46
31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah survai bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui gambaran kadar NH 3 (Amonia) dan H 2 S (Hidrogen Sulfida) serta keluhan kesehatan pada pekerja pengelola limbah di IPAL departemen Utility PT. X Kota Batam tahun 2017. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di IPAL Departemen Utility PT. X Kota Batam, Kepulauan Riau. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah: 1. PT. X merupakan salah satu industri oleokimia terbesar di Indonesia khusunya di Batam. 2. Dalam sistem pengelolaan limbah cair di IPAL departemen utility PT. X Kota Batam khususnya pada pengelolaan biologi, melalui proses aerob dan anaerob sering mengeluarkan gas-gas yang menimbulkan bau seperti amoniak (NH 3 ) dan hidrogen sulfida (H 2 S) yang dihasilkan dari proses metabolisme bakteri yang digunakan dalam pengelolaan limbah. 3. Adanya pekerja yang bekerja setiap hari di lokasi dan terkadang tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) seperti masker sehingga dapat menimbulkan efek berupa keluhan kesehatan bagi pekerja tersebut.

repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survai bersifat deskriptif, yaitu untuk

mengetahui gambaran kadar NH3 (Amonia) dan H2S (Hidrogen Sulfida) serta

keluhan kesehatan pada pekerja pengelola limbah di IPAL departemen Utility PT.

X Kota Batam tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di IPAL Departemen Utility PT. X Kota Batam,

Kepulauan Riau. Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat

penelitian adalah:

1. PT. X merupakan salah satu industri oleokimia terbesar di Indonesia khusunya

di Batam.

2. Dalam sistem pengelolaan limbah cair di IPAL departemen utility PT. X Kota

Batam khususnya pada pengelolaan biologi, melalui proses aerob dan anaerob

sering mengeluarkan gas-gas yang menimbulkan bau seperti amoniak (NH3)

dan hidrogen sulfida (H2S) yang dihasilkan dari proses metabolisme bakteri

yang digunakan dalam pengelolaan limbah.

3. Adanya pekerja yang bekerja setiap hari di lokasi dan terkadang tidak

menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) seperti masker sehingga dapat

menimbulkan efek berupa keluhan kesehatan bagi pekerja tersebut.

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

32

3.2.2 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini direncanakan pada Februari sampai dengan Mei

2017 di IPAL departemen Utility PT. X Kota Batam. Waktu pelaksanaan

direncanakan setelah usulan penelitian skripsi diterima dan disetujui oleh dosen

tim pembimbing.

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui observasi lapangan, pengukuran kualitas

udara, dan melakukan wawancara kepada pekerja dengan bantuan kuesioner.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Laboratorium PT. Sucofindo cabang Kota

Batam dan data dari PT X Kota Batam.

3.4 Parameter dan Objek Penelitian

3.4.1 Parameter Penelitian

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah kadar amoniak (NH3)

dan hidrogen sulfida (H2S) dengan pertimbangan tingginya tingkat kebauan di

udara dan membandingkan dengan KepMen LH No. 50 tahun 1996 tentang Baku

Tingkat Kebauan dan keluhan kesehatan yang timbul pada pekerja di PT. X Kota

Batam.

3.4.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah:

1. Pekerja atau karyawan yang bekerja di IPAL departemen utility PT. X kota

Batam.

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

33

2. Kadar NH3 (Amonia) dan H2S (Hidrogen Sulfida) yang akan diambil pada 4

titik yaitu di sebelah kanan kolam Collecting PIT, di tengah area kolam UASB

(Uplow Anaerobic Slude Blanket) tank, diarea kolam Conditioning tank, dan

di tengah area kolam MBR Tank mengingat keempat titik tersebut merupakan

tempat sistem pengelolahan limbah cair secara biologi yang menggunakan

bakteri aerob dan anaerob yang bermetabolisme sehingga dapat menimbulkan

bau.

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja di

instalasi pengolahan air limbah departemen utility PT. X kota Batam yang terdiri

dari 45 orang.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan

diambil (Notoatmojo, 2005). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja

yang bekerja di Instalasi Pengolahan air limbah departemen utility PT.X kota

Batam, yaitu sejumlah 45 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total

sampling karena menurut sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100

seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Dengan rincian sebagai

berikut:

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

34

1. Superintendent berjumlah 3 pekerja.

2. Supervisor berjumlah 14 pekerja.

3. Rank & File yang terdiri dari operator dan helper berjumlah 28 pekerja.

3.6 Titik Pengambilan Sampel

Titik pengambilan sampel diambil pada 4 titik yaitu di sebelah kanan kolam

Collecting PIT, di tengah area kolam UASB (Uplow Anaerobic Slude Blanket)

tank, di tengah area kolam Conditioning tank, dan di tengah area kolam MBR

Tank mengingat keempat titik tersebut merupakan tempat sistem pengelolahan

limbah cair secara biologi yang menggunakan bakteri aerob dan anaerob yang

bermetabolisme sehingga dapat menimbulkan bau.

Gambar.2 Denah IPAL PT. X Kota Batam

Sumber: (PT. X Kota Batam, 2017)

Keterangan gambar:

1 = Collecting PIT 2 = Oil Separator

3 = Oil Waste Tank 4 = Fat Separator

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

35

5 = Mixing Tank 6 = Primary Sludge

7 = Dissolved Air Flotation 8 = Chemical Area

9 = Storage Tank 10 = Laboratory

11 = Control Room 12, 13, 14, 15 = UASB Tank

16, 17, 18, 19 = Conditioning Tank 20, 21, 22, 23 = Activated Sludge

24, 25, 26, 27 = MBR Tank 28 = Effluent Tank

29 = MBR Chemical Tank

3.7 Definisi Operasional

1. Amoniak (NH3) adalah gas tajam yang tidak berwarna yang terdapat di IPAL

Departemen Utility PT. X Kawasan Industri Kabil Kota Batam. Nilai baku

mutu yang diperbolehkan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

No. 50 Tahun 1996 tentang baku mutu tingkat kebauan adalah 2,0 ppm.

2. Hidrogen Sulfida (H2S) adalah salah satu gas pencemar udara yang

menimbulkan bau busuk yang terdapat di IPAL Departemen Utility PT. X

Batam. Nilai baku mutu yang diperbolehkan berdasarkan Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 tentang baku mutu tingkat kebauan

adalah 2,0 ppm.

3. Melebihi baku mutu adalah apabila kualitas udara yang diukur melebihi dari

nilai ambang batas yang diatur oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

No. 50 Tahun 1996 tentang baku tingkat kabauan.

4. Keluhan kesehatan adalah keluhan yang dirasakan oleh responden yang

berupa gangguan kesehatan akibat paparan gas NH3 dan H2S yang dialami

pekerja di IPAL departemen utility PT. X Batam

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

36

5. Umur adalah salah satu karakteristik pekerja yang menyatakan jumlah tahun

yang dihitung mulai dari responden lahir hingga saat penelitian berlangsung.

6. Lama paparan adalah lama kontak antara pekerja pengelola limbah dengan

gas NH3 (Amonia) dan H2S (Hidrogen Sulfida) di IPAL departemen Utility

PT. X kota Batam.

7. Masa kerja adalah salah satu karakteristik pekerja yang menyatakan waktu

yang telah dihabiskan oleh pekerja mulai dari ia bekerja sampai penelitian

berlangsung.

3.8 Aspek Pengukuran

3.8.1 Kadar Amoniak

Kadar amoniak (NH3) di udara diukur dengan menggunakan metode

indofenol. Hasil pengukuran yang diperoleh dibandingkan dengan Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 mengenai baku tingkat kebauan

NH3 sebesar 2,0 ppm.

3.8.2 Kadar Hidrogen Sulfida

Kadar Hidrogen Sulfida (H2S) di udara diukur dengan metode merkuri

tiosinat dan absorbs gas. Hasil pengukuran yang diperoleh dibandingkan dengan

kebauan H2S sebesar 0,02 ppm.

