6
 Aborsi: Suatu Kajian Filosofis 27Mar2008 Filed under: Ethics, Social and Cultural Author: Arif  Definisi Etika Seperti hanyanya dengan banyak istilah yang menyangkut konteks ilmiah, istilah “etika” pun  berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arti : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak;  perasaan, sikap, cara berfikir. Dalam bentuk Jamak ta etha artinya adalah : adat kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah etika yang oleh filusuf Yunani besar Aristoteles sudah dipakai untuk menunjukkan filasafat moral. Jadi jika kita membatas diri pada asal-usul kata ii maka “etika” berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat istiadat. (K. Bertens, Etika) Kata etika berasal dari kata Yunani “ethos” yang berarti “sifat” atau “adat”. Jadi pertama-tama etika adalah masalah sifat pribadi yang meliputi apa yang disebut “menjadi orang baik”, tetapi  juga merupakan masalah sifat keseluruhan segenap masyarakat yang tepatnya disebut”ethos”- nya. Etika menunjuk pada d ua hal yang pertama disiplin ilmu yang mempelajari n ilai-nilai dan  pembenarannya, kedua pokok-poko k permasalahan disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilai-nilai hidup kita yang sesungguhnya dan hukum-hukum tingkah laku kita. Kedua hal ini terpadu dalam kenyataan bahwa kita bertingkah laku sesuai dengan hukum-hukum, adat dan harapan-harapan yang kompleks dan terus berubah (Robert C. Solomon, Etika:Suatu Pengantar) Etika adalah penyelidikan filsafat tentang bidang yang mengenai kewajiban-kewajiban manusia serta tentang yang baik dan yang buruk. Bidang itulah yang kita sebut bidang moral. Maka etika didefinisikan sebagai filsafat tentang bidang moral. Dari semua cabang filsafat lain etika dibedakan oleh karena tidak mempersoalkan keadaan manusia melainkan bagaimana ia harus  bertindak (Franz Von Magnis, Etika Umum) Etika merupakan cabang aksiologi yang pada pokoknya membicarakan masalah predikat-  predikat nilai betul (right ) dan salah ( wrong ) dalam arti susila(moral) dan tidak susila (immoral). Sebagai pokok bahasan yang khusus etika membicarakan sifat-sifat yang menyebabkan orang dapat disebut susila atau bijak (Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat) Etika juga disebut filsafat moral, adalah suatu studi atau disiplin yang memperhatikan  pertimbangan-pertimbangan mengenai pembenaran dan celaan, pertimbangan-pertimbangan mengenai kebenaran atau kesalahan, kebaikan atau keburukan, kebajikan atau kejahatan, kelayakan atau kebijaksanaan tindakan-tindakan, aturan-aturan, tujuan-tujuan, obyek-obyek, atau keadaan-keadaan. (Dagobert D. Runes, Dictionary of Philosophy) Etika berasal dari perkataan Yunani “Ethos” berarti kesediaan jiwa akan kesusilaan, atau secara  bebas dapat diartikan kumpulan dari peraturan-peraturan kesusilaan, yang tercakup didalamnya kesediaan orang untuk mentaatinya (A.W. Widjaja, Etika Pemetintahan)

Aborsi Dari Segi Sosial

Embed Size (px)

Citation preview

5/8/2018 Aborsi Dari Segi Sosial - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aborsi-dari-segi-sosial 1/6

 

Aborsi: Suatu Kajian Filosofis

27Mar2008 Filed under: Ethics, Social and Cultural Author: Arif  

Definisi Etika

Seperti hanyanya dengan banyak istilah yang menyangkut konteks ilmiah, istilah “etika” pun

 berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani ethos dalam bentuk tunggal mempunyai banyak 

arti : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang; kebiasaan, adat; akhlak, watak;

 perasaan, sikap, cara berfikir. Dalam bentuk Jamak ta etha artinya adalah : adat kebiasaan. Danarti terakhir inilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah etika yang oleh filusuf 

Yunani besar Aristoteles sudah dipakai untuk menunjukkan filasafat moral. Jadi jika kita

membatas diri pada asal-usul kata ii maka “etika” berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukanatau ilmu tentang adat istiadat. (K. Bertens, Etika)

