Upload
ittaqi-dea
View
223
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
II. PENANAMAN HIDROPONIK
Citation preview
19
II. PENANAMAN HIDROPONIK
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Dalam dunia modern ini pertanian juga semakin maju, untuk
menjawab masalah yang semakin sempitnya lahan pertanian dikarenakan
alih fungsi lahan pertanian yang katanya lebih menguntungkan daripada
digunakan untuk pertanian, seperti pembukaan swalayan, tempat-tempat
hiburan, dan lain sebagainya. Padahal kita ketahui mayoritas masyarakat
negara kita hidup dari bertani, sehingga lahan yang digunakan untuk
menghidupi mereka dan keluarganya dialihfungsikan, maka tidak ada yang
dapat mereka andalkan untuk memenuhi kebutuhannya. Bercermin dari
masalah itu, maka solusi muncul untuk membantu keadaan pertanian kita
yang semakin terpinggirkan, khususnya para petani yang telah kehilangan
sawah-sawah mereka. Solusi tersebut salah satunya berupa sistem tanam
yang tidak menggunakan media yang selama ini dianggap sebagai media
satu- satunya untuk bertanam. Media tersebut berupa media non tanah, bisa
berupa air, udara, maupun jenis lain yang selain tanah, seperti arang sekang,
pasir dan lain sebagainya
Hidroponik diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydroponous, hydro
berarti air dan ponous berarti kerja. Hidroponik adalah teknologi bercocok
tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen. Ada beberapa
keuntungan yang bisa didapat dari bertanam secara konvensional. Dalam
perkembangannnya sejak popular 40 tahun lampau, hidroponik telah
banyak mengalami perubahan. Media yang digunakan lebih banyak yang
sengaja dibuat khusus. Demikian juga dengan wadah- wadah yang
digunakan, seperti pot. Ada yang sengaja dibuat khusus lengkap dengan alat
penunjuk kebutuhan air, ada pula yang khusus seperti kerikil sintesis.
Metode hidroponik merupakan metode menumbuhkan tanaman
didalam larutan nutrisi tanpa menggunakan media tanah. Ditinjau dari segi
sains, hidroponik telah membuktikan bahwa tanah tidak diperlukan untuk
19
20
menumbuhkan tanaman, kecuali unsur- unsur, mineral dan zat- zat makanan
seperti dalam tanah. Dengan mengeliminasi tanah berarti juga
mengeliminasi hama atau penyakit yang ada didalam tanah dan mengurangi
pengendalian tanah secara teliti nutrisi tanaman. Dalam larutan hidroponik
telah tersedia zat- zat makanan untuk tumbuhan dengan perbandingan yang
tepat, sehingga dapat mengurangi stress pada tanaman, lebih cepat matang
dan panenpun akan lebih bagus kualitasnya. Media tanam hidroponik
berfungsi sebagai penegak tanaman agar tidak roboh dan juga sebagai
penghantar cairan unsur hara. Jadi, ada beberapa jenis media tanam yang
boleh dipakai, seperti pasir, tembikar, arang, dan sabut kelapa. Hanya,
media yang akan kita gunakan itu harus kita sesuaikan dengan tanamannya.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum acara Penanaman Hidroponik ini bertujuan untuk
menerapkan dan memberikan keterampilan kepada mahasiswa tentang
teknik budidaya tanaman dengan sistem hidroponik.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Penanaman Hidroponik ini dilaksanakan pada Kamis,
tanggal 9 Oktober 2014, pukul 09.00-selesai WIB, bertempat di Rumah
Kaca B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
B. Tinjauan Pustaka
Hidroponik substrat pada umumnya menggunakan media alami maupun
buatan atau campuran antara keduanya. Beberapa bahan alami yang dapat
digunakan sebagai media perakaran adalah pasir, kerikil, dan serbuk gergaji,
sedangkan media dari bahan buatan seperti vermikulit, rockwool, dan
polystyrene. Media tanam substrat rockwool merupakan media yang paling
banyak digunakan. Rockwool merupakan serat material sintetik yang memiliki
kapasitas menahan air yang tinggi. Rockwool berbentuk menyerupai wol
berupa anyaman serat-serat halus yang dibuat dari terak-tanur (furnace slag)
atau batuan tertentu dengan ledakan kuat selagi bahan-bahan tersebut berada
dalam keadaan lelehan. Bahan tersebut mudah basah dan memiliki ruang
udara yang baik (Swiader dan George 2002).
