Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
LTI Journal Camera Ready format
JURNAL TUGAS AKHIR
ANALISA KINERJA ANGKUTAN UMUM DI KOTA MAKASSAR BERBASIS GIS OPEN SOURCE (STUDI KASUS TRAYEK NON KAMPUS)
Oleh :
MULYA ASHARI M
D 111 07 044
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
ANALISA KINERJA ANGKUTAN UMUM DI KOTA MAKASSAR BERBASIS GIS OPEN SOURCE (STUDI KASUS TRAYEK NON KAMPUS)
S. Rauf1, A. F. Aboe 1, M. Ashari 2
Dalam pelayanan suatu angkutan umum dapat dilihat dari efektifitas dan efisiensi suatu pengoperasian angkutan umum. Segi efektifitas dapat dilihat dengan indicator aksesibilitas, kerapatan, kecepatan perjalanan rata-rata, dan headway frekuensi. Sedangkan dari segi efisiensi dilihat dari indicator keterjangkauan, kelayakan, utilitas, tingkat operasi, load factor (faktor muat penumpang) dan umur kendaraan. Berdasarkan hal tersebut maka dianalisis kinerja angkutan umum di kota Makassar berdasarkan efektifitas dan efisiensinya. Dari hasil analisis didapatkan bahwa 33,80% penumpang mengatakan pelayanan angkutan pete-pete tersebut baik. Sedangkan dari analisis kinerja kecepatan perjalanan pete-pete telah memenuhi standarworld bank yaitu 10-12 km/jam untuk kepadatan tinggi dan 25 km/jam untuk tingkat kepadatan yang rendah. Hasil faktor muat yang diperoleh tidak memenuhi standar yakni <70% berdasarkan standar world bank. Dari hasil analisis Zona Buffer 500 meter diketahui bahwa wilayah Makassar telah terjangkau dengan moda transportasi angkutan pete-pete.
Kata Kunci : Pete-pete, faktor muat, buffer, GIS open Source
______________________________________
Jurnal Penelitian Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin__________________
______________________________________
Jurnal Penelitian Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin__________________
PENDAHULUAN
([1] Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin[2] Mahasiswa Program S-1 Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin)Permasalahan angkutan kota yang terjadi di kota Makassar tak dapat dihindari lagi. Laju pertumbuhan penduduk yang meningkat akibat perpindahan penduduk dari suatu daerah ke kota Makassar. Angkutan umum mempunyai peranan yang sangat penting bagi pergerakan arus lalu lintas antar kota dan merupakan salah satu unsur yang turut menentukan perkembangan sosial dan ekonomi suatu wilayah perkotaan. Keberadaan angkutan umum sangat dibutuhkan bagi sebagian besar masyarakat kota Makassar walaupun pada hakekatnya faktor kemacetan yang terjadi di sebagian ruas jalan raya kota Makassar ini juga terjadi dari angkutan umum khususnya ruas jalan yang digunakan berbagai jenis moda angkutan darat. Dalam hal pelayanan angkutan antar propinsi pemilihan moda angkutan sangat penting untuk melakukan pergerakan dalam melakukan aktifitas yang dianggap penting oleh para penumpang dan berusaha untuk menghasilkan kinerja (performance) sebaik mungkin untuk sehingga dapat memuaskan pelanggan (penumpang). Pelayanan angkutan orang dengan angkutan penumpang umum dalam trayek tetap dan teratur dilakukan dalam jaringan trayek angkutan antar provinsi. Angkutan tersebut diselenggarakan dengan ketentuan melayani rute yang tetap dari tempat asal sampai dengan tempat tujuan.
Kebutuhan akan sarana transportasi dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan akibat semakin banyaknya kegiatan-kegiatan yang membutuhkan jasa transportasi sehingga bertambah pula intensitas pergerakan lalu lintas antar kota. Seiring dengan meningkatnya mobilitas penduduk kota Makassar, maka dituntut tersedianya angkutan antar kota. Pertumbuhan ekonomi menyebabkan mobilitas seseorang meningkat sehingga kebutuhan pergerakannya pun meningkat melebihi kapasitas prasarana yang ada. Pergerakan penduduk dalam memenuhi kebutuhannya terjadi dari daerah bangkitan ke daerah tarikan seperti pada perumahan menuju ke sekolah, universitas, pasar, puskesmas, dan lain-lain. Pergerakan ini merupakan pergerakan yang umum dari penduduk menuju ke wilayah pusat kegiatan begitu pula sebaliknya penduduk bergerak dari pusat kegiatan menuju ke daerah perumahan pada sore hari atau selepas aktifitas selesai.
