Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Posyandu
1.1. Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi (Depkes, 2011).
Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan
pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang
mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia
sejak dini. Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dan keluarga berencana (Meilani, 2009).
Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu
upaya mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat
meliputi perbaikan kesehatan dan gizi, pendidikan dan perkembangan
anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan keluarga dan
kesejahteraan sosial. UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat,
yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk
dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas,
intas sektor dan lembaga terkait lainnya (Depkes, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hartono (2009), Posyandu merupakan unit pelayanan
kesehatan di lapangan yang di selenggarakan oleh masyarakat untuk
masyarakat dengan dukungan teknis Puskesmas, Departemen Agama,
Departemen Pertanian dan BKKBN. Posyandu melaksanakan lima
program kesehatan dasar yakni: keluarga berencana, kesehatan ibu, dan
anak, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Sasaran utama yaitu
menurunkan angka kematian bayi dan ibu memperbaiki status kesehatan
dan gizi balita, serta ibu hamil dan menyusui.
1.2. Tujuan Posyandu
Sasaran utama pelayanan Posyandu adalah kelompok-kelompok
rentan yakni ibu hamil, ibu menyusui bayi dan balita. Oleh sebab itu
pelayanan Posyandu mencakup pelayanan-pelayanan: kesehatan ibu dan
anak, imunisasi, gizi, penanggulangan diare, dan keluarga berencana.
Tujuan dikembangkan Posyandu sejalan dengan tujuan pembangunan
kesehatan (Depkes, 2009).
Menurut Sulistyorini (2011) tujuan penyelenggaraan Posyandu
adalah sebagai berikut: a) Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB),
Angka Kematian Ibu (ibu hamil, melahirkan, dan nifas). AKI dsn AKB
masih cukup tinggi meskipun dari tahun ketahun sudah dapat diturunkan,
b) Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera),
c) Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untu
mengembangkan kegiatan kesehatan dan Keluarga Berenacana (KB) serta
kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat
sejahtera, d) Posyandu berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi
Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Keluarga Sejahtera, e) Menghimpun potensi masyarakat untuk berperan
serta secara aktif meningkatkan kesejahteraan ibu, bayi, dan balita dan
keluarga serta mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi dan
balita
1.3. Manfaat Posyandu
1.3.1. Bagi Masyarakat
Menurut Karwati, Pujiati, dan Mujiwati (2011) manfaat
posyandu bagi masyarakat adalah: 1) Memperoleh kemudahan
untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi anak
balita dan ibu, 2) Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak
menderita gizi kurang atau gizi buruk, 3) Bayi dan balita
mendapatkan kapsul vitamin A, 4) Ibu hamil terpantau berat
badannya dan memperoleh tablet tambah darah serta imunisasi
tetanus toxoid (TT), 5) Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan
tablet tambah darah, 6) memperoleh penyuluhan kesehatan yang
berkaitan tentang kesehatan ibu dan anak, 7) apabila mendapat
kelainan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas menyusuidapat
segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas, 8) dapat berbagi
pengetahuan dan pengalaman tentang ibu dan anak balita.
1.3.2. Bagi Kader
Karwati, Pujiati, dan Mujiwati (2011) mengidentifikasi
manfaat Posyandu bagi kader antara lain: 1) Mendapatkan berbagai
informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap, 2) Ikut
berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak
balita dan kesehatan ibu, 3) Citra diri meningkat di mata masyarakai
Universitas Sumatera Utara
sebagai orang yang terpercaya dalam bidang kesehatan, 4) Menjadi
panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan
kesehatan ibu.
1.3.3. Bagi Puskesmas
Menurut Meilani, Setiyawati, Estiwidani, dan Sumarah (2009)
manfaat posyandu bagi puskesmas adalah: 1) Optimalisasi fungsi
Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan
kesehatan strata pertama, 2) dapat lebih spesifik membantu
masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi
setempat, 3) Meningkatkan efesiensi waktu, tenaga, dan dana
melalui pemberian pelayanan terpadu.
1.3.4. Bagi Sektor lain
Meilani, Setiyawati, Estiwidani, dan Sumarah (2009) manfaat
posyandu bagi sector lain adalah:
a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya
penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat.
b.Meningkatkan efesiensi melalui pemberian pelayanan secara
terpadu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing
sektor.