21
Penggunakan lebih dari satu macam substrat, maka harus dilakukan
perbandingan yang sesuai yaitu perbandingan 1:1. Penggunaan batu kerikil
sebagai media campur akar pakis cacah pada dasarnya tidaklah jauh berbeda
dengan penggunaan pasir, hanya saja kerikil memiliki pori-pori makro lebih
banyak daripada pasir. Penggunaan media ini akan membantu peredaran
larutan unsur hara dan udara serta pada prinsipnya membantu menegakkan
batang tanaman hidroponik (Desgembler 2009).
Media pasir merupakan media yang porus. Media tanam bisa
menggunakan pasir halus yang telah disterilisasi. Penanaman dilakukan pada
wadah dengan media tanam pasir. Setelah media tanam siap benih ditaburkan
selanjutnya ditutup kembali dengan pasir (Mas’ud 2009).
Hidroponik substrat tidak menggunakan air sebagai media tetapi
menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau
menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti
halnya fungsi tanah. Media yang dapat digunakan dalam hidroponik substrat
antara lain batu apung, pasir, serbuk gergaji, atau gambut. Media tersebut
dapat menyerap nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman
(Lingga 2004).
Hidroponik substrat memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
sistem hidroponik yang lain. Kelebihan hidroponik substrat yaitu tanaman
dapat berdiri lebih tegak, kebutuhan nutrisi mudah untuk dipantau, biaya
operasional tidak terlalu besar, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah
warna dan tidak mudah lapuk. Selain memiliki beberapa keunggulan, sistem
hidroponik substrat juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain populasi
tanaman tidak terlalu banyak, terlalu banyak menggunakan wadah, mudah
ditumbuhi lumut (Nafi’ 2009).
Floating hidroponik system (FHS) adalah budidaya tanaman (terutama
sayuran) dengan cara menanam tanaman pada lubang styrofoam yang
mengapung di atas permukaan larutan nutrisi dalam bak penampung atau
kolam. Dalam sistem ini akar tanaman terendam dalam larutan nutrisi. Larutan
nutrisi dalam FSH tidak disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak penampung
22
dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam
jangka waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena dalam jangka yang
cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan pupuk cair dalam
dasar kolam yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Hartus 2007).
Teknik hidroponik sistem rakit apung adalah menanam tanaman pada
suatu rakit yang dapat mengapung di atas permukaan air atau nutrisi dengan
akar menjuntai kedalam air. Styrofoam diambangkan pada kolam larutan
nutrisi sedalam kurang lebih 30 cm. Pada styrofoam diberi lubang tanam dan
bibit ditancapkan dengan bantuan busa atau rockwool. Pada Sistem ini
mempunyai beberapa karakteristik seperti terisolasinya lingkungan perakaran
yang mengakibatkan fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah, dapat
digunakan untuk daerah yang sumber energi listriknya terbatas karena energi
yang dibutuhkan tidak terlalu tergantung pada energi listrik (mungkin hanya
untuk mengalirkan larutan nutrisi dan pengadukan larutan nutrisi saja)
(Sutiyoso 2003).
Hal yang harus selalu diperhatikan dalam sistem rakit apung adalah harus
tetap menjaga sirkulasi larutan nutrisi juga perlu diperhitungkan konsentrasi
larutan nutrisi karena hal tersebut sangat mempengaruhi perkembangan
tanaman. Konsentrasi larutan nutrisi dapat diperoleh dengan mengetahui nilai
EC (Electric Conductivity). Nilai EC dapat didapat dengan cara mengukur
nilai resistensi pada larutan nutrisi. Tidak hanya kelangsungan sirkulasi
larutan yang memegang peranan penting tetapi juga konsentrasi larutan dapat
diketahui dengan mengukur nilai EC (dengan menggunakan EC meter)
(Tanjung 2007).
Selain EC dan konsentrasi larutan nutrisi, suhu dan pH merupakan
komponen yang sering dikontrol untuk dipertahankan pada tingkat tertentu
untuk optimalisasi tanaman. Suhu dan pH larutan nutrisi dikontrol dengan
tujuan agar perubahan yang terjadi oleh penyerapan air dan ion nutrisi
tanaman dapat dipertahankan (Susila 2000 ).
