Upload
duongcong
View
228
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Keterampilan Proses Dasar Pada Pembelajaran IPA di SD
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Teknologi Informasi
dan Komunikasi
Dosen : Suprih Widodo, S.Si, M.T
Disusun Oleh
Muhamad Dodi Tisna
(0801708)
3 IPS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS PURWAKARTA
2010
Abstrak
Sejatinya diadalam kehidupan sekarang ini Pengembangan kemamapuan
siswa dalam bidang sains merupakan salah satu kunci keberhasilan penigkatan
kemampuan dalam memasuki teknologi informasi.
Pada prinsipnya, pelajaran sains di sekolah membekali siswa kemampuan
berbagai cara “mengetahui” dan cara ‘mengerjakan” sesuatu yang dapat
membantu siswa memahami alam sekitar secara mendalam.
Sejak dini sebaiknya siswa sudah dilibatkan dalam proses sains sesuai
taraf perkembangannya intelektualnya, sehingga pada gilirannya anak akan
memiliki keterampilan proses sains.
i
Kata Pengantar
Alhamdulilah puji syukur kepada Alah SWT yang telah memberikan
pengetahuan dan tidak lupa sholawat serta salam moga tercurah kepada nabi akhir
zaman Nabi Muhammad SAW.
Pada dasarnya tujuan akhir dari penulisan makalah ini ialah agar rekan-
rekan mahasiswa dapat memahami tentang Keterampilan Proses Dasar Pada
Pembelajaran IPA di SD. Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah
Dasar Teknologi Informasi dan Komunikasi.
“Tiada gading yang tak retak”. Kiranya itulah pribahasa yang pantas untuk
menggambarkan isi dari makalah ini. Kritik dan saran yang membangun tentunya
akan membuat penyusun lebih baik dalam penulisan makalah dikemudian hari.
Sekiranya makalah ini dapat bermanfaat dan memperkaya wawasan bagi
para pembaca semua, khususnya mengenai Keterampilan Proses Dasar Pada
Pembelajaran IPA di SD .
Semoga Allah menjadikan amalan yang ikhlas mengantarkan kebaikan
kepada kita di dunia maupun di akhirat.amin…!!
Purwakarta, 15 november 2010
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Abstrak......................................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
D. Prosedur Pemecahan Masalah...................................................................3
E. Sistematika Penulisan...................................................................................3
KETERAMPILAN PROSES DASAR PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD.....4
A. Keterampilan Proses Dasar.......................................................................4
B. Perbedaan Pendekatan Inkuiri dan Keterampilan Proses..........................4
a) Pengertian pendekatan inkuiri...................................................................4
b) Karakteristik Pendekatan Inkuiri...............................................................5
c) Perbedaan Inkuiri dan keterampilan Proses..............................................6
C. Jenis – jenis Pendekatan Keterampilan Proses Dasar...............................6
a) Keterampilan Mengobservasi....................................................................6
b) Keterampilan Mengklasifikasi..................................................................7
iii
c) Keterampilan Mengukur............................................................................8
d) Keterampilan Mengkomunikasikan..........................................................9
e) Keterampilan Menginferensi...................................................................10
f) Keterampilan Memprediksi.....................................................................11
g) Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu...........................11
h) Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan- bilangan.........................12
D. Aspek-aspek Keterampilan Proses Sains................................................13
a) Pengamatan (observasi)...........................................................................13
b) Pengklasifikasian.....................................................................................13
c) Pengukuran..............................................................................................13
d) Identifikasi dan Pengendalian Variabel...................................................14
e) Perumusan Hipotesa................................................................................14
f) Perancangan Eksperimen........................................................................15
g) Penyimpulan Hasil Eksperimen..............................................................15
h) Pengkomunikasikan Hasil Eksperimen...................................................15
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................16
A. Kesimpulan..............................................................................................16
B. Saran........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
iv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (sains) merupakan hasil kegiatan manusia yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Produk sains
berupa pengetahuan tentang sains yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, hukum,
dan teori. Proses ilmiah merupakan serangkaian prosedur empirik dan analitik.
