Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ABSTRAKSI
Siti Latifah, Persepsi Orang tua Terhadap Kualitas Pendidikan SD Islam
Terpadu Nida El-Adabi Parungpanjang Bogor, Jurusan Kependidikan Islam
program studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta 2011.
Mendapatkan pendidikan yang berkualitas merupakan hak setiap anak, akan tetapi
dalam mencapai harapan itu orang tualah yang menentukan pilihan. Karena untuk
mendapatkan pendidikan yang berkualitas sekarang ini bukanlah barang murah,
orang tua harus mengeluarkan biaya pendidikan yang cukup besar untuk
mendapatkan pendidikan yang layak. Karena tidak sedikit sekolah yang memiliki
kualitas pendidikannya baik menetapkan biaya pendidikan yang mahal. Oleh
karena itu hal ini sangat mempengaruhi pola pikir orang tua dalam memberikan
pendidikan kepada anaknya.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan persepsi orang tua tentang kualitas
pendidikan yang ada di SD Islam Terpadu Nida El-Adabi Parungpanjang Bogor.
Metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu berusaha
untuk menyajikan fakta-fakta atau kenyataan yang sesungguhnya. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara, dengan cara menanyakan langsung
ke beberapa orang tua siswa SD Islam Terpadu Nida El-Adabi dilengkapi pula
dengan penjelasan dari pihak sekolah.
Kemudian hasil penelitian disajikan dengan cara analisis kualitatif, untuk
mengolah data yang diperoleh dari wawancara orang tua siswa dengan hasil
wawancara pihak sekolah yang disertai dengan bukti dokumentasi.
Berdasarkan pengolahan dan analisis data diperoleh hasil bahwa berdasarkan
persepsi orang tua tentang kualitas pendidikan SD Islam Terpadu Nida El-Adabi
yaitu cukup baik. Hal itu dinyatakan oleh beberapa orang tua siswa bahwa kualitas
input, proses dan output SD Islam Terpadu Nida El-Adabi sudah cukup baik dan
memuaskan. Meskipun diakui masih adanya kekurangan yang dirasakan siswa
atau orang tua siswa khususnya sarana penunjang kegiatan belajar di kelas.
Kesimpulannya persepsi orang tua tentang kualitas pendidikan SD Islam Terpadu
Nida El-Adabi Parungpanjang Bogor sudah cukup baik.
Saran yang disampaikan orang tua dan digunakan dalam skripsi ini yaitu
pengadaan sarana dan prasarana sekolah.
Keyword: Persepsi, Kualitas dan Pendidikan
PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP KUALITAS
PENDIDIKAN SD ISLAM TERPADU NIDA EL-ADABI
PARUNGPANJANG BOGOR
SKRIPSI
Disusun Oleh:
Siti Latifah
106018200786
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
LEMBAR PENGESAHAN
PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP KUALITAS
PENDIDIKAN SD ISLAM TERPADU NIDA EL-ADABI
PARUNGPANJANG BOGOR
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Siti Latifah
106018200786
dibawah bimbingan
Drs.H. Mudjahid Ak, M.Sc
NIP 19470714 196510 1 001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H/ 2011 M
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Persepsi Orang tua Terhadap Kualitas Pendidikan
SDIT Nida El-Adabi Parungpanjang-Bogor,” telah diujikan pada sidang
munaqosah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam
Negeri (UIN) Jakarta pada hari kamis, tanggal 05 Mei 2011. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd) program strata satu (S1) pada jurusan KI-Manajemen Pendidikan.
Jakarta, 05 Mei 2011
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan KI-MP) Tanggal Tanda Tangan
Ketua
Rusdy Zakaria.M.Ed, M.Phil NIP.19560530 198503 1 002
Sekretaris
Drs.H. Mua’rif SAM, M.Pd
NIP. 19650717 199403 1 005
Penguji I
Prof.Dr.Abudin Nata, MA NIP. 19540802 198503 1 002
Penguji II
Fauzan, MA NIP. 19761107 200701 1 013
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof.Dede Rosyada, MA
NIP. 19571005 198703 1 003
i
ABSTRAKSI
Siti Latifah, Persepsi Orang tua Terhadap Kualitas Pendidikan SD Islam
Terpadu Nida El-Adabi Parungpanjang Bogor, Jurusan Kependidikan Islam
program studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta 2011.
Mendapatkan pendidikan yang berkualitas merupakan hak setiap anak, akan tetapi
dalam mencapai harapan itu orang tualah yang menentukan pilihan. Karena untuk
mendapatkan pendidikan yang berkualitas sekarang ini bukanlah barang murah,
orang tua harus mengeluarkan biaya pendidikan yang cukup besar untuk
mendapatkan pendidikan yang layak. Karena tidak sedikit sekolah yang memiliki
kualitas pendidikannya baik menetapkan biaya pendidikan yang mahal. Oleh
karena itu hal ini sangat mempengaruhi pola pikir orang tua dalam memberikan
pendidikan kepada anaknya.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan persepsi orang tua tentang kualitas
pendidikan yang ada di SD Islam Terpadu Nida El-Adabi Parungpanjang Bogor.
Metode yang dipergunakan adalah metode deskriptif kualitatif yaitu berusaha
untuk menyajikan fakta-fakta atau kenyataan yang sesungguhnya. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara, dengan cara menanyakan langsung
ke beberapa orang tua siswa SD Islam Terpadu Nida El-Adabi dilengkapi pula
dengan penjelasan dari pihak sekolah.
Kemudian hasil penelitian disajikan dengan cara analisis kualitatif, untuk
mengolah data yang diperoleh dari wawancara orang tua siswa dengan hasil
wawancara pihak sekolah yang disertai dengan bukti dokumentasi.
Berdasarkan pengolahan dan analisis data diperoleh hasil bahwa berdasarkan
persepsi orang tua tentang kualitas pendidikan SD Islam Terpadu Nida El-Adabi
yaitu cukup baik. Hal itu dinyatakan oleh beberapa orang tua siswa bahwa
kualitas input, proses dan output SD Islam Terpadu Nida El-Adabi sudah cukup
baik dan memuaskan. Meskipun diakui masih adanya kekurangan yang dirasakan
siswa atau orang tua siswa khususnya sarana penunjang kegiatan belajar di kelas.
Kesimpulannya persepsi orang tua tentang kualitas pendidikan SD Islam Terpadu
Nida El-Adabi Parungpanjang Bogor sudah cukup baik.
Saran yang disampaikan orang tua dan digunakan dalam skripsi ini yaitu
pengadaan sarana dan prasarana sekolah.
Keyword: Persepsi, Kualitas dan Pendidikan
ii
Kata Pengantar
Alhamdulillahirobbil „Alamiin, atas rahmat yang tidak terhingga, atas segala
nikmat yang telah diberikan dengan tiada hentinya, dan atas izin-Nya untuk
meneguk segala kenikmatan, dan atas izin-Nya pula akhirnya dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah memberikan kecerahan bagi kehidupan manusia.
Rasa terima kasih yang tidak terhingga dan yang mendalam penulis haturkan
atas bantuan, bimbingan, serta dorongan kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Bapak Prof.Dr. Dede
Rosyada, MA.
2. Ketua jurusan Kependidikan Islam sekaligus dosen pembimbing akademik
kami Bapak Drs. Rusydi Zakaria, M.Ed, M.Phil, serta ketua prodi
Manajemen Pendidikan Bapak Drs. Mua‟rif SAM, M.Pd.
3. Bapak Drs. Mudjahid AK, M.Sc yang telah memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis selama penulis menyelesaikan tugas akhir skripsi
ini.
4. Untuk kedua orang tua ku mama dan abah,yang tidak putus-putusnya
mendo‟akan ananda, memberikan dukungan baik moril maupun materiil
untuk lebih maju dan berkarya lagi.
5. Terkhusus untuk my old sister “teh Eroh” terima kasih atas segala
dukungannya terutama dukungan baik sarana bagi penulis maupun
materiil yang tidak bisa di jumlah berapa banyaknya. Dan umumnya untuk
seluruh keluarga dan saudara-saudaraku terimakasih atas do‟anya.
6. Untuk kepala sekolah, TU, Dewan guru dan para orang tua SDIT NIDA
EL-ADABI terima kasih atas sambutan positifnya kepada penulis, bantuan
dan partisipasinya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
7. Teruntuk my soulheart thanks for u’r spirit yang penuh keikhlasan
sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini.
iii
8. Untuk seluruh rekan-rekan KIMP angkatan 2006 semoga kesolidan kita
dalam berteman dapat terus terjalin dan semangat terus dalam menggapai
mimpi, get our dreams!
9. Untuk sahabat-sahabat ku “VV, Reta, Uly, I‟ah” terima kasih atas
semangat yang kalian berikan untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini
semoga kita menjadi orang-orang yang sukses.Amiiiin
10. Untuk photo copy “Diaz” pesanggrahan terima kasih banyak atas
pelayanannya semoga usaha kalian dapat terus maju. Amiiiin
11. Untuk teman-teman ku di ikatan remaja mesjid Al-Makmur terima kasih
atas dukungan dan do‟anya.
Hanya Allah AWT yang mampu membalas budi baik saudara semua.
Jakarta 04 April 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 4
1. Identifikasi Masalah ........................................................ 4
2. Pembatasan Masalah ....................................................... 4
3. Perumusan Masalah ........................................................ 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 5
D. Sistematika Penelitian ........................................................... 5
BAB II PERSEPSI TENTANG PENDIDIKAN YANG BERMUTU
A. Persepsi ................................................................................. 7
1. Pengertian Persepsi ......................................................... 7
2. Faktor-faktor Persepsi ..................................................... 10
B. Kualitas Pendidikan .............................................................. 12
1. Pengertian Kualitas Pendidikan ...................................... 12
2. Dasar-dasar Program Mutu/Kualitas Pendidikan ............ 16
3. Prinsip-prinsip Kualitas/Mutu Pendidikan ...................... 17
4. Faktor-faktor Kualitas/Mutu Pendidikan ........................ 20
5. Ciri-ciri Sekolah Dasar yang Berkualitas ........................ 23
6. Upaya peningkatan Pendidikan ....................................... 27
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat ................................................................ 38
B. Metode Penelitian, Jenis Data, dan Penentuan Sumber Data 39
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 39
D. Teknik Analisis Data ............................................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SDIT Nida El-Adabi ................................ 43
B. Persepsi Orang Tua tentang Kualitas Pendidikan ................. 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 64
B. Saran-saran ............................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 67
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pelanggan tentang
kualitas
Tabel 2: Jadwal penelitian
Tabel 3: Kisi-kisi wawancara
Tabel 4: Keadaan sarana dan prasarana
Tabel 5: Keadaan guru
Tabel 6: Keadaan siswa
Tabel 7: Peralatan sekolah
Tabel 8: Keadaan staf dan karyawan
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Peta komponen pendidikan sebagai system ...................................... 21
Gambar 2: Struktur Organisasi
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Hasil Wawancara orang tua siswa
Lampiran 2: Hasil wawancara kepala sekolah
Lampiran 3: Hasil wawancara guru
Lamipran 4: Hasil wawancara kepala Tata usaha
Lampiran 5: Keadaan sarana dan Prasarana
Lampiran 6: Keadaan guru
Lampiran 7: Keadaan staf dan karyawan
Lampiran 8: Keadaan siswa
Lampiran 9: Keadaan peralatan sekolah
Lampiran 10: Tata tertib sekolah
Lamipran 11: Drap RAPBS
Lampiran 12: Struktur Organisasi
Lampiran 13: Struktur Kurikulum
Lampiran 14: Prestasi Sekolah
Lampiran 16: Laporan Dana BOS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dan penting dalam
pelaksanaan pembangunan suatu negara. Hal itu terlihat dari usaha pemerintah
untuk mewujudkan pendidikan yang ke depannya diharapkan muncul generasi-
generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan dalam tujuan dan fungsi
pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 No.20 tahun 2003 yang berbunyi:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung
jawab”.1
1 Undang-undang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaan 2000-2004, (Jakarta: Tamita Utama,
2004), h. 7
2
Tujuan dari undang-undang pendidikan diatas sejalan dengan hadist Nabi
Muhammad saw yang menggambarkan variasi muatan materi bidang pendidikan
dibawah ini dapat diberi makna sebagai pengakuan Islam terhadap adanya variasi
keragaman potensi yang dimiliki peserta didik :
“Kewajiban orang tua kepada anaknya adalah memberi nama baik mendidik
sopan santun serta mengeajari menulis, berenang, memanah, member makan
dengan baik dan mengkawinkannya jika anak telah mencapai dewasa.”2
Hakikat pendidikan menurut Ngalim Purwanto dalam bukunya “Ilmu Teoritis
dan Praktis” berpendapat bahwa pendidikan adalah segala usaha orang dewasa
dalam pergaulan dengan anak untuk memimpin perkembangan rohaniyah ke arah
kedewasaan.3
Selanjutnya dalam buku Pengantar Dasar-dasar Pendidikan pengertian
pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani
(pikir, karsa, rasa, cipta dan budinurani) dan jasmani (pancaindera serta
keterampilan-keterampilan).4
Dari dua definisi yang dikatakan oleh para ahli pendidikan tersebut, maka
jalan yang terbaik dalam mencapai kedewasaan anak adalah dengan melakukan
proses pendidikan baik di lembaga formal, non formal maupun informal.
Meskipun pada dasarnya masyarakat lebih mempercayakan proses pendidikan
tersebut ke lembaga pendidikan formal yaitu sekolah.
2 H. Ahmad Syar’i, M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam, 2001, pustaka Firdaus, Jakarta. Cet-2. H. 47
3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosydakarya, 1985),
Edisi ke-1, h. 11 4 Tim Dosen FIP- IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,
1988), cet. Ke-3, h. 7
3
Kebutuhan masyarakat akan suatu pendidikan baik formal, informal maupun
non formal akan semakin meningkat, karena untuk sekarang ini tidak hanya
sekedar kemampuan saja yang dapat diandalkan akan tetapi dari segi akademik
pun menjadi pertimbangan.
Pendidikan sekarang ini menjadi tema pembicaraan yang sedang hangat
dibicarakan di tengah masyarakat. Isu-isu pendidikan yang berkembang antara
lain adalah mulai dari biaya pendidikan, kualitas pendidikan, evaluasi pendidikan,
dan perubahan kurikulum, dll.
Berangkat dari beberapa isu-isu di atas, ada beberapa hal menjadi dasar yang
mempengaruhi pola pemikiran para orang tua dalam memasukkan anak-anak
mereka ke dalam sebuah lembaga pendidikan yaitu sekolah. Banyak para orangtua
di masyarakat mengupayakan anaknya untuk dapat mengenyam pendidikan yang
layak dan berkualitas, meskipun dengan berbagai konsekwensi yang harus
dihadapi. Tidak sedikit para orang tua menyekolahkkan anaknya ke sebuah
lembaga pendidikan bermutu tinggi, akan tetapi mereka harus mengeluarkan biaya
pendidikan yang mahal. Tidak sedikit pula para orang tua menyekolahkan anak
mereka ke lembaga yang pendidikan biasa-biasa saja dengan tidak perlu
mengeluarkan banyak biaya untuk pendidikan anak mereka, asalkan anak mereka
dapat memperoleh pendidikan formal yang layak.
Kedua kenyataan di atas merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri,
karena semua itu merupakan pilihan para orang tua dalam memberikan
pendidikan bagi anak-anak mereka, agar anak-anak mereka dapat tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Tujuan orang tua untuk memberikan pendidikan yang berkualitas sangat
belandaskan pula dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang menggambarkan
bahwa masa anak-anak mereka akan berbeda dengan orang tuanya.
4
“ajarilah anak-anakmu sekalian karena sesungguhnya mereka diciptakan
untuk masanya bukan di masamu (orang tua)”.5
Begitupun fenomena yang terjadi di tengah masyarakat khususnya yang ada
di desa Kabasiran Parungpanjang Bogor. Banyak Sekolah Dasar bermunculan
yang melakukan berbagai penawaran dalam rangka untuk menarik perhatian para
orang tua. Ada sekolah yang menawarkan biaya pendidikan yang terjangkau
bahkan sampai dengan menggratiskan uang pangkal sekolah. Adapula sekolah
yang lebih mengutamakan kualitas pendidikan baik intrakurikuler maupun
kegiatan ekstrakurikuler, meskipun dengan pembelajaran yang relativ mahal
dibandingkan dengan sekolah dasar lainnya. Semua itu dilakukan untuk menarik
perhatian para orang tua yang ingin anak mereka mendapatkan pendidikan layak
untuk bekalnya kemudian.
Jika melihat kondisi ekonomi sekarang di desa Kabasiran, secara tidak
langsung layaknya para orang tua akan memilih sekolah yang biaya
pendidikannya terjangkau. Kualitas pendidikan menjadi prioritas yang kedua
dalam pertimbangan orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Bagi
sekolah yang menawarkan pendidikan berkualitas tetapi mahal mungkin akan
kalah dalam persaingan ini.
