15
ACARA VII PERHITUNGAN KECUKUPAN PROTEIN A. TUJUAN PRAKTIKUM Pada paraktikum acara vii perhitungan kecukupan protein bertujuan untuk : 1. Mahasiswa menegetahui cara-cara penghitungan kecukupan protein. 2. Mahasiswa dapat menghitung kecukupan protein. B. TINJAUAN PUSTAKA Setelah air, protein merupakan zat gizi yang paling banyak dalam tubuh. Bila energi makanan cukup, boleh dikatakan semua makanan juga mengandung cukup protein. Akan tetapi, jika tidak cukup protein dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh, biasanya hal ini berarti makanan yang dikonsumsi tidak cukup memberikan energi. Mengetahui jumlah seluruh kebutuhan tubuh akan protein untuk memenuhi fungsi utama yang hanya dapat dilaksanakan oleh protein adalah penting. Suatu pengertian umum juga berguna mengenai perbandingan asam amino esensial yang termasuk dalam berbagai pangan yang kaya akan protein dalam susunan pangan. Nilai gizi protein pangan berbeda karena berbedanya jenis dan jumlah asam amino yang dikandungnya (Suhardjo, 2009).

Acara 7 panggis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

acara 7 pangan gizi

Citation preview

Page 1: Acara 7 panggis

ACARA VII

PERHITUNGAN KECUKUPAN PROTEIN

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Pada paraktikum acara vii perhitungan kecukupan protein bertujuan

untuk :

1. Mahasiswa menegetahui cara-cara penghitungan kecukupan protein.

2. Mahasiswa dapat menghitung kecukupan protein.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Setelah air, protein merupakan zat gizi yang paling banyak dalam

tubuh. Bila energi makanan cukup, boleh dikatakan semua makanan juga

mengandung cukup protein. Akan tetapi, jika tidak cukup protein dikonsumsi

untuk memenuhi kebutuhan tubuh, biasanya hal ini berarti makanan yang

dikonsumsi tidak cukup memberikan energi. Mengetahui jumlah seluruh

kebutuhan tubuh akan protein untuk memenuhi fungsi utama yang hanya dapat

dilaksanakan oleh protein adalah penting. Suatu pengertian umum juga berguna

mengenai perbandingan asam amino esensial yang termasuk dalam berbagai

pangan yang kaya akan protein dalam susunan pangan. Nilai gizi protein

pangan berbeda karena berbedanya jenis dan jumlah asam amino yang

dikandungnya (Suhardjo, 2009).

Protein merupakan rantai asam amino yang diperlukan oleh tubuh.

Peranan protein dalam tubuh antara lain adalah untuk pertumbuhan, terutama

pada masa pembentukan janin hingga usia balita, diperlukan protein yang

jumlahnya tinggi. Protein juga dapat memperbaiki sel-sel yang telah aus atau

rusak terutama pada saat setelah sakit. Seperti halnya lemak dan karbohidrat,

protein juga dapat menghasilkan energi. Apabila sumber energi dari lemak dan

karbohidrat telah berkurang maka protein dapat dijadikan sumber energi baru.

Selain itu protein juga berfungsi dalam menjaga keseimbangan asam dan basa

dalam tubuh (Gardjito, 2009).

Kerawanan atau kecukupan pangan gizi dapat diukur dari prosentase

Angka Kecukupan Gizi yang terdiri dari prosentase Angka Kecukupan Gizi

Page 2: Acara 7 panggis

terhadap Energi (AKE), prosentase Angka Kecukupan Gizi terhadap Protein

(AKP), prosentase Angka Kecukupan Gizi terhadap Lemak (AKL) dan Angka

Kecukupan Gizi terhadap unsur-unsur mikro (AKMikro). Prosentase AKE

merupakan pembagian dari AKE aktual dibagi dengan AKE normative dikali

100, sedangkan prosentase AKP merupakan pembagian dari AKP aktual dibagi

AKP normatif dikali 100. Dikatakan rawan gizi apabila prosentase AKE dan

AKP kurang dari 75%. Untuk kecukupan protein dipengaruhi juga oleh

kualitas protein yang dikonsumsi artinya ada perimbangan antara protein

hewani dan nabati (Shinta, 2010).

