14
 5 BAB II LANDASAN TEORITIS II.1 TINJAUAN PUSTAKA II.1.2 Gangguan Pemusatan Perhatian dan/atau Hiperaktivitas (GPPH) GPPH merupakan gangguan perilaku yang dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan seorang individu, termasuk kesulitan akademik, masalah keterampilan sosial dan ketegangan dalam relasi orang tua dengan anak. Anak dengan gangguan ini beresiko tinggi untuk mengalami akibat negatif jangka  panjang yaitu rendahnya penca paian pendidikan dan pekerjaan. Gejala GPPH tidak hanya terjadi selama waktu sekolah, tetapi juga harus mempertimbangkan fungsi dan kesejahteraan sel uruh keluarga (Kusumaningrum, 2009). II.1.2.1 Definisi GPPH Gangguan Pemusatan Perhatian dan/atau Hiperaktivitas (GPPH) atau  Attention Deficit Hyperactivity Disorder  (ADHD) dalam  DSM-IV  (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV, 2000) atau Gangguan Hiperkinetik dalam PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III, 1993) adalah suatu diagnosis untuk pola perilaku anak yang berlangsung dalam jangka waktu paling sedikit 6 bulan, dimulai sejak berusia sekitar 7 tahun, yang menunjukkan sejumlah gejala ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian atau sejumlah gejala perilaku hiperaktif-impulsif, atau kedua-duanya. II.1.2.2 Epidemiologi GPPH GPPH atau Gangguan Hiperkinatik timbul pada masa perkembangan dini,  biasanya pada umur 5 tahun (Greenhil, 1992). Tetapi sulit untuk mendiagnosis pada usia tersebut, sebab ciri kepribadian mereka masih sangat mudah berubah. Pada kriteria diagnosis  DSM-IV , gejala-gejala telah timbul sebelum usia 7 tahun (Laurentius, 1999).  5

ADHD

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tumbuh Kembang

Citation preview

  • 5

    BAB II

    LANDASAN TEORITIS

    II.1 TINJAUAN PUSTAKA

    II.1.2 Gangguan Pemusatan Perhatian dan/atau Hiperaktivitas (GPPH)

    GPPH merupakan gangguan perilaku yang dapat berdampak pada berbagai

    aspek kehidupan seorang individu, termasuk kesulitan akademik, masalah

    keterampilan sosial dan ketegangan dalam relasi orang tua dengan anak. Anak

    dengan gangguan ini beresiko tinggi untuk mengalami akibat negatif jangka

    panjang yaitu rendahnya pencapaian pendidikan dan pekerjaan. Gejala GPPH tidak

    hanya terjadi selama waktu sekolah, tetapi juga harus mempertimbangkan fungsi

    dan kesejahteraan seluruh keluarga (Kusumaningrum, 2009).

    II.1.2.1 Definisi GPPH

    Gangguan Pemusatan Perhatian dan/atau Hiperaktivitas (GPPH) atau

    Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dalam DSM-IV (Diagnostic and

    Statistical Manual of Mental Disorder IV, 2000) atau Gangguan Hiperkinetik dalam

    PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III, 1993)

    adalah suatu diagnosis untuk pola perilaku anak yang berlangsung dalam jangka

    waktu paling sedikit 6 bulan, dimulai sejak berusia sekitar 7 tahun, yang

    menunjukkan sejumlah gejala ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian atau

    sejumlah gejala perilaku hiperaktif-impulsif, atau kedua-duanya.

    II.1.2.2 Epidemiologi GPPH

    GPPH atau Gangguan Hiperkinatik timbul pada masa perkembangan dini,

    biasanya pada umur 5 tahun (Greenhil, 1992). Tetapi sulit untuk mendiagnosis pada

    usia tersebut, sebab ciri kepribadian mereka masih sangat mudah berubah. Pada

    kriteria diagnosis DSM-IV, gejala-gejala telah timbul sebelum usia 7 tahun

    (Laurentius, 1999).

