7
Tugas Mata Kuliah IMUNOPATHOLOGI Dosen : Prof. DR. Hj. Eryati Darwin, PA TUGAS II : PATHWAY REAKSI ALERGI AKUT DAN KRONIK Oleh : Rima Semiarty NBP : 0931202011 Mahasiwa S3 Biomedik PROGRAM S3 BIOMEDIK

Acute,Chronic Allergic Reaction

Embed Size (px)

DESCRIPTION

allergic

Citation preview

Tugas Mata Kuliah IMUNOPATHOLOGI Dosen : Prof. DR. Hj. Eryati Darwin, PATUGAS II : PATHWAY REAKSI ALERGI AKUT DAN KRONIK

Oleh :

Rima Semiarty

NBP : 0931202011

Mahasiwa S3 Biomedik

PROGRAM S3 BIOMEDIK

PASCA SARJANA UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG 2010PATHWAY REAKSI ALERGI AKUT DAN KRONIK

Reaksi alergi yang akut merupakan akibat dari pelepasan Granul perform- mediator associated, membrane derived lipids, cytokine dan chemokine ketika seluruh allogen berinteraksi dengan Mast cell atau basofil oleh rantai A dari reseptor IgE afinitas tinggi (FcRI). Reseptor ini juga muncul pada antigen precenting cells (APC) dimana dapat memfasilitasi IgE yang berkaitan dan terperangkap serta presentasi dari allergen terhadap T cell. Eusinofil juga memiliki FcRIa tetapi pada sel-sel ini hampir keseluruhannya intraselular; setelah dilepaskan oleh degranulasi eusinofil, kemungkinannya dapat membantu regulasi tingkat lokal dari IgE.

