt Agar) berbentuk bundar,

halus, menonjol, dan berkilau (Nasution, 2010). Koloni Staphylococcus pada MSA

dikelilingi oleh areal berwarna kuning, sedangkan nonpatogenik koloninya kecil

dengan areal berwarna merah atau ungu disekitarnya (Fardiaz, 1993).

Universitas Sumatera Utara

Page 37: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING
Page 38: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

21

menfermentasikan laktosa di dalam medium menjadi asam, sehingga

mengakibatkan terjadinya pengendapan dan penyerapan indikator (Fardiaz, 1993).

2.7 Uji Aktivitas Antibakteri

Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode difusi

dan metode dilusi (Pratiwi, 2008).

2.7.1 Metode difusi

Metode disc diffusion (tes Kirby-Bauer) untuk menentukan aktivitas agen

antibakteri. Piringan yang berisi antibakteri diletakan pada media Agar yang telah

ditanami bakteri yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih

mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan bakteri oleh agen antibakteri pada

permukaan media agar (Pratiwi, 2008).

2.7.2 Metode dilusi

Metode dilusi untuk mengukur KHM (Kadar hambat Minimum) atau KBM

(Kadar Bunuh Minimum). Dilakukan dengan membuat seri pengenceran agen

antibakteri pada medium yang ditambahkan dengan mikroba uji. Agen uji

antibakteri pada kadar terkecil akan terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan

bakteri ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM

selanjutnya dikultur ulang pada media lain tanpa penambahan mikroba uji ataupun

agen antibakteri, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media yang tetap terlihat jernih

setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM (Pratiwi, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 39: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat-alat

Alat yang digunakan dalam penelititan ini adalah alumunium foil,

autoclaf (Fison), batang pengaduk, beaker gelas (Iwaki Pyrex), blender

(Philips), benang wol, bunsen, cawan petri, erlenmeyer (Iwaki Pyrex), gelas

ukur (Iwaki Pyrex), inkubator (Memmert), jangka sorong, jarum ose, kaca

objek, kain kasa, kapas, kertas perkamen, kertas saring, labu alas bulat (Iwaki

Pyrex), mikro pipet (Eppendorf), mikroskop (Olympus), neraca analitik (Metler

AE 200), oven (Gallenkomp), panci infus, penangas air, pencadang kertas,

pinset, pipet tetes.

3.1.2 Bahan-bahan

3.1.2.1 Tumbuhan

Tumbuhan yang digunakan adalah umbi bawang dayak (Eleutherine

palmifolia (L.) Merr. tanpa membandingkan tumbuhan sama dengan daerah lain.

3.1.2.2 Bahan kimia

Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah air suling yang

diperoleh dari PT. Rudang Jaya Medan dan bahan kimia produksi dari PT.

Merck Indonesia Tbk meliputi, amil alkohol, asam asetat glasial, asam sulfat,

asam klorida, besi (III) klorida, bismuth (III) nitrat, eter, iodium, isopropanol,

kalium iodida, kloralhidrat, kloroform, metanol, natrium hidroksida, natrium

klorida, natrium sulfat anhidrat, nutrient agar, nutrient broth, raksa (II) klorida,

serbuk magnesium, serbuk zinkum, timbal (II) asetat.

Universitas Sumatera Utara

Page 40: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

23

3.1.2.3 Bakteri uji

Bakteri yang digunakan adalah Staphylococcus aureus dan Escherichia coli

yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU.

3.2 Pengambilan dan Pengolahan Tumbuhan

3.2.1 Lokasi pengambilan tumbuhan

Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bawang dayak

(Eleutherine palmifolia (L.) Merr.) yang diambil dari Desa Sahan, Dusun Melayang,

Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Koordinat

Garis Lintang (Latitude) 1.1641875 dan Garis Bujur (Longitude) 109.7750625 dan

Sea Level 165 m.

3.2.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor, Indonesia.

3.2.3 Pembuatan simplisia

Dipotong bagian daun dan akar bawang dayak hingga tersisa umbi, dicuci

dengan air mengalir, ditiriskan, kemudian dipotong menjadi bagian-bagian kecil.