Akan tetapi lain halnya dengan kondisi yang dialami oleh SDIT Nida El-
Adabi, meskipun sekolah ini baru beberapa tahun berdiri dan baru meluluskan 2
angkatan. Akan tetapi sekolah ini sudah memiliki nama di mata masyarakat desa
Kabasiran khususnya dan masyarakat Parungpanjang umumnya. Salah satu
contohnya saja dari segi prestasi yang pernah diraih yaitu menjuarai lomba OSN
(Olimpiade Sains Nasional) tingkat kecamatan hingga tingkat kabupaten dan
bahkan menjadi perwakilan Kabupaten ke tingkat Provinsi.6
5 5 H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam … h. 48
6 Dokumentasi prestasi SDIT Nida El-Adabi
5
SD Islam Terpadu Nida El-Adabi merupakan salah satu sekolah yang
menetapkan biaya pendidikan yang relativ tinggi jika dibadingkan dengan SD-SD
umum lainnya. Akan tetapi sekolah ini tidak kalah bersaing dengan sekolah-
sekolah umum lainnya yang biayanya lebih rendah dari SD Islam Terpadu Nida-
El-Adabi.
Hal ini akan menjadi sesuatu yang berbeda mengingat latar belakang
pendapatan masyarakat khususnya Kecamatan Parungpanjang, yakni menengah
kebawah. Akan tetapi mereka tidak ragu untuk menyekolahkan anak mereka ke
sekolah ini. Tidak lain semua ini adalah merupakan usaha dari SD Islam Terpadu
Nida El-Adabi dalam memasarkan produknya kepada masyarakat Parungpanjag,
sehingga masyarakat merasa yakin untuk menyekolahkan anaknya di SD Islam
Terpadu Nida El-Adabi. Hal ini karena masyarakat sudah menganggap pendidikan
sebagai nilai investasi masa depan, sehingga membuat masyarakat desa Kabasiran
lebih menjadi lebih cerdas.
Sejauh ini masih saja ada orang tua siswa yang merasa kurang dengan hasil
yang diperoleh anaka mereka dibandingkan dengan apa yang sudah dikeluarkan.
Akan tetapi banyak masyarakat luar (bukan orang tua siswa) yang menganggap
kualitas pendidikan yang ada di SDIT Nida El-Adabi sudah baik. Berarti ada
ketidak seimbangan persepsi antara orang tua siswa dengan masyarakat luar. Dari
latar belakang dan kenyataan yang terjadi dimasyarakat maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Persepsi Orang tua Terhadap
Kualitas Pendidikan SDIT Nida El-Adabi Parungpanjang-Bogor”.
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana Strategi pemasaran yang dilakukan oleh SDIT Nida El-Adabi.
2. Bagaimana persepsi orangtua terhadap kualitas pendidikan yang ada di
SDIT Nida El-Adabi .
3. Apakah biaya pendidikan yang tinggi dapat mempengaruhi kualitas
pendidikan di SDIT Nida El-Adabi .
6
4. Apakah latar belakang ekonomi orang tua siswa dapat mempengaruhi
kualitas pendidikan yang dimiliki oleh SDIT Nida El-Adabi.
C. Pembatasan Masalah
Agar tidak meluasnya pembahasan maka berdasarkan identifikasi masalah di
atas penulis akan membatasi masalah pada persepsi orang tua terhadap kualitas
pendidikan dengan latar belakang ekonomi orang tua siswa SDIT Nida El-
Adabi Parungpanjang- Bogor.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut: Bagaimana persepsi orang tua terhadap kualitas pendidikan di SDIT Nida
El-Adabi Parungpanjang - Bogor.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan berbagai persepsi orang tua tentang
kualitas pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Nida El-Adabi Parungpanjang-
Bogor.
Adapun hasil penelitian tentang persepsi orang tua tentang kualitas
pendidikan SDIT Nida El-Adabi ini diharapkan dapat memberikan sejumlah
manfaat kegunaan antara lain:
1. Penelitian ini diharapkan dapatkan memperkaya khasanah kepustakaan
pendidikan, dan menjadi masukkan orang tua khususnya mengenai kualitas
pendidikan Sekolah Dasar yang ada di Desa Kabasiran serta menjadi bahan
masukkan bagi mereka yang berminat untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini
dengan hasil penelitian lain.
2. Untuk masyarakat, sebagai bahan masukkan dan acuan dalam menentukan
sekolah yang tepat untuk anaknya, sehingga dapat memenuhi harapan yang ingin
dicapai.
7
D. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini penulis susun dalam bentuk lima bab dan tiap-tiap
bab terdiri dari sub-sub bab pembahasan dengan sistematika penulisan:
Bab I Pendahuluan, yang didalamnya meliputi latar belakang masalah,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah,
manafaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Persepsi Tentang Pendidikan Yang Berkualitas, yang didalamnya
membahas tentang pengertian Persepsi, faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi, pengertian kualitas pendidikan, dasar-dasar
program kualitas/mutu pendidikan, factor-faktor yang mempengaruhi
kualitas/mutu pendidikan. ciri-ciri sekolah yang berkualitas/bermutu,
upaya dalam meningkatkan kualitas/mutu pendidikan.
Bab III Metodologi Penelitian yang didalamnya meliputi, waktu dan tempat
penelitian, metode penelitian jenis data dan penentuan sumber data,
teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian, pada bab ini akan membahas tentang gambaran
tentang profil SDIT Nida El-Adabi, dan persepsi orang tua tentang
kualitas pendidikan yang ada di SDIT Nida El-Adabi.
Bab V Penutup, pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari penelitian dan
saran-saran yang mungkin berguna bagi pihak-pihak yang terkait.
8
BAB II
PERSEPSI TENTANG PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Dalam kamus lengkap Psikologi “persepsi diartikan sebagai proses mengetahui
atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera”.1
Menurut Irwanto, dkk, dalam bukunya Psikologi Umum, bahwa “persepsi
adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak”.2
Sementara itu Kata “persepsi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.”3
1 James P. Chaplin, kamus lengkap Psikologi (Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2006), Ed. I
hal. 358
2 Irwanto, dkk, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 37
3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 675
9
Sedangkan Menurut Bimo Walgito bahwa persepsi merupakan suatu proses
yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut
proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan
stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses
persepsi.4
Selanjutnya Sarlito W. Sarwono, “persepsi adalah kemampuan untuk
membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan, dan sebagainya itu disebut
sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan.”5
Lebih jauh Jalaluddin Rakhmat menyatakan bahwa “persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.”6
Alisuf Sabri, dalam bukunya Psikologi umum dan Perkembangan, bahwa
“persepsi adalah proses dimana individu dapat mengenali objektif dengan
menggunakan alat-alat indera.”7
Sedangkan menurut Abdul Rahman shaleh dan Muhbib Abdul Wahab dalam
bukunya Psikologi suatu pengantar dalam perspektif Islam ”persepsi merupakan
proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera kita
(penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat
menyadari disekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.8
Selanjutnya Rita L. Atkinson, dkk mengartikan persepsi dalam bukunya
Pengantar Psikologi (yang tela diterjemahkan) adalah “bagaimana kita
4 Bimo Walgito, Pengantar Psikolgi Umum, (Yogyakarta:ANDI, 2004), Ed. Ke-4, h. 87-
88
5 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1996),
cet. ke-7, h. 39
6 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004),
ed. Revisi, cet. ke-2, h. 51
7 M. Alisuf Sabri, Psikologi umum dan Perkembangan, (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya,
1993), h.45
8Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar:Dalam
Perspektif Islam, (Jakarta:Prenada Media,2004), cet.I, h,88-89
10
mengintegrasikan sensasi ke dalam percept itu untuk mengenali dunia (percept
adalah hasil dari proses perceptual.”9
Kemudian menurut Abrahah H. maslow dalam bukunya Motivation and
Personality menerjemahkan persepsi sebagai berikut:
“stereotyping is a concept that can apply not only to the social psychology of
prejudice, but also to the basic process of perceiving, perceiving may be
something other than the absorption or registration of the intrinsic nature of
the real event. It is more often classifying, ticketing, or labeling of the
experience rather than an examination of it, and ought therefore to be called
by a name other than true perceiving.”10
Persepsi juga sesungguhnya telah dijelaskan dalam Al-qur’an , dalam bahasa
Al-Qur’an beberapa proses dan fungsi persepsi dimulai dari proses penciptaan.
Dalam QS. Al-mukminun ayat 12-14 disebutkan proses penciptaan manusia
dilengkapi dengan penciptaan fungsi-fungsi pendengaran dan penglihatan.
12
13
14
Dalam ayat ini tidak disebutkan telinga dan mata, tetapi sebuah fungsi.
Kedua fungsi vital bagi manusia dan disebutkan selalu dalam keadaan
berpasangan. Beberapa ayat lain juga mengungkapkan hal yang sama, antara
lain:11
9 Rita L. Atkinson, dkk, Pengantar Psikologi, (Interaksara) ed.I, jil. I, h. 276-277
10 Abrahahm H. Maslow, Motivation and Personality, (New york:Longman, 1970), third
edition, h. 198
11 Saleh dan Wahab, Psikologi suatu pengantar:Dalam perspektif Islam…, h.126
11
1. Persepsi penginderaan fisik/non fisik (Fushilat:53)
53
2. Isytiflaf, pengetahuan peristiwa yang berada jauh dari jangkauan (QS.
Yusuf:94)
94
3. Kasyf
Dari beberapa definisi tentang persepsi di atas, penulis mengambil
kesimpulan bahwa persepsi adalah suatu proses penerimaan tanggapan yang
dilakukan oleh beberapa fungsi penginderaan manusia (mata dan telinga) sehingga
dari proses tersebut dapat berfungsi sebagai jalan untuk mengenali suatu objek.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Sementara itu menurut Bimo Walgito, Faktor-faktor yang berperan dalam
persepsi sebagai berikut:12
1. Objek yang dipersepsi. Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat
indera atau reseptor.
2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf, alat indera atau reseptor
merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu juga harus ada
syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima
12
Bimo Walgito, Pengantar Umum Psikologi, … h. 89-90
12
reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran .
sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
3. Perhatian, untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan
adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.
Selain itu menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab,
faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi, antara lain:13
a. Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali
rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian ia tidak harus
menanggapi semua rangsangan yang diterima, untuk itu individunya
memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja.
b. Ciri-ciri rangsang
Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik
perhatian.
c. Nilai dan kebutuhan individu
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah
melihat koin lebih besar dari pada anak-anak orang kaya.
d. Pengalaman dahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana
seseorang mempersepsi dunianya.
Dalam ruang lingkup pembahasan ini tentang persepsi terhadap kualitas
pendidikan, berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggan
berdasarkan waktu sebelum, pada saat, dan sesudah membeli suatu produk, seperti
yang ditunjukkan dalam tabel 1
13
Shaleh dan Wahab, Psikologi suatu pengantar:Dalam perspektif Islam …, h.118-119
13
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pelanggan tentang kualitas14
Tabel 1
Sebelum membeli produk Saat membeli produk Sesudah membeli produk
Image (citra) dan nama merek
perusahaan
Pengalaman sebelumnya
Opini dari teman
Reputasi took atau tempat
penjualan
Publikasi hasil-hasil pengujian
produk
Harga (untuk performansi)
yang diiklankan
Spesifikasi
performansi/kinerja
Komentar dari penjualan
produk
Kondisi atau persyaratan
jaminan
Kebijaksanaan perbaikan dan
pelayanan
Program-program pendukung
Harga (untuk performansi)
yang ditetapkan
Kemudahan instalasi dan
penggunaan
Penanganan, perbaikan,
pengaduan, jaminan.
Ketersediaan suku cadang
(spare part)
Efektifitas pelayanan purna-
jual
Keandalan produk
Performansi komparatif
Jika dianalogikan tabel diatas dalam dunia pendidikan, bahwasanya faktor
yang mempengaruhi persepsi pelanggan (orang tua) tentang memandang kualitas
suatu adalah dikategorikan ke dalam tiga aspek ini yaitu faktor sebelum membeli,
biasanya orang tua akan mencari sekolah yang memang pencitraan namanya baik,
sebelumnya sudah merasakan hasil dari pembelajaran, masukan dari orang lain,
tempat atau fasilitas sekolah tersebut, transparan dalam hal prestasi siswanya
kepada masyarakat dan tentunya biaya yang akan ditawarkan.
Kemudian faktor yang mempengaruhi kedua yaitu pada saat
menggunakan jasa pendidikan biasanya para orang tua akan mempersepsikan
kualitas suatu pendidikan yaitu dengan melihat kinerja para tenaga pendidik
maupun tenaga kependidikan, keluhan selama dalam kegiatan belajar mengajar,
keadaan sesungguhnya di lapangan, tanggap terhadap kesalahan dan langsung
14
Nasution, Manajemen Mutu Terpadu: Total Quality Manajemen, (Bogor:Ghalia
Indonesia, 2005), ed. Ke-2, h.51
14
memperbaikinya, program kegiatan yang mendukung siswa, dan konsisten dalam
pembiayaan.
Dalam faktor yang terakhir yaitu ketika sudah menggunakan jasa
pendidkan sekolah, orang tua akan menilai suatu sekolah berkualitas ketika
harapan yang diinginkan sesuai dengan tujuan, menerima masukan dari
masyarakat, menunjukkan performan melalui prestasi siswa dan tentunya diterima
di masyarakat.
B. KUALITAS PENDIDIKAN
1. Pengertian Kualitas Pendidikan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata kualitas/mutu berarti ukuran baik
buruknya suatu benda, kadar, taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan dan
sebagainya).15
Selanjutnya kata mutu dalam buku Sudarwan Danim, mengandung makna
derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang maupun
jasa.16
Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang
dihasilkan. Mutu bukanlah benda magis atau sesuatu yang rumit. Mutu didasarkan
pada akal sehat.17
Dalam bukunya Dorothe Wahyu Ariani, mutu adalah keseluruhan ciri atau
karakteristik produk atau jasa dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan
dan harapan pelanggan. Suatu produk atau jasa dikatakan bermutu
mempunyai nilai subyektifitas yang tinggi antara satu konsumen dengan
konsumen lain atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa mutu produk
atau jasa itu akan dapat diwujudkan bila orientasi seluruh kegiatan
perusahaan atau organisasi tersebut berorientasi pada kepuasan pelanggan
(custumer satisfaction).18
15
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa
Indonesia, … h. 467
16 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi Menuju
Organisasi Sekolah Efektif, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), cet.3, h. 53
17 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip perumusan dan tata
langkah penerapan, 2007, (Yogyakarta:Pustaka Belajar), cet.4, hal. 75
18 Dorothe Wahyu Ariani, Manajemen Kualitas, (Yogyakarta: Andi Offset), cet. 1, h. 6
15
Ditambahkan kembali dalam bukunya M. Nur Nasution: 2005 tentang
Manajemen Mutu terpadu mengartikan mutu ke dalam beberapa elemen sebagai
berikut:19
a. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b. Kualitas mencakup produk, tenaga kerja, proses, dan lingkungan
c. Kualitas merupakan saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada
masa mendatang.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan
maupun keluaran (hasilnya). Artinya mutu pendidikan mengacu pada input (siswa,
tenaga pendidik, pembiayaan, kebijakan progarm) yang kemudian diproses dalam
kegiatan belajar mengajar untuk mendapatkan output yang baik.
Kualitas atau mutu pada umumnya adalah gambaran dan karakteristik
menyuluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat.
Pengertian kualitas atau mutu dapat dilihat juga dari konsep secara absolute
dan relativ (Edward dan Sallis, 1993). Dalam konsep absolut sesuatu (barang)
disebut berkualitas bila memenuhi standar tinggi atau sempurna. Artinya, barang
tersebut sudah tidak ada yang melebihi. Bila diterapkan dalam dunia pendidikan
konsep kualitas absolut ini bersifat elitis karena hanya sedikit lembaga pendidikan
yang mampu menawarkan kualitas tertinggi kepada peserta didik dan hanya
sedikit siswa yang akan mampu membayarnya. Sedangkan, dalam konsep relativ,
kualitas berarti memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sesuai dengan tujuan (fit for
their purpose). Edwad dan Sallis (1993) dalam Nurkolis, mengemukakan kualitas
dalam konsep relativ berhubungan dengan produsen, maka kualitas berarti sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan pelanggan.
Dalam konteks pendidikan, kualitas yang dimaksudkan adalah dalam
konsep relativ, terutama berhubungan dengan kepuasan pelanggan. pelanggan
19
M. Nur Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Managemen), (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2005), Ed. II, h. 3
16
pendidikan aa dua aspek, yaitu palanggan internal dan eksternal (Nurkholis,
1997). Pendidikan berkualitas apabila:
a) Pelanggan internal (kepala sekolah, guru dan karyawan sekolah)
berkembang baik fisik maupun psikis. Secara fisik antara lain
mendapatkan imbalan finansial. Sedangkan secara psikis adalah bila
mereka diberi kesempatan untuk terus belajar dan mengembangkan
kemampuan, bakat dan kreatifitasnya.
b) Pelanggan eksternal:
1. Eksternal primer (para siswa): menjadi pembelajaran sepanjang
hayat, komunikator yang baik dalam bahasa nasional maupun
internasional, punya keterampilan teknologi untuk lapangan kerja
dan kehidupan sehari-hari, integritas pribadi, pemecahan masalah
dan penciptaan pengetahuan, menjadi warga Negara yang
bertanggungjawab (Phillip Hallinger, 1998, dalam Nurkholis). Para
siswa menjadi manusia dewasa yang bertanggungjawab akan
hidupnya.