Kata etika berasal dari kata Yunani “ethos” yang berarti “sifat” atau “adat”. Jadi pertama-tama

etika adalah masalah sifat pribadi yang meliputi apa yang disebut “menjadi orang baik”, tetapi juga merupakan masalah sifat keseluruhan segenap masyarakat yang tepatnya disebut”ethos”-nya. Etika menunjuk pada dua hal yang pertama disiplin ilmu yang mempelajari nilai-nilai dan

 pembenarannya, kedua pokok-pokok permasalahan disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilai-nilai

hidup kita yang sesungguhnya dan hukum-hukum tingkah laku kita. Kedua hal ini terpadu dalamkenyataan bahwa kita bertingkah laku sesuai dengan hukum-hukum, adat dan harapan-harapan

yang kompleks dan terus berubah (Robert C. Solomon, Etika:Suatu Pengantar)

Etika adalah penyelidikan filsafat tentang bidang yang mengenai kewajiban-kewajiban manusia

serta tentang yang baik dan yang buruk. Bidang itulah yang kita sebut bidang moral. Maka etikadidefinisikan sebagai filsafat tentang bidang moral. Dari semua cabang filsafat lain etika

dibedakan oleh karena tidak mempersoalkan keadaan manusia melainkan bagaimana ia harus bertindak (Franz Von Magnis, Etika Umum)

Etika merupakan cabang aksiologi yang pada pokoknya membicarakan masalah predikat- predikat nilai betul (right ) dan salah (wrong ) dalam arti susila(moral) dan tidak susila (immoral).

Sebagai pokok bahasan yang khusus etika membicarakan sifat-sifat yang menyebabkan orang

dapat disebut susila atau bijak (Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat)

Etika juga disebut filsafat moral, adalah suatu studi atau disiplin yang memperhatikan pertimbangan-pertimbangan mengenai pembenaran dan celaan, pertimbangan-pertimbangan

mengenai kebenaran atau kesalahan, kebaikan atau keburukan, kebajikan atau kejahatan,

kelayakan atau kebijaksanaan tindakan-tindakan, aturan-aturan, tujuan-tujuan, obyek-obyek, ataukeadaan-keadaan. (Dagobert D. Runes, Dictionary of Philosophy)

Etika berasal dari perkataan Yunani “Ethos” berarti kesediaan jiwa akan kesusilaan, atau secara

 bebas dapat diartikan kumpulan dari peraturan-peraturan kesusilaan, yang tercakup didalamnya

kesediaan orang untuk mentaatinya (A.W. Widjaja, Etika Pemetintahan)

5/8/2018 Aborsi Dari Segi Sosial - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aborsi-dari-segi-sosial 2/6

 

Pendekatan dalam Etika

K. Bertens membedakan menjadi 3, yaitu :

 Etika Deskriptif , melukiskan tingkah laku moral dalam arti luas. Etika ini mempelajari moralitas

yang terdapat pada individu-individu tertentu, dalam kebudayaan-kebudayaan atau subkultur-subkultur yang tertentu, dalam suatu periode sejarah dan sebgainya. Sifatnya hanya melukiskan

saja dan tidak memberikan penilaian.

 Etika Normatif , merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang dimana berlangsung diskusi-

diskusi yang paling menarik tentang masalah moral. Etika ini mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia yang dibentuk atas dasar norma-norma. Sifat dari etika normatif ini adalah

 preskriptif yaitu tidak melukiskan melainkan menentukan benar tidaknya tingkah laku atau

anggapan moral. Etika ini bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertanggung jawabkan dengan cara rasional dan dapat dipergunakan dalam praktek. Etika normatif dapat

dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Etika umum, memandang tema-tema umum yang mempertanyakan apa itu nilai dan apakah

kekhususan nilai moral?, bagaimana hubungan antara tanggung jawab manusia dankebebasannya, dan sebaganya

2. Etika khusus, berusaha menerapkan prinsip-prinsip etis yang umum atas wilayah perilaku

manusia yang khusus.

 Metaetika, cara lain untuk mempraktekkan etika sebagai ilmu. Metaetika seolah bergerak padataraf lebih tinggi dari pada perilaku etis, yaitu pada taraf “bahasa etis”. Pada umumnya kalimat-

kalimat etika mempunyai ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh kalimat-kalimat lain.