    5

  • 6

    Pada umumnya berbagai ahli mengemukakan prevalensi GPPH atau ADHD

    pada anak sekolah berkisar 3%-10% (Pineda et al., 2001). Di Amerika Serikat para

    ahli mempunyai kesepakatan bahwa prevalensi GPPH adalah 3%-5% pada populasi

    anak (American Psychiatric Association, 1994). Penelitian prevalensi GPPH di

    Kanada menunjukkan hasilnya sebesar 9% pada anak laki-laki dan 3.3% anak

    perempuan (Szatmari et al., 1989).

    Di Indonesia didapatkan pada penelitian

    sebelumnya oleh Tanjung (2002) prevalensi GPPH sebesar 4.2%, sedangkan oleh

    Kusumaningrum (2009) prevalensi GPPH di Sekolah Dasar Jakarta Pusat yang

    terdiri dari 69 anak laki-laki dan 21 anak perempuan.

    II.1.2.3 Etiologi GPPH

    Penyebab dari GPPH belum diketahui dengan jelas. Sebagian besar anak

    dengan GPPH tidak menunjukkan tanda-tanda cedera struktural yang besar pada

    sistem saraf pusat. Sebaliknya, sebagian besar anak dengan gangguan neurologis

    yang diketahui disebabkan oleh cedera otak tidak menunjukkan defisit atensi dan

    hiperaktivitas. Faktor penyumbang yang diduga berperan terjadinya GPPH adalah

    pemaparan toksin pranatal, prematuritas, dan kerusakan mekanis prenatal pada

    sistem saraf janin. Penyedap makanan, zat pewarna, pengawet, dan gula telah juga

    diperkirakan sebagai kemungkinan penyebab untuk perilaku hiperaktif. Serta

    beberapa faktor yang mempengaruhi GPPH, yaitu:

    1. Faktor genetik

    Saudara kandung dari penderita anak-anak hiperaktif memiliki resiko dua

    kali lebih besar dibandingkan populasi umum. GPPH umumnya lebih banyak

    terjadi pada anak-anak yang orang tuanya menggunakan alkohol dan memiliki

    gangguan kepribadian antisosial. Namun belum ada penelitian lebih lanjut tentang

    faktor genetik ini.

    2. Cedera otak

    Telah lama diperkirakan bahwa beberapa anak dengan GPPH mendapatkan

    cedera otak yang minimal pada sistem saraf pusat selama periode janin dan

    perinatalnya. Cedera otak mungkin disebabkan oleh efek toksik, metabolik,

    5

  • 7

    mekanik, dan efek lain yang merugikan serta stres dan kerusakan otak selama masa

    bayi yang disebabkan oleh infeksi, peradangan, dan trauma.

    3. Faktor psikososial

    Anak-anak di dalam kelas seringkali overaktif dan memiliki rentan atensi

    yang buruk. Beberapa hal atau kejadian fisik yang menimbulkan stres, kurangnya

    keharmonisan dalam keluarga, serta faktor-faktor lain yang menyebabkan gangguan

    kecemasan kadang juga dapat merupakan awal terjadinya GPPH (Kaplan et al.,

    1996).

    II.1.2.4 Diagnosis

    Menurut DSM-IV (Diagnostic and Stastical Manual of Mental Disorder-IV-

    Text Revision, 2000), gejala harus ditemukan pada sekurangnya dua keadaan seperti

    di sekolah dan di rumah untuk memenuhi kriteria diagnostik GPPH.

    Kriteria Diagnostik GPPH berdasarkan DSM-IV.

    A. Salah satu (1) atau (2)

    (1) Inatensi: terdapat enam (atau lebih) gejala inatensi berikut ini telah menetap

    selama sekurangnya enam bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak

    konsisten dengan tingkat perkembangan.

    a. Sering gagal memusatkan perhatian pada hal-hal kecil atau membuat kesalahan

    yang ceroboh (tidak hati-hati) dalam pekerjaan sekolah, pekerjaan, kegiatan

    lain.

    b. Sering sulit mempertahankam perhatian pada waktu melaksanakan tugas atau

    kegiatan bermain .

    c. Sering seperti tidak mendengarkan pada waktu diajak bicara langsung .

    d. Sering tidak mengikuti petunjuk dan gagal menyelesaikan pekerjaan sekolah

    dan tugas (tidak disebabkan oleh perilaku menentang atau kegagalan

    memahami petunjuk).

    e. Sering sulit mengatur tugas dan kegiatan. .