Dalam pelayanan suatu angkutan umum dapat dilihat dari efektifitas dan efisiensi suatu pengoperasian angkutan umum. Segi efektifitas dapat dilihat dengan indicator aksesibilitas, kerapatan, kecepatan perjalanan rata-rata, dan headway frekuensi. Sedangkan dari segi efisiensi dilihat dari indicator keterjangkauan, kelayakan, utilitas, tingkat operasi, load factor (faktor muat penumpang) dan umur kendaraan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Transportasi
Pengertian transportasi berasal bahasa latin yaitu trans yang berarti seberang atau sebelah lain dan portare yang berarti mengangkut atau membawa. Dari kata tersebut transportasi adalah mengangkut atau membawa sesuatu ketempat lain (Morlok, 1985). Dengan kata lain transportasi adalah kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan suatu jasa guna memudahkan seseorang untuk tiba di tempat tujuan. Dalam transportasi terdapat unsur pergerakan (movement), dan secara fisik terjadi perpindahan tempat atas barang atau penumpang dengan atau tanpa alat angkut ke tempat lain. Kegiatan transportasi itu membutuhkan tempat yang disebut dengan prasarana transportasi. Ciri utama transportasi adalah melayani pengguna, bukan berupa barang atau komoditas (Tamin.1997).
Pengertian Angkutan Umum
Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar (ahmad Munawar, (2001) dalam Tugas Akhir Situmeang, P (2008). Angkutan kota, menurut Setijowarno dan Frazila (2001:211) dalam Tugas Akhir Situmeang, P (2008), adalah angkutan dari suatu tempat ke tempat lain dalam wilayah suatu kota dengan menggunakan mobil bus umum dan/atau mobil penumpang umum yang terikat pada trayek tetap dan teratur.
Tujuan dan peranan angkutan umum
Tujuan dari angkutan umum atau angkutan kota adalah memberikan pelayanan yang aman, cepat, nyaman dan murah pada masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi terutama bagi para pekerja kantoran dalam menjalankan aktifitasnya.
Belakangan ini angkutan umum menjadi sebuah momok sumber kemacetan di kota Makassar, besarnya jumlah kendaraan angkutan kota di kota Makassar ini tidak sebanding dengan pengguna angkutan kota disebabkan banyaknya kendaraan pribadi yang digunakan oleh masyarakat dikarenakan pelayanan dari angkutan kota yang tidak sejalan lagi dari tujuan utama angkutan kota tersebut.
Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penumpukan kendaraan. Oleh karena itu unsur-unsur yang meliputi untuk memaksimalkan pelayanan angkutan umum meliputi:
1. Sarana operasi atau moda angkutan dengan kapasitas tertentu (angkutan kota atau Bus), yaitu banyaknya orang atau muatan yang dapat diangkut oleh kendaraan tersebut. Dalam hal ini diperlukan beberapa titik untuk menaik atau menurunkan penumpang guna menciptakan stabilitas perjalan angkutan kota (halte).
2. Biaya operasi, yaitu banyaknya besaran biaya yang dikeluarkan oleh penumpang untuk menggerakkan pelayanan sesuai dengan sifat teknis moda yang bersangkutan.
3. Prasarana, yaitu adanya jalan-jalan yang dilewati dan terminal yang merupakan bagian dari jasa pelayanan.
4. Staf yaitu sumber daya manusia yang mengoperasikan pelayanan angkutan tersebut.
Dengan kata lain angkutan umum juga memiliki peranan yang sangat penting sebagai berikut:
1. Melayani kepentingan mobilitas masyarakat.
Peran utama dari angkutan umum adalah melayani kepentingan mobilitas masyarakat dalam melakukan kegiatannya sehari-hari.
2. Pengendalian Lalu Lintas
Dengan adanya transportasi massal baik itu berupa bus ataupun angkutan kota maka laju perkembangan kendaraan di jalan-jalan arteri atau pun kolektor dapat dikurangi dengan mengangkut sejumlah penumpang atau orang secara bersamaan sehingga kelancaran lalu lintas dapat tercipta.
3. Penghematan Energi
Pengelolaan dan peningkatan kinerja angkutan umum berkaitan dengan jumlah penggunaan bahan bakar minyak (BBM). Upaya peningkatan layanan angkutan umum sangat perlu ditingkatkan guna memberikan rasa nyaman kepada penumpang sehingga penggunaan kendaraan pribadi dikurangi digantikan oleh kendaraan angkutan massal (angkutan umum).
