71
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara menentukan harga pokok produksi garam tahun 2015 di UKM milik pak Hartono yang berangkat dari industri keluarga atau rumahan. Salah satu permasalahan yang muncul adalah laporan tentang biaya yang menentukan harga pokok produksi (HPP). Berdasarkan survey yang telah dilakukan terhadap UKM milik pak Hartono, pelaku hanya mencatat biaya yang keluar dan masuk secara sederhana dan tidak memperhitungkan umur ekonomis asset tetap yang dimilikinya, melainkan melakukan penjualan mengikuti harga pasar yang ada. Dengan menjadikan UKM milik pak Hartono sebagai objek penelitian, maka penelitian ini berusaha untuk menerapkan perhitungan harga pokok produksi (HPP) yang sesuai dengan panduan akuntansi yang berlaku Kata kunci : akuntansi Biaya, Harga Pokok Produksi (HPP)

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara menentukan harga pokok produksi garam

tahun 2015 di UKM milik pak Hartono yang berangkat dari industri keluarga atau rumahan.

Salah satu permasalahan yang muncul adalah laporan tentang biaya yang menentukan harga

pokok produksi (HPP). Berdasarkan survey yang telah dilakukan terhadap UKM milik pak

Hartono, pelaku hanya mencatat biaya yang keluar dan masuk secara sederhana dan tidak

memperhitungkan umur ekonomis asset tetap yang dimilikinya, melainkan melakukan penjualan

mengikuti harga pasar yang ada.

Dengan menjadikan UKM milik pak Hartono sebagai objek penelitian, maka penelitian ini

berusaha untuk menerapkan perhitungan harga pokok produksi (HPP) yang sesuai dengan

panduan akuntansi yang berlaku

Kata kunci : akuntansi Biaya, Harga Pokok Produksi (HPP)

Page 2: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

ABSTRACT

This study was conducted to find out how to determine the cost of production of salt 2015 in

UKM belonging to the Mr.Hartono departin from family or home-based industr .

One of the problems that came up was a report on the costs that determine the cost of

production ( HPP ) . Based on the survey that was conducted on UKM belonging to the mr.

Harton , the offender only records costs and out in a simple and does not take into account the

economic life of its fixed asset , but do follow the sales price existing markets.

There fore,with the UKM belonging to the Mr. Hartono as objects of research, this study

sought to apply the calculation of the cost of production ( HPP ) in accordance with applicable

accounting guidelines.

Keywords : Cost accountin , Cost of Production ( HPP)

Page 3: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan dunia usaha dewasa ini jauh berkembang dengan pesat baik dalam skala besar

maupun kecil dan juga perkembangan disektor industri yang memiliki peran penting dalam

sektor perekonomian. Banyaknya industri yang terus bermunculan, maka timbul suatu

persaingan diantara industi sejenis. Perusahaan-perusahaan atau industri-industri itu didirikan

dan beroperasi, tentu memiliki suatu tujuan atau rencana yang akan dicapai. Dari sekian banyak

tujuan tersebut, yang paling utama adalah mendapatkan keuntungan atau laba. Demikian dengan

perusahaan kecil dan menengah yang menghasilkan sesuatu untuk memperoleh keuntungan atau

laba.

Perkembangan sektor UKM di Indonesia menyiratkan bahwa terdapat potensi yang besar

jika hal ini dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik tentu akan dapat mewujudkan usaha

menengah yang tangguh. Sementara itu, disisi lain UKM juga masih dihadapkan pada masalah

yang terletak pada proses administrasi. Pemerintah sudah mencoba membantu mengatasi kendala

yang dihadapi oleh sebagian besar UKM, seperti melakukan seminar-seminar entrepreneur dan

pembinaan.

Bukti bertahannya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan pesatnya perkembangan UKM

saat ini tidaklah cukup, hal ini dikarenakan kondisi yang semakin lama akan menjadi tantangan

bagi setiap usaha. Hal tersebut menjadi alasan bahwa setiap usaha di Indonesia harus mampu

menciptakan pondasi yang kuat bagi usahanya. Selain itu setiap usaha juga harus mampu

beradaptasi dengan lingkungannya, karena lingkungan merupakan faktor eksternal yang

mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu usaha yang meliputi kondisi perekonomian

politik, sosial, budaya, demografi dan teknologi (Supriyono, 2011)

Permasalah yang muncul dalam suatu UKM adalah mengenai laporan tentang biaya yang

dikeluarkan selama proses produksi dalam suatu periode (Ilham,2013). Untuk memperoleh

informasi biaya produksi tersebut dibutuhkan pengolahan data sesuai teori serta prinsip

Page 4: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

akuntansi, sehingga dapat juga digunakan dalam penentuan Harga Pokok Produksi (HPP) yang

tepat. Penentuan Harga Pokok Produksi yang tepat menjadi hal yang sangat penting karena dapat

menjadi hal yang menentukan pendapatan para pelaku UKM karena berkaitan dengan laba yang

akan diperoleh perusahaan. Komponen pembentuk laba adalah pendapatan yang diperoleh dari

hasil penjualan produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan biaya adalah

pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi atau menghasilkan

suatu barang dan jasa. Biaya tersebut disebut sebagai biaya harga pokok atau harga pokok

produksi (Mulyadi, 2012).

Komponen pembentukan laba adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan

produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan biaya adalah pengorbanan yang

harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi atau menghasilkan sesuatu barang atau

jasa. Biaya tersebut disebut sebagai biaya harga pokok atau harga pokok produksi (Mulyadi,

2012). untuk menetukan besarnya biaya tersebut harus tepat dan akurat sehingga harga pokok

yang juga akan menujukan harga pokok sesungguhnya. Penentuan harga pokok produksi

merupakan hal yang sangat penting mengingat manfaat informasi harga pokok produksi adalah

untuk menentukan harga jual produk serta penetuan harga pokok persedian produk jadi dan

produk dalam proses yang akan disajikan dalam neraca

Di dalam penentuan harga pokok produksi, informasi yang dibutuhkan oleh petani Garam

adalah informasi mengenai biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

Ketiga jenis biaya tersebut harus ditentukan secara cermat, baik dalam pencatatan maupun

penggolongannya. Sehingga informasi harga pokok produksi yang dihasilkan dapat diandalkan

baik untuk penetuan harga jual produk maupun untuk perhitungan laba rugi periodik.

Harga pokok produksi sangat berpengaruh dalam perhitungan laba rugi perusahaan, apabila

perusahaan kurang teliti atau salah dalam penentuan harga pokok produksi, mengakibatkan

kesalahan dalam penentuan laba rugi yang diperoleh perusahaan. Mengingat arti pentingnya

harga pokok produksi yang memerlukan ketelitian dan ketepatan. Apakah dalam persaingan yang

tajam di industri seperti saat ini memacu perusahaan yang satu bersaing dengan perusahaan yang

lain, dalam menghasilkan produk yang sejenis maupun produk substitusi, karena itulah informasi

biayadan informasi harga pokok produksi sangat diperlukan untuk berbagai pengambilan

keputusan.

Page 5: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Untuk menentukan besarnya biaya yang dikeluarkan harus tepat dan akurat sehingga biaya-

biaya yang ada atau dikeluarkan dalam proses produksi akan menunjukkan harga pokok

sesungguhnya. Penentuan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting mengingat

manfaat informasi harga pokok produksi adalah untuk menentukan harga jual produk serta

penentuan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan

dalam neraca. Harga jual yang terlalu tinggi akan menjadikan produk kurang bersaing dipasar,

sementara harga jual yang terlalu rendah akan tidak memberikan keuntungan bagi pengusaha.

Petani garam pak Hartono sebagai perusahaan yang memproduksi garam juga berorentasi

pada laba. Sehingga tidakterlepas dari masalah pencapaian laba, dan pengembalian modal, dalam

perhitungan harga pokok produksi dan pengumpulan biaya yang telah di keluarkan untuk

sewalahan. Biaya yang telah dikeluarkan ini seharusnya dipakai sebagai elemen perhitungan

pembentukan harga pokok produk. Tetapi pak Hartono tidak memperhitungkan sewa lahan

karena menggunakan lahan sendiri yang dimilikinya.

Dari penggunaan cara di atas dianggap kurang maksimal dalam menghasilkan harga pokok

produksinya. Untuk mengetahui usaha yang dilakukan pak Hartono di dalam melakukan

pengumpulan dan penggolongan biaya serta penentuan harga pokok produksinya, maka

diperlukan adanya evaluasi di dalamnya agar nantinya diharapkan akan dapat dipakai dalam

berbagai pengambilan keputusan. Disisi lain penentuan harga pokok yang wajar akan dapat

dipakai dalam penentuan laba rugi usaha, sehingga bisa mencerminkan laba yang sesunguhnya

yang menjadi tujuan petani garam.

Dalam penentuan harga pokok produksi, informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan adalah

informasi mengenai bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik (Mulyadi, 2012).

Ketiga jenis biaya tersebut harus ditentukan secera cermat, baik dalam pencatatan maupun

penggolongannya. Sehingga informasi pokok produksi yang dihasilkan dapat diandalkan, baik

penentuan harga jual produk maupun untuk perhitungan laba rugi periodik.

Berdasarkan wawancara yang telah saya lakukan bahwa selama ini Petani Garam di

Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan Madura milik Pak Hartono tidak pernah

menghitung Harga Pokok Produksi melainkan disana melakukan penjualan hasil panen

garamnya mengikuti harga pasar yang ada, maka dari itu saya mengambil penelitian yang

Page 6: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

berjudul ”Penentuan Harga Pokok Produksi Garam di Kecamatan Pademawu Kabupaten

Pamekasan Madura Studi Kasus Tambak Garam Pak Hartono” untuk menganalisis dan

mengetahui Harga Pokok garam Pak Hartono.

1. 2. Perumusan Masalah

Bagaimana penentuan harga pokok produksi Garam Pak Hartono dengan menggunakan

metode full costing?

1. 3. Tujuan Penelitian

Dalam setiap kegiatan yangdilakukan pasti memiliki suatu tujuan, demikian juga penelitian

ini memiliki beberapa tujuan dalam hubungannya dengan obyek penelitian. Berdasarkan latar

belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu :

Untuk mengetahui elemen-elemen harga pokok produksi yang selama ini dilakukan oleh

Petani Garam di Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan Maduramilik Pak Hartono.

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan dalam hubungan dengan evaluasi penentuan harga

pokok produksi, akuntansi di dalam lapangan kerja dan cara pengembalian modal yang

berbeda dengan keadaan yang ada di lapangan atau sesunguhnya.

2. Bagi Petani

Sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan dari kebijaksanaan yang telah

ditentukan Petania Garam dalam menetukan harga pokok produksi.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan acuan atau refrensi dalam menggembangkan penelitian Harga Pokok

Produksi Garam.

Page 7: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Biaya

2.1.1 Pengertian Biaya

Dalam menjalankan usahanya setiap perusahaan memerlukan biaya. Secara umum

masyarakat mengartikan biaya adalah pengeluaran uang untuk memiliki sesuatu. Dalam

akuntansi di Indonesia, biaya sering kali diartikan rancu antara beban dengan biaya

Terdapat berbagai macam pengertian atau definisi biaya, yang masing-masing berbeda.

Karena itu, tidak jarang terjadi perbedaan dan menyadari sepenuhya betapa penting arti biaya

tersebut dalam menjalankan tujuan sehar-hari. Para akuntan, ekonom dan teknisi, dari masing-

masing memilki dan menggunakan konsep yang meskipun tidak bertentangan satu sama lain

namun tetap tampak adanya penbedaan. Maka dari itu tidak mudah untuk mendefinisiksn atau

menjelaskan istilah biaya tampa menimbulkan kesangsian atau keragu-raguan akan akuntan

mencoba merumuskan konsep atau pengertian biaya yang lazim digunakan dalam dunia

akuntansi. Pada dasarnya perhitungan harga produksi adalah berdasarkan biaya-biaya apa saja

yang telah dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut, oleh karena itu perlu kita ketahui

terlebih dahulu apa itu biaya dan bagaimana penggolongannya.

Menurut Hansen / Mowen (2013) “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang

dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau

dimasa datang bagi organisasi. Dikatakan ekuivalen kas karena sumber non kas dapat ditukar

dengan barang atau jasa yang diinginkan”.

Menurut Marcell dan Kuepper (1991) Biaya yaitu :

1. Banyaknya barang-barang yang dipakai.

2. Keterkaitan pemakaian barang-barang untuk mencapai hasil tertentu.

3. Penilaian barang-barang yang dipakai untuk mencapai hasil tertentu.

Page 8: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa biaya adalah pemakaian barang-barang yang

dinilai untuk mencapai hasil (output) tertentu.

Menurut Supriyono (2011), “Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan

dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.

Menurut Tresno Lesmono (2011) Biaya adalah harga pokok yang dimanfaatkan atau

dikonsumsi untuk memperolah pendapatan. Contoh bila perusahaan mempunyai sejumlah bahan

yang dibeli dengan harga tertentu, kemudian sebagaian dipakai untuk membuat barang, maka

nilai bahan yang dipakai disebut bahan. Biaya bahan tersebut sebagaian diambilkan dari harga

pokok bahan.

Menurut Harnanto (2011) Biaya (cost) adalah jumlah uang yang dinyatakan dari sumber-

sumber (ekonomi) yang dikorbankan terjadi dan akan terjadi untuk mendapatkan sesuatu atau

mencapai tujuan tertentu.

Menurut Masiyah Kholmi (2012), Biaya adalah pengorbanan sumber daya atau nilai

ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

manfaat disaat sekarang atau dimasa yang akan datang bagi perusahaan.

Menurut Mulyadi (2012) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam

satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemudian akan terjadi tujuan tertentu (di dalam arti

luas). Sedangkan dalam arti yang lebih sempit, biaya diartikan sebangai pengorbanan sumber

ekonomi untuk memperoleh aktiva.

Sebagai harga pokok, biaya dapat diukur atau merupakan harga pertukaran atas sumber

ekonomis yang dikorbankan atau diserahkan untuk mendapatkan suatu barang, jasa atau aktiva.

Tetapi kadang-kadang juga diukur berdasarkan harga pasar dan aktiva yang didapat. Sedangkan

biaya sebagai beban adalah apabila mengorbankan yang diperlukan itu terjadi dalam rangka

merealisasikan pendapatan.

Dengan demikian, jika dari cara bangaimana perusahaan pada umumnya berupaya untuk

menghasilkan laba, maka perbedaan antara harga pokok dan beban semata-mata terletak pada

faktor waktu. Harga pokok pada hakekatnya adalah biaya yang melekat pada sesuatu aktiva yang

belum dikonsumsikan atau digunkan dalam upaya merealisasikan pendapatan dalam suatu

Page 9: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

periode dan akan dikonsumsikan dikemudian hari. Sedangkan beban adalah biaya (dalam

bentuknya bisa berupa aktiva) yang dikonsumsikan atau digunakan untuk merealisasikan

pendapat dalam suatu periode akuntansi.

