39
17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika internal dalam diri remaja menjadi tantangan bagi proses remaja membentuk identitasnya. Identitas remaja harus bisa dicapai disamping banyak faktor yang memengaruhinya yaitu beberapa diantaranya seperti kualitas pertemanan dan iklim sosial. 2.1. Identitas Diri Remaja 2.1.1. Pengantar tentang Remaja Akhir Remaja dideskripsikan sebagai masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa, yang berarti berada diantara dua usia, periode di mana kematangan dicapai; periode di mana seorang individu emosional dewasa mendekati puncak pertumbuhan fisik dan mentalnya; waktu “kelahiran kembali” (Powell, 1963). Istilah “adolescence” atau remaja berasal dari kata latin yaitu “adolescere” yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 1991). Menurut Rifai (1983) masa adolensi disebut juga masa “physiological learning” dan “social learning” yang berarti pada masa ini remaja sedang mengalami pematangan fisik dan sosial. Jersild (1963) menyatakan istilah “remaja” digunakan untuk menunjukkan periode di mana seorang individu tumbuh dan mengalami transisi dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Masa remaja dapat dilihat sebagai awal sekitar ketika individu mulai menunjukkan tanda-tanda pubertas dan berlanjut sampai kebanyakan mereka telah matang secara seksual, telah mencapai pertumbuhan maksimal seperti tinggi, dan

adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan

yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan

dinamika internal dalam diri remaja menjadi tantangan bagi proses remaja

membentuk identitasnya. Identitas remaja harus bisa dicapai disamping

banyak faktor yang memengaruhinya yaitu beberapa diantaranya seperti

kualitas pertemanan dan iklim sosial.

2.1. Identitas Diri Remaja

2.1.1. Pengantar tentang Remaja Akhir

Remaja dideskripsikan sebagai masa transisi dari kanak-kanak ke

dewasa, yang berarti berada diantara dua usia, periode di mana

kematangan dicapai; periode di mana seorang individu emosional dewasa

mendekati puncak pertumbuhan fisik dan mentalnya; waktu “kelahiran

kembali” (Powell, 1963). Istilah “adolescence” atau remaja berasal dari

kata latin yaitu “adolescere” yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh

menjadi dewasa” (Hurlock, 1991). Menurut Rifai (1983) masa adolensi

disebut juga masa “physiological learning” dan “social learning” yang

berarti pada masa ini remaja sedang mengalami pematangan fisik dan

sosial.

Jersild (1963) menyatakan istilah “remaja” digunakan untuk

menunjukkan periode di mana seorang individu tumbuh dan mengalami

transisi dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Masa remaja dapat dilihat

sebagai awal sekitar ketika individu mulai menunjukkan tanda-tanda

pubertas dan berlanjut sampai kebanyakan mereka telah matang secara

seksual, telah mencapai pertumbuhan maksimal seperti tinggi, dan

Page 2: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

18

mencapai pertumbuhan mental penuh yang diukur dengan tes kecerdasan.

Periode tersebut tercakup meliputi tahun dari sekitar usia dua belas ke

awal dua puluhan.

Hurlock (1980) menyatakan bahwa lazimnya remaja mulai

dianggap saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia

diakui mencapai usia matang secara hukum. Garis pemisah antara awal

masa remaja terletak kira-kira tiga belas tahun hingga sekitar usia tujuh

belas tahun, usia rata-rata di mana remaja memasuki usia sekolah

menengah atas.

Piaget (dalam Hurlock, 1991) mengatakan bahwa secara

psikologis, remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi

ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa

bahwa ia berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa

sama atau paling tidak sejajar.

Sarwono (2003) mendefinisikan remaja akhir adalah masa di mana

individu yang telah memiliki keseimbangan antara kepentingan pribadi

yang terbentuk pada masa sebelumnya, dengan kepentingan diri sendiri

dan orang lain. Masa remaja akhir (dalam Agustiani, 2006) didefinisikan

sebagai masa dimana individu memasuki usia 19-21 tahun, ditandai oleh

persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa dan masa di

mana individu berusaha memantapkan tujuan vokasional dan

mengembangkan identitas pribadi.

Ahmadi dan Sholeh (2005) menyatakan bahwa remaja akhir adalah

masa dimana seorang individu telah menerima keadaan fisik yang berubah

selama proses remaja awal sampai remaja pertengahan, dan bersama

dengan itu, terbentuk pilihan-pilihan dan pendirian-pendirian hidup yang

semakin mantap.

Page 3: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

19

Feist dan Feist (2006) menyatakan bahwa remaja akhir atau late

adolescence adalah masa di mana anak-anak muda mulai merasakan nafsu

dan keintiman terhadap satu orang yang sama dan ini berakhhir pada masa

dewasa saat mereka sanggup membangun sebuah hubungan cinta yang

abadi.

Monks (1999) memberikan batasan usia remaja akhir adalah 18-21

tahun. Senada dengan itu, Asrori & Ali (2008) juga membagi usia remaja

akhir enjadi antar 18-21 tahun. Sedangkan Hurlock membagi masa remaja

akhir dalam usia 17-18. Dalam penelitian ini usia yang dimaksud adalah

18-21 tahun seperti batasan usia yang dikemukakan oleh Monks (1999).

Remaja akhir umumnya adalah individu dalam rentang tahanpan tingkat

akhir SMU dan mahasiswa Perguruan inggi tingkat awal (Christianti,

2004). Pada masa ini seseorang sudah mulai berperilaku seperti orang

dewasa dibandingkan pada usia remaja awal (12-15) yang masih erat

dengan sifat kekanak-kanakan dan sangat bergantung pada orang tua.

Selanjutnya Menurut Ahmadi & Sholeh (2005) remaja akhir

memiliki tugas perkembangan sebagai berikut:

a) Pemantapan pendirian hidup dengan pengujian lebih lanjut tentang

pendirian hidup serta penyiapan diri dengan keterampilan dan

kemampuan yang diperlukanuntuk merealisasikan pendirian hidup

yang telah dipilihnya

b) Mencapai proses pematangan biologis-fisiologis yang makin

melambat dan akhirnya mencapai taraf kematangan

c) Menghilangnya problem-problem yang berkaitan dengan

perubahan-perubahan biologis-fisiologis dan penemuan pendirian

hidupyang makin mantap.

Page 4: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

20

Menurut Garrison (dalam Kusumawati, 2008) tugas perkembangan

remaja akhir yaitu antara lain:

a) Menerima kondisi jasmani

Kondisi jasmani sesorang sudah relatif stabil pada masa ini, hal ini

juga berkaitan dengan bentuk tubuh dan berat badan yang

dimilikinya. Seseorang harus menerima keadaan fisik yang

dimilikinya dengan baik serta puas dengan penampilan fisiknya

yang ada.

b) Mendapatkan hubungan yang lebih dalam dan intens dengan teman

yang berlainan jenis

Kematangan seksual yang dicapai sejak awal remaja mendorong

remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih dalam dan

intens dengan lawan jenis.

c) Menerima kondisi dan belajar hidup sesuai dengan jenis

kelaminnya

Remaja akhir harus dapat menerima kondisi kelaminnya (sebagai

laki-laki atau perempuan) dengan penuh tanggung jawab.

d) Mendapat kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnnya

Bebas dari ketergantungan emosional merupakan tugas

perkembangan yang penting bagi remaja. Apabila tidak memiliki

kebebasan emosional, remaja akhir akan menemui kesukaran

dalam masa dewasa, tidak bisamembuat keputusan sendiri dan

bertanggungawab atas pilihan yang daitempuhnya.

e) Mendapatkan kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang

berkaitan dengan masalah ekonomi

Page 5: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

21

Tugas lainnnya adalah kesanggupan berdiri sendiri dalam masalah

ekonomi karena kelak mereka akanhidup sebagai orang dewasa.

f) Mendapatkan nilai-nilai dan falsafah hidup

Nilai-nilai dan falsafah hidup di sini berkaitan dengan tujuan

hidup, perilaku dirinya, keluarga dan orang lain, serta keagamaan.