  • 8

    f. Sering menghindar, tidak suka atau enggan melibatkan diri dalam tugas yang

    membutuhkan ketekunan yang berkesinambungan (seperti melakukan

    pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah).

    g. Sering menghilangkan benda-benda yang diperlukan untuk menyelesaikan

    tugas atau kegiatan lain.

    h. Perhatiannya sering mudah dialihkan oleh rangsangan dari luar.

    i. Sering lupa dalam kegiatan sehari-hari.

    (2) Hiperaktivitas-impulsivitas: Enam (atau lebih) gejala hiperaktivitas-

    impulsivitas berikut ini telah menetap selama sekurangnya enam bulan sampai

    tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.

    Hiperaktivitas

    a. Sering tangan dan kakinya tidak bisa diam atau tidak bisa duduk diam.

    b. Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau di situasi di mana

    diharapkan untuk tetap diam.

    c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak

    sesuai untuk hal tersebut.

    d. Sering mengalami kesulitan bermain atau mengikuti kegiatan di waktu

    senggang dengan tenang.

    e. Sering dalam keadaan siap bergerak (atau bertindak seperti digerakkan oleh

    mesin.

    f. Sering bicara berlebihan.

    Impulsivitas

    g. Sering menjawab tanpa pikir dahulu terhadap pertanyaan sebelum pertanyaan

    selesai ditanyakan.

    h. Sering sulit menunggu gilirannya

    i. Sering menyelak atau memaksakan diri terhadap orang lain (misalnya

    memotong pembicaraan atau mengganggu permainan).

    B. Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatentif yang menyebabkan gangguan

    telah ada sebelum usia 7 tahun.

  • 9

    Selain itu kurangnya perhatian anak terutama ketika duduk di bangku

    sekolah, begitu pula ketika anak tersebut berada di rumah. Seringkali tidak

    mematuhi peraturan orang tua. Mereka cenderung memperlihatkan perilaku

    impulsif, emosional yang labil serta mudah tersinggung. Riwayat di sekolah dan

    laporan guru sangatlah penting di dalam menilai apakah kesulitan anak dalam

    belajar dan perilakunya selama di kelas. Hal ini disebabkan karena citra diri mereka

    yang buruk terhadap dirinya sendiri memberikan petunjuk diagnostik yang berguna

    terhadap GPPH (Kaplan et al., 1996).

    II.1.2.5 Gambaran klinis

    Untuk dapat disebut memiliki gangguan GPPH, harus ada tiga gejala utama

    yang tampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif.

    Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga

    mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain. Gejala hiperaktif

    dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang

    merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan

    ke sana kemari, bahkan memanjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan

    menimbulkan suara berisik. Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk

    menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan atau melakukan

    sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut diekspresikan dengan segera dan

    tanpa pertimbangan.

    C. Beberapa gangguan akibat gejala ada selama dua atau lebih situasi (misalnya,

    di sekolah (atau pekerjaan) dan di rumah).

    D. Harus terdapat bukti jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis dalam

    fungsi sosial, akademik, atau fungsi pekerjaan.

    E. Gejala tidak terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan perkembangan

    pervasive, skizofrenia, atau gangguan psikotik lain, dan tidak diterangkan lebih

    baik oleh gangguan mental lain (misalnya, gangguan mood, gangguan

    kecemasan, gangguan disosiatif, atau gangguan kepribadian).

  • 10

    Beberapa masalah perilaku yang muncul dan dapat menghambat proses

    belajar pada anak GPPH dan kesulitan belajar ini dapat digambarkan, yaitu:

    1. Aktivitas motorik yang berlebihan

    Masalah motorik pada anak ini disebabkan karena kesulitan mengontrol dan

    melakukan koordinasi dalam aktivitas motoriknya, sehingga tidak dapat

    membedakan kegiatan yang penting dan yang tidak penting.

    2. Menjawab tanpa ditanya

    Ciri impulsif demikian ini merupakan salah satu sifat yang dapat

    menghambat proses belajar anak. Keadaan ini menunjukkan bahwa anak tidak

    dapat mengendalikan dirinya untuk berespon secara tepat.