1.4. Kegiatan Posyandu
Menurut Depkes RI (2011), kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan
utama dan kegiatan pengembangan atau pilihan. Secara rinci kegiatan
utama Posyandu adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1.4.1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi
(pengukuran lingkar lengan atas), pemberian tablet besi,
pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus
uteri, temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca pesalinan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader. Apabila
ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
2) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu
diselenggarakan Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu
atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan Kelas Ibu
Hamil antara lain sebagai berikut: a) Penyuluhan: tanda bahaya
pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB
dan gizi, b) Perawatan payudara dan pemberian ASI, c) peragaan
pola makan ibu hamil, d) Peragaan perawatan bayi baru lahir, dan
d) senam hamil.
1.4.2. Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui
mencakup: a) Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca
persalinan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan
gizi, b) Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1
kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah
Universitas Sumatera Utara
pemberian kapsul pertama), c) Perawatan payudara, d) Dilakukan
pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan
tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh petugas
pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan
pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila ditemukan
kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
1.4.3. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader
adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada
tenaga kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan
KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan
yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan
pemasangan IUD dan implant (Depkes RI, 2011).
1.4.4. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh
petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan
dengan program terhadap bayi dan ibu hamil (Depkes RI, 2011).
Menurut Syarifuddin, Theresia, dan Jomima (2009), survey
epidemiologi untuk menemukan kasus penyakit menular sedini
mungkin, imunisasi untuk memberikan perlindungan kepada
kelompok-kelompok masyarakat sehingga dapat mencegah terjadi
penularan penyakit seperti TBC, tetanus, dufteri, batuk rejan
(pertusis), folio nyelitis, campak dan hepatitis B
1.4.5. Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader
Universitas Sumatera Utara
Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat
badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan
konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal,
suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu
hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya
tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah
(BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau
Poskesdes.
1.4.6. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare
di Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila
diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh
petugas kesehatan.
Menurut Meilani, (2011), pada saat dikenal beberapa kegiatan tambahan
Posyandu yang telah diselenggarakan antara lain: 1) Bina Keluarga Balita
(BKB), 2) Kelompok peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA), 3)
Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB), misalnya ISPA, demam berdarah, gizi buruk, polio, campak, difteri,
pertusis, tetanus neonatorum, 4) Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD), 5)
Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD), 6) Penyediaan air bersih
dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAP-PLP), 7) Program diversifikasi
tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Tanaman Obat Keluarga
(TOGA), 8) desa siaga, 9) Pos Malaria desa (Polmades), 10) Kegiatan
Ekonomi produktif, seperti Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K),
Universitas Sumatera Utara
usaha simpan pinjam, 11) Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan
Masyarakat (Tabumas).
1.5. Pelaksanaan Posyandu
Menurut Syarifuddin, Theresia, dan Jomima (2011),
penyelenggaraan dilakukan oleh kader yang terlatih dibidang kesehatan,
berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda dan lain-lain dengan
bimbingan tim pembina PKMD tingkat kecamatan. Posyandu
direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama KKL LKMD
(Kelompok Kerja LKMD di tingkat kedukuhan) dengan bimbangan tim
LKMD tingkat kecamatan.
Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi
oleh masyarakat ditentukan oleh masyarakat sendiri, dengan demikian
kegiatan posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang telah ada,
rumah penduduk, kepala dusun, tempat pertemuan RT/RW atau tempat
khusus yang dibangun masyarakat (Syarifuddid, Theresia, dan Jomima,
2011).
Menurut Syarifuddin, Theresia dan Jomima (2011)
penyelenggaraan dilakukan dengan “ sistem lima meja” yang dapat
diajabarkan sebagai berikut:
a. Meja I : Meja pendaftaran + penyuluhan kelompok: 1) Mendaftar
balita, ibu hamil, ibu menyusui, 2) Setiap pengunjung yang datang ke
Posyandu didaftarkan oleh kader sendiri, 3) Para pegunjung secara
berkelompok lebih kurang 10-15 pengunjung diberikan penjelasan
secara bertahap, tidak perlu menunggu berkumpulnya seluruh
pengunjung, 4) Penyuluhan kelompok diutamakan oleh kader sendiri
Universitas Sumatera Utara
secara tepat dan benar dengan bimbingan petugas Puskesmas, 6)
Sewaktu-waktu penyuluhan juga oleh petugas kesehatan dan petuhas
lintas sektor (misal dari pertanian, BKKBN, Dikmas, dan lain-lain), 7)
Materi penyuluhan: tentang “Yandu” dan Topik yang sangat relevan
pada waktu itu, 8) Disesuaikan dengan alat peraga, 7) Pada waktu
menunggu dilanjutkan kreatifitas dan inisiatif kader untuk
menyelenggarakan/ menyediakan alat permainan edukati (APE) dan
lebih baik lagi kalau buatan kader sendiri misalnya balok-balok
mainan dari tanah liat dan sebagainya, 8) APE berguna untuk
meningkatkan keterampilan alat-alat permainan secara sederhana,
misalnya ayunan dari ban bekas dan lain-lain. Hal ini menarik anak
agar senang datang ke Posyandu, begitu pula orang tuanya.