Kecukupan protein seseorang dipengaruhi oleh berat badan, usia (tahap

pertumbuhan dan perkembangan) dan mutu protein dalam pola konsumsi

pangannya. Bayi dan anak-naka yang berada dalam tahap pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat membutuhkan protein lebih banyak perkilogram

berat badannya dibanding orang dewasa. Perhitungan kecukupan protein

didasarkan pada kebutuhan protein per-kilogram berat badan menurut umur

dan jenis kelamin berdasarkan hasil review yang dilakukan, demikian pula

untuk tambahan kecukupan protein bagi ibu menyusui, dengan data berat

badan rata-rata sehat penduduk Indonesia menurut kelompok umur dan jenis

kelamin, seperti halnya pada perhitungan AKE. Perhitungan kecukupan protein

disesuaikan dengan rata-rata berat badan sehat, serta dikoreksi dengan faktor

koreksi mutu protein. Berikut rumus perhitungan kecukupan protein:

Kecukupan protein = (AKP x BB) x faktor koreksi mutu protein

Keterangan :

AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari)

BB = Berat badan aktual (kg)

Faktor koreksi mutu protein umum = 1.3 bagi dewasa dan 1.5 bagi anak dan

remaja.

Faktor koreksi mutu protein Perempuan hamil = 1.2.

(Hardinsyah, 2012).

Ketahanan pangan tingkat keluarga akan mendukung tingkat konsumsi

protein. Semakin baik ketahanan pangan keluarga maka tingkat konsumsi

Page 3: Acara 7 panggis

protein juga akan membaik. Keluarga tahan pangan tentunya mampu

menyediakan makanan bagi setiap anggota keluarganya. Maka bila persediaan

makan cukup, keluarga juga mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Hal ini

didukung dengan data bahwa 83,7% keluarga yang tahan pangan memiliki

batita dengan tingkat kecukupan protein yang baik. Dari hasil penelitian

diketahui bahwa rata-rata tingkat kecukupan protein batita di Desa Gondang

Winangun adalah 86,55% AKG. Hal tersebut sama artinya dengan rata-rata

tingkat kecukupan protein sampel baik

(Natalia, 2013).

Kualitas protein menggambarkan karakteristik protein dalam

hubungannya dengan kemampuan untuk mencapai tindakan metabolik. Secara

tradisional, ini telah dipaparkan sepenuhnya dalam konteks kemampuan

protein untuk menyediakan pola tertentu dari asam-asam amino untuk

memenuhi tuntutan sintesis protein yang diukur oleh hewan pertumbuhan atau

di dalam manusia, keseimbangan nitrogen. Sebagai pemahaman tentang

protein tindakan memperluas di luar peranannya dalam menjaga tubuh massal

protein, konsep kualitas protein harus besar untuk menggabungkan tindakan

baru ini yang muncul dari protein-protein ke dalam konsep kualitas. Penelitian

baru mengungkapkan semakin kompleks peran bagi protein dan asam-asam

amino dalam peraturan komposisi tubuh dan kesehatan tulang, fungsi saluran

cerna dan bakteri flora, glukosa homeostasis. Bukti yang tersedia untuk

menunjukkan bahwa kualitas yang tidak hanya penting minimal dianjurkan

tetapi juga di tingkat asupan lebih tinggi. Saat ini diterima metode untuk

mengukur protein tidak menganggap kualitas yang beragam, peran sangat

diperlukan asam-asam amino, pertama membatasi asam amino untuk

pertumbuhan atau keseimbangan nitrogen. Penelitian terus berevolusi dalam

menilai protein peran dalam kesehatan yang optimal di asupan lebih tinggi, ada

perlunya juga untuk terus menggali implikasi bagi penilaian kualitas protein

(Millward, 2008).

Page 4: Acara 7 panggis

C. METODOLOGI

1. Alat dan Bahan:

a. Alat Tulis.

b. Tabel Aktivitas.

2. Cara kerja:

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7.1 Data Aktivitas Selama 24 Jam.

Nama AktivitasWaktu(menit)

Waktu(jam)

Arvian Sholat subuhBersih-bersih kostMandi pagiSarapanBerangkat kuliah, jalan kakiKuliah biokimiaBreafing recall panggizMenunggu sholat jum’atSholat jum’atJalan dari FP ke perpus pusat, ke gerbang depanPulang kerumah, bisMain gameSholat asharIstirahatMembersihkan halaman rumahSholat maghribSholat isya’makanMengerjakan tugasTidur malam

