31
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelolaan Barang Milik Daerah 2.1.1. Pengertian Pengelolaan Barang Milik Daerah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 2014 menjelaskan bahwa Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Menurut Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah (2010) menerangkan bahwa aset/barang milik daerah sebagai berikut: “Aset/barang milik daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang di beli atau diperoleh atas beban APBD maupun yang berasal dari perolehan lain yang sah baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat berharga lainnya” Berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 17 Tahun 2007 tentang petunjuk teknis pelaksanaan pengelolaan barang daerah dijelaskan bahwa Barang Daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang dimiliki maupun yang dikuasai yang berwujud, baik yang bergerak maupaun tidak bergerak serta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur, atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh- tumbuhan kecuali uang dan surat berharga lainnya.

› xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengelolaan Barang Milik Daerah

2.1.1. Pengertian Pengelolaan Barang Milik Daerah

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 2014 menjelaskan bahwa

Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau berasal dari perolehan

lainnya yang sah.

Menurut Chabib Soleh dan Heru Rochmansjah (2010) menerangkan

bahwa aset/barang milik daerah sebagai berikut:

“Aset/barang milik daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang dibeli

atau diperoleh atas beban APBD maupun yang berasal dari perolehan lain yang

sah baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta bagian-bagiannya

ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau

ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat

berharga lainnya”

Berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)

Nomor 17 Tahun 2007 tentang petunjuk teknis pelaksanaan pengelolaan barang

daerah dijelaskan bahwa Barang Daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang

dimiliki maupun yang dikuasai yang berwujud, baik yang bergerak maupaun tidak

bergerak serta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang

dapat dinilai, dihitung, diukur, atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-

tumbuhan kecuali uang dan surat berharga lainnya.

Page 2: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

9

Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab

menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Milik

Negara/ Daerah. (PP Nomor 27 Tahun 2014).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:534) kata Pengelolaan,

mempunyai 4 pengertian, yaitu :

1. Pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola;

2. Pengelolaan adalah proses melakukan kegiatan tertentu dengan

menggerakkan tenaga orang lain;

3. Pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan

dan tujuan organisasi;

4. Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua

hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian

tujuan.

Pengelolaan barang milik daerah menurut Permendagri 17 Tahun 2007

pengelolaan barang milik daerah adalah rangkaian kegiatan dan/atau tindakan

yang meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan,

pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan,

pembinaan, pengawasan dan pengendalian, dan tuntutan ganti rugi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengelolaan barang milik daerah yaitu

suatu rangkaian yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang dan bertanggung

jawab menetapkan kebijakan dan pedoman untuk mengelola semua

barang/kekayaan yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah baik yang

bergerak maupun yang tidak bergerak yang meliputi kegiatan pengelolaan barang

milik daerah.

Page 3: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

10

2.1.2. Tujuan Pengelolaan Barang Milik Daerah

Pengelolaan barang milik daerah merupakan bagian dari pengelolaan

keuangan daerah. Selain itu, barang milik daerah merupakan salah satu unsur

penting dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada

masyarakat. Oleh karena itu, tentu saja pengelolaan barang milik daerah yang baik

akan mencerminkan pengelolaan keuangan daerah yang baik. Tentu saja

pengelolaan barang milik daerah harus dilakukan dengan baik dan benar. (Oktavia

dan Sumini, 2010)

2.1.3. Jenis Barang Milik Daerah

Berdasarkan pengertian yang terdapat di dalam PP No. 27 Tahun 2014

mengenai Pengelolaan Barang Milik Daerah, Barang Milik Negara/Daerah

meliputi:

1. barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara/Daerah; dan

2. barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah meliputi:

a. barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;

b. barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;

c. barang yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan; atau

d. barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah

berkekuatan hukum tetap.

Page 4: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

11

Dilihat dari mobilitas barangnya, Mahmudi (2010:146) menyatakan bahwa

barang milik daerah dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:

1. Benda tidak bergerak (real property), meliputi tanah, bangunan,

gedung, bangunan air, jalan dan jembatan, instalasi, jaringan, serta

monument/bangunan bersejarah (heritage).

