28
ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT SIGER JAYA ABADI NAMA : ANNESYA NOVRIKA ANGGRAINI NPM : 0851031004 NO TELPON : 081997534343 EMAIL : [email protected] PEMBIMBING I : KIAGUS ANDI, S.E., M.Si., Akt. PEMBIMBING II : YENNI AGUSTINA, S.E., M.Sc., Akt. Penggunaan satu penggerak biaya dalam menentukan harga pokok produksi dinilai belum mampu menelusuri biaya secara akurat. Sistem biaya berdasarkan aktivitas dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan dari sistem tradisional karena pembebanannya didasarkan pada aktivitas yang dilakukan sehingga memberikan informasi biaya yang akurat. Keakuratan dalam pembebanan biaya overhead sangat berpengaruh terhadap laba yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran laba kotor yang dihasilkan ketika menggunakan sistem biaya tradisional dan sistem biaya ABC serta mengetahui apakah penggunaan sistem ABC menguntungkan bagi perusahaan. Penelitian ini dilakukan di PT Siger Jaya Abadi, Tanjung Bintang Lampung Selatan. Data dan informasi diperoleh dengan mewawancarai pihak-pihak terkait serta melakukan observasi secara langsung terhadap aktivitas produksi yang dilakukan perusahaan dalam menghasilkan produk. Data yang diperoleh dianalisis dengan melakukan perhitungan-perhitungan menggunakan metode akuntansi dan hasil dari perhitungan tersebut dibandingkan dengan teori-teori yang relevan serta menarik kesimpulan. Hasil dari penelitian ini harga pokok produksi dengan metode ABC lebih kecil dari pada harga pokok produksi dengan metode tradisional, sehingga laba kotor yang diperoleh lebih besar, yaitu sebesar Rp 3.600.654.303,53 untuk Colosal, Rp 3.256.342.049,27 untuk Jumbo, Rp 3.084.341.077,00 untuk Backfin, Rp 2.742.798.994,72 untuk Super lump, Rp 2.398.486.740,46 untuk Special, dan Rp 2.057.253.833,42 untuk Clowmeat. Kata kunci: ABC, biaya overhead, cost driver

ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

  • Upload
    hadieu

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

ABSTRAK

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT SIGER JAYA

ABADI

NAMA : ANNESYA NOVRIKA ANGGRAINI

NPM : 0851031004

NO TELPON : 081997534343

EMAIL : [email protected]

PEMBIMBING I : KIAGUS ANDI, S.E., M.Si., Akt.

PEMBIMBING II : YENNI AGUSTINA, S.E., M.Sc., Akt.

Penggunaan satu penggerak biaya dalam menentukan harga pokok produksi

dinilai belum mampu menelusuri biaya secara akurat. Sistem biaya berdasarkan

aktivitas dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan dari sistem tradisional

karena pembebanannya didasarkan pada aktivitas yang dilakukan sehingga

memberikan informasi biaya yang akurat. Keakuratan dalam pembebanan biaya

overhead sangat berpengaruh terhadap laba yang dihasilkan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui besaran laba kotor yang dihasilkan ketika

menggunakan sistem biaya tradisional dan sistem biaya ABC serta mengetahui

apakah penggunaan sistem ABC menguntungkan bagi perusahaan.

Penelitian ini dilakukan di PT Siger Jaya Abadi, Tanjung Bintang Lampung

Selatan. Data dan informasi diperoleh dengan mewawancarai pihak-pihak terkait

serta melakukan observasi secara langsung terhadap aktivitas produksi yang

dilakukan perusahaan dalam menghasilkan produk. Data yang diperoleh dianalisis

dengan melakukan perhitungan-perhitungan menggunakan metode akuntansi dan

hasil dari perhitungan tersebut dibandingkan dengan teori-teori yang relevan serta

menarik kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini harga pokok produksi dengan metode ABC lebih kecil

dari pada harga pokok produksi dengan metode tradisional, sehingga laba kotor

yang diperoleh lebih besar, yaitu sebesar Rp 3.600.654.303,53 untuk Colosal, Rp

3.256.342.049,27 untuk Jumbo, Rp 3.084.341.077,00 untuk Backfin, Rp

2.742.798.994,72 untuk Super lump, Rp 2.398.486.740,46 untuk Special, dan Rp

2.057.253.833,42 untuk Clowmeat.

Kata kunci: ABC, biaya overhead, cost driver

Page 2: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem biaya tradisional merupakan suatu sistem perhitungan biaya yang hanya

menggunakan single driver dalam mengalokasikan biaya overhead. Sistem biaya

tradisional ini belum mampu menelusuri biaya secara akurat karena hanya

membebankan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung ataupun

unit produksi saja. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang sangat pesat

di era teknologi yang modern seperti saat ini mengakibatkan persaingan bisnis

semakin meningkat. Tidak hanya persaingan bisnis di bidang pelayanan jasa tetapi

juga persaingan bisnis di bidang manufaktur atau produksi. Salah satu jenis usaha

di bidang manufaktur adalah usaha produksi seafood, terutama untuk seafood

jenis rajungan. Masing-masing perusahaan saling beradu strategi bisnis dalam hal

pengendalian biaya produk atau jasa yang dihasikan oleh perusahaan, sehingga

sistem tradisional kurang sesuai untuk diterapkan karena adanya ketidakakuratan

dalam pembebanan biaya yang disebabkan oleh penggunaan single driver

sehingga akan menimbulkan distorsi biaya yang mengakibatkan kesalahan dalam

penentuan biaya dan pembuatan keputusan.