Metaetika mengarahkan perhatiannya kepada arti khusus dari bahasa etika. Dan metaetika inidapat ditempatkan pada filsafat analitis yang menganggap analisis bahasa sebagai tugas pentingdari filsafat. Salah satu masalah yang dibicarakan adalah the is/ought question, yaitu jika sesuatu

itu merupakan kenyataan (is:faktual), apakah dari situ dapat disimpulkan bahwa sesuatu harus

atau boleh dilakukan (ought:normatif).

Macam-Macam Etika

Menurut Algernon D. Blak dalam bukunya Etika dia membedakan menjadi 3, yaitu :

1. Etika Minus, yaitu etika yang sifatnya larangan yang ditandai dengan kata “jangan”. Dengan

asumsi apabila orang dapat dicegah berbuat salah maka masyarakat atau bangsa juga akan lebihsentausa dan bahagia.

2. Etika Nol , Mengambil jalan tengah, tidak berbuat kejahatan tetapi tidak pula berbuat kebaikan.Mereka mengartikan “baik” sebagai tidak berbuat jahat. Dengan kata lain orang ini tidak 

merugikan orang lain tetapi juga tidak mempunyai manfaat pada orang lain.

5/8/2018 Aborsi Dari Segi Sosial - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aborsi-dari-segi-sosial 3/6

 

3. Etika Plus, Belum cukup dengan mengatakan tak pernah berbuat jahat, tetapi juga harus

memberikan kebaikan pada orang lain dengan kata lain harus bermanfaat bagi sesamanya.

Aborsi: Suatu Kajian Filosofis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Aborsi adalah Pengguguran kandungan. Dalam kamusini diterangkan ada 2 macam tindakah aborsi, yaitu yang bersifat kriminal, yaitu aborsi yang

dilakukan dengan sengaja karena suatu alasan dan bertentangan dengan undang-undangan yang

 berlaku. Dan aborsi yang sifatnya legal, yaitu aborsi yang dilakukan dengan sepengetahuan pihak yang berwenang.

Lain halnya dengan Abortus, yaitu terpencarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup atau bisa

dikatakan sebagai keguguran, atau keadaan terhentinya pertumbuhan yang normal. Sedangkan

Abortus Provokatus, yaitu keguguran karena kesengajaan.

Jika dilihat dari perkembangan dari sudut dimensi legal, legalitas aborsi telah bertambah luas,

yaitu dimulai sejak undang-undang tahun 1800-an, yaitu ketika pengujian kehamilan berupagerak janin. Undang-undang aborsi yang dibuat pada pertengahan tahun 1800-an mempunyai dua

fungsi, ayitu memantapkan kontrol besar terhadap bidang kedokteran yang bertumbuh pesat danmengontrol jenis-jenis prepparat yang digunakan untuk melakukan aborsi. Pada akhir tahun

1800-an dan permulaan tahun 1900-an terlihat jelas siapa yang melakukan abosi, yang paling

 banyak adalah kaum imigran, dan undang-undang yang dibuat pada waktu itu karena adakekhawatiran penduduk imigran akan melebih pendduka asli Amerika. Dan pada pertengahan

abad ke 20 muncul gerakan anti-aborsi yang mencerminkan suatu gabungan luas dari dokter-

dokter, para pemuka agama, dan penduduk, yang berpendapat bahwa aborsi harus dilarang,

kecuali karena alsan medis yang dirumuskan dan diatur dengan jelas, khususnya berkaitandengan kesehatan si ibu.

Pertentangan tentang aborsi ii sebetulnya menyangkut hal yang disebut persona, yaitu siapa yang

merupakan persona dalam kasus aborsi ini. Daniel Callahan membedakan tiga orientasi dalammenentukan kriteria tentang ada tidaknya persona, yaitu :

1. Pandangan Genetik, mendefinisikan persona manusiawi sebagai setiap mahluk yang memiliki

kode genetik manusiawi. Orientasi ini menegaskan bahwa status persona sudah ada pada awal

kehidupan. Pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya tidak lain adalah pembeberan kodegenetik bagi individu khusus ini.

2. Pandangan yang memfokuskan Perkembangan, memfokuskan perkembangan berpendapat

tidak saja bahwa adanya kode genetik meyediakan dasar untuk perkembangan lebih lanjut, tapi juga suatu tingkat perkembangan tertentu dan interaksi dengan lingkungan perlu untuk dapatdianggap sebagai persona manusiawi dalam arti sepenuhnya. Potensi genetik seseorang baru

terwujud sepenuhnya, jika terjadi interaksi dengan lingkungannya.