Definisi beban menurut Bustami dan Nurlela (2012), “Beban adalah biaya yang telah

memberikan manfaat dan sekarang telah habis. Biaya yang belum dinikmati yang dapat

memberikan manfaat dimasa akan datang dikelompokkan sebagai harta. Biaya ini dimasukkan ke

dalam laporan laba-rugi, sebagai pengurangan dari pendapatan”.

Menurut Carter dan Usry (2006) mendefinisikan beban sebagai, “Aliran keluar terukur dari

barang atau jasa, yang kemudian ditandingkan dengan pendapatan untuk menentukan laba”. Dari

uraian di atas tampak perbedaan antara biaya dan beban. Biaya (cost) ditunjukkan untuk

memperoleh barang dan jasa, serta masih memberikan manfaat diwaktu mendatang dan

merupakan asset dalam neraca. Sedangkan beban (expense) adalah biaya yang telah habis

manfaatnya dan akan dimasukkan sebagai beban ke dalam perhitungan laba-rugi serta bertujuan

untuk penciptaan pendanaan.

Menurut Supriyono (2011), “Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan

dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan”

2.1.2 Penggolongan Biaya

Penggolongan biaya menurut Supriyono (2011) adalah proses pengelompokan secara

sistematis atau keseluruhan elemen-elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang

lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih mempunyai arti. Akuntansi biaya

bertujuan menyajikan informasi yang akan digunakan untuk berbangai tujuan. Di dalam

penggolongan biaya harus disesuaikan dengan tujuan dari biaya yang disajikan.

Biaya dapat digolongkan dalam berbagai macam cara. Penggolongan biaya umumnya

ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai, karena untuk tujuan yang berbeda diperlukan

suatu cara penggolongan yang berbeda pula atau dengan kata lain tidak ada satu konsep biaya

yang memenuhi berbagai tujuan. Biaya yang terjadi dalam perusahaan perlu digolongkan secara

sistematis kedalam golongan yang lebih ringkas untuk memberikan informasi yang lebih berarti

bagi manajemen.

Page 10: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Menurut Mulyadi (2012) ada beberapa cara penggolongan biaya yang sering dilakukan,

diantaranya adalah :

1. Penggolongan biaya menurut hubungan sesuatu yang dibiayai.

Biaya dapat dihubungkan dengan sesuatu yang dibiayai atau objek pembiayaan. Jika

perusahaan mengolah bahan baku menjadi produk jadi, maka sesuatu yang dibiayai

tersebut adalah produk. Sedangkan jikaperusahaan menghasilkan jasa maka sesuatu yang

dibiayai tersebut adalah jasa.

a. Biaya langsung.

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi karena adanya sesuatu yang dibiayai.

Sesuatu yang dibiayai dalam hal ini dapat berupa biaya bahan baku dan biaya tenaga

kerja langsung untuk membuat sesuatu produk. Sedangkan dalam hubungannya

dengan departemen, dibangi menjadi biaya langsung departemen dan biaya tidak

langsung departemen.

b. Biaya Tidak Lngsung.

Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh

adanya sesuatu yang dibiayai. Dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak

langsung, tidak mudah diidentifikasikan dengan produk. Gaji mandor yang diawasi

pembuatan produk, A, B, dan C merupakan biaya yang tidak langsung bagi produk A,

B, C karena gaji mandor tersebut terjadi bukan karena perusahaan memproduksi satu

macam produk. Jika perusahaan memproduksi satu macam produk, maka semua biaya

merupakan biaya langsung dalam hubungannya dengan produk. Biaya tidak langsung

dalam hubungannya dengan produk sering disebut dengan istilah biaya overhead

pabrik (factory overhead costing)

2. Pengolongan biaya atas dasar fungsi pokok dalam perusahaan.

Di dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi, fungsi

pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karana itu di dalam perusahaan

manufaktur, biaya dapat dikelopokan menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Biaya Produksi

Biaya Produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku

menjadi produk jadi yang siap dijual. Biaya ini meliputi biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Baiaya bahan baku tersebut yang diolah

Page 11: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

dalam proses produksi. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang

dapat diidentifikasikan secara langsung terhadap produk tertentu. Sedangkan biata

overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung. Biaya produksi yang masuk dalam kelompok biaya overhead pabrik adalah :

i. Biaya Bahan Pemeliharaan.

ii. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan.

iii. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung yaitu biaya tenaga kerja yang tidak secara

langsung diperhitungkan dalam memproduksi produk tertentu. Biaya penyusutan,

yaitu beban biaya yang timbul akibat penilaian terhadap aktiva tetep.

iv. Biaya Asuransi, yaitu biaya yang timbul sebangai akibat dari berlalunya waktu.

v. Biaya Listrik.

b. Biaya Pemasaran.

Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan

kegiatan pemasaran produk, contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya

pendalaman dinas, biaya gaji manajer pemasaran dan lai-lain.

c. Biaya Administrasi dan umum.

Merupakan biaya untuk mengkordinasikan kegiatan produksi dan kegiatan,

pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya telepon, biaya peralatan kantor dan

lain -lainnya.

3. Penggolongan biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan

volumekegiatan.

Penggolongan biaya sesuai dengan aktivitas perusahaan terutama untuk tujuan

perencanan, pengendalian serta pengembangan keputusan. Berdasarkan perilakunya

terhadap kegiatan perusahaan biaya dapat dikelompokkan menjadi :

a. Biaya Tetap.

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetep dalam kisaran perubahan

volume kegiatan tetap. Karakteristik biaya tetap adalah :

i. Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak terpengaruh oleh perubahan volume

kegiatan sampai dengan tingkat tertentu.

Page 12: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

ii. Pada biaya tetap, biaya persatuan akan berubah berbanding terbalik dengan

perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya

persatuan.

b. Biaya Variabel.

Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya sebanding dengan volume

kegiatan. Karakteristik biaya variabel adalah biaya persatuan dipengaruhi oleh

perubahan volume kegiatan.

c. Biaya Semi Variabel.

Biaya semi variabel adalah biaya yang mempunyai unsur tetap dan variabel di

dalamnya. Unsur biaya yang tetap merupakan jumlah menimal untuk menyediakan

produk dan jasa. Sedangkan unsur variabel merupakan bagian dari biaya semi variabel

yang dipengaruhi oleh kegiatan. Karakteristik biaya semi variabel adalah biaya yang

jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Akan tetapi

sifat perubahannya tidak sebanding, biaya akan berbanding terbalik dihubungkan

dengan perubahan volume kegiatan.

4. Penggolongan biaya atas dasar waktunya.

Agar perhitungan laba / rugi dan penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan

secara teliti, maka biaya-biaya digolongkan sesuai dengan pembebanannya ke dalam

periode akuntansi atas dasar waktunya.

Biaya dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu pengeluaran modal (Capital

Expenditure) dan pengeluaran penghasilan / pendapatan (Revenue Expenditure).

a. Pengeluaran Modal adalah biaya yang dapat dinikmati lebih dari satu periode

akuntansi. Pada saat terjadinya pengeluaran modal tersebut dicatat sebagai harga

pokok aktiva yang akan dialokasikan sesuai dengan periode dimana pengeluaran

tersebut dapat dihubungkan langsung dengan pendapatan yang diperoleh.

b. Pengeluaran Pendapatan adalah biaya yang dinikmati oleh periode akuntansi saat

biaya tersebut terjadi yang disajikan dalam laporan laba-rugi

5. Penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran.

Penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran merupakan penggolongan biaya

yang lebih sederhana, dimana nama objek pengeluaran yang merupakan dasar

Page 13: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua

pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”.

2.2 Objek Penelitian Biaya

Pada dasarnya,objek biaya adalah setiap kegiatan atau aktivitas yang memerlukan adanya

pengukuran atau penentuan biayanya secara tersendiri. Dengan kata lain,jika pemakai informasi

akuntansi ingin mengetahui besarnya biaya untuk sesuatu, maka sesuatu itu disebut sebagai

objek biaya. Dalam pengertian demikian, objek biaya bisa berupa produk, jasa, bagian atau

departemen tertentu dalam suatu perusahaan, dan segala sesuatu yang membuat kita ingin

mengetahui banyaknya sumber-sumber (ekonomi) yang diperlukan untuk mewujudkan atau

merealisasikannya. Karena objek biaya terdapat pada setiap perusahaan atau organisasi, apapun

jenis usaha dan kegiatannya, maka akuntansi biaya sebagai suatu sistem informasi, tidak hanya

dapat di aplikasikan tetapi lebih dari itu diperlukan oleh perusahaan yang bergerak baik di bidang

perdagangan maupun jasa.

Dalam akuntansi, proses penentuan harga pokok atau perhitungan biaya untuk melaksankan

sesuatu kegiatan disebut costing. Proses itu sendiri harus di lakukan secara sistematis yang

meliputi tahap-tahap pengumpulan biaya, penggolangan ke dalam berbagai kategori, misalnya

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, dan kemudian pengalokasiannya

kepada objek-objek biaya.

Dalam hal ini terdapat berbagai alternatif metode pengumpulan, penggolongan dan alokasi

biaya kepada objek-objek biaya. Nama demikian, diantara ketiga tahap tersebut , tahap

penggolongan biaya perlu mendaptkan perhatian khusus. Ini desebabkan oleh karena hakikat

dan relevansi informasi akuntansi, termasuk biaya, antara lain tercermin pada cara informasi

tersebut diklasifikasikan.

2.3 Biaya Produksi

Perusahaan manafaktur adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku

menjadi barang jadi, atau dengan kata lain untuk memberikan nilai tambah terhadap barang yang

diolah sebagai bahan baku.

Page 14: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Proses pengolahan bahan baku pada perusahaan manufaktur hingga menjadi barang jadi

tidaklah dengan sendirinya. Proses pengolahan ini melibatkan secara fisik tenaga kerja (buruh)

dan overhead pabrik yang berfungsi merubah bahan baku menjadi barang jadi.

Oleh karena itu unsur bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik merupakan unsur-unsur

utama di dalam proses produksi. Menurut Carter dan usry (2002:40) : “Biaya produksi atau biaya

pabrik adalah biaya untuk mengolah bahan baku menjadi barang atau produk jadi, yang terdiri

dari tiga elemen biaya, yaitu biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead

pabrik”.

2.3.1 Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah merupakan biaya yang jumlahnya relatif sangat besar dalam rangka

menghasilkan suatu jenis output. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan industri dapat

diperoleh dari pembelian atau pengolahan sendiri. Contoh bahan baku langsung : Karet dalam

pembuatan Ban, tepung terigu dalam pembuatan Roti.

Apabila perusahaan memperoleh bahan baku dari pembelian maka selain harga pembelian

juga diperhitungkan unsur-unsur lainnya yaitu : potongan pembelian, biaya angkut bahan baku

dan biaya penyimpanan. Untuk biaya angkut bahan baku perusahaan dapat mengalokasikan

sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli dan sebagai unsur biaya overhead pabrik.

Untuk mencatat besarnya biaya bahan baku yang dipakai dapat dilakukan dengan dua sistem

yaitu:

1. Sistem Periodik.

Pada sistem ini setiap pencatatan persediaan hanya dilakukan pada akhir periode.

Sistem periodik merupakan suatu proses pengumpulan biaya produksi yang tidak

menyelenggarakan rekening atau rekening-rekening khusus untuk produk yang dihasilkan

dalam suatu periode proses produksi, perhitungan fisik persediaan mutlak diperlukan.

Karena harga pokok produksi, baik yang masih berada dalam proses pengolahan maupun

yang telah di selesaikan dari proses dimasukkan sampai dengan diselesaikan dari proses

produksi.

Page 15: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

2. Sistem Perpetual / permanen.

Sistem permanen atau perpetual merupakan suatu sistem pengumpulan biaya

(produksi) yang dirancang untuk dapat menghasilkan informasi biaya yang relevan.

Untuk membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian,

tepat pada waktunya. Tentu saja, perhitungan harga pokok per unit produk tetap

merupakan tujuan utama dan sistem permanen. Sesuai dengan sifat atau karakteristiknya,

sistem permanen dapat dibedakan ke dalam sifat tipe atau metode pengumpulan biaya

yaitu : sistem harga pokok pesanan dan sistem harga pokok proses.

a. Sistem Harga Pokok Pesanan.

Pada sistem harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan

demi pesanan. Sistem ini di anggap tepat untuk perusahaan-perusahaan yang

menghasilkan berbagai macam produk yang masing-masing bersifat kas, seperti

misalnya pada percetakan mebel. Pada sistem harga pokok pesanan, harga pokok

produk / pesanan harus ditentukan pada saat pesanan diselasaikan dari proses

produksinya.

b. Sistem Harga Pokok Proses.

Pada sistem pokok proses, biaya produksi dikumpulkan berdasarkan departemen

atau pusat-pusat biaya yang dibentuk sesuai dengan tahap-tahap pengolahan

produknya. Sistem ini dianggap tepat untuk perusahaan-perusahaan yang

menghasilkan produk yang sama dan proses produksinya berlangsung secara kontinyu

seperti misalnya : pabrik tepung, pabrik makanan dan minuman. Karena proses

produksinya yang berlangsung secara kontinyu maka perhitungan harga pokok produk

dilakukan secara periodik, tidak setiap unit produk diselesaikan dari proses

produksinya. Banyak faktor yang dipertimbangkan dalam merancang sistem permanen

atau perpetual atau lainnya. Struktur organisasi perusahaan, proses produksi, jenis atau

tipe informasi yang di butuhkan oleh manajemen.

Dalam sistem permanen, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik,

dikumpulkan dalam satu atau lebih rekening produk dalam proses untuk sampai pada harga

pokok produk akhir. Karena itu harga pokok produk yang dihasilkan dari rekening produk dalam

proses ke rekening persediaan produk selesai. Disamping memberikan informasi total biaya

produksi untuk produk yang diproses dalam suatu periode proses produksi rekening produk

Page 16: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

dalam proses juga berfungsi sebagai catatan tentang persediaan, produk dalam (proses pada

setiap awal dan akhir periode).

Karena harga pokok produk dapat ditentukan setiap produk diselesaikan atau secara periodik

(kurang dari satu periode akuntansi) secara teoritas harga pokok penjualan dapat ditentukan

setiap kali terjadi transaksi penjualan. Begitu pula persediaan produk selesai dapat ditentukan

pada setiap saat diperlukan, karena pada dasarnya nilai persediaan produk selesai sama dengan

saldo, menurut rekening pembukuannya tidak seperti halnya pada sistem periodik, pada sistem

permanen ini dimungkinkan tersedianya informasi tentang produk dalam proses produk selesai,

harga pokok produk yang dihasilkan, dan harga pokok penjualan, secara kontinyu.

Dalam sistem perpetual setiap mutasi persediaan selalu dicatat pada kartu persediaan. Dalam

sistem ini bahan baku yang dipergunakan dan yang tersedia dapat dilihat dari kartu persediaan

sedangkan untuk sistem periodik terlebih dahulu harus dilakukan inventory taking untuk

mengetahui besarnya bahan baku yang dipakai.