Biaya overhead merupakan salah satu komponen dari biaya produk. Dalam

pembebanan biaya overhead dengan sistem tradisional dilakukan dengan dua

tahap, yaitu pertama-tama biaya overhead dibebankan ke unit organisasi (pabrik

Page 3: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

atau departemen) dan kemudian biaya overhead dibebankan ke produk.

Penggunaan penggerak biaya aktivitas berdasarkan unit untuk membebankan

biaya overhead yang tidak berkaitan dengan unit akan menciptakan distorsi biaya

produk. Tingkat keparahan distorsi ini tergantung pada proporsi keseluruhan biaya

overhead yang ditunjukkan oleh biaya yang tidak berkaitan dengan unit tersebut.

Bagi beberapa perusahaan distorsi biaya produk ini dapat merugikan perusahaan.

Dalam sistem activity based costing ini pembebanan biaya dilakukan dengan

menggunakan berbagai cost driver. Tahap awal proses pembebanan biaya

overhead dilakukan dengan menelusuri biaya dari aktivitas yaitu dengan

mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan serta dikelompokkan

ke dalam empat kategori aktivitas yaitu: aktivitas-aktivitas berlevel unit (unit-level

activities), aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch-level activities), aktivitas-

aktivitas berlevel produk (product-level activities), dan aktivitas-aktivitas berlevel

fasilitas (facility-level activities). Tahap selanjutnya yaitu menelusuri biaya dari

aktivitas ke produk dengan menggunakan penelusuran langsung dan penelusuran

penggerak yang menekankan hubungan sebab akibat.

Sistem activity based costing dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan dari

sistem tradisional yang dinilai tidak adil dan akan memberikan informasi yang

keliru dalam pemberian informasi mengenai biaya produksi. Sistem ABC ini

dinilai akurat dalam pembebanan biaya ke harga pokok produk karena

pembebanannya didasarkan pada aktivitas yang dilakukan. Jika sistem ini

diterapkan maka akan meningkatkan ketelitian serta menyediakan informasi

tentang biaya dari berbagai aktivitas sehingga memberikan peluang untuk

melakukan penghematan biaya dan perusahaan tidak mengalami kerugian hanya

karena kesalahan unit cost.

Page 4: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

PT Siger Jaya Abadi merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang ada di

provinsi Lampung dan beralamat di Jalan Raya Tanjung Bintang No. 99 Desa

Serdang, Tanjung Bintang, Lampung Selatan. Perusahaan ini memproduksi

seafood jenis crabmeat yang terbagi ke dalam 6 jenis, yaitu: colosal, jumbo, back

fin, super lump, special, dan clow meat. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan

akan di ekspor ke negara tetangga yaitu Amerika Serikat tepatnya tujuan kota

Miami, New York, Los Angeles. PT Siger Jaya Abadi masih menerapkan sistem

biaya yang sederhana dalam pembebanan biaya overhead atau yang dikenal

dengan sistem tradisional yaitu dengan membagi total biaya yang dibebankan

dengan jumlah unit dari objek biaya tertentu. Dalam menentukan harga pokok

produksi di PT Siger Jaya Abadi tidak sesuai dengan aktivitas yang dikonsumsi

oleh masing-masing produk karena pengalokasian biaya overhead hanya

menggunakan satu cost driver yaitu jumlah unit yang diproduksi. Penggunaan

satu cost driver ini tidak dapat mewakilkan seluruh jenis aktivitas dengan akurat,

padahal biaya overhead sangat berpengaruh terhadap laba yang dihasilkan oleh

perusahaan. Laba kotor dengan metode tradisional yang dihasilkan perusahaan

yaitu, jenis colosal Rp 3.277.795.692,61; jenis jumbo Rp 2.924.799.581,72; jenis

backfin Rp 2.748.462.872,06; jenis super lump Rp 2.395.466.813,88; jenis special

Rp 2.042.470.909,78; jenis clowmeat Rp 1.689.796.768,71.

Pembebanan biaya overhead dalam sistem ABC didasarkan pada aktivitas yang

dilakukan, sehingga memberikan peluang untuk melakukan penghematan biaya.

Apabila penghematan biaya tersebut dilakukan maka secara tidak langsung akan

berdampak positif terhadap laba kotor yang dihasilkan oleh perusahaan.

Perusahaan akan mendapatkan keuntungan dari laba kotor yang lebih besar

tersebut sehingga perusahaan akan semakin berkembang.

Kesalahan dalam menentukan harga pokok produksi dapat menyebabkan laba

kotor yang dihasilkan perusahaan terlalu rendah dan dapat mengakibatkan tidak

maksimalnya keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal ini tidak terlepas dari

tujuan didirikannya suatu perusahaan yaitu modal yang ditanamkan perusahaan

agar dapat terus berkembang dan mendapatkan laba yang maksimal. Oleh sebab

Page 5: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

itu, peneliti tertarik untuk meneliti dengan melakukan perhitungan menggunakan

metode ABC pada perusahaan PT Siger Jaya Abadi sehingga penelitian ini

peneliti beri judul “Penerapan Activity Based Costing Pada PT Siger Jaya

Abadi”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapakah besaran laba kotor yang dihasilkan oleh PT Siger Jaya Abadi

ketika menggunakan sistem biaya tradisional dengan sistem biaya ABC ?