3. Pandangan yang menyoroti konsekuensi-konsekuensi sosial dengan cara dramatis mengubah

fokus masalahnya. Orientasi ini bertolak dari unsur-unsur biologisserta perkembangan dan berfokus pada apa yang dianggap penting oleh masyarakat untuk adanya persona. Pandangan ini

5/8/2018 Aborsi Dari Segi Sosial - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aborsi-dari-segi-sosial 4/6

 

memastikan dulu persona macam apa yang diinginkan oleh masyarakat, alalu merumuskan

definisi-definisi yang sesuai dengan keinginan itu. Keinginan masyarakat yang terungkap dalam

kebijakan publik dinilai lebih penting daripada aspek biologis dan perkembangan.

Ternyata unsur terppenting dalam debat aborsi selain masalah persona juga pemahaman

“kesucian kehidupan”. Frase ini adalah cara singkat untuk menunjukkan nilai kehidupan sertaharkat yang melekat padanya. Pemahaman nilai kehidupan ini dapat dipahami sebagai eksternal

yaitu kehidupan adalah pemberian Tuhan, atau pemahaman nilai kehidupan sebagai internalsejauh persona mempunyai nilai sendiri.

Paham kesucian hidup ini adalah sederhana dalam perumusannya, namun menjadi kompleks juga

 jika kita mencoba menjelaskannya, seperti yang diungkapkan oleh Bonaventura yang mengaskan

 bahwa jejak Tuhan Pencipta membekas pada ciptaan-Nya. Apa yan diciptakan itu mencerminkanPerbuatannya dan karenanya harus dianggap berharga. Jika kita melakukan aborsi maka kita

sudah turut campur dalam kehendak Tuhan atau proses penciptaan-Nya.

Teilhard de Chardin mengatakan bahwa kehidupan personal adalah ciptaan yang menjadi sadar akan dirinya sendiri. Ciri-ciri manusiawi yang khas adalah akal budi dan kehendak,

mencerminkan apa yang secara tradisional disebut citra ilahi yang masuk ke dalam persona,

artinya kemampuan untuk memahami dan memilih itu mencerminkan sifat-sifat ilahi yang

diberikan ketika kita diciptakan, dan martabat seperti itu hadir dalam setiap anggota spesiesmanusia dari saat pertama keberadaannya.

Pendekatan lain mengenai paham “kesucian kehidupan” melihatnya dalam perspektif yang lebih

sosial sifatnya, yaitu :

1. Kelangsungan hidup spesies manusia, dimana manusia tidak boleh membahayakan kelestarian

rasnya.

2. Kelangsungan garis silsilah famili, dimana keluarga harus bebas dalam menentukan jumlah

anaknya.

3. Hormat untuk kehidupan fisik atau badani, punya kepastian bahwa kehidupan dilindungi dan

dihormati oleh orang lain.

4. Hormat untuk penentuan diri, dimana otonomi harus dihormati

5. Hormat untuk keutuhan tubuh, dimana setiap manusia harus merasa aman dan pasti bahwa

kesejahteraan tubuh dan integrasinya tetap terjamin.

Menurut Thoman A. Shannon, ada tiga pendirian tentang Aborsi, yaitu :

 Pendirian Konservatif berpendapat bahwa aborsi tidak pernah boleh dilakukan dalam keadaanapa pun juga, dikarenakan alasan agama dan filosofis diantaranya kesucian kehidupan, larangan

untuk memusnahkan kehidupan manusia yang tidak bersalah, dan ketakutan akan implikasi

5/8/2018 Aborsi Dari Segi Sosial - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aborsi-dari-segi-sosial 5/6

 

sosial dari kebijakan aborsi yang leberal bagi orang lain yang tidak bisa membela dir seperti

orang cacat dan kaum lanjut usia.

 Pendirian Liberal memperbolehkan aborsi dalam banyak keadaan yang berbeda. Banyak diantara mereka tetap melihat aborsi sebagai suatu keputusan moral, tapi menerima berbagai

kemungkinan untuk membenarkannya secra moral. Diantaranya : menyangkut kualitas si janin,keadaan kesehatan fisik dan mental si wanita, hak wanita atas integritas badani, kesejahteraan

keluarga yang sudah ada, pertimbangan karier, dan keluarga berencana.