2. Benda bergerak (personal property), antara lain mesin, kendaraan,

peralatan (meliputi: alat berat, alat angkutan, alat bengkel, alat

pertanian, alat kantor dan rumah tangga, alat studio, alat kedokteran,

alat laboratorium, dan alat keamanan), buku/perpustakaan, barang

bercorak keseniaan dan kebudayaan, hewan/ternak dan tanaman,

persediaan (barang habis pakai, suku cadang, bahan baku, bahan

penolong, dan sebagainya), serta surat-surat berharga.

2.1.4. Kegiatan Pengelolaan Barang Milik Daerah

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan asas

fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian

nilai. Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah meliputi: (PP No. 27 Tahun 2014)

1. Perencanaan Kebutuhan dan penganggaran;

2. Pengadaan;

3. Penggunaan;

4. Pemanfaatan;

5. Pengamanan dan pemeliharaan;

6. Penilaian;

7. Pemindahtanganan;

8. Pemusnahan;

9. Penghapusan;

10. Penatausahaan; dan

11. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Page 5: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

12

Adapun penjelasan mengenai kegiatan pengelolaan barang milik daerah,

sebagai berikut:

1. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran

Perencanaan kebutuhan dan penganggaran adalah kegiatan

merumuskan rincian kebutuhan Barang Milik Negara/Daerah untuk

menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang

sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan

datang.

2. Pengadaan

Pengadaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan

prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil, dan

akuntabel. Pelaksanaan pengadaan Barang Milik Negara/Daerah dilakukan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali

ditentukan lain dalam Peraturan Pemerintah ini.

3. Penggunaan

Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang

dalam mengelola dan menatausahakan Barang Milik Negara/Daerah yang

sesuai dengan tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan.

4. Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah pendayagunaan Barang Milik Negara/ Daerah

yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi

Kementerian/ Lembaga/ satuan kerja perangkat daerah dan/ atau

optimalisasi Barang Milik Negara/ Daerah dengan tidak mengubah status

Page 6: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

13

kepemilikan. Pemanfaatan Barang Milik Negara/ Daerah dilaksanakan

berdasarkan pertimbangan teknis dengan memperhatikan kepentingan

Negara/daerah dan kepentingan umum.

5. Pengamanan dan pemeliharaan

Pengamanan barang milik daerah sebagaimana meliputi:

a. pengamanan administrasi meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi,

pelaporan dan penyimpanan dokumen kepemilikan;

b. pengamanan fisik untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi

barang, penurunan jumlah barang dan hilangnya barang; pengamanan

fisik untuk tanah dan bangunan dilakukan dengan cara pemagaran dan

pemasangan tanda batas, selain tanah dan bangunan dilakukan dengan

cara penyimpanan dan pemeliharaan; dan

c. pengamanan hukum antara lain meliputi kegiatan melengkapi bukti

status kepemilikan.

Pemeliharaan berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan

Barang. Biaya pemeliharaan Barang Milik Negara/Daerah dibebankan

pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah.

6. Penilaian

Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai

atas suatu objek penilaian berupa Barang Milik Negara/ Daerah pada saat

tertentu. Penetapan nilai Barang Milik Negara/Daerah dalam rangka

penyusunan neraca Pemerintah Pusat/Daerah dilakukan dengan

berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Page 7: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

14

7. Pemindahtanganan

Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik

Negara/ Daerah. Pemindahtanganan barang milik daerah ditetapkan

dengan Keputusan Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

8. Pemusnahan

Pemusanahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/ atau kegunaan

Barang Milik Negara/ Daerah. Pemusnahan dilaksanakan oleh Pengguna

Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang, untuk Barang

Milik Negara; atau Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan

Gubernur/Bupati/Walikota, untuk Barang Milik Daerah.

9. Penghapusan

Pengahapusan adalah tindakan menghapus Barang Milik Negara/

Daerah dari daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari pejabat yang

berwenang untuk membebaskan Pengelola Barang dari tanggung jawab

administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.