Prosedur empirik mencakup antara lain pengamatan (observasi), klasifikasi, dan
pengukuran. Menurut Darmodjo, prosedur analitik mencakup penyusunan
hipotesa, perancangan eksperimen, penarikan kesimpulan, dan
peramalan.pemahaman terhadap sains seyogyanya tidak hanya memandang sains
sebagai produk tetapi juga sebagai proses.
Pengembangan kemamapuan siswa dalam bidang sains merupakan salah
satu kunci keberhasilan penigkatan kemampuan dalam memasuki teknologi
informasi. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum berbasis materi (content-
based) atau siswa belajar sejumlah fakta ke pengembangan kurilulum berbasis
kompetensi (competency-based), dimana ada keseimbangan peningkatan
kemampuan konseptual dan prosedural. Pendidikan sains menekankan pada
pemberian pengalaman secara langsung. Siswa perlu dibantu untuk
mengembangkan sejumlah keterampilan proses untuk menjelajahi alam sekitar
dan memahaminya.
Pada prinsipnya, pelajaran sains di sekolah membekali siswa kemampuan
berbagai cara “mengetahui” dan cara ‘mengerjakan” sesuatu yang dapat
membantu siswa memahami alam sekitar secara mendalam. Menurut Piaget,
kebanyakan anak usia sekolah dasar (7-11 tahun), tingkat perkembangan
intelektualnya berada pada tahap operasional konkrit. Pada tahap ini, anak
berpikir logis dengan menggunakan benda-benda konkrit untuk diotak-atik sesuai
dengan kemauannya. Memberi kesempatan pada anak untuk mengeksplorasi
obyek yang dipelajari akan membantu proses berpikirnya, sehingga pembelajaran
1
akan tertanam dalam pikirannya dan menjadi bermakna. Pengoperasian
(pengutak-atikan) benda-benda konkrit menurut Gega juga merupakan
keterampilan berpikir. Karena hidup penuh dengan masalah dan tantangan, maka
tugas guru adalah mengajarkan bagaimana berpikir untuk menghadapi masalah.
Sejak dini sebaiknya siswa sudah dilibatkan dalam proses sains sesuai
taraf perkembangannya intelektualnya, sehingga pada gilirannya anak akan
memiliki keterampilan proses sains. Salah satu usaha yang dilakukan pada
pembelajaran IPA adalah dengan menggunakan keterampilan proses sains.
Menurut Gage, keterampilan ini digunakan oleh para sceintice (ilmuwan) dalam
memecahkan masalah. Melalui keterampilan proses sains, diharapkan siswa dapat
mengalami proses sebagaimana yang dialami oleh para ilmuwan dalam usaha
memecahkan misteri-misteri yang ada di alam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah,
penulis mengidentifikasikan permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:
a) Apa definisi dari keterampilan proses dasar?
b) Apa perbedaan pendekatan inkuiri dan keterampilan proses ?
c) Apa saja jenis- jenis pendekatan pada keterampilan proses dasar?
d) Apa saja aspek-aspek keterampilan proses sains?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penulis dapat
menentukan tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
a) Mengetahui definisi dari keterampilan proses dasar.
b) Mengetahui perbedaan pendekatan inkuiri dan keterampilan proses
c) Mengetahui jenis- jenis pendekatan pada keterampilan proses dasar.
d) Mengetahui aspek-aspek keterampilan proses sains
2
D. Prosedur Pemecahan Masalah
Adapun prosedur pemecahan masalah pada makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Penulis mencari dan mengumpulkan beberapa sumber yang relevan
dengan materi yang akan dikaji.
2. Penulis melakukan pemilihan materi yang layak untuk dikemukakan
dalam makalah ini.
3. Penulis menarik kesimpulan atas data yang telah diolah.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri atas beberapa bab, yang antara lain:
Bab I : merupakan bagian awal pembahasan pada makalah ini yang berisi tentang
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, prosedur pemecahan
masalah, dan sistematika penulisan.
Bab II : merupakan bagian tentang pembahasan teori Keterampilan Proses Dasar
pada Pembelajaran IPA di SD, yang di dalamnya terdiri dari pengertian
keterampilan proses dasar, perbedaan pendekatan inkuiri dan keterampilan proses,
jenis- jenis pendekatan keterampilan proses dasar, dan aspek-aspek keterampilan
proses sains.