    3. Menghindari tugas

    Masalah ini muncul karena biasanya anak merasa cepat bosan, sekalipun

    dengan tugas yang menarik. Tugas-tugas belajar kemungkinan sulit dikerjakan

    karena anak mengalami hambatan untuk menyesuaikan diri terhadap kegiatan

    belajar yang diikutinya. Keadaan ini dapat menimbulkan rasa frustasi, dan akibatnya

    anak kehilangan motivasi untuk belajar.

    4. Kurang perhatian

    Kesulitan dalam mendengar, mengikuti arahan, dan memberikan perhatian

    adalah merupakan masalah umum pada anak-anak ini. Perhatian yang mudah

    teralihkan sangat menghambat dalam proses belajar.

    5. Tugas yang tidak diselesaikan

    Masalah ini berhubungan dengan penghargaan waktu yang kurang baik,

    frustasi terhadap tugas, serta berbagai sikap yang merusak, namun membangun

    kebiasaan yang baik secara konsisten merupakan langkah yang penting agar tugas

    dapat diselesaikan dengan baik.

    6. Bingung akan arahan

    Masalah ini berpangkal pada perhatian, ketika perhatian pecah selama

    kegiatan pembelajaran, terjadi perpecahan proses informasi yang mengakibatkan

    kebingungan sehingga informasi yang diterima tidak utuh.

  • 11

    7. Disorganisasi

    Pada umumnya anak-anak ini mengalami disorganisasi, impulsif, ceroboh,

    dan terburu-buru dalam melakukan tugas yang mengakibatkan pekerjaan acak-

    acakan, bingung, dan sering kali lupa beberapa bagian tugas.

    8. Masalah-masalah sosial

    Meskipun masalah dalam hubungan teman sebaya tidak ditemukan pada

    semua anak-anak ini, namun kecenderungan impulsif, kesulitan menguasai diri

    sendiri, serta toleransi rasa frustasi yang rendah, tidaklah mengherankan jika

    sebagian anak mempunyai masalah dalam kehidupan sosial, kesulitan bermain

    dengan aturan, dan aktivitas lainnya yang tidak hanya terbatas di sekolah saja tetapi

    di lingkungan sosial lainnya (Sugiarmin, 2007).

    Masalah ini biasanya menetap selama masa bersekolah dan bahkan sampai

    umur dewasa, tetapi banyak penderita secara lambat laun menunjukkan perbaikan

    dalam kegiatan dan perhatiannya. (Departemen Kesehatan RI, 1993).

    II.1.2.6 Terapi

    1. Farmakoterapi

    Terapi yang efektif bagi GPPH adalah terapi perilaku dan farmakoterapi

    khususnya dengan psikostimulan. Efektivitas keduanya dalam waktu singkat

    (beberapa minggu atau bulan) telah terbukti. Peranan terapi perilaku penting dalam

    pelaksanaan GPPH. Hal ini telah ditunjukkan oleh penelitian bahwa dengan

    pemberian obat metilfenidat dosis rendah, disertai dengan pelatihan orang tua dan

    juga pelatihan bagi anak untuk mengontrol dirinya. Hasil yang lebih baik pada anak

    yang selama 2-3 tahun diterapi dengan multimodal (kombinasi dari pemberian

    psikostimulan, memperhatikan aspek pendidikan, berbagai terapi psikososial, dan

    termasuk terapi keluarga) daripada hanya memberikan psikostimulan saja

    (Laurentius, 1999).

    Pemberian psikostimulan dengan dosis yang adekuat pada anak hiperaktif

    menunjukkan 35%-50% perbaikan yang dramatis, 30%-40% perbaikan yang

    moderate dan 15%-20% tidak menunjukkan adanya perbaikan. Perbaikan yang

    terjadi secara dramatis biasanya dilaporkan oleh guru bahwa muridnya tersebut

  • 12

    menjadi anak yang manis seperti lainnya (Greenhil, 1992). Perbedaan lain sebagai

    respon utama antara anak hiperaktif dengan orang dewasa adalah adanya efek

    euforia hanya pada orang dewasa. Serta anak hiperaktif menjadi kurang gelisah jika

    diberikan psikosimulan, sedangkan pada orang dewasa dapat meningkatkan

    aktivitasnya (Safer et al., 1996).