3.8.3 Karakteristik Responden

1. Usia

Usia responden dapat dikategorikan sebagai berikut:

a) ≤ 25 tahun

b) 26 – 35 tahun

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

37

c) 36 – 45 tahun

d) >45 tahun

2. Lama paparan

Lama paparan diukur berdasarkan jam kerja responden dikurangi

jam istirahat.Saat pekerja pengelola limbah bekerja memantau kolam

Collecting PIT, kolam UASB (Uplow Anaerobic Slude Blanket) tank,

Conditioning tank, dan MBR Tank sehingga terjadi kontak langsung secara

inhalasi antara pekerja dan gas NH3 dan H2S yang berasal dari kolam-

kolam tersebut.

3. Masa Kerja

Masa kerja responden dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. ≤ 5 tahun

b. 6 – 15 tahun

c. 16 – 25 tahun

4. Penggunaan APD

Mengetahui bagaimana penggunaan APD pada pekerja dilakukan

dengan menggunakan metode observasi dan wawancara, dibagi menjadi

dua kategori, yaitu:

a) Pekerja menggunakan APD lengkap, apabila pekerja menggunakan

seluruh jenis APD yang digunakan.

b) Pekerja tidak menggunakan APD lengkap, apabila terdapat satu atau

lebih jenis APD yang tidak digunakan.

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

38

3.8.4 Keluhan Kesehatan

3.8.4.1 Keluhan Saluran Pernafasan

1. Terjadi keluhan saluran pernapasan jika responden mengatakan “Ya” pada salah

satu keluhan pilek, tenggorokan kering, batuk-batuk, sesak napas, dan nyeri dada

saat pengambilan data.

2. Tidak terjadi keluhan saluran pernapasan jika responden mengatakan “Tidak”

pada semua keluhan pilek, tenggorokan kering, batuk-batuk, sesak napas, dan

nyeri dada saat pengambilan data.

3.8.4.2 Keluhan Iritasi Mata

1. Terjadi keluhan iritasi mata jika responden mengatakan “Ya” pada salah satu

keluhan mata gatal, mata merah, mata kotor, dan mata berair saat pengambilan

data.

2. Tidak terjadi keluhan iritasi mata jika responden mengatakan “Tidak” pada semua

keluhan mata gatal, mata merah, mata kotor, dan mata berair saat pengambilan

data.

3.9 Pengukuran Kadar Amonia

3.9.1 Prinsip

Amoniak dari udara ambient yang telah dijerap oleh larutan penjerap asam

sulfat, akan membentuk amonium sulfat. Kemudian direaksikan dengan fenol dan

natrium hipoklorit dalam suasana basa, akan membentuk senyawa komplek

indofenol yang berwarna biru. Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan

menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm.

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

39

3.9.2 Peralatan

1. Midget Impinger

2. Pompa hisap

3. Spektrofotometer

4. Flow meter

3.9.3 Bahan Regensia

1. Reaksi penyerap

Diambil 5 ml H2SO4 1N, kemudian diencerkan dengan aquabides sampai

volume 500ml ( H2SO4 0,01N ). Kemudian dari stock H2SO4 1N dimasukkan 14

ml HSO4(p) dalam 200 ml akuabides, lalu diencerkan dengan akuabides sampai

500 ml.

2. Larutan Nessler

Dilarutkan Kalium iodida (KI) 17,5 gr ke dalam akuabides beberapa ml,

lalu dimasukkan 25 gr HgI2 sedikit demi sedikit hingga larut. Kemudian

ditambahkan NaOH 40 gr yang sudah dilarutkan terlebih dahulu dalam akuabides.

Diencerkan hingga volume 250 ml. Endapan yang dihasilkan dibuang dan

supernatant dimasukkan dalam botol coklat.

3. Larutan standar Ammonia

Timbang 0,3147 gr Ammonium Klorida (NH4Cl) kemudian larutkan

dalam 100 ml aquabides. Dipipet 1 ml larutan bagian atas, dan diencerkan dengan

aquabides hingga volume 100 ml.

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

40

3.9.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi

1. Ambil larutan sediaan 0 ml , 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml masukkan ke dalam

labu ukur 25 ml

2. Tambahkan masing-masing 10 ml larutan penyerap dan 1 ml larutan

reagen nessler, ditambahkan larutan penyerap sebagai tanda batas,

kemudian dikocok.

3. Tunggu selama 10 menit, kemudian baca absorbansi dengan

spektrofotometer UV-Visibel pada λ = 425 nm.

4. Buat kurva kalibrasi yang menyatakan hubungan absorbansi dengan

konsentrasi NH3.

3.9.5 Waktu Pengukuran

24 jam dengan interval waktu 6 jam, masing – masing 1 interval diambil 30

menit dianjurkan mulai dari jam 08.00.

3.9.6 Cara Pengambilan Contoh

1. Ambil 30 ml pereaksi penyerap masukkan ke dalam midget impinger.

2. Rangkai midget impinger dengan pompa vacuum selama 30 menit dengan

laju aliran 30 ml / menit.

3. Setelah pengambilan contoh, simpan contoh dalam termos es.

3.9.7 Cara Uji

1. Atur pH larutan 7,4

2. Ambil 5 ml sampel a, b, c, d, dan e pada suhu kamar, kemudian masukkan

masing-masing ke dalam labu takar 25 ml.

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

41

3. Ambil 5 ml larutan penyerap (blanko), dimasukkan kedalam labu takar 25

ml yang berbeda.

4. Tambah 1 ml reagen Nessler,kemudian tambahkan larutan penyerap ke

masing-masing labu takar sebagai tanda batas, dikocok dan disimpan di

tempat gelap selama 10 menit.

5. Baca absorbansi pada λ = 425 nm

3.9.8 Rumus Perhitungan

Kadar NH3 (ppm) =

x

x 0,71 ppm

Keterangan :

V1 = Volume di midget

V2 = Volume yang diambil

Faktor konversi = μgr/m3NH3 = 1,47.10-3 ppm

3.10 Pengukuran Kadar H2S

3.10.1 Prinsip Pengukuran

Ion sulfida bereaksi dengan p-amino-dimetil anilin dan FeCl3 membentuk

metilen biru, yang kemudian intensitasnya diukur dengan spektrofotometer pada

panjang gelombang 670 nm.

3.10.2 Peralatan

1. Midget impinger

2. Flow meter

3. Pompa hisap

4. Labu ukur 25 ml

5. Spektrofotometer

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

42

3.10.3 Bahan Regensia

1. Pereaksi penyerap : 4,3 gr CdSO4, 8 H2O ditambah 0,3 gr NaOH

dilarutkan dalam air suling, sampai 1 liter.

2. Larutan induk H2SO4 – Amin : 12 gr NN dimethyl penylen diamin

hidroksida yang dilarutkan dalam campuran dingin dari 50 ml H2SO4

dalam 30 ml air suling.

3. Larutan uji amin : encerkan 2,5 ml larutan induk menjadi 100 ml dengan

H2SO4 dengan perbandingan 1 : 1 (50 ml H2SO4 : 50 ml air suling).

4. Larutan feri klorida (FeCl3) 100 % : 10 gr FeCl3 6 H2O dilarutkan

dengan air suling sampai menjadi 10 ml.

5. Larutan amino fosfat

6. Larutkan 400 gr Amonium fosfat (NH4)2 HPO4 dengan aquades sampai 1

liter.

7. Larutan induk sulfide : 0,3 gr larutan Na2S anhidrat dilarutkan dengan

NaOH 0,1 M yang baru dibuat (0,4 gr NaOH dalam 100 ml air suling)

ditambah 100 ml dalam labu ukur.

8. Larutan sediaan : 1 ml larutan induk sulfida dilarutkan dengan air suling

dalam labu ukur sampai menjadi 100 ml.

3.10.4 Waktu Pengukuran

Waktu pengambilan contoh 30 menit dengan waktu pengukuran dalam satu

hari.

3.10.5 Prosedur Pengambilan Contoh

1. Ambil 50 ml pereaksi penyerap, masukkan ke dalam impinger 100 ml.

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

43

2. Rangkai midget impinger dengan pompa hisap. Hisap udara selam 30

menit dengan laju alir 1,5 l/menit.