Bab III: merupakan bagian akhir dari pembahasan makalah ini yang di dalamnya
terdiri atas kesimpulan dan saran.
3
KETERAMPILAN PROSES DASAR PADA PEMBELAJARAN IPA DI
SD
A. Keterampilan Proses Dasar
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan
pengembangan keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang
bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada
dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/ 1993 : 14)
Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa
keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan
kemampuan - kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuwan berhasil
menemukan sesuatu yang baru.
Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1998/1999: 113) mengungkapkan bahwa
pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada di
luar jangkauan kemampuan peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud
mengembangkan kemampuan - kemampuan yang dimiliki peserta didik.
B. Perbedaan Pendekatan Inkuiri dan Keterampilan Proses
a) Pengertian pendekatan inkuiri
Secara umum Inkuiri adalah suatu strategi pembelajaran diaman guru dan
murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan yang diapaki
oleh ilmuwan. Arti inkuiri adalah proses penemuan dan penyelidikan masalah-
4
masalah, menyusun hipotesa, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data,
dan menarik kesimpulan tentang hasil pemecahan masalah.
Secara khusus, Piaget memberian definisi inkuiri sebagai pendidikan yang
mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan
yang mereka ajukan. Menurut Kuslan dan Stone (Dahar dan Liliasari, 1986)
mendeefinisikan inkuiri sebagai pengajaran diaman guru dan murid-murid
mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para
ilmuwan.
b) Karakteristik Pendekatan Inkuiri
Secara operasional pendekatan inkuiri mempunyai karakteritik sebagai
berikut:
a. Koneksi, siswa mampu menghubungkan pengetahuan sains pribadi
dengan konsep komunikasi sains.
b. Desain, siswa membuat perencanaan pengumpulan data yang bermakna
yang menunjukkan pada pertanyaan.
c. Investigasi, siswa dapat membagi data secara akurat, mengorganisasi data
dengan cara yang logis dan bermakna, dan memperjelas hasil
penyelidikan.
d. Konstuksivisme, konsep yang dilakukan dengan eksperimen akan
memberi arti yang lebih bermkna dalam pembangunan pola berpikir kritis.
5
e. Eksplorasi, siswa berperan aktif mendiskusikan prosedur, persiapan
materi, menggunakan variabel kontrol dan pengukuran, serta dapat
mempresentasikan data secara ilmiah.
c) Perbedaan Inkuiri dan keterampilan Proses
Dari keterangan yang telah dijelaskan diatas, dapat kita ketahui bahwa inkuiri
lebih menekankan pada pengeksplorasian pola berpikir siswa tanpa mempokuskan
pada produk/out put (hasil akhir). Pada keterampilan proses kegiatan siswa telah
ditekankan pada membuat/ menghasilkan pada suatu produk yang merupakan
hasil dari pola pemikiran mereka sendiri sesuai dengan konsep yang telah meraka
dapatkan.
C. Jenis – jenis Pendekatan Keterampilan Proses Dasar
Khusus untuk keterampilan proses dasar, proses- prosesnya meliputi
keterampilan mengobservasi, mengklasifikasi, mengobservasi,
mengklasifikasikan, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi,
memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan-
hubungan angka.
a) Keterampilan Mengobservasi
Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah
keterampilan yang dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita
miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifat- sifat dari objek- objek
atau kejadian- kejadian. Definisi serupa disampaikan oleh Abruscato (1988) yang
6
menyatakan bahwa mengobservasi artinya mengunakan segenap panca indera
untuk memperoleh imformasi atau data mengenai benda atau kejadian. (Nasution,
2007: 1.8- 1.9)
Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan
mengobservasi misalnya menjelaskan sifat- sifat yang dimiliki oleh benda- benda,
sistem- sistem, dan organisme hidup. Sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur,
warna, bau, bentuk ukuran, dan lain- lain. Contoh yang lebih konkret, seorang
guru sering membuka pelajaran dengan menggunakan kalimat tanya seperti apa
yang engkau lihat ? Atau bagaimana rasa, bau, bentuk, atau tekstur? Atau
mungkin guru menyuruh siswa untuk menjelaskan suatu kejadian secara
menyeluruh sebagai pendahuluan dari suatu diskusi.
b) Keterampilan Mengklasifikasi
Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan
ketermpilan yang dikembangkan melalui latihan- latihan mengkategorikan benda-
benda berdasarkan pada (set yang ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat benda
tersebut. Menurut Abruscato mengkalsifikasi merupakan proses yang digunakan
para ilmuan untuk menentukan golongan benda- benda atau kegaitan- kegiatan.