    2. Terapi Perilaku

    Terapi yang diterapkan terhadap penderita ADHD haruslah bersifat holistik

    dan menyeluruh. Penanganan ini hendaknya melibatkan multi disiplin ilmu yang

    dilakukan antara dokter, psikologi, orangtua, guru dan lingkungan yang

    berpengaruh terhadap penderita secara bersama-sama. Penanganan ideal harus

    dilakukan terapi stimulasi dan terapi perilaku secara terpadu guna menjamin

    keberhasilan terapi (Judarwanto, 2009).

    Modifikasi perilaku juga melibatkan orang tua seperti yang dijelaskan oleh

    Judarwato (2009) bahwa orang tua sebaiknya selalu mendampingi dan

    mengarahkan kegiatan yang seharusnya dilakukan anak dengan melakukan

    modifikasi bentuk kegiatan yang menarik minat, sehingga lambat laun dapat

    mengubah perilaku anak yang menyimpang. Pola pengasuhan di rumah hendaknya

    mengajarkan anak dan memberikan pengertian yang benar tentang segala sesuatu

    yang harus ia kerjakan dan segala sesuatu yang tidak boleh dikerjakan serta

    memberikan kesempatan mereka secara psikis menerima petunjuk-petunjuk yang

    diberikan.

    Umpan balik, dorongan semangat, dan disiplin, hal ini merupakan pokok

    dari upaya perbaikan perilaku anak dengan memberikan umpan balik agar anak

    bersedia melakukan sesuatu dengan benar disertai dengan dorongan semangat dan

    keyakinan bahwa dia mampu mengerjakan, pada akhirnya bila ia mampu

    mengerjakannya dengan baik maka harus diberikan penghargaan yang tulus baik

    berupa pujian ataupun hadiah tertentu yang bersifat konstruktif. Bila hal ini tidak

  • 13

    berhasil dan anak menunjukkan tanda-tanda emosi yang tidak terkendali harus

    segera dihentikan atau dialihkan pada kegiatan lainnya yang lebih ia sukai

    (Hidayati, 2009).

    II.1.3 Prestasi Belajar

    Winkel (1996) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti

    keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan

    belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

    Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor-faktor yang

    mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun yang menghambat.

    Demikian juga hal dalam belajar, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

    itu adalah sebagai berikut:

    II.1.3.1 Faktor internal

    Faktor internal ada1ah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini

    dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :

    1. Faktor lntelegensi

    Intelegensi dalarn arti sernpit adalah kemampuan untuk mencapai prestasi di

    sekolah. Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi

    belajar siswa. Karena tingginya peranan intelegensi dalam mencapai prestasi

    belajar maka guru harus memberikan perhatian yang sangat besar terhadap bidang

    studi yang banyak membutuhkan berpikir rasiologi.

    2. Faktor Minat

    Minat adalah kecenderungan yang mantap untuk merasa tertarik pada

    bidang tertentu. Siswa yang kurang berminat dalam pelajaran tertentu akan

    rnenghambat dalam belajar.

  • 14

    3. Faktor Keadaan Fisik dan Psikis

    Keadaan fisik rnenunjukkan pada tahap pertumbuhan (kekurangan gizi akan

    menghambat pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan), kesehatan jasmani,

    keadaan alat-alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada

    keadaan mental siswa, karena fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif

    terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya.

    II.1.3.2 Faktor Eksternal

    Faktor eksternal adalah faktor dan luar diri siswa yang mempengaruhi

    prestasi belajar. Faktor eksternal dapat dibagi rnenjadi beberapa bagian, yaitu:

    1. Faktor Guru

    Guru sebagai tenaga berpendidikan rnemiliki tugas menyelenggarakan

    kegiatan belajar mengajar, membimbing, dan mengembangkan teknik belajar

    karena itu setiap guru harus memiliki kemampuan profesional dan kepribadian

    sehingga dapat rnenunjang tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin.