Penyebab yang paling penting dari produksi IgE adalah IL-4 dan IL-14. Cytokine ini memulai transduksi dari gen untuk epsilon class dari region C immunoglobulin rantai berat. Produksi dari IgE juga membutuhkan dua faktor transkripsi yaitu nuclear faktor kB dan STAT-6; pathway sebelumnya yang melibatkan costimulator molekul CD40 dan CD40 ligand (CD144) yang kemudian diaktivasi ketika interleukin 4 berikatan dengan rantai afinitas tinggi dari reseptor interleukin 4. Allergen termasuk beberapa produk-produk dari mikroorganisme dan parasit merangsaang respon mediasi Th2 yang ditandai dengan tingginya tingkat serum dari IgE, dimana terdapat antigen bakteri yang lain dapat mendatangkan respon mediasi Th2 yang didominasi oleh imunitas selular (munculnya T citotoksik sel dan Hipersensitivitas delay). Dalam hal ini kemudian kelas dari organisme, DNA mengandung sequences berulang dari cytosine dan guanosine nucleocite yang disebut dengan CpG. Pengulangan CpG ini dapat mengikat reseptor pada APC dan merangsang pengeluaran interleukin 12 (IL-12). Cytokine ini yang diproduksi hampir secara ekslusif oleh APC, mengatur dan mempertahanklan respon mediasi Th1. Lebih lanjut interferon diproduksi oleh aktivasi Th1 sel dan IL-18 yang diproduksi oleh makrofag, membentuk tekanan untuk membentuk kekuatan untuk menekan produksi dari antibodi IgE. Karenanya, interferon , IL-12, IL-18 secara terpisah ataupun berkombinasi, mempunyai potensi pengobatan untuk menghambat pembentukan dari IgE. Pengulangan CpG barangkali mengarahkan kembali allergen untuk memproduksi mediasi Th1, daripada mediasi Th2 dalam respon imun. Hipersensitivitas yang segera adalah dasar daripada reaksi alergi yang akut. Ini disebabkan oleh molekul yang dikeluarkan oleh Mast sel ketika allergen berinteraksi dengan membran yang terikat dengan IgE. Kompleks allergen, IgE, dan FcRI pada permukaan Mast sel merangsang suatu sifat noncitotoksik, energi yang tergantung kepada pelepasan dari perform, granul yang berasosiasi dengan histamine dan tryptase dan mediator dari membrane derived lipid, leukotrin, prostalgalandin, dan platelet activating faktor. Mediator Mast sel mempunyai peran yang kritis dalam anaphylaxis, rhinoconjunctivitis, dan urticaria. Peran hystamin dalam asma kronik dan eczhema barangkali minim, seperti diperlihatkan dengan relatif tidak efektifnya antagonis hystamin dalam mengontrol kondisi ini. Mast sel memproduksi 3 cysteinyl leukotrienes C4, D4, dan E4, menyebabkan kontraksi dari otot polos, fase dilatasi, peningkatan permebilitas vascular, dan hipersekresi mucus apabila mereka berikatan dengan reseptor spesifik. Eosinophils, macrophages, and monocytes juga sumber utama dari systenil leukotrin. Mast sel juga mengandung Triptase, sebuah protease netral dengan 4 rantai yang mengaktivasi reseptor protease pada endothelial dan epithelial sel. Aktivasi dari reseptor ini memulai sebuah cascade, termasuk regulasi dari molekul adhesi yang secara selektif menarik eusinofil dan basofil. Pada fase reaksi lambat di kulit, eusinofil dan netrofil berakumulasi, kemudian CD4+ T sel dan basofil menginfiltrasi pada sisi tersebut. Fase asma lambat dan reaksi nasal, reaksi hidung mempunyai pola yang sama dengan infiltrasi sel walaupun basofil tidak menonjol pada saluran nafas bawah.Pada reaksi lambat, tergantung kepada organ. Dapat ditimbulkan dengan aktivasi Mast sel atau T sel. Kenyataannya bahwa reaksi lambat tidak tergantung dari IgE dan MHC secara terbatas terindikasi bahwa aktivasi T sel sendiri telah mencukupi untuk memulai penyempitan jalan napas pada pasien dengan alergi asma. APC secara kritis dalam memulai dan mengontrol inflamasi allergic. Sel dendritik dan Langerhans cutaneous secara khusus penting dalam asma atau Eczhema. Mereka menampilkan antigen kepada CD4+, Th2 sel di dalam sebuah MHC kelas 2 penampilan yang terbatas. Kelebihan produksi dari Granulocytes-Macrofag koloni-stimulant infector pada mukosa jalan napas pasien dengan asma memperkuat presentasi antigen dan meningkatkan akumulasi local dari makrofag. Makrofag alveola di dapatkan dari pasien dengan asma dengan memperlihatkan allergen dengan CD4+, T sel dan merangsang produksi dari Th2 tipe cytokine dimana alveolar makrofag dari control tidak terdapat. Tipe cytokine Th2 seperti IL4, IL5, IL9, dan IL13 mempengaruhi range yang lebar dari kondisi dimana terdapat inflamasi alergi kronis. IL4 dan IL13 merangsang pembentukan IgE dan VCAM1; IL5 dan IL9 terlibat dalam perkembangan dari eusinofil. IL4 dan IL9 mempercepat perkembangan dari Mast sel. IL9 dan IL13 membantu meningkatkan hiper respon dari jalan napas. IL4, IL9, dan IL13 meningkatkan over produksi dari mucus. Eusinophil data merusak permukaan mucosa dengan pelepasan protein dasar yang toksik, cysteinil leukotrienes, plateled activating factor mereka juga menghancurkan penghambatan reseptor muskarinik M2, yang memungkinkan respon konlinergik pada pasien asma. Berlawanan dengan hal di atas,m eusinophil dapat memperbaiki kerusakan selama mereka memproduksi fibrogenic growth factor dan matriks metalo proteinase (MMP) yang memperbarui model jaringan jalan nafas pada asma. IL-5 melepaskan eusinophil yang matang dan tidak matang dari sumsum tulang, mengatur ekspresi dari trans membrane isoform dari reseptornya sendiri dan penting untuk diferensiasi terminal dari pre cursor eusinophil yang ditetapkan.Akumulasi yang lebih disukai dari eusinophil melalui interaksi antara molekul adhesi selektif (11 integrin molekul adhesi sel vascular) migrasi dari eusinophil terhadap reseptor CC chemokines sebagai akibat dari eutaksin 1, eutaksin 2, eutaksin 3, RANTES, MCP (monocytes chemotactic protein) 3, MCP 4, apoptosis yang memanjang dibawah pengaruh IL-5, IL-3, dan GMCS factor (granulocytemacrophage colony-stimulating factor) dan diferensiasi lokal dari jaringan dengan infiltrasi precursor eusinophil yang dirangsang oleh IL-5. Inflamasi alergi juga diikuti dengan pelepasan neuropeptida dari sel saraf dengan aksi dari growth factor saraf, faktor penarikan neurotopik otak, dan neurotrophin. Neurotrophin ini disekresi oleh macrofag, T cell, eusinophil dan Mast cell. Neuropeptida khususnya substansi p, peptide yang berhubungan dengan gen kalsitonin, dan neurokimin A menyebabkan tampilan karakter dari inflamasi alergi termasuk fase dilatasi, peningkatan permeabilitas vascular, dan di paru-paru, kontraksi dari otot polos dari jalan nafas dan hipersekresi mucus. Mereka juga melepaskan hystamin dari Mast cell dari paru-paru. Triptase dapat juga memicu sel saraf untuk melepas neuropeptida dengan ikatan terhadap reseptor aktivasi protease. Amplifikasi dari reaksi alergi kronik kemungkinan dapat di mediasi oleh faktor pelepasan hystamin atau faktor-faktor lainnya.