2. Eksternal sekunder (orang tua, para pemimpin pemerintah dan
perusahaan); para lulusan dapat memenuhi harapan orang tua,
pemerintah dan pemimpin perusahaan dalam hal menjalankan
tugas-tugas dan pekerjaan yang diberikan.
3. Eksternal tersier (pasar kerja dan masyarakat luas); para lulusan
memiliki kompetensi dalam dunia kerja dan dalam pengembangan
masyarakat sehingga mempengaruhi pada pertumbuhan ekonomi,
kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial.
Berbicara mengenai pelanggan ada beberapa unsur penting dalam kualitas
yang ditetapkan pelanggan, yaitu sebagai berikut.
Pelanggan harus merupakan prioritas utama organisasi
Pelanggan yang dapat diandalkan merupakan pelanggan yang paling
penting, yaitu pelanggan yang membeli berkali-kali.
Kepuasan pelanggan dijamin dengan menghasilkan produk berkualitas
tinggi dengan perbaikan terus-menerus.
17
Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa suatu lembaga dapat dikatakan
bermutu apabila lembaga tersebut mampu memenuhi harapan-harapan
pelanggannya. Dalam hal ini yang termasuk ke dalam kategori pelanggan
khususnya lembaga pendidikan, seperti yang dikemukakan oleh greenwood
sebagai berikut:20
1. Siswa-siswa yang memperoleh pelajaran.
2. Orang tua siswa yang membayar baik langsung maupun tidak langsung
untuk biaya pendidikan anak-anaknya.
3. Pendidikan lanjut atau institusi pendidikan tempat siswa melanjutkan
studi.
4. Para pemakai tenaga kerja yang perlu untuk merekrut staf terampil,
memiliki keahlian dan berpendidikan sesuai dengan kebutuhan.
5. Negara yang memerlukan pegawai terdidik dengan baik.
Seperti dikutif dalam bukunya Abdul Rahman Shaleh (2006:250) bahwa
salah satu faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak merata adalah
peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan selama ini pada umunya lebih banyak bersifat dukungan input
(dana), bukan pada proses pendidikan (pengambilan keputusan, monitoring,
evaluasi, dan akuntabilitas).21
2. Dasar-Dasar Program Mutu Pendidikan
Dasar-dasar program Mutu Pendidikan antara lain:
1. Komitmen pada perubahan, pemeimpin atau kelompok yang ingin
menerapkan program mutu harus memiliki komitmen atau tekad untuk
berubah.
2. Pemahaman yang jelas tentang kondis yang ada, banyak kegagalan dalam
melaksanakan perubahan karena melakukan sesuatu sebelum sesuatu itu
jelas.
20
Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat
dalam Penyelenggaraan Pendidikan…, h. 270
21 Abdul Rachaman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan anak Bangsa, …h. 249
18
3. Mempunyai visi yang jelas terhadap masa depan, hendaknya perubahan
yang akan dilakukan berdasarkan visi tentang perkembangan, tantangan,
kebutuhan, masalah, dan peluang yang akan dihadapi pada masa yang
akan datang .
4. Mempunyai rencana yang jelas, mengacu pada visi, sebuah tim menyusun
rencana dengan jelas. Rencana menjadi pegangan dalam proses
pelaksanaan program mutu.22
3. Prinsip-Prinsip Mutu/Kualitas
Di bawah ini 14 perkara yang menggambarkan apa yang dibutuhkan sebuah
kegiatan bisnis untuk mengembangkan budaya mutu yang dikembangkan oleh Dr.
W. Edward Deming, antara lain: 23
1. Menciptakan konsistensi tujuan. Menciptakan konsistensi tujuan untuk
memperbaiki layanan dan siswa, dimaksudkan untuk menjadikan sekolah
sebagai sekolah yang kompetitif dan berkelas dunia.
2. Mengadopsi mutu total. Pendidikan berada dalam lingkungan yang benar-
benar kompetitif dan hal tersebut dipandang sebagai salah satu alasan
mengapa Amerika kalah dalam kompetitifnya.
3. Mengurangi kebutuhan pengujian. Mengurangi kebutuhan pengujian dan
inpeksi yang berbasis produksi massal dilakukan dengan membangun
mutu dalam layanan pendidikan.
4. Menilai bisnis sekolah dengan cara baru. Nilailah bisnis sekolah dengan
meminimalkan biaya total pendidikan. Pandanglah sekolah sebagai
pemasok siswa dan kelas satu sampai kelas-kelas selanjutnya.
Bekerjasama dengan para orang tua siswa dan berbagai lembaga untuk
memperbaiki mutu siswa menjadi bagian sistem.
22
Nana Syaodih Sukamadinata dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah
Menengah:konsep,prinsip, dan instrumen, (Bandung: Refika Aditama, 2006), cet.
Ke-6, h. 8-9
23 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip perumusan dan tata
langkah penerapan…hal. 85-89
19
5. Memperbaiki mutu dan produktivitas serta mengurangi biaya.
Memperbaiki mutu dan produktivitas, sehingga mengurangi biaya, dengan
melembagakan proses “rencanakan/periksa/ubah”.
6. Belajar sepanjang hayat. Mutu diawali dan diakhiri dengan latihan. Bila
anda mengharapkan orang mengubah cara bekerja mereka, anda mesti
memberi mereka perangkat yang diperlukan untuk mengubah proses kerja
mereka. Pelatihan memberikan perangkat yang dibutuhkan untuk
memperbaiki proses kerja.
7. Kepemimpinan dalam pendidikan. Merupakan tanggung jawab manajemen
untuk memberikan arahan. Para manajer dalam pendidikan mesti
mengembangkan visi dan misi untuk wilayah, sekolah atau jurusannya.
Visi dan misi harus diketahui dan didukung oleh para guru, staf, siswa,
orang tua dan komunitas.
8. Mengeliminasi rasa takut. Lenyapkanlah bekerja karena dorongan rasa
takut dari wilayah, sekolah atau jurusan, maka setiap orang akan bekerja
secara efektif untuk perbaikan sekolah.
9. Mengeliminasi hambatan keberhasilan. Manajemen bertanggung jawab
untuk menghilangkan hambatan yang menghalangi orang mencapai
keberhasilan dalam menjalankan pekerjaannya.
10. Menciptakan budaya mutu. Ciptakanlah budaya mutu jangan biarkan
gerakan menjadi bergantung pada seseorang atau sekelompok orang.
11. Perbaikan proses. Tidak ada proses yang pernah sempurna;karena itu,
carilah cara terbaik, proses terbaik, terapkan tanpa pandang bulu.
12. Membantu siswa berhasil. Hilangkanlah rintangan yang merampok hak
siswa, guru atau administrator untuk memiliki rasa bangga pada hasil
karyanya.
13. Komitmen. Manajemen. Manajemen mesti memiliki komitmen terhadap
budaya mutu. Manajemen mesti berkemauan untuk mendukung
memperkenalkan cara baru dalam mengerjakan sesuatu ke dalam sistem
pendidikan.
20
14. Tanggung jawab. Biarkanlah setiap orang di sekolah untuk bekerja
menyelesaikan transformasi mutu. Transformasi merupakan tugas setiap
orang.
Selanjutnya dalam buku Nana Syaodih tentang pengendalian Mutu, ada
beberapa prinsip yag perlu dipegang dalam menerapkan program mutu pendidikan
diantaranya sebagai berikut:24
a. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan professional
dalam bidang pendidikan.
b. Kesulitan yang dihadapi para professional pendidikan adalah ketidak
mampuan mereka dalam menghadapi “kegagalan sistem” yang
mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau proses
baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada.
c. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan.
d. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. Mutu
pendidikan dapat diperbaiki jika administrator, guru, staf, pengawas,
dan pimpinan kantor Diknas mengembangkan sikap yang terpusat pada
kepemimpinan, team work, kerja sama, akuntabilitas, dan rekognisi.
e. Kunci utama peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada
perubahan.
f. Banyak professional di bidang pendidikan yang kurang memiliki
pengetahuan keahlian dalam menyiapkan para siswa memiliki
pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki
pasar kerja yang bersifat global.
g. Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dipakai
secara langsung dalam pendidikan, tetapi membutuhkan penyesuaian-
penyesuaian dan penyempurnaan.
h. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem
pengukuran.
24
Nana Syaodih Sukmadinata dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah
Menengah:konsep,prinsip, dan instrumen, … h. 9-11
21
i. Masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari
kebiasaan menggunakan “program singkat”, peningkatan mutu dapat
dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan program-
program singkat.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Pendidikan
Dalam bukunya prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, dkk tentang
pengendalian mutu pendidikan bahwa:
Mutu pendidikan atau mutu sekolah tertuju pada mutu lulusan. Merupakan
sesuatu yang mustahil, pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan
yang bermutu, jika tidak melalui proses pendidikan yang bermutu pula.
Merupakan sesuatu yang mustahil pula,terjadi pendidikan yang bermutu
jika tidak didukung oleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang
bermutu pula. Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh
personalia, seperti administrator, guru, konselor, dan tata usaha yang
bermutu dan professional. Hal tersebut didukung pula oleh sarana dan
prasarana pendidikan, fasilitas, media, serta sumber belajar yang memadai,
baik mutu maupun jumlahnya, dan biaya yang mencukupi, manajemen
yang tepat, serta lingkungan yang mendukung. Mutu pendidikan bersifat
menyeluruh, menyangkut semua komponen, pelaksana, dan kegiatan
pendidikan, atau disebut sebagai mutu total atau “total quality”.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai suatu
kualitas pendidikan tidak cukup dengan hanya satu atau dua komponen saja yang
ditingkatakan kualitasnya akan tetapi peningkatan tersebut harus dilakukan secara
keseluruhan, karena satu komponen pendidikan dengan komponen pendidikan
yang lain saling berkaitan, sehingga jika ada dari salah satu komponen tersebut
diabaikan maka akan berpengaruh terhadap hasil dari kualitas pendidikan itu
sendiri.
Oleh karena itu faktor-faktor yang terlibat dalam pengembangan mutu
pendidikan secara sistemik dapat dilihat pada gambar berikut.25
25
Nana Syaodih Sukmadinata, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah (Konsep,
Prinsip, dan instrumen)… hal.7
22
Gambar 1
Peta komponen pendidikan sebagai sistem
Dalam tataran input salah satu yang termasuk ke dalam bagian instrumental
input adalah biaya atau pembiayaan pendidikan. Biaya pendidikan merupakan
salah satu komponen masukan instrumental (instrumental input) yang sangat
penting dalam penyelenggaraan pendidikan (disekolah). Biaya (cost) dalam
pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang
RAW input (siswa):
- Intelek
- Fisik-kesehatan
- Sosial-afektif
- Peer grooup
Proses Pendidikan:
- Pengajaran
- Pelatihan
- Pembimbingan
- Evaluasi
- Ekstra kurikuler
- pengelolaan
Environmental Input:
- Lingkungan sekolah
- Lingkungan keluarga
- Masyarakat
- Lembaga sosial, unit kerja
Instrumental Input:
Kebijakan pendidikan
Program pendidikan kurikulum
Personil;KS, Guru, Staf TU
Sarana, fasilitas, media, biaya
Output (lulusan):
- Pengetahuan
- Kepribadian
- performasi
23
berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun
barang dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan uang).
Biaya pendidikan di tingkat sekolah berasal dari tiga sumber yaitu pemerintah
(termasuk dari hibah dan pinjaman luar negeri), keluarga siswa (baik disalurkan
melalui sekolah maupun dibelanjakan sendiri), dan masyarakat (selain keluarga
siswa).26
Lebih lanjut mengenai sumber pendanaan pendidikan ini dijelaskan dalam UU
SISDIKNAS pasal 47 ayat 2 yaitu pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.27
Dalam implikasi diterapkannya manajemen pendidikan berbasis sekolah,
adalah pemberian wewenang kepada sekolah untuk mengelola dana sendiri.
Sekolah diberi kewenangan untuk mencari dana dan menggunakannya dengan
prinsip akuntabilitas dan transparansi. Strategi yang digunakan untuk mengatasi
pembiayaan pendidikan dalam menyukseskan manajemen pendidikan berbasis
sekolah, dapat dilakukan dengan meminta bantuan komite sekolah.
Disamping komite sekolah, kepala sekolah melakukan pendekatan yang
bersifat khusus kepada warga masyarakat yang memiliki kemampuan dalam
memberikan dana. Walaupun pekerjaan mencari dana tidaklah mudah, namun
beberapa sekolah dalam usahanya telah menerima bantuan dari masyarakat yang
memiliki kepedulian terhadap pendidikan.
Oleh karenanya, setiap sekolah sebaiknya melakukan pendekatan kepada
warga masyarakat tertentu yang dianggap dapat memberikan bantuan terhadap
sekolah. Bagaimanapun, dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan,
26
Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), cet. Ke-2, h. 3 dan 26
27 Depdiknas, Undang-undang Tentang Sisdiknas dan Peraturan Pelaksanaanya 2000-
2004, (Jakarta: Tamita Utama, 2004), h. 25
24
sekolah tidak bisa tidak harus mencari warga masyarakat yang mau memberikan
bantuan.28
5. Ciri-ciri Sekolah Dasar yang berkualitas
Merujuk pada pendapat Edward Sallis (1993), sekolah yang bermutu becirikan
sebagai berikut.29
1. Sekolah berfokus pada pelanggan baik pelanggan internal maupun
eksternal. Pada sekolah yang bermutu, totalitas perilaku staf, tenaga
akademik, dan pemimpin melakukan tugas pokok untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan.
Menurut Edward Sallis (1993) pelanggan jasa umumnya dan sekolah
khususnya adalah semua pihak yang memerlukan, terlibat di dalam, dan
berkepentingan terhadap jasa pendidikan itu. Pelanggan sekolah terdiri
dari tiga komponen utama. Pertama, pelanggan primer, adalah siswa atau
pihak-pihak yang menerima jasa pendidikan secara langsung. Kedua,
pelanggan sekunder, adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
mutu jasa pendidikan. Seperti, orang tua siswa, instansi atau penyandang
dana beasiswa, pemeritah yang menanggung biaya pendidikan yang
bersangkutan, tenaga akademik dan tenaga administrasi sekolah.
Selanjutnya ketiga, pelanggan tersier, adalah pelanggan yang terkait
langsung dengan pelayanan jasa pendidikan, tetapi berkepentingan
terhadap mutu jasa layanan kependidikan itu karena mereka
memanfaatkan hasil jasa layanan. Seperti, masyarakat, dunia usaha dan
pemerintah.
28
Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Berbasis Sekolah, (Ciputat, Quantum Teaching,
2006), cet. Ke-1, h. 115-119
29 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi Menuju
Organisasi Sekolah Efektif…, h. 54-55
25
2. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul,
dalam makna ada komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.
3. Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya
4. Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik ditingkat
pimpinan, tenaga akademik, maupun tenaga administrasi.
5. Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik
untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai
instrument untuk berbuat benar pada peristiwa atau kejadian berikutnya.
6. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai
kualitas, baik perencanaan jangka pendek, jangka menengah, maupun
jangka panjang.
7. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua
orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi, dan tanggung jawabnya.
8. Sekolah mendorong orang yang dipandang memiliki kreativitas, mampu
menciptakan kualitas, dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja
secara berkualitas.
9. Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk
kearah kerja secara vertikal dan horizontal.
10. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
11. Sekolah memandang dan menempatkan kualitas yang telah dicapai
sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut.
12. Sekolah memandang kualitas sebagai jalan integral dari budaya kerja.
13. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus
sebagai suatu keharusan.
Selanjutnya dalam bukunya Abdul Rahman tentang Madrasah dan
Pendidikan Anak Bangsa, bahwa dalam manajemen peningkatan mutu
pendidikan memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah yang
akan menerapkannya, maka sejumlah karakteristik berikut ini perlu dimiliki,
yaitu karakteristik dari sekolah efektif (effektif school). Manajemen
peningkatan mutu merupakan wadah/kerangkanya, maka sekolah efektif
merupakan isinya. Oleh karena itu, karakteristik berikut memuat secara
26
inklusif elemen-elemen sekolah efektif, yang dikategorikan menjadi input,
proses, dan output. 30
Perangkat/karakteristik peningkatan mutu pendidikan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Input: kebijakan mutu dan harapan. Sumber daya (kesediaan masyarakat),
berorientasi siswa, manajemen (pembagian tugas, tugas perencanaan,
kendali mutu,dll).