2. Apakah dengan menggunakan sistem biaya ABC dalam pembebanan biaya

overhead lebih menguntungkan bagi perusahaan ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui besaran laba kotor yang dihasilkan PT Siger Jaya Abadi

ketika menggunakan sistem biaya tradisional dengan sistem biaya ABC.

2. Untuk mengetahui apakah penggunaan sistem biaya ABC lebih

menguntungkan bagi perusahaan.

Page 6: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

1.3.2 Manfaat Penelitian

Dengan adanya tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan

memberikan manfaat kepada:

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman penulis tentang penentuan pembebanan biaya overhead dengan

menggunakan sistem biaya ABC.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan saran

yang berkaitan dengan activity based costing serta berguna bagi pihak

perusahaan dalam membantu pengambilan keputusan.

3. Bagi Masyarakat/Pihak lain

Dapat memberikan informasi dan dapat menjadi acuan bagi pihak lain dalam

penelitian selanjutnya dimasa yang akan datang.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Activity Based Costing

Activity Based Costing merupakan sistem akumulasi biaya dan pembebanan biaya

ke produk dengan menggunakan berbagai cost driver yang pada tahap awal

dilakukan penelusuran biaya dari aktivitas dan setelah itu menelusuri biaya dari

aktivitas ke produk. Menurut Supriyono (2002:230), “Sistem biaya berdasarkan

Page 7: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

aktivitas (activity based cost system) adalah sistem yang terdiri atas dua tahap

yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas, dan kemudian ke berbagai

produk”. Tunggal (2009:2) mengemukakan, “bahwa Activity Based Costing

adalah metode costing yang mendasarkan pada aktivitas yang didesain untuk

memberikan informasi biaya kepada para manajer untuk pembuatan keputusan

strategis dan keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap”.

Sedangkan menurut Bustami dan Nurlela (2009:25), “Activity Based Costing

adalah metode membebankan biaya aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya

pemakaian sumber daya dan membebankan biaya pada objek biaya, seperti

produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian aktivitas, serta untuk

mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait dengan proses dan objek

biaya”.

Pengertian Sistem Activity Based Costing yang lain menurut Garrison dan Norren

(2000:292) adalah “Metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi

biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang

mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap”. Sedangkan Hansen

dan Mowen (2006:153) mengemukakan bahwa “Sistem biaya berdasarkan

aktivitas (activity based cost) pertama-tama menelusuri biaya aktivitas dan

kemudian produk”. Carter dan Usri (2006:496) mendefinisikan sistem biaya

berdasarkan aktivitas sebagai “Suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat

penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan

menggunakan dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan

dengan volume (non-volume-related factor). Menurut Hongren, dkk. (2008:170)

“Sistem ABC mengkalkulasi biaya setiap aktivitas dan mengalokasikan biaya ke

objek biaya seperti barang dan jasa berdasarkan aktivitas yang dibutuhkan untuk

memproduksinya”.

2.2 Konsep Activity Based Costing

Page 8: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

Activity Based Costing adalah suatu sistem biaya yang dalam perhitungan harga

pokok produksinya berdasarkan pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan

perusahaan serta aktivitas yang menggunakan sumber daya agar dalam

pengelolaan aktivitas dapat dilakukan secara lebih baik lagi.

Sistem Activity Based Costing adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada

aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Oleh

sebab itu, mengidentifikasikan aktivitas haruslah menjadi tahap awal dalam

perancangan sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based

Costing). Aktivitas merupakan tindakan yang diambil atau pekerjaan yang

dilakukan dengan peralatan atau dengan orang dan bagi orang lain. Oleh karena

itu, pengidentifikasian aktivitas biasanya dikerjakan dengan mewawancarai para

manajer atau para wakil dari area kerja fungsional (departemen). Data yang

dihasilkan dari wawancara digunakan untuk mempersiapkan suatu kamus aktivitas

yang mendaftar aktivitas-aktivitas dalam sebuah organisasi bersamaan dengan

atribut aktivitas yang penting. Atribut aktivitas adalah informasi keuangan dan

nonkeuangan yang menggambarkan aktivitas individual. Atribut yang digunakan

tergantung pada tujuannya. Contoh-contoh atribut aktivitas yang berhubungan

dengan tujuan perhitungan biaya meliputi, berbagai jenis sumber daya yang

dipakai, jumlah (persentase) waktu yang dihabiskan oleh pekerja untuk suatu

aktivitas, tujuan biaya yang mengonsumsi output aktivitas (alasan untuk

melakukan aktivitas), ukuran dari output aktivitas (penggerak aktivitas), dan nama

aktivitas (Hansen Mowen:2006).

Begitu aktivitas diidentifikasi dan dijelaskan, tahap selanjutnya dalam sistem

ABC adalah menentukan berapa banyak biaya untuk melakukan tiap aktivitas. Hal

ini membutuhkan identifikasi sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap produk.

Aktivitas memakai sumber daya seperti tenaga kerja, bahan, energi, dan modal.

Biaya dari sumber daya didapatkan dalam buku kas umum, akan tetapi berapa

banyak yang dihabiskan dalam setiap aktivitas tidak dapat dilihat. Oleh karena itu,

Page 9: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

penting untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas dengan

menggunakan penelusuran langsung dan penggerak (Supriyono:2002).