(Nasution, 2007 : 1.15)
Bentuk- bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini misalnya
memilih bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan,
daun- daun, atau kancing- kancing berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistem-
7
sistem klasifikasi berbagai tingkatan dapat dibentuk dari gambar- gambar hewan
dan tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan menempelkannya pada papan
buletin sekolah atau papan panjang di kelas.
Contoh kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk
membangun skema klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk klasifikasi
organisme- organisme dari carta yang diperlihatkan oleh guru, atau yang ada
didalam kelas, atau gambar tumbuh- tumbuhan dan hewan- hewan yang dibawa
murid sebagai sumber klasifikasi
c) Keterampilan Mengukur
Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui
kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan- satuan yang
cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato
menyatakan bahwa mengukur adalah suatu cara yang kita lakukan untuk
mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin, mengukur adalah membuat
observasi kuantitatif dengan membandingkannya terhadap standar yang
kovensional atau standar non konvensional. (Nasution, 2007 : 1.20)
Keterampilan dalam mengukur memerlukan kemampuan untuk menggunakan
alat ukur secara benar dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan
dengan menggunakan alat- alat ukur. Langkah pertama proses mengukur lebih
menekankan pada pertimbangan dan pemilihan instrumen (alat) ukur yang tepat
untuk digunakan dan menentukan perkiraan sautu objek tertentu sebelum
8
melakukan pengukuran dengan suatu alat ukur untuk mendapatkan ukuran yang
tepat.
Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa menggunakan alat ukur yang
dibuat sendiri atau dikembangkan dari benda- benda yang ada disekitar.
Sedangkan pada tahap selanjutnya, menggunakan alat ukur yang telah baku
digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh, dalam penguran jarak, bisa
menggunakan potongan kayu, benang, ukuran tangan, atau kaki sebagai satuan
ukurnya. Sedangkan dalam pengukuran isi, bisa menggunakan biji- bijian atau
kancing yang akan dimasukkan untuk mengisi benda yang akan diukur.
Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa
memperkirakan dimensi linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam
kelas) dengan menggunakan satuan centimeter (cm), dekameter (dm), atau meter
(m). Kemudian siswa dapat menggunakan meteran (alat ukur, mistar atau
penggaris) untuk pengukuran benda sebenarnya.
d) Keterampilan Mengkomunikasikan
Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 1.44 ) mengkomunikasikan adalah
menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan
hasil penyelidikan. Menurut Esler dan Esler ((Nasution, 2007: 1.44) dapat
dikembangkan dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang
menjelaskan benda- benda serta kejadian- kejadian secara rinci.
9
Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membaut dan
menginterpretasi informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain- lain.
Misalnya siswa mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan deskripsi
benda- benda dan kejadian tertentu secar rinci. Siswa diminta untuk mengamati
dan mendeskripsikan beberapa jenis hewan- hewan kecil ( seperti ukuran, bentuk,
warna, tekstur, dan cara geraknya), kemudian siswa tersebut menjelaskan
deskripsi tentang objek yang diamati di depan kelas.
e) Keterampilan Menginferensi
Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga
sebagai keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato ,
menginferensi/ menduga/ menyimpulakan secara sementara adalah adalah
menggunakan logika untuk memebuat kesimpulan dari apa yagn di
observasi( Nasution, 2007 : 1.49)
Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan
menggunakan suatu benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak
tahu apa benda tersebut. Siswa kemudian mengguncang- guncang bungkusan
yang berisi benda itu, kemudian menciumnya dan menduganya apa yang ada di
dalam bungkusan ini. Dari kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa akan muncul
lebih dari satu jenis inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi.
Disamping itu juga belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi
dibuat.