Standar Pelayanan Angkutan Umum Menurut World Bank 1986
Untuk mengetahui apakah angkutan umum tersebut sudah berjalan dengan baik atau belum, dapat dievaluasi dengan memakai indicator kendaraan angkutan umum baik dari standar world bank atau standar yang telah ditetapkan pemerintah. Untuk indicator standar pelayanan kendaraan umum dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Indikator Kinerja Angkutan Umum standar world bank
No
Indikator
Parameter
Standar
1
Jumlah penumpang
Jumlah penumpang yang diangkut /hari:
- Bus besar kapasitas 50 tempat duduk.
· Bus sedang kapasitas 26 tempat duduk.
· Mobil penumpang umum kapasitas 14 tempat duduk.
1000-1200
500-600
250-300
210-260
2
Waktu tunggu
Waktu rata-rata penumpang menunggu (menit)
Maksimum (menit)
5-10
10-20
3
Waktu perjalanan
Waktu perjalanan rata-rata (jam)
Maksimum (jam)
1-1,5
2-3
4
Kec. Perjalanan
Daerah kepadatan tinggi (km/jam)
Daerah kepadatan rendah (km/jam)
10-12
25
5
Utilisasi kendaraan
Rata-rata Jarak perjalanan yang ditempuh (km/hari)
0.5-1.5
6
Load Factor
Rasio penumpang yang terangkut (%)
70%
Sumber: standard world bank 1986
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam pekerjaan penelitian ini dilakukan beberapa langkah sesuai dengan prosedur kerja sebagai berikut:
(Mulai)
(Tinjauan Pustaka)
(Survey)
(Pengumpulan Data)
(Pengumpulan Data Primer:1. kecepatan Perjalanan2. waktu perjalanan) (Pengumpulan Data Sekunder:1. Data trayek Angkutan umum 2. Rute Perjalanan3. Jumlah Armada4. Peta Trayek Angkutan Umum)
(Rekapitulasi Data)
(Analisa Data :1. Karakteristik dan persepsi pengguna Pete-pete2. Kinerja Angkutan Umum pete-pete)
(Kesimpulan dan Saran)
(Selesai)
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode survey baik itu secara wawancara langsung terhadap penumpang angkutan umum untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna angkutan umum dan metode survey langsung di atas angkutan umum dengan cara mengikuti perjalanan angkutan umum untuk mengetahui kinerja angkutan umum berupa:
1. Aksesibilitas
2. Kerapatan
3. Kecepatan
4. Headway
5. Tingkat operasi
6. Load factor
7. Utilitas
Survey ini dilaksanakan selama dua hari yang mana dibagi menjadi 1 hari kerja dan 1 hari non kerja dengan menggunakan tenaga surveyor sebanyak 12 tenaga surveyor dimana dibagi 6 pada hari kerjan dan 6 pada hari non kerja dalam rentan waktu pukul 08.00-15.00.
Surveyor mengikuti perjalanan dari angkutan umum lalu mencatat data-data yang perlu dalam menjawab kinerja angkutan umum tersebut namun sebelumnya diketahui dahulu rute-rute dari angkutan umum yang akan ditinjau beserta dari rute perjalanan angkutan umum tersebut.
Untuk bisa menampilkan Google Maps di dalam window QGIS dibutuhkan sebuah plugin yaitu OpenLayers Overview (saat ini tersedia versi 0.1.7) yang dibuat oleh pihak ketiga yaitu Sourcepole dan Luiz Motta. Plugin tersebut bisa diaktifkan dari dalam QGIS melalui menu Plugin –> Fetch Phyton Plugins.
Data-data dari rute perjalanan angkutan umum tersebut kemudian dikelola dengan metode Buffer dengan menggunakan Aplikasi Quantum GIS (QGIS) sehingga didapatkan luas wilayah yang terlayani dari tiap kecamatan dengan buffer area 500.