3. Setelah pengambilan contoh selesai, simpan dalam termos pendingin.

3.10.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi

1. Masukkan 10 ml pereaksi penyerap ke dalam labu ukur 25 ml. Masing –

masing berisi larutan sediaan 0 ml, 1 ml, 2 ml, 3 ml.

2. Tambahkan 1,5 ml larutan uji Amin, kemudian kocok.

3. Tambahkan 1 tetes larutan FeCl3 (jika timbul warna kuning + Amonium

phosphat tetes demi tetes sampai warna hilang (40 gr (NH4)2 HPO4 dalam

100 ml AS encerkan dengan air suling sampai tanda batas dan diamkan

selama 10 menit.

4. Baca absorbansi dengan λ = 670 nm.

5. Buat kurva kalibrasi yang menyatakan absorbansi dengan konstanta

sulfida.

3.10.7 Cara Uji

1. Ambil 10 ml contoh dari midget impinger (suhu kamar) masukkan ke

dalam labu ukur 25 ml.

2. Tambahkan 1,5 ml larutan uju Amin , kocok.

3. Tambahkan 1 tetes FeCl3 (jika timbul warna kuning + amonium phosphat

tetes demi tetes sampai warna kuning hilang). Encerkan sampai tanda

batas dan diamkan selama 30 menit.

4. Baca absorbansi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 670

nm

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

44

3.10.8 Rumus Perhitungan

Kadar H2S (PPM) =

x

x 0,71 ppm

Keterangan :

Faktor konversi H2S 1μg/l = 0,71 ppm

V1 = Volume dalam midget

V2 = Volume yang diambil

3.11 Teknik Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan cara:

1. Editing ( pemeriksaan data)

Editing merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan terhadap semua isian

kuesioner yang telah dikumpulkan, setelah pengambilan data di lapangan dan uji

laboratorium telah selesai. Kegiatan ini untuk memastikan bahwa data yang

diperoleh tersebut semua terisi, konsisten, relevan, dan dapat dibaca dengan baik.

2. Coding ( pemberian kode)

Data yang berbentuk kalimat atau huruf yang telah terkumpul dan dikoreksi

ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual

yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau

bilangan. Pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data

entry).

3. Entry (pemasukan data ke komputer)

Data yang dalam bentuk kode (huruf atau angka) dimasukkan ke program

computer untuk diolah.

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

45

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program computer

guna menghidari terjadinya kesalahan pemasukan data.

3.12 Analisa Data

Data diperoleh dan diolah secara manual, komputerisasi dan disajikan

dalam bentuk tabel yang diteliti dan kemudian di analisa dengan membandingkan

kualitas udara NH3 dan H2S dengan baku mutu kebauan menurut KepMen LH No.

50 Tahun 1996 dan melakukan wawancara terhadap para pekerja tentang keluhan

kesehatan tenaga kerja dengan menggunakan kuesioner yang dibandingkan

dengan karakteristik pekerja.

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum PT. X Batam

4.1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

PT. X Batam sebelumnya didirikan pada tahun 1991 dan diresmikan pada

tanggal 19 Februari 1994 oleh Presiden Soeharto yang tergabung dalam Divisi

Kimia Salim Group. Seiring dengan perkembangan industri yang terjadi dan

permintaan pasar yang semakin meningkat, maka dilakukan ekspansi di Pulau

Batam. Dipilihnya Pulau Batam sebagai lokasi pabrik oleokimia karena selain

merupakan salah satu pusat perindustrian terbesar di Indonesia, Pulau Batam juga

terletak di daerah segitiga emas yaitu Indonesia (Batam), Singapura dan Malaysia

(Johor).

PT. X Batam adalah perusahaan yang bergerak di bidang oleokimia,

menghasilkan produk dari alam, berbahan dasar minyak nabati daerah tropis yang

ramah lingkungan.Sebagai salah satu penghasil utama oleokimia dengan jumlah

yang besar maka PT. X berkomitmen menyediakan produk yang bermutu tinggi

dengan harga yang berdaya saing dan membangun hubungan yang erat dengan

pelanggan sembari berinvestasi di sumber daya manusia.

Berlokasi dekat dengan terminal CPO / CPKO, PT. Ecogreen

Oleochemicals Batam tersambung langsung dengan Terminal Kabil yang

mempermudah proses memuat dan membongkar barang dari kapal tanker.

Teknologi proses industri yang digunakan di PT. X Batam adalah teknologi Lurgi

AG dari Jerman dan teknologi Davy dari Inggris. Bahan baku utama proses

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

47

berupa minyak inti sawit (Crude Palm Kernel Oil), minyak sawit (Crude Palm

Oil), ataupun minyak kelapa (Coconut Oil).

4.1.2 Bidang Usaha

PT. X Batam memproduksi erbagai macam bahan kimia sebagai berikut:

1. Fatty Acids (Asam Lemak)

Secara umum Fatty Acids dihasilkan dari proses Raw Material (CPKO,

RBDPS, PKO, RBDPO) dipompakan ke splitting dimana terjadi

proses Hidrolisis yang menghasilkan Fatty Acids dan Glyserin setelah itu

proses Hidrogenasi yaitu untuk menghasilkan Fatty Acids yang jenuh dengan

memberikan Hydrogen, kemudian proses Destalasi selanjutnya proses

Fraksinasi dan akhirnya dihasilkan Fatty Acids.

2. Fatty Alkohol (Lemak Alkohol)

Fatty Alkohol merupakan hasil lanjut dari pengolahan Fatty Acids yang

terlebih dahulu di proses melalui Methylester.

3. Fatty Amino (Lemak Amino)

Fatty Amino digunakan sebagai bahan industri plastik, pelumas, tekstil

dan surfaktan.

4. Methylester

Methylester dihasilkan melalui proses Waterifikasi pada lemak yang

diberi Methanol atau Etanol dengan katalisator Nametoksi. Contohnya bahan

pembuatan sabun.

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

48

5. Gliserin

Gliserin merupakan pemisahan dari Fatty Acids pada proses Hidrolisasi.

Contohnya untuk industri kosmetik, bahan pelarut, pengatur kekenyalan

shampoo, obat kumur, pasta gigi, industri rokok, permen karet, cat, adesip,

plester dan sabun.

4.2. Mekanisme Sistem Pengelolaan Limbah Cair di PT. X Batam

4.2.1 Proses Waste Water Treatment Plant

Gambar 3. Proses Pengelolaan Limbah Cair Oleokimia PT. X Batam

4.2.2 Oil Separator

Air limbah yang berasal dari proses produksi dirancang dengan debit 1000

m3/d dan mengalir ke instalasi pengolahan air limbah. Langkah pretreatment

pertama adalah pemisahan minyak. Air limbah yang mengandung minyak

dialirkan ke Oil Separator untuk memisahkan minyak dan air limbah. Pemisahan

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

49

ini diadasarkan atas perbedaan densitas antara air dan minyak. Dimana minyak

akan naik keatas karena memiliki densitas lebih ringan dibandingkan densitas air.

Oil Separator mampu menampung air limbah dengan volume 56,3 m3 dan

dilengkapi dengan perangkap minyak. Aliran dirancang over flow sehingga

minyak akan terperangkap dan mengalir secara gravitasi ke Oil Waste Tank

kemudian akan di pompaka ke coal boiler sebagai bahan bakar. Sedangkan air

limbah selanjutnya dialirkan menggunakan pompa.

Adapun parameter yang dimonitor di Oil Separator adalah pH (6-9),

temperatur (28-40oC), dan warna dalam air limbah dan Oil Separator dapat

mengurangi COD sebesar 5%.

4.2.3 Fat Separator

Air limbah dari Oil Separator masih mengandung minyak sehingga

diperlukan pemisahan lanjutan di Fat Separator. Pada Fat Separator dilakukan

penambahan HCl 33% yang bertujuan untuk mengasamkan air limbah dan untuk

membantu mengemulsi air dengan minyak sehingga minyak akan naik ke

permukaan. Fat Separator juga dilengkapi dengan alat perangkap minyak untuk

dialirkan ke Oil Waste Tank. Fat Separator mampu menampung air limbah

dengan volume 37,8 m3. Dan air limbah bebas minyak dialirkanke proses

selanjutnya dengan menggunakan pompa. Adapun parameter yang dimonitor di

Oil Separator adalah pH (2-3), temperatur (28-40oC), dan mampu mengurangi

COD sebesar 5%.