    2. Faktor Lingkungan Keluarga

    Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja, karena

    sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah. Jika terjadi kericuhan

    keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang perlengkapan belajar akan

    mempengaruhi berhasil tidaknya belajar.

    3. Faktor Sumber - Sumber Belajar

    Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar adalah

    tersedianya sumber belajar yang memadai yang dapat berupa media atau alat bantu

    belajar serta bahan baku penunjang (Ahmadi, 1998).

    Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa

    maka dilakukan melalui tes prestasi belajar berdasarkan tujuan dan ruang

    lingkupnya. Tes prestasi belajar digolongkan dalam penilaian sebagai berikut:

  • 15

    1. Tes formatif

    Tes yang diberikan kepada siswa pada akhir program satuan

    pembelajaran. Fungsinya untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa

    dalam penguasaan bahan atau materi yang bertujuan untuk memperoleh

    gambaran daya serap siswa terhadap bahasan tersebut.

    2. Tes sub sumatif

    Tes yang diberikan kepada siswa pada tahap-tahap tertentu misalnya

    dua minggu sekali atau satu bulan sekali selama catur wulan atau semester

    yang bersangkutan. Tujuannya selain untuk mengetahui gambaran daya

    serap materi yang telah diberikan, hasilnya akan digabungkan dengan nilai

    tes sumatif yang akan menjadi nilai rapor.

    3. Tes sumatif

    Tes ini biasa diadakan tiap catur wulan sekali atau setiap semester.

    Fungsi tes tersebut untuk menilai penguasaan siswa terhadap bahan

    pelajaran yang telah diajarkan selama jangka waktu tertentu (Purwanto,

    2002).

    II.1.4 Hubungan GPPH dengan Prestasi Belajar Siswa

    Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan

    hasil belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor salah

    satunya adalah keadaan psikis yang menunjukkan pada keadaan mental siswa

    karena sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar (Ahmadi, 1998).

    Penyebab tersering yang dapat mempengaruhi keadaan psikis pada anak

    adalah gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) yang

    menunjukkan perilaku hiperaktif, impulsif, sulit memusatkan perhatian dengan

    lebih sering dan persisten jika dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.

    Keadaan tersebut menimbulkan hambatan bagi anak dalam aktivitas keseharian,

    seperti berinteraksi dengan teman sebaya, keluarga, dan tentu akan mengganggu

    dalam kesiapan belajar, selanjutnya mempengaruhi prestasi belajar dan secara

    keseluruhan menurunkan kualitas hidup anak (Klassen, 2004).

  • 16

    Biasanya gejala tersebut berlangsung secara konsisten, sehingga hal ini

    benar-benar dapat mengganggu kehidupan keseharian anak. Dampak yang

    diakibatkan dari gangguan ini antara lain anak menjadi terhambat dalam proses

    berpikir dan proses belajar, karena ia memiliki gangguan pemusatan perhatian,

    yang membuat ia tidak fokus pada pelajaran apapun yang diberikan oleh orang

    tuanya ataupun oleh gurunya (Osman, 2002).

  • 17

    II.2 KERANGKA TEORI

    Bagan1. Kerangka Teori

    GPPH (Gangguan Pemusatan

    Perhatian dan/atau

    Hiperaktivitas)

    Internal Eksternal

    - Intelegensi

    - Minat

    - Psikis

    - Fisik

    - Sikap dan cara guru

    mendidik

    - Lingkungan keluarga (motivasi, cara orang tua

    mendidik)

    - Sumbersumber belajar Faktor genetik

    Cedera otak

    Faktor psikososial

    Prestasi Belajar

  • 18

    II.3 KERANGKA KONSEP

    Bagan 2. Kerangka Konsep

    Variabel Independen Variabel Dependen

    II.4 HIPOTESIS PENELITIAN

    - Ha : Ada hubungan antara GPPH dengan prestasi belajar siswa di SDN

    Perumnas Bumi Kelapa Dua, Kecamatan Kelapa Dua, Kabupaten

    Tangerang.

    GPPH (Gangguan

    Pemusatan Perhatian

    dan/atau

    Hiperaktivitas)

    0

    Prestasi Belajar

    Siswa