2. Proses: pembelajaran yang berorientasi (learning to know, learning to do,
learning, to be, learning to live together), kepemimpinan yang
kuat/demokratis (kemampuan manajerial, kemampuan memobilisasi,
memiliki otonomi luas), lingkungan (aman, nyaman, manusiawi),
pengelolaan tenaga yang efektif (perencanaan, pengembangan, penilaian,
imbalan jasa), memiliki budaya mutu (kerjasama, merasa memiliki, mau
berubah, mau meningkatkan diri, terbuka), tim kerja (kompak, cerdas,
dinamis), partisipasi masyarakat tinggi, memiliki akuntanilitas (laporan
prestasi, respon/tanggapan masyarakat).
3. Output: prestasi akademik (NEM, STTB, taraf serap, lomba karya ilmiah,
lomba keagamaan), prestasi non akademik (olah raga, kerapian/ketertiban,
kepramukaan, kebersihan, toleransi, ketulusan, kesenian, disiplin,
kerajinan, solidaritas, silaturahmi, dll).
Selanjutnya ditambahkan dalam buku MBS yang dibuat oleh Departemen
Pendidikan bahwa karakteristik dari sekolah efektif dalam meningkatkan mutu
pendidikan adalah sebagai berikut:31
1. Output yang diharapkan
Sekolah memiliki output yang diharapkan. Output sekolah adalah prestasi
sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah.
Pada umumnya, output dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa
prestasi akademik (academic achivement) dan output prestasi non akademik (non-
academic achivement).
30
Abdul Rahman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa…hal. 252-254
31 Depdiknas, Manajemen Berbasis Sekolah, (Jakarta:Depdiknas, 2007), h. 16-25
27
2. Proses
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik
proses sebagai berikut:
a. Proses Belajar Mengajar yang Efektifivitasnya Tinggi
b. Kepemimpinan Sekolah yang Kuat
c. Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib
d. Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif
e. Sekolah Meiliki Budaya Mutu
f. Sekolah Meiliki “Teamwork” yang Kompak, Cerdas, dn Dinamis
g. Sekolah Memiliki Kewenangan (Kemandirian)
h. Partisipasi yang Tinggi dari Warga Sekolah dan Masyarakat
i. Sekolah memiliki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen.
j. Sekolah Memiliki Kemauan Untuk Berubah (psikologis dan pisik)
k. Sekolah melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan
l. Sekolah responsive dan antisipatif terhadap kebutuhan
m. Memiliki komunikasi yang baik
n. Sekolah memiliki akuntabilitas
o. Manajemen lingkungan hidup sekolah yang bagus
p. Sekolah memiliki kemampuan menjaga sustainabilitas
3. Input Pendidikan
a. Memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas
b. sumberdaya tersedia dan siap
c. Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi
d. Memiliki harapan prestasi yang tinggi
e. Fokus pada pelanggan (khususnya)
f. Input manajemen
6. Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan
Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya Pendidikan Sekolah
Dasar alangkah baiknya kita mengetahui indikator-indikator yang dapat
memecahkan mutu pendidikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
28
Secara kuantitatif, kinerja pendidikan nasional dapat diukur dari angka
partisipasi terhadap pendidikan dengan fokus pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Pada tingkat SD sebagai penggal pertama pendidikan dasar, angka
partisipasi kasar (APK), yaitu ratio antara jumlah seluruh siswa dengan kelompok
umur 7-12 tahun dilaporkan telah mencapai 110%; sedangkan angka partsipasi
murni yaitu ratio antara jumlah siswa usia 7-12 tahun dengan kelompok umur 7-
12 sebesar 95%. Angka ini menunjukkan bahwa secara nasioal wajib belajar pada
tingkat SD hampir tuntas. Namun jumlah 5% anak –anak usia 7-12 tahun yang
belum bersekolah terdiri atas anak-anak keluarga kurang beruntung (miskin,
terpencil, cacat) yang jauh lebih sulit dibandingkan kelompok anak-anak yang saat
ini telah berada di sekolah, meskipun jumlah 5% anak-anak yang belum
terjangkau pendidikan kelihatannya kecil saja, akan tetapi sesungguhnya populasi
mereka sekitar 1,2 juta orang. Meskipun lazimnya APK itulah yang menjadi
ukuran (kuantitatif) keberasilan wajib belajar, khusus untuk tingkat SD, APM
(Angka Partisipasi Murni) seharusnya digunakan sebagai indikator keberhasilan
apabila program ini benar-benar ingin tuntas.
Selain APM (Angka Partisipasi Murni) yang menjadi indikator yang bersifat
kuantitatif, upaya penekanan angka putus sekolah dan tinggal kelas harus menjadi
prioritas juga. Karena jika masalah yang satu itu tetap dibiarkan, maka hal itu
secara langsung akan menghambat laju pendidikan untuk selanjutnya dan yang
akan merugi adalah Negara sendiri.
Jika dilihat dari segi mutu/kualitas, pendidikan SD di Indonesia umumnya
masih bermutu rendah. Bila dilihat dari segi NEM (Nilai Ebtanas Murni) atau
sekarang yang lebih dikenal dengan UASBN (Ulangan Akhir Sekolah Berstandar
Nasional) sebagai salah satu indikator mutu yang sejauh ini paling tangible dan
datanya tersedia, hanya sekitar 10% SD yang tergolong bermutu baik. Mutu juga
menunjuk pada efisiensi eksternal, yaitu sejauh manakah hasil belajar siswa di
sekolah relevan dengan tuntutan belajar pada jenjang pendidikan selanjutnya dan
dengan kebutuhan hidupnya sebagai anggota masyarakat.
Indikator-indikator kuantitatif yang dicatat menunjukkan bahwa APK
meningkat sejalan dengan semakin bertambahnya ruang belajar, jumlah guru, dan
29
fasilitas belajar lainnya. Usaha-usaha intensif yang dilakukan sejauh ini telah
berhasil meningkatkan APK SLTP + SMP hingga mencapai 70%.32
Selanjutnya untuk mencapai mutu dalam pendidikan, berikut langkah-
langkah yang perlu dilakukan sekolah dalam menjaga maupun meningkatkan
kualitasnya (Sallis, 1993:48-49), antara lain:33
a. Rumuskan tujuan yang konstan untuk perbaikan dalam produk dan
layanan.
b. Gunakan filosofi baru! Sebuah sekolah tidak akan mampu berkompetisi
jika terus menerima dan memaafkan keterlambatan, kesalahan, atau
melahirkan hasil yang tidak tepat.
c. Berhentilah menggunakan pengawasan publik untuk mencapai kualitas!
Pengawas publik yang dilakukan unit inspeksi tidak menjamin kualitas.
d. Tingkatkan kualitas palayanan dan produk layanan
e. Lakukan on the job training! Pelatihan merupakan salah satu yang paling
penting untuk peningkatan kualitas.
f. Tugas manajemen adalah memimpin bukan mengawasi, pemimpin harus
mampu berperan untuk mendorong kemajuan dalam proses pelaksanaan
pekerjaan agar menghasilkan layanan produk terbaik.
g. Hindari rasa takut, yakni bahwa produktivitas pegawai juga dipengaruhi
oleh perasaan rasa aman bekerja di tempat dia bekerja.
h. Atasi berbagai kendala hubungan antara unit atau departemen, karena
mereka yang ada dalam unit tersebut memerlukan kerja sama sebagai
sebuah tim.
i. Kurangi slogan, nasihat, target dan permintaan untuk peningkatan
produktivitas baru tanpa ada pengarahan pada para pegawai tentang
metode-metode baru untuk menghasilkan pekerjaan yang baik.
32
Dedi Supriadi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, (Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2005), cet. II, h. 95-97
33 Rosyada, Paradigma Pendidikan Demikratis: sebuah model pelibatan masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan (Bogor: Kencana, 2007), Cet.1 h.262-264
30
j. Kurangi standarisasi pekerjaan dengan indikator angka numeric, karena
standarisasi numeris atau kuantitas sering kali akan mengurangi kualitas.
k. Hilangkan berbagai kendala yang akan mengurangi kebanggaan pegawai
terhadap pekerjaan,
l. Lembagakan pendidikan dan pelatihan pegawai yang dapat
meningkatkan semangat kerja pegawai dan peningkatan kualitas dengan
dirinya sendiri.
m. Posisikan setiap orang dalam institusi untuk bekerja dan melaksanakan
transformasi.
Oleh karena itu pentingnya peranan pemimpin dalam memberikan
pengarahan kepada bawahannya, tidak lain untuk mencapai tujuan dan harapan
yang telah dirancang oleh organisasi dan menjadi impian para warga sekolah
lainnya. Karena tidak ada lagi pigur yang patut di contoh dalam sebuah organisasi
kecuali pemimpinnya sendiri.
Keberhasilan suatu sekolah dari tingkat kualitasnya, tidak terlepas dari
kepiawaian seorang kepala sekolah yang menerapkan tipe kepemimpinan
dilembaganya. Karena penelitian tentang efektifitas sekolah menegaskan
pentingnya apa yang terjadi diruang kelas, dan kepemimpinan pendidikan
dipandang sebagai upaya memberikan sebuah kultur pengajaran dan pembelajaran
yang kondusif. Kepemimpinan pendidikan juga akan menjadi sentral bagi
negosiasi tentang apa yang bisa dinilai dalam kurikulum dan apa yang dipandang
baik dalam metode pengajaran.
Kepala sekolah yang efektif tidak hanya menghabiskan waktunya untuk
melakukan control internal secara eksplisit, seperti memonitor pengajaran, tapi
harus lebih menekankan pada penetapan tujuan dan mekanisme consensus tujuan
untuk mengarahkan perhatian para guru terhadap output organisasi (Goldring dan
Pasternak, 1994,hal. 251) dalam terjemahan buku Tony Bush dan Marianne
Coleman.34
34
Tony Bush dan Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan Pendidikan
(Yogyakarta: IRGISoD, 2008), cet. II, h. 80-81
31
Pemberian otonomi kepada kepala sekolah, sebagai konsekuensi otonomi
sekolah, mengharuskan kepala sekolah meningkatkan kemampua intelegensi
manajerialnya. Intelegensi manajerial adalah kecerdasan memimpin dan terampil
mengelola organisasi, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada atau
yang tersedia, sehingga dengan seluruh perangkat yang dimiliki organisasi
menciptakan sinerji, diarahkan untuk menuju kepada pencapaian tujuan organisasi
secara maksimal.
Intelegensia manajerial oleh Kydd, Crawford, dan Riches (2004:11-13)
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Mencipta
Memiliki gagasan bagus
Menemukan pemecahan orisinal bagi masalah yang bersifat umum.
Mengantisipasi konsekuensi pengambilan keputusan dan tindakan
Menerapkan pemikiran
Menggunakan imajinasi dan intuisi
2. Merencanakan
Mengaitkan kebutuhan masa kini dengan masa yang akan dating
Mengenali apa yang penting dan apa yang semata mendesak
Mengatasi tren masa depan
Menganalisis
3. Mengorganisasikan
Membuat tuntutan yang adil
Mengambil keputusan dengan cepat
32
Berada di depan bilamana perlu
Tetap tenang dalam situasi yang sulit
Mengetahui kapan pekerjaan selesai
4. Berkomunikasi
Memahami orang
Mendengarkan
Menjelaskan
Komunikasi tertulis
Menggugah sesama untuk berbicara
Taktis
Bersikap toleran terhadap kekeliruan sesama
Berterima kasih dan memberikan dorongan
Memastikan setiap orang menerima informasi
Memanfaatkan teknologi informasi
5. Memotivasi
Mengilhami sesama
Menyuguhkan tantangan yang realistis
Membantu sesama untuk menetapkan tujuan dan target
Membantu sesama untuk menghargai sumbangsih dan prestasi mereka
sendiri
6. Mengevalusi
33
Membandingkan hasil dengan niat
Menilai diri sendiri
Mengevaluasi pekerjaan sesama
Meralat kekeliruan di mana perlu
Berbagai kemampuan di atas adalah sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar
bagi kepala sekolah dalam konteks kepemimpinan masa depan yang menerapkan
manajemen pendidikan berbasis sekolah. Beberapa penelitian yang dilakukan di
berbagai Negara dalam konteks manajemen pendidikan, menunjukkan bahwa
keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan dan tujuan sekolah
ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah. Kekuasaan dan wewenang ini
terkait dengan tanggung jawab kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja dan
akuntabilitas sekolah yang dipimpinnya.
Beberapa studi yang dilakukan di Indonesia sebagaimana yang disurvei oleh
Achmady dan Supriadi (1996) dalam Jalal dan Supriadi (2001:287-288)
menunjukkan bahwa:
1. Ciri-ciri kehidupan sekolah yang mutunya baik dan mutunya kurang baik
di sekolah dasar banyak berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah.
2. Survey puluhan SMU menunjukkan bahwa sekolah-sekolah yang mutunya
baik dan memiliki preferensi yang tinggi dimasyarakat memiliki cirri-ciri
yang berbeda dengan sekolah-sekolah yang mutunya biasa dalam hal
gairah belajar siswa, motivasi guru, hasil belajar, dan iklim sekolah secara
keseluruhan. Ciri-ciri tersebut diatribusikan oleh kepemimpinan kepala
sekolah,
3. Penempatan kepala SMK yang dipilih secara ketat melalui prosedur yang
standar menghasilkan perubahan yang semakin meningkat.
Kepemimpinan kepala sekolah secara signifikan mempengaruhi
keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan dan tujuan setiap
34
sekolah. Kepemimpinan mempunyai fungsi sebagai pengarah, pengendali
sekaligus melakukan control terhadap pelaksanaan seluruh rencana yang telah,
sedang dan akan dilaksanakan. Kepala sekolah dalam hal ini, menjadi penanggung
jawab utama untuk mencapai tujuan pendidikan persekolahan.35
Oleh karena itu pentingnya suatu lembaga atau organisasi ditangani oleh
orang yang memang memiliki kemampuan dalam bidangnya. Sebagaimana hadits
Nabi Muhammad SAW:
Dengan demikian, pemimpin pendidikan:
Memberikan kesempatan kepada anggota untuk berpartisipasi dalam
proses perubahan guna merefleksikan praktek dan mengembangkan
pemahaman personal tentang sifat dan implikasi perubahan terhadap diri
mereka;
Mendorong mereka yang terlibat dalam implementasi perbaikan untuk
membentuk kelompok-kelompok sosial dan membangun tradisi saling
mendukung selama proses perubahan;
Membuka peluang feedback bagi semua pihak yang terlibat dalam
perubahan; dan
Harus sensitif terhadap outcomes proses pengembangan dan
menciptakan kondisi yang kondusif bagi feedback yang dibutuhkan,
kemudian menindak lanjutinya dengan melibatkan beberapa pihak dalam
mendiskusikan ide-ide dan prakteknya (Duignan dan Macpherson, 1992,
hal. 84) dalam buku Tony Bush dan Marianne Coleman.
35
Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Berbasis Sekolah, … h. 109-113
35
Seorang pemimpin pendidikan yang menerapkan program mutu pada
lembaga pendidikannya, dibutuhkan prinsip-prinsip yang dijadikan tuntunan
baginya agar tidak melenceng dengan komitmen yang telah dibuat.
Berikut merupakan prinsip-prinsip yang diberlakukan bagi kepemimpinan
bermutu antara lain:36
1. Dalam kepemimpinan mutu, seseorang mengukur keberhasilannya dari
keberhasilan orang-orang (semua anggota) dalam organisasi.
2. Tanggung jawab berbagi. Semua unsur dalam organisasi sekolah memiliki
tugas dan tanggung jawab yang jelas. Tugas majelis sekolah, pengawas,
dan administrator memberikan fokus serta pengarahan terhadap sekolah
semua anggota organisasi sekolah memiliki visi tentang masa depan yang
sama, memahami program mutu dan tugas-tugasnya. Setiap anggota
disorong untuk terbuka, kreatif, dan inovatif sehingga memungkinkan
mencapai visi dalam sistem yang luas.
3. Perbaikan mutu berkelanjutan. Unsur-unsur pimpinan mendorong guru
dan staf untuk mencapai tujuan akhir oraganisasi yaitu penyempurnaan
yang berkelanjuran.
4. Dalam piramid kepemimpinan mutu, majelis sekolah, pengawas, dan
adaministrator harus menyediakan bahan serta alat-alat (resources) yang
dibutuhkan guru dan staf. Dengan demikian, tidak ada lagi kekuasaan
mutlak dalam kepemimpinan itu.
5. Peran guru dan staf. Semua orang dalam piramid kepemimpinan mutu
adalah pemimpin. Untuk mencapai mutu visi mutu dalam pendidikan, guru
harus menanamkan visi ini kepada siswa. Siswa harus mempunyai visi dan
kemampuan untuk berbuat secara kreatif dan inovatif untuk mencapai visi
tersebut.
6. Sebagai pemimpin mutu, tiap orang bertanggung jawab menghilangkan
hambatan yang mencegah performansi yang tinggi.