56010151510015403015130605

1801205530300300

0,0831

0,1670,250,251,6670,250,6670,50,252,167

10,083

32

0,0830,0830,555

Jumlah 1440 24

Di recall komsumsi dan aktivitas selama 24 jam

Ditimbang berat badan

Dihitung angka kecukupan proteinnya

Page 5: Acara 7 panggis

Astuti Ngeprint form recallBerkemas untuk kuliahMandiPersiapan untuk kuliahBerangkat kuliah, motorMenunggu dosenKuliah biokimiaFotocopyBreafing recall pangan dan giziMengerjakan laporan PIPMengerjakan aporan biokimiaNgeprint dan mengumpulkan laporan Pulang kerumah, motorMakanNonton tvMainMandiBeres-beres kamarMain gameMakanMengerjakan tipus ALSINTidur

301515156030100154590110206030604015304520150445

0,50,250,250,25

10,51,60,50,751,51,80,31

0,51

0,60,251,50,750,32,57,4

Jumlah 1440 24Sumber : Laporan Sementara

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, kita mengerti tentang AKP

(Angka Kecukupan Protein) yang merupakan rata-rata konsumsi protein untuk

menyeimbangkan protein agar tercapai semua populasi orang sehat disesuaikan

dengan kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas fisik.

Kegunaan menghitung AKP adalah untuk mengetahui nilai kecukupan gizi

protein seseorang apakah statusnya rawan gizi atau sudah terpenuhi gizinya

terhadap protein. untuk kecukupan protein dipengaruhi juga oleh kualitas

protein yang dikonsumsi artinya ada perimbangan antara protein hewani dan

nabati (mutu protein dalam pola konsumsi pangannya), berat badan, dan usia

(tahap pertumbuhan dan perkembangan).

Mengkonsumsi pangan juga ada penilaiannya. Salah satu metode

penilaian konsumsi pangan yaitu dengan recall. Metode ini dilakukan dengan

mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada masa yang

lalu . Wawancara dilakukan serinci mungkin agar responden dapat

Page 6: Acara 7 panggis

mengungkapkan jenis bahan makanan dan perkiraan jumlah bahan makanan

yang dikonsumsinya beberapa hari yang lalu . Penentuan jumlah hari recall

sangat ditentukan oleh keragaman jenis konsumsi bahan makanan antar waktu

atau tipe responden dalam memperoleh makanan . Biasanya dilakukan selama

2 - 3 hari atau seminggu , bila terlalau lama dikuatirkan responden akan banyak

yang lupa . Pada dasarnya metode food recall ini dipergunakan untuk menilai

keadaan konsumsi pangan yang nantinya dipergunakan untuk menilai status

gizi. Keadaan konsumsi pangan dan gizi yang baik ditentukan oleh terciptanya

keseimbangan antara banyaknya jenis-jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan

banyaknya yang dibutuhkan tubuh disertai dengan pendayagunaan biologis

yang sebaik-baiknya dari setiap zat gizi yang dikonsumsi tersebut.

Ada beberapa Faktor yang mempengaruhi AKP (Angka Kecukupan

Protein), yaitu sebagai berikut:

1. Pola makan

Tingkat kecukupan protein dipengaruhi oleh pola makan tiap orang /

konsumen.. Apabila kekurangan sumber makanan yang mengandung

protein, menyebabkan jumlah protein pada seseorang tersebut di bawah

AKP normal.

2. Kemampuan tubuh

Hal yang juga berpengaruh terhadap AKP dan sangat penting yaitu

kemampuan tubuh dalam mensintesis protein. Tubuh yang memiliki

kemampuan mensintesis protein dengan baik, akan mampu secara maksimal

memproses makanan sumber protein. Dengan kemampuan ini, AKP pada

seseorang bisa lebih dari normal.

3. Bahan makan sumber protein

Putih telur, susu, daging ayam, kedelai merupakan salah satu bahan

makan sumber protein. Masing-masing bahan memiliki jumlah kandungan

protein yang berbeda-beda. Jika konsumen mengkonsumsi makanan yang

kandungan proteinnya kurang, maka dapat dikategorikan protein pada orang

tersebut kurang dari AKP normal.

Page 7: Acara 7 panggis

Cara menghitung AKP yaitu dengan dinyatakan dalam jumlah protein

menurut kelompok umur. Jumlah protein yang digunakan dalam perhitungan

AKP yaitu untuk umur 0-1 tahun jumlah protein adalah 2.5 gram, umur 1-3

tahun jumlah protein adalah 2 gram, umur 4-6 tahun jumlah protein 1.8 gram,

umur 6-10 tahun jumlah protein 1.5 gram, umur 10-18 tahun jumlah protein

adalah 1.3 gram dan umur ≥ 19 tahun jumlah protein adalah 0.8 gram. Karena

usia mahasiswa yang di-recall berkisar antara 10-18 tahun dan ≥ 19 tahun,

maka jumlah protein yang digunakan adalah 1.3 gram dan 0.8 gram.

