Upload
christian-billy
View
48
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Abortus
Citation preview
ABORTUS PADA KALANGAN REMAJA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu janin kurang dari 500 gram atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan, jadi untuk bisa mengatakan
seorang wanita mengalami abortus haruslah memenuhi persyaratan diata. Abortus
bisa berakibat fatal terhadap ibu misalnya perdarahan, perforasi, infeksi, syok.
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) secara global terdapat 28 kasus per 1.000
perempuan setiap tahunnya. Jumlahnya naik dari 44 persen di tahun 1995 menjadi 49
persen pada tahun 2008. Angka kejadian aborsi di Indonesia yang mencapai angka
2,5juta/tahun. Dari hasil survei terakhir di 33 provinsi pada tahun 2008 oleh Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2 dilaporkan 63 persen remaja di
Indonesia pada usia antara SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar
nikah ironisnya 21 persen di antaranya dilaporkan melakukan aborsi. Persentase
remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah tersebut mengalami peningkatan
dibanding tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data penelitian pada 2005-2006 di
kota-kota besar, angka itu sempat berada pada kisaran 47,54 persen. Namun, hasil
survei terakhir 2008 meningkat menjadi 63 persen (BKKBN, 2008). Angka Kematian
Ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup.
Sekarang ini jumlah Angka Kematian Ibu di Indonesia mencapai 341 orang per
100.000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu di
Indonesia mengalami peningkatan. Penyebab Angka Kematian Ibu di Indonesia
adalah perdarahan, toxemia gravidarum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus
(DepKes RI 2007).
Biasanya penyebab aborsi kandungan secara sengaja karena kedua orang tuanya tidak
menginginkan kelahiran janin tersebut, seperti kecelakaan akibat hubungan gelap.
Biasanya aborsi dilakukan setelah si wanita melihat adanya tanda-tanda hamil pada
dirinya. Penyebab lainnya bisa karena rekomendasi dokter dengan pertimbangan demi
keselamatan ibu atau wanita hamil yang mengandungnya. Aborsi biasanya dilakukan
dengan menggunakan obat aborsi kandungan sesuai resep dokter. Apapun alasannya,
yang jelas tindakan aborsi berdampak pada kesehatan. Apalagi jika dilakukan oleh
orang yang tidak profesional, aborsi bisa membahayakan kesehatan terutama
kesehatan reproduksi. Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian
ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi,
kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan
kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena
hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat.
Permasalahan remaja harus ditangani serius serta dicarikan solusi upaya
pencegahannya. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari dampak yang semakin
meluas yang dapat mengancam ketahanan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara
mengingat remaja adalah generasi penerus di masa depan. Untuk itu diperlukan
formulasi penanganan dan upaya pencegahan masalah remaja secara tepat dan
berkesinambungan, agar persoalannya tidak semakin akut. Di sini keluarga sebagai
tempat bernaung dan berlindung bagi seluruh anggota keluarga termasuk anak remaja,
memiliki peran dan kedudukan yang strategis dalam ikut serta menangani persoalan
yang dihadapi para remaja, paling tidak untuk meminimalisir dampak negatif yang
ditimbulkannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gaya hidup remaja sehingga menyebabkan abortus?
2. Bagaimana pengetahuan remaja tentang hubungan seks bebas terhadap dampak
abortus?
C. Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi gaya hidup remaja yang menyebabkan abortus
2. Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang seks bebas
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Abortus
1. Pengertian Abortus
Sulaiman Sastrawinata (2005) mengatakan abortus adalah berakhirnya kehamilan
sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi
baru munkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah mencapai >500 gr atau
umur kehamilan >20 minggu.
2. Klasifikasi Abortus
Menurut Mochtar abortus dibagi atas dua golongan :
a. Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis
ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah
Klinis abortus spontan :
1) Abortus komplentus (keguguran lengkap)
Seluruh hasil konsepsi telah dilahirkan dengan lengkap, sehingga rongga
rahim kosong.
2) Abortus incompletes (keguguran bersisa)
Hanya sebagian dari konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah
desidua atau plasenta.
3) Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung)
Adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan astium yang sudah
terbuka dan ketuban yang teraba, kehamilan tidak dipertahankan lagi.
4) Abortus imminens (keguguran membakat)
Keguguran membakat dan akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus
masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti
spasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah beberapa minggu
masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan masih baik atau tidak.
Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut negatif, maka sebaiknya
uterus dikosongkan (kuret).
5) Missed abortion (keguguran tertunda)
Adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim
dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan/lebih, dimana janin telah mati
sebelum minggu ke-22.
6) Abortus habitualis (keguguran berulang-ulang)
Ialah abortus yang telah berulang dan berturut-turut terjadi, sekurang-
kurangnya 3x berturut-turut.
7) Abortus infeksiosus dan abortus septic
Adalah keguguran disertai infeksi genital. Abortus septic adalah
keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya
ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
b. Abortus provokatus (induced abortus)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan. Abortus ini
dibagi 2, yaitu :
1) Abortus medisinalis (abortus therapeutikus)
Adalah abortus karena kita sendiri dengan alas an bila kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
2) Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis.