Bawang dayak kemudian dikeringkan di lemari pengering pada suhu ±40°C sampai

kering (ditandai bila diremas rapuh), lalu ditimbang. Sampel yang telah kering

disimpan dalam wadah untuk mencegah pengaruh lembab dan pengotor lainnya.

3.3 Karakterisasi Simplisia

3.3.1 Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik bawang dayak dan simplisia meliputi

pemeriksaan bentuk, ukuran, warna, bau dan rasa.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

24

3.3.2 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik pada serbuk simplisia bawang dayak. Diletakkan

pada objek glass yang telah ditetesi larutan kloralhidrat serbuk simplisia, ditutup

dengan kaca penutup, lalu diamati dibawah mikroskop.

3.3.3 Penetapan kadar air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (destilasi toluen).

Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung

penyambung dan tabung penerima 10 ml.

1. Penjenuhan toluen

Dimasukkan kedalam labu alas bulat 200 ml toluen dan 2 ml air suling,

dipasang alat penampung dan pendingin, didestilasi selama 2 jam. Destilasi

dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air dalam

tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml.

2. Penetapan kadar air simplisia

Dimasukkan 5 gram simplisia yang telah ditimbang ke dalam labu

tersebut, labu dipanaskan selama 15 menit. Toluen mulai mendidih,

kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai sebagian besar

air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan sampai 4 tetes

untuk tiap detik. Semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas

dengan toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung

penerima dibiarkan dingin sampai suhu kamar. Air dan toluen memisah

sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua

volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat di dalam

sampel. Kadar air dihitung dalam persen terhadap berat sampel yang telah

dikeringkan (WHO, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Page 42: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

25

3.3.4 Penetapan kadar sari larut air

Dimaserasi 5 gram serbuk simplisia selama 24 jam dengan 100ml air-

kloroform (2,5 ml kloroform dalam air hingga 1 liter) menggunakan labu bersumbat

sambil dikocok sekali-kali selama 6 jam pertama, dibiarkan selama 18 jam

dan disaring. Diuapkan 20 ml filtrat dalam cawan dangkal berdasar rata yang

telah ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Kadar sari

yang larut dalam air dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah

dikeringkan (Ditjen POM, 1995).

3.3.5 Penetapan kadar sari larut etanol

Dimaserasi 5 gram serbuk simplisia selama 24 jam dengan 100 ml etanol

(96%) menggunakan labu bersumbat sambil dikocok selama 6 jam pertama,

dibiarkan selama 18 jam. Disaring dengan cepat untuk mencegah penguapan etanol.

Diambil 20 ml filtrat dan diuapkan dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah

ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Kadar sari yang

larut dalam etanol dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah

dikeringkan (Ditjen POM, 1995).

3.3.6 Penetapan kadar abu total

Digerus sebanyak 2 gram serbuk simplisia, ditimbang, dimasukkan ke dalam

kurs porselen yang terlebih dahulu telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Kurs

dipijarkan sampai bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1995).

3.3.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam

Dididihkan abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu dengan 25 ml

asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut asam dikumpulkan,

disaring dengan kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas. Residu dan kertas

Universitas Sumatera Utara

Page 43: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING
Page 44: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

27

3.4.6 Pereaksi asam sulfat 2 N

Diencerkan 5,5 ml asam sulfat pekat dengan air suling hingga

volume 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.4.7 Pereaksi asam klorida 2 N

Ditambahkan 17 ml asam klorida pekat dengan air suling hingga diperoleh

100 ml (Depkes RI, 1995).

3.4.8 Pereaksi asam nitrat 0,5 N

Diencerkan 4,2 ml asam nitrat pekat dengan air suling hingga volume

100 ml (Depkes RI, 1995).

3.4.9 Pereaksi natrium hidroksida 2 N

Ditimbang 8,001 gram kristal natrium hidroksida, dilarutkan dalam air

suling sehingga diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.4.10 Pereaksi timbal (II) asetat 0,4 M

Dilarutkan 15,17 gram timbal (II) asetat dalam air suling bebas CO2 hingga

100 ml (Depkes RI, 1995).