2.3.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung

Meliputi gaji dan upah dari seluruh tenaga kerja langsung yang secara praktis dapat

diidentifikasikan dengan pengolahan bahan menjadi produk jadi atau setengah jadi. Gaji dan

upah operasional mesin umpamanya merupakan contoh biaya tenaga kerja langsung. Seperti

halnya biaya bahan baku, kenyataan adanya gaji dan upah tenaga kerja yang ikut membantu

terlaksananya kegiatan produksi mungkin saja tidak di golongkan sebagai biaya tenaga kerja

langsung, karena itu, terhadap gaji dan upah tenaga kerja di bebankan menjadi biaya tenaga kerja

langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung. Biaya tenaga kerja tidak langsung meliputi semua

biaya tenaga kerja selain yang dikelompokkan sebagai biaya tenaga kerja langsung, gaji dan

upah mandor adalah salah satu contoh dari biaya tenaga kerja tidak langsung.

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang langsung terlibat dalam proses produksi,

serta dapat ditelusuri dengan mudah terhadap produk yang dihasilkan dan merupakan tenaga

kerja utama untuk menghasilkan suatu produk. Biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost)

adalah upah atau kompensasi yang dibayarkan kepada tenaga kerja langsung yang bekerja

Page 17: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

dibagian produksi. Contoh tenaga kerja lansung adalah para pekerja yang langsung

mengoperasikan alat di pabrik.

Unsur-unsur dalam biaya tenaga kerja langsung meliputi gaji pokok, upah lembur, premi

shift, bonus, dan tunjangan lainnya.

Biaya Tenaga Kerja Langsung Dapat di Hitung Berdasarkan :

a. Jam Kerja (hourly-rate plan)

BTKL = Jam kerja X Tarif upah per jam kerja

Gambar: 2.1 Rumus BTKL berdasarkan jam kerja

b. Unit Hasil Produksi (piece-rate plan)

BTKL = Unit hasil produksi X Tarif upah per unithasil produksi

Gambar: 2.2 Rumus BTKL berdasarkan unit hasil produksi

2.3.3 Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik merupakan elemen biaya produksi selain biaya bahan baku dan tenaga

kerja langsung yang terdiri dari macam biaya yang semuanya tidak dapat ditelusuri secara

langsung kepada produk atau aktifitas lainnya dalam upaya perusahaan untuk merealisasi

pendapatan.

Walaupun biaya overhead pabrik tidak langsung pada produk yang dihasilkan, tetapi tetap

diperlukan karena sebagai biaya overhead pabrik seringkali berubah-ubah dari waktu ke waktu,

baik karena faktor musiman, perubahan kapasitas produksi, maupun sejenisnya.

Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara penggolongan yaitu :

penggolongan biaya overhead pabrik menurut jenisnya, menurut perilakunya dalam

hubungannya dengan perubahan volume produksi, dan hubungannya dengan departemen.

Page 18: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

1. Penggolongan Biaya Overhead pabrik menurut jenisnya.

a. Biaya Bahan Penolong.

Biaya bahan penolong adalah biaya bahan yang diolah menjadi bagaian dari

produk jadi tetapi kadang-kadang sulit teridentifikasi keberadaannya pada produk yang

dihasilkan. Dengan kata lain, biaya bahan penolong merupakan biaya bahan baku

penunjang agar produk jadi yang dihasilkan lebih sempurna.

b. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan.

Berupa biaya suku cadang, biaya bahan baku habis pakai dan harga perolehan jasa

dari pihak luar perusahaan. Untuk perbaikan dan pemeliharaan perumahan, bangunan

pabrik, mesin-mesin dan aktiva lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.

c. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung.

Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya tenaga kerja pabrik yang upahnya

tidak diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu Contoh :

upah lembur, tunjangan, dan biaya kesejahteraan.

d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.

Mencakup biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, peralatan

mesin-mesin, dan perkakas laboratorium dan aktiva lainnya yang digunakan pabrik.

e. Biaya yang timbul akibat berlalunya waktu.

Mencakup biaya asuransi gedung, asuransi mesin peralatan, asuransi kecelakaan

karyawan.

f. Biaya overhead pabrik lainnya.

Mencakup biaya yang secara langsung memerlukan pengeluaran tunai mencakup

biaya reparasi yang diserahkan pada pihak luar perusahaan misalnya biaya listrik, air,

dan telpon.

2. Penggolongan Biaya Overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungannya dengan

perubahan volume produksi, dapat digolongkan menjadi tiga bagian :

a. Biaya Overhead Pabrik Tetap adalah biaya overhead pabrik yang tidak berubah

sebanding dengan perubahan kegiatan tertentu.

b. Biaya Overhead Pabrik Variabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah-ubah

sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

Page 19: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

c. Biaya Overhead Pabrik Semi Variabel adalah biaya overhead pabrik yang berubah

tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

3. Penggolongan Biaya Overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen.

a. Biaya overhead pabrik departemen, merupakan biaya overhead pabrik yang dinikmati

oleh satu departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen itu

sendiri, contohnya : Biaya gaji dari departemen itu sendiri.

b. Biaya overhead pabrik tidak langsung depertemen merupakan biaya overhead yang

dinikmati oleh lebih dari satu departemen.

2.4. Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi atau products cost merupakanelemen penting untuk menilai

keberhasilan (performance) dari perusahaan dagang maupun manufaktur. Harga pokok produksi

mempunyai kaitan erat dengan indikator-indikator tentang sukses perusahaan, seperti misalnya :

laba kotor penjualan, laba bersih. Tergantung pada rasio antara harga jual dan harga pokok

produknya, perubahan pada harga. Pokok produk yang relatif kecil bisa jadi berdampak

singnifikan pada indikator keberhasilannya.

2.4.1. Pengertian Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi pada dasarnya menunjukan harga pokok produk (barang dan jasa)

yang diproduksikan dalam suatu periode akuntansi tertentu. Hal ini berarti bahwa harga pokok

produksi merupakan bagian dari harga pokok. Harga pokok dari produk yang terjual dalam suatu

periode akuntansi. Berikut ini pengertian harga pokok menurut beberapa pendapat.

Di dalam penentuan harga pokok produksi, informasi yang dibutuhkan oleh manajemen

adalah informasi mengenai biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead perusahaan.

Ketiga jenis biaya tersebut harus ditentukan secara cermat, baik dalam pencatatan maupun dalam

penggolongan. Informasi harga pokok produksi yang dihasilkan dapat menjadi penentuan harga

jual produk (Sihite, 2012).

Page 20: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Menurut Bustami dan Nurlela (2012) Harga Pokok Produksi adalah bagaimana

memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan

dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi

variabel saja.

Menurut Hansen dan Mowen (2013) pengertian Harga Pokok Produksi adalah “Harga pokok

produksi adalah mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan pada periode tertentu adalah

biaya manufaktur bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan overhead.

Menurut Raiborn dan Kinney (2011) Harga Pokok Produksi adalah “Total produksi biaya

barang-barang yang telah selesai dikerjakan dan ditransfer ke dalam persediaan barang jadi

selama satu periode”.

Menurut Horngren (2008) mendefinisikan Harga Pokok Produksi (cost of goods

manufactured) adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik sebelum

maupun selama periode akuntansi berjalan .

Menurut Mursyidi (2012) mengemukakan bahwa Harga Pokok adalah biaya yang telah

terjadi (expired cost)yang dibebankan atau dikurangkan dari penghasilan. Penentuan harga

pokok produksi adalah pembebanan unsur biaya produksi terhadap produk yang dihasilkan dari

suatu proses produksi, artinya penentuan biaya yang melekat pada produk jadi dan persediaan

barang dalam proses.

Menurut Winardi (2013) Harga Pokok Produksi atau disebut harga pokok adalah

pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau

kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan.

Menurut Tresno Lesmono (2011) Harga Pokok adalah nilai pengorbanan untuk memperoleh

barang dan jasa yang diukur dengan nilai mata uang. Besarnya biaya dengan berkurangnya atau

timbulnya utang.

Page 21: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Mulyadi lebih lanjut menjelaskan bahwa, biaya, produksi merupakan biaya-biaya yang

terjadi dalam hubungannya dengan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Sedangkan

menurut Supriyono (2011) biaya-biaya dalam penetuan harga pokok produksi terdiri dari tiga

unsur :

1. Biaya Bahan Baku.

Biaya bahan baku adalah biaya bahan yang dipakai untuk diolah dan akan menjadi

bahan produk jadi. Bahan dari suatu produk merupakan bagian terbesar yang membentuk

suatu produk jadi, sehingga dapat diklasifkasikan secara langsung dalam harga pokok dari

setiap macam barang tersebut. Misalnya, papan atau kayu pada perusahaan produsen

mebel, pasir dan semen pada perusahaan produsen tegel. Tidak semua bahan yang dipakai

dalam pembuatan suatu produk, memang diklasifikasikan sebagai bahan baku. Paku dan

lem pada perusahaan produsen mebel, umpamanya barangkali tidak diklasifikasikan

sebagai bahan baku. Ini disebabkan oleh karena biaya yang didapat dari ketelitian harga

pokok produknya. Bahan-bahan yang relatif kecil nilainya seperti itu disebut bahan

penolong dan diklasifikasikan sebagai bagian dari biaya produksi tidak langsung.

2. Biaya Tenaga Kerja.

Biaya tenaga kerja merupakan balas jasa yang diberikan kepada karyawan produksi

baik yang secara langsung maupun tidak langsung turut mengerjakan produksi barang

yang bersangkutan. Gaji dan upah operator mesin umpamanya merupakan contoh biaya

tenaga kerja langsung. Seperti halnya biaya bahan baku, kenyataan adanya gaji dan upah

tenaga kerja yang ikut membantu terlaksananya kegiatan produksi mungkin saja tidak

digolongkan sebagai biaya tenaga kerja langsung. Karena itu, terhadap gaji dan upah

tenaga kerja dibebankan menjadi biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak

langsung. Biaya tenaga kerja tidak langsung meliputi semua biaya tenaga kerja selain

yang dikelompokkan sebagai biaya tenaga kerja langsung. Gaji dan upah mandor adalah

salah satu contoh dari biaya tenaga kerja tidak langsung tersebut. Adalah tidak praktis

untuk mengidentifikasi biaya, seperti halnya gaji dan upah mandor itu kepada produk

tertentu, sementara itu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produksi.

Page 22: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

3. Biaya Overhead Pabrik.

Merupakan biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung pada suatu hasil

produk. Biaya ini meliputi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Oleh

karena itu, biaya overhead pabrik meliputi juga biaya bahan penolong, gaji dan upah

tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi tidak langsung lainnya. Biaya depresiasi

atau biaya sewa mesin-mesin produksi pada perusahaan yang memproduksi lebih dari

satu macam produk, merupakan contoh dari biaya overhead pabrik.

2.4.2. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi.

Untuk mengetahui laba atau rugi secara periodik suatu perusahaan dihitung dengan

mengurangkan pendapatan yang diperoleh dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh pendapatan tersebut. Oleh karena itu diperlukan informasi dari harga pokok

produksi. Menurt mulyadi (2013) manfaat dari penentuan harga pokok produksi secara garis

besar adalah sebagai berikut :

1. Menetukan Harga Jual Produk.

Perusahaan yang berproduksi masa memproses produknya untuk memenuhi

persediaan di gudang dengan demikian biaya produksi dihitung untuk jangka waktu

tertentu untuk menghasilakan informasi biaya produksi per satuan produk. Penetuan

harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu data yang

dipertimbangkan disamping data biaya lain serta data non biaya.

2. Memantau Realisasi Biaya Produksi.

Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan

dibandingkan dengan rencana produksi yang telah ditetapkan, oleh sebab itu akuntansi

biaya digunakan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah produksi

mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.

Page 23: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

3. Menghitung Laba Rugi Periodik.

Guna mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode

tertentu mampu menghasilkan laba bruto. Manjemen memerlukan informasi biaya

produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu.

4. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses yang

disajikan dalam Neraca.

Saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggung jawaban perperiode,

manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporn laba rugi, yang

menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok yang pada tanggal

neraca masih dalam proses. Berdasarkan catatan biaya poduksi yang masih melekat pada

produk jadi yang belum dijual pada tanggal neraca serta dapat diketahui biaya

produksinya. Biaya yang melekat pada produk jadi pada tanggal neraca disajikan dalam

harga pokok persediaan produk jadi. Biaya produksi yang melekat pada produk yang

pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan disajikan dalam neraca sebagai harga

pokok persediaan produk dalam proses.

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Penelitian Judul Penelitian Tahun Hasil

1. Dewi

Amorita

06052211

universitas

Sumatra

Utara

Penerapan Metode

process costing

system dalam

penentuan harga

pokok produksi Ban

Vulkanisir sistem

dingin PT.Alkarin

Marendal.

2009 Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian

tersebut perusahaan dalam menghitung harga

pokok produksinya belum sesuai dengan prinsip

yang berlaku umum (PABU), karena semua

biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

langsung menjadi unsur harga pokok produksi

sehingga harga pokok produksi yang disajikan

lebih tinggi di bandingkan dengansebenarnya.

Page 24: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

2. ILHAM

C2C60604

Universits

Diponego

Semarang

Penentuan Harga

pokok produksi

percetakan sablon

“OTAKKANAN

Production” di

Yogyakarta

2013 Berdasarkan penelitian yang di analisis

perusahaan dalam menentukan harga pokok

produksinya salah, karena perusahaan belum

memasukkan unsur biaya tenaga kerja tidak

langsung yang seharusnya di masukkan ke dalam

overhead pabrik sehingga biaya overhead pabrik

lebih rendah biayanya.

3. Nur

Hasanah

Hidayati

Evaluasi Penentuan

Harga Pokok

Produksi Roti Kecik

Dengan Metode

Harga Pokok Proses

Pada

Perusahaan Roti

Ganep’s Tradisi Solo

2010 Perusahaan telah melakukan pengumpulan dan

penghitungan unsur unsur biaya produksi yang

digunakan dalam menghitung harga pokok

produksi dalam tiap periodenya. Dalam

menghitung biaya bahan baku dan biaya tenaga

kerja langsung sudah dilakukan secara tepat.

Namun, dalam menghitung biaya overhead

pabrik masih kurang tepat karena belum

memasukkan beberapa unsur biaya overhead

pabrik dalam perhitungan. Disamping itu,

perusahaan tidak memperhitungkan tingkat

penyelesaian barang dalam proses akhir

produksi.