Output dari aplikasi Quantum GIS kemudian dideskripsikan dalam bentuk tabel yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada lokasi penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari survey yang dilakukan diperoleh data tingkat kepuasan pengguna angkutan umum dan juga data mengenai kinerja angkutan umum yang mana dimasukkan dalam tabel berikut:
Tabel 2. Tingkat Kepuasan Pengguna Angkutan Umum
Hari
Hari Pertama
Hari kedua
Persentase (%)
Rata-rata
(%)
Nilai
Hari Pertama
Hari Kedua
Sangat Buruk
88
152
2.32
7.48
4.90
Buruk
352
269
9.29
13.23
11.26
Cukup
1324
742
34.95
36.50
35.73
Baik
1521
558
40.15
27.45
33.80
Sangat Baik
503
312
13.28
15.35
14.31
Sumber : Hasil Survey
Tabel. 3. Aksesibilitas Angkutan Umum
Sumber : Hasil Survey
Trayek
Aksesibilitas Tinggi
Aksesibilitas Sedang
Aksesibilitas Rendah
B
Wajo (85.50%), Ujung Pandang (76.63%), Mariso (71.74%)
Mamajang (53.90%)
Bontoala (6.82%), tamalate (14.41%), Ujung Tanah (1.28%)
D
Bontoala (78,49%)
Makassar (30.31%), Panakukang (30.55%) Wajo (26.69%)
Biringkanaya (5.87%), Tallo (5.10%), tamalanrea (11.76%) Ujung pandang (16.27%), Manggala (0.26%)
E
Bontoala (77.85%)
Makassar (40.76%), Rappocini (32.71%) wajo (26.47%)
Panakukang (15.45%), Ujung pandang (16.49%), tallo (2.81%) Manggala (0.12%)
F
Bontoala (68,39%), Makassar (62,33%)
Mamajang (44.96%), wajo (35.14%)
rappocini (10.19%) Mariso (1.90%), tamalate (17.02%), ujung pandang (6.50%), Ujung Tanah (6.96%) , tallo (0.26%)
H
Bontoala (94.93%), wajo (79.61%)
Panakukang (34.04%), Makassar (32.39%), Ujung Pandang (28.06%), Manggala (20.79%)
Tallo (4.93%), Ujung Tanah (8.70%), Tamalanrea (0.40%)
I
Bontoala (86.20%)
Wajo (51.11%), Panakukang (44.29%), Makassar (30.99%), Ujung Pandang (27.12%)
Manggala (5.29%), tallo (5.07%), rappocini (4.16%), tamalanrea (0.18%)
Kerapatan
dengan menggunakan rumus:
K =…………………….(1)
Dimana : K = Konsentrasi rata-rata dalam periode T
T = Waktu pengamatan
Mi = Waktu yang dipergunakan kendaraan I di jalan ( I = 1, 2, 3, .., n)
Si = Jarak yang ditempuh kendaraan I dijalan (I= 1, 2, 3,…., n)
N = Jumlah kendaraan yang ada di jalan dalam periode T
Diperoleh nilai kerapatan sebagai berikut:
Tabel 4. Kerapatan Angkutan Umum
Trayek
Kerapatan (Kend/Km)
Kebutuhan Angkutan Pete-pete
Hari Kerja
Hari Non kerja
Hari Kerja
Hari Non kerja
B
0.0331
0.0254
66
63
D
0.0159
0.0111
74
72
E
0.0677
0.01407
60
45
F
0.0169
0.01105
63
35
H
0.0177
0.02474
101
99
I
0.01026
0.0212
57
43
Sumber : Hasil Survey
Kecepatan
Dengan menggunakan rumus:
S = ………………………(2)
Dimana : S = Kecepatan perjalanan (km/jam)
d = jarak Perjalanan (Km)
t = waktu perjalanan (jam)
Maka diperoleh nilai kecepatan kendaraan sebagai berikut:
Tabel. 5. Kecepatan Kendaraan Angkutan Umum
Trayek
Jarak Tempuh (km)
Waktu tempuh (menit)
Kecepatan (km/jam)
Hari kerja
Non kerja
Hari kerja
Non kerja
Hari kerja
Non kerja
B
88.689
110.64
391
447
13.609
14.85
D
141.45
141.34
438
423
19.376
20.04
E
47.492
106.87
373
433
7.639
14.80
F
121.95
147.00
420
381
17.421
23.15
H
118.00
96.215
412
465
17.185
12.41
I
82.208
92.850
435
382
11.339
14.58
Sumber : Hasil Survey
Utilisasi Kendaraan
Utilisasi kendaraan dapat diartikan dengan jarak tempuh rata-rata kendaraan perharinya. Untuk masing-masing trayek memiliki jarak perjalanan yang berbeda-beda. Utilitas kendaraan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Utilisasi Kendaraan Angkutan Umum
Trayek
Jarak Tempuh (km)
Utilitas Km/hari
Hari kerja
Non kerja
Hari kerja
Non kerja
B
88.689
110.642
1.478
1.418
D
141.452
141.346
3.214
2.884
E
47.492