3.4.11 Pereaksi besi (III) klorida 10%

Ditimbang 10 gram besi (III) klorida, dilarutkan dalam air suling hingga

diperoleh larutan 100 ml (Depkes RI, 1995).

3.4.12 Larutan kloralhidrat 70%

Ditimbang 70 gram kristal kloralhidrat lalu dilarutkan dalam 30 ml air

suling (Depkes RI, 1995).

3.5 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan pada simplisia dan ekstrak air bawang dayak

meliputi, alkaloid, glikosida, saponin, flavonoid, tanin dan triterpenoid/steroid.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

28

3.5.1 Pemeriksaan alkaloid

Ditimbang 0,5 gram sampel, ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml

air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring.

Filtrat dipakai untuk percobaan berikut:

a. diambil 0,5 ml filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer, akan

terbentuk endapan berwarna putih/kuning.

b. diambil 0,5 ml filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat, akan

terbentuk endapan berwarna coklat sampai kehitaman.

c. diambil 0,5 ml filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff, akan

terbentuk endapan berwarna coklat atau jingga kecoklatan.

Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari tiga

percobaan di atas (Ditjen POM, 1995).

3.5.2 Pemeriksaan flavonoid

Ditambahkan 10 gram sampel pada 10 ml air panas, dididihkan selama

5 menit dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1

gram serbuk magnesium, 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok

dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna merah atau kuning atau

jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).

3.5.3 Pemeriksaan tanin

Ditimbang 0,5 gram sampel, disari dengan 10 ml air suling selama 15 menit

lalu disaring. Filtrat diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Larutan

diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes larutan pereaksi besi (III) klorida

10%. Setelah itu, amati perubahan warna yang terjadi setelah meneteskan larutan

pereaksi tersebut. Larutan akan terjadi warna biru atau hijau kehitaman

menunjukkan adanya tanin (Farnsworth, 1966).

Universitas Sumatera Utara

Page 46: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

29

3.5.4 Pemeriksaan saponin

Dimasukkan 0,5 gram sampel ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml

air panas dan disaring. Larutan atau filtratnya diambil masukkan ke dalam tabung

reaksi, kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, jika terbentuk buih yang stabil

pada tabung reaksi selama tidak kurang dari 10 menit dengan tinggi buih 1-10 cm

serta dengan penambahan beberapa tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang

menunjukkan adanya saponin (Ditjen POM, 1995).

3.5.5 Pemeriksaan glikosida

Ditimbang 3 gram sampel, disari dengan 30 ml campuran dari 7 bagian

etanol 95% dan 3 bagian air suling, ditambahkan asam klorida 2 N hingga

pH larutan 2, direfluks selama 10 menit, dinginkan dan disaring. Diambil 20 ml

filtrat, kemudian ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M

dikocok dan didiamkam selama 5 menit, lalu disaring. Filtrat diekstraksi dengan 20

ml campuran kloroform dan isopropanol (3:2), ini dilakukan sebanyak tiga kali.

Kumpulan sari air diuapkan pada temperature tidak lebih dari 50oC, sisanya

dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan ini digunakan untuk percobaan berikut:

larutan sisa dimasukkan ke dalam tabung reaksi, diuapkan di atas penangas air,

sisanya ditambah 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molisch kemudian ditambah 2 ml

asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Cincin ungu akan terbentuk menunjukkan

adanya gula (Ditjen POM, 1995).

3.5.6 Pemeriksaan triterpenoid/steroid

Direndam 1 gram sampel dengan 20 ml n-heksana selama 2 jam lalu

disaring, filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Sisanya ditambahkan pereaksi

Liebermann-Burchard (LB), munculnya warna merah ungu atau hijau biru

menunjukkan adanya triterpenoid/steroid (Harborne, 1987).

Universitas Sumatera Utara

Page 47: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

30

3.6 Pembuatan Ekstrak Air Umbi Bawang dayak

Dicampurkan 25 gram simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam

panci dengan air suling 250 ml, panaskan diatas tangas air selama 30 menit

terhitung mulai suhu 90°C sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas melalui

kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh

volume dekoktasi yang dikehendaki (Ditjen POM, 2012). Hasil campuran ini

dianggap ekstrak air bawang dayak 100% (Fauzia dan Astari, 2008).