3. Etiologi Abortus
Wiknjosastro, H. (2005) dalam bukunya menyatakan penyebab keguguran
sebagian besar tidak di ketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa sebab antara
lain :
a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Ini dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan
kematian mudigah pada hamil muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah :
1) Kelainan kromosom
Gangguan yang terjadi sejak semula pertemuan kromosom terutama
ditemukan pada trisomi autosom.
2) Faktor lingkungan endometrium
a) Endometrium yang belum siap untuk menerima hasil konsepsi
terganggu.
b) Gizi ibu kurang
3) Pengaruh dari luar
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap untuk menerima hasil
konsepsi.
b) Hasil konsepsi dipengaruhi oleh radiasi dan obat menyebabkan
pertumbuhan janin terganggu.
b. Kelainan plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi korialis dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi.
c. Penyakit ibu
Penyakit secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan
melalui placenta yaitu penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis,
malaria, syphilis. Toxin, bakteri, virus, atau plasmodium sehinggga
menyebabkan kematian janin dan terjadi abortus.
d. Kelainan traktus genitalis
Retroversio uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus.
4. Komplikasi Abortus
Menurut Wiknjosastro, H. (2005) komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah
perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
a. Perdarahan
Diatasi dengan pengosongan uterus dan sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu
pemberian transfusi darah. Kematian yang disebabkan oleh perdarahan dapat
terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Jika peristiwa ini terjadi penderita perlu diamati dengan teliti.
Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari
luas dan bentuk peforasi, penjahitan luka operasi atau perlu histerektomi.
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan
persoalan gawat karena perlukaan lebih luas, mungkin pula terjadi perlukaan
pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan terjadinya perforasi,
laparatomi harus segera dilakukan.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan abortus inkomplit dan lebih sering pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi
menyebar lebih jauh terjadilah peritonitis umum atau sepsis dengan
kemungkinan diikuti syok.
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endoseptik).
B. Konsep Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak
perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki (Soetjiningsih, 2004).
Adolescence atau remaja artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara
fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada
hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase
lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap
(Al-Mighwar, 2006).
2. Pengkategorian Remaja
World Health Organization menetapkan batas usia remaja dalam 2 bagian yaitu:
a. Periode remaja awal (early adolescence)
Periode ini berkisar antara umur 10 sampai 12 tahun. Periode remaja adalah
masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa. Periode ini dianggap
sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya
dalam pembentukan kepribadian individu.
b. Periode remaja akhir
Periode ini antara umur 15 sampai 20 tahun. Periode remaja adalah periode
pemantapan identitas diri. Pengertiannya akan “siapa aku” yang dipengaruhi
oleh pandangan orang-orang sekitarnya serta pengalaman-pengalaman
pribadinya akan menentukan pola perilakunya sebagai orang dewasa.
Pemantapan identitas diri ini tidak selalu berjalan lancar, tetapi sering melalui
proses yang panjang dan bergejolak. Oleh karena itu, banyak ahli menamakan
periode ini sebagai masa-masa storm and stress (Latifah, 2008).
3. Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode
sebelum dan sesudahnya, ciri-ciri tersebut antara lain :
a. Masa remaja sebagai masa yang penting
Adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku serta akibat-
akibat jangka panjangnya menjadikan periode remaja lebih penting daripada
periode lainya (Al-Mighwar, 2006). Selain itu perkembangan fisik yang cepat
dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada
awal remaja, yang semua perkembangan itu menimbulkan perlunya
penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat baru (Hurlock,
2001).
b. Masa remaja sebagai masa peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan apa yang terjadi sebelumnya,
melainkan peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya.
Artinya yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang
terjadi sekarang dan yang akan datang (Hurlock, 2001). Pada setiap periode
peralihan, nampak ketidakjelasan status individu dan munculnya keraguan
terhadap perananannya dalam masyarakat (Al-Mighwar, 2006).
c. Masa remaja sebagai masa perubahan
Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat perubahan perilaku dan sikap juga
berlangsung pesat, kalau perubahan fisik menurun maka perubahan perilaku
dan sikap menurun juga (Hurlock, 2001).
d. Masa remaja sebagai masa pencari identitas
Penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting bagi
remaja daripada individualitas, dan apabila tidak menyesuaikan kelompok
maka remaja tersebut akan terusir dari kelompoknya (Al-mighwar, 2006).
Tetapi lambat laun mereka mulai mencari identitas diri dan tidak puas lagi
sama dengan teman-temannya dalam segala hal, seperti sebelumnya (Hurlock,
2001).
e. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh
remaja laki-laki maupun remaja perempuan (Hurlock, 2001). Dan banyak
remaja yang menyadari bahwa penyelesaian yang ditempuhnya sendiri tidak
selalu sesuai dengan harapan mereka (Al-Mighwar, 2006).
4. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja antara lain :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik
pria maupun wanita
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam
sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan anak
perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut
selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat.
Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda
akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku.