Untuk melakukan kalkulasi biaya, sistem ABC mengenal apa yang disebut dengan

hirarki biaya, yaitu pengelompokan biaya menjadi cost pool yang berbeda atau

dasar jenis pemicu biaya yang berbeda pula dan didasarkan pada alasan kesulitan

penetapan hubungan sebab-akibat antara sumber yang berbeda atau dasar jenis

pemicu biaya yang berbeda pula dan didasarkan pada alasan kesulitan penetapan

hubungan sebab-akibat antara sumber daya dengan aktivitas dan produk. Ada

empat hirarki dalam sistem ABC, yaitu:

1. output unit-level cost, sumber daya yang berhubungan langsung dengan

satuan unit produk atau jasa. Jika produk meningkat maka penggunaan

sumber daya ini meningkat, misalnya biaya manufaktur yang berkaitan denga

energi, depresiasi mesin, pemeliharaan dan perbaikan mesin adalah sumber

daya yang terkait langsung dengan aktivitas pembuatan setiap jenis produk.

Biaya ini akan meningkat penggunaannya seiring dengan peningkatan produk

atau jasa yang dihasilkan. Pada umumnya biaya output unit-level cost

dibebankan ke harga pokok produk atas dasar jam mesin (machine hours).

2. batch-level cost, sumber daya yang terkait dengan aktivitas dari sekelompok

unit produk atau jasa, dari pada satuan produk atau jasa secara individual,

misalnya untuk menghasilkan sejumlah produk yang memiliki spesifikasi

tertentu dibutuhkan selama waktu setup yang sama. Dalam suatu perusahaan

terkadang penanganan bahan membutuhkan biaya yang signifikan, dari mulai

melakukan order pembelian, penerimaan bahan, pergudangan sampai dengan

pembayaran kepada suplayer, maka diperlukan penanganan bahan secara

khusus. Biaya penanganan bahan ini mencakup sejumlah aktivitas order

pembelian dan lainnya, maka diperlukan adanya batch. Perhitungan tarif

dalam satu batch-level cost dapat lebih dari satu sesuai dengan hasil analisis

korelasi antara sumber daya/aktivitas dengan yang dibiayai, misalnya biaya

setup dibebankan atas dasar jam mesin, sedangkan biaya penanganan bahan

dibebankan atas dasar order pembelian.

Page 10: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

3. product-sustaining cost, sumber daya yang terkait dengan aktivitas untuk

mendukung pembuatan satuan produk atau jasa secara individual, misalnya

aktivitas perancangan (desain) suatu produk harus dilakukan untuk setiap

jenis produk secara sendiri-sendiri. Ini memerlukan biaya tersendiri pula,

terutama untuk setiap produk pesanan. Biaya ini dibebankan ke harga pokok

produk dengan tarif yang sesuai dengan aktivitas desain, dapat berupa luas

lantai (jika bangunan).

4. facility-sustaining cost, sumber daya yang terkait dengan aktivitas yang tidak

dapat ditelusuri langsung (untraceable) ke satuan produk atau jasa secara

individual, bahkan aktivitas yang mendukung satuan organisasi secara

keseluruhan, misalnya biaya administrasi umum (termasuk sewa dan

keamanan gedung). Biasanya sulit untuk menetapkan hubungan biaya dengan

dasar alokasi biaya, maka kebanyakan perusahaan tidak membebankannya ke

harga pokok produk, namun memasukannya sebagai pengurang langsung

terhadap pendapatan operasional. Jadi dianggap sebagai biaya periodik

(periodical cost). Jika dibebankan ke harga pokok produk atau jasa, maka

biaya ini biasanya dialokasikan atas dasar jam tenaga kerja langsung.

Berdasarkan uraian di atas, maka contoh pengelompokan aktivitas ke dalam

hirarki biaya tampak sebagai berikut:

Tabel 2.1

Page 11: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

Contoh pengelompokan aktivitas ke dalam hirarki biaya

Sumber: Mursyidi (2010)

Hirarki Biaya

Aktivitas

Hubungan Sebab-Akibat

Sebagai Dasar Penetapan Dasar

Pembebanan

Output unit-level

cost

Pemakaian bahan Unit produk/ jasa

Penggunaan tenaga kerja

langsung

Jam tenaga kerja langsung

Proses Produksi Setiap produk yang dihasilkan

meningkat akan membutuhkan

proses produksi bertambah atau

lebih lama

Pendistribusian Tonase atau kemasan, yaitu

aktivitas distribusi akan

meningkat karena peningkatan

produk yang akan dikirim, bisa

juga atas dasar kubik

batch-level cost Kebersihan dan

pemeliharaan

Selama proses produksi dan

setiap saat harus dalam keadaan

bersih dan harus dipelihara.

Alokasi dapat atas dasar luas

lantai.

Setup mesin Proses setup mesin untuk

beberapa jenis produk. Alokasi

dapat didasarkan pada jam

mesin.

Setup pengangkutan Proses setup mesin untuk

beberapa jenis produk. Alokasi

dapat didasarkan pada jumlah

produk yang akan dikirim.

product-sustaining

cost

Desain Perancangan atas dasar luas area

untuk semua produk

facility-sustaining

cost

Administrasi Sumber daya administrasi

mendukung tenaga kerja

langsung, dan didasarkan pada

jam tenaga kerja

Page 12: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

Sistem Activity Based Costing (ABC) memiliki beberapa manfaat dalam

penggunaannya, antara lain: (Supriyono:2002)

1. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan

Dengan informasi biaya produk yang lebih teliti, kemungkinan manajer

melakukan pengambilan keputusan yang salah dapat dikurangi. Informasi

biaya produk yang lebih teliti sangat penting artinya bagi manajemen jika

perusahaan menghadapi persaingan yang tajam.

2. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap

kegiatan untuk mengurangi biaya overhead.

Sistem ABC mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang

menimbulkan biaya tersebut. Pembebanan overhead harus mencerminkan

jumlah permintaan overhead (yang dikonsumsi) oleh setiap produk. Sistem

ABC mengakui bahwa tidak semua overhead bervariasi dengan jumlah unit

yang diproduksi. Dengan menggunakan biaya berdasarkan unit dan non unit

overhead dapat lebih akurat ditelusuri ke masing-masing produk.

3. Memberi kemudahan dalam menentukan biaya relevan

Karena sistem ABC menyediakan informasi biaya yang relevan yang

dihubungkan dengan berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk, maka

manajemen akan menghasilkan kemudahan dalam memperoleh informasi

yang relevan dengan pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai

kegiatan bisnis mereka.

Suatu sistem tidak selalu memberikan nilai positif bagi sebuah perusahaan yang

menggunakannya tetapi ternyata dapat juga memberikan nilai negatif bagi

perusahaan. Sistem Activity Based Costing ternyata juga memiliki kelemahan

yang harus diperhatikan serta diperhitungkan pula oleh perusahaan yang

menggunakannya. Kelebihan dan kelemahan dari sistem Activity Based Costing

adalah sebagai berikut:

Page 13: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

2.3 Perbandingan antara Sistem Biaya Tradisional dengan Sistem Biaya

Activity Based Costing

Pada sistem tradisional, overhead diasumsikan hanya disebabkan oleh cost driver

berdasarkan unit. Maka, pada sistem tradisional biaya aktivitas berlevel unit

digolongkan sebagai biaya variabel yaitu biaya yang jumlah totalnya bervariasi

secara proporsional dengan perubahan jumlah produk. Sedangkan aktivitas

berlevel batch, aktivitas berlevel produk, dan aktivitas berlevel fasilitas

digolongkan ke dalam biaya tetap yaitu biaya yang jumlah totalnya tidak berubah

meskipun terjadi perubahan jumlah produk. Dalam pendekatan tradisional

tersebut, sistem biaya berdasarkan unit digunakan untuk mengalokasikan biaya

overhead tetap kepada berbagai produk secara individual, dan kemudian, untuk

menghitung biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk, alokasi biaya

overhead tetap tersebut ditambahkan dengan biaya overhead variable

(Supriyono:2002).

Sistem ABC memandang bahwa biaya overhead variabel dapat dilacak dengan

tepat pada berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost

driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam sistem tradisional disebut

sebagai overhead variabel. Namun, alokasi biaya overhead tetap dalam sistem

tradisional yang menggunakan cost driver berdasarkan unit sifatnya sembarang

(arbitrary) dan mungkin tidak menggambarkan aktivitas yang sesungguhnya

dikonsumsi oleh produk (Supriyono:2002).

Sistem ABC (activity based costing), memperbaiki akurasi perhitungan harga

pokok produk dengan mengakui bahwa banyak biaya overhead tetap bervariasi

dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume produk. Dengan

memahami apa yang menyebabkan biaya, maka biaya-biaya tersebut dapat dilacak

Page 14: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

atau ditelusuri pada berbagai produk secara individual. Hubungan sebab-akibat ini

memungkinkan para manajer untuk memperbaiki akurasi penentuan harga pokok

produk, sehingga secara signifikan mempengaruhi pembuatan keputusan

(Supriyono:2002).

Suatu perbedaan umum antara sistem ABC dan sistem tradisional adalah

homogenitas dari biaya dalam satu kelompok biaya (cost pool). ABC

mengharuskan perhitungan kelompok biaya (cost pool) suatu aktivitas, maupun

identifikasi suatu pemicu aktivitas untuk setiap aktivitas yang signifikan dan

mahal. Akibatnya, harus lebih hati-hati dalam membentuk kelompok biaya (cost

pool) dalam sistem ABC dibandingkan dalam perhitungan biaya tradisional

(Carter Usry:2006).

Perbedaan lain antara sistem ABC dan sistem tradisional yaitu bahwa semua

sistem ABC adalah sistem perhitungan biaya dua tahap, sementara sistem

tradisional bisa merupakan sistem perhitungan satu atau dua tahap. Dalam sistem

ABC, tahap pertama kelompok biaya (cost pool) aktivitas dibentuk ketika biaya

sumber daya dialokasikan ke aktivitas berdasarkan pemicu sumber daya. Di tahap

kedua, biaya aktivitas dialokasikan dari kelompok biaya aktivitas ke produk atau

objek biaya final lainnya. Tetapi, sistem biaya tradisional menggunakan dua tahap

hanya apabila departemen atau pusat biaya lain dibuat. Biaya sumber daya

dialokasikan ke pusat biaya di tahap pertama, dan kemudian biaya dialokasikan

dari pusat biaya ke produk di tahap kedua. Beberapa sistem tradisional hanya

terdiri dari satu tahap karena sistem tersebut tidak menggunakan pusat biaya yang

terpisah, tetapi tidak ada sistem ABC yang hanya terdiri dari satu tahap (Carter

Usry:2006).