3.7 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Air Umbi Bawang dayak dengan

Berbagai Konsentrasi

Pembuatan larutan uji ekstrak air bawang dayak dilakukan dengan cara dipipet

ekstrak air bawang dayak 100% kemudian dicukupkan dengan air suling hingga 5

ml sesuai dengan konsentrasi masing-masing. Konsentrasi larutan uji dapat dilihat

pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak air bawang dayak

No. Konsentrasi Ekstrak Air

Bawang dayak 100% (ml) Air suling (ml)

1. 100% 5,00 0,00

2. 75% 3,75 1,25

3. 50% 2,50 2,50

4. 25% 1,25 3,75

5. 20% 1,00 4,00

6. 15% 0,75 4,25

7. 10% 0,50 4,50

8. 5% 0,25 4,75

*Persen konsentrasi diatas dalam volume per volume, % v/v

3.8 Sterilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan dalam uji aktivitas antibakteri ini disterilkan

dahulu sebelum dipakai. Alat-alat gelas disterilkan di oven pada suhu 170ºC

selama 1 jam. Untuk media dapat disterilkan di autoclaf pada suhu 121ºC selama 15

Universitas Sumatera Utara

Page 48: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

31

menit. Sedangkan jarum ose dan pinset disterilkan dengan cara dibakar dengan nyala

bunsen (Lay, 1994).

3.9 Pembuatan Media

3.9.1 Nutrient Agar (NA)

NA adalah media pertumbuhan untuk bakteri yang memiliki konsistensi

seperti agar terbuat dari:

- Peptone 5 g

- Meat extract 3 g

- Agar 12 g

- Air suling ad 1000 ml

Penyiapan media ini dengan cara dimasukkan 20 gram NA kedalam

erlenmeyer, kemudian ditambahkan air suling sebanyak 1000 ml, kemudian

dipanaskan sampai larut. Disterilkan di dalam autoclaf pada suhu 121ºC selama

15 menit (Merck, 1982).

3.9.2 Nutrient Broth (NB)

NB adalah media yang biasa digunakan dalam inokulum bakteri memiliki

konsistensi cair terbuat dari

- Peptone 5 g

- Meat extract 3 g

- Air suling ad 1000 ml

Penyiapan larutan media ini dengan cara yaitu ditimbang sebanyak 8 g NB,

dan dilarutkan dengan air suling 1000 ml, lalu dipanaskan sampai larut sempurna.

Media dimasukkan dalam erlenmeyer steril yang bertutup dan diterilkan dalam

autoclaf pada suhu 121ºC selama 15 menit (Merck, 1982).

Universitas Sumatera Utara

Page 49: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

32

3.10 Pembuatan Agar Miring

Dimasukkan 3 ml media nutrient agar cair ke dalam tabung reaksi,

diletakkan pada sudut kemiringan 30-45º dan dibiarkan memadat, kemudian

disimpan di lemari pendingin (Lay, 1994).

3.11 Pembuatan Stok Kultur Bakteri

Diambil koloni Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menggunakan

jarum ose steril, lalu ditanam pada media nutrient agar miring dengan cara

menggores. Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37ºC selama 20 jam.

3.12 Penyiapan Inokulum Bakteri

Diambil dari stok kultur dengan jarum ose steril masing-masing koloni

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli lalu disuspensikan dalam tabung reaksi

yang berisi 10 ml nutrient broth. Suspensi divorteks hingga diperoleh kekeruhan

yang sama dengan standar Mc.Farland No. 0,5 (1,5x108 CFU/ml).