10. Penatausahaan

Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,

inventarisasi, dan pelaporan Barang Milik Negara/ Daerah sesuai dengan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

11. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian

Pembinaan adalah usaha atau kegiatan melalui pemberian pedoman,

bimbingan, pelatihan, dan supervise untuk menjamin kelancaran

Page 8: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

15

penyelenggaraan pengelolaan Barang Milik Daerah secara berdayaguna

dan berhasilguna.

Pengawasan adalah usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai

kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan/ atau

kegiatan Barang Milik Daerah, apakah dilakukan sesuai peraturan

perundangan-undangan.

Pengendalian adalah usaha atau kegiatan untuk menjamin dan

mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan bejalan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan. Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna

Barang dapat meminta aparat pengawasan intern Pemerintah untuk

melakukan audit tindak lanjut hasil pemantauan dan penertiban.

2.2. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

2.2.1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal

Menurut PP No. 60 Tahun 2008 pasal 1 ayat (1) menjelaskan bahwa:

“Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan

dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan

seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya

tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan

pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan.”

Menurut I Gusti Agung Rai (2008:283) Sistem pengendalian intern adalah

kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang

memadai bagi manajemen bahwa organisasi mencapai tujuan dan sasarannya.

Page 9: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

16

Dijelaskan pula oleh Mahmudi (2011:20) pengertian sistem pengendalian

intern adalah proses yang integral dari tindakan dan kegiatan yang dilakukan oleh

manajemen (eksekutif) dan jajarannya untuk memberikan jaminan atau keyakinan

yang memadai atas tercapainya tujuan organisasi dalam melalui kegiatan yang

efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset Negara, dan

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Menurut Gondodiyoto (2007:246) dalam mengemukakan pendapatannya

mengenai sistem pengendalian internal yaitu:

“Sistem pengendalian internal meliputi rencana organisasi dan semua

metode serta kebijakan yang terkoordinasi dalam suatu perusahaan untuk

mengamankan kekayaan, menguji ketepatan, dan sampai berapa jauh data

akuntansi dapat dipercaya menggalakan efisiensi usaha serta mendorong

ditaatinya kebijaksanaan pimpinan yang telah digariskan.”

Menjelaskan pula dalam pasal 1 ayat (2) bahwa Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian

Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat

dan pemerintah daerah.

2.2.2. Tujuan Pengendalian Internal

Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,

transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan

bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan

pemerintahan dimana dilaksanakan dengan berpedoman pada SPIP sebagaimana

diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.

Page 10: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

17

SPIP itu sendiri menurut PP No. 60 Tahun 2008 bertujuan untuk

memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi

pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan

keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan.

Adapun 6 tujuan dibangunnya Sistem Pengendalian Internal menurut

Mahmudi (2011:20) adalah sebagai berikut:

1. untuk melindungi aset (termasuk data) negara;

2. untuk memelihara catatan secara rinci dan akurat;

3. untuk menghasilkan informasi keuangan yang akurat, relevan, dan

andal;

4. untuk menjamin bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan

standar akuntansi yang berlaku (Standar Akuntansi

Pemerintahan/SAP);

5. untuk efisiensi dan efektifitas operasi; dan

6. untuk menjamin ditaatinya kebijakan manajemen dan peraturan

perundangan yang berlaku.

Arens et. Al (2011) yang dialih bahasakan oleh Herman Wibowo

memaparkan tiga tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian internal

yang efektif, yaitu:

1. Reliability of Financial Reporting;

2. Effiiency and Effectivenee Of Operation;

3. Compliance with Laws and Regulations.

Sistem pengendalian internal sangat penting dalam mewujudkan

pemerintahan yang bersih dan baik (good governance government). Organisasi

apapun baik sektor publik, sektor bisnis, maupun sektor sosial perlu memiliki dan

membangun sistem pengendalian internal yang baik dan andal. Dengan adanya

sistem pengendalian internal yang memadai maka berbagai penyimpangan,

kecurangan, korupsi, dan kesalahan dapat diminimalisasi sehingga terlindungi

Page 11: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

18

aset-aset organisasi. Selain itu sistem pengendalian internal yang baik juga dapat

meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi serta meningkatkan kualitas

laporan keuangan yang berdampak pada kualitas tata kelola organisasi.