b. Meja II: Meja penimbangan terdiri dari: 1) Menimbang balita, 2)
Penimbangan dilakukan oleh kader, 3) Penimbangan dilakukan bagi
bayi dan balita dilaksanakan sebulan sekali, 4) Ada juga posyandu
yang menambah kegiatan di meja II: penimbangan untuk ibu hamil, 5)
Alat timbangan diusahakan oleh kader sendiri atau berupa bantuan, 6)
Alat timbangan yang perlu ditingkatkan adalah: tempat duduk
timbangan yang nyaman dan cukup untuk memenuhi syarat etis dan
sebagainya, 7) Hasil penimbangan dicatat dan dibawa ke meja III.
c. Meja III: meja pencatatan terdiri dari: 1) Mencatat hasil penimbangan,
2) Pencatatan oleh kader : dengan bimbingan petugas Puskesmas, 3)
Semua hasil penimbangan, hasil imunisasi penyakit yang diderita,
pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi, dan lain-lain dicatat dalam
Universitas Sumatera Utara
KMS (Kartu Menuju Sehat), 4) Selain itu ada : buku-buku bantu (buku
register, dan lain-lain buku catatan).
d. Meja IV: meja penyuluhan dan penerangan terdiri dari: 1) Menyuluh
ibu berdasar hasil penimbangan anaknya, 2) Memberikan pelayanan
gizi kepada ibu balita, serta ibu hamil, 4) Penyuluhan yang dilakukan
kader, tergantung dari jenis kasus individu: 1) Mengenai balita
berdasarkan hasil penimbangan berat badannya naik/tidak naik, diikuti
dengan pemberian makanan tambahan (PMT), oralit, dan vitamin A
dosis tinggi, 2) Terhadap ibu hamil diberikan tablet besi, ibu hamil
resiko tinggi dirujuk kepada petugas Puskesmas, 3) Terhadap
Pasangan Usia Subur (PUS) agar menjadi peserta KB lestari diikut i
dengan pemberian kondom, pil ulangan atau tablet biasa.
e. Meja V : meja pelayanan terdiri dari: 1) Pelayanan oleh tenaga
profesional, meliputi pelayanan KIA, KB, Imunisasi, dan pengobatan
pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan, 2) Di meja V diberikan
pelayanan yang sifatnya profesional yang tidak dapat dilakukan kader,
3) Rujukan kasus dari kader dirujuk di meja V tersebut, 4) Intertie IUD
diberikan bila tempatnya memenuhi syarat.
1.6. Tingkat Perkembangan Posyandu
Menurut Depkes RI (2011), perkembangan masing-masing
Posyandu tidak sama. Dengan demikian, pembinaan yang dilakukan
untuk masing-masing Posyandu juga berbeda. Untuk mengetahui tingkat
perkembangan Posyandu, telah dikembangkan metode dan alat telaahan
perkembangan Posyandu, yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirian
Posyandu. Tujuan telaahan adalah untuk mengetahui tingkat
Universitas Sumatera Utara
perkembangan Posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat
sebagai berikut:
1.6.1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang
ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara
rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima)
orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan
Posyandu, di samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat
pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat
dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi
masyarakat serta menambah jumlah kader.
1.6.2. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan
utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang
dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan
cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai
motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan
Posyandu.
1.6.3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata
jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima
kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan
Universitas Sumatera Utara
program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan
dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja
Posyandu. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan
peringkat antara lain: a) Sosialisasi program dana sehat yang
bertujuan untuk memantapkan pemahaman masyarakat tentang
dana sehat, b) pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat
tumbuh dana sehat yang kuat, dengan cakupan anggota lebih dari
50% KK. Peserta pelatihan adalah para tokoh masyarakat, terutama
pengurus dana sehat desa/kelurahan, serta untuk kepentingan
Posyandu mengikutsertakan pula pengurus Posyandu.
1.6.4. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahu, dengan rata-rata
jumlah kader sebanyak lima orang ataulebih, cakupan kelima
kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan
program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan
dari dana sehatyang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
lebih dari50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja
Posyandu. Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk
pembinaan program dana sehat, sehingga terjamin
kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan intervensi
memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah
dan kemampuan masing-masing
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan posyandu
Menurut Suwandono (2006 dalam Maqbul, 2007), faktor-faktor yang
menyebabkan ketidakaktifan Posyandu ada faktor dari dalam maupun dari
luar Posyandu. Faktor yang berasal dari luar posyandu antaranya tingkat
pendidikan masyarakat sekitar, keadaan sosial, dan ekonomi masyarakat
sekitar serta jumlah balita di daerah sekitar. Sedangkan faktor yang berasal
dari dalam Posyandu itu sendiri diantaranya kader, dana, dan sarana prasara.