10
f) Keterampilan Memprediksi
Memprediksi adalah meramal secara khusus tentangapa yang akan terjadi
pada observasi yang akan datang (Abruscato Nasution, 2007 : 1.55) atau membuat
perkiraan kejadian atau keadaan yang akan datang yang diharapkan akan terjadi
(Carin, 1992). Keterampilan memprediksi menurut Esler dan Esler adalah
keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang berdasarkan dari
kejadian- kejadian yang terjadi sekarang, keterampialn menggunakna grafik untuk
menyisipkan dan meramalkan terkaan- terkaan atau dugaan- dugaan. (Nasution,
2007 : 1.55)
Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan
beberapa kejadian mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui.
Contoh kegiatan untuk melatih kegiatan ini adalah memprediksi berapa lama
(dalam menit, atau detik) lilin yang menyala akan tetap menyala jika kemudian
ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran) yang ditelungkupkan.
g) Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu
Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan
Esler meliputi keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau
terhadap waktu atau keterampilan megnubah bentuk dan posisi suatu benda
setelah beberapa waktu. Sedangkan menurut Abruscato menggunakan hubungan
ruang- waktu merupakan keterampilan proses yang berkaitan dengan penjelasan-
11
penjelasan hubungan- hubungan tentang ruang dan waktu beserta perubahan
waktu.
Untuk membantu mengembangkan pengertian siswa terhadap hubungan
waktu- ruang, seorang guru dapat memberikan pelajaran tentang pengenalan dan
persamaan bentuk- bentuk dua dimensi (seperti persegi, persegi panjang, elips,
dll.). Seorang guru dapat menyuruh siswa menjelaskan posisinya terhadap
sesuatu, misalnya seorang siswa dapat menyatakan bahwa ia berada ia berada di
barisan ketiga bangku kedua dari kiri gurunya.
h) Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan- bilangan
Keterampilan mengenal hubungan bilangan- bilangan menurut Esler dan
Esler meliputi kegiatan menemukan hubungan kuantitatif di antara data dan
menggunakan garis biangan untuk membuat operasi aritmatika (matematika).
Carin mengemukakan bahwa menggunakan angka adalah mengaplikasikan
aturan- aturan atau rumus- rumus matematika untuk menghitung jumlah atau
menentukan hubungan dari pengukuran dasar. Menurut Abruscato, menggunakan
bilangan merupakan salah satu kemampuan dasar pada keterampilan proses.
( Nasution, 2007: 1.61- 1.62).
Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan ini adalah
menentukan nilai π (baca: phi) dengan mengukur suatu rangkaian silinder,
menggunakan garis bilangan untuk operasi penambahan dan perkalian. Latihan-
latihan yang mengharuskan siswa untuk mengurutkan dan membandingkan
12
benda- benda atau data berdasarkan faktor numerik membantu untuk
mengembangkan keterampilan ini. Contoh pertanyaan yang membantu siswa agar
mengerti tentang hubungan bilangan antara lain adalah : “ lebih jauh mana benda
A jika dibandingkan dengan benda B?” “ Berapa derajat suhu tersebut turun dari –
100 C ke – 200 C ? ”
D. Aspek-aspek Keterampilan Proses Sains
Aspek-aspek pada keterampilan proses sains menurut Gage meliputi:
a) Pengamatan (observasi)
Merupakan proses pengumpulan informasi dengan menggunakan sebagian
atau semua indera. Dalam proses pengamatan mungkin saja dibantu peralatan lain
seperti kaca pembesar, teropong, dan sebagainya
b) Pengklasifikasian
Mengatur/ menyusun/ mendistribusikan obyek-obyek, kejadian-kejadian
atau informasi ke dalam golongan dengan mempergunakan cara atau sistem
tertentu. Sebagai contoh, mengklasifikasikan hewan menurut jenis makanannya,
mengklasifikasikan menurut jenis kelaminnya, dan sebagainya.
c) Pengukuran
Observasi kuantitatif dengan memperbandingkan terhadap sesuatu standar.
Misalnya untuk mengukur panjang dipergunakan standar meter, dalam mengukur
suhu digunakan standar derajat Celcius, dan sebagainya.