2.2.3. Unsur-unsur Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

Berdasarkan PP No. 60 Tahun 2008 tentang SPIP menerangkan unsur

SPIP yang terdiri atas:

1. Lingkungan Pengendalian

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara

lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif

untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya,

melalui:

a. penegakan integritas dan nilai etika

Penegakan integritas dan nilai etika sebagaimana dimaksud sekurang-

kurangnya dilakukan dengan:

1. menyusun dan menerapkan aturan perilaku;

2. memberikan keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada setiap

tingkat pimpinan Instansi Pemerintah;

3. menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan

terhadap kebijakan dan prosedur, atau pelanggaran terhadap aturan

perilaku;

4. menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau

pengabaian pengendalian intern; dan

Page 12: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

19

5. menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong

perilaku tidak etis.

b. komitmen terhadap kompetensi

Komitmen terhadap kompetensi sebagaimana dimaksud sekurang-

kurangnya dilakukan dengan:

1. mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan tugas dan fungsi pada masing-masing posisi dalam

Instansi Pemerintah;

2. menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi pada

masing-masing posisi dalam Instansi Pemerintah;

3. menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk membantu

pegawai mempertahankan dan meningkatkan kompetensi

pekerjaannya; dan

4. memilih pimpinan Instansi Pemerintah yang memiliki kemampuan

manajerial dan pengalaman teknis yang luas dalam pengelolaan

Instansi Pemerintah.

c. kepemimpinan yang kondusif;

Kepemimpinan yang kondusif sebagaimana dimaksud sekurang-

kurangnya ditunjukkan dengan:

1. mempertimbangkan risiko dalam pengambilan keputusan;

2. menerapkan manajemen berbasis kinerja;

3. mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP;

Page 13: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

20

4. melindungi atas aset dan informasi dari akses dan penggunaan

yang tidak sah;

5. melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan

yang lebih rendah; dan

6. merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan

keuangan, penganggaran, program, dan kegiatan.

d. pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;

1. menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan Instansi

Pemerintah;

2. memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab dalam

Instansi Pemerintah;

3. memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern

dalam Instansi Pemerintah;

4. melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodic terhadap struktur

organisasi sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis; dan

5. menetapkan jumlah pegawai yang sesuai, terutama untuk posisi

pimpinan.

e. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;

wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat

tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan Instansi

Pemerintah.

f. penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan

sumber daya manusia;

Page 14: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

21

1. penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan

pemberhentian pegawai;

2. penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen;

dan

3. supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.

g. perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;

1. memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan,

efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas

dan fungsi Instansi Pemerintah;

2. memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas

manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi

Pemerintah; dan

3. memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola

penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.

h. hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.

Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait

diwujudkan dengan adanya mekanisme saling uji antar Instansi

Pemerintah terkait.

2. Penilaian Risiko

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko.

Penilaian risiko terdiri atas:

a. identifikasi risiko

Identifikasi risiko sekurang-kurangnya dilaksanakan dengan:

Page 15: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

22

1. menggunakan metodologi yang sesuai untuk tujuan Instansi

Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara

komprehensif;

2. menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko

dari faktor eksternal dan faktor internal; dan

3. menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko.

b. analisis risiko

Analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko

yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi

Pemerintah. Pimpinan Instansi Pemerintah menerapkan prinsip kehati-

hatian dalam menentukan tingkat risiko yang dapat diterima.