Periode remaja akhir harus sudah bisa menemukan falsafah hidup

sehingga ia bisa hidup dengan harmonis dan menginjak ke tahap

perkembangan selanjutnya yaitu masa dewasa.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa remaja adalah usia

peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan diikuti oleh

perubahan fisik dan psikologis dan berusaha menemukan jalan hidupnya,

menyelesaikan sejumlah tugas perkembangannya serta mulai mencari

nilai-nilai kematangan diri dari berbagai aspek baik fisik, mental, emosi,

kognitif, sosial dan sebagainya.

Adapun ciri-ciri remaja akhir seperti yang dikemukakan Mappriare

(1982) adalah stabilitas mulai timbul dan meningkat, citra diri dan sikap

pandangan menjadi lebih realisitis, mampu menghadapi masalah dengan

lebih matang, dan perasaan menjadi lebih tenang.

Pada umumnyaremaja akhir atau usia 18-21 tahun dalam batasan

usia itu terjadi proses penyempurnaan pertumbuhan fisik dan

perkembangan aspek-aspek psikis yang dimulai sejak masa-masa

sebelumnya, yang mengarah pada kematangan yang sempurna (Al

Mighwar, 2006). Namun ciri-ciri remaja akhir dapat dilihat antara lain

sebagai berikut:

Menurut Sarwono (2003) ciri-ciri remaja akhir adalah sebagai

berikut:

a) Minat yang mantap terhadap fungsi-fungsi intelek

Page 6: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

22

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain

dalam pengalaman-pengalaman baru

c) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi

d) Egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan

diri sendiri dengan orang lain

Selanjutnya Al-Mighwar (2006) menyebutkan ciri-ciri umum

remaja akhir yaitu sebagai berikut:

a) Mulai stabil baik dalam aspek fisik maupun psikis

b) Lebih realistis dalam menilai diri sesuai keadaan yang ada

c) Lebih matang menghadapi masalah karena kemampuan berpikir

sudah lebih sempurna dibanding masa remaja awal maupun

pertengahan

d) Menunjukkan perasaan yang lebih tenang dibanding masa remaja

awal dan pertengahan.

2.1.2. Identitas Diri

Ishiyama (1987 dalam Ishiyama 1989) menyatakan identitas diri

adalah proses memulihkan dan memperkuat rasa harga diri, dan identitas

pribadi ada dalam kompetensi melalui berbagai kegiatan serta interaksi

dengan lingkungan alam dan sosial, dan jauh melampaui hal itu adalah

juga untuk tingkat spiritual. Identitas diri demikian mengacu pada

pengakuan dan penegasan dari semua aspek diri dan nilai dan makna dari

eksistensi pribadi. Model ini mengusulkan bahwa individu termotivasi

untuk memulihkan, mempertahankan, dan lebih meningkatkan rasa diri

oleh berbagai validasi diri dalam dimensi fisik, sosial, dan pribadi.

Wendt (1992, dalam Fearon, 1999) menyatakan bahwa identitas

diri adalah apa yang relatif stabil, pemahaman peran yang spesifik dan

harapan tentang diri. Hogg & Abrams (1988 dalam Fearon, 1999)

Page 7: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

23

menyatakan identitas diri adalah konsep orang tentang siapa mereka, jenis

orang seperti apa dan bagaimana mereka dalam hubungan dengan orang

lain.

Cast & Burke (2002) identitas adalah seperangkat makna yang

mewakili pemahaman, perasaan, dan harapan yang diterapkan diri sebagai

penghuni posisi sosial. Adams & Marshall (Serafini & Adams, 2002)

menyatakan identitas adalah konstruksi sosial-psikologis yang

mencerminkan pengaruh sosial melalui imitasi dan identifikasi proses dan

aktif diri konstruksi dalam penciptaan apa yang penting untuk diri dan

orang lain. Aspek diri yang konstruktif aktif identitas didirikan pada

kognitif (atau ego) operasi yang mengatur, struktur, dan membangun atau

merekonstruksi pengetahuan tentang diri.

Erikson (dalam Reich dan Siegel, 2002) yang dikutip asumsi

implisitnya bahwa orang akan ada dalam situasi stres, keamanan individu

yang melekat harus lebih terbuka untuk eksplorasi intelektual dan

lingkungan yang mendasari proses pembentukan identitas. Identitas diri

sebagai pearsaan subjektif tentang diri yang konsisten dan berkembang

dari waktu ke waktu. Teori ego-identitas Erikson menunjukkan bahwa

individu yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, otonomi,

inisiatif, industri, identitas dan atau memiliki keunikan potensi yang lebih

memadai secara psikologis untuk menahan ancaman terhadap diri yang

sering menyertai eksplorasi.

Menurut Gunarsa (2003) identitas dapat diartikan sebagai suatu inti

pribadi yang tetap ada walaupun mengalami perubahan bertahap dengan

perkembangan umur dan perkembangan lingkungan. Gunarsa juga

menambahkan bahwa identitas juga dapat diartikan sebagai cara hidup

tertentu yang sudah dibentuk pada masa-masa sebelumnya dan

Page 8: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

24

menentukan peranan sosial manakah yang harus dijalankan. Identitas juga

merupakan suatu hasil yang diperoleh pada masa remaja, akan tetapi yang

masih mengalami perubahan dan pembaharuan. Identitas dialami sebagai

suatu kelangsungan di dalam dirinya dan di dalam hubungan keluar

dirinya. Identitas juga merupakan suatu penyesuaian peranan sosial yang

ada azaznya mengalami perubahan.

Stuart & Laraia (2005) menyatakan identitas diri ditandai dengan

seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya. Salah satu

dasar persepsi seseorang terhadap kecukupan peran yang diterimanya

adalah ego yang menyertai peran, berkembang sesuai dengan harga diri,

dimana harga diri yang tinggi adalah hasil dari pemenuhan kebutuhan

peran dan sejalan dengan ideal diri seseorang.

Andreouli (2010) menyebutkan bahwa identitas telah

dikonseptualisasikan sebagai posisi menuju “lainnya” dalam kaitannya

dengan representasi sosial yang mana posisi tersebut memungkinkan

individu untuk melihat identitas sebagai proses relasional dan dinamis.

Sedangkan Leary & Tangney (2012) menyatakan identitas

merupakan ciri-ciri dan karakteristik, hubungan sosial, peran, dan

keanggotaan kelompok sosial yang menentukan siapa individu tersebut.

Identitas dapat difokuskan pada masa lalu, masa sekarang, atau masa

depan,dimana seseorang merasa wajib untuk mencoba untuk menjadi

“siapa”, atau ketakutan seseorang dapat menjadi “siapa”.

Kartono & Gulo (dalam Purwanti, 2013) menyatakan identitas diri

merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan

orang lain. Individu harus memutuskan siapakah dirinya sebenarnya dan

bagaimanakah peranannya dalam kehidupan nanti. Selanjutnya Panuju &

Umami (dalam Purwanti, 2013) menyatakan bahwa identitas merupakan

Page 9: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

25

suatu kesatuan. Kesatuan yang terbentuk dari asas-asas, cara hidup,

pandangan-pandangan yang menentukan cara hidup selanjutnya. Kesatuan

ini merupakan inti seseorang yang menentukan cara meninjau diri sendiri

dalam pergaulan dan tinjauannya keluar dirinya.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan sebagaimana

menurut Ishiyama, identitas diri adalah proses memulihkan dan

memperkuat rasa harga diri, dan identitas pribadi ada dalam kompetensi

melalui berbagai kegiatan serta interaksi dengan lingkungan alam dan

sosial, dan jauh melampaui hal itu adalah juga untuk tingkat spiritual.

Identitas diri demikian mengacu pada pengakuan dan penegasan dari

semua aspek diri dan nilai dan makna dari eksistensi pribadi.