13
d) Identifikasi dan Pengendalian Variabel
Ada tiga jenis variabel di dalam eksperimen/ penelitian:
a. Variabel bebas yaitu variabel yang sengaja diubah-ubah.
b. Variabel tergantung (terikat) yaitu varibel yang nilainya bergantung pada
variabel bebas. Variabel tergantung akan berubah-berubah jika variabel
bebasnya diubah-ubah.
c. Variabel terkontrol yaitu variabel yang sengaja dibuat konstan.
Mengidentifikasikan varibel berarti menandai karakteristik variabel
eksperimen/ penelitian. Misal eksperiman tentang pengaruh air terhadap
pertumbuhan biji. Perlu dibuat kejelasan tentang karakteristik air dan biji.
Mengendalikan variabel berarti memanipulasi dan mengakomodasikan
variabel sesuai dengan karakteristik yang telah diidentifikasi. Misal dalam
eksperimen tentang pengaruh air terhadap pertumbuhan biji, ternyata ada variabel
lain yang mempengaruhi pertumbuhan biji selain air, yaitu cahaya dan suhu. Oleh
karena itu, paa saat bereksperimen tentang pengaruh air terhadap pertumbuhan
biji, maka suhu dan cahaya dikondisikan konstan.
e) Perumusan Hipotesa
Hipotesa merupakan dugaan sementara sebagai arahan dalam melakukan
eksperimen/ penelitian. Isi pernyataan dalam hipotesa mengandung dugan tentang
hubungan alasan yang mungkin ditemukan dalam eksperiman/ penelitian. Salah
satu contoh hipotesa: “ pada suhu dan cahaya yang konstan, pertumbuhan biji
akan makin baik jika air makin banyak”.
14
f) Perancangan Eksperimen
Sebelum eksperimen dilakukan, perlu dibuat dahulu rencana yang matang tentang
rancangan eksperimen agar eksperimen dapat terlaksana dengan baik. Dalam
rancangan eksperimen sudah mencakup bagaimana cara mengendalikan variabel-
variabel penelitian, kendala-kendala apa yang mungkin akan dihadapi dan
bagaimana cara penanggulangannya, dan sebagaimana.
g) Penyimpulan Hasil Eksperimen
Data-data yang dikumpulkan dari pengamatan masih memberikan gambaran kasar
tentang hasil eksperimen. Data-data itu masih harus diolah dengan seksama
kemudian diinterpretasikan hingga dapat menunjukkan hubungan yang logis dan
jelas.
h) Pengkomunikasikan Hasil Eksperimen
Sains diperuntukkan bagi kesejahteraan umat manusia, oleh karena itu hasil yang
diperoleh dari eksperimen sains perlu dikomunikasikan pada masyarakat luas.
Mengkomunikasikan hasil eksperimen dapat dilakukan dengan cara lisan maupun
tertulis. Melalui komunikasi tertulis diharapkan banyak orang dapat membacanya.
Komunikasi tertulis dari hasil eksperimen dapat disajikan dalam bentuk gambar,
grafik, tabel, diagram, serta narasi.
15
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau aturan
pengembangan keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang
bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada
dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/ 1993 : 14)
Keterampilan proses dasar, meliputi keterampilan mengobservasi,
mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi,
mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan- hubungan
angka.
B. Saran
Untuk mengoptimilisasikan proses pembelajaran bidang studi Ilmu
Pengetahuan Alam di sekolah dasar, terkadang membutuhkan alat peraga atau
media pembelajaran yang bersifat modern, seperti audio visual dan alat peraga
atau media pembelajaran tersebut terkesan mahal, sehingga semua sekolah dasar
tidak mampu memilikinya yang dampaknya akan menghambat daripada proses
pembelajaran IPA di sekolah dasar.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. d. (1991). Pengelolaan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hernawan, A. H., Riyana, C., & Dewi, L. (2007). Belajar dan Pembelajaran
Sekolah Dasar (1 ed.). Bandung: UPI Press.
Karli, H. d. (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi: Model- model
Pembelajaran. Jakarta: BINA MEDIA INFORMASI.
Moedjiono dan Dimyati, M. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
DEPDIKBUD.
Nasution, N. (2007). Pendidikan IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sumantri, M. d. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD.
17