3.13 Pengujian Aktivitas Antibakteri Ektrak Air Umbi Bawang dayak

Dimasukkan 0,1 ml inokulum bakteri ke dalam cawan petri steril, setelah itu

dituang media nutrient agar 15 ml pada suhu 45 - 50ºC. Selanjutnya dihomogenkan

agar media dan suspensi bakteri tercampur rata dan dibiarkan memadat. Direndam

pencadang kertas dalam masing-masing larutan konsentrasi, kemudian diangkat dan

dibiarkan kering. Setelah itu, diletakkan pencadang kertas diatas media agar, dan

diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37ºC selama 20 jam, kemudian diukur

diameter daerah hambatan pertumbuhan di sekitar pencadang kertas dengan

menggunakan jangka sorong (Yulinar, dkk., 2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 50: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identitas Tumbuhan

Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI) Bogor menyebutkaan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah

tumbuhan bawang dayak Eleutherine palmifolia (L.) Merr. Hasil identifikasi

tumbuhan yang dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 41.

4.2 Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik bawang dayak secara makroskopik dilakukan

untuk memperoleh identitas simplisia. Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia

bawang dayak adalah umbinya berbentuk lonjong dengan salah satu bagian

ujungnya yang membengkak, memiliki ukuran 4-7 cm, bentuk umbi berlapis-lapis,

berwarna merah menyala dengan permukaan yang sangat licin, umbinya berlapis

dengan perbedaan warna yakni merah gelap dan putih daging, tidak berbau dan

rasanya kelat. Letak daun berpasangan dengan komposisi daun panjang dan tajam

dibagian ujung dengan garis-garis yang searah dengan bentuk tulang daun

menyerupai palem berbentuk pita sepanjang 15-20 cm dan lebar 3-5 cm, berakar

serabut, dan mempunyai bunga yang berwarna putih. Hasil pemeriksaan

makroskopik simplisia bawang dayak dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 45.

Pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia secara mikroskopik dilakukan

untuk memperoleh identitas simplisia. Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk

simplisia secara mikroskopik pada Lampiran 6 pada halaman 49 terlihat adanya pati,

parenkim, dan kristal kalsium oksalat berbentuk rafida.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

34

Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar

abu dan kadar abu tak larut asam dari simplisia bawang dayak dapat dilihat pada

Tabel 4.1

Tabel 4.1 Karakteristik simplisia bawang dayak

No. Uraian Simplisia bawang dayak (%)

1 Kadar air 9,38

2 Kadar sari yang larut air 22,14

3 Kadar sari yang larut etanol 23,60

4 Kadar abu total 0,72

5 Kadar abu yang tidak larut asam 0,82

Hasil penetapan kadar air simplisia 9,38%, dilihat standarisasi kadar air simplisia

secara umum memenuhi syarat yaitu tidak lebih dari 10% (Depkes RI, 1995).

Berdasarkan buku Materia Medika Indonesia, standar kadar sari larut air tidak

kurang dari 4%, kadar sari yang larut etanol tidak kurang dari 2%, kadar abu total

tidak lebih dari 1%, dan kadar abu tidak larut dalam asam tidak lebih dari 1,5%.

Berdasarkan buku tersebut hasil karakteristik bawang dayak telah sesuai standar.

4.3 Hasil Skrining Fitokimia

Hasil skrining fitokimia terhadap simplisia dan ekstrak air bawang dayak

diketahui bahwa tumbuhan mengandung golongan senyawa-senyawa kimia seperti

yang terlihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak air bawang dayak

No. Pemeriksaan Simplisia bawang dayak Ekstrak air bawang dayak

1 Alkaloid + +

2 Flavonoid + +

3 Tanin + +

4 Saponin + +

5 Glikosida + +

6 Steroid + -

Keterangan: positif : mengandung golongan senyawa

negatif : tidak mengandung golongan senyawa

Universitas Sumatera Utara

Page 52: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

35

Pada penelitian yang dilakukan terhadap simplisia bawang dayak, mengandung

golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, glikosida, dan steroid.

Sedangkan ekstrak air bawang dayak mengandung golongan senyawa alkaloid,

flavonoid, saponin, tanin, dan glikosida. Indrawati dan Razimin (2013), mengatakan

berdasarkan hasil penelitian bahan aktif yang diujikan di Fakultas Farmasi,

Universitas Surabaya menyatakan bahwa kandungan senyawa aktif dalam bawang

dayak meliputi alkaloid, glikosida, flavonoid, fenolik, steroid, tanin dan saponin.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan.

