Upload
donhan
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ABSTRAK
Analisis Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2010 dengan
Metode Pendekatan data Envelopment Analysis (DEA)
SORAYA ISNAENI
F0108023
Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Efisiensi dalam dunia perbankan meerupakan salah satu parameter kinerja yang cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan – kesulitan dalam menghitung ukuran – ukuran kinerja perbankan.
Salah satu cara mengetahui kinerja perbankan syariah sendiri dapat dilihat dari tingkat efisiensinya, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat efisiensi teknik perbankan syariah di Indonesia tahun 2010, yang terdiri dari 10 Bank Umum Syariah (BUS) dan 5 Unit Usaha Syariah (UUS). Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah Data Envelopment Analysis (DEA), dimana variabel yang digunakan terdiri dari input (simpanan, aset, dan biaya tenaga kerja) dan output (pembiayaan dan pendapatan operasional)
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Bank Umum Syariah yang sudah mencapai tingkat efisiensi 100% adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, dan Bank Victoria Syariah. Sedangkan Unit Usaha Syariah yang sudah mencapai tingkat efisiensi 100% adalah BII (Maybank), Bank Tabungan Negara, Bank Jateng, dan Bank Permata. Sedangkan bank-bank syariah lainnya mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami inefisiensi selama tahun pengamatan.
Hasil penelitian analisis efisiensi perbankan syariah membenarkan secara statistik efisiensi perbankan syariah. Meskipun terdapat perbedaan efisiensi antara Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Dengan kata lain efisiensi kedua kelompok dapat dikatakan sama.
Kata Kunci : Tingkat Efisiensi Teknik, Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, DEA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRACT
An Analysis on Syariah Banking Efficiency in Indonesia in 2010 with Data Envelopment Analysis (DEA) approach method
SORAYA ISNAENI F0108023
Efficiency is one of performance parameter theoretically constituting one
of performances underlying an organization’s entire performance. Efficiency in banking sector is a popular parameter of performance, used widely because it is an answer to difficulties in calculating the measures of banking performance.
One way of seeing the performance of syariah banking is to look at its efficiency, so that this research aims to find out and to analyze the efficiency level of syariah banking technique in Indonesia in 2010, consisting of 10 Syariah Public Bank (BUS) and 5 Syariah Business Unit (UUS). In this research, the method used was Data Envelopment Analysis (DEA), in which the variable used consisted of input (saving, asset, and labor cost) and output (operational cost and income).
The result of research showed that the Syariah Public Banks that had achieved efficiency level of 100% were Bank Muamalat Indonesia, Bank Mega Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, and Bank Victoria Syariah. Meanwhile the Syariah Business Units that had achieved efficiency level of 100% were BII (Maybank), Bank Tabungan Negara, Bank Jateng, and Bank Permata. Meanwhile, other syariah banks experienced fluctuation and tended to experience inefficiency during observation year.
The result of research on the efficiency analysis of syariah bank justified statistically the efficiency of syariah banking. Despite any efficiency difference between Syariah Public Bank and Syariah Business Unit, it was not significant. In other words, the efficiency of both groups above could be said as the same.
Keywords: Technical Efficiency Level, Syariah Public Bank, Syariah Business Unit, DEA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah
peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Bank Syariah adalah Bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Prinsip
Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
yang dikeluar-kan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah. (Booklet Perbankan Indonesia, 2011)
System keuangan islam secara garis besar dapat dikemukakan secara
sederhana. System ini terutama dapat atas skema PLS (profit-and-loss-sharing)
atau system bagi hasil. Bank islam yang dikenal dengan bank syariah, tidak
menetapkan system bunga, melainkan system bagi hasil, dimana bank juga
menjagak deposan ikut serta dalam suatu usaha. Deposan juga mendapatkan
bagian dari keuntungan bank tersebut, sesuai dengan rasio yang telah ditetapkan
di awal. Dengan demikian maka akan terjalin hubungan kemitraan antara bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dan deposan di satu pihak, dan di pihak lain antara bank dan nasabah investasi,
yang mengelola simpanan deposan dalam berbagai usaha produktif. Dengan
menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan
skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif
sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Landasan hukum, yang menjadi titik tolak perkembangan bank syariah di
Indonesia adalah UU No.7/1992 yang diubah oleh UU No.10 Tahun 1998 tentang
Perbankan. Dalam UU tersebut prinsip syariah sudah dinyatakan, meskipun masih
samar, yang dinyatakan sebagai prinsip bagi hasil, yang kemudian diperbaharuhi
dengan UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan UU No 3 tahun
2004. Undang-undang ini memberikan arahan bagi bank konvensional untuk
membuka cabang syariah atau mengkonversikan diri menjadi bank syariah.
Prinsip perbankan syariah secara tegas dinyatakan dalam UU No.21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah
Potensi dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia cukup besar,
dimana penduduk Indonesia yang mempunyai penduduk yang mayoritas
beragama islam. Yang artinya juga memiliki sumber daya manusia (SDM) yang
sangat potensial. Perbankan syariah sebagai industri keuangan yang berbasis
sektor riil sangat sesuai dengan kondisi perekonomian di Indonesia. Dimana
perkembangan pertumbuhan pasar keuangan, khususnya perbankan syariah
nasional yang semakin meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Perbankan Syariah dalam sepuluh tahun terakhir telah mengalami
peningkatan yang cukup pesat. Survey yang digelar oleh Bank Indonesia terhadap
industry ini, memperlihatkan minat besar masyarakat terhadap industri perbankan
syariah. “Hasil riset dan survei BI menunjukkan minat masyarakat terhadap bank
syariah cukup tinggi. (Sekitar) 89 persen menerima prinsip syariah,” (Ketua Tim
Penelitian Perbankan Syariah Direktorat Perbankan Syariah BI, Dhani Gunawan
Idat)
Salah satu sektor ekonomi islam yang memiliki andil yang sangat besar adalah
perbankan syariah. Perbankan syariah memiliki peran yang amat penting karena
merupakan bagian besar dari ekonomi Islam serta telah menunjukan ketangguhan
sebagai sebuah system perbankan.
Perbankan syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya.
Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Dari
institusi perbankan diharapkan terciptanya masyarakat yang bebas dari riba dan
tercipta keadilan dengan distribusi kesejahteraan yang merata. (Latifa dan
Mervyn, 2003)
Seperempat abad yang lalu, Bank syariah (Islam) sama sekali belum
dikenal. Sekarang sudah lebih dari 55 negara yang pasarnya sedang bangkit dan
berkembang ikut menerapkan system perbankan dengan keuangan Islam. Tidak
hanya berkembang di Negara-negara muslim, namun si Australia, Inggris, dan
Amerika Serikat, dimana muslim sebagai minoritas, bank bank syariah tumbuh
dengan pesat. (Latifa dan Mervyn, 2003)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Perkembangan bank syariah di Indonesia telah menunjukan perkembangan
yang sangat signifikan. Dalam beberapa tahun terakhir banyaknya dibuka Unit
Usaha Syariah (UUS) dan kantor cabang baru bank syariah. Peran perbankan
syariah pun semakin meningkat dalam industry perbankan nasional. Pertumbuhan
asset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan pembiayaan selalu diatas 15% pertahunnya.
Walaupun memiliki kemajuan yang baik, pangsa pasar dari bank syariah masih
relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan proporsi jumlah penduduk Muslim di
Indonesia. Berikut tabel yang menunjukan perkembangan perbankan Syariah di
Indonesia dari tahun 2009 - 2012.
Tabel 1.1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah 2009 2010 2011 2012
Bank Umum Syariah Jumlah Bank 6 11 11 11
Jumlah Kantor 711 1215 1401 1435 Unit Usaha Syariah
Jumlah Bank 25 23 24 24 Jumlah Kantor 287 262 336 378
Bank Perkreditan Rakyat Syariah
2
Jumlah Bank 138 150 155 155 Jumlah Kantor 225 285 364 389 Total Kantor 1223 1763 2101 2202
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2012
Perkembangan syariah di Indonesia pada masa depan diperkirakan akan
semakin pesat. Hal ini ditunjukan oleh pembukaan kantor cabang di berbagai
daerah, semakin banyaknya bank konvensional yang mengkonversi sistemnya
menjadi syariah, meningkatnya kesaran umat islam akan pentingnya
menggunakan bank syariah, dan penigkatan kinerja bank syariah terutama dalam
hal profitabilitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Perkembangan bank syariah yang sangat pesat ternyata belum sesuai
harapan yang diinginkan. Perbankan syariah baru berperan 4% dari total asset
bank secara nasional (pada tahun 2011) dalam pangsa industry perbankan
nasional. Padahal potensi konsumen bank syariah di Indonesia sangatlah besar
karena mayoritas penduduk Indonesia beragama islam. Kecilnya peran yang baru
dimiliki oleh bank syariah disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya dan
yang akan dibahas adalah perihal efisiensi perbankan syariah. Efisiensi
merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh
kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal
dengan input yang ada adalah ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat
pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana
mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau
mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu.
Efisiensi perbankan syariah menjadi sangat penting bagi perbankan
syariah itu sendiri, untuk dapat melihat tingkat kesehatan, melihat kinerja
perbankan itu sendiri, serta mempersiapkan diri pada kondisi dual banking system
dalam hal ini bersaing dengan perbankan konvensional. Urgensi atas efisiensi
perbankan syariah menyebabkan penelitian tentang efisiensi perbankan syraiah
penting dilakukan. Untuk menentukan nilai efisiensi bank-bank tersebut
digunakan pendekatan asset dan produksi dengan metode statistic non parametik :
Data Envelopment Analysis (DEA). Pengolahan data dari laporan keuangan
diklasifikasikan menurut variable yang sesuai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi efisiensi perbankan syariah di Indonesia tahun 2010 ?
2. Apakah perbankan syariah sudah dikatan efisien secara statistik ?
3. Adakah perbedaan tingkat efisiensi di Bank Umum Syariah dengan Unit
Usaha Syariah ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kondisi efisiensi perbankan syariah di Indonesia
tahun 2010 dengan menggunakan analisis DEA.
2. Untuk mengetahui efisien perbankan syariah secara statistik.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara Bank
Umum Syariah dengan Unit Usaha Syariah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi :
1. Penulis, untuk mendalami dan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan
selama berada dibangku perkuliahan.
2. Bank Indonesia, dapat dijadikan referensi dalam memantau efisiensi
industri perbankan di Indonesia serta sebagai pertimbangan dalam
pengambilan suatu kebijakan terhadap perbankan Syariah masa yang
akan datang.
3. Perbankan, sebagai referensi bank mana yang dapat dijadikan acuan
perbaikan.
4. Kalangan akademisi, sebagai acuan/referensi penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Perbankan
a. Bank secara umum
Kata bank berasal dari kata banco dalam bahasa Italia yang berarti peti
atau lemari atau bangku. Kata tersebut menyiratkan fungsi sebagai tempat
penyimpanan benda-benda berharga seperti peti emas, peti berlian, peti uang
dan sebagainya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998,
Tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan menjelaskan bahwa bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lannya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Menurut Dictionary of Banking and Financial Services (Jerry
Rosenberg), bank adalah suatu lembaga yang mempunyai fungsi pokok antara
lain (a) menerima simpanan giro, deposito dan membayar atas dasar dokumen
yang ditarik orang / lembaga tertentu dan (b) mendiskontokan surat berharga,
memberikan pinjaman dan menanam dana dalam bentuk surat berharga. Bank
merupakan lembaga yang berpondasikan kepercayaan. Tanpa adanya
kepercayaan masyarakat terhadap bank dan sebaliknya maka kegiatan
perbankan tidak akan berjalan dengan baik. Menurut Howard D.Crosse dan
George H.Hempel, bank adalah suatu organisasi yang menggabungkan usaha
manusia dan sumber sumber keuangan untuk melaksanakan fungsi bank dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
rangka melayani kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan bagi
pemilik bank.
Usaha utama bank selalu berkaitan dengan bidang keuangan yang
meliputi tiga kegiatan utama (Mudrajat Kuncoro S, 2002: 68-85) yaitu:
a) Menghimpun dana
Menghimpun dana berarti mengumpulkan atau mencari dana
(uang) dari masyarakat luas, pemilik bank (pemegang saham),
pemerintah, Bank Indonesia ataupun dari pihak-pihak luar negeri.
b) Menyalurkan dana
Dana yang dihimpun oleh perbankan harus disalurkan kembali
ke masyarakat dalam bentuk kredit/pembiayaan, karena fungsi
utama perbankan sebagai lembaga intermediasi / perantara antara
pihak yang kelebihan dana (depositor) dengan pihak yang
kekurangan dana (debitur). Dalam hal menyalurkan dana bank akan
memperoleh keuntungan dari selisih antara harga jual dengan harga
beli setelah dikurangi biaya-biaya operasional.
c) Memberikan jasa bank lainnya
Pemberian jasa lainnya merupakan jasa pendukung atau
pelengkap kegiatan perbankan. Jasa ini dimaksudkan untuk
mendukung kelancaran proses menghimpun dana dan
menyalurkannya baik yang berhubungan langsung maupun tidak
langsung dengan dua kegiatan tersebut. Jasa bank lain dapat berupa
setoran, jasa pembayaran, penagihan (inkaso). Bank akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
memperoleh keuntungan (fee based) dari biaya administrasi, komisi,
sewa, dan biaya-biaya lainnya.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa
bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya
aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.
Jasa bank sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara.
Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai
penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. Untuk ini,
bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Ini adalah peran bank
yang paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat
pembayaran yang efisien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan
cara barter yang memakan waktu. Kedua, dengan menerima tabungan dari
nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti
bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih
produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan
meningkat. Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku seseorang,
orang tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun karena
mereka tidak memiliki dana pinjaman
b. Bank syariah secara umum
Secara garis besar system keuangan islam dapat dikemukakan
secara sederhana. System ini terutama dapat atas skema PLS (profit-and-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
loss-sharing) atau system bagi hasil. Bank Islam yang dikenal dengan
Bank Syariah, tidak menetapkan system bunga, melainkan system bagi
hasil, dimana bank juga mengajak deposan ikut serta dalam suatu usaha.
Deposan juga mendapatkan bagian dari keuntungan bank tersebut, sesuai
dengan rasio yang telah ditetapkan di awal. Dengan demikian maka akan
terjalin hubungan kemitraan antara bank dan deposan di satu pihak, dan di
pihak lain antara bank dan nasabah investasi, yang mengelola simpanan
deposan dalam berbagai usaha produktif.
Perbankan Syariah berbeda dengan perbankan Konvensional yang
pada intinya meminjam dana dengan membayar bunga dan memberikan
pinjaman dengan menarik bunga. Sedangkan perbankan Syariah
memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Dalam Islam
melarang kaum muslimin menarik atau membayar bunga dalam bentuk
semua transaksi. Inilah yang membedakan system perbankan Syariah dan
system perbankan Konvensional. Secara teknis, Riba adalah nilai tambah
dari pokok pinjaman yang disesuaikan dengan jangka waktu dan jumlah
pinjaman. Namun kiri para ulama bersepakat bahwa istilah riba itu
meliputi segala bentuk bunga.
Pengembangan sistem perbankan Syariah di Indonesia dilakukan
dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam
kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan
alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat
Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan Syariah dan perbankan
Konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi
sektor-sektor perekonomian nasional.
Karakteristik sistem perbankan Syariah yang beroperasi
berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan
yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan
aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam
berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi
keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa
perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif,
perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan
dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa
terkecuali.
Kecenderungan masyarakat menggunakan sistem bunga lebih
bertujuan untuk mengoptimalkan pemenuhan kepentingan pribadi,
sehingga kurang mempertimbangkan dampak sosial yang ditimbulkan.
Berbeda dengan sistem bagi hasil, sitem ini berorientasi pemenuhan
kemaslahatan hidup umat manusia (Sudarsono, 2008).
Perbedaan bunga dan bagi hasil dapat dijelaskan lebih jauh dalam
tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Perbedaan antara Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil
Indikator Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil
Objek Kontrak Uang Barang atau Investasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Penentuan
besarnya hasil
Sebelumnya Sesudah berusaha, sesudah
ada untungnya
Yang ditentukan Bunga, besarnya nilai
rupiah.
Menyepakati proporsi
pembagian untung untuk
masing – masing pihak,
misalnya 50:50 atau 40:60
Jika terjadi
kerugian
Ditanggung nasabah Ditanggung kedua belah pihak,
nasabah dan lembaga
Dihitung Dari dana yang
dipinjamkan, fixed,
tetap
Dari untung yang bakal
diperoleh, belum tentu
besarnya.
Titik perhatian
proyek / usaha
Besarnya bunga yang
harus dibayar nasabah /
pasti diterima bank.
Keberhasilan proyek / usaha
jadi perhatian bersama :
Nasabah dan Lembaga
Besarnya Pasti (%) x Jumlah
pinjaman yang telah
diketahui.
Proporsi (%) x Jumlah untung
yang belum diketahui.
Sumber : Muhammad, 2004
Perbankan di Indonesia menganut sistem dual system banking (bank
konvensional dan syariah), tetapi keduanya memiliki perbedaan-perbedaan, dapat
dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Perbedaan antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah
Bank Konvensional Bank Syariah Memakai perangkat bunga dalam kegiatan operasionalnya.
Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, dan sewa.
Melakukan kegiatan investasi ke sektor usaha yang halal dan haram.
Melakukan kegiatan investasi ke sektor usaha yang halal saja.
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kreditor-debitor
Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan.
Profit oriented Profit dan falah oriented
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Tidak terdapat dewan sejenis DPS Terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang mengawasi kegiatan operasional perbankan.
Sumber : syafi’I Antonio 2001
c. Kegiatan Bank Umum Syariah (BUS)
Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro,
Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa Deposito,
Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah, Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad
mudharabah, akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad
murabahah, akad salam, akad istishna’, atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. Menyalurkan pembiayaan
berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat
berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata
berdasarkan prinsip syariah, antara lain, seperti akad ijarah,
Musyarakah,Mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah.
Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang
diterbitkan oleh pemerintah dan atau BI. Menerima pembayaran dari
tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak
ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip syariah. Melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad yang
berdasarkan pinsip Syariah. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan
sendiri maupun untuk kepentingan nasabah berdasarkan prinsip syariah.
Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah.
Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan prinsip
syariah, dan melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang
perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan prinsip
Syariah.Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah
atau lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah. Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal. Menyelenggarakan kegiatan atau produk
bank yang berdasarkan prinsip syariah dengan menggunakansarana
elektronik. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat
berharga jangka pendek berdasarkan prinsip syariah, baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui pasar uang. Menerbitkan, menawarkan,
dan memperdagangkan surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar modal.
Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank umum syariah
lainnya yang berdasarkan prinsip syariah. (Booklet Perbankan Indonesia
2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
d. Kegiatan Unit Usaha Syariah (UUS)
Pihak-pihak yang akan melakukan kegiatan usaha Bank Syariah
atau UUS wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank
Syariah atau Unit Usaha Syariah (UUS) dari Bank Indonesia. Dalam
memperoleh izin usaha yang dimaksud Bank Syariah harus memenuhi
persyaratan tentang susunan organisasi dan kepengurusan, permodalan,
kepemilikan, keahlian dibidang perbankan syariah, dan kelayakan usaha.
Sedangkan Bank Umum Konvensional yang akan melakukan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip Syariah wajib membuka UUS di kantor pusat
Bank dengan izin Bank Indonesia ( UU no.21 tahun 2008, pasal 5)
Selain mendirikan Bank Syariah atau UUS baru, pihak-pihak yang
ingin melakukan kegiatan usaha perbankan syariah dapat melakukan
pengubahan (konversi) bank Konvensional menjadi Bank Umum Syariah.
Namun pengubahan Bank Syariah menjadi Bank Konvensional merupakan
hal yang dilarang dalam UU ini. Disamping itu, pendirian Bank Umum
Syariah baru dapat dilakukan dengan cara pemisahan (spin off) UUS dari
induknya yang dilakukan secara sukarela atau dilakukan dalam rangka
memenuhi kewajiban. Namun dalam hal ini, Bank Indonesia akan
melakukan kebijakan yaitu, Unit Usaha Syariah atau UUS harus sudah
berdiri sendiri di tahun 2023 nanti. Dan Bank Indonesia menargetkan
tahun 2023 nanti Bank Umum Syariah akan terus mengalami peningkatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Proses dalam pembukaan kantor cabang, kantor perwakilan dan
jenis-jenis kantor lainnya diluar negeri oleh Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah prosesnya hampir sama dengan pembukaan Bank Konvensional.
Yang membedakan hanyalah dalam system organisasi Bank Syariah
mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang diangkat oleh RUPS
atas Rekomendasi Majelis Ulana Indonesia. DPS bertugas untuk
memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi ketentuan-
ketentuan sesuai dengan prinsip syariah. Namun dalam proses
pengawasannya oleh Bank Indonesia, Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah secara garis besar sama dengan proses pengawasan Bank
Konvensional.
e. Sejarah Perbankan Syariah.
Perbankan adalah satu lembaga yang melaksakan tiga fungsi
utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan
memberikan jasa pengiriman uang. Didalam sejarah perekonomian kaum
muslimin, pembiayaan yang dilakukan dengan akad yang sesuai Syariah
telah menjadi bagian dari tradisi umat islam sejak jaman Rasulullah Saw.
Praktik - praktik seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk
keperluan konsumsi, dan untuk keperluan bisnis, serta melakukan
pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman rasulullah. Dengan
demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern yaitu menerima deposit,
menyalurkan dana, dan melakukan transfer dana telah menjadi bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat islam, bahkan sejak zaman
Rasulullah.
Seiring berjalannya waktu maka mulai timbul usaha usaha
disejumlah Negara muslim untuk mendirikan lembaga alternative terhadap
bank yang ribawi ini. Hal ini terjadi terutama setelah bangsa-bangsa
muslim mendapatkan kemerdekaannya dari penjajah bangsa-bangsa eropa.
Usaha modern pertama untuk mendirikan bank tanpa bunga pertama kali
dilakukan di Malaysia pada pertengahan tahun 40-an, namun usaha ini
tidak sukses. Selanjutnya, eksperimen lainnya dilakukan di Pakistan pada
akhir tahun 50-an, dimana suatu lembaga perkreditan tanpa bunga
didirikan dipedesaan Negara itu.
Pendirian Bank Syariah yang paling sukses dan inovatif dimana
modern ini dilakukan si Mesir pada tahun 1963, dengan berdirinya Mit
Ghamr Local Saving bank. Bank ini mendapatkan sambutan yang cukup
hangat dari Negara Mesir. Namun sayang kesuksesan Bank hanya
sementara, karena terjadi kakacauan politik di Mesir maka Mit Ghamr
mulai mengalami kemunduran, sehingga operasionalnya diambil alih oleh
National Bank of Egypt dan Bank Sentral Mesir pada tahun 1967.
Pengambilalihan ini menyebabkan prinsip nir-bunga pada Mit Ghamr
mulai ditinggalkan, sehingga bank ini kembali beroprasi berdasarkan
bunga. Pada tahun 1971, akhirnya konsep nir-bunga kembali dibandingkan
pada masa rezim sadat melalui pendirian Nasser Social Bank. Tujuan bank
ini adalah untuk menjalankan kembali bisnis yang berdasarkan konsep
yang telah dipraktikan oleh Mit Ghamr.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Perkembangan selanjutnya di era-70an, usaha usaha untuk
mendirikan Bank Islam mulai menyebar ke banyak Negara. Beberapa
Negara seperti Pakistan, iran, dan sudan, bahkan mengubah seluruh system
keuangan di Negara itu menjadi system nir-bunga, sehingga semua
lembaga keuangan dinegara tersebut beroprasi tanpa menggunakan bunga.
Dinegara islam lainnya seperti Malaysia dan Indonesia, bank nir-bunga
beroprasi berdampingan dengan bank Konvensional.
Perbankan syariah kini telah mengalami perkembangan yang
cukup pesat dan menyebar ke banyak Negara, bahkan ke Negara-negara
Barat. The Islamic bank International of Denmark tercatat sebagai bank
syariah pertama yang beroprasi di Eropa, yakni pada tahun 1983 di
Denmark. Kini, bank bank besar dari Negara -negara Barat seperti
Citibank, ANZ Bank, Chase Manhattan Bank dan Jardine Fleming telah
pula membuka Islamic window agar dapat memberikan jasa-jasa
perbankan yang sesuai dengan syariat Islam .
f. Pengawasan Syariah
1) DPS (Dewan Pengawas Syariah)
Peran utama para ulama dalam DPS adalah mengawasi jalannya
operasional bank sehari-hari, agar selalu sesuai dengan ketentuan-
ketentuan syariah. Hal ini karena transaksi-transaksi yang berlaku dalam
Bank Syariah sangat khusus jika dibanding Bank Konvensional. Karena
itu, diperlukan garis panduan yang mengaturnya. Garis panduan ini
disusun dan ditentukan oleh DPN.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
DPS harus membuat pernyataan secara berkala (biasanya tiap
tahun) bahwa bank yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan
ketentuan syariah. Pernyataan ini dimuat dalam laporan tahunan (annual
report) bank bersangkutan. Tugas lain DPS adalah meneliti dan membuat
rekomendasi produk baru dari bank yang diawasinya. Dengan demikian,
DPS bertindak sebagai penyaring pertama sebelum suatu produk diteliti
kembali dan difatwakan oleh DPN.
2) DSN (Dewan Syariah Nasional)
Sejalan dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah di tanah
air, maka berkembang pulalah jumlah DPS yang berada dan mengawasi
masing - masing lembaga tersebut. Banyak dan beragamnya DPS
dimasing-masing lembaga keuangan syariah adalah suatu hal yang harus
disyukuri tetapi juga diwaspadai. Kewaspadaan itu berkaitan dengan
adanya kemungkinan timbulnya fatwa yang berada dari masing - masing
DPS dan hal itu tidak mustahil akan membingungkan umat dan nasabah.
Dewan Syariah Nasional dibentuk pada tahun 1997 dan merupakan hasil
rekomendasi Lokakarya Reksadana Syariah pada bulan juli tahun yang
sama. Lembaga ini merupakan lembaga otonomi dibawah Majelis Ulama
Indonesia dipimpin oleh ketua Umum Majelis Ulama Indonesia dan
Sekretaris. Kegiatan sehari-hari Dewan Syariah Nasional dijalankan oleh
badan pelaksana harian dengan seorang ketua dan sekretaris serta beberapa
anggota.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Fungsi utama Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk -
produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan syariah islam.
Dewan ini bukan hanya mengawasi Bank Syariah, tetapi juga lembaga -
lembaga lain seperti asuransi, reksadana, modal ventura, dan sebagainya.
Untuk keperluan pengawasan tersebut, DSN membuat garis panduan
produk syariah yang diambil dari sumber-sumber hukum islam. Garis
panduan ini menjadi dasar pengawasan bagi dewan pengawas syariah pada
lembaga - lembaga keuangan syariah, dan menjadi dasar pengembangan
produk-produknya. Fungsi lain dari Dewan Syariah Nasional adalah
meneliti dan memberi fatwa bagi produk - produk yang dikembangkan
oleh lembaga keuangan syariah. Produk tersebut harus diajukan oleh
menejemen setelah di rekomendasikan oleh DPS pada lembaga yang
bersangkutan.
g. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Bank Syariah di Indonesia yang pertama didirikan pada tahun 1992
adalah Bank Muamalat. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila
dibandingkan dengan Negara-negara Muslim lainnya, perbankan syariah
di Indonesia akan terus berkembang, bila pada tahun 1992-1998 hanya ada
satu unit Bank Syariah di Indonesia, maka pada 1999 jumlahnya
bertambah menjadi tiga unit. Pada tahun 2010, Perbankan Syariah sudah
membuka Bank Umum Syariah (BUS) sebanyak 11unit, bank syariah
maupun Bank Konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah telah
meningkat menjadi 23 unit. Sedangkan jumlah BPRS (Bank Perkreditan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Rakyat Syariah) sudah mencapai 150 unit dan masih akan terus
bertambah. Ditahun-tahun mendatang, jumlah Bank Syariah ini akan terus
meningkat seiring dengan masuknya pemain-pemain baru, bertambahnya
jumlah kantor cabang Bank Syariah yang sudah ada, maupun dengan
dibukanya Islamic window di bank - bank Konvensional.
Tumbuh kembangnya asset bank Syariah ini dikarenakan adanya
kepastian disisi regulasi serta berkembangnya pemikiran masyarakat
tentang keberadaan bank Syariah. Perkembangan perbankan syariah ini
tentunya juga harus didukung oleh sumber daya manusia yang memadai,
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Namun realitas yang ada
menunjukan bahwa masih banyak sumber daya manusia yang selama ini
terlibat di institusi syariah tidak memiliki pengalaman akademis maupun
praktis dalam Islamic Banking. Tentunya kondisi ini cukup signifikan
mempengaruhi produktifitas dan profesionalisme perbankan syariah itu
sendiri. Dan inilah memang yang harus mendapatkan pergatian dari kita
semua, yakni mencetak sumber daya manusia yang mampu mengamalkan
ekonomi syariah di semua lini. Karena system yang baik tidak mungkin
dapat berjalan bila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang baik
pula.
h. Produk dan Jasa Perbankan Syariah.
Prinsip-Prinsip Dasar dalam Produk-Produk Bank Syariah
Hubungan-hubungan ekonomi secara garis besar berdasarkan
syariat-syariat Islam ditentukan oleh hubungan akad. Akad-akad yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
berlaku terdiri dari lima prinsip-prinsip dasar. Adapun prinsip-prinsip
dasar akad tersebut dapat ditemukan pada produk baik lembaga-lembaga
keuangan bank syariah maupun lembaga-lembaga keuangan bukan bank
syariah di Indonesia, meliputi (Muhammad, 2005):
1) Prinsip Simpanan Murni (Al-Wadi’ah)
Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh
bank syariah untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan
dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk al-wadi’ah. Fasilitas ini
diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti
halnya giro dan tabungan. Istilah al-wadi’ah dalam dunia perbankan
konvensional lebih dikenal dengan giro.
2) Bagi Hasil (Syirkah)
Prinsip ini adalah suatu konsep yang meliputi tata cara pembagian
hasil usaha antara penyedia dan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini
dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana maupun antara bank
dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip
ini adalah mudharabah dan musyarakah. Prinsip mudharabah ini dapat
digunakan sebagai dasar baik produk pendanaan (tabungan dan deposito)
maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk
pembiayaan dan penyertaan.
3) Prinsip Jual Beli (At-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu konsep yang menerapkan tata cara jual
beli, di mana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan
atau mengangkat nasabah sebagai agen bank dalam melakukan pembelian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
barang atas nama bank. Bank menjual barang tersebut kepada nasabah
dengan sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya
dapat berupa: murabahah, salam, dan istishna.
4) Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Prinsip ini secara garis besar terdiri dari dua jenis. Pertama, ijarah
(sewa murni) seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk
lainnya (operating lease). Secara teknik bank dapat membeli dahulu
barang yang dibutuhkan oleh nasabah, kemudian barang tersebut
disewakan dalam waktu dan hanya yang telah disepakati oleh nasabah.
Kedua, bai al-takjiri atau ijarah al-muntahiya bithamlik, yang merupakan
penggabungan sewa dan beli di mana penyewa mempunyai hak untuk
memiliki barang pada akhir masa sewa (financial lease).
5) Prinsip Jasa/Fee (Al-Ajr Walumullah)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang
diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain
Bank Garansi, Kliring, Inkaso, Jasa, Transfer, dan lain-lain.
i. Pengembangan Produk-Produk Bank Syariah
Secara garis besar, pengembangan produk-produk bank syariah
dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1) Produk Penghimpunan Dana
Prinsip-prinsip yang digunakan dalam produk ini meliputi prinsip
wadi’ah dan mudharabah.
a) Prinsip Wadi’ah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Prinsip ini mempunyai implikasi hukum yang sama dengan
qardh, di mana nasabah bertindak sebagai pihak yang
meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai pihak
peminjam. Pengembangan produk bank syariah yang
berdasarkan prinsip ini meliputi dua jenis, yaitu: wadi’ah yad
amanah dan wadi’ah yad dhomanah. Adapun penjelasan
tentang mekanisme produk bank syariah yang berdasarkan
prinsip ini diperlihatkan pada gambar 2.1 dan 2.2.
Gambar 2.1 Skema Kerja Prinsip Wadi’ah Yad Amanah
Sumber: Muhammad, 2005
Gambar 2.1 dan 2.2 menjelaskan perbedaan kedua prinsip
tersebut. Wadi’ah yad amanah merupakan barang yang
dititipkan tidak dapat dikelola oleh bank syariah.
Gambar 2.2 Skema Kerja Prinsip Wadi’ah Yad Dhomanah
Sumber: Muhammad, 2005
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Wadi’ah yad dhomanah yaitu barang yang dititipkan dapat
dikelola oleh bank syariah. Prinsip ini dikembangkan dalam
bentuk, yaitu: current account (giro) dan saving account
(tabungan).
b) Prinsip Mudharabah
Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpan
bertindak sebagai shahibul maal dan bank sebagai mudharib.
Dana ini digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad
jual beli maupun syirkah. Apabila kerugian terjadi, bank
bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi. Prinsip ini dalam
aplikasinya seperti: tabungan berjangka dan deposito berjangka.
Prinsip mudharabah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
mudharabah muqayyadah on balance sheet dan off balance
sheet serta mudharabah mutlaqah.
Gambar 2.3 Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadah on Balance
Sheet
Sumber: Muhammad, 2005
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Perbedaan antara mudharabah muqayyadah on balance
sheet dengan off balance sheet dapat dilihat pada gambar 2.3
dan 2.4. Pada mudharabah muqayyadah off balance sheet, bank
syariah juga berperan memberikan modal untuk dikelola
mudharib dan bank syariah akan mendapatkan kembali
modalnya dan bagi hasil dari proyek yang dikerjakan.
Gambar 2.4 Skema Kerja Prinsip Mudharabah Muqayyadah off Balance
Sheet
Sumber: Muhammad, 2005
Mudharabah muqayyadah merupakan penyaluran dana
langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak
sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana
dengan pelaksana usaha
Gambar 2.5 Skema Kerja Prinsip Mudharabah Mutlaqah
Sumber: Muhammad, 2005
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan
deposito, sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu:
tabungan mudharabah dan deposito mudharabah (Muhammad,
2005).
2) Produk Penyaluran Dana
Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan
tipe tiga model, yaitu:
a) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang
dilakukan dengan prinsip bagi hasil.
b) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
dilakukan dengan prinsip sewa.
c) Transaksi pembiayaan sebagai usaha kerjasama yang ditujukan
untuk mendapatkan barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil.
Adapun prinsip-prinsip yang digunakan produk-produk bank
syariah dalam pola penyaluran dana, antara lain:
a) Prinsip Jual Beli (Tijaroh)
Mekanisme jual beli adalah upaya yang dilakukan dengan pola:
· Dilakukan untuk transfer of property
· Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi
harga jual barang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Prinsip jual beli dikembangkan menjadi tiga bentuk prinsip
pembiayaan, yaitu: pembiayaan murabahah, salam dan istishna.
Penjelasan dapat dilihat pada gambar 2.6, 2.7, dan 2.8.
Gambar 2.6 Skema Kerja Prinsip Murabahah
Sumber: Muhammad, 2005
(1) Pembiayaan Murabahah
Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang
diserahkan segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh.
Gambar 2.7
Skema Kerja Prinsip Bai As-Salam
Sumber: Muhammad, 2005
(2) Pembiayaan Bai As-Salam (Jual Beli Barang Belum Ada)
Pembayaran dilakukan dengan tunai, sedangkan barang
diserahkan secara tangguh. Bank sebagai pembeli dan nasabah
sebagai penjual. Transaksi ini ada kepastian tentang kuantitas,
kualitas, harga dan waktu penyerahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 2.8 Skema Kerja Prinsip Bai Al-Istishna
Sumber: Muhammad, 2005
(3) Pembiayaan Bai Al-Istishna
Jual beli seperti akad salam, namun pembayarannnya
dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna
diterapkan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
b) Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat.
Pada dasarnya prinsip ini sama dengan jual beli, namun
perbedaannya terletak pada objek transaksinya.
Gambar 2.9 Skema Kerja Prinsip Ijarah
Sumber: Muhammad, 2005
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Objek transaksinya adalah barang pada prinsip jual beli,
sedangkan jasa menjadi objek transaksi pada prinsip jasa.
Gambar 2.10 Skema Kerja Prinsip Ijarah Muntahia Bithamlik
Sumber: Muhammad, 2005
Pada Akhir sewa, bank syariah dapat saja menjual barang
yang disewakannya kepada nasabah. Transaksi tersebut dikenal
dengan istilah ijarah muntahiya bithamlik (sewa yang diikuti
dengan perpindahan kepemilikan). Harga sewa dan harga jual
disepakati pada awal perjanjian. Hal tersebut yang membedakan
antara ijarah dengan ijarah muntahiya bithamlik, yaitu
kepemilikan barang atau jasa yang digunakan seperti pada gambar
2.9 dan 2.10
c) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Prinsip ini meliputi beberapa jenis prinsip, yaitu:
musyarakah, mudharabah dan mudharabah muqayyadah.
Gambar 2.11 Skema Kerja Prinsip Musyarakah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Sumber: Muhammad, 2005
(1). Musyarakah, merupakan kerjasama dalam suatu usaha oleh dua
pihak.
(2). Mudharabah, merupakan kerjasama antara shahibul mal yang
memberikan dana 100 % kepada mudharib yang memiliki
keahlian.
Gambar 2.12 Skema Kerja Prinsip Mudharabah
Sumber: Muhammad, 2005
(3). Mudharabah Muqayyadah, merupakan kerjasama yang hampir
sama dengan mudharabah namun perbedaannya adalah adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pembatasan penggunaan modal sesuai dengan permintaan pemilik
modal pada prinsip ini dalam produk bank syariah.
3) Akad Pelengkap
Akad pelengkap dikembangkan sebagai akad pelayanan jasa. Akad
ini dilakukan dengan beberapa prinsip transaksi, yaitu: hiwalah (alih
utang-piutang), rahn (gadai), qardh (pinjaman kebaikan), wakalah,
dan kafalah.
a) Hiwalah (Alih utang-piutang)
Prinsip transaksi ini lazimnya digunakan untuk membantu
supplier dalam mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan
produksinya.
Gambar 2.13 Skema Kerja Prinsip Hiwalah
Sumber: Muhammad, 2005
Bank yang akan mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan
piutang dari transaksi yang berdasarkan prinsip hiwalah.
b) Rahn (Gadai)
Prinsip transaksi ini memberikan jaminan pembayaran
kembali kepada bank dalam bentuk pembiayaan-pembiayan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Gambar 2.14 Skema Kerja Prinsip Rahn
Sumber: Muhammad, 2005
Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria, yaitu:
memiliki nasabah sendiri, jelas ukuran, sifat dan nilainya
ditentukan berdasarkan nilai riil pasar, dan dapat dikuasai namun
tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.
c) Qardh (Pinjaman Kebaikan)
Gambar 2.15 Skema Kerja Prinsip Qardh
Sumber: Muhammad, 2005
Prinsip transaksi ini membantu nasabah secara cepat,
berjangka pendek, dan diarahkan untuk usaha kecil serta keperluan
sosial. Jumlah dana yang dikumpulkan dalam pola transaksi ini
berasal dari dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
d) Wakalah
Prinsip transaksi ini menggambarkan nasabah memberi
kuasa kepada bank syariah untuk mewakili dirinya melakukan
pekerjaan jasa tertentu, seperti: transfer, dan sebagainya.
Gambar 2.16 Skema Kerja Prinsip Wakalah
Sumber: Muhammad, 2005
Prinsip ini diterapkan pada pengiriman uang atau transfer,
penagihan (collection payment), dan lainnya. Bank syariah
menerima imbalan fee atas jasanya terhadap nasabah (Antonio,
1999).
e) Kafalah
Bank garansi digunakan untuk menjamin pembayaran suatu
kewajiban pembayaran. Bank syariah dapat mempersiapkan
nasabah dalam menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini
sebagai rahn. Bank syariah dapat pula menerima dana tersebut
dengan prinsip wadiah dan memperoleh ganti biaya atas jasa yang
diberikan.
Gambar 2.23 Skema Kerja Prinsip Kafalah
Sumber: Muhammad, 2005
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Bank syariah bertindak sebagai pihak penjamin, sedangkan
nasabah sebagai pihak yang dijamin. Prinsip ini juga memberikan
pendapatan bagi bank syariah (Syafi’i Antonio, 1999).
2. Konsep Efisiensi
Pengukuran Efisiensi modern untuk pertama kali telah dilakukan oleh
Farrel (1957), bekerja sama dengan Debreu dan Koopmans, dengan
mendefinisikan suatu ukuran yang sederhana umtuk mengukur efisiendi suatu
perusahaan yang dapat memperhitungkan input yang banyak. Efisiensi yang
dimaksud oleh Farrel terdiri dari efisiensi teknis (technical efficiency) yang
merefleksikan kemampuan suatu perusahaan untuk memanfaatkan input
secara optimal dengan tingkat harga yang telah ditetapkan. Kedua ukuran
efisiensi ini kemudian dikombinasikan untuk menghasilkan efisiensi ekonomis
(total).
Efisiensi sebagai Ukuran Kinerja Perbankan Syariah
Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output)
dengan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang
dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi apabila
mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan
jumlah unit input untuk menghasilkan output yang sama, dapat meghasilkan
jumlah output yang lebih besar. (Permono dan Darmawan, 2000; 2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Efisiensi juga bias diartikan sebagai rasio antara output dengan input. Ada
tiga factor yang menyebabkan efisiensi, yaitu :
(1) Apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih
besar,
(2) Input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama, dan
(3) Dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar
lagi.
Ditinjau dari teori ekonomi, ada dua pengertian efisiensi, yaitu efisiensi
teknik dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang
makro yang jangkauannya lebih luas dibandingkan efisiensi teknik. (Ghofur
dalam Atmawardhana, 2006; 40)
Efisiensi bank merupakan salah satu indicator penting untuk menganalisa
performance suatu bank dan juga sebagai sarana untuk lebih meningkatkan
efektifitas kebijakan moneter. Efisiensi dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu dari sisi
biaya (cost efficiency) dan keuntungan (profit efficiency) profit efficiency
sendiri dibedakan menjadi 2 yaitu standard profit effiency dan alternative
profit efficiency. Secara umum ada 3 pendekatan konsep dasar model efisiendi
sector financial (perbankan) yaitu Cost Efficiency, Standart Profit Efficiency,
dan Alternatif Profit Efficiency. (Berger dan Master dalam Siti Astiyah dan
Jardine A. Husman, 2006; 532).
Cost efficiency pada sadarnya mengukur tingkat biaya suatu bank
dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasi terbaik (best
practicbank’scost) yang menghasilkan output yang sama dengan teknologi
yang sama. Profit Efficiency mengukut tingkat efisiensi dari kemampuan bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dalam menghasilkan laba untuk setiap unit input yang diinginkan. Kurva
Biaya rata-rata bank merupakan hubungan antara ukuran bank (biasanya
dihitung dari nilai asset atau nilai simpanan) dengan biaya produksi output
per-unit.
3. Konsep Data Envelopment Analysis
DEA (Charnes, et.al (1978), Banker, et.al (1984)), adalah sebuah metode
optimasi program matematika yang mengukur efisiensi teknik suatu unit
kegiatan ekonomi (UKE) dan membandingkan secara relative terhadap UKE
yang lain. DEA mula-mula dikembangkan oleh Farrel (1957) yang mengukur
efisiensi teknik satu input dan satu output, menjadi multi input dan multi
output, menggunakan kerangka nilai efisiensi relative sebagai rasio input
(single virtual input) dengan output (single virtual output) (giuffrida dan
Gravelle, 2004;4, Lewis,et.al 1999; 907-912, Post dan Spronk, 1999;3).
Awalnya, DEA dipopulerkan oleh Charmes, Cooper (1994) untuk variable
retrun to scale (VRS), yang akhirnya terkenal dengan model CCR dan BBC.
DEA merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur efisiensi,
antara lain untuk penelitian kesehatan (health care), pendidikan (education),
transportasi, pabrik (manufacturing), maupun perbankan. Ada tiga manfaat
yang diperoleh dari pengukuran efisiensi dengan DEA (insukindro dkk,
2000;8), pertama sebagai tolak ukur untuk memperoleh efisiensi relative yang
berguna untuk mempermudah perbandingan antar unit ekonomi yang sama.
Kedua, mengukur berbagai variasi efisiensi antar unit ekonomi untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
mengidentifikasi factor-faktor penyebabnya, dan ketiga, menentukan implikasi
kebijakan sehingga dapat meningkatkan tingkat efisiensinya.
Awalnya, DEA digunakan untuk mengatasi kekurangan dimiliki oleh
analisis rasio dan regresi berganda. Analisis rasio hanya mampu memberikan
informasi bahwa UKE tertentu yang dimiliki kemampuan khusus
mengkonversi satu jenis input ke satu jenis output terntentu, sedangkan
analisis regresi berganda menggabungkan banyak output menjadi satu. DEA
dirancang untuk mengukur efisiensi relative suatu unit kegiatan ekonomi
(UKE) yang menggunakan input dan output yang lebih dari satu, dimana
penggabungan tersebut tidak mungkin dilakukan. Efisiensi relative suatu UKE
adalah efisiensi suatu UKE disbanding dengan UKE lain dan sampel yang
menggunakan jenis input dan output yang sama. DEA memformulasikan UKE
sebagai program linier fraksional untuk mencari solusi jika model tersebut
ditransformasikan kedalam program linier dengan nilai bobot dari input dan
output. UKE dipakai sebagai variable keputusan (decision variables)
menggunakan metode simplek.
Pada kasus input dan output yang bervariasi, efisiensi suatu uke dihitung
dengan mentransformasikan menjadi input dan output tunggal. Tranformasi
ini dapat dilakukan dengan menentukan pembobot yang tepat. Penentuan
pembobot ini yang selalu menjadi masalah dalam pengukuran efisiensi. DEA
digunakan untuk menyelesaikan masalah dengan member kebebasan pada
setiap UKE untuk menentukan pembobotnya masing-masing.
Adapun kelemahan dan kelebihan DEA, di antaranya (Purwantoro 2003
dalam Huri M. D. dan Indah Susilowati 2004):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
a. Keunggulan DEA, meliputi:
1) Dapat menangani banyak input dan output.
2) Tidak perlu asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan
output.
3) UKE dibandingkan secara langsung dengan sesamanya.
4) Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.
b. Kelemahan DEA, yaitu:
1) Bersifat sample specific (DEA berasumsi bahwa setiap inpu atau
output identik dengan unit lain dalam tipe yang sama).
2) Merupakan extreme point technique.
3) Kesalahan pengukuran dapat berakibat fatal.
4) Hanya untuk mengukur produktivitas relatif dari UKE bukan
produktivitas absolut.
5) Uji hipotesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan
Konstruksi DEA yang didasarkan frontier data aktual pada sampel akan
lebih efisien dibandingkan DEA yang tidak menggunakan frontier. Efisiensi
UKE (Chilingerian, 1996) diukur dari rasio bobot output dibagi bobot input
(total weight output/total weighted input). Bobot tersebut memiliki nilai positif
dan bersifat universal, artinya setiap UKE dalam sampel harus dapat
menggunakan seperangkat bobot yang sama untuk mengevaluasi rasionya
(total weighted/ total weighted input ≤1). Angka rasio 1 (atau kurang dari
satu) berarti UKE tersebut efisien (tidak efisien) dalam menghasilkan tingkat
output maksimum dari tiap input. DEA berasumsi bahwa setiap UKE
menggunakan kombinasi input yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
output yang berbeda pula. Sehingga setiap UKE akan memilih seperangkat
bobot yang mencerminkan keragaman bobot yang mencerminkan keragaman
tersebut. Secara umum UKE akan menetapkan bobot yang tinggi untuk input
yang penggunaannya sedikit untuk memaksimalkan output, dan sebaliknya.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang efisiensi perbankan sudah banyak dilakukan dalam
penelitian ekonomi. Penelitian tentang efisiensi perbankan ini dilakukan dengan
metodologi yang berbeda -beda, baik secara parametrik maupun nonparametrik.
Priyoggo Suseno, SE,MSc. (2008) Dalam analisis efisiensi dan skala ekonomi
pada industry perbankan syariah di Indonesia. Menggunakan input biaya bagi hasil,
biaya lainnya, aset. Dan ,menggunakan output pendapatan bunga, pendapatan
lainnya, volume kredit. Dengan sample 10 Bank syariah tahun 1999-2004. Dengan
hasil : jika dilihat kondisi efisiensi rata – rata selama enam tahun (1999-2004), tingkat
efisiensi perbankan syariah di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Rata –rata
efisiensi perbankan tahun 1999-2004 mencapai 93,19%. Meskipun demikian,
terdapat proses peningkatan efisiensi dari tahun ke tahun, dari 88,60% pada tahun
1999 menjadi 98,85%, pada tahun 2004. Tingkat efisiensi mengalami peningkatan
rata-rata 2,35% pertahun. Jika kinerja efisiensi ini diperbandingkan antara BUS dan
UUS, BUS memiliki tingkat efisiensi yang sedikit lebih tinggi 1,60% dari pada UUS.
Dimana BUS memiliki efisiensi rata-rata 94,47% dan UUS 92,87%. Intinya perbankan
syariah di Indonesia tahun 1999-2004 cukup efisien. Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara tingkat efisiensi perbankan umum syariah dan UUS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Akhmad Syakir Kurnia (2004) Penelitian ini mengukur efesiensi
intermediasi 11 bank terbesar di Indonesia dengan menggunakan metode Data
Envelopment Analysis (DEA). Ada pun variabel yang digunakan antara lain
yaitu simpanan, biaya operasional lain sebagai variabel input dan kredit,
aktiva lancar, pendapatan operasional lain sebagai variabel output. Hasil dari
penelitian ini menyatakan bahwa seluruh bank pemerintah mengalami
inefisiensi pada periode 2002. Pada periode 2003 hanya Bank Mandiri yang
mencapai efisiensi. Bank asing yang diwakili Citibank menunjukan efisiensi
pada batas frontier selama periode 2002 dan 2003. Selain itu dapat
disimpulkan bahwa bank-bank yang besar tidak lebih efisien dibandingkan
bank yang lebih kecil. Bank yang lebih besar dilihat dari sisi aset,
penghimpunan dan penyaluran dana tidak berarti efisien dalam menjalankan
fungsi intermediasi.
Fadzlan Sufian (2007) Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi relatif
antara bank Islam asing dan bank Islam domestik di Malaysia dengan
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu total deposts, labour, fixed assets sebagai
varabel input dan total loans, income sebagai variabel output. Hasil dari
penelitian ini mengungkapkan bahwa perbankan Islam Malaysia mengalami
penurunan tingkat efisiensi pada periode 2002 dan kembali menjadi sedilkit
lebih baik pada periode 2003 dan 2004. Dan bank Islam domestik memiliki
tingkat efisiensi yang sedik lebih tinggi dibandingkan bank Islam asing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Harjum Muharam dan Pusvitasari (2007) Penelitian ini berjudul
“Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah di Indonesia“ dengan
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Variabel input
yang digunakan dalam penelitian ini adalah simpanan dan biaya operasional
lain, sedangkan variabel output yang digunakan adalah pembiayaan, aktiva
lancar, dan pendapatan operasional lain. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bank-bank syariah di Indonesia periode periode 2005.
Hasil dari penelitian menyatakan bahwa tidak ada perbedaan nilai efisiensi
antara BUS dan UUS, tidak ada perbedaan efisiensi antara bank syariah
BUMN dan bank syariah Non BUMN, tidak ada perbedaan nilai efisiensi bank
syariah swasta non devisa dan bank syariah devisa. Hanya Bank BTN syariah,
Niaga Syariah, dan Permata Syariah selalu mencapai nilai efisien 100%
selama periode amatan.
Sari Yuniarti (2008) penelitian ini berjudul “Kinerja Efisiensi Bank
Berstratifikasi sesuai dengan visi arsitektur perbankan Indonesia”. Dengan
menggunakan data envelopment analysis, dengan variabel salary expense,
interest expense, other non interest expense, interest income, non interest
income. Penelitian ini menggunakan data sampel 30bank. Hasil penelitian ini
menunjukan dengan pendekatan intermediasi rata-rata kinerja efisiensi relative
pada bank bank go public dari tahun 2005-2007 mengalami peningkatan
efisiensi yang cukup baik. Rata rata bank yang tidak efisien secara input
terjadi pada variabel other non interest expense, interest expense dan salary
expense yang berarti bahwa bank - bank tersebut kurang mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
meminimisasi penggunaan sumberdaya input. sedangkan yang tidak efisien
secara output hanya terjadi pada variabel non interest income.
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Perbankan syariah di Indonesia berkembang baik dari segi kuantitas
maupun kualitas. Segi kuantitas perkembangan perbankan syariah dapat dilihat
dari semakin banyaknya jumlah kantor dan jaringannya, sedangkan segi kualitas
terlihat dari kinerjanya yang semakin baik dari tahun ke tahun. Perkembangan
tersebut tentunya didukung dari berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah dan khususnya otoritas moneter sebagai upaya optimalisasi peran
perbankan syariah, setelah penetapan sistem dual system banking.
Perkembangan bank syariah yang sangat pesat ternyata belum sesuai
harapan yang diinginkan. Perbankan syariah baru berperan 4% dari total asset
bank secara nasional (pada tahun 2011) dalam pangsa industry perbankan
nasional. Padahal potensi konsumen bank syariah di Indonesia sangatlah besar
karena mayoritas penduduk Indonesia beragama islam. Kecilnya peran yang baru
dimiliki oleh bank syariah disebabkan oleh berbagai factor, salah satunya dan
yang akan dibahas adalah perihal efisiensi perbankan syariah.
Perbankan syariah memerlukan perbaikan kinerja untuk mencapai target
yang ada. Efisiensi merupakan salah satu cara pengukuran kinerja yang populer di
lembaga keuangan, termasuk perbankan syariah. Efisiensi yang diukur dapat
meliputi efisiensi teknik, alokasi/harga dan ekonomi. Penelitian ini hanya
mengukur dan menganalisis efisiensi teknik, hal ini disebabkan metode analisis
yang digunakan adalah DEA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Pendekatan intermediasi digunakan dalam peneltian ini. Fungsi tersebut
merupakan hal yang sangat penting bagi perbankan khususnya perbankan syariah.
Pendekatan tersebut yang menghubungkan variabel input dan output dalam
penelitian ini, di mana fungsi intermediasi sendiri berkaitan tentang bagaimana
dana yang dihimpun dari masyarakat dapat disalurkan kembali.
Penelitian ini menggunakan variabel-variabel input yang meliputi:
pertama, simpanan yang berarti jumlah dana masyarakat baik individu maupun
berbadan hukum yang dapat dihimpun oleh bank syariah. Kedua, aset milik bank
syariah. Ketiga, biaya tenaga kerja/personalia didefinisikan sebagai biaya gaji dan
tunjangan kesejahteraan, biaya pendidikan karyawan bank syariah.
Adapun variabel-variabel output yang mencakup: pertama, pembiayaan
yang berdefinisi produk penyaluran dana bank syariah kepada masyarakat dengan
menggunakan akad-akad muamalah. Kedua, pendapatan operasional adalah
pendapatan hasil dari kegiatan operasional bank syariah.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui berapa dan bagaimana
perkembangan tingkat efisiensi teknik perbankan syariah dengan metode DEA.
Proses perhitungan dengan DEA memisahkan antara bank syariah yang tergolong
Bank Umum Syariah (BUS) dengan bank syariah yang termasuk Unit Usaha
Syariah (UUS). Hal ini karena DEA merupakan alat analisis yang
membandingkan UKE-UKE yang sebanding.
Gambar 2.24 Kerangka Pemikiran teoritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Sumber : diadaptasi dari Muharam (2007)
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan yang
ditemukan salam masalah yang diteliti yang harus di buktikan kebenarannya.
Menurut Sumarni dan Wahyuni (2005 : 32) Hipotesis merupakan pernyataan atau
dugaan sementara yang diungkap secaran deklaratif.
Hipotesis dalam penulisan ini adalah :
1. Diduga bahwa Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
mempunyai kondisi kinerja keuangan yang efisien.
2. Diduga bahwa hasil analisis DEA antara Bank Umum Syariah dengan
Unit Usaha Syariah sudah dikatakan efisien secara statistik.
3. Diduga bahwa terdapat perbedaan tingkat efisiensi antara kelompok
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Penelitian dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) ini
menggunakan variabel input dan output. Variabel input ini meliputi
simpanan (X1), aset (X2) dan biaya tenaga kerja/personalia (X3),
sedangkan variabel-variabel outputnya terdiri dari pembiayaan (Y1),
pendapatan operasional (Y2).
2. Definisi Operasional
Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah
simpanan (X1), aset (X2), dan biaya tenaga kerja/personalia (X3), supaya
diperoleh kesamaan pemahaman terhadap konsep-konsep dalam penelitian
ini diperlukan penjelasan sebagai berikut:
a. Simpanan (X1) merupakan jumlah dana masyarakat baik individu
maupun berbadan hukum yang berhasil dihimpun oleh bank
syariah baik yang tergolong BUS maupun UUS melalui produk
penghimpunan dana dalam satuan jutaan rupiah. Jumlah simpanan
yang dihimpun dari dana masyarakat ini terbagai menjadi beberapa
jenis, yaitu:
1) Giro Syariah, dalam aplikasi perbankan dikenal adanya giro
yang dijalankan dengan prinsip mudharabah dan wadi’ah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2) Deposito Syariah, pada produk ini terdapat dua prinsip utama,
yaitu mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.
3) Tabungan Syariah, dalam aplikasi perbankan dikenal dengan
produk tabungan yang berdasarkan prinsip wadi’ah dan
mudharabah mutlaqah.
b. Aset (X2) adalah jumlah aset total yang dimiliki bank syariah baik
yang tergolong BUS maupun UUS diukur dalam jutaan rupiah.
c. Biaya tenaga kerja (X3) atau biaya personalia adalah biaya gaji,
biaya pendidikan dan tunjangan kesejahteraan karyawan bank
syariah baik yang tergolong BUS maunpun UUS diukur dalam
jutaan rupiah.
Penelitian ini juga menggunakan variabel output yang terdiri atas
pembiayaan dan pendapatan operasional. Variabel-variabel tersebut
dijelaskan, sebagai berikut:
a. Pembiayaan (Y1) merupakan produk penyaluran dana bank syariah
baik yang tergolong BUS maupun UUS kepada masyarakat, baik
individu ataupun berbadan hukum dengan menggunakan akad-akad
muamalah dalam satuan jutaan rupiah. Variabel ini dalam aplikasi
produk bank syariah dikenal dengan produk yang menggunakan
akad-akad berikut, yaitu:
1) Pembiayaan dengan prinsip jual beli (tijaroh);
2) Pembiayaan dengan prinsip sewa (ijarah);
3) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (syirkah);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
4) Pembiayaan dengan akad pelengkap (hiwalah, rahn, qardh,
wakalah, kafalah, dan lainnya).
b. Pendapatan Operasional (Y2) merupakan pendapatan hasil dari
kegiatan operasional bank syariah baik yang tergolong BUS
maupun UUS. Kegiatan operasional bank syariah, meliputi:
1) Pendapatan dari penyaluran dana, yaitu: pendapatan dari
jual beli (mudharabah, salam, dan istishna), sewa (ijarah),
bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), dan lainnya.
2) Pendapatan operasional lainnya, yaitu: pendapatan jasa
administrasi, jasa transaksi ATM, pembiayaan khusus, jasa
komisi, laba (rugi) transaksi valuta asing, fee sistem online-
payment point.
B. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah
data yang diperoleh dari orang lain yang melakukan penelitian dari sumber-
sumber yang telah ada (Hasan, 2000). Data sekunder diperoleh dari laporan
keuangan tahunan bank syariah baik yang dikategorikan BUS maupun UUS
berskala nasional pada tahun 2010.
Data sekunder yang dibutuhkan antara lain:
1. Jumlah simpanan diperoleh dari neraca dalam laporan
keuangan tahunan bank syariah baik BUS maupun UUS
bersangkutan selama periode pengamatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
2. Jumlah aset yang diperoleh dari neraca dalam laporan
keuangan tahunan bank syariah baik BUS maupun UUS
bersangkutan selama periode pengamatan.
3. Biaya tenaga kerja atau biaya personalia diperoleh dari
laporan laba/rugi dalam laporan keuangan tahunan bank
syariah baik BUS maupun UUS bersangkutan selama periode
pengamatan.
4. Pembiayaan dari neraca dalam laporan keuangan tahunan
bank syariah baik BUS dan UUS bersangkutan selama
periode pengamatan.
5. Pendapatan operasional diperoleh dari laporan laba/rugi
dalam laporan keuangan tahunan bank syariah baik BUS dan
UUS bersangkutan selama periode pengamatan.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah semua objek atas individu yang memiliki
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2000).
Populasi dalam penelitian ini adalah bank-bank syariah baik yang termasuk
BUS maupun UUS yang terdaftar dalam Bank Indonesia pada tahun 2010.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya akan
diduga dan dianggap dapat mewakili populasinya. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan secara purposive sampling artinya metode pemilihan
sampel dipilih berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang berarti
pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah bank syariah baik
yang tergolong BUS maupun UUS berskala nasional yang terdaftar di Bank
Indonesia pada tahun pengamatan, yaitu pada tahun 2010.
Adapun kriteria dalam pengambilan sampel meliputi:.
1. Bank syariah baik BUS maupun UUS yang secara konsisten
terdaftar sebagai bank yang menyajikan laporan keuangan tahunan
pada periode 2010.
2. Bank syariah baik BUS maupun UUS yang secara konsisten
terdaftar sebagai bank devisa maupun non-devisa dan termasuk
sebagai bank bank persero maupun swasta nasional pada periode
pengamatan, yaitu 2010.
Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling diperoleh
sebanyak 15 bank syariah yang layak diteliti, di mana bank-bank tersebut
termasuk BUS maupun UUS. Adapun 10 Bank Umum Syariah dalam
penelitian ini, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri
(BSM), Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI), Bank Negara Indonesia (BNI)
Syariah, Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank
Central Asia (BCA) Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank Jabar Banten
Syariah. Dan 5 Unit Usaha Syariah dalam penelitian ini adalah Bank
Danamon Syariah, BII (Maybank), Bank Permata, Bank Tabungan Negara
(BTN), Bank Jateng. Bank-bank syariah yang dijadikan sampel tersebut secara
konsisten terdaftar sebagai bank syariah di Bank Indonesia, serta menyajikan
laporan keuangan tahunan pada periode pengamatan yaitu 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
D. Metode Analisis
1. Metode Pengukuran Efisiensi dengan DEA
Efisiensi teknis perbankan diukur dengan menghitung rasio antara
output dan input perbankan. Data Envelopment Analysis (DEA) akan
menghitung bank yang menggunakan input n untuk menghasilkan
output m yang berbeda (Miller dan Noulas; 1996).
Efisiensi bank diukur sebagai berikut :
adalah efisiensi teknik bank s.
merupakan jumlah output i yang diproduksi oleh bank s
adalah jumlah input j yang digunakan oleh bank s
merupakan bobot output I yang dihasilkan oleh bank s
adalah bobot input j yang diberikan oleh bank s, dan I dihitung
dari 1 ke m serta j dihitung dari 1 ke n.
Persamaan (1) menunjukan adanya penggunaan satu variabel input dan
satu output. Rasio efisiensi ( ), kemudian dimaksimalkan dengan
kendala sebagai berikut :
Dimana N menunjukan jumlah bank dalam sampel. Pertidaksamaan
pertama menunjukan adanya efisiensi rasio untuk UKE lain tidak lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dari 1, sementara pertidaksamaan kedua berbobot positif. Angka rasio
akan bervariasi antara 0 sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien
apabila memiliki angka rasio mendekati 1 atau 100 persen, sebaliknya
jika mendekati 0 menunjukan efisiensi bank yang semakin rendah.
Pada DEA, setiap bank dapat menetukan pembobotnya masing –
masing dan menjamin bahwa pembobot yang dipilih akan
menghasilkan ukuran kinerja yang terbaik. Beberapa bagian program
linier ditransformasikan kedalam program ordinary linier secara primal
atau dual sebagai berikut :
Kendala
Efisiensi pada masing-masing bank dihitung menggunakan
programasi linier dengan memaksimumkan jumlah output yang
dibobot dari bank s. kendala jumlah input yang dibobot harus sama
dengan satu untuk bank s, sedangkan kendala untuk semua bank, yaitu
jumlah output yang dibobot dikrangi jumlah input yang dibobot harus
kurang atau sama dengan 0 (nol). Hal ini berarti semua bank akan
berada atau dibawah refrensi kinerja frontier yang merupakan garis
lurus yang memotong sumbu origin (Insukindro, dkk, 2000:20)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Programasi linier yang menunjukan asumsi VRS adalah :
Kendala
Dimana merupakan penggal yang dapat bernilai positif atau
negative. Transformasi juga dapat dilakukan secara dual dengan
minimisasi input sebagai berikut :
Minimisasi
Kendala
Dan bebas.
Variabel , merupakan efisiensi teknis dan bernilai antara 0
dan 1. Programasi linier pada persamaan (7) dan (8) diasumsikan
constant return to scale (CRS). Efisiensi teknis ( ) diukur sebagai
rasio KF/KS dan bernilai kurang dari satu. Sementara (1- )
menerangkan jumlah input yang harus dikurangi untuk menghasilkan
output yang sama sebagai bentuk efisiensi bank. Kedua perhitungan,
minimisasi input atau maksimisasi output, primal atau dual akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
memberikan hasil yang relative sama, sehingga dalam penelitian ini
akan menghitung efisiensi dari satu sisi yaitu maksimisasi output.
(Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, 2009 )
2. Input dan Output
Pengukuran efisiensi teknik DEA, langkah yang penting dilakukan
adalah penentuan variabel-variabel input dan variabel-variabel output.
Adapun variabel input-output yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat di tabel 3.1. Variabel input dalam penelitian ini mencakup:
simpanan, aset dan biaya tenaga kerja/personalia. Penelitian ini juga
menggunakan variabel output, yaitu: pembiayaan dan pendapatan
operasional.
Tabel 3.1 Variabel input dan output
No Variable Jenis Variabel Satuan 1 Simpanan Input Juta Rupiah 2 Aset Input Juta Rupiah 3 Biaya Tenaga Kerja Input Juta Rupiah 4 Pembiayaan Output Juta Rupiah 5 Pendapatan Operasional Output Juta Rupiah
Adapun variabel-variabel pada tabel diatas akan digunakan dalam
penelitian ini untuk mengukur dan menganalisis efisiensi teknik perbankan
syariah di Indonesia dengan metode DEA. Pemilihan variabel tersebut
berkaitan dengan pendekatan yang digunakan yaitu intermediasi dan
kegiatan utama dari bank syariah sebagai suatu bank. Penelitian ini
berasumsi dana yang dikumpulkan dari masyarakat (simpanan), aset
secara keseluruhan dan biaya tenaga kerja akan digunakan sebagai input
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
serta dana yang disalurkan kepada masyarakat (pembiayaan) dan
pendapatan operasional sebagai output. Aktiva likuid tidak dimasukkan ke
dalam variabel input dengan mempertimbangkan bahwa kegiatan utama
bank adalah menyalurkan dana kredit (pembiayaan) (Fadzlan Sufian,
2006).
3. One Sample Test
One sample t test merupakan teknik analisis untuk membandingkan
satu variabel bebas. Teknik ini digunakan untuk menguji apakah nilai
tertentu berbeda secara signifikan atau tidak dengan rata-rata sebuah
sampel. Uji One Sample t-Test yaitu pengujian terhadap nilai rata-rata
suatu observasi, apakah secara statistik berbeda dari nol atau sama dengan
nol. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata efisiensi
yang digunakan sebagai pembanding dengan rata-rata sebuah sampel. Dari
hasi uji ini akan diketahui apakah rata-rata efisiensi yang digunakan
sebagai pembanding berbeda secara signifikan dengan rata-rata sebuah
sampel, jika ada perbedaan, rata-rata manakah yang lebih tinggi.
Pengujian satu sampel ini pada prinsipnya ingin menguji apakah suatu
nilai tertentu berbeda secara nyata ataukah tidak dengan rata-rata sebuah
sampel dan karena jumlah sample yang diambil di bawah 30 sampel
(Santoso, 2009). Pada penulisan ini pengujian hipotesis untuk rata-rata
abnormal return, dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dan t-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
tabel, lalu membuat kesimpulan. Di bawah ini merupakan kriteria dalam
pengujian hipotesis pada penulisan ini, yaitu sebagai berikut.
Untuk hipotesis pertama, digunakan uji kanan:
Ho1 diterima jika t hitung < t- tabel
Ha1 ditolak jika t hitung > t- tabel
Untuk hipotesis kedua, digunakan uji kiri:
Ho2 diterima jika t hitung > -t- tabel
Ha2 ditolak jika t hitung < -t- tabel
4. Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test)
Uji normalitas ini dilakukan sebagai syarat untuk melakukan uji beda
independent sample T-test. Uji normalitas ini dapat dilakukan dengan
analisis statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S
dilakukan dengan membuat hipotesis:
· H0: Data residual berdistribusi normal.
Jika hasil Uji K-S menunjukkan nilai probabilitas tidak
signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol diterima yang
berarti data residual terdistribusi normal.
· HA: Data residual tidak berdistribusi normal.
Jika hasil Uji K-S menunjukkan nilai probabilitas
signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti
data residual terdistribusi tidak normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
5. Uji Beda Independent Sample T-Test
Pengolahan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik
statistik yang berupa uji beda dua rata-rata (independent sample t-test).
Perbedaan antara rata-rata hitung dua sampel dicari dengan
menghitung rasio t. Rasio t dihitung dengan cara mencari selisih antara
rata-rata hitung kelompok sampel ke-2 dibagi simpangan baku perbedaan
rata-rata hitung kelompok sampel ke-1 dan ke-2 .
Cara yang dimaksud dapat dituliskan sebagai berikut :
Rumus untuk mencari simpangan baku perbedaan rata-rata hitung
adalah sebagai berikut :
Maka rumus t-test dapat dituliskan :
Keterangan :
= rata-rata hitung efisiensi BUK ( ) dan BUS ( ) berdasarkan
hasil analisis menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) selama
periode amatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
= simpangan baku perbedaan rata-rata hitung BUK dan BUS
= varian populasi
= jumlah subjek kelompok BUK dan jumlah subjek kelompok
BUS .
Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada
penelitian ini adalah untuk verifikasi kebenaran/kesalahan hipotesis, atau
dengan kata lain menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah
dibuat. Signifikasi yang akan dipakai adalah sebesar 95%.
Dimana :
Jika > maka hipotesis diterima ( ditolak)
Jika < maka hipotesis ditolak ( diterima)
Gambar 3.1
Daerah Pengujian t
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan
dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam
kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan
alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat
Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan
konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat
secara lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi
sektor-sektor perekonomian nasional.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi
berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan
yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan
aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam
berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi
keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa
perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif,
perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa
terkecuali.
Pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan
berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan
hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan
harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya
penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung
kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-
transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem
keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka
menengah-panjang.
Diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan
industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum
yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat
lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai
rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun
terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam
mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.
Perjalanan Bank syariah di Indonesia dimulai dengan didirikannya
Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 dengan dasar UU No. 7
tahun 1992, walaupun pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
hanya sepintas diuraikan. Sistem bank syariah baru mulai dilirik sejak
terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998. Ketika itu, Bank Indonesia
melakukan uji kelayakan terhadap semua bank nasional, dan BMI yang
baru berumur beberapa tahun dan sebagai satu-satunya bank yang
beroperasi berdasarkan prinsip syariah menempati peringkat ke 43 dari 208
bank yang ada. Sejak itulah banyak bank konvensional mulai jatuh hati
dengan bank syariah dan mulai memberikan dan menyelenggarakan
pelatihan dalam bidang perbankan syariah bagi stafnya. Sebagian bank
tersebut ingin menjajaki untuk baik dengan mengkonversi bank
konvensionalnya dengan menjadi bank syariah sepenuhnya maupun hanya
dengan membuka divisi atau cabang syariah.
Hingga saat itu perkembangan perbankan syariah di Indonesia
dapat terbilang cukup pesat, apalagi sejak diberlakukannya Undang-
Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal
16 Juli 2008, yang membuat pengembangan industri perbankan syariah
nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan
mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Untuk mengetahui
seberapa besar perkembangan perbankan syariah selama 5 tahun terakhir,
mari kita lihat tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Aset Gabungan BUS dan UUS
Tabel Total Aset Gabungan Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah (milyar rupiah)
2006 26.722
2007 36.538
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
2008 49.555
2009 66.090
2010 97.519
2011 145.467
2012 143.888
Sumber : biro perbankan syariah, Bank Indonesia
Menurut data Bank Indonesia, terdapat 11 Bank Umum Syariah
(BUS) yang beroperasi di Indonesia dengan nilai aset per Januari 2012
adalah sebesar Rp115,3 Triliun tumbuh 46% dibandingkan pada Januari
2011 yang senilai Rp78,2 Triliun. Sedangkan aset 24 Unit Usaha Syariah
(UUS) per Januari 2012 adalah Rp28,6 Triliun tumbuh 63 persen
dibandingkan Januari 2011 yang hanya berjumlah Rp17,9 Triliun dan aset
155 Bank Perkreditan Rakyat Syariah per Januari 2012 adalah Rp3,61
Triliun dibanding posisi Januari 2011 yaitu Rp2,77 Triliun sehingga
meningkat 30,1%
Industri perbankan syariah dapat bertahan dari krisis global karena
tidak terkait dengan mekanisme pasar dan tanpa spekulasi. Di tahun 2010
pertumbuhan aset perbankan syariah global mencapai 8,9 persen dengan
total aset sebesar 900 miliar dolar AS. Dengan mayoritas penduduk
Indonesia yang beragama islam, seharusnya, pertumbuhan perbankan
syariah di Indonesia dapat lebih meningkat dan tumbuh secara signifikan.
Tentu saja masih banyak yang harus disiapkan oleh semua pihak yang
terlibat, instrumen penting dalam perkembangan perbankan syariah antara
lain pemenuhan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, peningkatan
inovasi produk dan layanan kompetitif serta berbasis kekhususan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
kebutuhan masyarakat dan keberlangsungan program sosialisasi serta
edukasi kepada masyarakat. Jika ketiga unsur itu dapat dipenuhi dan
didukung dengan sarana infrastruktur yang memadai untuk
mempromosikan program syariah serta peningkatan instrumen syariah
yang terkait, harapannya adalah terwujudnya iklim dan situasi yang ideal
bagi perkembangan perbankan syariah di Indonesia.
Pertumbuhan perbankan pun mengalami kenaikan yang cukup
menggembirakan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 hanya ada 3 Bank
Umum Syariah (BUS), 19 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 92 Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), sedangkan hingga September 2011
sudah terdapat 11 BUS, 23 UUS, dan 154 BPRS. Hal ini dimungkinkan
dengan adanya UU No. 2 Tahun 2008 tentang batas waktu tahun 2023 bagi
UUS untuk menjadi BUS.
Perbankan syariah di Indonesia semakin berkembang dan
layanannya telah dinikmati seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan
statistik perbankan Indonesia tahun 2012, jumlah Bank Umum Syariah
(BUS) ada 11 unit, Unit Usaha Syariah (UUS) ada 24 unit dan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) sebesar 155 unit.
Tabel 4.2
Jaringan Kantor Perbankan Syariah
2009 2010 2011 2012
Bank Umum Syariah
Jumlah Bank 6 11 11 11
Jumlah Kantor 711 1215 1401 1435
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Unit Usaha Syariah
Jumlah Bank 25 23 24 24
Jumlah Kantor 287 262 336 378
Bank Perkreditan Rakyat
Syariah
Jumlah Bank 138 150 155 155
Jumlah Kantor 225 285 364 389
Total Kantor 1223 1763 2101 2202
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2012
B. Analisis Variabel Input dan Output.
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, akan tetapi sampel tersebut bersifat secara spesifik yang
berarti bahwa sampel tersebut bersifat secara spesifik yang berarti bahwa
sampel tersebut mencerminkan Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) yang diteliti
dan tidak mencerminkan atau mewakili populasi secara umum. Beberapa bank
syariah baik BUS maupun UUS merupakan objek dalam penelitian ini, di
mana sampel yang diambil telah menyediakan laporan keuangan tahunan
selama objek pengamatan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, objek penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi 10 Bank Umum Syariah, dan 5 Unit Usaha Syariah :
a. Bank Umum Syariah (BUS), terdiri dari: BCA Syariah, BNI Syariah, BRI
syariah, Bank Jabar Banten Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank
Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Syariah Mandiri, Bank
Syariah Mega Indonesia, Bank Victoria Syariah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
b. Unit Usaha Syariah (UUS), terdiri dari : Bank Permata, Bank
Danamon Indonesia, BII (Maybank), Bank Jateng, dan Bank Tabungan
Negara (BTN)
Efisiensi yang digunakan dalam pengukuran penelitian ini adalah tingkat
teknis yang diperoleh dari rasio input yang digunakan terhadap output yang
dihasilkan. Hasil olahan data input – output dengan menggunakan data
envelopment analysis (DEA) terhadap 10 BUS dan 5UUS. Hasil analisis ini
dibagi menjadi 2 kategori yakni bank yang efisien dan bank yg inefisien. Bank
yang efisien ditunjukan dengan score efisiensi yang sudah mencapai 100%
yang berarti penggunaan input untuk menghasilkan output sudah optimal.
Sedangkan, bank yang belum efisien secara teknis atau inefisien ditunjukan
dengan score efisiensi yang belum mencapai 100% dimana penggunaan input
menghasilkan output belum maksimal. Hasil pengolahan data ini juga
menunjukan target yang seharusnya dicapai. Target ini terdiri dari 5 objek,
yaitu :
a. Variable, merupakan nama nama variable input dan output yang
digunakan dalam analisis dan sebagai objek yang akan di evaluasi
tingkat efisiennya.
b. Actual, merupaka nilai dari variabel input dan output yang terjadi secara
rill dalam operasional bank.
c. Target, merupakan nilai yang seharusnya dicapai oleh variabel input dan
output untuk mencapai tingkat efisiensi maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
d. To Gain, merupakan presentase nilai yang masih bias dimaksimalkan
oleh variabel input untuk mencapai produktivitas maksimal, sedangkan
untuk variabel output merupakan presentase nilai yang belum dicapai.
e. Achieved, bagi variabel input adalah presentase nilai yang sudah
dimanfaatkan, sedangkan untyk variabel output merupakan presentase
nilai yang sudah dicapai.
Variabel – Variabel yang digunakan dalam penelitian.
Perhitungan efisiendi perbankan syariah dengan analisis DEA ini
menggunaksn tiga variabel input, yaitu : Simpanan, Aset, Biaya tenaga kerja /
beban operasional. Variabel outputnya meliputi pembiayaan dan pendapatan
operasional.
1) Simpanan
Variabel input pertama, simpanan yaitu jumlah dana masyarakat
baik individu maupun berbadan hukum yang dapat di himpun oleh bank
syariah (baik BUS / UUS)
Table 4.3 Simpanan
Bank Umum Syariah Kode Bank Simpanan Wadiah
(X₁) Bank Syariah Mandiri BSM 4.174.663.897.074 Bank Syariah Bukopin BSB 95.501.632.957
Bank Victoria Syariah BVS 2.776.000.000 Bank Mega Syariah BMS 1.182.822.000.000 Bank Jabar Banten Syariah BJBS 171.250.704.000 BNI Syariah BNIS 644.624.000.000 Bank Muamalat Indonesia BMI 2.514.428.195.000 Bank Panin Syariah BPS 15.335.161.000 BCA Syariah BCAS 96.610.518.088
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BRI Syariah BRIS 1.054.006.000.000
Unit Usaha Syariah Kode Bank Simpanan Wadiah
(X₁) BII (Maybank) BIIUUS 46.344.000.000 Bank Danamon BDUUS 275.663.000.000 Bank Permata BPUUS 241.016.000.000 Bank Jateng BJUUS 33.525.058.846 Bank Tabungan Negara BTNUUS 16.305.236.000 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2010.
Tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah simpanan yang terdiri
atas tabungan syariah, deposito, dan giro syariah pada kesepuluh Bank
Umum Syariah (BUS) dalam penelitian ini. Bank Mandiri Syariah
mempunyai jumlah simpanan terbanyak yaitu 4,174 Triliyun rupiah, ini
artinya Bank Syariah Mandiri paling banyak menghimpun dana dari
masyarakat. Sedangkan Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah
oertama yang ada di Indonesia menduduki tingkat kedua dalam jumlah
dana simpanan, yakni sebesar 2,514 Triliyun rupiah. Jumlah simpanan
yang paling kecil dalam penelitian ini adalah Bank Victoria Syariah yaitu
sebesar 2,776 Milyar rupiah. Pada Unit Usaha Syariah dari lima Bank yang
diteliti dapat dilihat bahwa jumlah simpanan terbesar adalah Bank
Danamon, yakni sebesar 275,663 Miliar rupiah.
2) Aset
Berikut tabel jumlah aser Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS) pada tahun 2010.
Tabel 4.4 Aset
Bank Umum Syariah Kode Bank Aset (X₂)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Bank Syariah Mandiri BSM 6.161.825.512.494 Bank Syariah Bukopin BSB 435.475.788.699 Bank Victoria Syariah BVS 12.025.000.000 Bank Mega Syariah BMS 830.999.000.000 Bank Jabar Banten Syariah BJBS 309.999.286.000 BNI Syariah BNIS 1.568.756.000.000 Bank Muamalat Indonesia BMI 2.535.765.945.000 Bank Panin Syariah BPS 140.162.674.000 BCA Syariah BCAS 186.494.416.670 BRI Syariah BRIS 945.204.000.000
Unit Usaha Syariah Kode Bank Aset (X₂)
BII (Maybank) BIIUUS 640.290.000.000 Bank Danamon BDUUS 157.540.000.000 Bank Permata BPUUS 817.592.000.000 Bank Jateng BJUUS 14.746.123.152 Bank Tabungan Negara BTNUUS 5.841.535.000 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2010.
Tabel 4.4 diatas dapat dilihat jumlah aset yang dimiliki Bank
Umum Syariah (BUS) maupun Unit Usaha Syariah (UUS). Adapun jumlah
aset Bank Umum Syariah (BUS) yang paling besae adalah aset Bank
Syariah Mandiri sebesar 6,161 Triliyun rupiah. Hal ini menunjukan
kinerja yang semakin baik dari sebuah bank. Sedangkan aset yang paling
kecil pada penelitian ini adalah bank 12,025 miliyar rupiah. Dari tabel 4.4
juga dapat dilihat aset yang dimiliki kelima Unit Usaha Syariah (UUS)
pada tahun 2010. Jumlah aset terbesar pada semua Unit Usaha Syariah
(UUS) adalah sebesar 817,592 Miliyar rupiah yang merupakan aset Bank
Permata. Sedangkan jumlah aset terendah Unit Usaha Syariah (UUS)
sejumlah 5,841 Miliyar rupiah yang merupakan aset Bank Tabungan
Negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
3) Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja / personalia didefinisikan sebagai gaji, biaya
pendidikan, dan tunjangan kesejahteraan karyawan bank syariah. Berikut
merupakan tabel biaya tenaga kerja Bank Syariah (baik BUS atau UUS)
tahun 2010.
Tabel 4.5 Biaya Tenaga Kerja
Bank Umum Syariah Kode Bank Biaya Tenaga Kerja
(X₃) Bank Syariah Mandiri BSM 1.593.254.907.021 Bank Syariah Bukopin BSB 81.229.390.134 Bank Victoria Syariah BVS 14.090.000.000 Bank Mega Syariah BMS 566.115.000.000 Bank Jabar Banten Syariah BJBS 77.960.993.000 BNI Syariah BNIS 169.559.000.000 Bank Muamalat Indonesia BMI 788.653.131.000 Bank Panin Syariah BPS 21.922.530.000 BCA Syariah BCAS 32.321.415.096 BRI Syariah BRIS 455.838.000.000
Unit Usaha Syariah Kode Bank Beban Operasional
(X₃) BII (Maybank) BIIUUS 73.194.000.000 Bank Danamon BDUUS 71.365.000.000 Bank Permata BPUUS 107.668.000.000 Bank Jateng BJUUS 4.049.017.781 Bank Tabungan Negara BTNUUS 2.247.211.000 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa dari kesepuluh Bank Umum
Syariah (BUS) tersebut biaya tenaga kerja yang paling besar adalah Bank
Mandiri Syariah yakni sebesar 1,593 Triliyun rupiah. Sedangkan biaya
tenaga kerja terendah menurut penelitian ini adalah Bank Victoria Syariah,
yakni sebesar 14,090 Miliyar rupiah. Dari kelima Unit Usaha Syariah
(UUS) yang diteliti dalam penelitian ini, biaya tenaga kerja yang paling
besar adalah Bank Permata, yakni sebesar 107,668 Miliar rupiah, dan biaya
tenaga kerja terendah dalam penelitian ini adalah bank tabungan negara,
yakni sebesar 2,247 Miliyar rupiah.
4) Pembiayaan
Selanjutnya adalah variabel output dari penelitian ini ada dua
variabel. Adapun variabel output yang pertama adalah pembiayaan.
Pembiayaan yang berarti produk penyaluran dana Bank Syariah (baik
BUS/UUS) kepada masyarakat baik individu maupun berbadan hokum
dengan menggunakan akad-akad mudharabah / musyarakah. Berikut
adalah tabel jumlah variabel output pembiayaan pada Bnak Umum Syariah
(BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) pada tahun 2010.
Tabel 4.6 Pembiayaan
Bank Umum Syariah Kode Bank Pembiayaan
(Y₁) Bank Syariah Mandiri BSM 8.394.986.953.161 Bank Syariah Bukopin BSB 2.451.077.163 Bank Victoria Syariah BVS 1.640.000.000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Bank Mega Syariah BMS 140.095.000.000 Bank Jabar Banten Syariah BJBS 466.051.846.000 BNI Syariah BNIS 677.767.000.000 Bank Muamalat Indonesia BMI 7.343.577.959.000 Bank Panin Syariah BPS 181.836.742.000 BCA Syariah BCAS 138.797.000.000 BRI Syariah BRIS 1.309.790.000.000
Unit Usaha Syariah Kode Bank Pembiayaan
(Y₁) BII (Maybank) BIIUUS 180.592.000.000 Bank Danamon BDUUS 561.978.000.000 Bank Permata BPUUS 1.399.000.000 Bank Jateng BJUUS 97.109.167.287 Bank Tabungan Negara BTNUUS 40.732.954.000 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2010.
Dari tabel 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah pembiyaan
terbesar Bank Umum Syariah (BUS) adalah pembiayaan Bank Syariah
Mandiri yaitu sebesar 8,394 Triliyun rupiah. Dengan jumlah pembiayaan
yang besar berarti Bank Syariah Mandiri telah melaksanakan peran
intermediasi yang semakin baik. Sedangkan pembiayaan terendah dalam
penelitian ini adalah pembiayaan sejumlah 1,640 Miliyar rupiah yang
merupakan pembiayaan Bank Victoria Syariah. Untuk Unit Usaha Syariah
pembiayaan terbesar adalah pembiayaan pada Bank Danamon yakni
sebesar 561,978 Miliyar rupiah, sedangkan pembiayaan terendah dalam
penelitian ini adalah Bank Permata yakni sebesar 1,399 Miliar rupiah.
5) Pendapatan Operasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Output selanjutnya adalah pendapatan operasional. Pendapatan
operasional adalah pendapatan hasil dari kegiatan operasional Bank
Syariah (baik BUS atau UUS)
Pendapatan Operasional terbesar pada Bank Umum Syariah (BUS)
adalah pada Bank Syariah mandiri yaitu sebesar 2,768 Triliyun rupiah.
Sedangkan pendapatan terendah adalah pendapatan operasional Bank
Victoria Syariah yakni sebesar 18,864 Miliyar rupiah. Untuk Unit Usaha
Syariah (UUS) jumlah pendapatan operasional terbesar adalah Bank
Permata sejumlah 258,312 Miliyar rupiah. Dan pendapatan operasional
terendah dalam penelitian ini adalah Bank Tabungan Negara, yakni sebesar
6,498 Miliyar rupiah. Berikut tabel Pendapatan Operasional.
Tabel 4.7 Pendapatan Operasional
Bank Umum Syariah Kode Bank Pendapatan Operasional
(Y₂) Bank Syariah Mandiri BSM 2.768.071.921.323 Bank Syariah Bukopin BSB 198.406.443.095 Bank Victoria Syariah BVS 18.864.000.000 Bank Mega Syariah BMS 971.497.000.000 Bank Jabar Banten Syariah BJBS 118.747.138.000 BNI Syariah BNIS 417.661.000.000 Bank Muamalat Indonesia BMI 1.608.141.129.000 Bank Panin Syariah BPS 21.368.741.000 BCA Syariah BCAS 22.969.445.315 BRI Syariah BRIS 643.736.000.000
Unit Usaha Syariah Kode Bank Pendapatan Operasional (Y₂)
BII (Maybank) BIIUUS 65.489.000.000 Bank Danamon BDUUS 138.738.000.000 Bank Permata BPUUS 258.312.000.000 Bank Jateng BJUUS 22.030.970.290 Bank Tabungan Negara BTNUUS 6.498.752.000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Tahun 2010.
C. Analisis Data dan Pembahasan.
Efisiensi merupakan salah satu pencerminan kinerja perbankan, dimana
suatu bank dikatakan memiliki kinerja yang tinggi apabila dapat meningkatkan
efisiensinya dengan menggunakan variabel yang seuai untuk memberikan hasil
yang maksimal. (Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari, 2009)
Penelitian ini dilakukan terhadap 10 Bank Umum Syariah (BUS) dan 5
Unit Usaha Syariah (UUS). Penggunaan data Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah Indonesia. BUS dan UUS tersebut relative lengkap menyampaikan
laporan keuangannya kepada Biro Syariah Bank Indonesia, sebagai lembaga
pengawasan perbankan. Disamping itu struktur biaya BUS dan UUS bervariasi
disbanding Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Adapun BPRS tidak
termasuk ke dalam penelitian ini karena laporan keuangannya tidak lengkap.
Bank sebagai UKE, dikatakan efisiensi secara relative apabila nilai dualnya
sama dengan satu (nilai efisiensi = 100%). Sebaliknya, nilai dualnya yang kurang
dari satu maka UKE bersangkutan dianggap tidak efisien (inefisien) secara relative
(Silkman, 1986; Nugroho, 1995 dalam Huri M.D. dan Indah Susilowati, 2004).
1. Hasil Analisis Efisiensi Perbankan Syariah Secara DEA
a. Bank Umum Syariah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Hasil olah data terhadap 10 Bank Umum Syariah menunjukan
bahwa 4 Bank yang belum efisien yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Jabar
Banten Syariah, BCA Syariah, BRI Syariah. 6 Bank yang sudah efisien
secara teknis yaitu Bank Syariah Bukopin, Bank Victoria Syariah, Bank
Mega Syariah, BNI Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Panin
Syariah.
Berdasarkan perhitungan metode DEA dengan software DEAWIN.
Dapat dilihat tingkat efisiensi teknis BUS – BUS di Indonesia pada tabel
4.8. Hasil perhitungan tersebut menggambarkan pencapaian nilai tingkat
efisiensi masing-masing bank sangat beragam.
Tebel 4.8
Hasil Pengolahan BUS Menggunakan DEA
Bank Umum Syariah Kode Bank Nilai Efisien Keterangan
Bank Syariah Mandiri BSM 80,45% Inefisien Bank Syariah Bukopin BSB 100% Efisien Bank Victoria Syariah BVS 100% Efisien Bank Mega Syariah BMS 100% Efisien Bank Jabar Banten Syariah BJBS 83,28% Inefisien BNI Syariah BNIS 100% Efisien Bank Muamalat Indonesia BMI 100% Efisien Bank Panin Syariah BPS 100% Efisien BCA Syariah BCAS 46,52% Inefisien BRI Syariah BRIS 78,40% Inefisien sumber : hasil olahan DEA
Data statistik pada tabel 4.8 menunjukan bahwa BUS – BUS yang
belum mencapai tingkat efisiensi teknik 100% (inefisien) pada tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
adalah Bank Syariah Mandiri (80,45%), Bank Jabar Banten Syariah
(83,28%), BCA Syariah (46,52%), dan BRI Syariah (78,40%). Sedangkan
BUS yang sudah mencapai tingkat efisiensi adalah Bank Syariah Bukopin,
Bank Victoria Syariah, Bank Mega Syariah, BNI Syariah, Bank Muamalat
Indonesia, dan Bank Panin Syariah.
Perhitungan DEA tidak hanya mengukur nilai efisiensi dari masing-
masing bank syariah yang ada dalam sampel, tetapi juga memberikan
refrensi atau acuan bank bagi bank yang berada dalam kondisi inefisien
menjadi efisien (Harjun Muharam dan Pusvitasari, 2007) tabel 4.9
menunjukan bahwa beberapa BUS yang efisien menjadi acuan (refrensi)
perbaikan untuk BUS lainnya yang inefisien.
Tabel 4.9
BUS-BUS Acuan bagi BUS-BUS yang Inefisien Tahun 2010
Bank Umum Syariah Kode Bank
Nilai Efisien Benchmarks
Bank Syariah Mandiri BSM 80,45% BSB
4.669 BNIS 0.021
BMI 1.140
Bank Syariah Bukopin BSB 100% Bank Victoria Syariah BVS 100% Bank Mega Syariah BMS 100%
Bank Jabar Banten Syariah BJBS 83,28% BSB
0.109 BVS
0.334 BMI
0.049 BPS
0.596 BNI Syariah BNIS 100% Bank Muamalat Indonesia BMI 100% Bank Panin Syariah BPS 100%
BCA Syariah BCAS 46,52% BMI
0.018 BPS
0.055
BRI Syariah BRIS 78,40% BSB
0.007 BVS
2.568 BMS 0.327
BMI 0.172
sumber : hasil olahan DEA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Bank – bank yang inefisien, dapat dikatakan bahwa bank tersebut
belum dapat memaksimalkan nilai input dan output yang dimilikinya. Hal
ini berarti nilai input dan output yang dicapai oleh bank yang inefisien
belum dapat meraih target yang sebenarnya (Harjum Muharam Dan
Pusvitasari, 2007).
Pada tabel 4.9 menunjukan ada enam bank yang sudah efisien,
yaitu Bank Syariah Bukopin, Bank Victoria Bukopin, Bank Mega Syariah,
BNI Syariah, Bank Muamalat Indoensia, Bank Panin Syariah. Dan empat
bank yang belum efisien yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Jabar Banten,
BCA Syariah, dan BRI Syariah. Bank yang belum efisien harus
berpatokan (benchmark) kepada bank Yang telah efisien, agar bank
tersebut menjadi efisien.
b. Unit Usaha Syariah
Hasil olah data terhadap 5 Unit Usaha Syariah menunjukan bahwa 1 Bank
yang belum efisien yaitu Bank Danamon. 4 Bank yang sudah efisien secara teknis
yaitu Bank Permata, BII (maybank), Bank Jateng, Bank Tabungan Negara.
Tabel 4.10
Hasil Pengolahan UUS Menggunakan DEA
Unit Usaha Syariah Kode Bank Nilai Efisien Keterangan
BII (Maybank) BIIUUS 100% Efisien Bank Danamon BDUUS 74,49% Inefisien Bank Permata BPUUS 100% Efisien
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Bank Jateng BJUUS 100% Efisien Bank Tabungan Negara BTNUUS 100% Efisien sumber : hasil olahan DEA
Hasil Perhitungan dan Analisis Tingkat Efisiensi Teknik Unit
Usaha Syariah (UUS) di Indonesia Tahun 2010. Data Statistik tabel 4.10
menunjukan bahwa UUS yang belum mencapai tingkat efisiensi teknik
100% (inefisien) pada tahun 2010 adalah Bank Danamon (74,49%).
Sedangkan UUS yang sudah mencapai tingkat efisiensi adalah BII
(Maybank), Bank Permata, Bank Jateng, dan Bank Tabungan Negara.
Tabel 4.11
UUS – UUS Acuan bagi UUS – UUS yang Inefisien Tahun 2010
Unit Usaha Syariah Kode Bank Nilai
Efisien Benchmarks
BII (Maybank) BIIUUS 100% Bank Danamon BDUUS 74,49% BPUUS 0.038 BJUUS 5.852 Bank Permata BPUUS 100% Bank Jateng BJUUS 100% Bank Tabungan Negara BTNUUS 100% sumber : hasil olahan DEA
Tabel 4.11 menunjukan ada empat bank yang sudah efisien, yaitu
BII (Maybank), Bank Permata, Bank Jateng, dan Bank Tabungan Negara.
Dan satu bank yang belum efisien yaitu Bank Danamon. Bank yang belum
efisien harus berpatokan (benchmark) kepada bank Yang telah efisien, agar
bank tersebut menjadi efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
2. Hasil Analisis Efisiensi Perbankan Syariah Secara Statistik.
Tabel 4.12
One-Sample Test
Test Value = 100
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
efisiensi-2.271 14 .039 -9.12400 -17.7420 -.5060
Tabel 4.12 Memperlihatkan hasil one sample test. Dengan
membandingkan t-hitung dan t-tabel, yakni t hitung sebesar -2.271 dan t
tabel 2.271, maka harus dilakukan uji dua sisi (two tailed test) sehingga
diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.039 (lebih kecil dari 0.05). Artinya
rata rata sampel tidak berbeda secara statistik dengan rata rata hipotesis
100. Pada pengujian ini menghasilkan kesimpulan membenarkan secara
statistik efisiensi perbankan syariah.
3. Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah dengan Unit Usaha
Syariah
Ada tidaknya perbedaan efisiensi yang signifikan antara Bank
Umum Syariah dengan Unit Usaha Syari’ah diuji secara statistik
menggunakan teknik independent samples t test. Teknik tersebut
merupakan metode statistik parametrik yang digunakan dengan syarat data
memenuhi asumsi normalitas.
a) Uji Normalitas
Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas (One Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Kelompok Sampel Z p
Bank Umum Syariah
Unit Usaha Syariah
1,051
1,057
0,219
0,214
Sumber: Hasil Olah Data
Tabel 4.13 memperlihatkan hasil uji normalitas data efisiensi
yang dibagi ke dalam 2 kelompok sampel. Pengujian dilakukan pada
taraf signifikansi 5% sehingga data pada setiap kelompok dinyatakan
berdistribusi normal apabila nilai Z terletak di antara –1,96 dan 1,96
atau nilai p > 0,05. Berdasarkan tabel terlihat bahwa data kedua
kelompok memiliki nilai Z yang terletak di antara –1,96 dan 1,96 (yaitu
1,051 dan 1,057) atau memiliki nilai p > 0,05 (yaitu 0,219 dan 0,214).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data efisiensi kedua
kelompok sampel berdistribusi normal, yang berarti bahwa syarat
penggunaan uji t terpenuhi.
b) Uji t
Tabel 4.14 Hasil Uji Beda (Independent Samples T Test)
Kelompok Sampel Mean Mean
Difference
t df p
Bank Umum Syariah
Unit Usaha Syariah
89,265
94,898
5,633 0,654 13 0,525
Sumber: Hasil Olah Data
Tabel 4.14 memperlihatkan hasil perhitungan uji perbedaan
efisiensi antara Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Berdasarkan rata-rata diketahui bahwa efisiensi Unit Usaha Syariah
(94,898%) lebih tinggi dibandingkan efisiensi Bank Umum Syariah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
(89,265%). Terdapat selisih sebesar 5,633%. Apabila selisih tersebut
diuji diperoleh nilai uji statistik t sebesar 0,654 dengan p sebesar 0,525.
Pengujian dilakukan dengan derajat bebas (df) sebesar 13 dan pada
taraf signifikansi sebesar 5%. Dengan demikian selisih efisiensi
dinyatakan signifikan apabila nilai t > 2,160 atau t < –2,160 atau
apabila nilai p < 0,05. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t dan
p tidak memenuhi kriteria tersebut yang berarti bahwa selisih efisiensi
tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat
perbedaan efisiensi antara Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Dengan kata lain
efisiensi kedua kelompok dapat dikatakan sama.
4. Hasil Perhitungan Inefisien Perbankan Syariah a. Bank Syariah Mandiri (Bank Umum Syariah)
Tabel 4.15
Hasil perhitungan efisiensi variabel input dan output BANK SYARIAH MANDIRI
VARIABLE ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEVED
-SW (X1) 4.174.663.897.100
3.325.296.607.800 20,3% 79,7%
-ASET (X2) 6.161.825.512.500
4.956.895.059.000 19,6% 80,4%
-BO (X3) 1.593.254.907.000
1.281.697.665.800 19,6% 80,4%
+PEMBIAYAAN (Y1) 8.394.986.953.200 8.394.986.953.100 0,0% 100,0%
+PO (Y3) 2.768.071.921.300
2.768.071.921.300 0,0% 100,0%
sumber : hasil olah DEA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 4.15 memperlihatkan bahwa ketidak efisienan pada BSM
bersumber dari alokasi input simpanan, aset dan biaya tenaga kerja.
Tingkat efisiensinya baru mencapai 79,7% (simpanan), 80,4% (aset), dan
80,4% (biaya tenaga kerja), sehingga peningkatannya dibutuhkan sebesar
20,3% (simpanan), 19,6% (aset), dan 19,6% (biaya tenaga kerja). Target
input yang dibutuhkan seharusnya hanya berjumlah 3.325 Triliyun rupiah
(simpanan), 4.956 Triliyun rupiah (aset), dan 1.281 Triliyun rupiah (biaya
tenaga kerja). Namun input dialokasikan sebesar 4.174 Triliyun rupiah
(simpanan), 6.161 Triliyun rupiah (aset) dan 1.593 Triliyun rupiah (biaya
tenaga kerja). Adapun output yang dihasilkan BSM sudah tergolong
efisien.
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Efisiensi dengan menggunakan Benchmark
BANK SYARIAH MANDIRI (dalam Juataan rupiah)
VARIABEL BANK
SYARIAH BUKOPIN
BNI SYARIAH
BANK MUAMALAT INDONESIA
TOTAL
Simpanan Wadiah 445.919.694
13.854.359 2.865.522.553
3.325.296.606
Asset 2.033.339.376
33.715.949 2.889.839.733
4.956.895.058
Biaya Operasional 379.279.219
3.644.188 898.774.257
1.281.697.664
Pembiayaan 11.444.658
14.566.674 8.368.975.620
8.394.986.952 Pendapatan Operasional 926.406.573
8.976.435 1.832.688.912
2.768.071.920
sumber : hasil olah data
Tabel 4.16 menunjukan bahwa Bank Syariah Mandiri akan
mencapai teknis dengan menggunakan banktuan dari Benchmarknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Acuan input – output Bank Syariah Bukopin sebesar 4.669, BNI Syariah
sebesar 0.021, dan Bank Muamalat Indonesia sebesar 1.140.
b. Bank Jabar Banten Syariah (Bank Umum Syariah)
Tabel 4.17
Hasil perhitungan efisiensi variabel input dan output BANK JABAR BANTEN SYARIAH
VARIABLE ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEVED
.-SW (X1)
171.250.704.000
142.620.030.740 16,7% 83,3%
.-ASET (X2)
309.999.286.000
258.171.830.350 16,7% 83,3%
.-BO (X3)
77.960.993.000
64.927.027.795 16,7% 83,3% +PEMBIAYAAN (Y1)
466.051.846.000
466.051.846.000 0,0% 100,0%
.+PO (Y3)
118.747.138.000
118.747.138.000 0,0% 100,0% sumber : hasil olah DEA
Tabel 4.17 memperlihatkan bahwa ketidak efisienan pada Bank
Jabar Banten Syariah bersumber dari alokasi input simpanan, aset dan
biaya tenaga kerja. Tingkat efisiensinya baru mencapai 83,3% (simpanan),
83,3% (aset), dan 83,3% (biaya tenaga kerja), sehingga peningkatannya
dibutuhkan sebesar 16,7% (simpanan), 16,7% (aset), dan 16,7% (biaya
tenaga kerja). Target input yang dibutuhkan seharusnya hanya berjumlah
142.620 Miliyar rupiah (simpanan), 258.171 Miliyar rupiah (aset), dan
64.927 Miliyar rupiah (biaya tenaga kerja). Namun input dialokasikan
sebesar 171.250 Miliyar rupiah (simpanan), 309.999 Miliyar rupiah (aset)
dan 77.960 Miliyar rupiah (biaya tenaga kerja). Adapun output yang
dihasilkan Bank Jabar Banten sudah tergolong efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Tabel 4.18
Hasil Perhitungan Efisiensi dengan menggunakan Benchmark BANK JABAR BANTEN SYARIAH (dalam Juataan rupiah)
VARIABEL BANK
SYARIAH BUKOPIN
BANK VICTORIA SYARIAH
BANK MUAMALAT INDONESIA
BANK PANIN
SYARIAH TOTAL
Simpanan Wadiah 10.386.390 926.198 122.160.589 9.146.852 142.620.029 Asset 47.360.674 4.012.080 123.197.258 83.601.817 258.171.829 Biaya Operasional 8.834.196 4.701.057 38.315.801 13.075.973 64.927.027 Pembiayaan 266.569 547.177 356.779.251 108.458.847 466.051.844 Pendapatan Operasional 21.577.922 6.293.877 78.129.678 12.745.658 118.747.135 sumber : hasil olah data
Tabel 4.18 menunjukan bahwa Bank Jabar Banten Syariah akan
mencapai teknis dengan menggunakan banktuan dari Benchmarknya.
Acuan input – output Bank Syariah Bukopin sebesar 0.109, Bank Victoria
Syariah sebesar 0.334, Bank Muamalat Indonesia sebesar 0.049. dan Bank
Panin Syariah sebesar 0.596.
c. BCA Syariah ( Bank Umum Syariah)
Tabel 4.19
Hasil perhitungan efisiensi variabel input dan output BCA SYARIAH
VARIABLE ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEV
ED
.-SW (X1)
96.610.518.088
44.947.530.763 53,50% 46,50%
.-ASET (X2)
186.494.416.670
52.175.146.551 72,00% 28,00%
.-BO (X3)
32.321.415.096
15.037.366.822 53,50% 46,50% +PEMBIAYAAN (Y1) 138.797.000.000
138.797.000.000 0,00% 100,00%
.+PO (Y3)
22.969.445.315
29.381.604.260 27,90% 78,20%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
sumber : hasil olah DEA
Tabel 4.19 memperlihatkan bahwa ketidak efisienan pada BCA
Syariah bersumber dari alokasi input simpanan, aset dan biaya tenaga
kerja. Tingkat efisiensinya baru mencapai 46.50% (simpanan), 28.00%
(aset), dan 46.50% (biaya tenaga kerja), sehingga peningkatannya
dibutuhkan sebesar 53.50% (simpanan), 72.00% (aset), dan 53.50% (biaya
tenaga kerja). Target input yang dibutuhkan seharusnya hanya berjumlah
44,947 Miliyar rupiah (simpanan), 52,175 Miliyar rupiah (aset), dan
15,037 Miliyar rupiah (biaya tenaga kerja). Namun input dialokasikan
sebesar 96,610 Miliyar rupiah (simpanan), 186,494 Miliyar rupiah (aset)
dan 32,321 Miliyar rupiah (biaya tenaga kerja).
Ketidak efisienan BCA Syariah juga bersumber dari output, yaitu
pendapatan operasional mencapai tingkat efisiensi sebesar 78.20%,
efisiensi dapat tercapai apabila pendapatan operasional diperbaiki sebesar
27.90%. jumlah output pendapatan operasional yang telah tercapai adalah
sebesar 22,969 Miliyar rupiah, sedangkan targetnya sebesar 29,381
Miliyar rupiah.
Tabel 4.20
Hasil Perhitungan Efisiensi dengan menggunakan Benchmark
BCA SYARIAH (dalam Juataan rupiah)
VARIABEL BANK
MUAMALAT INDONESIA
BANK PANIN SYARIAH
TOTAL
Simpanan Wadiah 44.105.593 841.937 44.947.530
Asset 44.479.879 7.695.267 52.175.146
Biaya Operasional 13.833.767 1.203.599 15.037.366
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Pembiayaan 128.813.726 9.983.273 138.796.999
Pendapatan Operasional 28.208.409 1.173.195 29.381.604
sumber : hasil olah data
Tabel 4.20 menunjukan bahwa BCA Syariah akan mencapai teknis
dengan menggunakan banktuan dari Benchmarknya. Acuan input – output
Bank Muamalat Indonesia sebesar 0.018, dan Bank PaninSyariah sebesar
0.055.
d. BRI Syariah (Bank Umum Syariah)
Tabel 4.21 memperlihatkan bahwa ketidak efisienan pada BRI
Syariah bersumber dari alokasi input simpanan, aset dan biaya tenaga
kerja. Ketiga input tersebut telah mencapai tingkat efisiensinya sebesar
78,4%, sehingga peningkatannya dibutuhkan sebesar 21,6%.
Tabel 4.21 Hasil perhitungan efisiensi variabel input dan output BRI SYARIAH
VARIABLE ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEVED
.-SW (X1)
1.054.006.000.000
826.309.984.920 21,6% 78,4%
.-ASET (X2)
945.204.000.000
741.012.387.960 21,6% 78,4%
.-BO (X3)
455.838.000.000
357.363.706.570 21,6% 78,4% +PEMBIAYAAN (Y1)
1.309.790.000.000
1.309.790.000.000 0,0% 100,0%
.+PO (Y3)
643.736.000.000
643.736.000.000 0,0% 100,0% sumber : hasil olah DEA
Target input yang dibutuhkan seharusnya hanya berjumlah 826.309
Miliyar rupiah (simpanan), 741.012 Miliyar rupiah (aset), dan 357.363
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Miliyar rupiah (biaya tenaga kerja). Namun input dialokasikan sebesar
1.504 Triliyun rupiah (simpanan), 945,204 Miliyar rupiah (aset) dan
455,838 Miliyar rupiah (biaya tenaga kerja).
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Efisiensi dengan menggunakan Benchmark
BRI SYARIAH (dalam Juataan rupiah)
VARIABEL BANK
SYARIAH BUKOPIN
BANK VICTORIA SYARIAH
BANK MEGA
SYARIAH
BANK MUAMALAT INDONESIA
TOTAL
Simpanan Wadiah 687.954 7.129.852 387.172.079 431.320.098 826.309.983
Asset 3.136.988 30.884.897 272.010.168 434.980.334 741.012.387 Biaya Operasional 585.143 36.188.624 185.305.922 135.284.016 357.363.705
Pembiayaan 17.656 4.212.160 45.857.172 1.259.703.010 1.309.789.998 Pendapatan Operasional 1.429.238 48.450.121 317.999.254 275.857.386 643.735.999 sumber : hasil olah data
Tabel 4.22 menunjukan bahwa BRI Syariah akan mencapai teknis
dengan menggunakan banktuan dari Benchmarknya. Acuan input – output
Bank Syariah Bukopin sebesar 0.007, Bank Victoria Syariah sebesar 2.568,
Bank Mega Syariah sebesar 0.327, dan Bank Muamalat Indonesia sebesar
0.172.
e. Bank Danamon ( Unit Usaha Syariah)
Tabel 4.23
Hasil perhitungan efisiensi variabel input dan output BANK DANAMON (UUS)
VARIABLE ACTUAL TARGET TO
GAIN ACHIEVED
.-SW (X1)
275.663.000.000.
205.344.314.840 25,5% 74,5%
.-ASET (X2)
157.540.000.000
117.353.229.710 25,5% 74,5%
.-BO (X3)
71.365.000.000
27.784.966.392 61,1% 38,9%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
+PEMBIAYAAN (Y1)
561.978.000.000 568.335.614.050 1,1% 98,9%
.+PO (Y3)
138.738.000.000
138.738.000.000 0,0% 100,0% sumber : hasil olah DEA
Tabel 4.23 memperlihatkan bahwa ketidak efisienan pada Bank
Danamon (UUS) bersumber dari alokasi input simpanan, aset dan biaya
tenaga kerja. Tingkat efisiensinya baru mencapai 74,5% (simpanan),
74,5% (aset), dan 38,9% (biaya tenaga kerja), sehingga peningkatannya
dibutuhkan sebesar 25,5% (simpanan), 25,5% (aset), dan 61,1% (biaya
tenaga kerja). Target input yang dibutuhkan seharusnya hanya berjumlah
205.344 Miliyar rupiah (simpanan), 117.353 Miliyar rupiah (aset), dan
27.784 Miliyar rupiah (biaya tenaga kerja). Namun input dialokasikan
sebesar 275.663 Miliyar rupiah (simpanan), 157.540 Miliyar rupiah (aset)
dan 71.365 Miliyar rupiah (biaya tenaga kerja).
Ketidakefisienan Bank Danamon juga bersumber dari output, yaitu
pembiayaan mencapai tingkat efisiensi sebesar 98,9%, efisiensi dapat
tercapai apabila pendapatan operasional diperbaiki sebesar 1,1%. Jumlah
output pembiayaan yang telah tercapai adalah sebesar 561.978 Miliyar
rupiah, sedangkan targetnya sebesar 568.335 Miliyar rupiah.
Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Efisiensi dengan menggunakan Benchmark
BANK DANAMON UUS (dalam Juataan rupiah)
VARIABEL BANK
PERMATA (UUS)
BANK JATENG
(UUS) TOTAL
Simpanan Wadiah
9.155.801
196.188.513
205.344.314 Asset
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
31.058.974 86.294.255 117.353.229
Biaya Operasional
4.090.130
23.694.836
27.784.966
Pembiayaan
53.145
568.282.468
568.335.613
Pendapatan Operasional
9.812.847
128.925.152
138.737.999 sumber : hasil olah data
Tabel 4.24 menunjukan bahwa Unit Usaha Syariah Bank Danamon
akan mencapai teknis dengan menggunakan banktuan dari Benchmarknya.
Acuan input – output Unit Usaha Syariah Bank Permata sebesar 0.038,
dan Unit Usaha Syariah Bank Jateng sebesar 5.852.
D. Interpretasi Hasil
Menurut Adrian Sutawijaya dan Etty Puji Lestari (2009), pengukuran
efisiensi teknik cenderung terbatas pasa hubungan teknik dan operasional dalam
proses konversi input menjadi output. Hal ini menyebabkan untuk meningkatkan
tingkat efisiensi teknik hanya memerlukan kebijakan makro yang bersifat internal,
yaitu pengendalian dan alokaso sumber daya yang optimal.
Implikasi saran dan kebijakan yang dapat disampaikan dalam penelitian ini
adalah Bank-bank syariah yang tidak efisien dapat melakukan perbaikan kebijakan
mikro untuk pencapaian efisiensi tekniknya. Adapun kebijakan mikro yang dapat
diupayakan.
Pertama, ketidakefisienan penggunaan input simpanan oleh bank-bank
syariah adalah dengan mengalokasikan kelebihan input simpanan ke bagian input
aset total khususnya aset yang bersifat produktif. Jumlah input (simpanan) yang
masih lebih besar dibandingkan targetnya. Hal ini menandakan perannya sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
input yang tidak maksimal untuk menghasilkan output. Upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan mengalokasikan kelebihan input simpanan ke bagian
input aset total khususnya aset yang bersifat produktif. Cara ini dapat dilakukan
oleh bank-bank syariah dengan peningkatan jumlah penyaluran dana/pembiayaan
(seperti pembiayaan jual beli, sewa, bagi hasil, dan lainnya) kepada masyarakat.
Hal ini berarti dana yang terkumpul dari masyarakat (seperti simpanan) dapat
disalurkan kembali ke masyarakat melalui pembiayaan. Adapun cara lainnya
adalah kenaikan biaya administrasi pada dana simpanan, sehingga pendapatan
operasional bank syariah dapat diperbaiki. Sejalan dengan kenaikan biaya
administrasi, bank syariah juga memerlukan peningkatan kualitas jasa pelayanan
sehingga bank syariah tetap dapat bersaing.
Kedua, penyebab ketidakefisienan input aset total adalah penggunaan
jumlah aset total yang lebih besar dibandingkan target yang dibutuhkan. Aset total
bank syariah meliputi jumlah kas, penempatan pada Bank Indonesia, penempatan
pada bank lain, surat berharga yang dimiliki. Solusi yang dapat ditempuh adalah
dengan memperbaiki pengelolaan alokasi jumlah aset total yang dimiliki bank
syariah. Kelebihan penggunaan input aset total tidak perlu dialihkan ke input
lainnya, namun pola pengelolaannya dirubah dengan memperbesar pengalokasian
porsi aset produktif/pembiayaan yang merupakan bagian dari aset total sendiri.
Porsi jumlah pembiayaan yang semakin besar akan memperlancar proses
intermediasi bank syariah dan memperbaiki pendapatan operasional terutama
pendapatan dari penyaluran dana. Perbaikan porsi aktiva tetap yang digunakan
baik secara kuantitas maupun kualitas agar pendapatan operasional bank syariah
dapat meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Ketiga, ketidakefisienan input biaya tenaga kerja adalah besarnya biaya
tenaga kerja yang dikeluarkan dari yang dibutuhkan. Besarnya biaya tenaga kerja
dapat diakibatkan tingginya jumlah tenaga kerja yang digunakan. Kasus pada
bank-bank syariah sama seperti pada bank-bank konvensional, di mana
peningkatan jumlah tenaga kerja yang tidak diimbangi dengan skill yang memadai
menyebabkan bank mengalami penurunan produktivitas (Adrian Sutawijaya dan
Etty Puji Lestari, 2009). Kondisi ini sesuai dengan teori the law of diminishing
marginal return, di mana penambahan tenaga kerja akan menurunkan marjinal
tenaga kerja (secara kuantitas). Di sisi lain, besarnya biaya tenaga kerja dapat pula
dipengaruhi biaya pendidikan SDM bank syariah. Kasus bank-bank syariah terkait
tingginya biaya pendidikan, karena jumlah sumber daya manusia (SDM) yang
paham tentang ekonomi syariah masih di bawah dari kebutuhan yang ada (secara
kuantitas maupun kualitas). Biaya pendidikan yang masih relatif tinggi dapat
dilihat pada lampiran E. Hal ini sejalan dengan pendapat Ascarya, Diana Y. dan
Guruh S. R. (2008) tentang biaya pendidikan masih relatif tinggi, disebabkan
perguruan tinggi yang menyiapkan SDM (baik tingkat S1 dan S2) ekonomi
syariah berjumlah kecil dibandingkan kebutuhan yang ada. Upaya yang dapat
dilakukan dengan kerjasama antara bank-bank syariah dengan perguruan tinggi
baik negeri maupun swasta dalam pemenuhan kebutuhan SDM bank syariah baik
secara kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini akan memperkecil biaya tenaga kerja
yang dikeluarkan oleh bank-bank syariah serta peningkatan produktivitas SDM
yang ada karena tersedianya SDM yang semakin berkualitas.
Ketidakefisienan output terjadi pada pembiayaan dan pendapatan
operasional. Pertama, jumlah pembiayaan masih lebih kecil dibandingkan target
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
yang ditentukan pada bank-bank syariah yang mengalami inefisiensi. Hal ini
disebabkan adanya prinsip kehati-hatian yang diberlakukan oleh bank-bank
tersebut, namun kelebihan proporsi penerapan prinsipnya akan menghambat target
jumlah pembiayaan yang seharusnya dilakukan. Solusi dari permasalahan ini
adalah penerapan prinsip kehati-hatian yang ada tidak menjadikan jumlah
pembiayaan terhambat, namun perlunya pengawasan yang lebih ketat, sehingga
output pembiayaan dapat lebih optimal. Di sisi lain, variasi bentuk produk
pembiayaan yang diinginkan masyarakat perlu ditambah dengan tidak melanggar
prinsip-prinsip syariah yang ada.
Kedua, jumlah pendapatan operasional masih jauh dari potensinya.
Perbaikan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, peningkatan jumlah
pembiayaan (inovasi produk) dan biaya pelayanan jasa yang terkait dengan input
simpanan. Kedua, perbesar porsi jumlah aset produktif dari total aset yang
dimiliki untuk penambahan jumlah pembiayaan, optimalisasi peran pembiayaan
dan aktiva tetap (perbaikan kuantitas dan kualitas pelayanan jasa), berdampak
positif yaitu penambahan pendapatan operasional yang terdiri dari pendapatan
penyaluran dana dan operasional lainnya. Ketiga, perbaikan kualitas SDM untuk
peningkatan pendapatan operasional, karena ini berkaitan dengan produktivitas
tenaga kerja dalam mengelola input yang ada (tertentu) untuk menghasilkan ouput
yang maksimal.
Permasalahan tentang pangsa pasar yang masih kecil, di mana hal ini
terbukti dengan kecilnya jumlah simpanan, pembiayaan dan aset. Kondisi ini
dapat diperbaiki dengan peningkatan optimalisasi input yang digunakan dan
output yang dihasilkan bagi bank-bank syariah yang tidak efisien. Kinerja yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
relatif semakin baik akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat, oleh karenanya
jumlah simpanan dan pembiayaan bertambah semakin meningkat. Di sisi lain,
bank-bank syariah yang telah efisien dapat diperluas jangkauannya ke masyarakat
dengan dukungan kebijakan pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi kinerja pada Bank
Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) pada Bank Konvensional
tahun 2010, dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).
Untuk mengetahui apakah Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah
termasuk dalam kategori efisien, dan untuk mengetahui variabel-varianel apa saja
yang memungkinkan untuk ditingkatkan efisiensinya.
1. Hasil penelitian menunjukan dengan pendekatan Data Envelopment
Analysis (DEA) yang menganalisis 10 Bank Umum Syariah efisien ada 6
Bank Umum syariah yang sudah mencapai efisiensi yaitu Bank Syariah
Bukopin, Bank Victoria Syariah, Bank Mega Syariah, BNI Syariah, Bank
Muamalat Indonesia, dan Bank panin syariah, sedangkan 4 Bank Umum
Syariah yang belum mencapai efisiensi yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank
Jabar Banten Syariah, BCA Syariah, dan BRI syariah sedangkan diantara
5 Unit usaha syariah yang diteliti dalam penelitian ini ada 4 bank yang
sudah efisien yaitu UUS Bank Internasional Indonesia (Maybank), UUS
Bank Permata, UUS Bank Jateng, dan UUS Bank Tabungan Negara. Dan
hanya 1 Unit Usaha Syariah yang belum efisien yaitu UUS Bank
Danamon.
Dari ke lima variabel input dan output yang digunakan sebagai
komponen penentu efisiensi pada setiap bank dalam kelompok bank yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
menjadi sampel dapat diketahui bahwa variabel input menunjukan peluang
perbaikan yang bervariasi antara 28.0% sampai 80.4%. Hal ini
mengindikasikan bahwa variabel input tersebut masih dapat dioptimalkan
penggunaanya dengan menggurangi penggunaan input sebesar presentase
yang dianjurkan. Sedangkan variabel output nilainya berkisar 0% sampai
29.7% nilai tersebut menunjukan bahwa pencapaian output belum
maksimal karena itu perlu ditingkatkan sebesar angka tersebut.
2. Hasil penelitian analisis efisiensi perbankan syariah membenarkan secara
statistik efisiensi perbankan syariah.
3. Meskipun terdapat perbedaan efisiensi antara Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah namun perbedaan tersebut tidak signifikan. Dengan
kata lain efisiensi kedua kelompok dapat dikatakan sama.
B. Saran
Implikasi saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bank-bank syariah yang tidak efisien dapat melakukan perbaikan
kebijakan mikro untuk pencapaian efisiensi tekniknya. Adapun kebijakan
mikro yang dapat diupayakan adalah:
a. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan input
simpanan adalah dengan mengalokasikan kelebihan input
simpanan ke bagian input aset total khususnya aset yang bersifat
produktif. Cara ini dapat dilakukan oleh bank-bank syariah
dengan peningkatan jumlah penyaluran dana/pembiayaan (seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
pembiayaan jual beli, sewa, bagi hasil, dan lainnya) kepada
masyarakat. Adapun cara lainnya adalah kenaikan biaya
administrasi pada dana simpanan, sehingga pendapatan
operasional bank syariah dapat diperbaiki. Seiring dengan
kenaikan biaya administrasi, bank syariah juga memerlukan
peningkatan kualitas jasa pelayanan sehingga bank syariah tetap
dapat bersaing.
b. Ketidakefisienan yang berasal dari input aset total dapat
diperbaiki dengan memperbaiki pengelolaan alokasi jumlah aset
total yang dimiliki bank syariah. Kelebihan penggunaan input
aset total tidak perlu dialihkan ke input lainnya, namun pola
pengelolaannya dirubah dengan memperbesar pengalokasian
porsi aset produktif/pembiayaan yang merupakan bagian dari aset
total sendiri. Di sisi lain, perbaikan porsi aktiva tetap yang
digunakan baik secara kuantitas maupun kualitas agar
pendapatan operasional bank syariah dapat meningkat.
c. Ketidakefisienan yang bersumber dari input biaya tenaga kerja
dapat perbaiki dengan kerjasama antara bank-bank syariah
dengan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta dalam
pemenuhan kebutuhan SDM bank syariah baik secara kuantitas
maupun kualitasnya. Hal ini akan memperkecil biaya tenaga
kerja yang dikeluarkan oleh bank-bank syariah serta peningkatan
produktivitas SDM yang ada karena tersedianya SDM yang
semakin berkualitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
d. Kebijakan yang berkaitan dengan ketidakefisienan output
pembiayaan adalah adalah penerapan prinsip kehati-hatian yang
ada tidak menjadikan jumlah pembiayaan terhambat, namun
perlunya pengawasan yang lebih ketat (pencegah terjadinya
moral hazard), sehingga output pembiayaan dapat lebih optimal.
Di sisi lain, variasi bentuk produk pembiayaan yang diinginkan
masyarakat perlu ditambah dengan tidak melanggar prinsip-
prinsip syariah yang ada.
e. Ketidakefisienan output juga bersumber dari output
pendapatan operasional, sehingga upaya yang dapat dilakukan
beberapa langkah. Pertama, peningkatan jumlah pembiayaan
(inovasi produk) dan biaya pelayanan jasa yang terkait dengan
input simpanan. Kedua, perbesar porsi jumlah aset produktif dari
total aset yang dimiliki untuk penambahan jumlah pembiayaan,
optimalisasi peran pembiayaan (pengurangan NPF akibat moral
hazard) dan aktiva tetap (perbaikan kuantitas dan kualitas
pelayanan jasa), berdampak positif yaitu penambahan pendapatan
operasional yang terdiri dari pendapatan penyaluran dana dan
operasional lainnya. Ketiga, perbaikan kualitas SDM untuk
peningkatan pendapatan operasional, karena ini berkaitan dengan
produktivitas tenaga kerja dalam mengelola input yang ada
(tertentu) untuk menghasilkan ouput yang maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
2. Bank-bank syariah yang telah efisien, memperlihatkan jumlah input dan
ouput yang relatif kecil. Untuk memperbesar kapasitas dan jangkauan
bank-bank syariah, diperlukan peran dari pemerintah dan otoritas moneter
dalam pengeluaran yang kebijakan yang mendukung hal tersebut. Peran ini
sangat penting berkaitan dengan keberhasilan penerapan dual system
banking di Indonesia.