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

50

4.2.4 Koagulan Tank dan Flokulan Tank

Air limbah yang bebas dari minyak dipompakan ke koagulan tank dengan

menggunkaan pompa. Dialirkan ke koagulan tank untuk memisahkan suspended

solid pada air limbah dengan penambahan koagulan. Koagulan yang digunakan

adalah PAC 10% yang dipompakan dari Koagulan Tank. Adapun proses

terbentuknya flok ialah suspended solid yang ada dalam air terdiri dari ion-ion

yang bermuatan negatif. Ion tersebut akan saling tolak-menolak. Sedangkan zat-

zat pengendap terdiri atas ion-ion positif. Apabila ion positif bersentuhan dengan

ion negatif maka dapat membentuk gumpalan-gumpalan. Sehingga ukuran

partikel akan bertambah besar dan lebih mudah untuk diendapkan.

Pada proses koagulasi pH sangat berpengaruh pada pembentukan flok,

sehingga pada koagulan tank pH dijaga antara 6,5 – 8,5 dengan penambahan

NaOH 48%. Apabila pH dibawah 6,5 maka flok akan sulit terbentuk sedangkan

apabila pH diatas 8,5 flok yang sudah terbentuk dapat pecah kembali. Kemudian

dialirkan ke flokulan tank. Flokulan yang ditambahkan berupa polimer dari

flokulan tank. Polimer berfungsi untuk memperbesar partikel koloid dan flok yang

telah terbentuk, sehingga proses pengendapan dapat berlangsung lebih cepat dan

sempurna.

4.2.5 Dissolved Air Flotation (DAF)

Air limbah ke flokulan tank selanjutnya dialirkan ke Dissolved Air

Flotation untuk memisahkan endapan flok yang sudah terbentuk dari air. Prinsip

pemisahan pada Dissolved Air Flotation adalah untuk dialirkan dari bawah

dengan menggunakan blower sehingga flok-flok yang terbentuk akan naik dan

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

51

berkumpul di permukaan. Selanjutnya akan dipisah menggunakan skimmer.

Sludge akan ditampung di Primary Sludge Pit dan dipompakan menggunakan

pompa ke sludge receive tank. Kemudian sludge akan dipindahkan ke kontainer

dan digunakan sebagai bahan bakar. Sedangkan air limbah dari DAF akan

dialirkan ke proses selanjutnya. COD air limbah dari DAF berkurang sebesar 5%.

4.2.6 Collection Pit

Air limbah dari Dissolved Air Flotation dialirkan ke Colleciton Pit.

Collection Pit dengan desain volume 3200 m3. Adapun tujuan Collection Pit

didisain begitu besar yang pertama untuk memfasilitasi proses

hidrolisis/acidogenasi air limbah sehingga terbentuk asam organik, ini ditandai

terjadinya penurunan pH di Collection Pit. Kemudian untuk mengakomodasi

kegagalan pemisahan fisik dan biologi.

Di Collection Pit ditambahkan nitrogen dan phospat sebagai nutrient

mikroorganisme diproses selanjutnya dengan perbandingan COD:N:P = 1000:7:1.

Air limbah dari Collection Pit selanjutnya dialirkan ke distributor tank dengan

mengguakan pompa. Adapun yang dimonitor di collection pit adalah pH, flow,

total flow, dan temperatur.

4.2.7 Distribution Tank

Air limbah dari Collection Pit selanjutnya dialirkan ke distributor tank

dengan menggunakan pompa. Distribution Tank fungsinya untuk membagi flow

ke proses selanjutnya yaitu conditioning tank. Pada aliran distribution tank

ditambahkan NaOH 48%. Penambahan NaOH 48% untuk mengontrol pH di

Conditioning Tank yang sangat berpengaruh terhadap proses selanjutnya.

Page 22: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

52

4.2.8 Conditioning Tank

Air limbah dari distribution tank dialirkan ke conditioning tank. Air

limbah dikondisikan pH nya netral antara 6,5 – 8,5 sehingga diambah NaOH 48%.

Karena pH sangat berpengaruh pada proses anaerobik. Air limbah dari

Conditioning Tank dipompakan ke Uplow Anaerobic Sludge Blanked (UASB)

Tank dan sebagian disirkulais ke Conditioning Tank untuk memperkecil

kebutuhan NaOH 48%.

4.2.9 UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanked) Tank

Air limbah dari Conditioning Tank dialirkan ke UASB Tank dengan

menggunakan pompa. Air limbah dialirkan dari bawah UASB Tank dan debit

influen dijaga sesuai dengan setpoint yang telah ditentukan. UASB Tank mampu

mengurangi COD air limbah sebesar 85%. Effluent dari UASB Tank dialirkan ke

proses aerobic yang sebelumnya ditampung di Distribution Tank.

Proses pengolahan air limbah di UASB Tank dilakukan dengan bantuan

mikroorganisme untuk mengubah organic komplek menjadi gas metan. Ada

empat jenis bakteri yang berperan dalam UASB Tank yaitu bakteri hidrolitik,

bakteri asidogenik, bakteri asitogenik, dan bakteri metanogenik.

4.2.10 Distribution Tank

Air limbah dari UASB Tank dialirkan ke Distribution Tank secara

gravitasi. Distribution Tank fungsinya untuk membagi flow ke proses selanjutnya

yaitu Activated Sludge. Volume Distribution Tank 1 m3.

Page 23: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

53

4.2.11 Activated Sludge

Adapun pengolahan air limbah secara Activated Sludge ialah senyawa

organic yang tersisa pada air limbah didekomposisi mikroorganisme. Pada tangki

aerasi disuplai oksigen dari blower. Selain suplai oksigen blower juga berfungsi

sebagai pengadukan dalam tangki aerasi. Parameter yang dimonitor dalam tangki

aerasi salah satunya adalah pH sehingga ditambahkan HCl 33% apabila air limbah

dalam kondisi asam. Kemudian air limbah dialirkan ke MBR Tank secara over

flow.

Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengoperasian lumpur

aktif yaitu:

1. Butiran lumpur dan kualitas lumpur, butiran lumpur yang keras sulit

mengendap sehingga sulit untuk dipisahkan dari cairan, bila lumpur ini ada

dalam jumlah banyak maka akan menutupi permukaan dan mengakibatkan

terganggunya kehidupan mikroorganisme. Butiran ini terjadi karena

rendahnya konsentrasi oksigen yang terlarut.

2. Tidak tersedianya nutrisi yang cukup dan waktu tinggal lumpur dalam cairan

terlalu lama, oleh karena itu harus selalu diketahui perbandingan volume

lumpur dan berat lumpur.

4.2.12 MBR Tank

MBR Tank berfungsi untuk menyaring sludge dari aliran over flow aerasi

tank. Volume MBR Tank 73,4 m3. Air limbah kemudian dialirkan ke Effluen Tank

dengan menggunakan pompa. Sedangkan sludge dipompakan ke Sludge Storage

Page 24: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

54

Tank untuk dipisahkan sludge dari air limbah. MBR Tank dilengkapi dengan

boiler untuk menghindari terjadinya fouling pada membran.

4.2.13 Belt Press

Belt Press berfungsi untuk memisahkan sludge dari air limbah. Sludge

dialirkan ke Sludge Storage Tank kemudian dipompakan ke Belt Press dengan

menggunakan pompa. Untuk mempermudah pemisahan ditambahkan polimer.

Prinsip kerja pada Belt Press ialah air limbah yang di pres sehingga sludge akan

menggumpal dan ditampung ke dalam kontainer. Sedangkan air limbah yang

bebas sludge ditampung di Belt Press Drain Tank kemudian dipompakan kembali

ke dalam Distribution Tank.