4. Arum

Budi

Lestari

Evaluasi Penetapan

Harga Pokok Produk

Roti Pada Ukm

RotiSaudara Di

Banyumanik

2012 hasil analisis dengan menggunakan metode full

costing dan penghitungan

harga jual, didapatkan hasil yang berbeda antara

metode yang digunakan UKM Roti Saudara

dengan metode yang digunakan oleh penulis

Page 25: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

2.5. Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi

Untuk menentukan harga pokok produksi yang mutlak diperlukan sebangai dasar penilaian

dan penentuan laba rugi periodik, biaya produksi perlu diklasifikasikan menurut jenis atau objek

pengeluarannya. Hal ini penting agar pengumpulan data biaya dan alokasinya yang seringkali

menuntut adanya ketelitian yang tinggi, seperti misalnya penetuan tingkat penyelesaian produk

dalam proses pada produksi secara massal dapat dilakukan dengan mudah. Terdapat tiga unsur-

unsu harga pokok produksi menurut Harnanto (2011) yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya produksi tak langsung atau biaya overhead pabrik.

2.5.1 Biaya Bahan Baku.

Biaya ini meliputi harga pokok dari semua bahan yang secara praktis dapat diidentifikasi

sebagai dari produk selesai. Misalnya, papan atau kayu pada perusahaan produsen mebel, pasir

dan semen pada perusahaan produsi tegal tidak semua bahan yang dipakai dalam pembuatan

suatu produk, memang diklasifikasikan sebangai bahan baku. Paku dan lem pada perusahaan

produsen mebel, umpamanya barangkali tidak diklasifikasi sebagai bahan baku. Ini disebabkan

oleh karana biaya yang didapat dari ketelitian harga pokok produksinya. Bahan-bahan yang

relatif kecil nilainya sepeti itu disebut bahan penolong dan diklasifikasikan sebangai bagian

produksi tidak langsung.

Bahan baku menurut Supriyono (1983:20) adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian

produk selesai dan pemakaiannya dapat diidentifikasi atau diikuti jejaknya atau merupakan

bagian integral pada produk tertentu. Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan

baku yang dipakai di dalam pengolahan produk. Bahan baku langsung adalah bahan baku yang

menjadi bagian integral dari produk jadi perusahaan dan dapat ditelusuri dengan mudah.

Bahan baku langsung ini menjadi bagian fisik produk, terdapat hubungan langsung antara

masukan bahan baku dan keluaran dalam bentuk produk akhir atau jadi. Objek biaya dari bahan

baku langsung adalah produk.

Page 26: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Menurut Simamora (1999: 36) Biaya bahan baku langsung adalah biaya dari komponen-

komponen fisik produk dan biaya bahan baku yang dibebankan secara langsung kepada produk,

karena dikonsumsi oleh setiap produk.

Bahan baku menurut Slamet (2007: 65) diartikan sebagai bahan yang menjadi komponen

utama yang membentuk suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari produk jadi. Dari beberapa

pengertian diatas tentang biaya bahan baku, maka dapat disimpulkan bahwa biaya bahan baku

adalah biaya yang secara langsung berhubungan dengan penggunaan bahan baku. Bahan baku

meliputi bahan-bahan yang dipergunakan untuk memperlancar proses produksi atau disebut

bahan baku penolong dan bahan baku pembantu. Bahan baku dibedakan menjadi bahan baku

langsung dan bahan baku tidak langsung. Bahan baku langsung disebut dengan biaya bahan

baku, sedangkan bahan baku tidak langsung disebut biaya overhead pabrik.

2.5.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung.

Meliputi gaji dan upah dari seluruh tenaga kerja langsung yang secara praktis dapat

diidentifikasikan dengan pengolahan bahan menjadi produk jadi atau setengah jadi. Gaji dan

upah operasional mesin umpamanya merupakan contoh biaya tenaga kerja langsung. Seperti

halnya biaya bahan baku, kenyataan adanya gaji dan upah tenaga kerja yang ikut membantu

terlaksanaya kegiatan produksi mungkin sajatidak digolongkan sebangai biaya tenaga kerja

langsung. Karena itu, terhadap gaji dan upah tenaga kerja dibebankan menjadi biaya tenaga kerja

langsung dan biaya tenaga kerja taklangsung.

Biaya tenaga kerja tak langsung meliputi semua biaya tenaga kerja selain yang

dikelompokkan sebagai biaya tenaga kerja langsung. Gaji dan upah mandor adalah salah satu

contoh dari biaya tenaga kerja tidak langsung. Adalah tidak praktis untuk mendefinisikan biaya,

sebangai halnya gaji dan upah mandor itu kepala produk tertentu, sementara itu, perusahaan

memproduksi lebih dari satu macam produk.

Page 27: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

2.5.3 Biaya Overhead Pabrik.

Biaya ini meliputi semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja

langsung. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik meliputi juga biaya bahan penolong, gaji dan

upah tenaga kerja tidak langsung dan biaya produksi tak langsung lainnya. Biaya depersiasi atau

biaya dari satu macam produk, umpamanya merupakan contoh dari biaya overhead pabrik.

Untuk menetukan harga pokok, produk sebagai dasar penilaian persediaan, terdapat perbedaan

yang fundamental tenteng apa yang harus dilakukan terhadap biaya produksi langsung dan biaya

overhead pabrik. Untuk biaya produksi langsung, pengumpulan data biaya dilakukan dengan

menggunakan dokumen-dokumen transaksi seperti misalnya surat permintaan bahan untuk bahan

baku, dan kartu jam kerja untuk tenaga kerja langsung ke dalam dokumen itu dicatat data

kuantitas dan harga atau tarif per satuannya. Setiap kali terjadi transaksi pemakaian bahan baku

atau pelaksanaan, satuan order produksi. Lain halnya dengan biaya overhead pabrik, biaya ini

tidak dapat diidentifikasi secara langsung kepada masing-masing produk berdasarkan suatu

taksiran. Unruk mengatasi hal ini, perusahaan pada umumnya menetukan jumlah biaya overhead

pabrik untuk jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun, kemudian membebankannya kepada

produk yang dihasilkan dalam jangka waktu tersebut berdasarkan tarif tertentu.

2.6. Metode Penentuan Harga Pokok

Menurut Mulyadi (2013) metode penentuan harga pokok produk adalah menghitung semua

unsur biaya kerja dalam harga pokok produksi. Dalam menghitung unsur-unsur biaya pada harga

pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu metode full costing / konvensional dan metode

variabel costing.

Page 28: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

2.6.1 Metode full costing / Konvensional

Full costing merupakan metode penetuan harga pokok produksi yang menghitung semua

unsusr biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead parik yang berperilaku

variabel maupun tetap. Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur-

unsur biaya produksi Sebagai berikut :

Persediaan Awal xxx

Biaya Bahan Baku xxx

Biaya Tenaga Kerja xxx

Biaya Overhead Pabrik variabel xxx

Biaya Overhead Pabrik Tetap xxx

Total Biaya Produksi xxx

xxx

Persediaan Akhir (xxx)

Harga Pokok Produksi xxx

Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur biaya

produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya

overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi ( biaya pemasaran, baiaya

administrasi dan umum ).

A. Pengertian Sistem Biaya Konvensional.

Volume berbasis (tradisional atau konvensional, seperti yang sering dilambangkan dalam

buku sistem biaya, bagaimanapun adalah satu tahap biaya sistem tanpa proses ataupun

perspektif, dan karenanya biaya yang dialokasikan langsung ke obyek biaya, biasanya

menggunakan basis alokasi volume terkait sangat seperti jam tenaga kerja langsung dan jam

mesin menurut emblemsvag.

Page 29: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Penentuan harga pokok produksi konvensional adalah full costing dan variable costing.

Sistem biaya full costing juga biasa disebut dengan sistem biaya konvensional. Sistem biaya full

costing mengasumsikan bahwa semua biaya dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu

biaya tetap dan biaya variabel dengan memperhatikan perubahan-perubahan dalam unit atau

volume produksi. Jika unit produk atau penyebab lain yang sangat berkaitan dengan unit yang

diproduksi, seperti jam kerja langsung atau jam mesin dianggap sebagai cost driver yang

penting. Cost driver berdasarkan unit atau volume ini digunakan untuk menetapkan biaya

produksi kepada produk.

Pada sistem biaya full costing, pembebanan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja

langsung pada produk tidak memiliki tantangan khusus. Biaya-biaya ditekankan pada produk

dengan menggunakan penelusuran langsung, atau penelusuran pendorong yang sangat akurat,

dan sebagian besar sistem konvensional atau full costing didesain nuntuk memastikan bahwa

penelusuran ini dilakukan.

Disisi lain biaya overhead pabrik memiliki masalah lain, yaitu hubungan input output yang

secara fisik dapat diamati pada bahan langsung, dan biaya tenaga kerja langsung tidak tersedia

pada biaya overhead pabrik. Pada dasarnya pendorong kegiatan berdasarkan unit membebankan

biaya overhead pabrik pada produk, melalui penggunaan tarif pabrik atau tarif departemen.

Untuk tarif pabrik, tahap awal yang harus dilakukan adalah mengakumulasikan atau

menjumlahkan semua biaya overhead pabrik yang diidentifikasikan pada jurnal umum,dan

membebankan pada semua kelompok pabrik yang besar. Setelah biaya diakumulasikan, biaya

pada pabrik dapat dihitung tarif pabrik dengan menggunakan pendorong tunggal, yang umumnya

adalah jam tenaga kerja langsung.

Produk diasumsikan mengkonsumsi sumber daya overhead pabrik sebanding dengan

penggunaan jam tenaga kerja langsung, karena itu pada tahap kedua, biaya overhead dibebankan

pada produk dengan mengalikan tarif dengan jam tenaga kerja langsung sesungguhnya yang

digunakan oleh tiap produk. Untuk tarif departemen, biaya overhead pabrik dibebankan pada

masing-masing departemen produksi, menciptakan kelompok biaya overhead departemen. Pada

tahap pertama, departemen dijadikan objek biaya, dan biaya overhead pabrik dibebankan

dengan menggunakan penelusuran langsung, penelusuran pendorong dan alokasi. Biaya

dibebankan masing-masing departemen produksi, kemudian pendorong berdasarkan kegiatan

Page 30: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

seperti jam tenaga kerja langsung dan jam mesin digunakan untuk menghitung tarif

departemen. Produk yang melalui departemen tersebut, diasumsikan mengkonsumsi biaya

overhead sebanding dengan pendorong departemen berdasarkan unit (jam mesin atau tenaga

kerja yang digunakan), karenanya pada tahap kedua, overhead pabrik dibebankan pada produk

dengan mengalikan tarif departemen dengan jumlah pendorong yang digunakan pada masing-

masing departemen.

Seluruh overhead yang dibebankan pada produk hanya merupakan penjumlahan dari jumlah

yang diterima masing-masing departemen. Sistem ini dianggap lebih akurat untuk menentukan

harga pokok produksi. Pada hal metode ini juga masih tidak mempertimbangkan biaya yang

berubah karena aktivitas atau proses yang berbeda dalam suatu departemen.

Sistem biaya konvensional menurut Emblemsvag (2003: 104) memiliki beberapa ciri-ciri

sebagai berikut:

1. Untuk tujuan biaya produk, perusahaan dipisahkan menjadi bidang fungsional kegiatan

yaitu, manufaktur, pemasaran, pembiayaan, dan administrasi.

2. Pembuatan biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan manufaktur biaya overhead

persediaan, yaitu dicatat dalam penilaian persediaan.

3. Biaya tenaga kerja langsung, bahan langsung dan dianggap dilacak (atau) dibebankan

langsung keproduk.

4. Biaya overhead pabrik dan layanan manufaktur departemen diperlakukan sebagai biaya

tidak langsung produk tetapi dibebankan keproduk dengan menggunakan tarif biaya

overhead telah ditentukan.

5. Ketika produk tunggal, rencana jangka panjang, tingkat biaya overhead yang telah

ditentukan digunakan, overhead dibebankan tanpa pandang bulu untuk semua produk

tanpa memperhatikan mungkin berbeda disebabkan oleh perbedaan dalam sumber daya

yang dimanfaatkan dalam pembuatan satu produk versus lain.

6. Biaya fungsional pemasaran, pembiayaan, dan administrasi yang akurat dirumuskan

dikolom biaya dan diperlakukan sebagai biaya pada periode di mana mereka terjadinya.

Biaya tersebut tidak diperlakukan sebagai biaya produk.

Page 31: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Sistem biaya kovensional mengasumsikan bahwa semua biaya dapat diklasifikasikan

kedalam dua kategori, yaitu biaya tetap dan biaya variabel dengan memperhatikan perubahan-

perubahan dalam unit atau volume produksi. Jika hanya unit produksi atau penyebab lain yang

sangat berkaitan dengan unit yang diproduksi, seperti jam kerja atau jam mesin dianggap sebagai

cost driver yang penting. Cost driver berdasarkan unit atau volume ini digunakan untuk

menetapkan biaya produksi kepada produk. Pada sistem biaya konvensional, pembebanan biaya

bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk tidak memiliki tantangan khusus.

Biaya-biaya ditekankan pada produk dengan menggunakan penelusuran langsung, atau

penelusuran pendorong yang sangat akurat, dan sebagian besar sistem konvensional didesain

untuk memastikan bahwa penelusuran ini dilakukan. Disisi lain biaya overhead pabrik memiliki

masalah lain, yaitu hubungan masukan keluaran yang secara fisik dapat diamati pada bahan

langsung, dan biaya tenaga kerja langsung tidak tersedia pada biaya overhead pabrik.

Pada dasarnya pendorong kegiatan berdasarkan unit membebankan biaya overhead pabrik

pada produk, melalui penggunaan tarif pabrik atau tarif departemen. Untuk tarif pabrik, tahap

awal yang harus dilakukan adalah mengakumulasi atau menjumlahkan semua biaya overhead

pabrik yang diidentifikasikan pada jurnal umum, dan membebankan pada semua kelompok

pabrik yang besar. Setelah biaya diakumulasikan, biaya pada pabrik dapat dihitung tarif pabrik

dengan menggunakan pendorong tunggal, yang umumnya adalah jam tenaga kerja langsung.

Produk diasumsikan mengkonsumsi sumber daya overhead pabrik, sebanding dengan

penggunaan jam tenaga kerja langsung, karena itu pada tahap kedua biaya overhead pabrik

dibebankan pada produk dengan mengalikan tarif dengan jam tenaga kerja langsung

sesungguhnya yang digunakan oleh tiap produk. Untuk tarif departemen, biaya overhead pabrik

dibebankan pada masing-masing departemen produksi, menciptakan kelompok biaya overhead

departemen. Pada tahap pertama, departemen dijadikan objek biaya, dan biaya overhead pabrik

dibebankan dengan menggunakan penelusuran langsung, penelusuran pendorong dan alokasi.

Biaya dibebankan pada masing-masing departemen produksi, kemudian pendorong berdasarkan

kegiatan seperti jam tenaga kerja langsung (untuk departemen padat tenaga kerja) dan jam mesin

(untuk departemen padat mesin) digunakan untuk menghitung tarif departemen.

Produk yang melalui departemen tersebut, diasumsikan mengkonsumsi biaya overhead

sebanding dengan pendorong departemen berdasarkan unit (jam mesin atau jam tenaga kerja

Page 32: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

yang digunakan), karenanya pada tahap kedua, overhead pabrik dibebankan pada produk dengan

mengalikan tarif departemen dengan jumlah pendorongyang digunakan pada masing-masing

departemen. Seluruh overhead yang dibebankan pada produk, hanya merupakan penjumlahan

dari jumlah yang diterima masing-masing departemen.