Namun berbeda pada ekstrak air bawang dayak, pada ekstrak air senyawa

steroid tidak ditemukan atau negatif. Hal ini dapat dikarenakan perbedaan kepolaran

antara pelarut sebagai penarik komponen aktif yaitu air suling dengan steroid

sebagai komponen aktifnya. Air suling bersifat polar sedangkan steroid bersifat

nonpolar. Maka dari itu, air suling tidak menarik steroid saat ekstraksi dilakukan.

4.4 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air Bawang dayak

Ekstrak air bawang dayak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap

Escherichia coli dengan daya hambat pada konsentrasi 100% yaitu diameter 10,3

mm dan nilai KHM pada konsentrasi 50% dengan diameter 6,63 mm. Sedangkan

aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus memiliki daya hambat pada

konsentrasi ekstrak 100% yaitu diameter 10,8 mm dan nilai KHM pada konsentrasi

ekstrak 20% dengan diameter 6,72 mm. Aktivitas zat antimikroba dalam

menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme tergantung pada

konsentrasi dan jenis bahan antimikroba tersebut. Hal ini dapat buktikan dengan

melihat data hasil penelitian ini, bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak semakin

besar daya hambat nya. Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.3

Universitas Sumatera Utara

Page 53: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

36

Tabel 4.3 Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan antibakteri

ekstrak air bawang dayak terhadap pertumbuhan bakteri Echericia coli dan Staphylococcus aureus

No. Ekstrak Air

Bawang dayak (%)

Diameter Daerah Hambatan (mm)

Escherichia coli Staphylococcus aureus 1 100 10,30 10,80

2 75 8,65 9,73

3 50 6,63 8,13

4 25 - 7,10

5 20 - 6,72

6 15 - -

7 10 - -

8 5 - -

Keterangan:

- = Tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri

Ekstrak air bawang dayak memiliki daya antibakteri terhadap bakteri

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Amanda dan Firdaus (2014), dengan pelarut yang berbeda yaitu etanol 96%. Hasil

yang peneliti dapatkan adalah ekstrak bawang dayak menggunakan etanol 96%

dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia

coli. Oleh sebab itu, ekstrak air maupun ekstrak etanol 96% sama-sama memiliki

daya hambat terhadap bakteri tersebut walaupun ekstrak air memiliki aktivitasnya

lebih lemah daripada ekstrak etanol 96%. Amanda (2014) juga menyebutkan adapun

senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam umbi bawang dayak terdiri dari

alkaloid, steroid, glikosida, flavonoid, saponin, dan tanin berperan sebagai agen

antibakteri. Pada skrining fitokimia yang dilakukan pada ekstrak air bawang dayak,

tidak ditemukan adanya senyawa steroid. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya

efek antibakteri dari ekstrak air bawang dayak. Astuti (2015), juga memperkuat

alasan tersebut. Pada penelitian yang dilakukannya diperoleh hasil percobaan bahwa

daya antibakteri dari ektrak etanol lebih besar dibanding dengan daya antibakteri

dari ekstrak air. Hal ini disebabkan karena kandungan senyawa aktif pada ekstrak

Universitas Sumatera Utara

Page 54: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING
Page 55: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

a. Senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada simplisia bawang dayak adalah

alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, glikosida, dan steroid. Sedangkan pada

ekstrak air bawang dayak adalah alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan

glikosida.

b. Ekstrak air bawang dayak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Escherichia

coli dengan nilai KHM pada konsentrasi 50% dengan diameter 6,63 mm.

Sedangkan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus memiliki nilai

KHM pada konsentrasi ekstrak 20% dengan diameter 6,72 mm.

5.2 Saran

Peneliti berikutnya dapat melakukan fraksinasi agar senyawa metabolit

sekunder yang tertarik lebih spesifik dan diujikan kembali aktivitas antibakterinya

untuk membandingkan dengan metode dekoktasi tanpa fraksinasi.

Peneliti yang ingin membuat ekstrak air dengan metode dekoktasi sebaiknya

pada proses penyaringan pastikan dalam keadaan panas dan air suling yang

ditambahkan untuk mencukupkan volume adalah air suling panas.