23
C. Metodologi Praktikum
1. Alat
a. Alat tulis
b. Ember
c. Penggaris
d. EC Meter
e. Stayroform
f. Bak penampung air
g. Mangkok penyangga stayroform
2. Bahan
a. Benih bayam
b. Tanaman pakcoy
c. Larutan nutrisi
d. Air
e. Busa penegak
3. Cara Kerja
a. Menyiapkan bibit tanaman pakcoy
b. Menyiapkan media, dengan menempatkan bibit pakcoy pada lubang yang
ada di sterofoam dengan diberi spoon sebagai pengganjal
c. Menanam bibit pada media rakit apung
d. Memelihara tanaman (perlu penambahan nutrisi) dan mengukur nilai EC-
nya
e. Mengamati tanaman terhadap komponen pertumbuhan (tinggi tanaman
dan jumlah daun)
24
D. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Penanaman Hidroponik Sistem Subtrat
PeubahNomor Sampe
l
Periode-1Sistem Subtrat
Komoditas1st 2mst 3mst 4mst 5mst
Jumlah Daun
1 4 7 8 10 112 5 9 10 13 143 5 9 7 7 84 3 5 5 8 95 3 7 7 9 106 4 5 7 7 87 3 6 7 9 118 5 9 9 10 129 4 6 7 7 810 4 6 6 8 911 5 6 10 10 1112 5 7 7 7 913 4 7 8 8 1014 5 9 9 9 1015 5 7 8 8 916 5 8 9 9 1017 4 6 5 5 818 3 5 5 6 819 5 9 9 9 1120 3 7 8 8 1121 4 6 7 7 922 4 7 8 8 1023 3 5 7 9 1124 6 8 7 7 825 5 8 8 10 1126 5 6 6 8 927 5 6 5 5 828 5 6 6 6 829 4 6 8 8 1030 5 8 6 7 9
Tinggi Tanaman
(tajuk) (cm)
1 4,4 10 17 18 202 5,9 12,5 19,8 20 223 4,7 9,7 19,5 21 234 3,6 5,2 13 17 215 3,5 10 16,5 19 216 3,7 4,7 14,5 17 187 4,8 6,8 14,2 15 19
25
8 4,9 8,9 18,5 20 219 4,2 10,4 16,3 18 2310 4,3 6 19,5 22 2311 6,2 4,5 23 25 2512 4,1 8,9 19 23 2413 4,4 9,5 19,2 23 2414 4,6 12,6 23,2 25 2615 3,2 7,1 18,4 22 2316 4,8 11,5 14,2 18 2117 4,3 5,9 6,8 8 918 3,1 6,4 18,9 20 2219 5,6 11 18,5 20 2120 3,9 6,2 14,5 16 1821 3,2 7 10 13 1522 4,7 12,5 15 17 1923 4,9 7 12 15 1724 5,8 15 18 20 2125 5,4 12,5 17 18 1926 5,4 13 14 16 1827 3,9 7 13 15 1728 3,3 9 12 17 1929 3,4 8 17 19 2030 3,8 9 14 16 18
Berat Total Panen(g)
Per sistem
1632
Berat Total Sample (g)
Per Sistem
320
Nilai jual (Rp)
Per ikat
3000
Sumber: Hasil Pengamatan
26
Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Penanaman Hidroponik Sistem FHS
PeubahNomor Sampel
Periode-2Sistem NFTKomoditas
1mst 2mst 3mst
Jumlah Daun
1 5 4 92 3 5 163 4 4 14 4 5 175 4 5 196 5 6 137 3 6 138 6 6 109 3 5 1310 3 6 1511 4 6 612 5 6 1513 3 3 1514 3 3 1715 6 6 816 6 9 1117 3 5 318 6 6 1319 4 5 1920 6 6 17
Tinggi Tanaman
(tajuk) (cm)
1 0,5 6 6,52 3 5,5 113 2,5 3 54 1,5 6 115 0,5 3,5 206 3 5 107 0,5 4 208 2 3 21,59 0,5 10 1910 0,5 3,5 2511 3,5 4,5 1512 2 5 2813 1,5 2,5 1914 1,5 3 1815 2 4 1516 1,5 4 1717 1 4,5 2018 2,5 5 2119 1 4 20
27
20 3 4,5 25Berat Total Panen(g)
Per sistem
1966
Berat Total sample (g)
Per sistem
917
Nilai jual (Rp)
Per ikat
5000
Sumber: Hasil Pengamatan
Pembuatan instalasi hidroponik Persemaian bayam
Bayam setelah 4 MST Pakcoy pada sistem Rakit Apung
28
Serangan ulat pada tanaman pakcoy
Pakcoy yang telah ditimbang Pakcoy di tangan konsumen
2. Pembahasan
Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman
dimana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri
larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi,
dan oksigen secara cukup. Kelebihan hidroponik jenis ini dapat menyerap
dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna
dan tidak mudah lapuk (Karsono et al. 2002).