2.1.3. Teori Identitas Diri

Salah satu proses utama dalam masa remaja ialah pembentukan

identitas (identity formation) yang mana adalah sebuah prosedur untuk

memperjelas dan menegaskan nilai seorang pribadi. Hal ini menjadi saat

di mana remaja secara kognitif mengganti nilai-nilai lama dan tingkah

lakunya sebagai pengalaman mereka yang baru. Namun oleh hal ini, ada

yang disebut Erikson sebagai “krisis identitas” yaitu keadaan

ketidakmampuan untuk menempatkan apa yang akurat dan bermakna

dalam diri seseorang sebagai identitas (Turner& Helms, 1983).

Dalam tahapan psikososial Erikson seperti yang jelaskan oleh

Turner & Helms (1983) dalam bukunya “Lifespan Development”, tahapan

yang kelima sering dirujuk sebagai teori Erikson tentang „pencarian

identitas‟ yang mungkin sekali paling populer dalam ke delapan tahapan

psikososialnya. Sejak awal pubertas dan kematangan seksual, remaja

menyadari bahwa masa kanak-kanak telah hilang dan masa dewasa mulai

mendekat. Oleh karenanya, ego harus dinilai kembali dalam realitas dan

Page 10: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

26

menjalankannnya dalam kesehariannya. Namun pada kebanyakannya,

remaja selalu mengalami „kebinggungan‟ dalam hal yang berkatan dengan

ide-ide dan hal-hal menyangkut keyakinan diri remaja itu sendiri ketika

berhadapan dengan orang lain. Bagian yang menjadi perhatian adalah

dicapainya kesesuaian antara persepsi diri dalam identitas indivdu itu

sendiri dengan individu yang lain. Hal ini juga nampak dalam

meningkatnya perhatian pada kemampuan-kemampuan sosial remaja dan

ketrampilan-ketrampilan yang dimilikinya khususnya dalam

menyesuaikannya dengan prototipe-prototipe yang ada dalam masyarakat.

Oleh karena itu tersebut mengambil tempat dalam bentuk „identitas ego‟

itu sendiri.

Erikson (dalam Turner & Helms, 1983) menyatakan kemampuan

ego untuk mengintegrasikan semua hal yang berkaitan dengan identifikasi-

identifikasi tawaran-tawaran menyangkut pekerjaan atau yang disebut

Erikson sebagai „peran sosial‟ merupakan keberhasilan remaja dalam

tahapan ini. Sehingga Teori Erikson mengenai “Identitas versus

Kebingungan peran” (identity versus role confusion) menegaskan bahwa

tugas utama dari masa remaja ialah untuk menjadi orang dewasa yang

unik dengan pemahaman diri sendiri yang koheren dan memiliki peran

yang bernilai dalam masyarakat (Papalia, Olds dan Feldman, 2009).

Remaja membentuk identitas mereka dengan menggabungkan identifikasi

sebelumnya menjadi “struktur psikologis baru, lebih besar dari jumah

bagian-bagian yang membentuknya” (Kroger dalam Papalia, et al., 2009).

Identitas yang terbentuk saat remaja menyelesaikan tiga persoalan besar

yaitu mengenai karir atau pekerjaan, pemilihan nilai-nilai atau ideologi

untuk diterapkan dalam dirinya, dan perkembangan identitas seksual yang

memuaskan (Papalia, et al., 2009). Erikson dalam teorinya menyebutkan

Page 11: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

27

bahwa identitas ego secara konstan berubah karena pengalaman-

pengalaman baru dan informasi yang diperoleh dalam interaksi sehari-hari

dengan orang lain (Upton, 2012).

Proses pembentukan identitas merupakan perkembangan ke arah

individualitas yang mantap. Hal ini dapat diungkapkan sebagai “satu

proses restrukturisasi segala identifikasi dan gambaran diri terdahulu, di

mana seluruh identitas fragmenter yang dahulu diolah dalam perspektif

suatu masa depan yang diantisipasi” (Erikson,1989). Individu dapat

menemukan identitasnya apabila ia dapat menggabungkan semua

identifikasi masa kanak-kanaknya di dalam suatu konfigurasi baru,

sehingga identitas pribadi bukan merupakan penjumlahan otomatis dari

semua identifikasi terdahulu, melainkan suatu “prestasi sintesis pribadi”.

Keberhasilan merestrukturisasi identitas diri sebagai sosok individu

remaja akan sangat membantu untuk mengambil peran yang tepat dalam

kehidupannya. Terbentuknya identitas diri pada masa remaja, akan dapat

mengarahkan tingkah laku dan sikap terhadap lingkungan.

Konsep identitas diri sendiri sangat berkenaan dengan fase remaja,

terutama remaja akhir. Menurut Erikson (Bosma et.al dalam Marwing &

Ilman, 2014), dalam tahap perkembangan tersebut, remaja menjawab

pertanyaan tentang status dan peran yang diberikan orang lain kepada

dirinya di tengah masyarakat. Remaja tidak membentuk identitas diri

mereka dengan hanya memodel atau mencontohnya dari orang lain tetapi

juga memodifikasi dan menyatukan hasil identifikasi awal di atas menjadi

suatu struktur psikologis yang baru, dan lebih besar dan penjumlahan

bagian-bagiannya. Pengetahuan yang dimiliki remaja akan menghasilkan

suatu sikap dalam kehidupan dirinya. Dalam proses pencarian identitas,

remaja akan mencari tahu tentang siapa dirinya dalam lingkungan

Page 12: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

28

sosialnya terutama pada kelompok-kelompok sosial, seperti kelompok

teman sebaya, kelompok agama dan sebagainya. Hal ini dapat membantu

remaja untuk mengetahui dirinya dalam perbandingannya dengan orang

lain yang selanjutnya akan berpengaruh pada sikap yang akan mereka

tunjukkan.

Meskipun berbagai pernyataan tentang identitas menjadi hal yang

penting dalam masa remaja, pembentukan identitas tidak dimulai atau

diakhiri pada masa ini. Hal yang terpenting terjadi pada masa ini ialah

untuk pertama kalinya terjadi perkembangan fisik, kognitif, dan

sosioemosi hingga suatu taraf yang memungkinkan individu dapat

menyaring dan mensintesiskan identitas kanak-kanak dan beridentifikasi

untuk melangkah mencapai kematangan seorang dewasa (Santrock, 2011).

2.1.4. Dimensi Identitas Diri

Identitas diri dapat diungkap melalui suatu pengukuran yang

mengacu pada indikator atau aspek-aspek atau dimensi-dimensi sebagai

pengukur identitas diri itu sendiri, oleh karena itu penyajian teori tentang

dimensi-dimensi sebagai pengukur identitas diri sangat diperlukan agar

dapat dirumuskan suatu alat pengukuran yang tepat. Erikson (dalam

Santrock, 2003) mengemukakan bahwa aspek-aspek identitas diri adalah

genetik, adaptif, struktural, dinamis, timbal balik psikososial dan status

eksistensial yang dapat membantu individu dalam menemukan identitas

dirinya.

Ishiyama (1989) yang mengembangkan teori Erikson menyebutkan

identitas diri sebagai “multi-lateral” di mana ada banyak dimensi yang

membingkai identitas diri sorang individu. Dimensi-dimensi identitas diri

antara lain social identity, physical identity, personal identity, familial

identity, dan ethical-moral identity, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

Page 13: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

29

1. Social identity atau identitas sosial

Identitas sosial yang dimaksud ialah remaja dan keanggotaan atau

eksistensinya secara sosial. Kelompok sosial merupakan suatu hal yang

penting bagi remaja. Komunitas dan pergaulan bersama teman sebaya

merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari diri seorang remaja.

Remaja mengambil peran dan menghabiskan banyak perhatian untuk bisa

atau berada dalam suatu komunitas sosial, menjadi anggota suatu

kelompok, dan sebagainya. Seperti kelompok teman sebaya misalnya.

Bagi remaja kelompok teman sebaya adalah sumber kasih sayang, simpati,

perhatian, pengertian, dan tuntutan moral; tempat untuk melakukan

eksperimen; serta sarana untuk mencapai otonomi dan kemandirian dari

orang tua.