Universitas Sumatera Utara

Page 56: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING
Page 58: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

41

Lampiran 1. Surat hasil identifikasi tumbuhan

Universitas Sumatera Utara

Page 59: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING
Page 60: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING
Page 61: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING
Page 62: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

45

Lampiran 5. Gambar tumbuhan

Gambar 5.1 Tumbuhan bawang dayak

Universitas Sumatera Utara

Page 63: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

46

Lampiran 5. (Lanjutan)

Gambar 5.2 Tinggi tumbuhan bawang dayak

Universitas Sumatera Utara

Page 64: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

47

Lampiran 5. (Lanjutan)

Gambar 5.3 Simplisia umbi bawang dayak (Eleutherine bulbus)

Universitas Sumatera Utara

Page 65: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

48

Lampiran 5. (Lanjutan)

Gambar 5.4 Simplisia bawang dayak rajangan

Universitas Sumatera Utara

Page 66: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

49

Lampiran 6. Mikroskopik bawang dayak

Keterangan:

1. Butir pati

2. Kristal kalsium oksalat berbentuk rafida

3. Parenkim

Universitas Sumatera Utara

Page 67: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING
Page 68: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING
Page 69: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING
Page 70: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

53

Lampiran 8. Hasil pengukuran daya hambat pertumbuhan bakteri dari ekstrak air

bawang dayak

No. EABD

(%)

Diameter Daerah Hambat (mm)

Escherichia coli Staphylococcus aureus I II III R I II III R

1. 100 10,50 10,10 10,30 10,30 10,70 10,60 11,10 10,80

2. 75 9,10 8,55 8,30 8,65 9,35 9,85 10,00 9,73

3. 50 7,00 6,60 6,30 6,63 7,85 8,30 8,25 8,13

4. 25 - - - - 7,00 7,10 7,20 7,10

5. 20 - - - - 6,60 6,75 6,80 6,72

6. 15 - - - - - - - -

7. 10 - - - - - - - -

8. 5 - - - - - - - -

Keterangan:

EABD = Ekstrak Air Bawang Dayak

I = Perlakuan pertama

II = Perlakuan kedua

III = Perlakuan ketiga

R = Rata-rata

- = Tidak ada daerah hambat

Universitas Sumatera Utara

Page 71: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

54

Lampiran 9. Gambar hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak air bawang dayak

Gambar 9.1 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak air bawang dayak

terhadap Escherichia coli dengan konsentrasi 100%, 75%,

50%, dan 25%

Keterangan:

100% = Konsentrasi ekstrak air bawang dayak 100%

75% = Konsentrasi ekstrak air bawang dayak 75%

50% = Konsentrasi ekstrak air bawang dayak 50%

25% = Konsentrasi ekstrak air bawang dayak 25%

EC = Escherichia coli

100%

75%

50%

25%

EC

Universitas Sumatera Utara

Page 72: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

55

Lampiran 9. (Lanjutan)

Gambar 9.2 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak air bawang dayak

terhadap Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 100%,

75%, 50%, dan 25%

Keterangan:

100% = Konsentrasi ekstrak air bawang dayak 100% 75% = Konsentrasi ekstrak air bawang dayak 75%

50% = Konsentrasi ekstrak air bawang dayak 50%

25% = Konsentrasi ekstrak air bawang dayak 25%

SA = Staphylococcus aureus

100%

75%

50%

25%

SA

Universitas Sumatera Utara

Page 73: repositori.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1345 › ... · Karakterisasi, Skrining Fitokimia, dan Uji Aktivitas Antibakteri …2018-11-18 · KARAKTERISASI, SKRINING

56

Lampiran 9. (Lanjutan)

Gambar 9.3 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak air bawang dayak

terhadap Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 20%,

15%, 10%, dan 5%

Keterangan:

100% = Konsentrasi ekstrak air bawang dayak 20%

75% = Konsentrasi ekstrak air bawang dayak 15%

50% = Konsentrasi ekstrak air bawang dayak 10%

25% = Konsentrasi ekstrak air bawang dayak 5%

SA = Staphylococcus aureus

20%

15%

10%

5%

SA

Universitas Sumatera Utara