4.2.14 Effluent Tank

Effluent Tank berfungsi untuk menampung air limbah yang sudah di

treatment. Volume Effluent Tank adalah 180 m3. Air limbah yang telah di

treatment kemudian ditransfer ke titik pembuangan air limbah dengan

menggunakan pompa.

Page 25: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

55

4.3 Chemical

Tabel 4.1 Bahan Kimia yang Ditambahkan pada Proses WWTP

Chemical Penyimpanan Konsentrasi Penambahan Fungsi

HCL F-700 33% Fat Separator Pengemulsi

Activated Mengontrol

Sludge pH

NaOH F-710 48% Koagulan Mengontrol

Tank pH

Pipa effluent

Coll pit

PAC F-720 10% Koagulan Koagulan

Tank

Polimer F-730 0,1% Flokulan Tank Flokulan

Urea F-740 10% Coll pit Nutrien

DAP F-750 5% Coll pit Nutrien

Sumber: Operasional Manual Waste Water Treatment Plant PT. X Batam.

4.4 Kualitas Udara

Kadar NH3 (Ammonia) dan H2S (Hidrogen Sulfida) diukur pada

tanggal 4 Mei 2017 pada pukul 13.30 – 15.30 WIB di wilayah WWTP (Waste

Water Treatment Plant) PT. X Batam. Titik pengambilan sampel sebanyak 4

titik dan pada saat pengukuran dilakukan, keadaan cuaca dalam keadaan cerah

setelah hujan selama 1 jam. Adapun hasil pengukuran kadar NH3 (Ammonia)

dan H2S (Hidrogen Sulfida) dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :

Page 26: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

56

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Kadar Gas NH3 (Ammonia) dan H2S

(Hidrogen Sulfida) di IPAL Departemen Utility PT. X Batam

Tahun 2017

Keterangan:

MS : Memenuhi Syarat

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari pengukuran yang dilakukan pada

empat titik di IPAL departemen Utility PT. X Batam yaitu, Collecting Pit,

Conditioning Tank,UASB Tank, dan MBR Tank tidak terdapat hasil yang

melebihi baku mutu udara ambien nasional. Kadar NH3 dan H2S pada titik I

sebesar 0,44 ppm dan 0,012 ppm, pada titik II 0,20 ppm dan 0,008 ppm, pada

titik III 0,20 ppm dan 0,007 ppm, pada titik IV 0,19 ppm dan 0,005 ppm

4.5 Karakteristik Responden

Karakteristik responden berupa usia karyawan, masa kerja karyawan, lama

paparan, jam kerja pekerja, riwayat merokok, dan penggunaan alat pelindung diri

di IPAL Departemen Utility PT. X Kota Batam dapat dilihat pada tabel 4.3 di

bawah ini.

No. Parameter Kadar NH3 dan H2S Syarat Baku

Mutu Udara

Ambien

Ket.

Titik

I

Titik

II

Titik

III

Titik

IV

1 NH3 0,44 0,20 0,20 0,19 2 ppm MS

2 H2S 0,012 0,008 0,007 0,005 0,02 ppm MS

Page 27: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

57

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Pada Pekerja

Pengelola Limbah di IPAL Departemen Utility PT. X Kota Batam

Tahun 2017.

Variabel Kelompok Jumlah

(orang)

Persentase (%)

Usia karyawan ≤ 25 tahun 9 20,0

26 – 35 tahun 23 51,1

36 – 45 tahun 8 17,8

> 45 tahun 5 11,1

Jumlah 45 100,0

Masa kerja karyawan ≤ 5 tahun

6 – 15 tahun

21

18

46,7

40,0

16 – 25 tahun 6 13,3

Jumlah 45 100,0

Lama paparan ≤ 5 jam

> 5 jam

19

26

42,2

57,8

Jumlah 45 100,0

Jam kerja < 8 jam

8 jam

9

36

20,0

80,0

Jumlah 45 100,0

Riwayat Merokok Ya

Tidak

14

31

31,1

68,9

Jumlah 45 100,0

Penggunaan APD Lengkap

Tidak Lengkap

16

29

35,6

64,4

Jumlah 45 100,0

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja memiliki usia dalam

rentang 26 – 35 tahun yaitu sebanyak 23 orang (51,1 %). Kemudian, untuk masa

kerja responden, pada umumnya perkerja memiliki masa kerja ≤ 5 tahun yaitu

sebanyak 21 orang (46,7%).

Untuk lama paparan dengan udara menunjukkan bahwa sebagian besar

pekerja kontak dengan udara sekitar IPAL Departemen Utility PT. X selama > 5

jam yaitu sebanyak 26 orang (57,8%). Adapun jam kerja sebagian besar pekerja

Page 28: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

58

pengelola limbah di IPAL Departemen Utility PT. X bekerja selama 8 jam sehari

yaitu 36 orang (80,0%)

Untuk riwayat merokok responden sebagian besar responden yang bekerja

di IPAL Departemen Utility PT. X kota Batam tidak merokok yaitu 31 orang

(68,9%) sedangkan yang merokok yaitu 14 orang responden (31,1%).

Sebagian besar responden tidak menggunakan alat pelindung diri lengkap

saat bekerja yaitu sebanyak 29 orang (64,4%), sedangkan untuk yang

menggunakan alat pelindung diri lengkap sebanyak 16 orang (35,6%).

Adapun jenis alat pelindung diri (APD) yang digunakan oleh responden

dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Alat Pelindung Diri

yang Digunakan di IPAL Departemen Utility PT. X Kota Batam

Tahun 2017

Jenis Alat Pelindung Diri yang Digunakan Jumlah Persentase

(orang) ( % ) Masker Kadang – kadang 18 40,0

Tidak pernah 27 60,0

Jumlah 45 100,0 Kacamata Kadang – kadang 16 35,6

Tidak pernah 29 64,4

Jumlah 45 100,0

S Sarung tangan Kadang – kadang 20 44,4

Tidak pernah 25 55,6

Jumlah 45 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 dari hasil penelitian menunjukkan bahwa petugas

yang menggunakan masker yaitu sebanyak 18 orang (40,0 %), untuk petugas yang

menggunakan kacamata yaitu sebanyak 16 orang (35,6 %), sedangkan untuk

penggunaan sarung tangan oleh petugas lebih banyak yaitu sebanyak 20 orang

(44,4 %).

Page 29: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

59

4.6 Keluhan Kesehatan Responden

Untuk mendapatkan gambaran tentang keluhan gangguan keluhan

kehatan responden dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner

sebagaimana dalam tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Kesehatan pada

Pekerja Pengelola Limbah di IPAL Departemen Utility PT. X

Kota Batam Tahun 2017

Keluhan Kesehatan Iya Tidak Total

n % n % N %

Keluhan Gangguan

Saluran Pernapasan

17 37,8 28 62,2 45 100,0

Tenggorokan kering 5 29,4 12 70,6 17 100,0

Pilek 5 29,4 12 70,6 17 100,0

Nyeri dada 3 17,6 14 82,4 17 100,0

Batuk – batuk 15 88,2 2 11,8 17 100,0

Sesak napas 4 23,5 13 76,5 17 100,0

Keluhan Iritasi Mata 14 31,1 31 68,9 45 100,0

Mata gatal 7 50,0 7 50,0 14 100,0

Mata merah 11 78,6 3 21,4 14 100,0

Mata kotor 3 21,4 11 78,6 14 100,0

Mata Berair 5 35,7 9 64,3 14 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari 17 orang responden

(37,8%) yang mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan sebagian besar

responden juga mengalami keluhan batuk-batuk 15 orang (88,2 %), sedangkan

dari 14 orang responden (31,1 %) yang mengalami keluhan iritasi mata sebagian

besar responden juga mengalami keluhan mata merah 11 orang (78,6%).