3. Kegiatan Pengendalian

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan

pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan

fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan. Kegiatan pengendalian

sebagaimana dimaksud terdiri atas:

a. reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;

yaitu, membandingkan kinerja dengan tolok ukur kinerja yang

ditetapkan.

b. pembinaan sumber daya manusia;

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pembinaan sumber

daya manusia, mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai, dan

Page 16: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

23

strategi serta membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber

daya manusia yang mendukung pencapaian visi dan misi.

c. pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;

yaitu, dilakukan untuk memastikan akurasi dan kelengkapan informasi.

d. pengendalian fisik atas aset;

pimpinan Instansi Pemerintah wajib menetapkan,

mengimplementasikan, dan mengkomunikasikan kepada seluruh

pegawai rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan

fisik dan rencana pemulihan setelah bencana.

e. penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;

pimpinan Instansi Pemerintah harus membandingkan secara terus-

menerus data capaian kinerja dengan sasaran yang ditetapkan dan

selisihnya dianalisis lebih lanjut.

f. pemisahan fungsi;

pimpinan Instansi Pemerintah harus menjamin bahwa seluruh aspek

utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1 (satu) orang.

g. otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;

pimpinan Instansi Pemerintah wajib menetapkan dan

mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada seluruh

pegawai.

h. pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;

pimpinan Instansi Pemerintah perlu mempertimbangkan transaksi dan

kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera dan

Page 17: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

24

klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh

siklus transaksi atau kejadian.

i. pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;

pimpinan Instansi Pemerintah wajib memberikan akses hanya kepada

pegawai yang berwenang dan melakukan reviu atas pembatasan

tersebut secara berkala.

j. akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya;

pimpinan Instansi Pemerintah wajib menugaskan pegawai yang

bertanggung jawab terhadap penyimpanan sumber daya dan

pencatatannya serta melakukan reviu atas penugasan tersebut secara

berkala.

k. dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi

dan kejadian penting.

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib memiliki, mengelola, memelihara,

dan secara berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup

seluruh Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian

penting.

4. Informasi dan Komunikasi

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan

mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat.

Komunikasi atas informasi wajib diselenggarakan secara efektif. Untuk

menyelenggarakan komunikasi yang efektif pimpinan Instansi Pemerintah

harus sekurang-kurangnya:

Page 18: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

25

a. menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana

komunikasi; dan

b. mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi

secara terus menerus.

5. Pemantauan Pengendalian Intern

Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem

Pengendalian Intern. Pemantauan Sistem Pengendalian Intern

dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan

tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.

2.3. Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

2.3.1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan menurut Martono dan Agus (2010:51) merupakan

ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Laporan keuangan

adalah laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi

yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.

Menurut Abdul Halim (2012) laporan keuangan adalah informasi

keuangan yang disusun oleh suatu entitas bagi kepentingan pihak internal maupun

eksternal dari entitas tersebut. Sedangkan laporan keuangan daerah menurut

Abdul Halim adalah infromasi keuangan yang disusun oleh pemerintah daerah

yang terutama ditujukan bagi kepentingan pihak luar pemerintah daerah tersebut.

Page 19: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

26

Menurut Indra Bastian (2010:297) Laporan Keuangan Sektor Publik

adalah suatu laporan yang merepresentasikan posisi keuangan dari transaksi-

transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas sektor publik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan pemerintah daerah

merupakan laporan yang berisi informasi mengenai posisi keuangan yang terdiri

dari transaksi-transaksi dan peristiwa lain yang disusun oleh pemerintah daerah.

2.3.2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai

posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas

pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi

keputusan mengenai alokasi sumber daya.

Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk

menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk

menunjukan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan

kepadanya.

2.3.3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Menurut Mahmudi (2011:106) menyatakan karakteristik kualitatif laporan

keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi

akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.

Adapun empat karakteristik kualitatif laporan keuangan, berikut ini

merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah

Page 20: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

27

dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki dalam Kerangka Konseptual

Akuntansi Pemerintahan, yaitu:

1. Relevan

Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang

termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan

membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan

memprediksi masa depan, serta menegaskan dan mengoreksi hasil evaluasi

di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relavan

dapat dihubungkan dengan maksud penggunaanya. Informasi yang relevan

memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Memberikan manfaat umpan balik (feedback value)

Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau

mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.

b. Memberikan manfaat prediktif (predictive value)

Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang

akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.

c. Disajikan tepat waktu

Informasi disajikan tepat waktu sehingga berpengaruh dan berguna

dalam pengambilan keputusan.

d. Lengkap

Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap

mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat

Page 21: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

28

mempengaruhi pengambilan keputusan dnegan memperhatikan

kendala yang ada.