36
Prof.Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah
(Konsep, Prinsip, dan instrumen)…hal. 14
36
7. Tiap orang ingin menjadi orang yang unggul. Tantangan utama untuk
pendidikan bermutu adalah menghilangkan hambatan-hambatan
organisasional yang menghambat orang untuk berhasil.
Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepas pula dari peran guru, karena
guru merupakan tokoh sentral di dalam proses pembelajaran. Guru yang
profesional akan menghasilkan murid yang bermutu, dan murid yang bemutu akan
mampu mengangkat pendidikan bermutu pula.
Oleh karena itu dibutuhkan figur guru masa depan yang akan diidamkan
oleh banyak pihak, diantaranya:37
1. Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas.
2. Innovator, artinya memiliki kemampuan untuk melakukan pembaharuan
yang berkenaan dengan pola pembelajaran, termasuk di dalamnya
metode mengajar, media pembelajaran, sistem dan alat evaluasi, serta
nurturant effect lainnya.
3. Motivator, artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk
terus belajar dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak
didik untuk belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh
gurunya.
4. Capable, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan,
kecapakapan, dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan
memadai sehingga mampu mengelola proses pembelajaran secara
efektif.
5. Developer, artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri dan
menularkan kemampuan dan keterampilan anak didiknya dan untuk
semua orang.
Jadi guru masa depan adalah guru yang menjadi fasilitator; pelindung;
pembimbing dan punya figur yang baik (disiplin, loyal, bertanggung jawab,
kreatif, melayani sesuai dengan visi, misi yang diinginkan sekolah);
37
Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. 1,
h.82-85
37
Selain itu juga guru masa depan secara efektif menunjukkan motivasi,
percaya diri serta mampu mandiri dan dapat bekerjasama, serta memupuk
kemampuan otodidak anak didik, memberi reward ataupun apresiasi terhadap
siswa agar mereka bangga akan sekolahnya dan terdidik juga untuk menghargai
orang lain, baik pendapat maupun prestasinya.
Menurut zuhairi, dkk (1994) dalam melaksanakan pendidikan islam, peranan
pendidik sangat penting, karena dia yang bertanggung jawab dan menentukan arah
pendidikan tersebut. Itulah sebabnya islam sangat menghargai dan menghormati
orang-orang berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik.
Hal inidisebutkan pada surat Al-Mujadallah (58) ayat 11 :
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-
orang berilmu pengetahuan beberapa derajat …”38
38 H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam, 2001, pustaka Firdaus, Jakarta.Cet -
2, h. 36
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilakukan selama satu bulan, yaitu bulan Februari sampai
dengan bulan Maret 2011. Adapun sekolah yang akan dijadikan penelitian ini
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nida El-Adabi desa Kabasiran-
Parungpanjang-Bogor.
Berikut jadwal penelitian, yaitu:
No Jenis Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret
1 Penyusunan proposal
2 Penyusunan instrumen penelitian
dan revisi instrumen
penelitian
3 Pengumpulan data
4 Pengolahan dan
analisis data penelitian
5 Penyusunan laporan
penelitian
39
B. Metode Penelitian, Jenis Data, dan Penentuan Narasumber
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk metode
penelaahan deskriptif analitis dengan menggambarkan suatu keadaan atau sifat
seperti adanya untuk kemudian dianalisa. Jadi penelitian ini dimaksudkan untuk
memastikan atau menjelaskan karakteristik dari objek yang diteliti.
Adapun jenis data yang dikumpulkan berupa data–data yang bersifat kualitatif
yang terdiri dari data primer dan data sekunder tentang data sekolah. Seperti hasil
wawancara dengan para orang tua, kepala sekolah, guru, tata usaha.
Narasumber pada penelitian ini adalah kepala sekolah, kepala Tata Usaha,
guru dan 10 orang tua siswa SDIT Nida El-Adabi (anggota komite).
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, penulis akan menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data sesuai dengan permasalahan yang sedang
diteliti.
Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah:
1. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses
biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.1
Adapun teknik ini digunakan untuk dan mencari informasi dengan cara
mengamati pola pendidikan yang dilakukan SDIT Nida El-ADABI dalam
memberikan materi pengajaran kepada siswa baik intrakurikuler maupun
ekstrakurikuler.
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan:pendekatankuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung:
CV. Alfabeta, cet. ke 6, hal.203
40
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.2
Teknik ini digunakan untuk menggali data persepsi orang tua tentang kualitas
pendidikan SDIT Nida El-Adabi Parungpanjang-Bogor.
3. Studi Dokumentasi
Dokumen ialah setiap bahan ataupun film, lain dari record, yang tidak
dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.3 Dengan kata lain studi
dokumentasi adalah mempelajari suatu kejadian yang sedang diteliti melalui
dokumentasi.
Teknik ini digunakan untuk memperoleh/ mendapatkan data statistik siswa
yang masuk, guru, dan dokumentasi tentang pembiayaan sekolah SDIT Nida El-
Adabi.
D. Teknik Analisis Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan pengecekkan keabsahan data
dengan menggunakan triangulasi. Dalam hal ini peneliti membandingkan data dari
hasil wawancara, studi dokumentasi dengan referensi dari buku sebagai
pendukung keabsahan data, berikut macam triangulasi yang digunakan:
1. Triangulasi sumber, yaitu membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh. Dalam hal ini peneliti membandingkan data hasil
pengamatan dengan hasil wawancara.
2. Triangulasi metode terdapat dua strategi, yaitu:
a. Pengecekkan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan
beberapa teknik pengumpulan data yaitu berupa wawancara langsung.
2 Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2007, (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya), cet. 20, hal.186
3 Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif …hal. 216
41
b. Pengecekkan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode
yang sama. Dalam hal ini melalui sumber data yaitu orang tua siswa,
kepala sekolah, TU, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, wakil
kepala sekolah bagian kesiswaan, ketua komite sekolah dan guru dengan
metode wawancara.
3. Triangulasi teori, yaitu menguji data dengan membandingkan data dengan
mengadakan pengecekkan referensi pendukung untuk lebih mengangkat derajat
kepercayaan. Dalam hal ini peneliti membandingkan data dari hasil wawancara
dengan referensi dari buku sebagai pendukung keabsahan data.4
Teknik analisa data ini menggunakan deskriptif analisis, setelah diperoleh dari
lapangan, langkah berikutnya adalah mengklasifikasikan, mengolah, menganalisis
kemudian hasilnya diambil dan dijadikan kesimpulan.
4 Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif …hal. 330-331
42
Kisi-kisi wawancara
Tabel 3
Fokus Penelitian Dimensi Indikator
Persepsi Orang tua
Tentang kualitas
pendidikan SDIT Nida
El-Adabi
Input Visi, misi, tujuan dan
sasaran
Kurikulum
Ketenagaan
Peserta didik
Sarana dan prasarana
Pembiayaan
Regulasi sekolah
Organisasi
Administrasi
Peran serta masyarakat
Budaya sekolah
Proses Proses Belajar Mangajar
Output Prestasi akademik
Prestasi non-akademik
Angka mengulang
Angka putus sekolah
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SD Islam Terpadu Nida El-Adabi Parungpanjang
Bogor
1. Sejarah singkat SD Islam Terpadu Nida El-Adabi Parungpanjang Bogor
SDIT Nida El-Adabi lahir berangkat dari keprihatinan para pendiri SD Nida,
yang melihat ada beberapa alasan yang mendasari sekolah ini ada. Pertama,
keprihatinan yang terjadi pada pola pendidikan yang ada saat ini khususnya untuk
daerah Parungpanjang, yaitu kurangnya waktu belajar anak di sekolah, pada hal
anak pada usia dini itu adalah masa-masa emas (golden age), jadi pada umur itu
anak-anak pakai diisi dengan hal-hal yang positif dan manfaat.
Kedua, karena Yayasan Nida El-Adabi memiliki perguruan tinggi dengan salah
satu jurusannya yaitu Tarbiyah, maka para pendiri menginginkan suatu wadah
yang dapat dijadikan laboratorium, sehingga para mahasiswanya dapat tersalurkan
keahliannya dengan melakukan praktek mengajar di sekolah ini.
Ketiga, karena khususnya di daerah Parungpanjang ini masih kurang sekolah
umum yang memadukan ilmu agama dengan menerapkan sistem fullday school,
maka para pendiri berinisiatif untuk mendirikan sekolah yang berbeda dengan
yang ada.1
SD Islam Terpadu Nida El-Adabi adalah sekolah dasar Islam yang berlokasi di
Parungpanjang Bogor. Sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan Nida El-
1 Hasil wawancara dengan kepala sekolah bapak M. Rochanda, M.si
44
adabi, berdasarkan akta notaris no. 4 tanggal 19 oktober 2000. SDIT Nida El-
Adabi mulai melakukan kegiatan belajar mengajar pada tahun ajaran 2003/2004,
disahkan berdasarkan surat keputusan menteri Pendidikan Nasional nomor
keputusan 421.2/456- Disdik/2006 tentang persetujuan penyelenggaraan sekolah
swasta.
SDIT Nida El-Adabi memiliki 6 lokal, berdiri di atas tanah seluas 520 m2
resmi dibangun pada tanggal 14 oktober 2000 dan terakreditasi terakhir “B”
dengan nomer akreditasi no. 17/BASKAB. 20/DS/IV/2007. SDIT Nida El-Adabi
ini memiliki luas tanah 2.420 m2. Sekolah dengan ini telah meluluskan dua
angkatan yaitu pada tahun pertama berjumalah 6 orang dan tahun kedua berjumlah
26 orang. Yayasan ini melaksanakan kegiatan pendidikan pada jenjang sekolah
dasar dan Sekolah Tinggi Agama Islam.2
SDIT Nida El-Adabi di bawah Departemen pendidikan Nasional. Memiliki
keunggulan dalam segi kurikulum yaitu dengan menambahkan materi muatan
lokal pendidikan agama yang cukup banyak jika dibandingkan dengan Sekolah
Dasar lainnya.
Kurikulum yang dipakai oleh Nida El-Adabi adalah KTSP sama dengan
sekolah dasar pada umumnya. Tetapi sekolah ini memberikan tambahan pelajaran
seperti yang dijelaskan di atas seperti tahsin hadits, tahfidz Al-Qur’an dan Bahasa
Arab. Inilah yang menjadi kelebihan dari sekolah dasar Nida El-Adabi jika
dibandingkan dengan sekolah dasar lain di wilayah Parungpanjang dan sekitarnya.
Sejak awal dibuka siswa yang mendaftar jumlahnya selalu mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah tiap kelas pertahunnya. Seperti data yang
telah terlampir.
2. Visi, Misi dan Tujuan
Adapun visi, misi dan tujuan SDIT Nida El-Adabi adalah sebagai berikut:
a. Visi
“Terwujudnya sekolah berkualitas dengan siswa yang cerdas, terampil, mandiri
dan berakhlakul karimah”.
2 Hasil wawancara dengan bagian Tata Usaha
45
Indikator pencapain visi
Peningkatan nilai KKM dan UASBN;
Unggul dalam lomba mata pelajaran;
Unggul dalam kegiatan lomba Ekstrakurikuler;
Teladan dalam etika kehidupan, perilaku dan ucapan serta pengamalan
agama;
Unggul dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat.
b. Misi
Menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif, nyaman dan
menyenangkan
Memfasilitasi terbentuknya siswa yang memiliki pola pikir yang Islami,
pola hati yang imani dan pola tindak yang ihsani
Membekali siswa dengan ilmu pengetahuan yang berorientasi pada nilai-
nilai keagamaan.
Memberikan keterampilan untuk hidup sederhana, disiplin, teliti dan
mandiri melalui kegiatan pramuka, drum band, outing class, malam bina
taqwa, komputer, sempoa dan tahfidzul Qur’an- Hadits.
3. Tujuan
Pada tahun 2013/2014 dalam jangka waktu 4 (empat) tahun diharapkan Sekolah
Dasar Swasta NIDA EL-ADABI memiliki tingkat ketercapaian:
Memiliki sarana dan prasarana yang menunjang terselenggaranya proses
belajar Mengajar yang efektif.
Berprestasi dibidang akademik.
4. Keadaan guru
Jumlah guru yang ada di SDIT Nida El-Adabi sebanyak 15 orang. Dengan
rincian guru laki-laki berjumlah 7 orang dan jumlah guru perempuan sebanyak 8
orang. Adapun latar belakang pendidikan guru SD Islam Terpadu Nida El-Adabi
46
hampir keseluruhan sudah menyelesaikan program S1 bahkan sudah ada yang S2,
akan tetapi ada 2 orang guru yang masih melanjutkan program S1 nya.
Adapun jumlah guru tidak tetap yang ada di SDIT Nida El-Adabi sebanyak 3
orang yaitu guru mata pelajaran mulok dan pembina ekstarakurikuler atau disebut
guru visit.
Adapun sistem pengajar di SDIT Nida El-Adabi menggunakan asisten guru
kelas, yaitu ada kelas-kelas yang menggunakan 2 guru dalam belajar yaitu kelas 1
s/d kelas 4. (lihat lampiran 6)
5. Keadaan siswa
Secara keseluruhan jumlah siswa SDIT Nida El-Adabi yaitu 180 siswa dengan
rincian jumlah laki-laki dari kelas 1 s/d kelas 6 sebanyak 104, sedangkan jumlah
siswa perempuan berjumlah 76 dari kelas 1 s/d kelas 6.3
Dilihat dari jumlah siswa perkelas, banyaknya jumlah siswa cukup fluktuatif
karena hal itu terlihat dari jumlah siswa kelas 4 yang mengalami penurunan yaitu
23 siswa, mungkin hal ini disebabkan dari siswa yang melakukan mutasi
mengikuti orang tuanya atau ke sekolah lain.
Jumlah siswa yang dimiliki oleh Nida El-Adabi memang tidak terlalu banyak
karena hal ini beralasan persaingan dengan sekolah gratis dan faktor biaya
ekonomi, meskipun demikian peningkatan jumlah siswa setiap tahun selalu
mengalami peningkatan hal itu terlihat dari jumlah siswa 3 tahun terakhir. (lihat
lampiran 8).
6. Keadaan staf dan karyawan
Untuk membantu kelancaran administrasi sekolah, kebersihan dan keamanan
sekolah. staf dan karyawan yang berada di SDIT Nida El-Adabi berjumlah satu
orang pegawai tata usaha dan satu orang petugas kebersihan.
Adapun latar belakang dari masing-masing staf dan karyawan di atas adalah
SMA untuk tenaga administrasi atau TU dan SMP untuk petugas kebersihan dan
keamanan.(lihat lampiran 7)
3 hasil wawancara dengan bagian tata usaha
47
7. Kurikulum yang digunakan
Untuk membantu menyesuaikan pendidikan yang ada sekarang ini SDIT Nida
El-Adabi mengunakan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Hal ini dimaksudkan agar setara dengan sekolah-sekolah lain yang setingkat
dalam menyesuaikan program pendidikan.
SDIT Nida El-Adabi menggunakan kurikulum KTSP sejak tahun 2008/2009.
SDIT Nida El-Adabi ini menerapkan kurikulum yang tidak berbeda dengan
SD/MI yaitu kurikulum yang diperkaya dengan 8 pelajaran untuk kelas 1 sd 4 dari
hari senin sampai hari jum’at dan 9 jam pelajaran untuk kelas 5 dan kelas 6 dari
hari senin dan hari jum’at. Sisa waktu di hari sabtu digunakan untuk berbagai
kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri.4
Kegiatan ekstrakurikuler adalah aktivitas yang dilakukan diluar jam tatap
muka, dilaksanakan di sekolah dan di luar sekolah agar lebih memperkaya dan
memperluas wawasan, pengetahuan, mengarahkan bakat yang telah dipelajari dari
berbagai mata pelajaran dalam kulikuler.
Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang disediakan di SDIT Nida EL-Adabi
antara lain: Drumband, broad casting, T2Q, saint club, English club, dokter cilik,
sepak bola, futsal, pramuka, malam bimbingan iman dan taqwa.5
8. Sarana dan prasarana SDIT Nida El-Adabi
Dalam pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah, tidak
terlepas dari ketersediaannya sarana dan prasarana yang memadai. Kemampuan
dalam melaksanakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dalam suatu
lembaga pendidikan sangat penting, karena dapat menunjang keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang ada di sekolah tersebut.
Secara umum keadaan sarana dan prasarana yang ada di SDIT Nida El-Adabi
cukup memadai, meskipun belum maksimal sebagai mana seharusnya.
Diantaranya sarana dan prasarana yang tersedia di SDIT Nida El-Adabi sebagai
4 hasil wawancara dengan wakil kepala bidang kurikulum
5 hasil wawancara dengan wakil kepala bidang kesiswaaan
48
berikut: ruang belajar siswa sebanyak 6 ruang, laboratorium komputer, mushola,
perpustakaan, lapangan olah raga, kamar mandi dsb. (lihat lampiran 5)
9. Struktur Organisasi SDIT Nida El-Adabi
Struktur organisasi yang dimiliki SDIT Nida El-Adabi sangat sederhana,
seperti pada umumnya untuk wewenang tertinggi berada di bawah pimpinan
yayasan. Kemudian didelegasikan langsung ke kepala sekolah dalam pengambilan
kebijakan dan keputusan. Kepala sekolah memiliki dua orang wakil yaitu wakil
kepala bidang kurikulum dan wakil kepala bidang kesiswaaan.