Teknik dalam penanaman hidroponik substrat ini adalah pemilihan
substrat yang sesuai dengan tanaman yang akan dibudidayakan. Misalnya:
arang sekam, pasir, pecahan batu bata. Bila menggunakan lebih dari satu
macam substrat, maka harus dilakukan perbandingan yang sesuai. Misalnya
29
sustrat pasir dan arang sekam dengan perbandingan 1:1. Memasukkan
substrat pada pot/polybag, kemudian menanam bibit tanaman yang
disediakan pada pot/polybag. Merendam pot/polybag tersebut dalam wadah
yang berisi nutrisi sedalam ± 5 cm (Yuwono 2009).
Media tanam dengan pasir malang memiliki kelebihan antara lain
permanen sehingga dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama, porus
yaitu aerasi optimal, cepat mengatuskan air sehingga media tidak terlalu
lembab, sterilitasnya lebih terjamin sehingga jarang digunakan sebagai
inang bagi jamur, bakteri, dan virus. Kelemahannya antara lain bukan media
yang baik bagi perkembangan organisme bermanfaat seperti Mikoriza,
media lebih berat karena berupa batuan, terlalu cepat mengatuskan air,
nutrisi yang diberikan sering terlindi, kurang baik bagi perkembangan
sistem perakaran. Pasir Malang dan pakis merupakan campuran media yang
digunakan untuk hidroponik substrat kami dengan perbandingan 1 : 1.
Mangkok kecil yang sudah dilubangi bagian bawahnya diisi dengan
campuran media tersebut. Mangkok yang dibutuhkan sebanyak 50 untuk 2
kali ulangan dan setiap ulangan mendapatkan 25 mangkok. Dari setiap
ulangan ini, dipilih 10 tanaman terbaik untuk dijadikan sampel.
Pengamatan dilakukan setiap hari selama masa tanam. Indikator
pengamatan setiap minggu yaitu pengukuran tinggi tanaman dan jumlah
daun dari masing-masing sampel. Pemeliharaan yang dilakukan antara lain
penambahan nutrisi, penyulaman serta pengendalian hama. Dari data diatas
menunjukkan bahwa sawi yang di tanam tingginya mengalami peningkatan
tiap pengamatan minggunya. Pengamatan yang lain adalah mengenai
jumlah daun tanaman dimana rata-rata tanaman bayam tiap minggunya
bertambah jumlah daunnya.
Rendahnya hasil produksi tanaman sawi yang lebih cenderung pada
produksi daunnya disebabkan karena ulat grayak yang menyerang
pertamanan. Ulat ini aktif pada malam hari, sehingga ketika pengamatan
ulat ini bersembunyi di bawah daun yang menggulung atau bersembunyi di
lubang pertunasan apikal. Pengendalian dilakukan hanya secara mekanis,
30
yaitu mengambil ulat yang ada di tanaman. Intensitas tumbuh dan
berkembangnya ulat lebih cepat dari pengendaliannya menyebabkan hasi
yang dipanen rendah. Ulat ini memakan daun bayam di mana daun itu
merupakan bagian yang dikonsumsi sehingga kerusakannya vital, dimana
keruskaan tersebut berupa daun berlubang dan terdapat telur-telur ulat.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas adalah:
a. Penanaman secara hidroponik memerlukan teknik yang berbeda dengan
penanaman biasa.
b. Produksi yang menurun disebabkan oleh adanya hama ulat grayat yang
menyerang hampir setengah dari tanaman.
2. Saran
Sebaiknya Rumah Kaca B segera dirombak untuk diperbaiki.
31
DAFTAR PUSTAKA
Hartus, T 2007 Berkebun Hidroponik secara Murah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Karsono Sudibyo, Sudarnodjo, Y Sutiyoso 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Lingga, Pinus 2004. Hidroponik : Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mas’ud, Hidayati 2009. Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Jurnal Media Litbang Sulteng 2 (2) : 131–136.
Susila, E T 2000. Pengembangan Sentra Produksi Sayuran dan Buah di Lahan Pantai melalui Hidroponik. Inovasi Online. Jurnal pertanian Vol 6/XV.
Sutiyoso, Y 2003. Hidroponik Rakit Apung. Jakarta: Penebar Swadaya.
Swiader, John M. dan George W Ware 2002. Producing Vegetable Crops. Interstate Publisher, Inc. Illinois.
Tanjung, F.A 2007. Pengaruh Jenis Bahan Dasar Kompos dan Lama Waktu Fermentasi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Secara Hidroponik Substrat. Skripsi S1. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.