Page 30: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

60

Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Pengelola Limbah di IPAL Departemen

Utility PT. X Kota Batam Berdasarkan Jumlah Keluhan

Gangguan Saluran Pernafasan

No. Keluhan Kesehatan Jumlah Persentase

(orang) ( % )

1. Gangguan Saluran Pernapasan < 3 Keluhan 14 82,4 ≥ 3 Keluhan 3 17,6

2. Iritasi Mata

< 3 Keluhan 11 78,6

≥ 3 Keluhan 3 21,4

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa jumlah keluhan gangguan

saluran pernapasan terbanyak yang dialami oleh pekerja pengelola limbah di

IPAL Departemen Utility PT. X Kota Batam yang mengalami keluhan < 3 yaitu

sebanyak 14 orang (82,4%), sedangkan petugas yang mengalami ≥ 3 keluhan

yaitu 3 orang (17,6%). Untuk Keluhan iritasi mata, petugas yang mengalami

keluhan iritasi mata < 3 keluhan yaitu sebanyak 11 orang (78,6%) dan petugas

yang mengalami keluhan iritasi mata ≥ 3 keluhan yaitu sebanyak 3 orang

(21,4%).

4.7 Keluhan Kesehatan Berdasarkan Karakteristik Responden

Tabel 4.7 Hasil Tabulasi Silang Karakteristik Responden Terhadap

Keluhan Iritasi Mata Pada Pekerja Pengelola Limbah di

IPAL Departemen Utility PT. X Kota Batam

Karakteristik

Responden

Keluhan iritasi mata Total

Iya Tidak

(n) % (n) % (n) %

Umur

≤ 25 tahun 4 44,4 5 55,6 9 100,0

26 – 35 tahun 6 26,1 17 73,9 23 100,0

36 – 45 tahun 5 62,5 3 37,5 8 100,0

> 45 tahun 2 40,0 3 60,0 5 100,0

Page 31: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

61

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden dengan rentang

umur 26 – 35 tahun paling banyak mengalami keluhan iritasi mata yaitu sebanyak

6 orang (26,1%). Selain itu, petugas dengan masa kerja ≤ 5 tahun paling banyak

mengalami keluhan iritasi mata yaitu sebanyak 10 orang (47,6%). Sedangkan

sebanyak 11 orang (42,3%) mengalami keluhan iritasi mata dengan lama paparan

>5 jam. Untuk petugas dengan jam kerja 8 jam sehari mengalami keluhan iritasi

mata yaitu sebanyak 11 orang (42,8%) dibandingkan dengan petugas dengan jam

kerja < 8 jam sehari yaitu sebanyak 6 orang (31,6%). Untuk penggunaaan APD,

hanya 2 orang (12,5%) yang menggunakan APD lengkap.

Lajuntan tabel 4.7 Hasil Tabulasi Silang Karakteristik Responden

Terhadap Keluhan Iritasi Mata Pada Pekerja

Pengelola Limbah di IPAL Departemen Utility PT.

X Kota Batam

Masa Kerja

≤ 5 tahun 10 47,6 11 52,4 21 100,0

6 – 15 tahun 5 27,8 13 72,2 18 100,0

16 – 25 tahun 2 33,3 4 66,7 6 100,0

Lama

paparan

≤ 5 jam 6 31,6 13 68,4 19 100,0

>5 jam 11 42,3 15 57,7 26 100,0

Jam Kerja

< 8 jam 6 31,6 13 68,4 19 100,0

8 jam 11 42,8 15 57,7 26 100,0

Penggunaan

APD

Lengkap 2 12,5 14 87,5 16 100,0

TidakLengkap 12 41,4 17 58,6 29 100,0

Page 32: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

62

Tabel 4.8 Hasil Tabulasi Silang Karakteristik Responden Terhadap

Gangguan Saluran Pernapasan Pada Pekerja Pengelola

Limbah di IPAL Departemen Utility PT. X Kota Batam

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa responden dengan rentang

umur 26 – 35 tahun paling banyak mengalami gangguan saluran pernapasan yaitu

sebanyak 6 orang (26,1%). Selain itu, petugas dengan masa kerja ≤ 5 tahun paling

banyak mengalami gangguan saluran pernapasan yaitu sebanyak 7 orang (33,3%).

Sedangkan sebanyak 10 orang (38,5%) mengalami gangguan saluran pernapasan

dengan lama paparan >5 jam. Untuk petugas dengan jam kerja 8 jam sehari

mengalami gangguan saluran pernapasan yaitu sebanyak 12 orang (33,3%). Untuk

penggunaaan APD, hanya 3 orang (18,8%) yang menggunakan APD lengkap.

Karakteristik

Responden

Keluhan saluran pernapasan Total

Iya Tidak

(n) % (n) % (n) %

Umur

≤ 25 tahun 4 44,4 5 55,6 9 100,0

26 – 35 tahun 6 26,1 17 73,9 23 100,0

36 – 45 tahun 5 62,5 3 37,5 8 100,0

> 45 tahun 2 40,0 3 60,0 5 100,0

Masa Kerja

≤ 5 tahun 7 33,3 14 66,7 21 100,0

6 – 15 tahun 6 33,3 12 66,7 18 100,0

16 – 25 tahun 1 16,7 5 83,3 6 100,0

Lama

paparan

≤ 5 jam 4 21,1 15 78,9 19 100,0

>5 jam 10 38,5 16 61,5 26 100,0

Jam Kerja

< 8 jam 5 55,6 4 44,4 9 100,0

8 jam 12 33,3 24 66,7 36 100,0

Penggunaan

APD

Lengkap 3 18,8 13 81,2 16 100,0

TidakLengkap 14 48,3 15 51,7 29 100,0

Page 33: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

63

4.8 Responden yang Terganggu dengan Bau

Adapun responden yang terganggu dengan adanya bau pada penelitian ini

dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9 Distribusi Responden yang Terganggu Dengan Bau yang

Dirasakan pada Pekerja Pengelola Limbah di IPAL

Departemen Utility PT. X Kota Batam tahun 2017

No Frekuensi Merasakan

Kebauan

Jumlah

(Orang)

Persentase

%

1 Sering 24 53,3

2 Kadang – Kadang 15 33,3

3 Tidak Pernah 6 13,4

Jumlah 45 100

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden yang merasa terganggu dengan

bau sebanyak 24 orang (53,3%), sedangkan yang merasakan bau kadang – kadang

yaitu sebanyak 15 orang (33,3%), dan tidak terganggu dengan bau sebanyak 6

orang (13,4%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang

bekerja di IPAL Departemen Utility PT. X kota Batam terganggu dengan adanya

bau dari masing-masing kolam pengelola limbah cair tersebut.

Page 34: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

64

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Kadar Gas NH3 (Ammonia) dan H2S (Hidrogen Sulfida) di IPAL Departemen

Utility PT.X kota Batam

Berdasarkan hasil pengukuran kadar NH3 dan H2S yang dilakukan pada empat

titik di kolam pengelolaan limbah cair yaitu kolam Collecting Pit, UASB (Upflow

Anaerobic Sludge Blanket) Tank, MBR Tank, dan Conditioning Tank belum ada yang

memenuhi baku mutu. Nilai baku mutu udara kebauan untuk NH3 dan H2S

berdasarkan KepMen LH No. 50 Tahun 1996 masing-masing sebesar 2 ppm dan 0,02

ppm.

Adapun rentang dari hasil pengukuran yang dilakukan pada 5 titik di IPAL

Departemen Utility PT. X Batam adalah (0,19 – 0,44) ppm untuk NH3 dan (0,005 –

0,012) ppm untuk H2S. Titik pengukuran I di kolam Collecting Pit memberikan hasil

untuk kadar NH3 (Ammonia) 0,44 ppm dan H2S 0,012 ppm. Bila ditinjau dari hasil

pengukuran maka dikatakan kadar NH3 dan H2S tersebut masih belum memenuhi

syarat. Namun, untuk kadar H2S hampir memenuhi baku mutu.

. Titik pengukuran II di Conditioning Tank memberikan hasil yaitu 0,20 ppm

untuk kadar NH3 dan 0,008 ppm untuk kadar H2S. .Bila ditinjau dari hasil

pengukuran maka dapat dikatakan kadar NH3 dan H2S di titik ini dalam taraf rendah.