Kebutuhan protein menurut FAO/WHO/UNU (1985) adalah konsumsi

protein yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan

memungkinkan produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan,

kehamilan atau menyusui. Angka kecukupan Protein  (AKP) orang dewasa

menurut hasil penelitian keseimbangan nitrogen adalah 0,75 gram/kg berat

badan, berupa protein patokan tinggi yaitu protein telur yang mempunyai mutu

dan daya manfaat 100 %.

Dari hasil perhitungan data kelompok 3, di mana 2 orang mahasiswa

sebagai sampel yaitu besar AKP Arvian Kurnia Pratama adalah 75,4 gram

dengan BB 58 kg, dan Astuti Nur Hidayati adalah 31,2 gram dengan BB 39

kg. Dari hasil perhitungan, terlihat bahwa semakin kecil berat badan orang

yang diuji, maka nilai AKP-nya juga semakin kecil. Sedangkan semakin besar

berat badan orang yang diuji, maka nilai AKP-nya juga semakin besar. Hal ini

sudah sesuai dengan standar FAO/WHO/UNU (1985) dimana AKP Arvian dan

Astuti lebih dari 0,75 gram/kg berat badan.

Untuk perhitungan kecukupan protein berdasarkan teori Hardinsyah

(2012) yaitu :

(Kecukupan protein = (AKP x BB) x faktor koreksi mutu protein)

Keterangan :

AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari)

BB = Berat badan aktual (kg).

Page 8: Acara 7 panggis

Contoh perhitungan diketahui bahwa semakin besar berat badan orang yang

diuji besar AKPnya semakin besar pula, begitu pula sebaliknya semakin kecil

berat badan orang yang diuji maka semakin kecil pula harga AKPnya.

E. KESIMPULAN

Kesimpulan acara VII menghitung kecukupan protein adalah :

1. Untuk hubungan kebutuhan protein dengan umur dan berat badan adalah

semakin tua umur manusia semakin sedikit kebutuhan protein yang

dibutuhkan karena sedikit aktivitas yang dilakukan dan masa pertumbuhan

sudah berkurang bahkan selesai, sehingga sedikit asupan protein yang

diperlukan.

2. Semakin besar berat badan seseorang maka nilai AKP yang diperoleh

semakin besar dan apabila semakin kecil berat badan seseorang maka nilai

AKP yang diperoleh semakin kecil.

3. Apabila perhitungan AKP lebih kecil dari AKP maka responden tersebut

kekurangan protein dan juga sebaliknya.

4. Besar AKP Arvian Kurnia Pratama adalah 75,4 gram dengan BB 58 kg, dan

Astuti Nur Hidayati adalah 31,2 gram dengan BB 39 kg.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKP yaitu Pola makan, kemampuan

tubuh, dan bahan makan sumber protein.

Page 9: Acara 7 panggis

LAMPIRAN ACARA VII

PERHITUNGAN KECUKUPAN PROTEIN

Arvian Kurnia Pratama

AKP = BB x Jumlah Protein

= 58 x 1,3

= 75,4 gram

Astuti Nur Hidayati

AKP = BB x Jumlah Protein

= 39 x 0,8

= 31,2 gram

Page 10: Acara 7 panggis

DAFTAR PUSTAKA

Gardjito, Murdijati, dkk. 2009. Pengelolaan Pangan Dan Gizi. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

Hardinsyah., Riyadi, Hadi., dan Napitupulu, Victor. 2012. Kecukupan Energi, Lemak, Dan Karbohidrat. IPB : Bogor.

Millward, D Joe., Donald K Layman., Daniel Tomé., dan Gertjan Schaafsma. 2008. Protein Quality Assessment: Impact Of Expanding Understanding Of Protein And Amino Acid Needs For Optimal Health. The american jornal of clinical nutrition : 87(suppl):1576S– 81S.

Natalia, Lucia Destri, Dina Rahayuning P dan Siti Fatimah. 2013. Hubungan Ketahanan Pangan Tingkat Keluarga dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Status Gizi Batita di desa Guondangwinangun Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vo.2 No.2.

Shinta, Agustina. 2010. Identifikasi Angka Kecukupan Gizi Dan Strategi Peningkatan Gizi Keluarga Di Kota Probolinggo (Studi Kasus Di Kecamatan Kedopok Dan Mayangan). Jurnal Sepa : Vol 7, No 1, Hal 1-71.

Suhardjo. 2009. Pangan, gizi dan pertanian. Universitas Indonesia : Jakarta.