Pemenuhan peran dalam kelompok sekolah, rumah dan masyarakat

secara umum merupakan aspek lain dari identitas sosial. Aspek identitas

sosial akan terus menerus berkembang dan akan diperoleh dari suatu

proses penerimaan dan atau penolakan dari orang lain (Papalia, et al.,

2009).

2. Identitas fisik (physical identity)

Penampilan atau fisik merupakan perhatian penting bagi seorang

remaja. Remaja bisa menjadi gelisah karena fisik atau penampilannya

bahkan berusaha keras untuk memiliki penampilan yang baik. Identitas

fisik selalu dipengaruhi oleh konteks sosial di mana remaja berada.

Demikian juga penilaian orang lain terhadap fisik dan penampilan remaja

juga memiliki pengaruh besar bagi identitas fisik seorang remaja.

Preokupasi terhadap citra tubuh sangat kuat di atara remaja. Secara

umum, jika dibandingkan dengan remaja laki-laki, remaja perempuan

kurang puas dengan tubuhnya (Santrock, 2011). Pada dasarnya

Page 14: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

30

karakteristik setiap individu adalah untuk memiliki pandangan terhadap

fisiknya, seperti selama masa remaja, perubahan besar terjadi di sekitar

proporsi, ukuran, tampilan wajah, dan banyak dari perkembangan primer

dan sekunder organ-organ seksual. Pandangan tentang fisik remaja oleh

remaja itu sendiri didasarkan pada perluasan dari norma-norma, dan

khususnya pada interpretasi terhadap norma-norma yang diterima sebagai

standar oleh kelompok teman sebaya. Gambaran citra diri akhirnya

menjadi penting bagi seorang remaja, bahkan sebuah studi membuktikan

bahwa ada sebuah hubungan sebab-akibat antara citra fisik dan reputasi

seorang remaja. Juga mengenai tubuh tinggi atau pendek, juga mengenai

kegemukan dan perubahan warna suara biasanya menjadi „masalah‟ bagi

seorang remaja. Namun betapa pun hal-hal tersebut menjadi masalah,

namun bagi seorang remaja hal-hal tersebut berhubungan fungsi-fungsi

tertentu antara lain remaja menjadi lebih memperhatikan kesehatan,

kekuatan, dan koordinasi yang mana semuannya itu berimbas pada

aktivitas sosialnya bersama teman atau kelompok sebayanya (Powell,

1963).

3. Identitas personal (personal identity)

Karakteristik personal atau kepribadian remaja merupakan bagian

yang juga penting. Hal tersebut karena selain perkembangan fisik

mengalami perubahan-perubahan besar tetapi pada saat yang sama

kepribadian remaja pun juga mengalami perubahan seperti konsep diri

(self-concept) juga kematangan emosional serta intelegensi. Dalam suatu

studi yang dilakukan oleh Mussen dan Jones (dalam Powell, 1963)

menyatakan bahwa lingkungan sosiopsikologis dan karakteristik fisik

yang lambat memengaruhi dengan pengaruh merugikan bagi kepribadian

seorang remaja, sedangkan pada saat yang sama tanda-tanda konsep diri

Page 15: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

31

yang muncul pada remaja awal pada umumnya menimbulkan rasa percaya

diri pada seorang remaja. Perkembangan konsep diri yang sehat terlihat

sangat sulit bagi seorang remaja. Masyarakat yang mana di dalamnya

remaja ada dan bertumbuh memiliki pengaruh utama dalam aspek

perkembanganya, sejak konsep diri yang ideal sering berdasarkan persepsi

dari apa yang dipatok oleh masyarakat sebagai yang ideal (Powell, 1963).

Seperti gambaran tentang perubahan yang ideal seiring dengan

meningkatnya usia demikianlah juga konsep diri seorang remaja.

Kematangan konsep diri berubah-ubah sesuai usia dan biasanya menjadi

lebih matang saat individu tersebut bertambah tua. Faktor etnis dan agama

juga turut memberi pengaruh terhadap perkembangan karakteristik

kepribadian seorang remaja.

Seorang remaja lebih menaruh perhatian pada tindakan-tindakan

yang kelihatan dari pada kepribadian inti (inner personality). Seperti

kejujuran, keramahan, keberanian dan sebagaian adalah karakteristik yang

dilihat oleh seorang remaja sebagai yang paling diinginkan ada pada orang

lain dan juga pada dirinya. Umumnya, karakteristik seperti agresif tidak

diterima. Kepribadian dan karateristik sifat menjadi sangat penting bagi

seroang remaja ketika ia mulai masuk dalam suatu kelompok sosial dan

atau dalam perkembangan hubungan personal antar lawan jenis (Powell,

1963).

4. Identitas Keluarga (familial identity)

Keluarga merupakan salah satu aspek penting bagi perkembangan

remaja. Meskipun remaja menghabiskan lebih banyak waktu bersama

teman sebaya dan leih sedikit dengan keluarga akan tetapi sebgaian besar

nilai-nilai dasar remaja tetap lebih dekat nilai-nilai orang tua mereka

dibandingkandengan yang secara umum disadari (Papalia, et al., 2009).

Page 16: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

32

Remaja yang paling merasa aman memiliki hubungan yang kuat dan

penuh dukungan dengan orang tua yang memahami cara remaja melihat

diri mereka sendiri, mengizinkan dan mendorong usaha mereka untuk

mencapai kemandirian, serta menyediakan tempat mana di saat-saat

remaja mengalami tekanan emosional.

Di lain pihak remaja juga merasakan tekanan antara

ketergantungan mereka dengan orang tua dan kebutuhan untuk

melepaskan diri, pada saat yang sama orang tua pun merasakan berbagai

hal. Tekanan keluarga yang menghendaki remaja untuk memiliki

kemandirian namun pada saat yang sama orang tua juga sulit untuk

melepaskan remaja untuk melakukan segala sesuatu sendiri. Tekanan

inilah yang seringkali menyebabkan konflik dalam keluarga (Papalia, et

al., 2009). Hurlock (1980) menyebut masalah yang lebih penting lainnya

ialah “kesenjangan generasi” antara remaja dan orang tua mereka

disebabkan adanya perubahan radikal dalam nilai dan perilaku.

Kesenjangan yang paling menonjol ialah terjadi di bidang norma-norma

sosial.

Di lain pihak dalam keluarga juga ada relasi antara remaja dan

saudara kandung, dengan kakek, nenek atau dengan sanak saudara lain.

Seringkali remaja yang lebih tua akan mengembangkan sikap seperti

orang tua mereka terhadap saudara kandung atau adik-adiknya. Hal ini

akan juga mengurangi masalah remaja dengan saudara kandung atau yang

lebih dikenal dengan “persaingan antarsaudara” (Hurlock, 1980).

Dalam keluarga, jumlah anak juga menjadi penentu besarnya

pertentangan remaja dengan orang tua. Dalam keluarga sedang yang

terdiri dari tiga atau empat anak akan lebih sering terjadi pertentangan

dibandingkan dengan keluarga kecil atau pun keluarga besar. Orang tua

Page 17: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

33

dalam keluarga besar tidak membenarkan adanya pertentangan sedangkan

dalam keluarga kecil remaja bersikap lebih lunak dan merasa tidak perlu

untuk memberontak.

5. Identitas etis-moral (ethical-moral identity)

Salah satu tugas perkembangan remaja ialah mempelajari apa yang

diharapkan oleh kelompok dan kemudian membentuk perilakunya agar

sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi didorong

apalagi diancam. Pembentukan kode moral akan terasa sulit bagi remaja

karena ketidakkonsistenan dalam konsep yang benar dan salah yang

daitemukannya dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian remaja

diharapkan menanamkan prinsip dan konsep-konsep moral yang berlaku

umum dan dan merumuskannnya dalam kode moral yang akan berfungsi

sebagai pedoman perilakunya (Hurlock, 1980). Ketika memasuki usia

remaja, remaja tidak lagi begitu saja menerima kode moral dari orang tua,

guru, bahkan teman sebayanya karena ia sendiri telah mulai membentuk

kode moral sendiri.