 Pendirian Moderat mencari suatu posisi tengah yang mengakui kemungkinan legitimasi moral

 bagi beberapa aborsi, tapi tidak pernah tampa turut mengakui penderitaan dan rasa berat hati

 pada pihak wanita maupun janin. Pendirian ini melihat bahwa janin dan wanita sebagai pemilik 

hak dan mengakui bahwa upaya untuk memecahkan konflik hak seperti itu mau tidak mau akanmenyebabkan penderitaan dan rasa berat hati.

Ada dua pandangan dunia menurut Gregory Baum yang merupakan penyebab perbedaan

 pendapat dan konflik moral mendalam yang keduanya berbeda secara radikal tentang alam danseksualitas.

Pertama melihat seksualitas dan reproduksi sebagai bagian dari alam, menurut mereka

seksualitas oleh penyelenggaraan Ilahi ditentukan sedemikian rupa, sehingga memiliki fungsi

 biologis yang secara interinsik terkait dengan reproduksi. Karena alam ditentukan dan diawasioleh sang Pencipta, maka campur tangan dalam tatanan alamiah itu melalui kontrasepsi artifisial

atau aborsi merupakan pelanggaran terhadap tatanan tersebut.

Pandangan kedua, kita harus memahami Penyelenggaraan Tuhan bukan sebagai terungkap dalam

suatu tatanan biologis yang statis, melainkan sebagai tindakan penuh murah hati di dalam sejarah

manusia yang menganugerahkan manusia kemungkinan memikul tanggung jawab lebih besar atas dirinya sendiri dan lingkungannya.

Kalau kita berani menyimak permasalahan tentang aborsi ini maka ada baiknya kita juga

menyimak tentang etiak dalam hubungan dokter dan pasien, karena dipandang perlu mengingataborsi ini merupakan tindakan pengguguran kandungan yang melibatkan dua persona ini.

Dalam dunia barat – dimana dunia kedokteran kita di Indonesia juga mengarah kesana – 

hubungan dokter-pasien berdasarkan sumpah Hippokrates seorang dokter yang berasal dari

 jaman Yunani kuno dan sumpah in dihasilkan dari mazhab Pytagorean yang dikembangkanantara abad 5 sampai abad 1 sebelum masehi. Adapun aturan yang tercantum dalam sumpah ini

adalah :

1. Tidak melakukan tindakan yang merugikan pasien.

2. Memperlakukan si sakit menurut tingkat kemampuan dan penilaian dokter yang terbaik 

3. Tidak pernah meracuni pasien

5/8/2018 Aborsi Dari Segi Sosial - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/aborsi-dari-segi-sosial 6/6

 

4. Tidak pernah melakukan abosri

5. Tidak pernah melakukan pembedahan yang tidak termasuk kometensinya

6. Tidak pernah melukai pasien secara pribadi atau melakukan kesalahan seksual terhadap pasien

atau keluarganya

7. Tidak pernah membocorkan rahasia tentang diri pasien.

Dari prinsip ini mengandung perlabagi prinsip yaitu tidak merugikan, berbuat baik,

konfidensialitas, teidak mencari diri sendiri, berprilaku luhur, dan kesetiaan pada kepercayaan

yang telah diberikan.

 Namun pada perkembangannya berkembang suatu hal otonom dari dokter yang hal inimenyebabkan adanya perubahan dalam dunia kedokteran pada umumnya dan prinsip-prinsip etis

 pada khususnya. Adapun prinsip-prinsip etis utama yang terlibat dalam hubungan dokter-pasien

adalah :

Berbuat baik, yaitu tidak melakukan suatu yang merugikan, berbuat baik meskipun berakibatkesusahan bagi sang dokter dan meskipun sang dokter harus berkorban

Keadilan yaitu perlakukan yang sama untuk orang yang sama dalam situasi yang sama, artinya

menekankan persamaan dan kebutuhan, bukannya jasa, kekayaan, posisi sosial atau kemampuan

untuk membayar.

Otonomi, menghindari paternalisme yang kuat, dan otonomi di dalam batas-batas, yaitu “berbuat

 baik” dalam kepercayaan dan tanpa batas, kecuali kerugian untuk orang lain.

Kesimpulan

Jadi jelaslah bahwa Aborsi merupakan tindakan yang masih dilematis masih ada yang

menyetujui akan tindakan aborsi dan masih ada pula yang mempertentangkan hal ini, yang jelas penyelesaian masalah ini ada ditangan kita semua dengan mengandalkan suara hati kita masing-

masing yang tentunya harus dipertanggungjawabkan.