2.4 Tahapan Untuk Menerapkan Sistem ABC

Page 15: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

Berikut adalah tahapan yang diperlukan untuk menerapkan suatu sistem ABC

menurut Garrison, dkk. (2008):

1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pul aktivitas

Langkah utama yang pertama dalam menerapkan sistem ABC adalah

mengidentifikasikan aktivitas yang akan menjadi dasar sistem tersebut.

Prosedur umum untuk melakukannya adalah melakukan wawancara

terhadap semua orang yang terlibat atau setidaknya semua supervisor dan

manajer dalam departemen yang menimbulkan overhead dan meminta

mereka untuk menggambarkan aktivitas utama yang mereka lakukan. Dalam

prosedur ini biasanya akan diperoleh catatan aktivitas yang sangat panjang.

Semakin banyak jumlah aktivitas yang dimasukkan ke dalam sistem ABC,

semakin akurat perlakuan terhadap biaya. Sebaliknya, diperlukan biaya yang

tidak sedikit untuk merancang, menerapkan, memelihara, dan menggunakan

sistem yang kompleks yang melibatkan sejumlah besar aktivitas.

Konsekuensinya, catatan aktivitas yang panjang tersebut dikurangi dengan

menggabungkan aktivitas-aktivitas yang sejenis. Cara untuk memahami

aktivitas dan bagaimana aktivitas tersebut digabungkan yaitu

dikelompokkan dalam empat tingkat: tingkat unit (unit-level), tingkat batch

(batch-level), tingkat produk (product-level), tingkat fasilitas (faciliy-level).

Pada saat menggabungkan aktivitas dalam sistem ABC, aktivitas tersebut

harus dikelompokkan dalam tingkat yang sesuai. Secara umum, cara terbaik

untuk menggabungkannya adalah dengan menggabungkan aktivitas-

aktivitas yang memiliki korelasi tinggi dalam satu tingkat. Sebagai contoh,

jumlah pesanan pelanggan yang diterima akan memiliki korelasi yang tinggi

dengan jumlah pengiriman berdasarkan pesanan pelanggan sehingga kedua

aktivitas tingkat batch ini dapat digabungkan tanpa harus kehilangan

keakuratan.

2. Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas dan objek biaya

Page 16: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

Langkah kedua dalam menerapkan sistem ABC adalah secara langsung

menelusuri sejauh mungkin berbagai biaya overhead ke objek biaya. Contoh

objek biaya adalah produk, pesanan pelanggan, dan pelanggan. Biaya

overhead pabrik perusahaan, penjualan, umum, dan administrasi ditentukan

sebagai biaya overhead dan akan dibebankan ke objek biaya.

3. Membebankan biaya ke pul biaya aktivitas

Sebagian besar biaya overhead diklasifikasikan dalam sistem akuntansi

dasar perusahaan berdasarkan departemen di mana biaya tersebut terjadi.

Sebagai contoh, gaji, perlengkapan, sewa, dan sebagainya yang terjadi di

departemen pemasaran akan dibebankan pada departemen tersebut. Dalam

beberapa kasus, beberapa atau semua biaya ini dapat ditelusuri secara

langsung ke salah satu pul biaya aktivitas dalam sistem ABC. Langkah ini

merupakan tahap ketiga penerapan ABC. Sebagai contoh, jika sistem ABC

memiliki aktivitas yang disebut pemrosesan pesanan pembelian (purchase

order processing), seluruh biaya di departemen pembelian dapat ditelusuri

ke aktivitas tersebut. Apabila memungkinkan, biaya tersebut ditelusuri

langsung ke pul biaya aktivitas. Meskipun demikian, sangat umum overhead

terkait dengan beberapa aktivitas yang ada dalam sistem ABC. Dalam

situasi seperti itu, biaya departemen tersebut dibagi dengan beberapa pul

biaya aktivitas menggunakan proses alokasi yang disebut alokasi tahap

pertama (first-stage allocation). Alokasi tahap pertama dalam sistem ABC

adalah proses pembebanan biaya overhead ke pul biaya aktivitas.

4. Menghitung tarif aktivitas

Menghitung tarif aktivitas merupakan langkah selanjutnya dalam

menerapkan sistem ABC, yaitu dengan menghitung biaya yang telah

dikelompokkan dalam 4 hirarki biaya dan kemudian menentukan cost driver

yang tepat.

Page 17: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

5. Membebankan biaya ke objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan

ukuran aktivitas

Langkah kelima dalam penerapan ABC disebut alokasi tahap kedua

(second-stage allocation). Dalam alokasi tahap kedua, tarif aktivitas

digunakan untuk membebankan biaya produk dan pelanggan.

6. Menyiapkan laporan manajemen

Langkah terakhir yaitu menyusun laporan manajemen yang berupa laporan

harga pokok produksi dari suatu produk tersebut.

2.5 Biaya Overhead

Overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai bahan baku tidak langsung,

tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya pabrik lainnya yang tidak dapat

secara langsung diidentifikasikan dengan atau dibebankan langsung ke pesanan,

produk, atau objek biaya lain yang spesifik (Carter Usry:2006).

Page 18: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selain biaya bahan baku dan

biaya tenaga kerja langsung yang elemennya dapat digolongkan ke dalam:

(Mulyadi:2006)

a. Biaya bahan penolong.

b. Biaya reparasi dan pemeliharaan.

c. Biaya tenaga kerja tak langsung.

d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.

e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.

f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran

uang tunai.

Ada tiga cara dalam penggolongan biaya overhead yaitu: (Mulyadi:2006)

1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya.

2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam

hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.

3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan

departemen.

Page 19: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan rancangan studi kasus,

yaitu suatu penyelidikan intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang

dilakukan secara mendalam dengan menemukan semua variabel penting tentang

perkembangan individu atau unit sosial yang diteliti. Subjek penelitian adalah

karyawan perusahaan yang terdiri dari: bagian keuangan (accounting), bagian

kepegawaian (HRD), bagian produksi, bagian QC (quality control), serta direktur

perusahaan.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah PT Siger Jaya Abadi yang merupakan perusahaan

ekspor, bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi seafood khususnya

crabmeat. Perusahaan ini terletak di daerah Tanjung Bintang yang beralamat di

Jalan Raya Tanjung Bintang No. 99 Desa Serdang, Tanjung Bintang, Lampung

Selatan. Perusahaan ini menghasilkan produk crabmeat yang terdiri dari 6 jenis,

yaitu colosal, jumbo, back fin, super lump, special, dan clow meat.

3.3 Jenis Data

Page 20: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dengan cara melakukan penelitian

pada objek penelitian dengan teknik wawancara dengan beberapa item

pertanyaan yang telah ditentukan guna mendapatkan data yang berkaitan

dengan masalah sebagai langkah awal penelitian dan kemudian untuk diolah

lebih lanjut.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh merupakan data yang sudah diolah dalam dokumen

perusahaan seperti sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, serta data

keuangan yang berkaitan dengan pembebanan biaya dalam aktivitas

perusahaan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini, penulis secara langsung mendatangi perusahaan untuk menemui

pihak terkait yang dapat memberikan informasi serta data yang relevan guna

menunjang penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian untuk

memperoleh data dan informasi dari perusahaan antara lain:

1. Wawancara dengan pihak-pihak yang terkait untuk memperoleh data dan

informasi yang berkaitan dengan masalah serta sesuai dengan tujuan penelitian

dan kemudian hasilnya akan diolah lebih lanjut.

2. Pengamatan (observasi) secara langsung dan peninjauan secara cermat

terhadap aktivitas produksi yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan

produk.

Page 21: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

3. Studi literatur dengan memanfaatkan berbagai sumber seperti, buku-buku

pendukung teori, laporan dan hasil penelitian terdahulu, serta mencari

informasi melalui internet (browsing).

3.5 Alat Analisis Data

Untuk membahas permasalahan yang dikemukakan, maka data yang diperoleh

selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan:

1. Analisis kuantitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan melakukan

perhitungan-perhitungan dengan menggunakan metode akuntansi serta untuk

melakukan analisis berdasarkan data yang diperoleh dari objek penelitian

dengan perhitungan sebagai berikut: (Supriyono:2002)

2. Analisis kualitatif, yaitu analisis dilakukan dengan cara membandingkan antara

hasil dengan teori-teori yang relevan untuk dianalisis dan menarik kesimpulan.

Tarif per unit cost driver = Jumlah Aktivitas / Cost driver

Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Unit-unit

cost driver yang digunakan

Page 22: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Perbandingan antara laba kotor metode tradisional dengan metode

ABC bulan Oktober 2011

Berdasarkan perhitungan menggunakan metode activity based costing, berikut ini

adalah perbandingan laba kotor yang dihasilkan dengan menggunakan

Page 23: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

perhitungan metode ABC dan laba kotor dengan metode perhitungan yang

digunakan oleh perusahaan yaitu metode tradisional (konvensional) seperti yang

terdapat pada lampiran 8.

Tabel 4.16

Perbandingan antara laba kotor metode tradisional dengan metode ABC

bulan Oktober 2011

Jenis Produk Laba Kotor (Tradisional) Laba Kotor (ABC)

Colosal Rp 3.277.795.692,61 Rp 3.600.654.303,53

Jumbo Rp 2.924.799.581,72 Rp 3.256.342.049,27

Backfin Rp 2.748.462.872,06 Rp 3.084.341.077,00

Super lump Rp 2.395.466.813,88 Rp 2.742.798.994,72

Special Rp 2.042.470.909,78 Rp 2.398.486.740,46

Clowmeat Rp 1.689.796.768,71 Rp 2.057.253.833,42

Sumber : PT Siger Jaya Abadi yang diolah

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode ABC, dapat diketahui

bahwa hasil perhitungan harga pokok produksi untuk jenis Colosal Rp 95.118,18;