Dimensi-dimensi identitas diri yang ditawarkan oleh Ishiyama

(1989) menurut teori identitas Erikson, memberi jangkauan konkret untuk

memahami identitas diri yang kompleks. Dengan demikian dalam

penelitian ini akan digunakan dimensi identitas diri menurut Ishiyama

(1989).

2.1.5. Faktor-faktor yang memengaruhi Identitas Diri

Sedikides & Brewer (1996) menyatakan faktor-faktor yang

mempengaruhi identitas diri ialah berdasarkan rantai kelekatan personal.

Hal-hal tersebut meliputi hubungan orang tua-remaja, pertemanan atau

persabahatan, pacaran, serta hubungan guru dan murid.

Page 18: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

34

Macia (dalam Dariyo, 2004) menyebut dua faktor utama yaitu

pertama ialah orang tua dan yang kedua ialah kepribadian remaja itu

sendiri (meliputi kekuatan ego, kemandirian, kontrol diri internal, percaya

diri, insiatif, kreatif dan berprestasi).

Smits et.al. (2008) juga menyebut keluarga sebagai faktor yang

mempengaruhi identitas diri, terutama yang berkaitan dengan pola asuh,

rasa aman, kelekatan, komunikasi yang hangat. Para (2008) dalam

penelitiannya menyatakan ada dua sumber dukungan yang utama bagi

perkembangan individu yaitu keluarga dan teman sebaya.

Fuhrman (dalam Ristianti, 2009) menyebut faktor-faktor seperti

hubungan orang tua-remaja, model identifikasi, homogenitas lingkungan,

perkembangan kognisi, sifat individu, pengalaman masa kanak-kanak,

pengalaman kerja, interaksi sosial, dan kelompok teman sebaya. Berkaitan

dengan teman sebaya, Bosma & Kunnen (2001) yang dalam penelitiannya

menemukan bahwa teman sebaya menawarkan model-model, ragam, dan

peluang untuk eksplorasi identitas menyangkut nilai-nilai, ide dan

keyakinan-keyakinan.

Coatsworth et.al.; McIntosh et.al., (dalam Berk, 2012)

menyebutkan sekolah dan komunitas juga turut memberi pengaruh dan

memberi banyak peluang bagi ekplorasi identitas seorang remaja,

aktivitas-aktivitas seperti kegiatan ektrakulikuler, dinamika kelas, dan

berbagai pelatihan. Berk (2012) juga menyebutkan faktor lain yaitu

budaya yang juga turut memengaruhi perkembangan identitas. Rich &

Schachter (2012) menambahkan faktor yang lain bagi perkembangan

identitas yaitu iklim sosial di mana persepsi siswa terhadap iklim sosial

yang positif bermakna dan berguna bagi penegasan eksplorasi identitas.

Page 19: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

35

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

memengaruhi identitas diri remaja ialah relasi orang tua-remaja,

kepribadian remaja, identitas sebelumnya (pra remaja), gaya pengasuhan,

model atau tokoh yang diidolakan, homogenitas lingkungan,

perkembangan kognisi, sifat individu, pengalaman masa kanak-kanak,

interaksi sosial, teman sebaya, iklim sosial, komunitas sekolah, dan

budaya.

2.2. Kualitas Pertemanan

2.2.1. Pengertian Kualitas Pertemanan

Menurut Coleman (1980) kualitas pertemanan adalah seberapa

besar penerimaan yang ditunjukkan dari adanya kedekatan hubungan

antara dua orang atau lebih yang melibatkan penyikapan diri sendiri serta

merupakan bentuk kedekatan alamiah. Pertemanan yang terjadi antar

pribadi berkaitan dengan kualitas pertemanan tersebut.

Parker & Asher (1993) mendefenisikan kualitas pertemanan

sebagai hubungan akrab dalam kebersamaaan antar individu, yang mana

meskipun ada ruang untuk berkonflik namun memiliki pengaruh positif

secara keseluruhan pada psikologis kesejahteraan individu

tersebut.Sedangkan Furman &Buhrmester (1992, dalam La Gresa &

Harrison, 2005) menyatakan selama masa remaja, pertemanan atau

persahabatan merupakan sumber utama dukungan sosial bagi remaja.

Bukowski et al., (2009, dalam Dessousa et.al., 2013) hubungan

pertemanan adalah pengalaman di mana-mana untuk anak-anak dari segala

usia, dan beberapa manfaat yang terkait dengan kualitas pertemanan yang

baik dalam perkembangan anak bahkan sampai remaja dan dewasa.

Selanjutnya Bukowski et al. (2009) juga mendefenisikan sebuah kualitas

persahabatan sebagai hubungan efektif dalam timbal balikyang kuat dan

Page 20: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

36

positif hubungan afektif antara dua orang yang diharapkan akan ada untuk

satu sama lain untuk menawarkan persahabatan, dukungan, dan bantuan

bila diperlukan.

Santrock (dalam Dariyo, 2004) mengatakan bahwa pertemanan

merupakan hubungan antar individu, yang ditandai dengan keakraban,

saling percaya, menerima satu dengan yang lain, mau berbagi perasaan,

pemikiran dan pengalaman, serta kadang-kadang melakukan aktivitas

bersama.

Kiesner, et al., (2005, dalam Dessousa, et.al., 2013)

mendefinisikan kualitas pertemanan dengan membangun persepsi individu

tentang persahabatan khusus. Hubungan antar teman yang menghadirkan

fitur berkualitas baik telah dikaitkan dengan berbagai efek langsung dan

tidak langsung yang positif pada remaja itu sendiri (Berndt, 2002). Sampai

saat ini definisi kualitas pertemanan lebih banyak dikaitkan dengan

pengaruhnya dalam hubungan persahabatan. Kualitas pertemanan ditandai

dengan tingginya frekuensi interaksi positif dan rendahnya frekuensi

interaksi negatif. Selanjutnya Damon dalam Grimme (2005) menyatakan

bahwa kualitas persahabatan adalah hubungan yang berkembang dari

konsep konkrit seperti bergabung dalam beberapa aktivitas atau kegiatan,

menjadi terfokus pada konsep abstrak seperti pada hubungan mutual dan

kepuasan psikologis.

La Greca & Harrison (2005) menyatakan secara umum kualitas

positif dari persahabatan remaja (yaitu keakraban dan dukungan) dikaitkan

dengan tingkat kecemasan sosial yang lebih rendah, di mana hal ini

menunjukkan bahwa pertemanan atau persahabatan dapat menjadi

pelindung fungsi kesehatan mental seseorang. Sebelumnya Berndt (2002)

juga menyatakan bahwa hubungan antar teman yang nampak dalam jenis

Page 21: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

37

kualitas yang baik berkaitan dengan berbagai efek langsung dan tidak

langsung yang positif pada individu itu sendiri.

Menurut Kieser et al. (2005) kualitas pertemanan adalah sebuah

tatatan yang mengacu persepsi individu tentang relasi pertemanan yang

khusus.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan

sebagaimanamenurut Parker & Asher (1993) yaitu kualitas pertemanan

sebagai hubungan akrab dalam kebersamaaan antar individu, yang mana

meskipun ada ruang untuk berkonflik namun memiliki pengaruh positif

secara keseluruhan pada psikologis kesejahteraan individu tersebut.

2.2.2. Teori Kualitas Pertemanan

Berndt& Perry (1986, dalam Bagwell et.al., 2001) menyatakan

pertemanan dan hubungan persahabatan selama masa remaja berfungsi

untuk menjembatani kesenjangan antara masa kanak-kanak dan dewasa.

Sebagai anak-anak yang memasuki masa remaja, mereka mendapatkan

peningkatan kemandirian dari orang tua mereka dan memulai proses terus-

menerus memperbaiki komitmen dan hubungan pribadi mereka. Remaja

mungkin memiliki empat sampai enam teman terbaik yang mereka

tetapkan sebagai yang dapat dipercaya, memahami, dan setia. Bliezsner &

Adams (1992, dalam Demir, 2007) menunjukkan bahwa seseorang akan

lebih bahagia saat mereka mengalami persahabatan dengan kualitas yang

tinggi dengan sahabat mereka.