B. Keterbatasan Sistem biaya konvensional

Sistem penentuan harga pokok produksi dengan sistem tradisional, yang mendasarkan pada

volume menurut Blocher dkk (2007:220), jika:

1. Tenaga kerja langsung dan bahan merupakan factor yang dominan dalam produksi.

2. Teknologi stabil.

3. Adanya keterbatasan produk.

Dalam beberapa situasi biaya produk yang diperoleh dengan cara tarif konvensional akan

menimbulkan distorsi, karena produk tidak mengkonsumsi sebagian besar sumber daya

pendukung dalam proporsi yang sesuai dengan volume produksi yang dihasilkan.

Tarif pabrik dan departemen telah digunakan selama bertahun-tahun dan terus digunakan

dengan sukses oleh banyak perusahaan. Pada beberapa situasi tertentu, tarif tersebut

menimbulkan distorsi yang dapat membuat kebingungan perusahaan yang berproduksi dalam

lingkungan produksi canggih menurut Achmad Slamet (2007:103).

Keterbatasan utama dari sistem penentuan harga pokok full costing adalah penggunaan tarif

tunggal atau tarif departemen yang mendasarkan pada volume. Blocher dan Chenlin (2001:118)

mengemukakan tarif ini menghasilkan biaya produk yang tidak akurat, jika sebagian besar biaya

overhead pabrik tidak berhubungan dengan volume, dan jika perusahaan menghasilkan

komposisi produk yang bermacam-macam dengan volume, ukuran dan kompleksitas yang

berbeda-beda.

Tarif pabrik departemen telah digunakan selama berpuluh-puluh tahun dan terus digunakan

dengan sukses oleh banyak perusahaan. Namun, pada beberapa situasi, tarif tersebut tidak banyak

bekerja dengan baik dan mungkin menimbulkan biaya produk yang sangat terdistorsi. Untuk

perusahaan yang beroperasi pada lingkungan pemanufakturan tingkat tinggi, distorsi biaya

produk sangat berbahaya.

Page 33: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

C. Kelebihan Sistem Biaya Konvensional

Kelebihan biaya konvensional menurut Cooper & Kaplan (1991) dalam Andjarwani adalah:

1. Mudahditerapkan

2. Sistem biaya konvensional tidak memakai banyak cost driver dalam mengalokasikan

biaya overhead sehingga hal ini memudahkan bagi manajer untuk melakukan

perhitungan.

3. Mudah diaudit. Karena jumlah costd river yang digunakan sedikit, maka biaya overhead

dialokasikan berdasar volume based measure sehingga akan lebih memudahkan auditor

dalam melakukan proses audit.

D. Kekurangan Sistem Biaya Konvensional

Kekurangan dalam perhitungan harga pokok produksi menurut Sulistianingsih (1999:20)

mengemukakan bahwa terdapat dua kelemahan sistem penetapan biaya produk secara full costing

(konvensional) yaitu:

1. Sistem penetapan biaya produk yang konvensional memang tidak dirancang khusus

untuk penetapan biaya produk yang akurat, karena tujuan utamanya dimaksudkan untuk

menetapkan biaya persediaan.

2. Belum pernah dimodifikasi, walaupun proses produksi telah berubah.

Untuk memutuskan apakah sistem biaya suatu perusahaan telah merefleksikan biaya poduk

yang optimal, diperlukan analisis detail terhadap sistem biaya tersebut agar biaya yang

dikeluarkan untuk analisis terhadap sistem biaya dapat efisien.

Sedangkan menurut Cooper & Kaplan (1991) dalam Andjarwani menyatakan bahwa

kelemahan sistem akuntansi biaya konvensional adalah sebagai berikut:

1. Hanya menggunakan jam kerja langsung untuk mengalokasikan biaya overhead.

2. Hanya menggunakan dasar alokasi yang volume relate (unit level) untuk pengalokasian

bagian dari biaya produk / pelanggan. Pengukuran alokasi tahap produksi tertentu tidak

akan menghasilkan informasi yang relevan. Biaya overhead yang merupakan bagian

dari biaya produksi ditentukan dengan menggunakan dasar yang berkaitan dengan

volume produksi. Hal ini menyebabkan distorsi pengukuran product cost karena

Page 34: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

aktivitas- aktivitas penyebab timbulnya biaya overhead banyak yang tidak berkaitan

langsung dengan produk yang dihasilkan.

3. Hanya menitik beratkan biaya produk pada fase produksi saja. Sistem akuntansi biaya

konvensional menitik beratkan pada.

Kekurangan dalam perhitungan harga pokok produksi menurut Blocher dkk (2007:220)

mengemukakan kelemahan dari sistem biaya overhead berdasarkan volume meningkat ketika

keragaman produk secara keseluruhan, karena biaya ini:

1. Dirancang untuk menentukan biaya produk secara keseluruhan, bukan berdasarkan

karakteristik-karakteristik unik produksi dalam operasi yang berbeda.

2. Menggunakan penggerak biaya yang berlaku diseluruh bagian perusahaan atau

perdepartemen dan mengabaikan perbedaan dalam aktivitas untuk produk atau proses

produksi yang berbeda dalam pabrik atau departemen.

3. Menggunakan volume aktivitas untuk seluruh operasi seperti jam atau satuan mata uang

tenaga kerja langsung sebagai dasar untuk mendistribusikan biaya overhead keseluruh

produk sementara aktivitas tertentu adalah bagian kecil dari aktivitas produk keseluruhan.

4. Kurang menekankan analisis produk jangka panjang.

E. Tanda-Tanda Kelemahan Sistem Biaya Konvensional.

Tanda-tanda kelemahan sistem biaya konvensional menurut Sulistianingsih (1999:21)

mengemukakan kelemahan dari sistem full costing (konvensional) disebabkan oleh kelemahan

dari rancangan tersebut, diantaranya adalah:

1. Hargajam atau biaya tenaga kerja langsung yang digunakan untuk mengalokasikan

overhead dari biaya keproduk.

2. Hanya basis alokasi yang berkaitan dengan volume, seperti jam kerja, jam mesin dan

rupiah bahan yang digunakan untuk mengalikan overhead dari pusat biaya ke produk.

Distorsi terutama timbul, apabila jumlah biaya pusat tidak berkaitan dengan volume

relatif besar.

3. Pusat biaya terlalu besar dan terdiri dari mesin-mesin dengan struktur biaya overhead

yang sangat berbeda satu sama lain, mesin dan otomatik mungkin memikul biaya

overhead yang lebih kecil bila dibandingkan dengan mesin manual.

Page 35: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

4. Biaya pemasaran dan penyerahan produk sangat bervariasi untuk masing- masing saluran

distribusi, sedangkan sistem biaya konvensional atau full costing mengabaikan biaya

pemasaran.

F. Distorsi Sistem Biaya Konvensional.

Distorsi sisitem biaya konvensional menurut Sulistianingsih (1999:19) mengemukakan

pembebanan tidak langsung dapat menghemat biaya, tetapi dengan konsekuensi distorsi yang

material apabila biaya-biayanya tidak dapat didistribusikan secara akurat kepusat biaya atau

produk.

Terdapat 5 faktor sumber distorsi dalam sistem full costing yaitu:

1. Beberapa biaya dialokasikan keproduk, padahal sebenarnya tidak mempunyai hubungan

dengan produk yang dihasilkan. Distorsi ini timbul khususnya menyangkut perlakuan

terhadap revenue verse capital expenditure controversy.

2. Biaya yang sebenarnya mempunyai hubungan dengan produk yang dihasilkan atau dengan

pelayanan pada pelanggan diabaikan. Distorsi ini ditimbulkan karena dalam akuntansi

keuangan, yang termasuk biaya produk hanya menyangkut manufacturing cost, dan

sebagai akibat dari unrecorded opportunity cost.

3. Penetapan biaya produk terbatas pada suatu sub himpunan output perusahaan, sementara

itu perusahaan menghasilkan multi produk maka alokasi ini menimbulkan distorsi yang

sangat material.

4. Pembebanan biaya secara tidak cermat ke produk, dapat menimbulkan dua bentuk distorsi

yaitu distorsi harga dan distorsi kuantitas.

5. Usaha yang mengalokasikan biaya bersama dan biaya bergabung ke produk yang

dihasilkan.

Dari sudut pandang konseptual Emblemsvag (2003:111) mengemukakan bahwa masalah

distorsi dapat dibagi dalam tiga sumber utama yaitu :

1. Sumber distorsi karena kurangnya potensi data yaitu ketidak pastian yang melekat dalam

desain, distorsi takterelakkan, dan penilaian mempengaruhi apa yang dinilai.

Page 36: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

2. Masalah keandalan selama pelaksanaan yaitu faktor situasional mempengaruhi model,

metode ini tidak diterapkan dengan benar.

3. Defisiensi tentang metode karena kurangnya data dan metode tidak mampu menangani

masalah.

Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2009:169) faktor-faktor yang menyebabkan

distorsi sisitem full costing ada dua yaitu:

1 . Proporsi biaya overhead yang tidak berkaitan dengan unit terhadap total biaya overhead

adalah besar,

2. Tingkat keaneka ragaman produknya besar.

G. Dampak Sistem Biaya Konvensional

Tarif keseluruhan pabrik dan tarif departemen dalam beberapa situasi, tidak berfungsi baik

dan dapat menimbulkan distorsi biaya produk yang besar menurut Hansen dan Mowen

(2006:149). Faktor yang menyebabkan ketidak mampuan tarif pabrik menyeluruh dan tarif

departemen berdasarkan unit, untuk membebankan biaya overhead secara tepat adalah proporsi

biaya overhead pabrik yang berkaitan dengan unit terhadap total biaya overhead, adalah besar

dan tingkat keragaman produk yang besar.

Penggunaan tarif keseluruhan pabrik dan departemen memiliki asumsi bahwa pemakaian

sumber daya overhead berkaitan erat dengan unit yang diproduksi. Keanekaragaman produk

berarti bahwa produk mengkonsumsi aktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda-beda.

Biaya produk akan ter distorsi, apabila jumlah overhead berdasarkan unit yang dikonsumsi oleh

overhead non unit. Seringkali organisasi mengalami gejala tertentu yang menunjukkan bahwa

sistem akuntansi biaya mereka ketinggalan jaman. Informasi biaya yang ter distorsi akan

berdampak pada perilaku anggota organisasi menurut Sulistianingsih (1999:21) antaralain:

1. Para manajer pusat cenderung untuk membeli dari luar dari pada memproduksi sendiri.

2. Terlalu banyak waktu yang dikorbankan untuk mengukur jam kerja langsung.

3. Pengolahan data pada pusat yang padat karya lebih mahal dari pada pusat biaya yang

padat modal.

Page 37: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

4. Tidak ada insetif bagi para manajer produk untuk mempengaruhi atau mengendalikan

pertumbuhan yang cepat dari tenaga personalia penunjang.

5. Ruangan bersih yang mahal tidak digunakan secara efisien sebagai akibat dari alokasi

biaya menurut luas lantai.

2.6.2 Metode Variabel Costing

Variabel costing merupakan metode penetuan harga pokok produksi yang hanya menghitung

biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksinya. Metode variabel

costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut :

Persediaan Awal xxx

Biaya Bahan Baku xxx

Biaya Tenaga Kerja xxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel xxx

Total Biaya Produksi xxx

xxx

Persediaan Akhir (xxx)

Harga Pokok Produksi xxx

Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan variabel costing terdiri dari unsur

harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead

pabrik variabel) ditambah dengan biaya non produksi variabel (biaya pemasaran variabel, dan

biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya

pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap).

Page 38: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

2.7. Pengumpulan Biaya Produksi

Pengumpulan biaya produksi yang tepat dapat menghasilkan tidak saja informasi harga

pokok produk yang akurat, tepat pada waktunya, tetapi juga informasi biaya yang diperlukan

oleh manajemen untuk membuat keputusan ekonomi, misalnya jenis produk yang harus dibuat,

diperbanyak produksinya dikurangi produksinya berdasarkan sisitem periodik atas sistem

permanen (perpetual).

Sistem periodik merupakan suatu proses pengumpulan biaya produksi yang tidak

menyelenggarakan rekening atau rekening-rekening khusus untuk produk yang dihasilkan dalam

suatu periode proses produksi, perhitungan fisik persediaan mutlak diperlukan. Karena harga

pokok produksi, baik yang masih berada dalam proses pengolahan maupun yang telah

diseleksikan dari proses produksinya hanya dapat ditentukan setelah perhitungan fisik dilakukan

maka sistem periodik tidak dipandang sebagai suatu sisitem pengumpulan biaya yang lengkap.

Keterbatasan ini membuat sistem periodik hanya dianggap tepat untuk perusahaan-perusahaan

kecil.

Sistem permanen atau perpetual merupakan suatu proses pengumpulan biaya yang untuk

mengikuti aliran biayanya diselenggarakan satu atau lebih. Rekening produk dalam proses

sementara produk berada dalam proses pengolahan. Karena itu, sistem permanen mampu

memberikan informasi tentang produk dalam proses, produk jadi, dan harga pokok produk yang

dihasilkan pada setiap saat diperlukan.

Setiap sistem pengumpulan harus mencatat data biaya yang sesungguhnya terjadi, meskipun

untuk tujuan pengendalian biaya dapat dikombinasikan dengan biaya standar. Pencatatan data

biaya standar menyangkut penetapan standar dan taksiran mengenai jumlah produk yang

dihasilkan. Selisih antara biaya standar dengan biaya yang sesungguhnya terjadi dicatat dalam

rekening atau rekening-rekening selisih biaya, untuk dipakai sebangai dasar dalam membuat

keputusan-keputusan yang berhubugan dengan perencanaan dan pengendalian biaya. Sistem

biaya standar, biaya digunakan dalam sistem permanen tidak dalam sistem periode, karena

ketidaklengkapan sistem periodik membuat biaya standar diragukan manfaatnya.(Harnanto,

2011).

Page 39: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

2.7.1 Sistem Periodik.

Barangkali cara yang paling tepat untuk memahamisetiap sistem pengupulan biaya adalah

aliran biaya produksinya dari sejak bahan baku atau produksi dimaksudkan sampai dengan

selesai biaya adalah aliran biaya produksinya dari sejak bahan baku atau produksi dimasukkan

sampai dengan diselesaikan dari proses produksi. Dalam sistem periodik, aliran biaya pada

perusahaan manufaktur dapat diikhtisarkan sebangi berikut:

Gambar 2.3.Aliran Biaya pada Sistem Periodik

[+] Produk Dalam Proses Awal Periode

[=] Harga Pokok Produk Dalam Proses

[ -] Produk Dalam Proses Akhir

[+] Harga Pokok Produk Dihasilkan

[=] Produk Jadi Awal Periodi

[- ] Produk Tersedia Untuk Dijual

[+] Produk Jadi Akhir Periodi

[=] Harga Pokok Penjualan

[+] Biaya Pemasaran, Adm Inistrasi dan Umum

[=] Total Biaya Operasi

Sumber : Harnanto , Akuntansi Biaya

Untuk menetukan harga pokok produk yang dihasilkan dalam suatu periode proses produksi,

mula-mula harus ditentukan terlebih dahulu total biaya untuk produk yang dimasukkan ke dalam

produksi periodik yang bersangkutan. Ini meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan penolong hanya dapat ditentukan

berdasar hasil perhitungan fisik persediaan bahan yang dilakukan pada setiap akhir periode.

Sedangkan biaya produksi lainnya dikumpulkan melalui rekening-rekening pembukuan yang

diselesaikan untuk setiap jenis atau elemen biaya. Karena tidak semua produk yang dimasukkan

dalam suatu periode proses produksi pada diselesaikan dalam periode yang sama, berarti tidak

seluruh biaya produksi digunakan untuk biaya produksi digunakan untuk membuat produk yang

dimasukkan ke dalam proses produksi dalam periode yang bersangkutan. Sebagian diantaranya

Page 40: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

biaya produksi tersebut juga digunakan untuk menyelesaikan unit-unit produk yang masih berada

dalam proses pada awal periode.

Dilain pihak, adanya produk yang sama mengakibatkan sebangai biaya produk tersebut tidak

dapat diperlakukan sebangai bahan dari harga pokok produk jadi yang dihasilkan dalam suatu

periode. Dengan perkataan lain untuk menentukan harga pokok produk jadi yang dihasilkan

dalam suatu periode proses produksi diperlukan suatu proses alokasi biaya produksi kepada unit-

unit produk jadi dan produk dalam proses baik pada awal maupun akhir periode. Jadi di dalam

hal ini terdapat produk dalam proses pada awal periode, harga pokok produksi jadi yang

dihasilkan dalam suatu periode proses produksi tidak hanya terdiri dari biaya yang terjadi dalam

periode yang bersangkutan seperti tampak pada gambar.

Harga pokok produksi yang dihasilkan dalam suatu periode proses produksi secara matematis

dapat dinyatakan sebangi berikut :

HPP : Harga Pokok Produksi

PBDP awal : Persediaan Bahan Dalam Proses Awal

PBDP akhir : Persediaan Bahan Dalam Proses Akhir

2.7.2. Sistem Permanen / Perpetual

Sistem permanen atau perpetual merupakan suatu sistem pengumpulan biaya (produksi)

yang dirancang untuk dapatmenghasilkan informasi biaya yang relevan. Untuk membantu

manajemen dalam melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian, tepat pada waktunya.

Tentu saja, perhitungan harga pokok per unit produk tetap merupakan tujuan utama dan sistem

permanen. Sesuai dengan sifat atau karakteristiknya, sistem permanen dapat dibedakan ke dalam

sifat tipe atau metode pengumpulan biaya yaitu : sistem harga pokok pesanan dan sistem harga

pokok proses.

HPP = PBDP awal + Biaya Produk – PBDP akhir

Page 41: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

1. Sistem Harga Pokok Pesanan.

Pada sistem harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan menurut persanan

demi pesanan. Sistem ini dianggap tepat untuk perusahaan-perusahaan yang

menghasilkan berbagai macam produk yang masing-masing bersifat kas, seperti misalnya

pada percetakan mebel. Pada sistem harga pokok pesanan, harga pokok produk/pesanan

harus ditentukan pada saat suatu pesana diselesaikan dari proses produksinya.

2. Sistem harga Pokok Proses.

Pada sistem pokok proses, biaya produksi dikumpulkan berdasarkan departemen atau

pusat-pusat biaya yang dibentuk sesuai dengan tahap-tahap pengolahan produknya.

Sistem ini dianggap tepat untuk perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk yang

sama dan proses produksinya berlangsung secara kontinyu seperti misalnya: pabrik

tepung, pabrik makanan dan minuman. Karena proses produksinya yang belangsung

secara kontinyu maka perhitungan harga pokok produk dilakukan secara periodik, tidak

setiap unit produk diselesaikan dari proses produksinya.

Banyak faktor harus dipertimbangkan dalam merancang sistem permanen atau perpetual atau

lainnya. Struktur organisasi perusahaan, proses produksi, jenis atau tipe informasi yang

dibutuhkan oleh manjemen.

Dalam sistem permanen, biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik,

dikumpulkan dalam satu atau lebih rekening produk dalam proses untuk sampai kepada harga

pokok produk akhir. Karena itu harga pokok produk yang dihasilkan dalam suatu periode

akuntansi akan berjumlah sama dengan total biaya yang dialokasikan dari rekening produk dalam

proses ke rekening persediaan produk selesai. Di samping memberikan informasi total biaya

produksi untuk produk yang diproses dalam suatu periode proses produksi rekening produk

dalam proses juga berfungsi sebangai catatan tentang persediaan, produk dalam (proses pada

setiap awal dan akhir periode).

Page 42: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Karena harga pokok produk dapat ditentukan setiap produk diselesaikan atau secara periodik

(kurang dari satu periode akuntansi) secara teoritis harga pokok penjualan dapat ditentukan

setiap kali terjadi transaksi penjualan. Begitu pula (nilai) persediaan produk selesai dapat

ditentukan pada setiap saat diperlukan, karena pada dasarnya nilai persediaan produk selesai

sama dengan saldo, menurut rekening pembukuannya tidak seperti halnya pada sistem periodik,

pada sistem permanen ini dimungkinkan tersedianya informasi tentang produk dalam proses

produk selesai, harga pokok produk yang dihasilkan, dan harga pokok penjualan secara kontinyu.

(Harnanto, 2011).

Page 43: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian ini metode yang dilakukan adalah metode diskriptif yaitu

penelitian yang ditunjukan untuk memperoleh gambaran actual mengenai objek atau kondisi

yang diteliti. Didalam metode analisis yang digunakan masing-masing akan diuraikan dibawah

ini:

3.1. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam skripsi ini adalah petani garam atau UKM (Usaha Kecil Masyarakat)

yang beralamatkan di Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan Madura milik Pak Hartono

3.2. Jenis dan Sumber Data

Untuk melengkapi kegiatan ini, data yang dikumpulkan dipakai sebagai bahan penyusunan

skripsi adalah :

1. DataPrimer

Data primer adalah data yang dikumpulkan sediri dari perusahaan dengan diperoleh

melalui keterangan-keterangan, penjelasan-penjelasan dari perusahaan yang berhubungan

dengan penelitian di dalam skripsi ini.

2. Data Sekunder

Data yang sudah ada, dan merupakan data yang didapat dari perusahaan dalam

bentuk yang sudah jadi.

Page 44: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

3.3. Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara.

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam satu topik tertentu hal

ini menurut Esterberg dalam Sugiyono (2008:410). Data yang diperoleh dari hasil

wawancara ini adalah semua yang digunakan untuk proses penelitian mulai dari aktivitas

kegiatan, informasi tentang bahan baku, tenaga kerja serta biaya overhead pabrik

2. Studi Kepustakaan.

Metode pengumpulan data dengan cara mempelajari literatur-literatur dan sumber-

sumber tertulis lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dalam

penulisan skripsi ini. Data yang dihasilkan dari kepustakaan hanya data pelengkap saja

untuk penetuan harga pokok produksi.

3. Dokumentasi.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2008 : 422).

Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang

biaya-biaya yang ada kaitannya dengan penentuan harga pokok produksi pada petani

garam pak Hartono

3.4. Metode Analisis Data

Di alam melakukan penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah:

1. Metode Deskriptif Kualtatif

Suatu analisi yang digunakan untuk membahas dan menerangkan hasil penelitian

dengan mempertimbangkan dan membandingkan antara penyusunan harga pokok

produksi perusahaan dengan menggunakan keterang-keterangan yang tidak berbentuk

angka.

Page 45: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

2. Metode Deskriptif Kuantitatif

Suatu analisis data dengan merekomendasikan penyusunan harga pokok produksi

yang seharusnya dimana mentode ini dinyatakan dengan angka-angka. Metode deskriptif

kuantitatif yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini adalah Metode Full Costing.

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi baik biaya tetap maupun biaya variabel

kedalam harga pokok produksi adalah sebagai berikut ini:

a. Mengetahui Besarnya Biaya Bahan Baku

Biaya Bahan Baku xxx

Biaya Tenaga Kerja xxx

Biaya Overhead Pabrik xxx

Biaya Produksi xxx

b. Penentuan Harga Pokok Produksi

Harga Pokok Produksi Pendekatan Full Costing menurut Mulyadi akuntansi

keuangan edisi lima 1993, terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebgai berikut:

Persediaan Produkdalam Proses awal xxx

Biaya Bahan Baku Sesungguhnya xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung Sesungguhnya xxx

Biaya Overhead Sesungguhnya xxx

Total Biaya Produksi xxx

xxx

Persediaan Produk Dalam Proses xxx

Harga Pokok Produksi xxx

Page 46: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan.

4.1.1. Sejarah singkat Perusahaaan

Usaha garam milik Pak Hartono mulai berdiri pada tahun 1997 yang dikelola secara manual

dengan alat- alat seadanya karena pada waktu masih belum punyai sendiri.Awal mulanya pak

hartono ingin memdirikan usaha pembuatan garam ini karena mempunya tanah di pinggir pantai

selatan pulau madura kabupaten pamekasan tepatnya di kecamatan pademawu yang menganggur

sejak dulu yang ukuran luas tanahnya adalah 25 x 25 m. dikarenakan tanah tersebut tidak subur

melainkan kering kerontang, pada saat ituusaha pak hartono mempunyai ide untuk dijaikan lahan

pembuatan garam, sebenarnya ini hanya sebuah percobaan Pak Hartono untuk meningkatkan

taraf hidup keluarga. Karena masyarakat disitu hanya tergantung pada pertanian saja yang

hasilnya kurang memuaskan, maka dari itu Pak Hartono mencoba untuk menjadi petani garam.

Dalam satu tahun tambak pak Hartono beroperasi 5 kali produksi atau 5 kali panen dengan

luas lahan sebesar 25 x 25 meter dengan kapasitas air garam mencapai + 100.000 liter air lau

yang dimasukkan dari laut lepas pantai selatan pulau Madura di Pamekasan menggunakan

saluran yang sudah tersedia. Dalam menghasilkan garam yang bagus dan melimpah tentunya ada

beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memulia proses poduksi garam diantaranya

adalah memperhatikan cuaca pada saat itu karena jika memproses waktu musim penghujan maka

proses pembuatan garam akan batal dikarenakan disana menggunakan sistem penguapan dan

pengeringan air laut secara alami yakni dengan sinar matahari.Di Indonesia khuusnya di wilayah

Madura dalam 1 tahun terjadinya kemarau berselang 5 bulan saja. Maka dari 5 bulan tersebut pak

Hartono memamfaatkan musim kemarau itu untuk memproduksi garam yang bagus tentunya

bisa menguntungkan hasil panennya.

Page 47: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Dengan tekat dan kemauannya pak hartono untuk bisa merubah nasib hidupnya untuk lebih

baik dari sebelumya pak hartono beserta keluarga optimis bahwa tambak garam miliknya akan

membawa perubahan atas kehidupan keluargannya.Dengan matangnya dalam menjalankan usaha

yang baik dalam mengelolah pertanian yang disertai ketelitian, maka dari tahun ke tahun usaha

mendapatkan keuntungan meskipun dalam 1 tahun tidak full melakukan proses produksi

melainkan hanya melakuka proses produksinya di saat musim kemarau tiba yakni 5 kali saja

dalam 1 tahun. Dari keuntungan usaha tersebut digunakan untuk pengembangan usaha dan

digunakan untuk membeli alat-alat produksi.

4.1.2. Lokasi Petani Garam

Penetapan lokasi usaha tidak lepas dengan sejara berdirinya usaha tersebut. Saat pertama kali

usaha didirikan harus memperhatikan lokasi yang tepat, karena dengan lokasi usaha yang tepat

dapat diperoleh keuntungan yang besar serta mengurangi biaya-biaya yang ada. Penentuan lokasi

direncanakan dengan memperhatikan beberapa faktor, serperti jauh dekatnya dengan bahan baku,

jauh dekatnya pasar, kemudahan-kemudahan transaksi, kemungkinan adanya perluasan lahan.

Dalam menjalankan seluruh kegiatannya, petani garam menggunakan lokasi pada suatu

tempat yang tidak jauh dari pemukiman penduduk. Lokasi tersebut berada di jalan raya lebih

tepatnya berada di kecamatan Pademawu Pamekasan.

Pemilihan lokasi tersebut sangat tepat dan sangat strategis bagi kelangsungan hidup usaha

karena :

1. Lokasi usahaan didirikan tidak jauh dari pemiliknya.

2. Kebutuhan akan tenaga kerja mudah diperoleh.

3. Sarana angkutan sangat mudah.

4. Harga tanah masih murah.

5. Dekat dengan bahan baku dan mudah didapatkan.

Dari hasil pertimbangan tersebut menyebabkan hingga sekarang ini usahaa petani garam pak

Hartono bertahan dan terus berproduksi.

Page 48: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

4.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Petani Garam

Di dalam bidang usaha ini, petani garam harus bisa menghasilkan garam yang berkualitas

dengan demikian petani garam harus tahu cuaca yang sedang dialami di waktu memproduksi.

Dalam hal ini petani harus memproduksi pada cuaca dan kelembabannya suhu yang baik serta air

laut yang bersih untuk menghasilkan garam yang berkualitas. Oleh karena itu petani garam harus

berupaya supaya bisa menghasilkan garam yang berkualitas adalah sebgai berikut :

1. Air Laut

Mutu air laut terutama dari mutu dari segi kadar garamnya (termasuk kontaminasi

dengan air sungai), sangat mempengaruhi waktu yang diperlikan untuk

pemaketan/penguapan.

2. Kadar cuaca

Panjang kemarau berpengaruh langsung kepada kesempatan yang diberikan kepada

petani garam untuk membuat garam dengan pertolongan matahari untuk penguapan.

3. Curah hujan

Curah hujan dan pola hujan distribusinya di dalam setahun rata-rata merupakan

indikator yang berkaitan erat dengan panjang kemarau yang kesemuanya mempengaruhi

daya penguapan air laut

4. Kecepatan angin

Kecepatan angin merupakan kelembaban udara dan suhu udara sangat mempengaruhi

kecepatan penguapan air, dimana semakin besar penguapan-penguapan maka semakin

besar jumlah kristal garam yang mengendap.

5. Tanah

Sifat porositas tanah mempengaruhu kecepatan perembesan (kebocoran) air laut

kedalam tanah yang dipeminihan ataupun di meja. Bila kecepata perembesan ini lebih

besar dari pada kecepatan penguapannya, apalagi bila terjadi hujan selama pembuatan

garam. Jenis tanah mempengaruhi pula warna dan tidak murnian yang terbawa oleh

garam yang dihasilkan.

Page 49: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

6. Pengaruh air

Pada kristalisasi garam konsentrasi air garam harus antara 25-29 derajat Be. Bila

konsentrasi air tua belum mencapai 25 derajat Be maka gips (kalsium sulfat) akan banyak

mengendap, bila konsentrasi air tua lebih lebih dari 29 derajat Be magnesium akan

banyak mengendap.

4.1.4. Struktur Organisasi

Dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan pencapaian tujuan yang ditentukan oleh

UKM sangat diperlukan adanya struktur organisasi. Struktur organisasi adalah suatu kerangka

atau susunan yang menunjukkan hubungan-hubungan diantara pejabat maupun, bidang

kerjasama satu sama lainnya. Sehingga jelas kedudukannya, wewenang, dan tanggung jawab

masing-masing bagian dalam suatu kebutuhan dalam menjalankan tugasnya yang terstruktur.

Untuk menjamin kelancaran mekanisme manajemen UKM, dibutuhkan suatu struktur

organisasi. Sehingga dengan struktur organisasi dimaksudkan dapat diketahui dan dimengerti

akan tugas, hak dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan posisi dan kedudukannya.

Sebagai suatu organisasi yang bergerak dibidang produksi gram ini merupakan salah satu

anggota dari persatuan usaha yang ada di dareah Pademawu Kabupaten Pamekasan Madura.

Dalam proses produksi garam,usahan ini sedikit menggunakan tenaga kerja. Agar prosesproduksi

dapat berjalan dengan lancar, maka dibutuhkan adanya suatu pembagian tugas dan tanggung

jawab (Pekerja).

Pembagian pekerjan ini dilakukan oleh perusahan dengan membagi beberapa departemen

atau bagian yang masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda,

namun saling berhubungan antara satu dengan yang lain.

1.Pimpinan

a) Mengontrol secara keseluruan jalannya perusahaan

b) Mertanggung jawab sepenuhnya atas mutu produk

c) Mengembangkan perusahaan

d) Bertugas mengambil keputusan terhadap masalah-masalah yang timbul atau jalannya

perusahaan.

Page 50: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

2. Manager

a) Membantu pimpinan dalam menyelesaikan tugas perusahaan.

b) Bertanggungjawab atas pemenuhan untuk menduduki atau mengisi job pada bagian

yang kosong.

c) Mengusulkan jabatan atas prestasi kerja yang dilakukan.

d) Bertanggung jawab atas penyimpanan data karyawan.

3.Bagian Produksi

a) Menentukan jenis produk garam.

b) Menentukan kualitas garam yang dihasilkan.

c) Mengatur dan mengevaluasi proses pembiayaan awal hingga siap panen.

d) Bertanggung jawab atas biaya tenaga kerja karyawan.

e) Secara periodik melakukan tinjauan manajemen.

4.Bagian Keuangan

a) Mengatur prosedur pembukuan perusahaan.

b) Mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.

c) Menangani transaksi jual beli.

5.Bagian Penjualan

a) Melakukan penjualan garam kepada konsumen atau ke pasar.

b) Memberikan pertanggung jawaban jumlah garam yang telah terjual.

Page 51: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

4.1 Gambar : struktur organisasi

4.1.5Aspek Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah orang yang bekerja pada suatu perusahaan. Tenaga kerja merupakan

komponen penting dalam perusahaan untuk menjalankan seluruh kegiatan perusahaan seperti

pembelian atau pembelanjaan bahan baku, produksi,pemasaran dan administrasi. Tanpa adanya

tenaga kerja maka kegiatan perusahaan tidak bisa dilaksanakan. Tenaga kerja membantu tujuan

perusahaan dapat tercapaisecara maksimal, oleh karena itu tenaga kerja harus selalu diperhatikan

baik kemampuannya maupun kemampuan perusahaan untuk memberikan upah tepatpada

waktunya sehingga para pekerja dapat bekerja dengan baik. Proses inovasi tidak hanya

membutuhkan bahan baku dan bahan pembantu sajauntuk memproduksi serta mesin-mesin

penggerak tapi juga membutuhkan tenagakerja manusia untuk menggerakkan untuk proses

produksi. Dalam menjalankan aktiftifitas sehari-sehari usaha petani garam pak

hartono menggunakan tenaga kerja langsung. menurut Mulyadi (2010), tenaga kerja

langsungadalah tenaga kerja yang jasanya dapat diperhitungkan langsung. adapun

klasifikasitenaga kerja yang ada dalam Perusahaan dapat digolongkan sebagai berikut:

Bagian

Keuangan

Bagian

produksi

Manager

Pimpinan

Bagian

Penjualan

Page 52: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Tabel 4.1

Klasifikasi Karyawan

Perusahaan Garam Pak Hartono

Tahun 2015

No Jenis Tenaga Kerja Jumlah (orang)

1 Pimpinan Perusahaan 1

2 Manajer 1

3 Bagian Keuangan 1

4 Bagian Produksi 13

5 Bagian Penjualan 5

J u m l a h 21

4.1.6 Aspek Produksi

4.1.6.1 Bahan Baku

Proses produksi yang baik merupakan hal yang sangat diharapkan oleh

setiapperusahaan.Untuk mendapatkan hasil yang baik dan bermutu dalam memproduksi garam,

disamping membutuhkan bahan baku yang bermutu (bersih dari sampah) juga perlu

memperhatikan proses pembuatan garam itu sendiri.Adapun bahan bahan yang digunakan dalam

proses produksi adalah sebagai berikut :

Bahan baku utama dalam proses pembuatan garam pada perusahaan garam milik pak

Hartono adalah air laut yang bersih

.

Page 53: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

4.1.4.2 Peralatan Produksi

Jenis alat-alat yang digunakan oleh perusahaan beserta fungsi untuk keperluan proses

produksi antara lain :

Tabel 4.2

Jenis dan Fungsi Alat Proses Produksi

Perusahaan Garam Pak Hartono

Tahun 2015

Jenis Jumlah Unit Fungsi

Meteran 4 Mengukur kedalaman air

Kincir angin 2 Memindahkan air

Pipa paralon 6 Saluran air dari kolam satu ke kolam berikutnya

Cangkul 6 Untuk memperbaiki selokan, kolam.

Sekop 4 Untuk mengumpulkan garam

Linggis 8 Menggerok garam

Timbangan 3 Menimbang hasil panen

Page 54: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

4.1.4.3 Proses Produksi

Proses pembuatan produk pada perusahaan garam pak Hartono yaitu sebagai berikut :

1. Proses Persiapan Lahan.

Pertama-tama dalam proses pembuatan garam ini yang harus diperhatikan adalah

lahan/tambak untuk menampung air, dimana lahan tersebut harus dibersihkan dari sisa-

sisa hasil panen sebelumya dengan cara mengeruk dengan menggunakan cangkul dan

juga memperhatikan pinggiran kolam takut ada pinggiran yang jebol ataupun bocor jika

itu terjadi maka di sumbatlah dengan menggunakan tanah dengan cara mengeruk tanah

dengan cangkul kemudian ditambalkannya dimana pinggiran yang bocor. Setalah itu

membersikan pinggiran tambak dengan cara d keruk menggunaka cangkul setalah itu

dilanjutkan dengan

2. Proses Pengairan.

Proses ini dilakukan dengan cara mengalirkan air laut dari laut menuju lahan garam

menggunakan pipa paralon saluran air muda yang sudah tersedia. Air laut dari saluran

tersebut kemudian dialirkan kedalam kolam/tambak penampung air muda kemudian di

endapkan selama 7-10 hari dengan yang sebelumnya diukur ketinggian air mencapai + 1

meter. Selama proses ini kepekatan air akan meningkat. Selain sebagai kolam penampung

kolam ini juga berfungsi untuk pengendapan kotoran yang terbawa oleh air laut,

kemudian air dari kolam penampung dialirkan ke kolam ulir.Untuk mengalirkan dari

kolam penampung muda ke kolam penampung ulir digunakan pompa kincir angin. Air

kolam ulir akan mengalir melewati pipa paralon ke pematang yang dibuat zig-zag dengan

ketinggian air 10 cmdengan ukuran meteran yang sudah tersedia, proses ini berlangsung

selama + 4 hari. Air hasil penuaan di kolam ulir kemudian ditampung di kolam

penampung air tua. Kolam ini berfungsi untuk mengalirkan air tua kedalam meja Kristal

dengan kedalaman air sekitar 10 cm.

3. Proses pengendapan.

Proses ini dilakukan dengan cara mengalirkan air tua melewati pipa paralon ke meja-

meja Kristal. Di dalam meja Kristaan air tua diendapkan selama 5-10 hari dan di ukur

dengan menggunakan meteran dengan kedalaman air + 5 cm. seiring dengan lamanya

waktu air tua akan mengkristal menjadi Kristal garam.

Page 55: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

4. Proses siap panen.

Garam yang terbentuk di meja kristalisasi selama 5 hari selanjutnya dipanen dengan

cara dikerik dengan menggunakan alat pengerik yang terbuat dari kayu yang biasa disebut

dengan linggis. Garam sudah d kerik kemudian di kumpulkan menjadi satu dengan

mengunakan sekop agar pengumpulan garam yang sudah dikerik mudah dan cepat.

5. Proses penimbangan dan packing.

Hasil panen tersebut kemudian dimasukkan kedalam karung dan selanjutnya

ditimbang agar tau berapa hasil panen sekarang yang dihasilkan.

4.1.7 Kegiatan Pemasaran

Kegiatan pemasaran adalah kegiatan yang cukup penting bagi perusahaan karena disinilah

inti dari seluruh kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.Bilamana kegiatan pemasaran ini tidak

ditangani dengan sungguh-sungguh, makatidak mustahil bahwa komunitas usahanya akan

terancam.Dengan demikianperanan pemesanan pemasaran tidak boleh diabaikan.

Dalam usaha untuk memasarkan hasil produksinya, perusahaan garam pak Hartono

menggunakan saluran distribusi tidak langsung yaitu saluran distribusi dengan menggunakan

pengepul.

4.2 Analisis Data Dan Pembahasan

4.2.1 Perhitungan Biaya Produksi

Perhitungan biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerjalangsung, dan

biaya overhead pabrik.

1. Perhitungan Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku yang digunakan perusahaan untuk membuat Garam adalah air laut

yang bersih. Perhitungan biaya bahan baku pada perusahaan ditentukan dengan cara

mengalikan jumlah bahan yang dipakai dengan harga pokok bahan. Total biayabahan

baku yang digunakan dalam proses pembuatan garam tahun 2015 adalah persediaanair

laut sebanyak 100.000 liter yang diolah secara bertahap untuk menghasilkan garam yang

siap dipanen dengan hasil akhirnya adalah 50 kwintal (50.000 kg) garam, dapat dihitung

melalui tabel-tabel berikut ini :

Page 56: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Tabel 4.3

Kebutuhan Bahan Baku 1 x panen

Perusahaan Garam Pak Hartono

Tahun 2015

Jenis Bahan

Baku

Kebutuhan Harga

SatuanProduki /

panen

Biaya

BahanBaku

Air laut 100.000 liter (25 X 25 m) Rp 0 Rp 0

Sewa lahan 25X25meter Rp 800.000 Rp 800.000

Total Rp 800.000

Keterangan:

Bahan baku pokoknya dalam memproduksi garam adalah air laut yang di alirkan

langsung dari laut menggunakan saluran yang tersedia sehingga nilai bahan bakunya Rp

0. Di dilam setiap kali produksi perusahaan menghabiskan dana sebesar Rp 800.000

untuk biaya sewa lahan dalam satu kali produksi, dalam satu tahun terdapat lima kali

produksi dan menghabiskan dana sebesara Rp 800.000 X 5 =Rp 4.000.000 untuk Biaya

sewa lahan.

Page 57: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Tabel 4.4

Kebutuhan Bahan Baku / Tahun

Perusahaan Garam Pak Hartono

Tahun 2015

Jenis Bahan

Baku

Kebutuhan Harga Satuan /

Tahun

Biayan Bahan

Baku

Air Laut 100.000 Liter (25 X 25 m) Rp 0 Rp 0

Sewa Lahan 25 X 25 Meter Rp 4.000.000 Rp 4.000.000

Total Rp 4.000.000

2. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung

Pada setiap perusahaan tentu ada biaya yang dikeluarkan untuk keperluantenaga kerja

langsung. Tenaga kerja langsung merupakan faktor produksi yangpenting dan selalu ada

pada perusahaan. Pada prinsipnya pengertian tenaga kerja adalah tenaga kerja yang secara

langsung terlibat dalam proses produksi dan biasanya dikaitkan pada produksi atau pada

barang yang dihasilkan. Biaya tenaga kerja yang telah dikeluarkan perusahaan pada

perode baru adalah sebagai berikut :

Page 58: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Tabel 4.5

Biaya Tenaga Kerja Langsung/ 1 x panen

Pusahaan Garam Pak Hartono

Tahun 2015

No Jenis TKL JumlahP

ekerja

Gaji/orang /

hari

Jumlah

Hari

Total biaya TKL/

Produksi

1 Bagian Pengairan 4 Rp 45.000 6 Rp 1.080.000

2 Bagian Pengerikan 9 Rp 45.000 3 Rp 1.215.000

3 BagianPenimbanga

n

4 Rp 45.000 2 Rp 360.000

4 Bagian

Pengemasan

6 Rp 45.000 2 Rp 540.000

Jumlah Rp 3.195.000

Keterangan :

Di dalam satu kali produksi pekerja bagian pengairan bekerja 6 hari selama proses

awal hingga penan. Sedangkan bagian pengerikan bekerja selama 3 hari dimasa garam

sudah siap panen. Bagian penimbangan bekerja selama 2 hari dimulai dari selesainya

kegiatan pengerikan dan yang terakhir pengemasan selama 2 hari setelah proses

penimbangan.

Untuk satu tahun produksi pekerja bagian pengairan bekerja selama 6 x 5 = 30 hari,

bagian pengerikan 3 x 5 = 15 hari, bagian penimbangan 2 x 5 = 10 hari, dan bagian

pengemasan adalah 2 x 5 = 10 hari.