Titik pengukuran III di UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanket) Tank memberikan

Page 35: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

65

hasil untuk kadar NH3 yaitu 0,20 ppm dan kadar H2S 0,007 ppm. Maka dapat

dikatakan kadar NH3 dan H2S di titik ini dalam taraf rendah. Titik pengukuran IV di

MBR (Membran Bio Reactor) Tank memberikan hasil untuk kadar NH3 yaitu 0,19

ppm dan kadar H2S yaitu 0,005 ppm, maka dapat dikatakan kadar NH3 dan H2S di

titik ini dalam taraf rendah.

Berdasarkan hasil pengukuran kadar NH3 dan H2S di kelima titik yang paling

tinggi kadar NH3 dan H2S terdapat di titik pengukuran I di kolam Collecting Pit yaitu

sebesar 0,44 ppm dan 0,012 ppm. Sedangkan untuk kadar NH3 dan H2S yang

terendah terdapat di MBR Tank yaitu 0,19 ppm dan 0,005 ppm.

Kadar ammonia dan hidrogen sulfida yang tidak melebihi baku mutu tersebut

dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah waktu pengambilan sampel

udara. Sampel udara yang diambil dilakukan saat pengelolaan limbah cair di IPAL

PT. X berjalan normal dan debit limbah yang diolah tidak terlalu banyak sehingga

bau yang dikeluarkan tidak terlalu menyengat.

Selain itu, suhu juga mempengaruhi kadar udara di IPAL PT. X tersebut. Pada

saat dilakukan pengukuran kualitas udara, suhu udara dilapangan tinggi yaitu sebesar

32,6 oC – 36,8

oC. Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara makin renggang

sehingga konsentrasi pencemar menjadi makin rendah. Sebaliknya pada suhu yang

dingin keadaan udara makin padat sehingga konsentrasi pencemar di udara

tampaknya makin tinggi (Depkes dalam Junaidi, 2002). Kemudian curah hujan juga

Page 36: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

66

turut mempengaruhi kadar NH3 dan H2S yang rendah dimana 1 jam sebelum

penelitian dilakukan di lapangan saat itu sedang hujan deras.

5.2 Karakteristik Responden

5.2.1 Umur

Berdasarkan tabel distribusi responden dapat dilihat bahwa dari total 45 orang

responden, sebagian besar responden adalah pekerja yang berada dalam kelompok

umur dengan rentang usia antara 26 – 35 tahun yaitu 23 responden atau sebesar

51,1% dari total responden. Kelompok umur dengan jumlah responden terkecil

adalah kelompok umur > 45 tahun yaitu 5 orang atau 11,1% dari total responden.

Berdasarkan kelompok umur yang ditetapkan maka pekerja di PT. X Batam termasuk

dalam pekerja usia produktif.

Undang-Undang No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 mendefinisikan

tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

masyarakat. Penduduk dalam usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk

dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan

terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut

(Kusumosuwidho, 2007). Di Indonesia tenaga kerja ditetapkan dengan UU No. 25

Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan yang menetapkan bahwa batas usia kerja 15

tahun.

Page 37: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

67

5.2.2 Masa Kerja

Dari tabel distribusi responden dapat dilihat bahwa dari total 45 responden,

sebagian besar responden bekerja dengan masa kerja selama ≤ 5 tahun yaitu 21 orang

atau 46,7% dari total responden. Selanjutnya, pekerja dengan masa kerja selama 6-15

tahun yaitu sebanyak 18 orang atau 40,0% dari total responden. Kemudian pekerja

yang bekerja dengan masa kerja selama 16 – 25 tahun yaitu 6 orang atau 13,3 % dari

total responden.

Masa kerja dapat diartikan sebagai sepenggal waktu yang agak lama dimana

seorang tenaga kerja masuk dalam suatu wilayah tempat usaha sampai batas waktu

tertentu (Suma’mur P.K., 2009:71).

Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Sembiring (2002) yang

menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan gangguan

pernapasan, maka semakin lama masa kerja seseorang, maka akan semakin lama

terpajan gas iritan sehingga semakin mengganggu kesehatan paru-paru pekerja.

5.2.3 Lama Paparan

Sebagian besar responden memiliki lama paparan selama > 5 jam yaitu

sebanyak 26 orang atau 57,8% dari total responden. Sedangkan responden dengan

lama paparan selama ≤ 5 jam yaitu sebanyak 19 orang atau 42,2 % dari total

responden. Sesuai dengan penelitian Ramadhona (2014) yang menunjukkan bahwa

semakin lama seseorang terpapar amonia maka semakin besar risiko kesehatan yang

diterima.

Page 38: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

68

5.2.4 Jam Kerja

Dari total 45 responden, sebagian besar responden bekerja selama 8 jam yaitu

sebanyak 36 orang atau 80,0% dari total responden. Sedangkan yang bekerja < 8 jam

yaitu 9 orang atau 20,0 % dari total responden. Responden yang bekerja selama 8 jam

adalah operator, helper, dan supervisor yang bertugas untuk selalu memantau masing-

masing kolam di IPAL PT. X Batam agara kualitas effluent yang keluar tidak

melebihi baku mutu air limbah. Sedangkan responden yang bekerja < 8 jam pada

umumnya adalah super intendent yang bertugas mengatur kerja masing-masing

supervisor dan operator.

Undang-Undang No.13 tahun 2003 Pasal 77 ayat 1, mewajibkan setiap

pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah

diatur dalam 2 sistem yaitu 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1

minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu dan 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam

kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.

5.3 Keluhan Kesehatan Responden

Berdasarkan tabel distribusi keluhan kesehatan responden dapat dilihat bahwa

dari total 45 responden, hampir setengahnya yang mengalami keluhan kesehatan

yaitu sebanyak 20 orang atau 44,4 % dari total responden, sedangkan yang tidak

mengalami keluhan kesehatan yaitu 25 orang atau 55,6 % dari total responden. Dari 2

Page 39: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

69

jenis keluhan kesehatan responden yaitu keluhan iritasi mata dan keluhan gangguan

saluran pernapasan, selama bekerja responden paling banyak mengalami keluhan

gangguan saluran pernapasan yaitu sebanyak 17 responden atau sebesar 44,4%,

dengan jenis keluhan yang paling banyak adalah batuk-batuk yaitu sebanyak 14

responden dari 17 responden yang memiliki keluhan gangguan pernapasan.

Sedangkan untuk jenis keluhan kesehatan iritasi mata dari 45 responden,

hanya 14 orang atau 31,1% dari total responden yang mengalaminya. Dengan jenis

keluhan iritasi mata terbanyak adalah mata perih sebanyak 11 responden atau 78,6 %

dari 14 responden yang mengalami keluhan iritasi mata.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Imelda (2007) tentang Analisa

Dampak Gas Amonia dan Klorin Pada Faal Paru Pekerja Pabrik Sarung Tangan Karet

“X” Medan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: di bagian amonia terdapat keluhan

berupa tenggorokan kering (80%), jalan pernapasan kering (73,3%), mata perih

(66,67%), iritasi hidung dan batuk (53,3%), dan pingsan (6,67%). Hasil pemeriksaan

udara menunjukkan bahwa kadar pada lingkungan kerja masih berada dibawah

ambang batas menurut Permenaker No. 13 Tahun 2011 (25 ppm), yaitu gas amonia

sebesar 1,7 ; 1,9, dan 3,5 ppm.

Seperti penelitian yang dilakukan oleh Pakpahan (2013) hasil Pengukuran

kadar H2S pada PT. Allegrindo Nusantara Desa Urung Panei Kecamatan Purba

Kabupaten Simalungun tidak ada yang melebihi batas baku mutu yang ditetapkan

oleh KepMenLH No. 50 Tahun 1996. Hasil tertinggi berada pada jarak 60 meter dari

Page 40: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

70

peternakan yakni sebesar 0,016 ppm, dan hasil yang terendah berada pada jarak 500

meter dari peternakan yakni sebesar 0,0002 ppm. Kemudian dari di jumpai ada 36

orang (40,0%) yang memiliki keluhan kesehatan saluran pernapasan selama 3 bulan

terakhir dan 27 orang (30,0%) yang memiliki keluhan iritasi mata selama 3 bulan

terakhir.