Wright (1984, dalam Żurko, 2011) yang menganggap persahabatan

sebagai hubungan memfasilitasi pemenuhan atau ekspresi harapan

individu mengenai konfirmasi keunikan dan pentingnya, pertumbuhan

(perkembangan) seseorang dan menghindari ancaman. Sedangkan Zurko

Page 22: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

38

(2011) menyatakan kualitas persahabatan merupakan sebuah fenomena

multidimensi yang sulit untuk dijelaskan.

Erikson (1964 dalam Upton, 2012) mengidentifikasi tantangan

membangun hubungan intim dengan orang lain sebagai tugas utama

perkembangan dalam tahap psikososial keenam, keintiman vs isolasi, yang

berlangsung dari sekitar usia dua puluh hingga empat puluh usia.

Menyoroti pentingnya remaja dalam transisi ke masa dewasa, Erikson

menekankan bahwa kemampuan untuk mencapai keintiman selama

dewasa muda sangat tergantung pada pengalaman relasional sebelumnya

yaitu pada masa remaja.

Ide ini konsisten dengan deskripsi Sullivan (1953) tentang

pentingnya persahabatan pra-remaja untuk menyediakan konteks untuk

mengembangkan keterampilan dan kompetensi yang penting untuk

keberhasilan dalam hubungan masa depan. Konseptualisasi yang lebih

baru dari fungsi masa kanak-kanak dan kualitas pertemanan pra-remaja

menekankan bahwa pengalaman-pengalaman persahabatan sebelumnya

menyediakan bangunan untuk pengembangan hubungan romantis dan

hubungan interpersonal lainnya pada masa remaja akhir dan dewasa nanti.

Bagwell, et al. (1998) juga menyatakan bahwa persahabatan di masa

remaja cukup dapat memprediksi nilai-diri seseorang dimasa

depan.Sullivan (dalam Santrock, 2007) berpendapat bahwa pada masa

remaja, pengaruh psikologis dan keakraban kawan dekat cenderung

mengikat. Teman memainkan peranan yang penting dalam membangun

kesejateraan dan perkembangan anak-anak maupun remaja. Kebutuhan

remaja akan keakraban dapat meningkat mulai dari remaja awal dan

hingga remaja akhir. Bila remaja gagal menemukan sahabat yang karib

Page 23: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

39

atau kualitas pertemanan yang baik, mereka akan merasa kesepian yang

disertai juga dengan menurunnya nilai-diri.

Sependapat dengan Sullivan, Parker & Asher (dalam Dessousa

et.al., 2013) menyatakan aspek-aspek penting kualitas hubungan

pertemanan di masa remaja ditemukan dalam enam domain yaitu antara

lain pertukaran keakraban, resolusi konflik, persahabatan dan rekreasi,

membantu dan bimbingan, keterbukaan dan kepedulian, serta konflik dan

pengkhianatan.

2.2.3. Dimensi Kualitas Pertemanan

Bukowski (2009, dalam Zurko, 2011) menyatakan karakteristik

kualitas pertemanan dapat dilihat dari tiga dimensi utama antara lain

adanya hubungan timbal-balik, kesamaan antar teman, serta koordinasi

dan tanggungjawab dari aktivitas. Sedangkan Dunn (2008, dalam Zurko,

2011) menyatakan lima karakteristik kualitas pertemanan yaitu antara lain

selalu bersama, kedekatan atau keakraban (intimasi), menjadi partner bagi

yang lain, loyalitas, dan komitmen yang mutual.

Parker dan Asher (1993) menyatakankualitas pertemanan dapat

dilihat dari enam dimensi untuk menilai persepsi remaja dari aspek

kualitas pertemanan mereka. Keenam dimensi kualitas pertemanan

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pertukaran Keakraban (Intimate exchange)

Pertukaran keakraban atau intimate exchangeyaitu remaja diakui

teman, adanya perilaku saling menjaga, mendukung dan saling

memberi perhatian.

b. Resolusi Konflik(Conflict resolution)

Page 24: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

40

Resolusi konflik atau Conflict resolution yaitu munculnya perdebatan

atau perselisihan faham dan adanya jalan keluar pemecahan masalah

secara baik dan efisien.

c. Persahabatan dan Rekreasi (Companionship and recreation)

Persahabatan dan Rekreasi atau companionship and recreation yaitu

menghabiskan waktu bersama-sama teman, baik di luar maupun di

dalam lingkungan sekolah.

d. Saling menolong dan Membimbing(Help and guidance)

Menolong dan memberi petunjuk atau help and guidance yaitu usaha

seorang teman untuk membantu temannya yang lain dalam

menyelesaikan tugas rutin yang menantang ataupun memberikan

petunjuk dan solusi bagi temannya.

e. Keterbukaan dan Kepedulian(Validation and caring)

Keterbukaan dan kepedulianatau validation and caring yaitu perasaan

antar pribadi untuk saling berbagi pengalaman di antara remaja dan

temannya, rasa peduli satu dengan yang lain.

f. Konflik dan Kemarahan(Conflict and betrayal)

Konflik dan Kemarahanatau conflict and betrayal diartikan sebagai

munculnya konflik atau hal-hal yang berselisih paham yang

menimbulkan kemarahan dan ketidakpercayaan.

Berdasarkan beberapa dimensi yang ditawarkan oleh beberapa ahli,

dimensi-dimensi kualitas pertemanan oleh Parker & Asher (1993)

menyediakan ruang yang luas dan konkret untuk memahami kualitas

pertemanan. Dengan demikian dalam penelitian ini akan digunakan

dimensi kualitas pertemanan menurut Parker & Asher (1993).

Page 25: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

41

2.2.4. Efek Kualitas Pertemanan terhadap Identitas Diri

Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Robinson (dalam

Papalia dkk, 2008) bahwa ada peningkatan keterlibatan remaja dengan

teman sebayanya dimana sumber dukungan emosional penting sepanjang

transisi masa remaja. Berarti bahwa pada usia remaja, remaja

membutuhkan orang lain, terutama teman sebayanya. Di sisi lain, remaja

juga memiliki tugas perkembangan yaitu mencapai kemandirian

emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Hal ini merupakan

konsep dari manusia sebagai makhluk individual dimana seseorang ingin

bebas dari pengaruh lingkungannya. Seseorang akan berusaha untuk

mengontrol interaksinya dengan orang lain dengan berbagai cara, baik

secara verbal maupun non verbal dengan maksud agar orang-orang

sekitarnya tidak mengganggu kehidupan pribadinya, maka dari itu

seseorang membutuhkan sahabat yang bisa dipercaya untuk berbagi cerita

atau masalah.

Sullivan (dalam Santrock, 2003) beranggapan bahwa teman

memainkan peranan penting dalam membentuk kesejahteraan serta

perkembangan anak dan remaja. Kelompok teman sebaya merupakan

lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama

orang lain yang bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman sebaya

merupakan suatu kelompok yang baru, yang memiliki ciri, norma,

kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkungan

keluarga remaja. Hubungan dengan orang lain atau teman-temannya

meluas mulai dari terbentuknya kelompok-kelompok teman sebaya

sebagai suatu wadah penyesuaian. Intisari persahabatan tampaknya adalah

penerimaan yang datang meskipun seseorang dapat bertindak atau berpikir

Page 26: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

42

secara berbeda dari pada temannya (Youniss & Smollar (1985) dalam

Jones et al., 2014).

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perkembangan

identitas remaja terkait dengan hubungan mereka dengan teman sebaya

seperti oleh Rassart et al. (2012), baik dan mendukung hubungan dengan

teman sebaya secara positif berhubungan dengan perkembangan identitas

remaja karena dapat membantu mencegah stagnasi dalam proses

eksplorasi identitas. Kelekatan teman sebaya dan kelompok sebaya, serta

dukungan dari hubungan romantis dan kualitas pertemanan juga positif

terkait dengan pengembangan identitas remaja (Pugh & Hart, 1999;

Klimstra etal., 2013 ; Meeus, et al., 2002).Dalam hubungan dengan teman

sebayanya, remaja akhir tidak hanya menjalin persahabatan untuk

menghabiskan waktu luang, tetapi karena perkembangan psikologis sosial

yang sama dimana mereka dengan bebas saling belajar suasana yang

menyenangkan.