106.872
1.439
1.355
F
121.95
147.005
1.487
1.336
H
118.008
96.215
1.788
1.788
I
82.208
92.850
1.677
1.658
Sumber : Hasil Survey
Waktu Perjalanan
Dalam pengoperasian angkutan umum, masing-masing trayek memiliki waktu operasi atau jam kerja yang berbeda-beda. Untuk masing-masing waktu perjalanan tiap-tiap trayek dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Waktu Perjalanan angkutan umum
Trayek
Jumlah Rit
Waktu Perjalanan (jam)/hari
Waktu perjalanan rata-rata
Kerja
Non Kerja
Kerja
Non Kerja
Kerja
Non Kerja
B
4
5
6:31
7:27
1:37
1:29
D
3
4
7:18
7:03
2:26
1:45
E
3
5
6:13
7:13
2:04
1:26
F
5
5
7:00
6:21
1:24
1:16
H
4
4
6:52
7:45
1:43
1:56
I
4
4
7:15
6:22
1:48
1:35
Sumber : Hasil Survey
Headway
Untuk memeproleh nilai headway dapat dihitung dengan cara:
H = ………………….(3)
Dimana : H : headway
C : kapasitas kendaraan
LF : faktor muat, diambil 70% pada kondisi dinamis
P : Jumlah penumpang Maksimal
Tabel 8. Headway Angkutan Umum
No
Trayek
Headway (menit)
Hari kerja
Non kerja
1
B
6.5454
7.875
2
D
6.5454
6.6315
3
E
6.8108
10.7234
4
F
7.3043
13.2631
5
H
4.5
5.1428
6
I
8.4
9.6923
Sumber : Hasil Survey
Load Factor
Untuk memperoleh nilai dari load factor dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
LF = x 100% …………………………(4)
Dimana: LF = Faktor Muat (%)
Pnp = Penumpang yang diangkut suatu trayek
C = Kapasitas penumpang perhari
Sehingga diperoleh nilai load factor seperti pada tabel berikut:
Tabel 9. Kinerja Load factor Angkutan pete-pete
Trayek
Jumlah armada
Kapasitas tempat duduk
Load Factor (%)
Kerja
Non kerja
Kerja
Non kerja
Kerja
Non kerja
B
66
63
264
315
29
22
D
74
72
222
288
35
26
E
60
45
180
225
41
21
F
63
35
315
175
26
22
H
101
99
404
396
28
25
I
57
43
228
172
26
30
Sumber : Hasil Survey
Zona Buffer Pelayanan Angkutan Umum
Berikut ini adalah hasil dari pencitraan zona buffer dengan latar peta kecamatan kota Makassar dengan menanmpilkan zona buffer trayek angkutan umum di kota Makassar berdasarkan studi kasus yang di lakukan
(Gambar 1 buffer pete-pete trayek B)
(Gambar 2 buffer pete-pete trayek D)
(Gambar 3 buffer pete-pete trayek E)
(Gambar 4 buffer pete-pete trayek F)
(Gambar 5 buffer pete-pete trayek H)
(Gambar 6 buffer pete-pete trayek I)
Gambar 7. Pembagian hasil zona buffer
Berdasarkan gambar diatas, maka diperoleh hasil luas area buffer atau luas area pelayanan angkutan pete-pete sebagai berikut:
Trayek
Persentase Luas Area buffer (%)
Kecamatan
B
D
E
F
H
I
Biringkanaya
5.87
Bontoala
6.82
78.49
77.85
68.39
94.93
86.2
Manggala
0.26
0.12
20.79
5.29
makassar
30.31
40.76
62.33
32.39
30.99
mamajang
53.90
44.96
mariso
71.74
1.90
panakukang
30.55
15.45
34.04
44.3
rappocini
32.71
10.19
4.16
tallo
5.10
2.81
0.26
4.93
5.07
tamalanrea
11.76
0.40
0.18
tamalate
14.41
17.02
ujung pandang
76.63
16.27
16.49
6.50
28.06
27.1
ujung tanah
1.28
6.96
8.70
wajo
85.50
26.69
26.47
35.14
79.61
51.1
Sumber : Hasil Survey
Penutup
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini mengenai karakteristik pengguna jasa angkutan pete-pete dan kinerja dari pelayanan angkutan pete-pete terhadap kebutuhan penduduk di kota Makassar yaitu:
1. Karakteristik Pengguna Jasa Angkutan Pete-Pete. Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner yang disebarkan oleh surveyor kepada responden, sebesar 35,73% responden mengatakan pelayanan angkutan pete-pete tersebut Cukup dalam pelayanannya, 33,80% mengatakan pelayanan angkutan pete-pete tersebut baik, 14,31% mengatakan pelayanannya sudah sangat baik, sisanya sebesar 11,26% mengatakan buruk dan 4,90% mengatakan sangat buruk.