2.1. Kader
Kendala-kendala yang dapat menganggu pelaksanaan Posyandu
karena faktor kader adalah: a) kurangnya kader, b) banyak terjadi angka
putus (drop-out) kader, c) Kepasifan dari pengurus Posyandu karena
belum adanya pembentukan atau resuffle pengurus baru dari kegiatan
tersebut, d) Keterampilan pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS), e)
sistem pencatatan buku register tidak lengkap atau kurang lengkap, f)
kader Posyandu sering berganti-ganti tanpa diikuti dengan pelatihan atau
training sehingga kemampuan teknis gizi para kader yang aktif tidak
memadai. Hal ini mengakibatkan kegiatan pemantauan pertumbuhan
balita tidak dapat dilakukan secara optimal sehingga upaya pencegahan
timbulnya kasus gizi kurang dan buruk menjadi kurang efektif, g)
Kemampuan kader posyandu dalam melaksanakan konseling dan
penyuluhan gizi menjadi macet. Akhirnya balita yang datang hanya
ditimbang, dicatat/dituliskan hasil penimbangannya di KMS atau buku
KIA tanpa dimaknakan kemudian mengambil jatah PMT dan pulang.
Balita yang sudah selesai mendapatkan imunisasi lengkap tidak mau
Universitas Sumatera Utara
datang lagi ke Posyandu, karena merasa tidak memperoleh manfaat apa-
apa.
2.2. Ketersediaan Dana
Dana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat
melalui gotong royong dengan kegiatan himpitan beras dan hasil potensi
desa lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang
dihimpin melalui kegiatan dana sehat (Depkes, 2011).
Menurut Sulistyorini, Pebriyanti, dan Proverawati (2010),
Ketersediaan dana yang dapat menjadi kendala pelaksanaan Posyandu
adalah: 1) Pelaksanaan kegiatan posyandu tidak didukung dengan
anggraan rutin, 2) Dana operasional sangat menurun, sehingga posyandu
menjadi tersendat kondisi ini terkait dengan:
a. Otonomi tidak selalu menjamin Posyandu sebagai hal yang penting
dalam pembangunan kesehatan sehingga tidak dijadikan perioritas,
baik dari segi danan maupun pengembangannya.
b. Pemerintah Kabupaten / Kota tidak memiliki dana yang cikup untuk
mengembangkan dana dan melestarikan Posyandu
c. Kemampuan ekonomi masyarakat semakin menurun sejak terjadinya
krisis ekonomi tahun 1997, sehingga kemandirian masyarakat dalam
mempertahankan dan melestarikan Posyandu menjadi sangat kurang
Dana yang digunakan Puskesmas untuk kegiatan posyandu sangat
minim sekali dari informasi kepala Puskesmas sebagaian besar
mengatakan bahwa satu-satunya dana yang ada di Puskesmas untuk
kegiatan Posyandu berasal dari dana PKPS BBM. Puskesmas tidak
mimiliki dana operasional yang berasal dari APBD dan APBN.
Universitas Sumatera Utara
Anggaran yang diberikan untuk masalah kesehatan seharusnya
memadai buka hanya untuk mengadakan tenaga kesehatan di
Puskesmas tetapi juga untuk program-program kesehatan.
2.3. Sarana dan prasarana
Sarana prasarana merupakan alat yang digunakan untuk menunjang
kegiatan Posyandu. Sehingga sarana dan prasarana merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan Posyandu. Kendala-
kendalanya adalah: a) Tempat pelaksanaan Posyandu kurang
representatif (dikantor kelurahan, polindes, atau gedung PKK), sehingga
tidak memungkinkan menyediakan tempat bermain bagi balita, b)
ketepatan jam buka posyandu, c) kebersihan tempat pelaksanaan
posyandu, d) kurang kelengakapan untuk pelaksanaan KIE seperti buku-
buku yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan, poster-poster, leaflet,
lembar balik, modul, dan lain-lain, e) kurangnya kelengkapan alat ukur
dan timbangan, f) sarana dan peralatan yang ada dipuskesmas dan
Posyandu masih kurang (Sulistyorini, Pebriyanti, dan Proverawati,
2010).
Universitas Sumatera Utara