Dalam penelitian lain dilakukan oleh Barryet al., (2009)

menyimpulkan bahwa status identitas bukan merupakan prediktor

signifikan dari kualitas persahabatan. Namun sebaliknya, penelitian

tersebut tidak mempertimbangkan seberapa baik karakteristik

persahabatan memprediksi perkembangan identitas (Joneset al., 2014).

2.3. Iklim Sosial

2.3.1. Pengertian Ilkim Sosial

Iklim diasumsikan konsep multifaset yang tidak secara langsung

diamati dan sulit untuk mengukurnya. Iklim didefinisikan sebagai ukuran

sikap orang tentang, persepsi, dan pengalaman dalam lingkungan tertentu

(Glisson & James, 2002) dan tidak melihatnya sebagai hal yang sama

seperti budaya.

Page 27: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

43

Holland (1997dalam Oseguera & Rhee, 2009)menyatakan bahwa

iklim dapat disimpulkan dari jenis orang yang membuat atau yang ada

pada kelompok atau lingkungan tertentu dimana karakter umum dan fitur

dominan dari lingkungan tersebut disebutkan “mencerminkan ciri khas

dari anggotanya”.

Moos (1987, dalam Beattyet al., 2010) menyatakan bahwa iklim

sosial adalah “kepribadian” dari sebuah setting atau lingkungan, dimana

berkaitan dengan persepsi individu terhadapnya. Lingkungan yang positif

memberi pemahaman atau tempat individu untuk mencapai iklim yang

positif, kebutuhan dasar manusia seperti kebutuhan fisiologis, kebutuhan

keselamatan, penerimaan dan persahabatan kebutuhan, prestasi dan

pengakuan kebutuhan, dan kebutuhan untuk memaksimalkan potensi harus

dikelola (Howard et al., 1987, dalam Smith, 2005).

Sependapat dengan Moos (1987), Kuh(2000) menegaskan bahwa

iklim sosial menjelaskan bagaimana individu memahami dan mengalami

interaksinya berbasis pada lembaga sosial individu itu sendiri, seperti

sekolah, organisasi, dan sebagainya namun juga tidak terbatas untuk,

pengalaman dalam asrama, ruang kelas, proyek kelompok, dan organisasi

kemahasiswaan.Iklim sosial juga merupakan media untuk transmisi dan

menegakkan nilai-nilai kemasyarakatan sosial yang penting dalam

organisasi atau sekolah atau komunitas dan kehidupan sehari-hari. Ini

termasuk dalam tujuan-tujuan sosial yang yang harus tercapai.

Berdasarkan beberapa defenisi tersebut, defenisi menurut Moos

digunakan untuk memahami tentang Iklim sosial dalam kebutuhan

penelitian ini. Hal ini karena meskipun defenisi Iklim Sosial diasumsikan

sebagai sesuatu yang tidak mudah untuk didefenisikan secara tepat, namun

defenisi Moos memberi pandangan sederhana tentang Iklim Sosial. Oleh

Page 28: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

44

karena itu, dapat disimpulkan sebagaimana menurutMoos iklim sosial

adalah “kepribadian” dari sebuah setting atau lingkungan, dimana

berkaitan dengan persepsi individu terhadapnya.

2.3.2. Teori Iklim Sosial

Moos (1987, dalam Beatty et al., 2010) merancang beberapa

instrumen penilaian untuk mengukur “kepribadian” dari setting atau

“lingkungan”. Model teori Moos dilandaskan pada pandangan bahwa

perilaku individu sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan baik lingkungan

dan interaksinya dengan karakteristik pribadi individu merupakan penentu

kuat perilaku manusia dan tekanan model kebutuhan. Dalam teorinya,

meskipun sebagian besar konstruksi dalam teori sosialnya mengatasi

banyak lingkup perilaku (misalnya, dimensi antarpribadi), namun

penilaian lingkungan yang dikembangkan khusus untuk ranah lingkungan

tertentu misalnya, kelas, pekerjaan, sekolah, keluarga, kelompok, dan lain-

lain.

Setidaknya dikenal tiga dari penilaian ranah spesifik atau penilaian

terhadap iklim sosial Moos. Ketiganya merupakan pengukuran yang tepat

untuk lingkungan yang terdiri dariWork Environment Scale atau WES,

University Residence Environment Scale atau URES, dan Group

Environment Scale atau GES (Salter et al., 2004). Khususnya untuk iklim

sosial yang berkaitan dengan hunian kampus atau yang disebut sebagai

asrama, pengukuran yang digunakan ialah University Residence

Environment Scale atau URES.

Moos (1987, dalam Salter et al., 2004) kemudian menekankan teori

iklim sosial disusun oleh tiga set dimensi yaitu antara lain hubungan

(relationship), pertumbuhan pribadi atau orientasi tujuan (personal growth

or goal orientation) dan sistem pemeliharaan dan perubahan

Page 29: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

45

sistem(systems maintenance and systems change). Deskripsi ketiga

dimensi Iklim Sosial menurut Moos antara lain sebagai berikut:

1. Dimensi Hubungan (Relationship)

Dimensi ini mengatasi hubungan pribadi dalam lingkungan (misalnya,

keterlibatan dan kohesi), suasana yang mendukung, dan ekspresi

individu dalam lingkungan. Sifat pribadi yang kuat dari dimensi

hubungan menunjukkan hubungan dengan lingkungan perasaan, yang

juga menempatkan nilai tinggi pada interaksi interpersonal dalam

lingkungan. Selain itu, Moos juga melihat keterlibatan mirip dengan

extraversion lingkungan, termasuk harapan menuju kebersamaan dan

partisipasi.

2. Dimensi Pertumbuhan Pribadi atau Orientasi Tujuan (Personal

growth or goal orientation)

Kekhawatiran apakah lingkungan juga membantu pertumbuhan

pribadi dan kemajuan menuju tujuan. Subskala di bagian instrumen

Moos sangat bervariasi dari penilaian untuk penilaian, hal ini

berkaitan dengan interaksi personal antara individu (positif dengan

orientasi sosial tradisional dan negatif dengan kemarahan dan agresi)

dan dengan lebih nonpersonal aspek yang berhubungan dengan

orientasi tujuan seperti kompetisi, tekanan kerja, orientasi tugas, dan

prestasi akademik. Kombinasi pandangan yang lebih luas dari fungsi

pribadi yang akan memungkinkan untuk otonomi, kemandirian, dan

penemuan diri.

3. Dimensi Intelektual (Intellectual Growth)

Penekanan dimensi ini ditempatkan pada kegiatan akademik dan

intelektual yang terkait dengan perkembangan kognitif, juga berkaitan

Page 30: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

46

dengan kompetisi akademis personal ketika berhadapan dengan orang

lain.

4. Dimensi Sistem Pemeliharaan dan Perubahan Sistem(Systems

maintenance and systems change)

Dimensi ini memberi perhatian bagaimana jelas terstrukturnya

lingkungan yaitu kejelasan organisasi atau respon atau kemampuan

untuk mengubah (pengaruh dan inovasi). Konstruksi seperti tampak

terkait dengan dimensi menilai-mengamati jenis lingkungan. Moos

menyarankan mengidentifikasinya dalam enam hal antara lain

berorientasi pada hubungan, secara berorientasi pada sosial

tradisional, berorientasi pada prestasi mendukung (supportive),

berorientasi pada kemandirian, berorientasi pada intelektual, dan

berorientasi pada kompetisi), lima kelompok pertama menunjukkan

pola mana ketertiban dan organisasi cenderung memiliki hubungan

terbalik dengan inovasi.

2.3.3. Dimensi Iklim sosial

Smith (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan dimensi-dimensi

Iklim Sosial yang berkaitan dengan tiga hal yakni perilaku individu

(behavior), keberadaan dan ketidakterlibatan (existenceand truancy) serta

status sosial ekonomi (socialeconomic status).

