Ada Tiga Macam Waro

Embed Size (px)

Citation preview

Tugas tarbiyah Puspita Resky Amaliyah. Waro : Ada tiga macam waro yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, (1) Termasuk waro yang disyari atkan adalah berhati-hati terhadap sesuatu yang jelek akibatnya. Yaitu seseorang mengetahui sesuatu itu haram kemudian ia ragu akan haramnya. Padahal jika meninggalkannya tidak menimbulkan bahaya. (2) Termasuk waro juga adalah berhati-hati dengan tetap mengerjakan sesuatu yang diragukan akan wajibnya. (3) Yang lebih sempurna, termasuk waro adalah seseorang mengetahui kebaikan di antara dua kebaikan dan kejelekan di antara dua kejelekan. Dari situ ia tahu bahwa syari at Islam dibangun di atas maslahat, ada yang perfect maslahat (manfaat sempurna) dan ada yang maslahatnya lebih besar (sehingga di antara dua kebaikan tadi dipilih yang paling maslahat). Syari at pun dibangun untuk menghilangkan mafsadah (bahaya) atau untuk meminimalkan bahaya tersebut. Sumber: Majmu Al Fatawa, 10/511-512

Kisah : Memaafkan Seperti Rasulullah Sallallahu Alaihi Wassalam Ini adalah kisah teladan bagi umat manusia. Ini adalah kisah dari seorang manusia yang mulia. Seseorang yang begitu dikasihi oleh para makhluk penghuni langit dan seisi dunia. Dialah kekasih Allah, Rasulullah Sallallahu Alaihi wassalam, yang namanya akan terus abadi dan terukir dihati para pengikut beliau, bahkan sampai di akhir jaman. Ini adalah kisah dari seorang manusia yang mulia, yang berakhlak mulia, dan yang akan selalu di muliakan. Sebuah kisah berawal di sudut pasar Madinah Al-Munawarah. Disana hiduplah seorang seorang pengemis Yahudi buta, yang hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Namun setiap pagi pula, Rasulullah sallallahu alaihi wassalam mendatanginya. Beliaupun tak pernah lupa untuk selalu membawakan pengemis tersebut makanan. Semua itu beliau lakukan dengan tanpa berkata sepatah kata pun. Dengan tetap rendah hati dan penuh kasih sayang, beliau menyuap makanan yang dibawanya tersebut, kepada sang pengemis. Dan setiap itu pula, si pengemis tak lupa berpesan dengan kalimat yang sama. Namun, Rasulullah Sallallahu alaihi wassalam masih dan terus melanjutkan kebiasaan itu, sampai akhirnya beliau wafat. Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.a. Abubakar r.a bertanya kepada putrinya tersebut, tentang adakah sunnah dari Rasulullah sallallahu alaihi wassalam

yang belum dikerjakannya. Aisyah r.a kemudian menjelaskan bahwa setiap pagi Rasulullah Sallallahu alaihi selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana. Keesokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan dan menemui pengemis buta itu. Beliau mendatanginya dan memberikan makanan kepada si pengemis yahudi. Ketika beliau mulai menyuapinya, tiba- tiba si pengemis itu berteriak, "Siapa kau ? engkau bukan orang yang biasa mendatangiku. Apabila dia datang kepadaku, aku tak perlu memegang dan mengunyah makananku sendiri. Dia yang biasa menghaluskan makanan itu dengan mulutnya, setelah itu dia menyuapkannya untukku", kata pengemis itu dengan nada marah. Subhanallah, Abubakar r.a. terkejut mendengar kalimat itu, dan selanjutnya beliau tidak dapat menahan air matanya. Sambil menangis, Beliau menceritakan kepada pengemis itu, bahwa beliau memang bukanlah orang yang terbiasa datang kepadanya. Dia adalah sahabat manusia mulia tersebut. Beliau adalah Rasulullah Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam. Lanjut Abu bakar r.a. Mendengar cerita dari beliau, Seketika itu si pengemis pun ikut menangis dan kemudian berkata, Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tapi dia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi. Dia benar- benar sangat mulia cerita sang pengemis dengan terisak. Dan di akhir kisah, akhirnya si Pengemis Yahudi buta tersebut, bersyahadat dihadapan Abubakar r.a. Subhanallah, sungguh mulia pribadi Rasulullah Sallallahu alaihi wassalam. Beliau mengajarkan kepada kita tentang bersikap arif kepada orang miskin, dan tetap memperlakukan sesama kita dengan baik, walau bagaimanapun jahatnya mereka atas kita. Beliau juga mengajarkan tentang kedalaman kebaikan dari sebuah memaafkan, dan kasih sayang dalam mengasihi. Semoga rahmat Allah selalu tercurah untuk beliau, Allahumma shalli 'ala Muhammad wa ala 'aali Muhammad.Kisah 2: sikap pemaafnya Rosulullah shollallahu alaihi wasallam.