2. Andal (Reliability)

Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang

menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan kejadian fakta secara

jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika

hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan

informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang

andal memenuhi karakteristik:

a. Penyajian jujur (faithfulness of presentation)

Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa

lainnya yang seharusnya disajikan atau secara wajar dapat diharapkan

untuk disajikan.

b. Dapat diverifikasi (verifiability)

Infromasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan

apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda,

hasilnya tetap menunjukan simpulan yang tidak berbeda jauh.

c. Netralitas (neutrality)

Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada

kebutuhan pihak tertentu.

3. Dapat dibandingkan

Informasi yang termuat dalam laporan akan lebih berguna jika dapat

dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan

Page 22: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

29

keuangan entitas pelaporan lain umumnya. Perbandingan dapat dilakukan

secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan

dengan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari

tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas

yang diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama.

Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih

baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan

tersebut diungkapkan pada periode terjadi perubahan.

4. Dapat dipahami

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh

pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan

dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna di

asumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan

lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna

untuk mempelajari yang dimaksud.

2.3.4. Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah terdri dari:

1. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan realiasi anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan

pemerintah pusat/daerah yang menunjukan ketaatan terhadap

APBN/APBD.

Page 23: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

30

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi

kenaikan atau penurunan saldo anggaran lebih tahun pelaporan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

3. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan

mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.

4. Laporan Operasional

Laporan operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang

menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah

pusat/daerah.

5. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan

aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang

menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas

pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.

6. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau

penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya.

7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

CaLK meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera

dalam laporan realisasi anggaran, laporan perubahan saldo anggaran lebih,

Page 24: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

31

laporan operasional, laporan perubahan ekuitas, neraca, laporan arus kas,

CaLK juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang

dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan

dan dianjurkan untuk diungkapkan di Standar Akuntansi Pemerintahan

serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk penyajian laporan

keuangan secara wajar.

Laporan keuangan yang disusun oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah

menurut Mahmudi (2011:154), yaitu:

1. Neraca – SKPD

2. Laporan Realisasi Anggaran – SKPD

3. Laporan Operasional – SKPD

4. Catatan atas Laporan Keuangan

2.5. Kerangka Pemikiran

2.5.1. Pengaruh Pengelolaan Barang Milik Daerah terhadap Kualitas

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Lahirnya Pemendagri No. 17 Tahun 2007 diharapkan setiap pemerintah

daerah dapat mengelola barang milik daerahnya dengan baik. Tidak sedikit barang

milik daerah yang berpindah tangan kepada pihak yang tidak bertanggung jawab.

Dikarenakan penyajian barang milik daerah yang tidak didukung dengan rincian

daftar aset maupun dokumen berapa daftar inventarisasi dan peniliaian aset

tersebut. Atau dengan kata lain pengelolaan barang milik daerah yang kurang

baik. Kasus tersebut merupakan salah satu kendala untuk mencapai opini wajar

Page 25: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

32

tanpa pengecualian (unqualified opinion). Padahal pengelolaan barang milik

daerah sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan. Hal ini diperkuat dengan

adanya Pernyataan Nomor 07 dalam Standar Akuntansi Pemerintahan yang

menyatakan bahwa “aset tetap merupakan suatu bagian aset pemerintah, dan

karenanya signifikan dalam penyajian neraca”.

Ruri Nurlita (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh

Manajemen Barang Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan (studi kasus

pada Pemerintahan Kota Bandung) menyatakan bahwa 27,2% kualitas laporan

keuangan dipengaruhi oleh pengelolaan barang daerah. Sedangkan Dora Detisa

(2008) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Pengelolaan Aset Daerah

dengan Kualitas Laporan Keuangan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong

menghasilkan 41,3 % kualitas laporan keuangan di tentukan oleh penglolaan aset

daerah.