Wakil kepala bidang kurikulum posisinya sebagai pengatur jalannya regulasi
kegiatan proses belajar mengajar dan sebagai pimpinan dari pada para guru kelas
dan asisten kelas. Sedangkan wakil kepala bidang kesiswaan mengatur jalannya
kegiatan ekstrakurikuler, selain itu juga wakil kepala bidang kesiswaan ini
merangkap juga sebagai petugas laboran perpustakaan. (lihat lampiran 12 )
B. Persepsi Orang tua Tentang Kualitas Pendidikan SDIT Nida El-Adabi
Parungpanjang
Dalam pembahasan ini akan disajikan data hasil penelitian berupa
deskripsi dari data yang diperoleh selama penelitian.
Sebagian besar orang tua siswa yang ada berpandangan tentang SDIT Nida
El-Adabi bahwa “ sekolah ini tidak hanya mengedepankan pendidikan umumnya
saja tapi juga menanamkan nilai-nilai akidah kepada siswa dilihat dari hasil yang
kami rasakan selama ini”. Selain itu pula orang tua tua berpendapat bahwa” SDIT
Nida El-Adabi ini merupakan sekolah yang sesuai dengan masyarakat
Parungpanjang yang mempuanyai kecenderungan orang tuanya sibuk bekerja
dengan latar belakang agama yang kuat. Jadi umumnya para orang tua siswa
SDIT Nida El-Adabi bermotivasi untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah ini
adalah dengan adanya nilai tambah dari ilmu agama yang diajarkan kepada anak-
anak mereka selain itu pula membantu para orang tua yang sibuk bekerja sehingga
tidak dapat mengontrol anaknya dengan baik.
49
1. Input
a. Visi dan Misi SDIT Nida El-Adabi Parungpanjang
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa hampir semuanya
memiliki kesamaan pendapat bahwa visi dan misi yang dimiliki oleh SDIT Nida
El-Adabi sudah sesuai dengan tuntutan zaman.
“…untuk saat ini visi dan misi yang dimiliki oleh SDIT Nida El-Adabi
sangat cocok untuk membentuk karakter siswa yag berakhlakul karimah dan
sesuai dengan kebutuhan zaman.”
“…menurut saya visi misinya bagus dengan memadukan teknologi dan
akhlak jadi seimbang”.
“…sudah cukup sesuai tinggal realisasinya saja dalam proses
pembelajaran.”
“…cukup bagus jika dibadingkan dengan sekolah yang biasa.”
“… sudah bagus”.
Berdasarkan hasil data dokumentasi yang diperoleh, pada dasarnya sekolah
ingin mewujudkan pola pendidikan yang memadukan antara pendidikan umum
dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai keagamaan. Ini artinya sekolah tidak
menginginkan lulusannya hanya memiliki bekal dari segi pengetahuan saja, akan
tetapi juga memiliki bekal keagamaan yang cukup kuat.
Hal ini dapat diikuti dari berbagai uraian visi dan misi yang tidak
meninggalkan unsur-unsur agama di dalamnya. Untuk mewujudkan visi dan
misinya tersebut sekolah menerapkan dalam kurikulum dengan menambahkan
mata pelajaran Agama lebih banyak.
Senada dengan hal itu, ungkapan para orang tua tentang keunggulan dari
sekolah ini adalah karena sekolah ini memiliki nilai-nilai lebih dalam segi materi
agama tidak seperti sekolah dasar umum lainnya.6
“menurut saya selam anak saya 5 tahun sekolah di SDIT Nida El-Adabi
biasanya dibandingkan dengan teman-temannya yang di sekolah umum atau
SD biasa, memang ada nilai plusnya terutama dari segi ibadah dan sekarang
untuk shalat 5 waktu itu suatu hal kewajiban dan tidak perlu di suruh-suruh
lagi.”
6 wawancara dengan orang tua siswa
50
b. Kurikulum SDIT Nida El-Adabi
Seperti yang telah disinggung di awal bab ini, kurikulum yang digunakan
oleh SDIT Nida El-Adabi ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)
dengan perpaduan kurikulum lokal. Dalam hal ini sekolah menyusun dan
mengatur sendiri struktur kurikulum dan muatan kurikulum yang akan digunakan,
disesuaikan dengan standar isi yang telah ditetapkan dalam pedoman kurikulum.
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa bahwa kurikulum
yang digunakan oleh sekolah ini sudah cukup sesuai.
“…untuk sementara sesuai tapi perlu ada penambahan misalkan dalam
pemahaman tentang lingkungan.”
“…kurikulum yang diterapkan sudah sesuai tepatnya pemberian materi
tambahan seperti tahfidz memang harus diajarkan sejak dini.”
“…sudah sesuai.”
“…menurut saya sesuai dengan system kurikulum yang sekarang.”7
Alasan utama sekolah menggunakan kurikulum KTSP ini barangkali ingin
menyesuaikan dengan pelaksanaan MBS di sekolah, selain itu juga agar sekolah
setara dengan sekolah-sekolah dasar lain.
Adapun muatan kurikulum yang ada disusun ke dalam 5 kelompok mata
pelajaran yaitu mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kewarganegaraan dan
kepribadian; ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika; jasmani, Olah raga dan
kesehatan.
Masing-masing mata pelajaran tersebut mendapat alokasi waktu 35 menit.
Akan tetapi, ada beberapa mata pelajaran yang mendapat penambahan jam yaitu
pada mata pelajaran calistung (baca, tulis dan hitung) sebanyak 4 jam khusus di
kelas 1 dan mata pelajaran sains 2 jam. Jadi keseluruhan penambahan jam yang
ada sebanyak 6 jam.8 Hal ini dilakukan mungkin karena jumlah muatan pelajaran
agama yang banyak dan adanya penambahan waktu praktek dalam pelajaran sains.
Oleh karena itu, maka penerapan jam sekolah di Nida El-Adabi berbeda
dengan sekolah dasar umum yang ada. Sebagaimana diutarakan oleh wakabid.
7 hasil wawancara dengan orang tua siswa
8 dokumentasi struktur kurikulum sekolah
51
Kurikulum bahwa jam masuk di sekolah ini pukul 07.30- 14.00 WIB khusus
untuk kelas 1 sampai dengan kelas 4. Sedangkan untuk kelas 5 dan 6 dari 07.30 –
15.30 WIB. Pembedaan waktu ini karena adanya pemberian pelajaran tambahan
atau pemantapan materi untuk persiapan ujian Nasional bagi kelas 5 dan 6
nanti.9Menurut Wakabid Kurikulum juga, “sebelum masuk jam pelajaran biasanya
dilakukan pengajian rutin. Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa untuk mengaji
sebelum belajar dan bagian dari budaya sekolah itu sendiri”.
Meskipun waktu belajar yang yang digunakan cukup lama akan tetapi para siswa
tidak jenuh. Hal ini sesuai dengan pendapat orang tua siswa.
“..menurut anak saya, belajar di sekolah ini menyenangkan, kalau system
pembelajarannyadikejar waktu, karena di sini pembelajarannya tidak
monoton belajar karena ada mainnya, jam istirahatnya 2x, jadi tidak terlalu
di fokuskan untuk belajar.”
Adapun mutan lokal yang ada di SDIT Nida El-Adabi terbagi ke dalam 2
kategori yaitu muatan lokal wajib dan muatan lokal pilihan. Adapun pelajaran
yang termasuk ke dalam muatan lokal wajib adalah bahasa Sunda dan bahasa
Inggris, sedangkan untuk muatan lokal pilihan adalah Bahasa Arab, Sempoa,
Tahfidz, Tahsin Al-quran dan hadits.
Selanjutnya untuk kegiatan evaluasi pembelajaran biasanya sekolah
melakukan 3 bulan sekali tes atau disebut mid test. Kegiatan evaluasi khusus
muatan lokal agama dibuat oleh sekolah sendiri. Oleh karena itu sekolah
memberikan 3 raport yaitu raport khusus untuk tahfidz, raport lembaga dan raport
umum yang disediakan bagi siswa.
Selanjutnya menurut wakabid. “Kesiswaaan kegiatan pengembangan diri di
SDIT Nida El-Adabi ini cukup variatif. Ada sebagian kegiatan pengembangan diri
yang masuk ke dalam kegiatan intrakurikuler seperti pramuka, drum band, UKS
dan kegiatan organisasi.”10
Adapun alasan dari keempat kegiatan tersebut masuk
ke dalam program intrakurikuler, karena menurut kepala sekolah “kegiatan
tersebut dapat mempengaruhi perkembangan psikologi anak. Misalnya sekolah
9 wawancara dengan wakabid.kurikulum
10 hasil wawancara dengan wakabid.kesiswaan
52
memaksakan dalam pengadaan alat-alat drumband, karena dalam kegiatan
drumband ini terdapat manfaat yang berpengaruh baik dalam perkembangan anak
yaitu melatih konsentrasi, belajar bekerjasama, menumbuhkan rasa percaya diri,
melatih kesabaran, dan melatih mental anak.”11
Selain kegiatan di atas ada juga kegiatan ekstrakurikuler lain seperti broad
casting, Saint club, English club, dokter cilik, sepak bola dan futsal. Semua
kegiatan-kegiatan ini diadakan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Untuk sekarang kegiatan eksatrakurikuler hanya diikuti oleh siswa kelas 2
sampai dengan kelas 6 saja. akan tetapi menurut kepala sekolah untuk rencana ke
depan kegiatan ekstrakurikuler akan diikuti oleh seluruh siswa tanpa terkecuali.
c. Tenaga Pendidik
Berdasarkan hasil wawancara orang tua siswa bahwa tenaga pendidik yang
ada di SDIT Nida El-Adabi cukup baik.
“…Alhamdulillah dapat mengakomodir siswa, mengayomi, penyampaiana
materi kepada siswanya baik, komunikasi berjalan dengan wali murid”.
“…Saya lihat orang-orang yang ada di sini cukup kekeluargaan, mereka
disamping sebagai pengajar yang punya mutu bagus, tidak seperti di SD-
SD lain cara mengajarnya yang berbeda karena mementingkan azas
kebersamaan, disamping itu pula anak-anakpun jadi dekat.”
“…Tenaga pengajarnya cukup baik.”
“…Cukup bagus jika di lihat dari hasil belajar anak.”
“…guru-gurunya kreatif dan bagus.”
Sama halnya dengan gambaran tentang keadaan tenaga pendidik di awal,
jumlah tenaga pendidik yang ada di SDIT Nida El-Adabi ini berjumlah 15 orang,
dengan klasifikasi masing-masing 8 orang guru laki-laki dan 7 orang guru
perempuan.
Sebagian besar tenaga pendidik yang ada di sekolah ini sudah
menyelesaikan S1 nya dengan latar belakang jurusan pendidikan walaupun ada
juga yang bukan dari pendidikan tapi guru tersebut memiliki sertifikat akta IV
mengajar, dan ada pula beberapa guru yang belum menyelesaikan kuliahnya.
11
hasil wawancara dengan kepala sekolah
53
Adapun masa jabatan para guru yang mengajar di SDIT Nida El-Adabi ini
50% sudah lama bergabung cukup lama atau diatas 5 tahun dan 50% relativ
tergolong baru atau dibawah 5 tahun.
Masing-masing status dari para guru tersebut adalah 13 guru tetap dan 2
orang bukan guru tetap yaitu guru bidang studi mulok dan pembina drum band,
kedua guru itu biasanya disebut dengan guru visit
Namun masih ada orang tua yang masih meragukan para tenaga pendidik
yang ada di SDIT Nida El-Adabi ini, karena hampir 80% tenaga pengajar yang
ada merupakan lulusan dari perguruan tinggi yang dimiliki oleh Nida El-Adabi
sendiri.
“ … secara umum belum merata untuk kemampuannya seperti banyak juga
guru yang belum mencapai standar karena memang masih banyak lulusannya
yang belum menyelaesaikan perguruan tinggi, seperti masih ada yang baru
lulusan SMA, masih kuliah, kemampuan untuk mengajarnya belum bagus tapi
ada sebagian yang sudah bagus seperti ibu eli, leli.”12
Lebih lanjutnya adapula orang tua yang menambahkan
“…masih perlu diperbaiki terutama masih ada guru yang belum sesuai
dengan latar belakang pendidikan.”
Oleh sebab itu mereka masih meragukan kompetensi yang dimiliki oleh para
tenaga guru tersebut, sehingga menjadi pertimbangan para orang tua pula untuk
memasukkan anaknya ke sekolah tersebut.13
Tapi kenyataannya setiap tahun
jumlah siswa yang masuk ke SD ini semakin naik.
Akan tetapi menurut pandangan penulis sendiri, bahwa kinerja tenaga pendidik
yang ada di sekolah ini cukup mempunyai dedikasi yang tinggi, meskipun
sebagian besar merupakan lulusan dari perguruan tinggi yayasan Nida El-Adabi
sendiri. Hal itu dapat terlihat dari para output SDIT Nida El-Adabi yang dapat
melanjutkan ke sekolah yang cukup bonafit serta menjadi juara juga di
sekolahnya, selain itu juga memiliki siswa-siswi yang berbakat dan mampu
berkompetitif dengan sekolah lain, hal ini dapat dilihat pada daftar prestasi siswa
dalam setiap perlombaan baik akademik maupun non akademik (lampiran14).
12
wawancara dengan orang tua siswa 13
wawancara dengan wali murid dengan beberapa masyarakat
54
Semua ini tidak dapat diraih jika bukan dari para tenaga pendidiknya yang cukup
profesional. Jadi bukan berarti tenaga pendidik yang merupakan output perguruan
tinggi terkemuka dapat lebih baik karena itu kembali lagi kepada masing-masing
individu.
d. Peserta Didik
Seperti yang telah digambarkan pada awal bab ini, sekolah ini memiliki
murid dengan keseluruhan berjumlah 180 siswa, dengan klasifikasi laki-laki
berjumlah 104 siswa sedangkan jumlah siswa perempuan keseluruhan yaitu 76
siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa bahwa peserta didik
yang bersekolah di SDIT Nida El-Adabi lebih baik dibandingkan dengan siswa-
siswa yang lainnya (Parungpanjang).
“…selama ini siswa yang ada di sini cukup berprestasi jika dibandingkan
dengan dengan SDN yang ada di kecamatan Parungpanjang.”
“…kondisi lulusan SD islam Nida El-Adabi sangat diterima dengan baik di
sekolah –sekolah yang lebih atas, lebih berjiwa pemimpin dan percaya
diri.” 14
Memang jumlah siswa di SDIT Nida El-Adabi ini tidak begitu banyak,
menurut kepala sekolah, sekolah sengaja membatasi jumlah siswa maksimal 35
orang perkelas hal ini disebabkan sekolah belum memiliki lokal lebih selain itu
juga yang paling utama untuk menjaga kualitas pendidikan yang diperoleh siswa
nantinya, karena sekolah tidak mau mengambil resiko besar yang nantinya akan
berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat.15
Secara keseluruhan siswa yang bersekolah di SDIT Nida El-Adabi ini
berlatar belakang dari keluarga ekonomi cukup, hal ini dapat dilihat dari data
penghasilan atau rata-rata > 1,5 – 5 juta. Jika diklasifiksikan rata-rata siswa
dengan latar belakang profesi orang tua sebagai pegawai sebanyak 45%, PNS
14
hasil wawancara dengan orang tua siswa 15
wawancara dengan kepala sekolah
55
20%, dan pedagang 35%, ini menunjukkan bahwa siswa yang belajar di sekolah
ini merupakan golongan orang tua yang kemampuannya menengah keatas.
Menurut salah satu orang tua siswa “sekolah juga memberikan keringanan
kepada siswa yang tidak mampu bahkan yatim tidak dipungut biaya
sedikitpun.”16
artinya sekolah memiliki program bantuan khusus bagi siswa-siswa
yang tidak mampu secara finansial.
e. Sarana dan Prasarana
Demi kelancaran proses belajar mengajar, adanya sarana dan prasarana yang
memadai sangat dibutuhkan setiap lembaga pendidikan. Menurut sebagian besar
para orang tua siswa berpendapat bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
SDIT Nida El-Adabi sudah cukup memadai, hal ini dapat dilihat mulai dari
gedung sekolah, fasilitas olah raga, kamar mandi siswa, mushola, laboratorium
komputer dan perpustakaan, meskipun masih disayangkan ada beberapa fasilitas
yang belum disediakan oleh sekolah seperti laboratorim MIPA, aula khusus
pertemuan, dan gedung mushola terpisah sendiri dan kurangnya alat belajar
komputer bagi siswa.
“… alhamdulillah sudah mencukupi meskipun masih ada yang kurang seperti
mushola, laboratorium.”
“…sudah memadai.”
“…mencukupi artinya toiletnya rapi, bersih, tempat bermain anak tersedian,
dan kantin juga ada.”