Perang Uhud meninggalkan kesan yang amat dalam bagi pribadi Rasulullah dan para sahabat. Tewasnya Hamzah bin Abdul Muthalib sang paman yang menjadi pembela utama mempunyai arti yang sangat besar. Sebenarnya bukan kematian itu yang menyedihkannya tetapi perlakuan

yang diluar batas terhadap mayat pamannya oleh istri Abu Sufyan yang bernama Hindun. Perempuan itu benar-benar ingin melampiaskan balas dendamnya karena banyak di antara keluarganya yang terbunuh ketika perang Badar. Ketika itu pasukan kaum Muslimin dipimpin langsung oleh Rasulullah berhadapan dengan kaum musyrikin yang dipimpin langsung oleh Abu Sufyan. Dalam peristiwa perang Uhud tokoh Hamzah bin Abdul Muthalib dipercaya memegang komando penting mengobarkan semangat jihad. Abu Sufyan selalu berusaha melakukan berbagai taktik untuk meneror Rasulullah agar semangat utusan Allah ini kendur antara lain dengan cara memusnahkan orang yang menjadi pembelanya. Abu Sufyan memiliki seorang budak yang bernama Wahsyi. Kepada budaknya ini Abu Sufyan menjanjikan apabila dia berhasil membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib akan dimerdekakan. Janji tersebut sangat menggembirakan Wahsyi sehingga dengan berbagai usaha dia berhasil menyusup ke tengah pasukan Muslimin dan berhasil membunuh Hamzah. Pasukan Muslimin kocar-kacir menyebabkan banyak syuhada yang gugur termasuk Hamzah. Hindun yang melihat sudah tewas dan mayatnya belum sempat dibawa pergi oleh prajurit muslimin langusung menyerbu dan membelah dada Hamzah serta mengeluarkan hatinya kemudian langsung dikunyahnya. Kejadian itu disaksikan dari jauh karena pasukan Musilimin sedang dalam keadaan kacau balau. Perang sudah usai. Dakwah Islam kian berkembang dan kekuatan kaum Muslimin terus bertambah. Namun pihak Abu Sufyan yang berkuasa di Mekkah selalu berusaha menghalanghalangi kaum Muslimin yang akan melakukan ibadah haji. Pada suatu ketika diputuskan untuk melakukan penyerbuan ke Mekkah dan merebut tanah kelahiran terutama untuk melindungi kaum Muslimin yang tertindas di sana dengan kekuatan yang cukup besar. Dalam peperangan ini, Rasulullah selau berpesan supaya menghindari banyaknya korban. Untuk itu Rasulullah mengutus beberapa orang sahabat untuk bernegosiasi dengan pimpinan musyrikin Quraisy. Abu Sufyan sendiri merasa bahwa kekuatannya sudah tidak memadai lagi. Maka ketika mengadakan perundingan dengan utusn Rasulullah, Abu Sufyan meminta jaminan. Bagaimanapun juga sebagai tokoh utama kaumnya dirinya tidak ingin dipermalukan, biar kalah tapi namanya tetap terhormat dan dirinya tetap dihormati. Rasulullah sendiri sebenarnya sudah mengerti benar watak pemimpin Quraisy yang satu ini.

Ya Rasulullah! Abu Sufyan itu pemuka yang sangat dihormati dan disegani kaumnya. Maka tempatkanlah dia sebagai orang yang dihormati supaya tidak tersisih dari kaumnya, kata salah seorang sahabat. Baiklah. Kalian dengarkan dan sampaikan kepada Abu Sufyan, Siapa yang masuk Masjidil Haram, aman! Dan siapa yang masuk rumah Abu Sufyan, aman , kata Rasulullah. Mendapat jaminan itu, Abu Sufyan sangat terangkat. Jaminan itu merupakan penghormatn yang tinggi seakan-akan menyamakan fungsi masjid dengan rumah Abu Sufyan. Semula Hindun dan beberapa tokoh lainnya tidak mau menerima jaminan terhadap Abu Sufyan tersebut. Namun dengan kebesaran dan kekuasaan di tangannya semua tunduk dan patuh kepadanya kecuali melarikan diri. Akhirnya pertempuran dapat dihindari. Abu Sufyan, istrinya dan Wahsyi serta pengikut Abu Sufyan memperkuat barisan Islam. Dalam kondisi seperti itu masih banyak diantara sahabat merasa tidak puas dan kurang menerima perlakuan Rasulullah terhadap Abus Sufyan dan pengikutnya. Sahabat menginginkan supaya dilakukan hukum setimpal terhadap pembunuh Hamzah bin Abdul Muthalib. Namun Rasulullah tidak terpengaruh tekanan para sahabatnya. Didalam hatinya tidak sedikitpun menyimpan rasa dendam. Dulu pertentangan antara iman dan kufur, sekarang semua sudah berada dalam satu kalimat panji-panji tauhid. Haram menumpahkan darah sesama muslim tanpa sebab yang membenarkan berdasarkan hukum Allah. Walaupun Rasulullah kehilangan paman sekaligus pelindung yang dicintainya, yang dibunuh dengan kejam, namun beliau tetap sabar. Beliau tidak membalas bahkan memaafkannya. Buah dari kesabarannya, banyak orang-orang yang tadinya memusuhi berbalik menjadi pengikutnya yang setia. Walaupun hati beliau sangat sedih dan merasa kehilangan tetapi tidak berarti menjadi gelap mata dan kehilangan emosinya.