Jumbo Rp 95.241,74; Backfin Rp 95.313,54; Super lump Rp 95.176,82; Special

Rp 95.352,88; dan Clowmeat Rp 95.176,50. Dari hasil perhitungan tersebut, jika

dibandingkan dengan harga pokok produksi yang menggunakan metode

tradisional, maka hasilnya harga pokok produksi dengan metode ABC lebih kecil

dari pada harga pokok produksi dengan metode tradisional. Sehingga laba kotor

yang diperoleh lebih besar dengan menggunakan metode ABC dari pada metode

tradisional, yaitu sebesar Rp 3.600.654.303,53 untuk Colosal, Rp

3.256.342.049,27 untuk Jumbo, Rp 3.084.341.077,00 untuk Backfin, Rp

2.742.798.994,72 untuk Super lump, Rp 2.398.486.740,46 untuk Special, dan Rp

2.057.253.833,42 untuk Clowmeat. Perbedaan dalam harga pokok produksi yang

dihasilkan ini disebabkan oleh pembebanan biaya overhead pada masing-masing

produk. Dalam metode tradisional pembebanan biaya overhead hanya

menggunakan single driver dan mengandalkan bahan langsung, upah langsung

ataupun unit produksi saja yang dinilai tidak adil dan akan memberikan informasi

yang keliru dalam pemberian informasi mengenai biaya produksi. Sedangkan

Page 24: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

dalam metode ABC, biaya dibebankan ke produk dengan menggunakan berbagai

cost driver yang dilakukan dengan menelusuri biaya dari aktivitas dan selanjutnya

menelusuri biaya dari aktivitas ke produk.

4.2 Analisis Apabila Metode Activity Based Costing Diterapkan Di

Perusahaan

Apabila konsep ini diterapkan perusahaan, maka keputusan yang diambil

perusahaan akan lebih tepat dan perusahaan tidak akan mengalami kerugian hanya

karena kesalahan unit cost. Menurut Supriyono (2002), ditinjau dari sudut

pandang manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar ketelitian

informasi mengenai harga pokok produksi, sistem ini juga menyediakan informasi

tentang biaya dari berbagai aktivitas. Sehingga dari berbagai aktivitas tersebut

memungkinkan para manajer untuk memfokuskan diri pada aktivitas-aktivitas

yang memberikan peluang untuk melakukan penghematan biaya. Selain itu, tujuan

dari menerapkan activity based costing dalam membebankan biaya overhead

pabrik adalah untuk menghilangkan terjadinya over costing serta kemungkinan

terjadinya subsidi silang antara produk yang satu dengan produk yang lain, karena

dasar pembebanan biaya overhead pabrik disesuaikan dengan jenis dan

karakteristik aktivitas yang menyerap sumber daya.

Page 25: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan mengenai harga pokok produksi

dengan menggunakan metode ABC pada PT Siger Jaya Abadi yang telah

diuraikan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode ABC

menghasilkan laba kotor yang lebih besar dibandingkan dengan

menggunakan metode tradisional. Besaran laba kotor yang dihasilkan

Page 26: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

adalah Rp 3.600.654.303,53 untuk Colosal, Rp 3.256.342.049,27 untuk

Jumbo, Rp 3.084.341.077,00 untuk Backfin, Rp 2.742.798.994,72 untuk

Super lump, Rp 2.398.486.740,46 untuk Special, dan Rp

2.057.253.833,42 untuk Clowmeat.

2. Metode ABC ini apabila diterapkan pada PT Siger Jaya Abadi akan

berdampak baik bagi perusahaan karena dapat memberikan peluang untuk

melakukan penghematan biaya serta keputusan yang diambil perusahaan

akan lebih tepat dan perusahaan tidak akan mengalami kerugian yang

disebabkan oleh kesalahan unit cost.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang disajikan di atas, maka penulis memberikan saran

kepada PT Siger Jaya Abadi untuk dapat mempertimbangkan penggunaan metode

ABC dalam membebankan biaya overhead pabrik karena berdasarkan perhitungan

yang dilakukan di atas, metode ABC lebih menguntungkan bagi perusahaan.

Metode ABC menghasilkan informasi biaya yang lebih jelas, rinci, dan realistis

sehingga dapat mempengaruhi perhitungan profitabilitas yang tepat dan wajar.

Page 27: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

DAFTAR PUSTAKA

Bustami, Bastian dan Nurlela. 2009. Akuntansi Biaya. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Carter, William K dan Milton F. Usry. 2006. Akuntansi Biaya. Jakarta:

Salemba Empat.

Fimala, Fieda. 2007. Penerapan Metode Activity Based Costing System

dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Pada

RSUD Kabupaten Batang). (Skripsi). Universitas Islam Indonesia,

Yogyakarta.

Page 28: ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT …fe-akuntansi.unila.ac.id/skripsi/pdf/14092012-0851031004.pdf · yang diperoleh lebih besar, ... melakukan perhitungan menggunakan

Garrison, Ray H ; Eric W. Norren. 2000. Akuntansi Manajemen. Jakarta:

Salemba Empat.

Garrison, Ray H ; Eric W. Norren dan Peter C. Brewer. 2008. Akuntansi

Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.

Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen. 2006. Akuntansi Manajemen.

Jakarta: Salemba Empat.

Hongren, Charles T ; Srikan M. Datar dan George Foster. 2008. Akuntansi

Biaya. Jakarta: PT INDEKS.

Khairuna, Dina. 2007. Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam

Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Pada PT Tirtasibayakindo-

Berastagi. (Skripsi). Universitas Sumatra Utara, Medan.

Mulyadi. 2006. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Mursyidi. 2010. Akuntansi Biaya. Bandung: PT Refika Aditama.

Supriyono, R.A. 2002. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen

Teknologi Maju dan Globalisasi. Yogyakarta: BPFE.

Tim Penyusun. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

Tim Redaksi Pustaka Setia. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

Yang Disempurnakan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Tunggal, Amin Wijaya. 2009. Activity Based Costing. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Tunggal, Amin Wijaya. 2004. Kamus Akuntansi. Jakarta: PT Rineka Cipta.