Page 59: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Tabel 4.6

Biaya Tenaga Kerja Langsung/ Tahun

Pusahaan Garam Pak Hartono

Tahun 2015

No Jenis TKL JumlahP

ekerja

Gaji/orang /

hari

Jumlah

Hari

Total biaya TKL/

Tahun

1 Bagian Pengairan 4 Rp 45.000 30 Rp 5.400.000

2 Bagian Pengerikan 9 Rp 45.000 15 Rp 6.075.000

3 Bagian

Penimbangan

4 Rp 45.000 10 Rp 1.800.000

4 Bagian

Pengemasan

6 Rp 45.000 10 Rp 2.700.000

Jumlah Rp 15.975.000

3. Perhitungan Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan selain biaya

bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.Biaya overhead pabrik dapat dilihat dari

tabel berikut ini :

Page 60: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

a. Biaya Penrawatan Kolam

Tabel 4.7

Perhitungan Biaya Perawatan Kolam/ 1 x Panen

Perusahaan Garam Pak Hartono Pamekasan

Tahun 2015

Biaya Perawatan Jumlah

unit

Jumlah

pekerja

Jumlah

Hari

Biaya / hari Total Biaya /

Produksi

Pembersihan kolam dari

sisa panen sebelumnya

1 7 4 Rp 45.000 Rp 1.260.000

Perbaikan pinggiran

kolam

1 5 4 Rp 45.000 Rp 900.000

Pengawasan Kolam 1 2 15 Rp 45.000 Rp 1.350.000

Jumlah Rp 3.510.000

Keterangan:

Di dalam satu kali produksi pekerja bagian Pembersihan kolam dari sisa panen

sebelumnyabekerja selama 4 hari yang dikerjakan oleh 7 tenaga pekerja dengan gaji

sebesar Rp 45.000 / pekreja dengan luas kolam 25 x25 m. Bagian perbaikan pinggiran

kolam seluas 25 x 25 m yang dikerjakan sesudah atau sebelum produksi oleh 5 tenaga

pekerja selama 4 hari berturut-turut dengan gaji sebesar Rp 45.000 / hari tiap

pekerja.Sedangkan bagian pengawasan kolam bekerja selama 15hari dengan selang waktu

satu hari dari penyambangan hari sebelumnya sampaipanen yang dikerjakanoleh 2 orang

pekerjakan dengan gaji sebesar Rp 45.000 / pekerja.

Untuk satu tahun produksi pekerja bagian Pembersihan kolam dari sisa panen

sebelumnya bekerja selama 4 x 5 = 20 hari dengan luas kolam 25 x 25 m.Bagian

perbaikan pinggiran kolam4 x 5 = 20 hari dengan luas kolam.Bagian pengawasan

kolam15 x 5 = 75 hari.

Page 61: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Tabel 4.8

Perhitungan Biaya Perawatan Kolam / Tahun

Perusahaan Garam Pak Hartono Pamekasan

Tahun 2015

Biaya Perawatan Kolam Jumlah

unit

Jumlah

pekerja

Jumlah

Hari

Biaya / hari Total Biaya /

Tahun

Pembersihan kolam dari

sisa panen sebelumnya

1 7 20 Rp 45.000 Rp 6.300.000

Perbaikan pinggiran

kolam

1 5 20 Rp 45.000 Rp 4.500.000

Pengawasan Kolam 1 2 75 Rp 45.000 Rp 6.750.000

Jumlah Rp 17.550.000

Page 62: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

b. Biaya Perawatan Peralatan Produksi

Tabel 4.9

Perhitungan Biaya Perawatan Peralatan Produksi

Perusahaan Garam Pak Hartono Pamekasan

Tahun 2015

Jenis aktiva Jumlah

unit

Umur

ekonomis

Harga

perolehan

Jumlah Harga

Perolehan / unit

Total Biaya

Perawatan / Tahun

Meteran 4 5 Rp 50.000 Rp 200.000 Rp 6.666,6

Kincir angin 2 5 Rp 750.000 Rp 1.500.000 Rp 50.000

Pipa paralon 30 5 Rp 80.000 Rp 2.400.000 Rp 80.000

Cangkul 8 5 Rp 160.000 Rp 1.280.000 Rp 42.666,6

Ligis 8 5 Rp 200.000 Rp 1.600.000 Rp 53.333,3

Sekop 8 5 Rp 100.000 Rp 800.000 Rp 28.666,6

Timbangan 3 5 Rp 1.500.000 Rp 4.500.000 Rp 150.000

Jumlah Rp 411.333,1

Page 63: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

c. Biaya Penyusutan Peralatan

Tabel 4.10

Biaya Penyusutan Peralatan

Perusahaan Garam Pak Hartono

Tahun 2015

Nama

peralatan

Jumlah

unit

Umur

ekonomis

Harga perolehan

/ unit

Jumlah harga

perolehan

Nilai penyusutan /

Tahun

Meteran 4 5 Rp 50.000 Rp 200.000 Rp 40.000

Kincir

angin

2 5 Rp 750.000 Rp 1.500.000 Rp 300.000

Pipa

paralon

30 5 Rp 80.000 Rp 2.400.000 Rp 480.000

Cangkul 8 5 Rp 160.000 Rp 1.280.000 Rp 256.000

Ligis 8 5 Rp 200.000 Rp 1.600.000 Rp320.000

Sekop 8 5 Rp 100.000 Rp 800.000 Rp 160.000

Timbangan 3 5 Rp 1.500.000 Rp 4.500.000 Rp 900.000

Jumlah Rp 2.456.000

Sumber : Perusahaan Pak Hartono

Page 64: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

d. Perhitunah pengkelompokan Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Tabel 4.11

Biaya Overhead Pabrik

Perusahaan Garam Pak Hartono Pamekasan

Tahun 2015

No Jenis BOP Jumlah

1Biaya perawatan kolam Rp 17.550.000

2Biaya Perawatan peralatan produksi Rp 411.333,1

3 Biaya Penyusutan Peralatan Produksi Rp 2.456.000

Total Rp 20.417.000

Page 65: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

4.2.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi

Berikut ini adalah tabel perhitungan harga pokok produksi Garam pak Hartono

selama tahun 2015 :

Tabel 4.12

Perhitungan Harga Pokok Produksi / Tahun

Perusahaaan Garam pak Hartono

Tahun 2015 (Dalam Rupiah)

No Keterangan Jumlah

1 Biaya Bahan Baku Rp 4.000.000

2 Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 15.975.000

3 Biya Overhead Pabrik Rp 20.417.000

4 Total Biaya Produksi Rp 40.392.000

5 Jumlah garam yang dihasilkan 50.000 kg (50kwt / 5 ton)

6 Harga Pokok Produksi Rp 807,84

Page 66: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

4.3 Pembahasan

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa total biaya produksi Garam perusahaan milik pak Hartono

selama tahun 2015dengan luas lahan sebesar 25 x 25 m dengan kapasitas air laut + 100.000 liter

air laut adalah Rp 40.392.000denganjumlah Garam yang dihasilkan adalah 50.000 kg (50 kwt / 5

ton). Biaya produksi garam per kilo gramadalah Rp 807,84

Setelah penulis melakukan evaluasi terhadap penentuan harga pokokproduksi Garam

berdasarkan metode harga pokok full costing yang dilakukanoleh Perusahaan milik pak Hartono,

penulis menemukan adanya beberapahal yaitu: perusahaan dalam memproduksi Garam selama

tahun 2015 adalahRp 40.392.000; dengan jumlah Garam yang dihasilkan adalah 50.000 kg (50

kwt / 5 ton).Biaya produksi Garam per kilo gram adalah Rp.807,84

Perhitungan harga pokok produksi berdasarkan pada penggolangan dan pengumpulan yang

diajukan, selanjutnya dilakukan perbandingan harga pokok produksi menurut perusahaan dengan

harga pokok produksi hasil evaluasi. Perbandingan harga pokok per Kwt garam belum jelas

antara biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik perusahaan. Sehingga

sulit diketahui pos-pos biaya mana yang masih belum diperhitungkan dalam penetuan harga

pokok produksi walaupun pada dasarnya pengusaha telah melakukan pengumupulan biaya.

Dengan adanya kesalahan dalam klasifikasi dan pengumpulan biaya produksi tidak

menunjukan keadaan sebanarnya. Dimana harga pokok produksi lebih rendah dan ini akan

menyebabkan informasi yang dihasilkan menjadi informasi yang salah untuk mengambil

keputusan.

Setelah dilakukan evaluasi dan melakukan penggolongan dan pengumpulan biaya produksi

secara tepat maka akan dihasilkan informasi biaya untuk penetuan harga pokok produksi secara

wajar. Dengan adanya informasi yang wajar ini akan digunakan sebangai dasar pengambilan

keputusan bagi manajemen. Sehingga keputusan diambil tepat dan dapat mendukung

keberhasilan perusahaan dimasa yang akan datang.

Page 67: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat di ambil kesimpulan

sebangai berikut :

Dalam penentuan harga pokok produksinya, perusahaan, belum memasukkan beberapa biaya

ke dalam biaya overhead pabrik. Biaya-biaya tersebuat yaitu biaya - biaya lain-lain. Alasan

perusahaan tidak memperhitungkan biaya-biaya tersebut, karena perusahaan menganggap semua

biaya tersebut merupakan biaya umum yang tidak dimasukkan kedalam kategori biaya produksi.

Selain itu dalam penetuan harga pokok produksinya belum menunjukan harga pokok produksi

yang wajar sehingga belum sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim. Karena harga pokok

tersebut tidak dihitung berdasarkan penggolongan dan pengumpulan biaya yang di keluarkan

tetapi lebih condong pada pertimbangan maajemen dalam menetukan biaya yang dimasukkan

dalam perhitungan harga pokok produksi dan Biaya tidak dicatat berdasarkan teori akuntansi

yang ada, sehingga petani tidak memperhitungkan beberapa biaya tersebut karena petani

beranggapan biaya tersebut merupakan biaya umum, yang dimasukkan kedalam biaya produksi.

Metode yang digunakan dalam perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh

penulis adalah metode full costing untuk membantu para petani dalam melakukan analisis biaya,

serta memudahkan petani dalam mengendalikan kondisi operasional yang sedang berjalan. Hal

ini perhitungan harga pokok produksi garam dapat menjadi pedoman dalam mengambil

keputusan bagi para petani.

Page 68: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

5.2. Saran

1. Dalam hal penggolongan biaya produksi maupun pngumpulan biaya produksi,

hendaknya perusahaan memperhitungkan unsur-unsur biaya yang masuk ke dalam

kriteria biaya overhead pabrik. Karena dengan kesalahan walau sedikitpun dalam

melakukan pengumpulan biaya produksi maka informasi harga pokok produksi tidak

relevan dan hasilnya akan berdampak pada prusahaan.

2. Dari hasil evaluasi penetuan harga pokok produksi hendaknya perusahaan

memperhitungkan penyusutan harga pokok yang benar, sehingga informasi harga

produksi dapat tersaji dengan wajar. Dengan informasi harga pokok produksi yang

wajar, maka dapat digunaka sebagai dasar pengambilan keputusan bagi manajemen,

sehingga keputusan dapat diambil dengan tetap dan dapat mendukung keberhasilan

perusahan di masa akan datang.

Page 69: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rozi, 2011. Penentuan Harga Pokok Produksi Petani Lele. Skripsi.

Arum Budi Lestari 2012. Evaluasi Penetapan Harga Pokok Produk Roti pada UKM RotiSaudara di Banyumanik. Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Semarang

Batubara, Helmina. 2013. Penentuan Harga Pokok Produksi berdasarkan Metode Full Costingpada Pembuatan Etalase Kaca dan Alumunium di UD Istana Aumunium Manado.Jurnal. Vol 1 No 3 September 2013. ISSN 2303-1174. Fakultas Ekonomi. UniversitasSam Ratulangu, Manado.

Bustomi dan Nurlela, 2012. Akuntansi Biaya. Edisi 4. Penerbit Mitra Wacana Media. Jakarta.

Blocher, Edward J., Chen Kung H. Lin, Thomas W. 2000. Manajemen Biaya: Dengan TekananStrategik. Jakarta : Salemba Empat

-------.2001. Manajemen Biaya. Jakarta : Salemba Empat

------.2007. Cost Management : Manajemen Biaya Penekanan Strategis. Jakarta : SalembaEmpat

Carter, & Usry. 2006. Akuntansi Biaya Jilid 1 (Edisi 13). Yogyakarta : Salemba Empat.

Carter, Wiliam K, 2009. Akuntansi Biaya, Edisi 14, Terjemahan oleh Krista, Salemba Empat,Jakarta.

Cecily A. Raiborn dan Michael R. Kinney 2011. Akuntansi Biaya : Dasar dan Perkembangan,Buku 1, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta.

Dyah Ayu Setyaningrum 2013 Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Batik MustikaBlora Berdasarkan Sistem Activity Based Costing. Fakultas Ekonomi Universits NegeriSemarang, Skripsi

Fitriana Mardi Hastuti, 2013 Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Blangkon DenganMetode Full Costing. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas MuhammadiyahSurakarta. Skripsi

Hansen, Don R dan Mowen, Maryanne M, 2009. Akuntansi Manajerial. edisi 8, Salemba empat,Jakarta

---------2005. Managerial Accounting. Akuntansi Managerial. Jakarta : Salemba Empat.

Haryadi, Bambang. 2002. Akuntansi Manajemen. Yogyakarta : BPFE

Page 70: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Harnanto, M.Soc.Sc., Akt., Drs., 2011, Akuntansi Biaya untuk Perhitungan Biaya PokokProduksi (Sistem Biaya Historis), Yogyakarta : BPFE - UGM.

Horngren, Charles T,et all 2008, Akuntansi Biaya, Edisi 12, Erlangga, Jakarta, Kencana PrenadaMedia Group

Ilham. 2013. Penentuan Harga Pokok Produksi Percetakan Sablon Otakkanan Productiondi Yogyakarta. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Jurusan Akuntansi, 2015, Buku Petunjuk Penulisan Propsal Penelitian dan Penulisan Skripsi,Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah jember.

Masiyah Kholmi Yuningsih, 2012. Akuntansi Biaya. Edisi Revisi. Penerbit. UniversitasMuhammadiyah Malang.

Matz - Usry, 1991, Akuntansi Biaya - Perencanaan dan Pengendalian, Jakarta : Erlangga.

Mulyadi, 2012, Akuntansi Biayaedisi V. Yogyakarta : BPFE - UGM.

---------,2007, Akuntansi Biaya. Yogyakarta : BPFE - UGM.

----------.2001. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga. Yogyakarta : Salemba Empat

Mursyidi, 2012, Akuntansi Biaya, PT Refika Aditama, Bandung.

R.A. Supriyono, 2011, Akuntansi Biaya Buku 1 : Pengumpulan dan Penentuan Harga Pokok.Yogyakarta : BPFE. Edisi 2. Cetakan ke XII.

Rasditya Nirwanto, 2011, Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi Kopi Pada TingkatPetani Kopi di Kecamatan Kembang Kabupaten Bondowoso. Universitas jember Jember.Skripsi

Simamora, Henry. 1999. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Salemba Empat

Sihite, Romany, 2012, Perempuan, Kesetaraan, dan Keadilan. Jakarta, PT Raja GrafindoPersada.

Sulistianingsih. 1999. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : UPPAMP YKPN

Supriono. 2007. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Tekhnologi Maju danGlobalisasi edisi II. Yogyakarta : BPFE

Tika Yuniar Prihandini, 2014. Analisis Dan Penentuan Harga Pokok Produksi PadaPeternakan Ayam Pedaging Skala Rumah Tangga Sebagai Pedoman Penentuan LabaPerusahaan. Universitas Jember. Skripsi

Page 71: ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara

Tresno Lesmono, MSPA., AKT., Drs., 2011, Akuntansi Biaya, Cetakan Pertama ,Yogyakarta :Pusat penerbitan Akaderni YKPN

Winardi, 2013, Manajemen Perilaku Organisasi, Edisi Revisi, Jakarta, Kencana Prenada MediaGroup.