“…sarana dan prasarananya cukup memadai karena kita perbandingannya
dengan sekolah umum cukup baguslah, apalagi sekarang alhamdulillah.
Mungkin untuk sarana olah raga karena keterbatasan lahan, lab. lapangan
olah raga ada tapi tidak mencukupi, aualanya cukup memadai. Jadi
ukurannya cukup baik tapi belum mencapai maksimal. 17
Meskipun adapula orang tua yang beranggapan bahwa sarana dan prasarana
yang ada di SD Islam Nida El-Adabi kurang memadai, berikut pernyataanya.
“… Kurang memadai, kalau bias dikategorikan bias disebut “C” (cukup)
untuk ukuran SDIT. Tapi kalau perbandingannya SD biasa mungkin lebih
baik,misalnya fasilitas olah raga, tidak adanya aula pertemuan,
laboratorium.”
16
wawancara dengan wali murid sekaligus anggota komite 17
wawancara dengan para wali murid
56
“masih perlu diperbaiki terutama dalam bidang sarana olah raga seperti
voly, sepak bola.18
Penulis pun menambahkan masih kurangnya referensi buku-buku bacaan
yang ada di perpustakaan, penghijauan sekolah dan ruang makan khusus bagi
siswa sehingga ketika siswa makan siang tidak perlu di pelataran sekolah.
Di samping itu pula SDIT Nida El-Adabi menyediakan jasa pelayanan
cattering dan jemputan bagi siswa yang tidak membawa makan siang oleh orang
tuanya dan jauh dari jarak rumah. Jasa layanan cattering ini sifatnya bukan
paksaan, sehingga para orang tua boleh membawa makanan sendiri dari rumah.
f. Pembiayaan Pendidikan
Biaya merupakan unsur vital dalam setiap kegiatan, karena sifatnya yang
pokok maka sering kali masalah muncul dari segi pembiayaan. Begitu pun dengan
pendapat sebagian para orang tua yang mengatakan bahwa biaya pendidikan di
sini cukup relativ dan sesuai dengan yang diperoleh siswa, jika dibandingkan
dengan sekolah dasar, khususnya untuk di wilayah Parungpanjang dan sekitarnya.
“… pembiayaan yang ditetapkan oleh sekolah sudah seimbang dengan yang
telah diperoleh akan tetapi perlu ditingkatkan lagi mutu pendidikan
terhadap anak.”
“…uang bayarannya relatif dan seimbang dengan apa yang di peroleh oleh
siswa.”
“…pembiayaannya sesuai dengan apa yang diterima oleh siswa.”
Dalam penyusunan RAPBS SDIT Nida El-Adabi biasanya membentuk
sebuah tim khusus dalam penyusunan anggaran biaya belanja pendidikan,
biasanya kepanitiaan ini sifatnya tidak permanen atau secara bergantian. Adapun
kegiatan perencanaannya sendiri biasanya diadakan pada awal tahun ajaran
sekolah.
Adapun kegiatan tahap-tahap yang biasa di lakukan dalam penyusunan
RAPBS ini antara lain:
a. Perencanaan
18
wawancara dengan para wali murid
57
Adapun kegiatan perencanaan anggaran biasanya ditujukan untuk
kegiatan belajar mengajar, pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana, bahan-
bahan dan alat pengajaran, honorarium dan kesejahteraan. Dalam pengalokasian
dana terbesar dalam RAPBS yang dimiliki oleh Nida El-Adabi yaitu di
prioritaskan untuk belanja pegawai. Hal ini dimungkinkan untuk akomodasi
kegiatan peningkatan kualitas tenaga pendidik dan biaya alokasi terbesar kedua
adalahuntuk belanja barang dan jasa.
Adapun anggaran dalam perencanaan ini dimasukkan ke dalam 5
penggunaan antara lain:
1. Dana Komite
Biasanya dana ini digunakan oleh para anggota komite untuk membantu
dalam kegiatan program-program sekolah seperti kegiatan bakti sosial, berkurban,
dan menjenguk wali atau siswa yang sakit, dll.
2. Belanja pegawai
Dalam biaya belanja pegawai dana yang dianggarkan untuk penggunaan
honararium/ upah para tenaga pendidik dan karyawan serta uang lelah kegiatan,
biasanya uang lelah ini biasanya dipakai untuk uang pengawas ujian, kepanitiaan
kegiatan latihan, pendidikan, dll.
3. Belanja Barang dan Jasa
Untuk anggaran belanja barang dan jasa ditujukan untuk biaya bahan habis
pakai, bahan material, biaya jasa kantor, biaya cetak dan penggandaan seperti
naskah soal ujian sekolah, dokumentasi laporan-laporan kegiatan, dll. Selanjutnya
untuk biaya sewa, belanja pakaian kegiatan, belanja modal perlengkapan kantor,
biaya jasa pihak ketiga, biaya modal media pembelajaran/komputer, belanja
modal mebeler, belanja modal alat lab/peraga/praktek, belanja modal bangunan
dan modal buku pelajaran.
4. Belanja pemeliharaan
Pada anggaran belanja pemeliharaan ini dana yang ada digunakan untuk
pemeliharaan bangunan dan pemeliharaan mebeler/perlengkapan. Alokasi biaya
58
terbesar pada pos anggaran ini adalah pemeliharaan mebeler/perlengkapan
sekolah.
5. Belanja lainnya
Pada anggaran belanja lainnya ini dana yang digunakan untuk biaya
makanan minuman dan transport kegiatan. Alokasi biaya terbesar pada pos ini
adalah pada transport kegiatan, hal ini dimungkinkan untuk menutupi kekurangan-
kekurangan jika ada kegiatan yang di luar dari program sekolah.
b. Mempersiapkan Anggaran
Anggaran yang telah ada dipersiapkan dan disesuaikan dengan kegiatan
yang sudah direncanakan dalam program sekolah dengan mekanisme anggaran
yang telah dibakukan oleh standar pembiayaan yang ada.
Adapun bentuk dari penggunaannya dapat berupa barang-barang
perlengkapan sekolah, jasa ataupun kegiatan-kegiatan sekolah yang dilaporkan
secara terperinci dalam laporan RAPBS.
Demikian pula dengan pendistribusian dana disesuaikan dengan keperluan
yang dibutuhkan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam perencanaan
anggaran sebelumnya.
Dalam setiap persiapan anggara SDIT Nida El-Adabi selalu melakukan
inventarisasi terhadap kelengkapan peralatan dan bahan-bahan yang telah tersedia
seperti penginventarisan kursi untuk siswa dan guru, meja untuk siswa dan guru,
tanah, komputer, LCD Proyektor, Alat peraga sains, alat-alat kesenian, dll.
c. Mengelola Pelaksanaan Anggaran
Dalam pelaksanaan pengelolaan anggaran biasanya sekolah mendahulukan
keperluan yang sifatnya penting seperti belanja pegawai, pengolahan foto siswa
dan pemotoan siswa diawal tahun ajaran. Selanjutnya belanja barang dan jasa
seperti, belanja alat tulis kantor, belanja alat listrik dan elektronik, belanja
perangko, materai, dan benda pos lainnya, pembelian peralatan kebersihan dan
bahan pembersih, belanja air, belanja listrik, belanja surat kabar/majalah,belanja
penggandaan dan biaya dokumentasi/pemindaian.
59
Setiap transaksi yang dilakukan biasanya pihak tata usaha selalu
menuliskannya pada buku pengeluaran dengan melampirkan nota pembelian dan
stempel, sehingga dalam pelaporan ada bukti tertulis dan sah.
Setiap triwulan/3 bulan sekali pihak SDIT Nida El-Adabi selalu
melakukan perhitungan dan laporan pertanggung jawaban dari dana BOS yang
diterima untuk nanti dilaporkan kepada pihak komite, Yayasan, UPTK kecamatan
untuk kemudian disahkan.
d. Menilai Pelaksanaan Anggaran
Dalam kegiatan evaluasi pelaksanaan APBS yang dilakukan oleh SDIT
Nida El-Adabi pihak-pihak yang terlibat antara lain para orang tua dalam hal ini
diwakili oleh pihak komite sekolah, pihak Yayasan dan pengawas dari UPTK
kecamatan.
Adapun yang dinilai dalam pelaksanaan anggaran ini adalah menilai
pelaksanaan proses belajar-mengajar selama satu tahun yang dilakukan oleh SDIT
Nida El-Adabi, kemudian menilai sejauhmana program yang telah dirumuskan
sesuai dengan sasaran yang dicapai, dan membuat rekomendasi perbaikan
anggaran yang akan datang.
2. Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS)
Proses pengembangan RAPBS pada umumnya menumbuhkan langkah-
langkah pendekatan dengan prosedur sebagai berikut.
a. Pada tingkat kelompok kerja
Dalam penyusunan rencana anggaran belanja sekolah yang diterapkan oleh
SDIT Nida El-Adabi, biasanya sekolah membentuk tim atau kelompok kerja
khusus yang bertugas untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang akan
diperlukan serta penghitungan biaya yang harus dikeluarkan sesuai dengan
kebutuhan sekolah.
Kemudian dari kegiatan pengidentifikasian tersebut selanjutnya
memisahkan kebutuhan yang sifatnya sangat mendesak atau penting dengan
kebutuhan yang dapat dikesampingkan, seperti belanja pegawai dan belanja
60
barang dan jasa, kedua kebutuhan ini tidak dapat diganggu karena menyangkut
kelancaran proses kegiatan belajar mengajar.
b. Pada tingkat kerjasama dengan Komite Sekolah
Jika kegiatan pengidentifikasian telah selesai dirumuskan kemudian tim
atau kelompok kerja RAPBS melakukan koordinasi dengan pihak komite sekolah
yang mewakili pihak orang tua siswa untuk mengembangkan kegiatan yang harus
dilakukan sehubungan dengan pengembangan RAPBS. Biasanya dalam kegiatan
koordinasi ini pihak komite turut membantu dalam kegiatan yang sifatnya baik di
dalam atau di luar dari kegiatan rutin di kelas, seperti mengadakan outing class,
mengikuti perlombaan tingkat Kecamatan atau Kabupaten dan kegiatan sosial
lainnya.
c. Pelaksanaan Keuangan Sekolah
Pelaksanaan keuangan sekolah dalam garis besarnya dapat dikelompokkan
ke dalam dua kegiatan,yakni penerimaan dan pengeluaran.
1. Sumber penerimaan
Sejauh ini prosedur pembukuan yang diterapkan dalam manajemen SDIT
Nida El-Adabi menganut pola panduan antara pengaturan dan sekolah, karena
SDIT Nida El-Adabi sendiri sudah menerapkan manajemen berbasis sekolah,
sehingga memiliki wewenang dalam mengatur keuangannya untuk mencapai
efektifitas pencapaian tujuan sekolah.
Menurt kepala Tata usaha “Adapun sumber dana pendidikan yang
diperoleh SDIT Nida El-Adabi merupakan Dana komite, bantuan biaya
operasional sekolah (BOS) KITA dan BOS dari provinsi Jawa Barat. Adapun
Biaya iuran bulanan yang dikenakan pada setiap siswa sebesar Rp 90.000/bulan;
dengan rincian Rp 85.000 untuk operasional sekolah dan Rp 5000 untuk uang
komite. Selain iuran bulanan dana komite lainnya adalah bantuan orang tua siswa
kelas 1 dan dana sumbangan komite.”
Dari data yang ada jumlah pembiayaan yang dikumpulkan mencapai
274.412.500 rupiah pertahun.
61
2. Pengeluaran
Dana yang diperoleh dari berbagai sumber perlu digunakan secara efektif
dan efisien. Artinya setiap kebutuhan harus disesuaikan dengan perencanaan
pembiayaan pendidikan di sekolah.
Sejauh ini pengeluaran yang dilakukan oleh SDIT Nida El-Adabi sudah
sesuai dengan peraturan Mendiknas dan Menkeu dalam penggunaan dana SPP dan
DPP yaitu meliputi: pelaksanaan pelajaran, pengadaan prasarana/sarana,
pemeliharaan sarana dan prasarana, kesejahteraan pegawai, kegiatan belajar,
penyelenggaraan ujian, pengiriman/penulisan STTB/NEM, perjalanan dinas
supervisi, pengelolaan pelaksanaan pendidikan, dan pendataan. Dari beberapa
penggunaan tadi secara keseluruhan sudah terlaksana dalam pengeluaran anggaran
di SDIT Nida El-Adabi.
Adapun pengeluaran terperinci dari anggaran yang tersedia dalam RAPBS
antara lain meliputi: pembayaran gaji dan kesejahteraan pegawai, administrasi
umum sekolah, penerimaan siswa baru, penanggulangan rawan DO, pemeliharaan
sarana dan prasarana sekolah, pengadaan buku pelajaran pokok dan penunjang,
pelatihan teknis guru dalam pengembangan kurikulum, peningkatan mutu guru
melalui gugus/MGMP/K3S, ulangan harian, ulangan sub semester, remedial dan
pengayaan, pengendalian mutu pembelajaran, peringatan hari nasional dan
keagamaan, pembinaan keagamaan dan sanlat, lomba prestasi dan kreativitas
siswa, lomba olah raga, pembinaan dan lomba guru dan siswa berprestasi, ulangan
umum akhir semester/ujian kenaikan kelas, tes dasar kemampuan kelas 3 SD, uji
mutu pembelajaran, ujian sekolah, pembinaan prestasi olah raga, pembinaan
prestasi kesenian, pembinaan dan lomba UKS, peningkatan kemampuan
penyelenggaraan pendidikan pramuka, peningkatan kemampuan kepala sekolah
dalam pengelolaan administrasi keuangan/BOS, pengadaan alat peraga dan media
pembelajaran, pengadaan mebeler sekolah, pembangunan.
62
3. Evaluasi dan Pertanggungjawaban Keuangan Sekolah
a. Evaluasi
Dalam evaluasi keuangan sekolah, pengawasan merupakan salah satu
proses yang harus dilakukan dalam manajemen pembiayaan pendidikan berbasis
sekolah. Pelaksanaan pengawasan keuangan SDIT Nida El-Adabi biasa dilakukan
setiap 3 bulan sekali dan yang bertindak sebagai pengawas antara lain dari pihak
komite sekolah dan petugas Diknas setempat.
Secara administrasi pembukuan setiap pengeluaran dan pemasukan setiap
bulan ditangani sebagai berita acara, dan setiap ada biaya yang tak terduga
biasanya kepala sekolah mengadakan rapat koordinasi dengan pihak komite
sekolah, untuk dimintai persetujuannya. Selain itu juga kepala sekolah
bertanggung jawab langsung atas pengendalian pengeluaran keuangan.
b. Pertanggung jawaban
Dalam mempertanggung jawabkan penerimaan dan penggunaan keuangan
SDIT Nida El-Adabi dilaksanakan dalam bentuk laporan triwulan kepada ketua
Yayasan, Kepala Dinas Pendidikan kecamatan dalam hal ini diwakilkan oleh
UPTK Parungpanjang, kemudian kepala Administrasi Keuangan Daerah (BAKD)
dan kantor Dinas Pendidikan.
Dalam hal transparansi SDIT Nida El-Adabi cukup transparan, hal ini di
perkuat dengan adanya laporan penggunaan dana BOS yang ditempel di papan
pengumuman sekolah dan pernyataan dari beberapa elemen seperti guru, pihak
tata usaha, kepala sekolah dan para orang tua, sayangnya hanya segelintir orang
tua siswa yang tahu akan keberadaan dari laporan keuangan tersebut.19
Hal ini
mungkin dikarenakan kurangnya kepekaan dari orang tua juga serta kurang
jelasnya informasi yang diberikan sekolah kepada orang tua siswa.
Transparansi dalam pembiayaan itu penting karena transparansi
merupakan bagian dari akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh suatu
lembaga termasuk sekolah.
19
dokumentasi sekolah dan hasil wawancara
63
f. Organisasi
Struktur organisasi yang dimiliki oleh SDIT Nida El-Adabi cukup
sederhana, struktur organisasi yang dibuat sudah disesuaikan dengan aturan baku
yang ditetapkan oleh pemerintah.
Adapun organisasi yang terdapat di SDIT Nida El-Adabi ini hanya dua
organisasi saja yaitu struktur organisasi sekolah dengan komite sekolah. Selain
dari kedua organisasi tersebut tidak ada karena untuk masalah kehumasan
dikerjakan langsung oleh anggota sekolah sendiri dalam hal ini para dewan guru
dan tenaga kependidikan.
Dalam struktur organisasi ada 3 orang wakil yang membantu kepala
sekolah dalam mengatur manajemen sekolah, yaitu ada yang bertindak sebagai
pembina kurikulum, kesiswaan, dan keagamaan.
Idealnya suatu lembaga, kehumasan harus mempunyai struktur organisasi
tersendiri karena organisasi ini akan berhubungan langsung dengan masyarakat
luar. Begitupun dengan SDIT Nida El-Adabi perlunya organisasi khusus
kehumasan agar jabatannya tidak saling tumpang tindih, hal itu dimungkinkan
dengan alasan masih kurangnya SDM yang dimiliki oleh Nida sendiri.