(Hurlock, 2001).
b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita
Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa jauh
perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan itu
sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan
dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan
yang menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang
mengganggu para remaja. (Hurlock, 2001).
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak
kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan
diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki
konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri
sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan. (Hurlock, 2001).
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai
banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan diarahkan sejak
awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai
anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran
sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin dewasa yang
diakui masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas
pokok yang memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun.
Karena adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang
selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, maka mempelajari hubungan
baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk
mengetahui lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka.
Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan teman
sebaya sesama jenis juga tidak mudah. (Hurlock, 2001).
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri
secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas
perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan
kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan
membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada
orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang
statusnya dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang
memiliki hubungan yang akrab dengan anggota kelompok. (Hurlock, 2001).
f. Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan
dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih pekerjaan yang
memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk
memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi menjadi
dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih harus tergantung selama
beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai
dijalani. (Hurlock, 2001).
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan perkawinan
merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahun-tahun
remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-ansur
mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual,
tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan.
Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari masalah yang
tidak terselesaikan, yang oleh remaja dibawa ke masa remaja (Hurlock, 2001).
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang
sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam perkembangan
ini. Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan teman sebaya, masa
remaja harus memilih yang terakhir bila mengharap dukungan teman-teman
yang menentukan kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja ingin diterima
oleh teman-temannya, tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang
oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab (Hurlock, 2001).
C. Keterkaitan Antara Abortus Dikalangan Remaja Dengan Pergaulan Bebas Yang
Membudaya
Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung jawab atas munculnya
dorongan seks. Pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu
sosial, sekaligus juga kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Namun
sejak tahun 1960-an, aktivitas seksual telah meningkat di antara remaja; studi akhir
menunjukan bahwa hampir 50 persen remaja dibawah usia 15 tahun dan 75 persen
dibawah usia 19 tahun melaporkan telah malakukan hubungan seks. Terlepas dari
keterlibatan mereka dalam aktivitas seksual, beberapa remaja tidak tertarik pada, atau
tahu tentang, metode Keluarga Berencana atau gejala-gejala Penyakit Menular
Seksual (PMS). Akibatnya, angka kelahiran tidak sah dan timbulnya penyakit kelamin
kian meningkat. Bagi remaja perbincangan mengenai hubungan seks bukan hal yang
tabu, sudah menjadi hal yang biasa. Sekarang dianggap benar dan normal atau paling
sedikit diperbolehkan.
Bahkan hubungan seks di luar nikah dianggap benar apabila orang-orang yang terlibat
saling mencintai dan saling terkait. Senggama yang disertai kasih sayang lebih
diterima dari pada bercumbu sekedar melepas nafsu. Hurlock berpendapat,
penggolongan peran seks atau belajar melakukan peran seks yang diakui lebih mudah
bagi laki-laki dari pada perempuan. Pertama, sejak awal masa kanak-kanak laki-laki
telah disadarkan akan perilaku yang patut dan didorong, didesak atau bahkan
dipermalukan untuk upaya penyesuaian diri dengan standar-standar yang diakui.
Kedua, dari tahun ke tahun laki-laki mengetahui bahwa peran pria memberi martabat
yang lebih terhormat dari pada peran wanita (Roslina, 2007). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Seksual menurut Elizabeth B Hurlock, beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku seks pada remaja:
1. Pertama, faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka berasal dari
keluarga di mana anak mulai tumbuh dan berkembang.
2. Kedua, faktor luar yang mencakup sekolah cukup berperan terhadap
perkembangan remaja dalam mencapai kedewasaannya.
3. Ketiga, masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan dan perkembangan di segala
perawatg khususnya teknologi yang dicapai manusia
Pengetahuan seksual yang benar dapat memimpin seseorang kearah perilaku seksual
yang rasional dan bertanggung jawab dan dapat membantu membuat keputusan
pribadi yang penting tentang seksualitas. Sebaliknya pengetahuan seksual yang salah
dapat mengakibatkan presepsi salah tentang seksualitas sehingga selanjutnya akan
menimbulkan perilaku seksual yang salah dengan segala akibatnya. Informasi yang
salah menyebabkan pengertian dan presepsi masyarakat khususnya remaja tentang
seks menjadi salah pula. Hal ini diperburuk dengan adana berbagai mitos mengenai
seks yang berkembang di masyarakat. Akhirnya, semua ini diekpresikan dalam bentuk
perilaku seksual yang buruk pula, dengan segala akibatnya yang tidak diharapkan
(Ida, 2011).
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
B. Hipotesis
C. Definisi Operasional
DAFTAR PUSTAKA
Al-Migwar, M. (2006). Psikologi Remaja. Bandung : Pustaka Setia.
Hurlock, E. (2001). Psikologi Perkembangan. Edisi 5. Jakarta : Erlangga.
Mansjor, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta : Media Aesculapios
Sastrawinata, Sulaiman, dkk. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstretri Patologi. Jakarta : EGC
Soetjiningsih. (2004). Pertumbuhan Somatik Pada Remaja. Jakarta : Sagung Seto.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo