25
Efektifitas Ekstrak Alang-Alang dan Kirinyuh terhadap Pertumbuhan Gulma dan Pengaruhnya terhadap Tanaman Kedelai (Glicyne max merril L) Rahmawasiah Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan gulma dan pertumbuhan tanaman Kedelai (Glicyne max merril L) dengan berbagai ekstrak tanaman. Lokasi yang di lakukan penalitian adalah di BP3K Kecamatan Wara Kelurahan Temmaleba pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan yang diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 16 unit percobaan yaitu dengan perlakuan P0 = kontrol (tanpa perlakuan), perlakuan P1 = Ekstrak daun Kirinyuh satu liter di campur kedalam lima liter air, perlakuan P2 = Ekstrak daun Alang-alang satu liter di campur kedalam lima liter air, dan perlakuan P3 = Ekstrak kombinasi keduanya (alang- alang dan Kirinyuh) menjadi satu liter dicampur kedalam lima liter air. Pengamatan yang dilakukan 1 minggu setelah tanaman yang diamati setiap minggu yaitu dari minggu 1 sampai minggu ke-9 dengan mengamati tinggi dan jumlah daun tanaman kedelai dan pengambilan data gulma pada minggu ke-7 (umur 48 hari). Dimana tinggi tanaman tertinggi pada pengamatan terakhir yaitu terdapat pada p2 dengan rata-rata 41,32 cm, jumlah daun yaitu pada p3 dengan rata-rata 17,81 helai. Pada gulmanya kedelai yang tertekan yaitu jenis rumput Digitaria adscendes pada p2 dan Euphorbia prunifolia pada p3. Dari tingkat ke efisianan pengendalian gulma yaitu p2 dengan 25,39%. Kata kunci: kedelai, ekstrak daun kirinyuh, ekstrak daun alang-alang, gulma.

ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

Efektifitas Ekstrak Alang-Alang dan Kirinyuh terhadap Pertumbuhan

Gulma dan Pengaruhnya terhadap Tanaman Kedelai (Glicyne max merril L)

Rahmawasiah

Universitas Cokroaminoto Palopo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan gulma

dan pertumbuhan tanaman Kedelai (Glicyne max merril L) dengan berbagai

ekstrak tanaman. Lokasi yang di lakukan penalitian adalah di BP3K Kecamatan

Wara Kelurahan Temmaleba pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Rancangan Acak

Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan yang diulang sebanyak 4 kali

sehingga terdapat 16 unit percobaan yaitu dengan perlakuan P0 = kontrol (tanpa

perlakuan), perlakuan P1 = Ekstrak daun Kirinyuh satu liter di campur kedalam

lima liter air, perlakuan P2 = Ekstrak daun Alang-alang satu liter di campur

kedalam lima liter air, dan perlakuan P3 = Ekstrak kombinasi keduanya (alang-

alang dan Kirinyuh) menjadi satu liter dicampur kedalam lima liter air.

Pengamatan yang dilakukan 1 minggu setelah tanaman yang diamati setiap

minggu yaitu dari minggu 1 sampai minggu ke-9 dengan mengamati tinggi dan

jumlah daun tanaman kedelai dan pengambilan data gulma pada minggu ke-7

(umur 48 hari). Dimana tinggi tanaman tertinggi pada pengamatan terakhir yaitu

terdapat pada p2 dengan rata-rata 41,32 cm, jumlah daun yaitu pada p3 dengan

rata-rata 17,81 helai. Pada gulmanya kedelai yang tertekan yaitu jenis rumput

Digitaria adscendes pada p2 dan Euphorbia prunifolia pada p3. Dari tingkat ke

efisianan pengendalian gulma yaitu p2 dengan 25,39%.

Kata kunci: kedelai, ekstrak daun kirinyuh, ekstrak daun alang-alang, gulma.

Page 2: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

PENDAHULUAN

Kedelai (Glycine max merril

L) merupakan salah satu jenis bahan

pangan penting di Indonesia. Kedelai

dimanfaatkan sebagai salah satu

sumber protein nabati untuk

mencukupi kebutuhan gizi manusia

dengan dikonsumsi langsung atau

sebagai bahan baku industri.

Menurut Cahyadi (2006) sekitar 35 -

45 % protein terkandung dalam biji

kedelai, jumlah ini cukup tinggi jika

dibandingkan dengan protein yang

terkandung pada jenis kacang-

kacangan yang lainnya.

Di Indonesia kebutuhan

akan kedelai nasional terus

meningkat. Peningkatan ini seiring

dengan jumlah penduduk Indonesia

yang terus bertambah setiap

tahunnya, sementara produksi

kedelai nasional belum mampu

memenuhi kebutuahan tersebut. BPS

mencatat rata-rata konsumsi kedelai

nasional mencapai 2,2 juta ton per

tahun dengan kenaikan konsumsi

kedelai berkisar 7 % - 8 %.

Produktivitas kedelai nasional tahun

2011 hanya 1,4 ton/ha dengan luas

panen 621 ribu hektar (Direktorat

Jendral Tanaman Pangan, 2012

dalam skripsi Robi Saputra, 2012).

Dalam hal ini tentu saja

mengakibatkan ketidakseimbangan

antara ketersediaan dan permintaan

kedelai yang pada akhirnya

menyebabkan Indonesia melakukan

impor kedelai.

Salah satu penyebab

rendahnya produktivitas kedelai

nasional adalah pada proses budidaya

dengan adanya persaingan dalam

memperebutkan unsur hara dan

media tumbuh antara kedelai dengan

gulma. Penurunan hasil akibat

kompetisi gulma pada pertanaman

kedelai dapat mencapai 10 % – 50 %

(Sastroutomo, 1990). Kedelai dan

gulma bersaing dalam memanfaatkan

air, hara, dan cahaya. Selain itu,

keberadaan gulma pada lahan

budidaya juga dapat menjadi rumah

inang sementara dari penyakit atau

parasit tanaman pertanian sehingga

dapat mengurangi kuantitas dan

kualitas hasil pertanian.

Saat ini banyak metode

pengendalian gulma yang dilakukan

oleh petani, yaitu secara fisik,

biologi, dan kimiawi. Namun

pengendalian gulma yang banyak

dilakukan adalah secara kimiawi

yaitu dengan menggunakan bahan-

Page 3: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

bahan kimia atau herbisida sintetis.

Penggunaan herbisida dapat dengan

cepat mengatasi keberadaan gulma,

namun di sisi lain penggunaan

herbisida yang terus menerus

mengakibatkan berbagai dampak

negatif yang dapat membahayakan

lingkungan dan makhluk hidup. Air,

tanah, dan udara dapat tercemar yang

pada akhirnya dapat merusak

ekosistem. Penggunaan yang tidak

sesuai aturan juga dapat

mengakibatkan keracunan pada

manusia. Gulma juga akan menjadi

lebih resisten dan ketahanan

hidupnya semakin meningkat yang

pada akhirnya justru akan

mempersulit pengendaliannya.

Persaingan yang terjadi

antara tanaman dan gulma dalam

memperebutkan unsur hara

mengakibatkan kerugian bagi

tanaman budidaya, selain itu

beberapa spesies gulma juga

menghasilkan senyawa alelopati

yang dapat merugikan pertumbuhan

tanaman. Senyawa tersebut tidak

hanya menekan pertumbuhan

tanaman budidaya, tetapi juga dapat

menekan pertumbuhan jenis gulma

lainnya serta mampu menurunkan

jumlah dan kualitas panen tanaman

(Inawati, 2000).

Alang-alang merupakan

gulma pada tanaman kedelai. Alang-

alang ini adalah jenis rumput tahunan

yang menyukai cahaya matahari,

dengan bagian yang mudah terbakar

di atas tanah dan akar rimpang

(rhizome) yang menyebar luas di

bawah permukaan tanah, yang sulit

di basmi. Alang-alang dapat

berkembang biak melalui biji dan

akar rimpang, namun

pertumbuhannya terhambat bila

ternaungi. (Yoppi, 2011).

Menurut Sastroutomo

(1990), alang-alang (Imperata

cylindrica L.) yang masih hidup

mengeluarkan senyawa alelopati

lewat organ dibawah tanah, jika

sudah mati baik organ yang berada di

atas tanah maupun yang di bawah

tanah sama-sama dapat melepaskan

senyawa alelopati. Alang-alang

(Imperata cylindrica L.) menyaingi

tanaman lain dengan mengeluarkan

senyawa beracun dari akarnya dan

dari pembusukan bagian

vegetatifnya. Senyawa yang

dikeluarkan dari bagian tersebut

adalah golongan fenol. Dengan

senyawa tersebut alang-alang

Page 4: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

mempunyai kemampuan bersaing

yang lebih hebat sehingga

pertumbuhan tanaman pokok lebih

terhambat, dan hasilnya semakin

menurun.

Namun tidak hanya alang-

alang saja yang memiliki zat

alelopati terhadap tanaman lain,

namun tanaman Kirinyu

(Chromolaena odorata) juga

memiliki dua sisi yang berbeda yaitu

sebagai pupuk hijau. Menurut

Komang Puspa Yanti (2012)

pemberian ekstrak daun kirinyuh

(Chromolaena odorata) pada

tanaman kacang tanah dengan

konsentrasi 80 ml/1 liter air sangat

berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan tanaman kacang tanah

(Arachis hypogea) yang meliputi

pertambahan luas daun, tinggi

tanaman dan jumlah daun.

Selain bermanfaat sebagai

bahan untuk pupuk organik, ternyata

Chromolaena odorata juga

mengeluarkan alelopati yang apabila

tidak dikelola dengan baik akan

merugikan tanaman budidaya.

Sebaliknya potensi alelopati ini dapat

dimanfaatkan sebagai pengendali

gulma. Hasil penelitian Darana

(2006) yang mempelajari aktivitas

alelopati ekstrak daun kirinyuh

(Chromolaena odorata) dan salira

(Lantana camara) terhadap

pertumbuhan gulma di perkebunan

teh, menunjukkan bahwa ekstrak

daun Chloromolaena odorata dapat

menghambat pertumbuhan gulma di

perkebunan teh. Ekstrak daun

kirinyuh pada konsentrasi 20%

maupun ekstrak daun salira mulai

konsentrasi 10% menghasilkan

penekanan yang lebih baik dan

berbeda nyata dibandingkan

perlakuan herbisida sintetis

pembanding maupun penyiangan

mekanis.

Oleh karena itu penelitian ini

mengacu pada percobaan yang

menekan pertumbuhan gulma dengan

mengunakan herbisida nabati, pada

pertanaman kedelai (Glycine max

merril L). Seperti ekstrak tanaman

alang-alang (Imperata cylindraca L)

dan kirinyuh (Chromolaena

odorata).

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini

adalah

1. Mengetahui pengaruh

pemberian ekstrak gulma

alang-alang(Imperata

cylindraca L) dan daun

Page 5: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

kirinyuh (Chromolaena

odorata) terhadap

pertumbuhan gulma dan

pengaruhnya terhadap

tanaman kedelai.

2. Mengetahui campuran

ekstrak alang-alang (Imperata

cylindraca L) dan daun

kirinyuh (Chromolaena

odorata) terhadap

pertumbuhan gulma dan

pengaruhnya pada tanaman

kedelai

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu:

1. Memberikan informasi

kepada petani tentang

pengaruh ekstrak alang-alang

(Imperata cylindraca L) dan

daun kirinyuh (Chromolaena

dorata) terhadap gulma pada

tanaman kedelai dan

pengaruhnya terhadap

tanaman utama, sehingga

dapat dijadikan sebagai

pemanfaatan agen hayati.

2. Sebagai sumber informasi

ilmiah, khususnya tentang

pengaruh alelopati terhadap

tanaman budidaya dan

gulmanya, sehingga dapat

meminimalisir penggunaan

pestisida kimiawi, sebagai

bentuk dari aplikasi back to

nature.

3. Dapat memberikan landasan

empiris pada pengembangan

penelitian selanjutnya yang

lebih bermanfaat.

Page 6: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

BAHAN DAN METODE

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi yang akan di lakukan

penalitian adalah di BP3K

Kecamatan Wara Kelurahan

Temmaleba pada bulan Mei sampai

dengan Agustus 2013.

Bahan dan Alat

Bahan yang di gunakan

adalah pupuk kandang/pupuk bokasi,

Rhizobium sp., Soil Neutralizer,

benih kedelai, air, rimpang alang-

alang, daun kirinyuh, kayu, dan tali

rumput jepang (rapiah).

Alat yang digunakan cangkul,

parang, pisau, blender, saringan,

meterran, botol aqua, gembor.

Metode Percobaan

Penelitian ini mengunakan

rancangan acak kelompok (RAK)

yang terdiri dari 4 perlakuan yang di

ulang sebanyak 4 kali sehingga

terdapat 16 unit percobaan.

P0= (kontrol) tanpa perlakuan.

P1= aplikasi ekstrak daun

kirinyuh pada gulma

pada setiap minggunya,

sebanyak 1 kg di campur

dengan 5 liter air.

P2= aplikasi ekstrak rizoma

alang-alang pada

gulmanya pada setiap

minggunya, sebanyak 1

kg di larutkan dengan 5

liter.

P3= ekstrak rhizoma alang-

alang sebanyak 500 gr di

campur dengan 500 gr

ekstrak daun kirinyuh di

campur jadi satu kedalam

5 liter air.

Pelaksanaan Percobaan

Mempersiapkan lahan

Persiapan lahan penelitian di

tempatkan di lahan pencontohan

BP3K kecamata Wara. Selanjutnaya

pembuatan bedengan dengan tanah di

olah terlebih dahulu agar bisa lebih

gembur. Selanjutnya kita membuat

bedengan dengan ukuran 200 cm2

itmterdapat beberapa tanaman yang

akan di amati. Parit dibuat di antara

bedengan dengan lebar 20 cm untuk

saluran drainase, untuk menghindari

tanaman terendam air. Bedengan jadi

di lanjutkan dengan penyemprotan

Soil Neunturalizer dan pemberiaan

pupuk kompos pada bedengan.

Pengukuran tingkat keasaman

di tanah dengan mengambil sampel

tanah. Tanah tersebut di kering

kemudian di hancurkan, setelah itu

diayak untuk diambil yang halusnya

kemudian dimasukan ke dalam air,

Page 7: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

diaduk hingga rata dan di di diamkan

selama 15 menit atau sampai tanah

tersebut mengendap. Selanjutnya di

ambil air yang hanya bagian air yang

jernih. Setelah terpisah selanjutnya di

celupkan kertas lakmus tersebut

selama 1 menit, lalu di cocokkan

pada warna ukur pH tanah.

Pembuatan pupuk organik

Pembuatan organik disini

dengan mengunakan kotoran ayam

yang sudah kering di capur dengan

kapur dan pupuk urea. Persentase

pencampuran yang digunakan 60 %

kotoran ayam, 5% kapur, 2 % pupuk

urea, dicampur jadi satu dengan

mengunakan sekop. Setelah

pencampuran selesai campuran

tersebut di diamkan selama 3 hari.

Selanjunya di balik setiap harinya,

untuk menjaga suhu agar optimal.

Pemupukan

Pemupukan di lakukan

sebelum melakukan penanaman,

pupuk yang digunakan adalah pupuk

organik yang telah dibuat dengan

dosis pemupukan 5000 kg/ha atau 2

kg/m2. Setetelah itu bru melakukan

penanaman.

Pemupukan susulan

dilakukan pada tanaman kedelai

berumur 20-30 hari setelah tanam

dengan pupuk organik yang telah

dibuat sendiri, seperti yang diatas.

Mempersiapkan benih

Sebelum melakukan

penanaman benih terlebih dahulu

melakukan seleksi benih dengan cara

melakukan perendaman di dalam air

untuk melakukan seleksi benih, jadi

benih yang tengelam nantinya di

gunakan sebagai bibit. Setelah

melakukan seleksi benih. Selanjutnya

dilakukan pencampuran benih

dengan Rhizobium sp sesuai dosis

yang dianjurkan.

Penanaman

Penanaman di lakukan

dengan cara tugal pada kedalaman

1,5-2 cm. perlubang diisi sebanyak

2-3 biji, dengan jarak tanam 35 x 35

cm, sehingga satu petaknya terdapat

25 tanaman .

Membuat ekstrak

Rhizoma alang-alang

(Imperata cylindrical L.), sebanyak 1

kg, cuci sampai bersih kemudian di

cacah dan selanjunya di belender

dengan diberikan air sebanyak 250

ml. Dari hasil belenderan sampai

halus. Di diamkan kedalam wadah

yang tertutup rapat didiamkan selama

24 jam. Selanjutnya ekstrak tersebut

diaplikasikan di gulma yang terdapat

Page 8: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

pada tanaman kedelai. Demikian

juga dengan pembuatan ekstrak

kirinyuh (Chrolomolaena odorata)

sama seperti pembuatan ekstrak

rhizome alang-alang.

Untuk pembuatan ekstrak

campuran rhizoma alang-alang dan

daun kirinyuh sama cara

pembuatanya seperti diatas. Tetapi

bedanya banyaknya dari masing-

masing bahan yaitu rhizoma alang-

alang dan daun kirinyuh di ambil

sebanyak 500 gr dari masing-masing

bahan ekstrak.

Waktu pengaplikasian ekstrak

Pengalikasian dari masing-

masing ekstrak yang telah jadi di

campur kedalam 5 liter air

selanjutnya di aplikasikan dengan

mengunakan gembor. Pada saat,

gulma mengalami pra tumbuh dan

pasca tumbuh, setiap seminggu

sekali di aplikasikan, sampai

tanaman mengalami pegisian buah

polong.

Pemeliharaan

Pemeliharaan di lakukan

penyiraman dengan air secukupnya

pada setiap pagi atau sore hari.

Penjarangan/penyulaman dilakukan

seminggu setelah tanam jika terdapat

tanaman yang mati.

Pengambilan Data Gulma

Dari masing-masing jenis

gulma yang tumbuh ditentukan Some

Dominance Ratio atau Nisbah

Jumlah Dominan (%) melalui

kerapatan, frekuensi dan bobot

kering gulma. Analisis vegetasi

dilakukan setelah tanaman berumur

35 hari setelah tanam. Pengamatan

gulma dilakukan dengan

menggunakan metode kuadrat

melalui frame ukuran 0.5 m x 0.5 m.

Dengan cara di lempar pada setiap

ulangan dan di ambil sapelnya

sebanyak 3 kali lemparan dengan

ukuran bedeng perulangan 2x2

meter.

Nisbah Jumlah

Dominan/Some dominance Ratio

(%) dapat dihitung dengan rumus

(Tjitrosemito, 1999. Dalam Hidayati

Mas’ud, 2009) sebagai berikut:

Kerapatan nisbi + Frekuensi

nisbi + Bbt kering nisbi

3

Kerapatan mutlak = Jumlah individu

jenis dalam petak contoh

Kerapatan

nisbi =

Kerapatan

mutlak

suatu jenis x

100

% Jumlah

kerapatan

mutlak

semua jenis

Page 9: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

Frekuensi

Mutlak =

Jumlah petak

contoh yang

berisi suatu

jenis x

100

% Jumlah

semua petak

contoh yang

diambil

Frekuensi

Nisbi =

Frekuensi

mutlak

suatu jenis x

100

%

Jumlah

frekuensi

mutlak

semua

jenis

Bobot

kering

nisbi =

Bobot kering

suatu jenis x

100

% Bobot kering

semua jenis

Efisiensi pengendalian gulma,

dapat dihitung dengan rumus (Singh

ea all., 1989. Dalam Hidayati

Mas’ud, 2009).

EPG =

BKG control-

BKG

perlakuan

x

100

% BKG kontrol

Keterangan:

EPG = Efisiensi Pengendalian

Gulma (%)

BKG= Berat Kering Gulma

Parameter Pengamatan

1) Mengamati jenis gulma yang

tumbuh sebelum pengolahan

tanah.

2) Mengamati jenis gulma yang

tumbuh sesudah pengolahan

tanah.

3) Mengamati dan menghitung

jenis gulma yang tumbuh

setelah aplikasi dari masing-

masing ekstrak tanaman alang-

alang (Imperata cylindrical L.)

dan kirinyuh (Chrolomolaena

odorata).

4) Mengukur tinggi tanaman

kedelai pada setiap minggunya.

5) Menghitung masing-masing

jumlah daun tanaman setiap

minggunya.

Page 10: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gulma (%)

Hasil dari pengambilan data

gulma dengan menggunakan alat

analisis vegetasi gulma. Dari

berbagai ekstrak tanaman yang di

gunakan untuk menekan

pertumbuhan gulma pada

pertanaman kedelai.

5,94

7,02

5,46

44,54

2,22

12,18

12,39

3,59

7,43

30,95

4,96

1,27

1,76

0,99

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00

Euphorbia prunifolia

berdaun sempit

berdaun sempit

fimbristylis miliacea

borreria alata

alternanthera philoxeroides

ludwigia hyssopifolia

Phyllanthus niruri

eleusine indica

cyperus iria

Echinochloa colonum

digitaria adscendes

cyperus compressus

Ageratum conyzoides

P0

(ta

np

a p

erl

aku

an)

1,04

0,52

4,78

23,85

0,91

14,83

11,29

2,95

7,81

31,53

5,26

0,64

1,99

0,56

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00

Euphorbia prunifolia

berdaun sempit

berdaun sempit

fimbristylis miliacea

borreria alata

alternanthera philoxeroides

ludwigia hyssopifolia

Phyllanthus niruri

eleusine indica

cyperus iria

Echinochloa colonum

digitaria adscendes

cyperus compressus

Ageratum conyzoides

P1

(K

irin

yuh

)

Page 11: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

Gambar 3. Diagram Nisbah Jumlah Dominan/Some dominance Ratio

(SDR/NJR) gulma pada berbagai ekstrak alang-alang dan

kirinyuh pada pertanaman kedelai.

Diagram di atas menunjukan

gulma yang tertekan yaitu gulma

Digitaria adscendes pada perlakuan

2 yang mengunakan ektrak tanaman

alang-alang (Imperata cylindraca

L.). Pada perlakuan 3 jenis gulma

yang tertekan Euphorbia prunifolia

0,69

0,09

1,74

12,84

2,95

13,05

10,69

4,58

4,06

27,62

1,00

0,00

3,05

0,74

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

Euphorbia prunifolia

berdaun sempit

berdaun sempit

fimbristylis miliacea

borreria alata

alternanthera philoxeroides

ludwigia hyssopifolia

Phyllanthus niruri

eleusine indica

cyperus iria

Echinochloa colonum

digitaria adscendes

cyperus compressus

Ageratum conyzoides

P2

(al

ang-

alan

g)

0,00

4,11

4,01

21,75

1,53

8,76

12,29

4,20

9,37

38,21

2,00

0,48

2,78

1,03

0,00 5,00 10,0015,0020,0025,0030,0035,0040,0045,00

Euphorbia prunifolia

berdaun sempit

berdaun sempit

fimbristylis miliacea

borreria alata

alternanthera philoxeroides

ludwigia hyssopifolia

Phyllanthus niruri

eleusine indica

cyperus iria

Echinochloa colonum

digitaria adscendes

cyperus compressus

Ageratum conyzoides

P3

(ko

mb

inas

i ala

ng-

alan

g d

an k

irin

yuh

)

Page 12: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

dengan perlakuan kombinasi dari

keduannya.

Dalam gambar 3. Diatas tingkat ke

efisianan pengendalian gulma yang

sangat efisian diantaranya adalah p2

dengan mengunakan ekstrak alang-

alang (Imperata cylindraca L.) yang

efektif pengendaliannya.

Efisiansi Pengendalian Gulma (%)

dalam hasil pengamatan

tingkat ke efisiansi pengendalian

gulma dapat di lihat pada histogram

gambar 4. Terlihat pada p2 yang

efisiensi penekanan gulmanya

sebesar 25,39%.

Berat Kering Gulma (gr)

Hasil pengamatan berat

kering gulma pada pertanaman

kedelai serta tabel sidik ragamnya

disajikan pada lampiran 2a dan 2b.

Sidik ragam menunjukan bahwa

perlakuan berbagai ekstrak tanaman

berpangaruh tidak nyata terhadap

berat kering gulma.

0,00

10,00

20,00

30,00

P1 P2 P3

9,94

25,39

8,00

EPG %

Gambar 4. Diagram Rata-rata Efisiensi Pengendalian Gulma Pada ekstrak alang-

alang dan kirinyuh.

0,00

50,00

100,00

150,00

200,00

p0 p1 p2 p3

176,16158,64

131,43

162,06

be

rat

(gr)

perlakuan

berat kering gulma

Gambar 5. Diagram berat kering gulma pada pertanaman kedelai.

Page 13: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

Diagram tersebut diatas

menunjukan bahwa penggunaan

ekstrak alang-alang (Imperata

cylindraca L.) pada P2 pada

pengamatan berat kering gulma

dengan dosis 1 liter ekstrak di

campur dengan 5 liter air, berat

gulma mencapai rata-rata 131,43 (gr)

paling rendah berat gulmanya, dan

yang paling tinggi berat gulmanya

adalah pada perlakuan P0 yaitu

(tanpa perlakuan) dengan rata-rata

berat gulma 176,16 (gr).

Tinggi Tanaman.

Hasil pengamatan tinggi

tanaman pada minggu terakhir serta

tabel sidik ragamnya disajikan pada

lampiran 10a dan 10b. Sidik ragam

menunjukan bahwa perlakuan

berbagai ekstrak tanaman

berpangaruh tidak nyata terhadap

tinggi tanaman kedelai.

Diagram tersebut diatas

menunjukan bahwa penggunaan

ekstrak alang-alang (Imperata

cylidraca L.) pada P2 pada

pengamatan terakhir dengan dosis 1

liter ekstrak di campur dengan 5 liter

air, tinggi tanaman mencapai rata-

rata 41,32 (cm), dan yang paling

terendah adalah pada perlakuan P0

yaitu (tanpa perlakuan) dengan rata-

rata tinggi tanaman 35,29 (cm).

Jumlah Daun.

Hasil pengamatan jumlah

daun tanaman kedelai pada minggu

terakhir serta tabel sidik ragamnya

disajikan pada lampiran 18a dan 18b.

Sidik ragam menunjukan bahwa

perlakuan berbagai ekstrak tanaman

Gambar 6. Diagram tinggi tanaman kedelai minggu terakhir pada pengaruh

terhadap ekstrak alang-alang dan kirinyuh.

32,00

34,00

36,00

38,00

40,00

42,00

p0 p1 p2 p3

35,29

38,46

41,32

37,13

tin

ggi (

cm)

perlakuan

tinggi tanaman kedelai minggu ke-8

Page 14: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

berpangaruh tidak nyata terhadap

tinggi tanaman kedelai.

Diagram tersebut diatas

menunjukan paling banyak jumlah

daun bahwa penggunaan ekstrak

kombinasi dari keduanya (alang-

alang dan kirinyuh) pada P3 pada

pengamatan terakhir dengan dosis 1

liter ekstrak di campur dengan 5 liter

air, jumlah daun tanaman mencapai

rata-rata 17,81 (cm), dan yang paling

terendah adalah pada perlakuan P0

yaitu (tanpa perlakuan) dengan rata-

rata jumlah daun tanaman 15,81

(cm).

Berat Basah Polong Kedelai

Hasil pengamatan berat basah

polong tanaman kedelai serta tabel

sidik ragamnya disajikan pada

lampiran 19a dan 19b. Sidik ragam

menunjukan bahwa perlakuan

berbagai ekstrak tanaman

berpangaruh tidak nyata terhadap

berat basah polong kedelai.

Gambar 7. Diagram jumlah daun kedelai minggu terakhir pada pengaruh

terhadap ekstrak alang-alang dan kirinyuh.

14,00

15,00

16,00

17,00

18,00

p0 p1 p2 p3

15,81

17,1116,56

17,81

dau

n (

he

lai)

perlakuan

jumlah daun minggu ke-8

0

50

100

150

200

p0 p1 p2 p3

72.92

199.23166,95 167.63

be

rat

(gr)

perlakuan

berat basah polong kedelai

Gambar 8. Diagram berat basah polong kedelai pada pengaruh ekstrak alang-

alang dan kirinyuh.

Page 15: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

Diagram tersebut diatas

menunjukan paling berat basah pada

penggunaan ekstrak kirinyuh

(Chromolaena odorata) pada P1

pada dengan dosis 1 liter ekstrak di

campur dengan 5 liter air, berat

polong basah kedelai mencapai rata-

rata 199,23 (gr), dan yang paling

terendah adalah pada perlakuan P0

yaitu (tanpa perlakuan) dengan rata-

rata berat basah polong kedelai

100,39 (gr).

Berat Polong Kering

Hasil pengamatan berat

polong kering kedelai serta tabel

sidik ragamnya disajikan pada

lampiran 23a dan 23b. Sidik ragam

menunjukan bahwa perlakuan

berbagai ekstrak tanaman

berpangaruh tidak nyata terhadap

berat polong kering kedelai

.

Diagram tersebut diatas

menunjukan berat polong kering

rata-rata tertinggi pada penggunaan

ekstrak kirinyuh (Chromolaena

odorata) pada P1 pada dengan dosis

1 liter ekstrak di campur dengan 5

liter air, dengan berat kering polong

kedelai mencapai rata-rata 67,94 (gr),

dan yang paling terendah adalah

pada perlakuan P0 (tanpa perlakuan)

dengan rata-rata berat polong kedelai

rata-rata 31,28 (gr).

Jumlah Polong Kedelai.

Hasil pengamatan jumlah

polong tanaman kedelai serta tabel

sidik ragamnya disajikan pada

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

p0 p1 p2 p3

31,28

67,9455,84 54,15

be

rat

(gr)

perlakuan

berat polong kering kedelai

Gambar 9. Diagram berat polong kering kedelai pada pengaruh ekstrak alang-

alang dan kirinyuh.

Page 16: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

lampiran 20a dan 20b. Sidik ragam

menunjukan bahwa perlakuan

berbagai ekstrak tanaman

berpangaruh tidak nyata terhadap

jumlah polong polong kedelai.

Diagram tersebut diatas

menunjukan paling banyak jumlah

polong pada penggunaan ekstrak

kirinyuh (Chromolaena odaorata)

pada P1 pada dengan dosis 1 liter

ekstrak di campur dengan 5 liter air,

jumlah polong kedelai mencapai

rata-rata 175 (polong), dan yang

paling terendah adalah pada

perlakuan P0 yaitu (tanpa perlakuan)

dengan rata-rata berat basah polong

kedelai 100 (polong).

Panjang Polong Kedelai.

Hasil pengamatan panjang

polong tanaman kedelai serta tabel

sidik ragamnya disajikan pada

lampiran 21a dan 21b. Sidik ragam

menunjukan bahwa perlakuan

berbagai ekstrak tanaman

berpangaruh tidak nyata terhadap

panjang polong kedelai.

0

50

100

150

200

p0 p1 p2 p3

100

175,00 168 166,25

jum

lah

(p

olo

ng)

perlakuan

jumlah polong kedelai

Gambar 10. Diagram jumlah polong kering kedelai pada pengaruh ekstrak alang-

alang dan kirinyuh.

Page 17: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

Diagram tersebut diatas

menunjukan paling panjang rata-rata

polong pada penggunaan ekstrak

kirinyuh pada P1 pada dengan dosis

1 liter ekstrak di campur dengan 5

liter air, panjang polong kedelai

mencapai rata-rata 4.84 (cm), dan

yang paling terendah adalah pada

perlakuan P2 yaitu ekstrak alang-

alang (Imperata cylindraca L.)

dengan rata-rata panjang polong

kedelai rata-rata 4.56 (cm).

Berat Biji Kedelai

Hasil pengamatan berat biji

kedelai kering serta tabel sidik

ragamnya disajikan pada lampiran

23a dan 23b. Sidik ragam

menunjukan bahwa perlakuan

berbagai ekstrak tanaman

berpangaruh tidak nyata terhadap

berat biji kedelai kedelai kering.

Diagram tersebut diatas

menunjukan berat biji kedelai rata-

rata tertinggi pada penggunaan

ekstrak kirinyuh pada P1 pada

dengan dosis 1 liter ekstrak di

campur dengan 5 liter air, berat biji

kedelai mencapai rata-rata 34,53 (gr),

4,40

4,50

4,60

4,70

4,80

4,90

p0 p1 p2 p3

4,65

4,84

4,564,64

pjn

g (c

m)

perlakuan

panjang polong kedelai

Gambar 11. Diagram panjang polong kedelai pada pengaruh ekstrak alang-alang

dan kirinyuh.

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

p0 p1 p2 p3

17,54

34,5327,14 25,03

be

rat

(gr)

perlakuan

berat biji kedelai

Gambar 12. Diagram berat biji kedelai pada pengaruh ekstrak alang-alang dan

kirinyuh.

Page 18: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

dan yang paling terendah adalah

pada perlakuan P0 yaitu tanpa

perlakuan dengan rata-rata berat biji

kedelai rata-rata 34,53 (gr).

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian

menunjukan bahwa pengaruh

berbagai ekstrak tanaman. Dengan

perlakuan P1 (ekstrak tanaman

kirinyuh (Chromolaena odorata) 1

liter di campur dengan 5 liter air), P2

(ekstrak tanaman alang-alang

(Imperata cylindraca L.) 1 liter di

campur dengan 5 liter air), dan P3

(ekstrak kombinasi dari keduanya

antara kirinyuh (Chromolaena

odorata) dan alang-alang (Imperata

cylindraca L.) sebanyak 1 liter di

campur kedalam 5 liter air).

Berpengaruh tidak nyata tanaman

kedelai.

Gulma

Pengamatan komposisi gulma

yang di tekan pertumbuhannya pada

areal yang di aplikasikan ekstrak

tanaman. Yang ditekan jenis gulma

digitaria adscendes pada perlakuan

P2 sedangkan Euphorbia prunnifolia

pada perlakuan P3. Pada P2

mengunakan ektrak alang-alang

(Imperata cylindraca L.), yang

banyak mengandung zat alelopati.

Alang-alang (Imperata cylindraca

L.) yang masih hidup mengeluarkan

zat senyawa alelopati lewat organ

dibawah tanah, jika sudah mati baik

organ yang berada di atas tanah

maupun yang di bawah tanah sama-

sama dapat melepaskan senyawa

alelopati. Senyawa yang di keluarkan

adalah senyawa golongan fenol

(Sastroutomo, 1990). Menurut dari

hasil penelitian Darana (2006)

menunjukan bahwa ektrak daun

kirinyuh (Chrolomolaena odorata)

dapat menghambat pertumbuhan

gulma pada perkebunan teh. Mulsa

segar alang-alang (Imperata

cylindraca L.) yang di potong-potong

3-5 cm pada takaran 15-20 ton/ha di

tebar di pertanaman kedelai mampu

menekan populasi gulma termasuk

alang-alang-alang (Imperata

cylindraca L.) sendiri serta

meningkatkan kadar air tanah dan

hasil tananam (Zaini dan Lamid,

1993) dalam skripsi Muhamad

Haikal, 2000. Jadi jelas bahwa

perlakuan p2 dan p3 itu ada

pengaruhnya terhadap penekanan

gulma Digitaria adscendes dan

Euphorbia prunnifolia. Namun yang

cenderung sangat menekan yaitu

pada p2 dilihat pada gambar 4

Page 19: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

penghitungan berat kering gulma

dengan berat terendah diantara

perlakuan.

Dapat dilihat pada gambar 3.

Tingkat ke efisianan pengendalian

gulma pada p2 dengan dengan

mengunakan ekstrak alang-alang

(Imperata cylindraca L.) yang efisien

pengendaliannya sekitar 25,36%.

Namun tidak semua jenis gulma

yang bisa di kendalikannya seperti

gulma Cyperus iria yang tidak bisa

dikendaliakan. Diantara perlakuan

jenis gulma Cyperus iria yang sangat

dominan pertumbuhanya. Namun

dalam penghitungan data statistik

tidak berpengaruh nyata terhadap

tanaman utama, baik dari tinggi

tanaman, jumlah daun, dan hasil

panen kedelai.

Namun ada gulma yang dapat

di tekan pertumbuhannya yaitu

gulma Centella asiatica dan

Ipomoea triloba L. yang tumbuh

sebelum melakukan pengolahan

tanah. Yang terdapat pada perlakuan

p1,p2, dan p3.

Tinggi Tanaman Kedelai

Dalam pengamatan terakhir

diagram yang paling tinggi pada P2

dengan perlakuan pemberian ekstrak

tanaman alang-alang mencapai tinggi

rata-rata 41,42 cm, tapi dengan hasil

tidak nyata pada table sidik ragam

pada lampiran 9b. Namun pada

pengamatan ke-2 sampai dengan

pengamatan ke-6 rata-rata tertinggi

yaitu p1, seperti yang terlampir pada

lampiran 3b sampai dengan lampiran

6b.

Pengaplikasian ekstrak

dilakukan sampai dengan minggu ke-

4 sedangkan Pada minggu ke-5

dilakukan pemupukan dengan

mengunakan pupuk NPK Phoska.

Maka pada minggu ke-6 sampai

dengan minggu ke-8 p2 yang paling

tinggi tanamannya, itu di karnakan

gulma yang terdapat dalam p2

cenderung lebih sedikit dari pada

perlakuan lainnya. Dengan adanya

gulma yang lebih sedikit dari

tanaman lainnya maka persaingan

unsur hara pada tanaman menjadi

lebih sedikit dari perlakuan lainya.

Namun menurut penelitian hidayat,

1994 dalam skripsi Muhamad

Haikal, 2000 menunjukan bahwa

media yang memberikan pengaruh

terbaik untuk pertumbuhan randu

(Ceiba pentandra) dengan media

campuran tanah dan alang-alang

dengan perbandingan 50%:50%.

Page 20: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

Aplikasi mengunakan ektrak

alang-alang untuk menekan

pertumbuhan gulma memang

cederung berhasil, tapi terpengaruh

terhadap pertumbuhan tanaman

kedelai seperti pada minggu ke-5.

Tanaman pada p2 mengalami

penekanan pertumbuhan. namun

tingkat penekanan dalam data

statistik tidak berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman kedelai

Jumlah Daun Kedelai.

Dalam pengamatan terakhir

jumlah daun yang paling banyak

yaitu p3 dengan rata-rata 17,81 helai,

yang mengunakan ekstrak kombinasi

dari keduanya (alang-alang dan

kirinyuh). Itu dikarnakan kandungan

yang terdapat dalam kirinyuh, seperti

yang dijelaskan oleh Komang Puspa

Yanti (2012) pemberian ektrak

kirinyuh pada kacang tanah dengan

konsetarsi 80 ml/1 liter air sangat

berpengaruh nyata pada pertambahan

luas daun, dan jumlah daun.

Menurut Rauf dan Ritonga

(1998) Dalam skripsi Gusniwati,

2008 komposisi alang-alang bagian

atas adalah 0,71 % N; 0,67 % P; 1,07

% K; 0,76 % Ca; 0,55 % Mg; 5,32 %

Si. Selanjutnya menurut Made

Devani Duaja (2012) dengan

pemberian dosis pupuk cair pada

setiap bahan kompos Kirinyuh

(Cromolaena odorata) menunjukkan

peningkatan jumlah daun yang nyata

terhadap tanaman selada. Jadi jelas

bahwa tanaman kiriyuh dan alang-

alang itu juga memiliki pupuk

kompos yang dibutuhkan oleh

tanaman kedelai seperti unsur NPK

yang sangat dibutuhkan oleh

tanaman terutama pada banyak

daunnya.

Berat basah dan kering polong

kedelai.

Dalam pengamatan berat

basah polong kedelai yang terberat

p1 dengan rata-rata 199,23 (gr) pada

berat basah dan pada berat kering

67,94 (gr), yang mengunakan ekstrak

kirinyuh. Menurut Made Devani

Duaja (2012) dalam Hasil selada

tertinggi dicapai pada perlakuan

bahan dasar kompos cair Kirinyuh

(Cromolaena odorata) dengan dosis

15 ml. Hasil pelacakan interaksi

menunjukkan peningkatan dosis

pupuk kompos cair dari 5 ke 15 ml

memacu peningkatan hasil selada

pada setiap taraf bahan kompos cair.

Maka jelas dalam penelitian

sebelumnya kirinyuh tersebut

berperan meningkatkan hasil. Karna

Page 21: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

kirinyuh juga mengandung unsur

hara K yang dibutuhkan oleh buah,

seperti pada penelitian Hasnelly,

(2001) pemberian kirinyuh selain

menyumbangkan N juga dapat

memperbaiki sifat kimia tanah

dengan meningkatkan kandungan

hara tanah seperti P, dan K.

Pada perlakuan P1 berat

basah dan berat kering polong

kedelei cenderung lebih tinggi

beratnya, dikarnakan kirinyuh

(Cromolaena odorata) juga

mengandung unsur hara N, P dan K

yang dibutuhkan oleh buah atau

pengisian polongnya.

Jumlah Polong Dan Panjang

Polong Kedelai.

Jumlah polong yang

terbanyak denga rata-rata tertinggi

175 polong dan panjang polong

dengan rata-rata 4,84 cm yaitu pada

perlakuan p1 dengan mengunakan

kirinyuh. Dikarnakan kirinyuh

(Cromolaena odorata) mengandung

N, P, dan K. yang dibutuhkan dalam

pembentukan polong. Seperti

dikatakan Made Devani Duaja

(2012) dalam penelitiannya tanaman

selada dengan hasil tertinggi dengan

perlakuan kompos cair kirinyuh

denga dosis 15 ml.

Jelas dikatakan bahwa

kirinyuh (Cromolaena odorata)

tersebut mengandung N, P, dan K

yang sangat dibutuhkan oleh

tanaman kedelai. Unsur P juga

berperan pada pertumbuhan benih,

akar, bunga, dan buah. Dengan

membaiknya struktur perakaran

sehingga daya serap nutrisi pun lebih

baik (Anonim, 2010). Maka dalam

pembentukan polong unsur P juga

berperan aktif. Baik dari jumlah

polong mau pun panjang polong

kedelai.

Berat Biji Kering

Berat biji yang paling berat

adalah P1 dengan perlakuan ekstrak

daun kirinyuh dengan berat mencapai

34,53 (gr). Dikarnakan unsur yang

tekandung dalm ekstrak daun

kirinyuh yang cukup lengkap yang

dibutuhkan pembentukan biji

kedelai. Seperti unsur N yang

berfungsi untuk menyusun 1-4 %

bahan kering (bagian keras) tanaman,

seperti batang, kulit, dan biji

(Anonim,2010). Karna kirinyuh

tersebut banyak mengandung unsur

N yang dalam pembentukan biji

kedelai.

Page 22: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis

pada penelitian ini dapat dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Dalam jumlah penghitungan

SDR/NJR (%) jenis gulma

Digitaria adscendes pada p2 dan

pada p3 Euphorbia prunifolia

tertekan pertumbuhanya. Dari

perhitungan Efisiensi

Pengendalian Gulma (EPG)

terdapat p2 dengan keefisianan

25%.

2. Pengunakan ekstrak alang-alang 1

liter ekstrak/5 liter air memang

cenderung berhasil terlihat pada

p2 pada pengamatan terakhir

dengan rata-rata tinggi tanaman

41,32 cm. Persaingan unsur hara

itu lebih sedikit karna gulma

cenderung lebih jarang dari

perlakuan lainnya.

3. Penggunaan ekstrak kompinasi

dari keduanya ( alang-alang dan

kirinyuh) pada perlakuan p3

memperlihatkan jumlah daun

terbanyak dengan rata-rata 17,81

helai. Ektrak kirinyuh yang

mengandung pupuk hijau terhadap

daun.

4. Pengunaan ekstrak kirinyuh pada

P1 mengaruhi terhadap berat

basah polong (199,23 gr), berat

kering polong (67,94 gr), jumlah

polong (175 polong), panjang

polong (4,84 cm) dan berat biji

kedelai (34,83 gr). Dikarnakan

tanaman kirinyuh banyak

mengandung pupuk hijau yang

banyak mengandung unsur hara

yang dibutuhkan oleh tanaman

kedelai seperti unsur N, P, K.

Saran

Sebaiknya dilakukan

penelitian lebih lanjut terhadap

pengunaan ekstrak tanaman untuk

menekan pertumbuhan gulma dengan

konsetrasi yang lebih tinggi dan pada

gulma yang terdapat pada tanaman

jenis tahunan.

Penelitian ini diharapkan

menjadi acuan penelitian selanjutnya,

dan dapat menambah pengetahuan

dari para pembacanya tentang

ekstrak tanaman sebagai menekan

pertumbuha gulma dan

pengarunhnya terhadap tanaman

kedelai.

Page 23: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

DAFTAR PUSATAKA

Abidin, 2001. Uji Lima Konsentrasi

dan Frekunsi Aplikasi

Isoprothiolane Terhadap

Pertumbuhan dan Hasil

Kedelai (Glycine max L.

Merr.) Bogor (IPB)

Anonim, 2012. Kirinyuh

(Chromolaena odorata),

Gulma dengan banyak

potensi manfaat. Artikel

Direktorat Jenderal

Perkebunan. Di akses pada

tanggal 9 maret 2013.

Anonim, 2010. Pemanfaatan Gulma

Kirinyuh Sebagai Sumber

Nitrogen Dan Kalium Untuk

Tanaman Cabai Di

Kecamatan Rambatan.

http://www.thedigilib.com/d

oc/116207-pemanfaatan-

gulma-kirinyuh-sebagai-

sumber-nitrogen-dan-

kalium-untuk-tanaman-

cabai-di-kecamatan-

rambatan#.UgnK4HIoPIU

Darana, S. 2006. Aktivitas Alelopati

Ekstrak Daun Kirinyuh

(Chromolaena odorata) dan

Salira (Lantana camara)

terhadap Pertumbuhan

Gulma di Perkebunan Teh.

Jurnal Pusat Penelitian Teh

dan Kina Volume 9 Nomor

1,2 Periode Bulan Januari –

Agustus 2006.

Dewi, Murrinie, Endang, 2011,

Pemanfaatan gulma

Chromolaena odorata (l.)

R.m. king and h. Robinson

sebagai pupuk Organik dan

biopestisida. Skripsi :

Fakultas Ekonomi

Universitas Muria Kudus.

Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla,

2008, Tanaman unggulan.

Jakarta.

Duaja, Made Devani, 2012.

Pengaruh Bahan Dan Dosis

Kompos Cair Terhadap

Pertumbuhan Selada

(Lactuca sativa sp.), Jambi.

Eprim, Yeheskiel Sah, 2006. Periode

Kritis Tanaman Kedelai

(Glycine max (L.) Merr.)

Terhadap Kompetisi Gulma

Pada Beberapa Jarak

Tanam Di Lahan Alang-

Alang (Imperata cylindrica

(L.)Beauv.). skripsi Fakultas

Pertanian Institut Pertanian

Bogor

Gusniwati, 2008. Pertumbuhan Dan

Hasil Tanaman Jagung

Dengan Pemberian Kompos

Alang-Alang. Skripsi. Jambi

Haekal, Muhamad, 2000. Respon

pertumbuhan bibit kelapa

sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) terhadap pemupukan

N pada media tumbuh

dengan kompos alang-alang

dengan inokulasi

Trichoderma viride. Bogor

Hardiansyah, H., 2006. Pengujian

Dosis Serbuk Daun Mindi

Melia azedarach L. Dan

Kirinyuh Chromolaena

odorata (L.) King dan H.E.

Robinson terhadap Populasi

Nematoda Sista Kentang

Globodera rostochiensis

(Woll.) Behrens pada

Tanaman Kentang di

Page 24: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

Rumah Kaca. Skripsi.

Fakultas Pertanian

Universitas Padjadjaran.

Bandung.

Hasnelly, 2001. Kontribusi Nitrogen

Tanaman Kirinyuh

Terhadap Pertumbuhan

Tanaman Jagung Yang

Dirunut Dengan 15N

Hasyim, Ilma Bani. 2010. Artikel

Jenis Herbisida (herbisida

kontak dan herbisida

sistemik)

http://ilmalbanihasyim.blogs

pot.com/2010/02/artikel-

jenis-herbisida.html.

Sumatra Utara. di akses

pada tanggal 14 April 2013.

Hudzaifah,Abu,2008. Pengendalian

Gulma, Hama dan Penyakit

Pada Kedelai http://abumutsanna.wordpre

ss.com/2008/09/23/pengend

alian-gulma-hama-dan-

penyakit-pada-kedelai/ ; di

akses tanggal 9 April 2013.

Irwan, A. Wawan, 2006, Budidaya

Tanaman Kedelai (Glycine

max (L.) Merill). Jatinagor.

Izah, Lailatul, 2009, Pengaruh

Ekstrak Beberapa Jenis

Gulma Terhadap

Perkecambahan Biji Jagung

(Zea Mays L.). Skripsi :

Prongram Pasca Sarjana

Universitas Islam Negeri

(UIN) Maulana Malik

Ibrahim Malang.

Murrinie, Endang Dewi, 2011.

Pemanfaatan Gulma

Chromolaena odorata (L.)

R.M. King And H. Robinson

Sebagai Pupuk Organik

Dan Biopestisida. Penelitian

Prawiradiputra, B.R., 2007. KiRinyuh

(Chromolaena odorata (L.)

R.M. King dan H.

Robinson): Gulma Padang

Rumput yang Merugikan.

Wartazoa Vol. 17 No. 2

Tahun 2007.

Saepurrohman, Ahmad, 2012. 5

Klasifikasi Gulma. Artikel.

http://ahmadsaepurrohman.

wordpress.com/2012/11/10/

5-klasifikasi-gulma/

Saputra, Roby, 2012,Pemanfaatan

biomasa teki (Cyperus

rotundus L.) Untuk

pengendalian gulma

berdaun lebar pada

pertanaman kedelai

(Glycine max (L.) Merr.).

Skripsi.

Suprapto, H. 1998. Bertanam

kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sofiati, Nurul, dkk, 2011.

Pengendalian Gulma pada

Tanaman Kedelai (Glycine

max L.). Makalah. Diakses

pada tanggal 27 April 2013.

http://cophierastafaras.blogs

pot.com/2012/05/pengendali

an-gulma-pada-tanaman-

kedelai.html

Teken, Yulianto, 2012, Respon

pertumbuhan tanaman

kedelai (Glicyne max merril

L) terhadap pemberian

kompos kulit buah kakao.

Skripsi

Wijaya, F. 2001. Pemanfaatan

Alelopati Pada Rimpang

Page 25: ABSTRAK - COnnecting REpositories · 2020. 1. 21. · kerapatan, frekuensi dan bobot kering gulma. Analisis vegetasi dilakukan setelah tanaman berumur 35 hari setelah tanam. Pengamatan

Alang-alang Sebagai

Herbisida Organik

Pengendali Gulma Teki

(Cyperus rotundus). Jurnal

Penelitian Universitas

Sumatra.

Mas’ud, Hidayati, 2009. Komposisi

Dan Efisiensi Pengendalian

Gulma Pada Pertanaman

Kedelai Dengan

Penggunaan Bokashi.

Sulawesi Tengah

Yoppi, 2011. Laporan Biomassa.

Artikel, diakses tgl 9 maret

2013.

http://yoppi406.blogspot.co

m/2011/02/laporan-

biomassa.html