Menurut para orang tua siswa para anggota dalam organisasi sekolah ini cukup
memiliki kekompakkan, hal ini terlihat dari kerjasama yang dilakukan baik oleh
pihak sekolah dan pihak komite sekolah dalam mengadakan setiap kegiatan.
“…ya para anggota personil sekolahnya memiliki kekompakkan.”
“…ya, sejauh ini kompak dilihat dari kegiatan breaping setiap hari”
“…memiliki kekompakkan seperti dalam acara PESTAMU semua guru dan
anggota komite dilibatkan”
“…kompak walaupun tidak 100% dalam KBM”
“…Ya, cukup kompak.” 20
g. Peran Serta Masyarakat
Keberadaan organisasi komite yang ada di SDIT Nida El-Adabi dirasa
cukup membantu, hal ini disampaikan oleh kepala sekolah bahwa:
20
hasil wawancara dengan pihak orang tua
64
“…komite yang ada di sekolah ini cukup respect dengan keadaan sekolah,
mulai dari hubungan komunikasi antar orang tua dan sekolah terjalin erat,
sehingga hubungan yang terjalin seperti kekeluargaan. Jadi ketika para
orang tua memiliki keluhan biasanya langsung menyampaikannya kepada
pihak sekolah.”21
Dalam kegiatan pemantauan pihak orang tua pun di ikut sertakan, hal ini
terwakili oleh para anggota komite yang sering memantau langsung ke sekolah
setiap minggunya. Akan tetapi tidak semua para orang tua melakukan pemantauan
secara langsung ada juga para orang tua yang hanya sebatas memantau
perkembangan anaknya saja.
Begitu pun dengan kegiatan evaluasi, para orang tua pun dilibatkan
langsung. Hal ini dibenarkan oleh para orang tua bahwa sekolah selalu melakukan
evaluasi program sekolah minimal 3 bulan sekali dan biasanya para orang tua pun
turut di undang.
“… Ya, kami terlibat dalam setiap evaluasi yang diadakan sekolah,
terutama yang berkaitan dengan dengan perkembangan anak.”
“…ya. Terlibat.””dalam evaluasi pembelajaran siswa kami terlibat ya
walaupun kadang-kadang para orang tua dilibatkan pula dalam
pengembangan sekolah22
Meskipun ada pula orang tua yang tidak menggunakan kegiatan evaluasi
yang diadakan oleh sekolah.
“…saya jarang terlibat dalam kegiatan evaluasi yang diadakan oleh
sekolah”
“…forum sih disediakan , tapi jarang terlibat.”
Salah satu kegiatan peran serta masyarakat laiannya adalah pembuatan
konblok untuk lapangan olah raga. Kegiatan ini melibatkan para orang tua siswa
dalam penggalangan dana. Kegiatan ini merupakan salah satu keterlibatan peran
serta masyarakat yang berfungsi keterlibatannya dalam pengelolaan sekolah atau
lembaga.
Selain itu peran serta masyarakat lainnya adalah melakukan koordinasi
dengan tim atau kelompok kerja RAPBS dalam mengembangkan kegiatan yang
21
hasil wawancara dengan kepala sekolah 22
hasil wawancara dengan orang tua siswa
65
akan di laksanakan. Dengan kata lain peran serta masyarakat dalam hal ini komite
sekolah di SD Islam Nida El-Adabi ini sangat dibutuhkan dan dianggap
keberadaannya dalam kegiatan sekolah.
2. Proses kegiatan belajar mengajar SDIT Nida El-Adabi
Proses belajar mengajar yang terjadi di SDIT Nida El-Adabi ini, sebelum
kegiatan proses belajar mengajar biasanya terlebih dahulu mengadakan pengajian
rutin. Dalam kegiatan belajar setiap kelas dipandu oleh 2 orang guru yaitu guru
kelas dan asisten guru, fungsi dari asisten guru sendiri menurut salah seorang guru
adalah sebagai pemantau anak ketika belajar dalam kelas dan membantu
menggantikan guru kelas. Asisten guru kelas hanya di berlakukan bagi kelas 1
sampai dengan kelas 4, hal ini beralasan karena kelas 5 dan 6 dirasa cukup dewasa
untuk usia SD.23
Kegiatan belajar di sekolah ini tergolong fullday school, karena anak
melakukan kegiatan belajar mulai dari jam 07.30 sampai dengan 14.00 kecuali
untuk siswa kelas 5 dan 6 ada penambahan waktu sampai dengan 15.00 atau
15.30. hal ini disebabkan ada pelajaran tambahan untuk persiapan ujian akhir
Nasional.
Waktu belajar siswa diselingi dengan 2 kali istirahat yaitu istirahat
pertama dan istirahat kedua. Pada istirahat pertama biasanya siswa mengerjakan
shalat sunnah dhuha, akan tetapi selama peneliti melakukan pengamatan kegiatan
shalat dhuha sepertinya sudah jarang dilakukan. Kemudian pada istirahat kedua
siswa melakukan makan siang dan shalat dzuhur berjama’ah.
Menurut salah satu orang tua siswa waktu belajar selama itu tidak
membuat anak jenuh atau bosan karena pola pembelajaran yang diterapkan adalah
belajar sambil bermain. Bahkan banyak orang tua yang setuju jika anaknya
berlama-lama disekolah, hal itu dikarenakan untuk mencegah agar anak tidak
bermain ke hal-hal yang tidak bermanfaat.
“…Menurut anak saya, belajar di sekolah ini menyenangkan, kalau system
pembelajarannya cukup santai tidak seperti di SD-SD biasa, yang
23
hasil wawancara dengan guru
66
belajarnya dikejar waktu, karena di sini pembelajarannya tidak monoton
belajar karena ada mainnya, jam istirahatnya 2 kali, jadi tidak terlalu
difokuskan untuk belajar.”24
Disamping itu sekolah juga memiliki program sekolah yaitu outing class
merupakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa diluar ruang sekolah,
dengan kata lain sekolah mengadakan outing class ini bagian dari cara agar anak-
anak tidak jenuh dalam belajar.
Kegiatan outing class ini sifatnya tidak wajib diikuti oleh semua siswa,
karena biasanya kegiatan ini merupakan kegiatan bergilir yang dilakukan setiap
kelas. Biasanya kegiatan outing class ini dapat berupa mengunjungi suatu tempat
yang memiliki unsur nilai pendidikan didalamnya.
3. Output SDIT Nida El-Adabi Parungpanjang
a. Prestasi Akademik
Semenjak berdirinya sekolah ini, SDIT Nida El-Adabi tidak sepi dari
prestasi. Pada prestasi akademik SDIT Nida El-Adabi pernah menjadi juara
calistung (baca, tulis dan hitung) sekecamatan Parungpanjang bahkan ketingkat
kabupaten, selain itu pula setelah meluluskan 2 angkatan nilai hasil ujian
nasionalnya terus meningkat, meskipun menurut kepala sekolah nilainya tidak
mencapai angka maksimum akan tetapi nilai yang digunakan adalah nilai asli.
Inilah yang menjadi keunggulan dari sekolah-sekolah yang ada.
“…Alhamdulillah untuk prestasi akademik khususnya untuk tahun
kemarin untuk lingkup kabupaten sudah agak meningkat dan
alhamdulillah kita sudah mendapat banyak piala dalam prestasi
khususnya untuk kelas 5 juara sekabupaten Bogor dan untuk tahun ini
mungkin akan di adakan kembali pada akhir maret nanti. Untuk prestasi
non akademik alahamdulillaha menurut saya sudah meningkat, seperti
dapat dilihat banyaknya piala yang kami punya, walaupun memang
jangan terlalu capat puas dengan apa yang kita peroleh dan itu
merupakan suatu hala yang membanggakan kita, mereka seperti itu dan
saya juga berusaha untuk menjadi yang lebih baik lagi.” 25
24
hasil wawancara dengan orang tua siswa 25
dokumentasi sekolah dan hasil wawancara dengan wakabid kesiswaan dan guru
67
b. Prestasi non Akademik
Untuk mengasah kemampuan dan keberanian yang siswa miliki, SDIT
Nida El-Adabi tidak pernah absen untuk mengikut sertakan dalam berbagai ajang
perlombaan yang diadakan oleh siapapun. Hal itu dapat terlihat dari banyaknya
tropi penghargaan dalam berbagai perlombaan baik tingkat kecamatan maupun
tingkat kabupaten yang diraih oleh sekolah ini, untuk perlombaan yang baru
akhir-akhir ini diikuti adalah lomba yang diadakan oleh pesatren Darunnajah 2
Cipining, SDIT masuk kedalam runner up juara umum perlombaan yang diikuti
oleh peserta sejabodetabek. Selain itu masuk ke babak semi final olympiade sains
yang diadakan oleh seorang pakar sains Indonesia di Senayan baru-baru ini
setelah mengikuti seleksi di tingkat kecamatan.26
Ini menjadi kebanggaan tersendiri khususnya para orang tua siswa dan
sekolah memiliki siswa-siswi yang berbakat, dan umumnya bagi masyarakat
kecamatan Parungpanjang yang memiliki sekolah yang produktif dalam prestasi.
c. Angka mengulang dan Putus sekolah
Menurut pernyataan bagian tata usaha “selama ini belum ada siswa yang
mengulang atau tinggal kelas, karena biasanya masing-masing guru kelas
memberikan tambahan belajar kepada anak yang belum mampu mengikuti
pelajaran seperti siswa lainnya, karena walau bagaimanapun guru dituntut
bertanggung untuk pencapaian hasil belajar siswa.” Kegiatan penambahan belajar
ini biasanya merupakan inisiatif dari para guru sendiri, kemudian para orang tua
pun merespon baik kegiatan tersebut.
Hal ini juga benarkan oleh para orang tua siswa bahwa”sejauh ini siswa-
siswi yang bersekolah di sekolah ini belum pernah mengalami putus sekolah
klecuali melakukan pemindahan bahkan sampai tidak naik kelas”.27
Selanjutnya bagian tata usaha menambahkan “selama ini para siswa yang
bersekolah di sini tidak sampai mengalami putus sekolah, akan tetapi ada sebagian
siswa yang keluar dari sekolah disebabkan mutasi ke sekolah lain atau untuk
26
hasil wawancara dengan pihak tata usah dan kepala sekolah 27
hasil wawancara dengan orang tua siswa
68
mengikuti orang tuanya. Seandainya ada siswa yang kurang mampu dalam
pembiayaan biasanya sekolah memberikan keringanan.”28
28
hasil wawancara dengan bagian tata usaha
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai data yang diperoleh dilapangan, dan setelah melalui berbagai
proses analisis, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan.
1. Menurut sebagian besar persepsi orang tua tentang kualitas input SDIT
Nida El-Adabi sudah cukup baik atau termasuk ke dalam kategori sekolah
yang cukup berkualitas. Hal ini dilihat visi, misi, tujuan dan sasaran yang
dimiliki sudah sesuai dengan kebutuhan siswa, kurikulum yang digunakan
sudah sesuai, peserta didiknya cukup berkompeten, tenaga pengajarnya
cukup handal, keterlibatan orang tua siswa dalam komite sekolah yang
harmonis, sarana prasarana yang cukup memadai, organisasi sekolah yang
memiliki kekompakkan, pembiayaan sekolah yang cukup transparansi dan
bisa dipertanggung jawabkan. Meskipun pada sarana prasarana masih ada
kekurangan seperti perangkat komputer belajar siswa yang masih belum
memadai, labarotorium IPA dan Matematika untuk menunjang kegiatan
proses belajar siswa.
2. Menurut sebagian besar persepsi orang tua tentang kualitas pada proses
belajar mengajar SDIT Nida El-Adabi ini dirasakan cukup baik jika. Hal
ini didasarkan pada perbandingan dengan pola pembelajaran yang
diterapkan di sekolah lain pada umumnya. Tetapi mereka mengeluhkan
kegiatan-kegiatan seperti shalat dhuha dan pengajian siang yang kurang
berjalan lancar atau mengalami penurunan dari sebelumnya.
70
3. Menurut persepsi orang tua kualitas output dari SDIT Nida El-Adabi ini
baik dari segi akademik maupun non akademik yang diraih oleh sudah
bagus dapat diperhitungkan dalam bersaing dengan Sekolah Dasar yang
sudah ada sebelumnya. Hal ini terlihat dari realita keberhasilan dari siswa-
siswinya dalam setiap mengikuti perlombaan baik tingkat kecamatan,
kabupaten maupun tingkat Jabotabek. Selain itu alumni-alumninya dapat
diterima di sekolah-sekolah lanjutan yang cukup baik dan masuk ke dalam
siswa-siswa berprestasi di sekolahnya.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan saran-saran dalam
pengembangan meningkatkan kualitas sekolah sebagai berikut:.
1. Hendaklah pihak sekolah dapat melakukan penambahan sumber dana
untuk melengkapi kekurangan-kekurangan sarana dan prasarana.
2. Hendaklah pihak sekolah dapat membuatkan ruang makan khusus bagi
siswa, kantin sehat, dan ruang tunggu bagi orang tua siswa. Agar siswa
ketika makan siang tidak di pelataran sekolah, juga siswa terjaga dari
makanan-makanan yang tidak sehat, selain itu juga melatih siswa agar
disiplin ketika makan.
3. Hendaklah pihak sekolah menyediakan guru-guru khusus seperti bidang
sains dan bahasa Inggris agar siswa lebih faham terhadap kedua mata
pelajaran tersebut.
4. Hendaklah pihak sekolah tetap konsisten dengan program yang telah
dibuat baik jangka pendek maupun jangka panjang agar citra sekolah tidak
menurun di mata masyarakat khususnya orang tua siswa yang selama ini
sudah melekat.
5. Hendaklah pihak sekolah jangan terlalu terlena dengan prestasi-prestasi
siswa selama ini, akan tetapi pihak sekolah harus tanggap dan sigap
terhadap informasi-informasi yang memang sangat bermanfaat bagi
kemajuan siswa khususnya.
71
6. Hendaklah pihak sekolah berupaya untuk terus meningkatkan jalinan
komunikasi terhadap msyarakat, khususnya orang tua siswa dalam
memberikan masukan bagi sekolah agar mengetahui kekurangan yang
dimiliki sekolah untuk diperbaiki. Antara lain dengan memberikan angket
terutama kepada orang tua siswa kelas 6.
7. hendaklah pihak sekolah membuat program penghijauan di halaman
sekolah selain pot-pot bunga yang sudah ada, dengan cara menanamkan
pohon-pohon yang cepat tumbuh dan rindang, agar terkesan sekolah sejuk
dan nyaman.
67
DAFTAR PUSTAKA
Arcaro, Jerome S. 2007. Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan
dan Tata Langkah Penerapan. Yogyakara: Pustaka Belajar. Cet 4
Ariani, Dorothe Wahyu. 200. Manajemen Kualitas. Yogyakarta: Andi Offset.
Cet1
Atkinson, Rita L, dkk. Pengantar Psikologi. Jakarta: PT. Bulan Bintang. Cet 2
Bush, Tony dan Marianne Coleman. 2008. Manajemen Strategis Kepemimpinan
Pendidikan. Yogyakarta: IRGISoO. Cet 2
Chaplin, James P, Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Ed. 1
Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi
Menuju Organisasi Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Cet 3
Depdiknas. 2004. Undang-undang Tentang SISDIKNAS dan Peraturan
Pelaksanaannya 2000-2004. Jakarta: Tamita Utama
Irwanto, dkk. 2001. Psikologi Umum. Jakarta: PT. Gramedia Utama
Isjoni. 2007. Saatnya Pendidikan Kita Bangkit. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Cet 1
Maslow, Abraham H. 1970. Motivation and Personality. New York: Longman.
Ed.3
Nasution, Nur. 2005. Manajemen Mutu Terpadu: Total Quality Manajemen.
Bogor: Ghalia Indonesia. Ed. 2
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda karya.
Cet. 2
Rahman, Abdul dan Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar:
Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media. Cet. 1
Rosyada. 2007. Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Bogor: Kencana. Cet 1
Sabri, M. Alisuf. 1993. Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya
Sarwono, Sarlito W. 1996. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta:: PT. Bulan
Bintang. Cet 2
68
Shaleh, Abdul Rachman. 2006. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Siahaan, Amiruddin, dkk. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Ciputat: Quantum
Teaching. Cet 1
Sukmadinata, Nana Syaodih, dkk. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah
Menengah: Konsep, Prinsip dan Instrumen. Bandung: PT. Refika Aditama
Cet 1
Supriadi, Dedi. 2004. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung:
Remaja Rosda Karya. Cet 2
________. 2005. Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosda Karya. Cet 2
Tim Dosen FIP-IKIP Malang. 1988. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan.
Surabaya: Usaha Nasional. Cet 3
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1998. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Purwanto, Ngalim. 1985. Ilmu Pendidikan Teoritis. Bandung: Remaja Rosda
Karya. Cet 1
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Umum Psikologi. Yogyakarta: ANDI. Ed. 4