Gas amoniak merupakan gas yang mudah larut dalam air sehingga permukaan

tubuh yang basah seperti mata dan kontak dengan gas secara langsung akan

mengalami iritasi. Amoniak yang masuk melalui pernapasan akan diserap oleh paru-

paru kemudian amoniak berikatan dengan darah yang ada di dalam paru - paru.

Kemudian darah diedarkan ke suluruh tubuh dan masuk ke dalam ginjal dan diubah

bentuk menjadi ion ammonium oleh glutamin dengan cara deaminasi yang dikatalis

oleh enzim glutaminase. Amoniak yang tidak dikeluarkan melalui urin akan

menumpuk di dalam ginjal dan akan menyebabkan kerusakan ginjal. Kerusakan

ginjal dapat mengakibatkan hemoglobin dalam darah turun (anemia) dan sesak nafas

karena menurunnya daya perfusi pulmonal (Arisman, 2010 dalam Sari, 2014).

Anemia yang terjadi akan menyebabkan pusing dan juga nyeri dada akibat

penyempitan pembuluh arteri pada jantung yang disebabkan oleh jantung kekurangan

oksigen yang cukup. Batuk sendiri merupakan gangguan saluran pernapasan yang

disebabkan oleh reaksi biologis tubuh untuk membersihkan saluran pernapasan dari

benda asing.

Page 41: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

71

Gas hidrogen sulfida (H2S) merupakan gas yang mudah larut dalam air

sehingga permukaan tubuh yang basah seperti mata dan kontak dengan gas secara

langsung akan mengalami iritasi. Selai itu gas hidrogen sulfida (H2S) dalam tubuh

dapat menghambat enzim cytochorome axidase sebagai penghasil oksigen. Hal ini

yang menyebabkan suplai oksigen dalam dibawa oleh darah ke jaringan tubuh

berkurang yang dapat menyebabkan pusing. Kekurangan oksigen dapat menyebabkan

sistem pernapasan terpicu untuk bernafas lebih sering untuk mencukupi kebutuhan

oksigen yang dapat menyebabkan terjadinya sesak nafas dan juga akibat kurangnya

oksigen maka terjadi penyempitan arteri yang menyuplai darah ke otot jantung yang

dapat menyebabkan dada terasa nyeri.

Berdasarkan karakteristik responden menurut umur, responden dengan usia 26-

35 tahun paling banyak mengalami keluhan kesehatan yaitu sebanyak 9 orang atau

45,0 % dari total responden. Tingginya persentase responden yang memiliki keluhan

kesehatan pada kelompok umur 26-35 tahun dikarenakan kelompok umur tersebut

merupakan kelompok umur produktif yang terus beraktivitas sehingga tingkat

pemaparan polutan udara lebih tinggi. Menurut Mukono (2008). Pada kelompok

umur 21-30 tahun, maupun 31-40 tahun, telah melewati pertumbuhan paru sehingga

beresiko terhadap terjadinya gangguan pernapasan.

Berdasarkan karakteristik masa kerja responden , terjadi keluhan kesehatan

tertinggi pada responden dengan masa kerja ≤ 5 tahun yaitu sebanyak 11 orang

Page 42: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

72

(55,0%). Hal ini disebabkan karena mayoritas pekerja pengelola limbah berusia 26-35

tahun bekerja selama ≤ 5 tahun sehingga masa kerja belum relatif lama.

Berdasarkan karakteristik lama kontak responden , terjadi keluhan kesehatan

terbanyak pada responden dengan lama kontak > 5 jam yaitu sebanyak 13 orang

(65,0%). Menurut Suma’mur (2009) dalam Umakaapa M, dkk (2013), menyatakan

bahwa salah satu variabel potensial yang dapat menimbulkan gangguan fungsi paru

adalah lamanya seseorang terpapar zat toksik seperti gas maupun debu.

Berdasarkan karakteristik jam kerja responden, keluhan kesehatan tertinggi

terjadi pada responden yang bekerja selama 8 jam. Jumlah responden yang bekerja

selama 8 jam lebih banyak memiliki keluhan kesehatan dibandingkan dengan

responden yang bekerja <8 jam. Hal ini disebabkan karena pada umumnya jam kerja

di Indonesia adalah 8 jam/hari, yaitu sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja

Nomor 51 Tahun 1999.

Berdasarkan karakteristik penggunaan APD masker terhadap keluhan

kesehatan yang berkaitan dengan keluhan saluran pernapasan menunjukkan bahwa

responden yang memiliki keluhan saluran pernapasan tertinggi pada responden yang

tidak menggunakan masker yaitu sebanyak 12 orang (70,6 %). Hal ini sesuai dengan

Suma’mur (2009) yang menyatakan salah satu alat pelindung diri yang digunakan

untuk melindungi alat pernapasan adalah masker yang dapat mengurangi resiko

paparan gas berbahaya dalam lingkungan kerja. Noviyanti L (2014), dalam

penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

Page 43: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

73

penggunaan masker dengan gangguan fungsi pernapasan dan juga menjelaskan

bahwa responden yang tidak memakai masker 12 kali lebih berisiko daripada

responden yang tidak memakai masker.

Berdasarkan karakteristik riwayat merokok menunjukkan bahwa pada

umumnya responden yang tidak merokok memiliki keluhan saluran pernapasan yaitu

sebanyak 13 orang (76,5 %). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Antoniusman

(2013), yang menjelaskan bahwa adanya asap rokok akan lebih dirasakan dampaknya

pada kalangan non perokok (perokok pasif) karena sensitivitasnya lebih tinggi

sehingga lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan.

Page 44: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

74

Page 45: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

74

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Hasil pengukuran kadar NH3 dan H2S di IPAL Departemen Utility PT. X

kota Batam yang dilakukan pada keempat titik yakni di masing-masing

kolam Collecting Pit, Conditioning Tank, UASB Tank, dan MBR Tank, tidak

ada yang melebihi batas baku mutu yang ditetapkan oleh KepMenLH No. 50

Tahun 1996. Hasil tertinggi berada pada kolam Collecting Pit yakni sebesar

0,44 ppm untuk NH3 dan 0,012 ppm untuk H2S.

2. Berdasarkan karakteristik responden, kelompok umur terbanyak berasal dari

kelompok umur 26-35 tahun sebanyak 23 orang (51,1%). Responden yang

memiliki masa kerja terbanyak yaitu ≤ 5 tahun sebanyak 21 orang (46,7%),

untuk responden yang memiliki lama paparan terbanyak yaitu > 5 jam

sebanyak 26 orang (57,8%) dengan jam kerja terbanyak selama 8 jam

sebanyak 36 orang (80,0%), untuk responden yang merokok sebanyak 14

orang (31,1%), dan penggunaan alat pelindung diri yang lengkap sebanyak

17 orang (48,9%).

3. Responden mengalami keluhan gangguan saluran pernapasan sebanyak 17

orang (37,8%) dan keluhan iritasi mata sebanyak 14 orang (31,1%)

6.2. Saran

1. Untuk PT. X Batam agar lebih memperhatikan tingkat kesehatan dan

keselamatan kerja, seperti pemantauan pemakaian APD secara lengkap bagi

pekerja pada saat berada di sekitar lokasi IPAL PT. X Batam untuk mencegah

Page 46: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · BAB III - repository.usu.ac.idKadar Hidrogen Sulfida (H 2S) di udara diukur dengan metode merkuri tiosinat dan absorbs

75

timbulnya bau dan terhirupnya polutan udara yang dapat menyebabkan

gangguan terhadap kesehatan pekerja.

2. Untuk PT. X Batam untuk melakukan pemantauan secara berkala terhadap

kualitas udara khususnya di IPAL.

3. Kepada pekerja pengelola limbah di IPAL PT. X Batam sebaiknya selalu

menggunakan alat pelindung diri yang lengkap seperti masker dan kacamata

agar terhidar dari keluhan kesehatan.

4. Untuk penelitian selanjutnya yang mengukur kadar NH3 dan H2S diharapkan

agar mengukur pada kondisi iklim yang bervariasi, seperti : pada saat hujan,

setelah hujan, atau sebelum hujan.