2.5.2. Pengaruh Sistem Pengandalian Internal Pemerintah (SPIP) terhadap

Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban dalam penyelenggaraan

pemerintah daerah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah, Gubernur/Bupati/walikota wajib menyampaikan

laporan keuangan kepada DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh

Badan Pemeriksa Keuangan. Laporan Keuangan yang disampaikan tersebut

meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atau

Laporan Keuangan. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tersebut harus disusun

Page 26: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

33

dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Dalam Pedoman Pelaksanaan Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah dikatakan bahwa Pengelolaan keuangan pemerintah daerah harus

dilakukan berdasarkan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance)

yaitu pengelolaan keuangan yang dilakukan secara transparan dan akuntabel. Hal

tersebut dapat terwujud jika entitas pemerintah daerah dapat menciptakan,

mengoperasikan serta memelihara Sistem Pengendalian Intern yang memadai.

Kualitas laporan keuangan tidak hanya diukur dari kesesuaian dengan SAP

saja, tetapi juga dari sistem pegendalian internalnya. Untuk itu, pemerintah harus

menerapkan sistem pengedalian internal yang baik dalam rangka mengasilkan

kualitas keuangan yang andal.

Berdasarkan uraian diatas, berikut adalah gambar model penelitian

hubungan Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Sistem Pengendalian Internal

Pemerintah (SPIP) terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran

Pengelolaan Barang Milik

Daerah (X1)

Sistem Pengendalian Internal

Pemerintah (SPIP) (X2)

Kualitas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (Y)

Page 27: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

34

2.5.3. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Pengaruh Penerapan

Standar Akuntansi

Pemerintahan dan

Kompetensi Staf

Akuntansi terhadap

Kualitas Keuangan

Pemerintahan

Daerah (Studi

Empiris pada

Pemerintahan Kota

Bandung, Kab.

Bandung Barat, dan

Provinsi Jawa Barat)

Sony Pradipta, 2015

Penerapan

Standar

Akuntansi

Pemerintahan

berpengaruh

terhadap

kualitas laporan

keuangan

pemerintah

daerah dan

memiliki

hubungan yang

kuat sedangkan

kompetensi staf

akuntansi

terhadap

kualitas laporan

keuangan

pemerintahan

daerah

berpengaruh

serta ada

hubungan yang

sedang.

Variabel

Independen

sama-sama

mencari

pengaruh

terhadap

Kualitas

Laporan

Keuangan

Pemerintah

Daerah

Variabel

independen

dan lokasi

penelitian

2 Pengaruh

Implementasi

Standar Akuntansi

Pemerintahan dan

Sistem Informasi

Akuntansi terhadap

Kualitas Laporan

Keuangan.

Rukmi Juwita,

(2012)

Hasil penelitian

menunjukan

bahwa hasil

pengujian

korelasi pearson

terhadap

variabel

implementasi

standar

akuntansi

pemerintahan

dan

implementasi

sistem informasi

akuntansi

Variabel

independen

sama-sama

mencari

pengaruh

terhadap

kualitas

laporan

keuangan

Variabel

independen

yang

berbeda

Page 28: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

35

No Judul Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

memiliki

hubungan yang

sangat kuat/erat

dengan kualitas

laporan

keuangan

3 Pengaruh

Pengendalian

Internal Barang

Milik Daerah

terhadap Efektifitas

Pengelolaan Barang

Milik Daerah (Pada

Satuan Kerja

Perangkat Daerah

Pemerintah Kota

Bandung).

Rohmi Fitria, 2014

Dari hasil

pengujian

hipotesis,

diperoleh

kesimpulan

bahwa

Pengendalian

Internal Barang

Milik Daerah

mempunyai

pengaruh

terhadap

Efektifitas

Pengelolaan

Barang Milik

Daerah dengan

nilai koefisien

determinasi

10,9%, yang

artinya 10,9%

Efektifitas

Pengelolaan

Barang Milik

Daerah

dipengaruhi

oleh

Pengendalian

Internal Barang

Milik Daerah,

dan sisanya

89,1%

dipengaruhi

oleh faktor lain

yang tidak

diteliti dalam

penelitian ini.