2. Berdasarkan kinerja angkutan umum yang telah ditinjau dengan standar world Bank (1986), maka dapat dikatakan untuk kerapatan masih belum optimal atau belum efektif karena kecilnya nilai kerapatan yang diperoleh sehingga pelayanan pete-pete belum berjalan dengan maksimal, kecepatan perjalanan pete-pete telah memenuhi standar world bank yaitu 10-12 km/jam untuk kepadatan tinggi dan 25 km/jam untuk tingkat kepadatan yang rendah, utilisasi kendaraan juga telah memenuhi standar yang mana standar untuk utilisasi adalah 0.5-1.5 km/hari, waktu perjalanan angkutan pete-pete juga telah memenuhi standar world bank yang mana waktu perjalanan normal adalah 1-1.5 jam dan untuk maksimum 2-3 jam perjalanan, waktu tunggu atau headway juga telah memenuhi standar angkutan pete-pete dimana waktu tunggu rata-rata adalah 5-10 menit dan maksimum 10-20 menit, dan untuk faktor muat penumpang standar world bank adalah 70% dan hasil yang diperoleh adalah <70% sehingga hasil yang diperoleh tidak memenuhi standar dengan kapasitas maksimum pete-pete 12 penumpang.
3. Dengan menggunakan aplikasi GIS open source maka dapat diperoleh daerah atau besaran luas pelayanan angkutan pete-pete yang telah tercakupi wilayahnya di kecamatan kota Makassar dengan menggunakan buffer 500 sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya. Maka berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa wilayah Makassar telah terjangkau dengan moda transportasi angkutan pete-pete.
Saran
Dengan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Menjadi bahan pertimbangan pemerintah kota Makassar khususnya Dinas Perhubungan kota Makassar untuk melakukan atau memberikan rute baru untuk wilayah pinggiran yang belum terlayani untuk mengurangi besar volume kendaraan angkutan pete-pete di jalan-jalan arteri mengingat besarnya volume pete-pete di jalan-jalan arteri.
2. Adanya tempat pemberhentian atau tempat untuk menaikkan penumpang yang tetap sehingga para pengguna jasa dapat dengan tertib menggunakan pete-pete dan juga tidak mengakibatkan kemacetan di jalan-jalan Arteri.
3. Perlunya MRT (Mass Rapid Transportation) guna mengurai jumlah kendaraan pete dan mengurangi volume kendaraan di jalan raya serta mengangkut jumlah penumpang yang lebih banyak.
Daftar Pustaka
Andrian, T (2008), Evaluasi Kinerja Angkutan Kota Medan Jenis Mobil Penumpang Umum (MPU) Studi Kasus: Koperasi Pengangkutan Medan (KPUM) Trayek 64.Tesis. Universitas Sumatera Utara
Departemen Perhubungan RI, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (2002)
Hoobs, F.D (1995), Perencanaan Dan Teknik Lalu Lintas, Gajah Mada University Pers. Yogyakarta.
Keputusan Menteri Perhubungan, KM35 Tahun 2003. Menteri Perhubungan (2003)
Makassar Dalam Angka 2010, Badan Pusat Statistik. Makassar (2010)
Morlok, E. K, (1985), pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Erlangga. Jakarta
Rauf, S (2012), Pemetaan Rute demand angkutan umum kampus universitas hasanuddin Makassar berbasis Quantum Gis Open Source. Paper FSTPT. Makassar
Setiarini, A (2004). Kajian Komparatif Pelayanan Angkutan Umum Antara Kota Semarang dan Kota Surakarta. Tesis. Universitas Diponegoro.
Situmeang, P (2008), Analisa Kinerja Pelayanan Angkutan Mobil Penumpang Umum Antar Kota (Studi Kasus : Angkutan Umum Trayek Medan – Tarutung). Tugas Akhir. Universitas Sumatera Utara.
Tamin, O.Z. (1997), Perencanaan dan Permodelan Transportasi, Pnerbit ITB. Bandung.
Warpani,S. (1990), Merencanakan Sistem Perangkutan, Penerbit ITB, Bandung
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20468/3/Chapter%20II.pdf