Metode

penelitian

yang

digunakan,

meneliti

tentang

pengelolaan

barang

milik

daerah

Variabel

yang

berbeda dan

lokasi

penelitian

4 Pengaruh

Manajemen Barang

Kualitas

Laporan

Sama-sama

meneliti

Jumlah

variabel

Page 29: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

36

No Judul Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

Daerah terhadap

Kualitas Laporan

Keuangan (studi

kasus pada

Pemerintah Kota

Bandung)

Ruri Nurulita, 2011

Keuangan

berpengaruh

positif sebesar

27,2% terhadap

Manajemen

Barang Daerah

hubungan

antara

Barang

Milik

Daerah

terhadap

Kualitas

Laporan

Keuangan

indepen dan

lokasi

penelitian

5 Pengaruh Sistem

Pengendalian Intern

Terhadap Kualitas

Laporan Keuangan

(Survei Pada

Organisasi

Perangkat Daerah

Pemda Cianjur)

Tuti Herawati, 2014

Pengaruh sistem

pengendalian

intern

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap

kualitas laporan

keuangan

pemerintah

daerah sebesar

83%

Sama-sama

meniliti

Sistem

Pengendalia

n Intern

terhadap

Kualitas

Laporan

Keuangan

di Daearh

Lokasi

penelitian

6 Pengaruh

Pengelolaan Barang

Milik Daerah

terhadap Kualitas

Laporan Keuangan

Satuan Kerja

Pemerintah Daerah

(SKPD)

Rifki Rifai, 2014

Hasil penelitian

ini menunjukan

bahwa

pengelolaan

barang milik

daerah memiliki

pengaruh

signifikan

terhadap laporan

keuangan

SKPD.

Variabel

independen

dan

dependen

Lokasi

penelitian

7 Hubungan

Pengelolaan Aset

Daerah dengan

Kualitas Laporan

Keuangan pada

Pemerintah Daerah

Kabupaten Sorong

Dora Detisa, 2008

41,3% kualitas

laporan

keuangan

ditentukan oleh

pengelolaan aset

daerah

Variabel

dependen

Variabel

independen

yg sedikit

berbeda dan

lokasi

penelitian

8 Pengaruh Penerapan

Standar Akuntansi

Hasil penelitian

menunjukkan

Salah satu

Variabel

Variabel

independen

Page 30: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

37

No Judul Penelitian Hasil

Penelitian Persamaan Perbedaan

Pemerintahan,

Sistem Pengendalian

Internal, dan

Kompetensi Staf

Akuntansi terhadap

Kualitas Laporan

Keuangan

Pemerintah Daerah

(Studi Kasus Pada

Skpd Kabupaten

Buleleng)

Ni Luh, dkk, 2014

bahwa:

1) standar

akuntansi

pemerintahan

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap

kualitas laporan

keuangan,

2) sistem

pengendalian

internal

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap

kualitas laporan

keuangan,

3) kompetensi

staf akuntansi

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap

kualitas laporan

keuangan,

4) standar

akuntansi

pemerintahan,

sistem

pengendalian

internal dan

kompetensi staf

akuntansi secara

simultan

berpengaruh

posistif dan

signifikan

terhadap

kualitas laporan

keuangan

pemerintah

daerah.

Indpenden

sama dan

sama-sama

meneliti

pengaruh

terhadap

Kualitas

Laporan

Keuangan

Pemerintah

Daerah

yang lebih

banyak dan

lokais

penelitian

Page 31: › xmlui › bitstream › handle › 123456789 › 7227 › Bab 2.pdf... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangkegunaan sebagai berikut : 1. Kegunaan Akademis Sebagai sarana untuk

38

2.5.4. Hipotesis Penelitian

Berikut adalah hipotesis penelitian yang akan diuji oleh penulis:

H01:β1 = 0 Secara parsial Pengelolaan Barang Milik Daerah tidak berpengaruh

signifikan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

H11:β1 ≠ 0 Secara parsial Pengelolaan Barang Milik Daerah berpengaruh

signifikan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

H02:β2 = 0 Secara parsial Sistem Pengendalian Internal Pemerintah tidak

berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah.

H12:β2 ≠ 0 Secara parsial Sistem Pengendalian Internal Pemerintah berpengaruh

signifikan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.