Oseguera & Rhee (2009) menyimpulkan dimensi yang disebutnya

sebagai “hirarki” Iklim Sosial yakni kemampuan siswa atau mahasiswa

(student ability), harapan-harapan (expectations), status sosial ekonomi

keluarga (family socialeconomic status), dan pengaruh perilaku ketekunan

siswa (influence students persistence behavior).

Sedangkan menurut Moos (1987, dalam Salter et al.,2004)

dimensi-dimensi Iklim Sosial yang diuraikan sebagai berikut:

Page 31: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

47

1. Hubungan Interpersonal(Interpersonal Relationship)

Penekanan pada hubungan interpersonal di dalam rumah

(asrama)

a. Keterlibatan(Involvement)

Tingkat komitmen untuk asrama dan warga asrama;

kualitas interaksi sosial dan perasaan persahabatan di

asrama.

b. Dukungan Emosional(Emotional Support)

Tingkat kepedulian terhadap orang lain di asrama; upaya

untuk membantu satu sama lain berkaitan dengan masalah

akademis dan pribadi; penekanan pada komunikasi yang

terbuka dan jujur.

2. Perkembangan Pribadi(Personal Growth)

Dimensi tekanan sosial terkait dengan pengembangan

psikososial asrama.

a. Kebebasan (Independence)

Keragaman perilaku warga asrama yang diperbolehkan

tanpa sanksi sosial, dibandingkan perilaku sosial yang tepat

dan konformis.

b. Orentasi Sosial-Tradisional (Traditional Social

Orientation)

Stres berkaitan dengan kencan, pergi ke pesta, dan interaksi

heteroseksual lainnya.

c. Kompetisi (Competition)

Jembatan antara daerah personalgrowth dan intellectual

growth; Tingkat dimana berbagai kegiatan seperti kencan,

Page 32: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

48

nilai, dan lain-lain dilemparkan ke dalam kerangka

kompetitif.

3. Perkembangan Intelektual (Intellectual Growth)

Penekanan ditempatkan pada kegiatan akademik dan

intelektual yang terkait dengan perkembangan kognitif warga

asrama.

a. Kompetisi (Competition)

Seperti deskripsi sebelumnya.

b. Prestasi Akademik (Academic Achievement)

Tingkat iklim asrama menekankan akan tingkat kelas dan

prestasi akademik.

c. Intelektualitas (Intellectuality)

Penekanan pada budaya, seni dan kegiatan intelektual

ilmiah lainnya di asrama, yang dibedakan dari prestasi

kelas.

4. Perubahan dan Pemeliharaan Sistem (System Change and

Maintenance)

Tingkat stabilitas dan kemungkinan perubahan lingkungan

asrama dari perspektif sistem.

a. Peraturan dan Organisasi (Order and Organization)

Kualitas struktur formal atau organisasi (misalnya, aturan,

jadwal, mengikuti prosedur yang ditetapkan, dan lain-lain)

di asrama; kerapian.

b. Inovasi (Innovation)

Organisasi dan spontanitas individu berkaitan dengan

perilaku dan ide-ide; jumlah dan variasi aktifitas; kegiatan

baru.

Page 33: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

49

c. Pengaruh Mahasiswa (Student Influence)

Sejauh mana warga siswa (bukan staf atau administrasi)

menganggap mereka mengontrol jalannya asrama;

merumuskan dan menegakkan aturan, mengontrol

penggunaan uang, pemilihan staf, makanan, teman

sekamar, kebijakan, dan lain-lain.

2.3.4. Efek Iklim Sosial terhadap Identitas Diri Remaja

Iklim Sosial memberikan kontribusi terhadap perkembangan sosial

remaja (Turner & Helms, 1991). Perkembangan sosial tersebut tumbuh

dari hubungan antar individu di lingkungan kampus-asrama, antar dosen

dengan mahasiswa, dan mahasiswa dengan mahasiswa.

Ali dan Asrori (dalam Priatini dkk, 2008) menyatakan sekolah atau

tempat belajar berperan serta dalam proses perkembangan hubungan sosial

remaja. Di mana persepsi individu bahwa lingkungan sekolah dapat

menciptakan lingkungan yang mempunyai disiplin yang baik, memberikan

pembelajaran emosional, mengadakan kegiatan ekstrakurikuler dan adanya

hubungan guru-siswa yang baik pula.Demikian pula lingkungan asrama-

kampus, juga sebagai lingkungan juga turut berperan penting bagi

eksplorasi remaja dalam pencarian identitasnya seperti dalam hubungan

sosialnya dengan individu lain.

Halpin & Croft (1963) menyatakan efek dari hubungan antara

iklim sosial dari lingkungan dan orang-orang di lingkungan adalah timbal

balik. Kepribadian orang mendefinisikan setting iklim sosial dan, karena

itu, secara bersamaan mempengaruhi orang-orang yang membuat

lingkungan itu. Aspirasi, personalitas, identitas, prestasi, moral, dan

kesejahteraan individu mungkin terkena dampak sebagai akibat dari iklim

sosial (Moos, 1987 dalam Beatty et al., 2012).

Page 34: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

50

Iklim sekolah adalah kompleksitas danmultidimensi dari atmosfer,

budaya, nilai-nilai, sumber daya, jejaring sosial, dan organisasi,

instruksional, dimensi interpersonal (Murphy, 2007). Oleh karena itu dapat

secara tidak langsung memberi efek bagi proses pembentukan dan

perkembangan identitas seorang individu, yang memuat nilai-nilai dan

keyakinan-keyakinan yang khas. Iklim sosial merujuk sebagai salah satu

elemen yang dapat memodifikasi “pertunjukan logis” dari yang manaself-

efficacy dan self-manajemenada dalam situasi belajar (Schoenfelder,

2006). Komponen penting dari model “person-environment”

menghubungkan iklim sosial dengan penyesuaian psikologis termasuk

perkembangan kepribadian dan identitas dan perilaku sosial yang

berdasarkan persepsi atau pengalaman dari lingkungan sosial remaja

(Wayet al., 2007).

Persepsi iklim sosial siswa telah ditemukan untuk secara konsisten

terkait dengan kinerja mereka pada tes prestasi dan dengan beberapa

indeks penyesuaian akademik, perilaku, dan perkembangan identitas sosial

mereka (Brand et al., 2008). Sedangkan lingkungan sosial sekolah atau

kampus yang tidak memuaskan juga dapat mengurangi keberhasilan

akademis. Misalnya, lingkungan yang tidak bersahabat dapat menghambat

minat siswa dan kenikmatan sekolah dan kualitas hidup secara

keseluruhan, sebagai remaja melaporkan bahwa waktu yang dihabiskan

berinteraksi dengan rekan-rekan mereka adalah salah satu komponen yang

paling menyenangkan dari hari-hari mereka (Csikszentmihalyi &Larson,

1984 dalam Migliorini et al.,2012).

2.4. Hasil penelitian sebelumnya

Secara parsial, dari hasil-hasil penelitian sebelumnya yang

daitemukan ialah sebagai berikut. Byrd & Chavous (2011) mengenai

Page 35: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

51

identitas di mana identifikasi ras yang kuat menghambat motivasi

berprestasi di kalangan remaja Afrika Amerika secara keseluruhan, hasil

penelitian menunjukkan bagaimana iklim sosial sekolah memediasi

hubungan antara identitas rasial - keselarasan iklim ras dan sekolah

motivasi intrinsik, di mana iklim sekolah memberi dukungan kuat bagi

pengembangan identitas remaja.

Graham, et al. (2014) menguji fungsi yang unik dari persahabatan

sama dan lintas-etnis, Latin dan Amerika Afrika pada sekolah menengah

yang beragam etnis. Dengan analisis jalur, hasil yang dilaporkan ialah

jumlah teman sama dan lintas-etnis memiliki hubungan dengan kerentanan

yang dirasakan, kualitas persahabatan, dan identitas etnis.

Jones et.al. (2014) menemukan beberapa hasil mengenai pengaruh

kualitas pertemanan dan pengembangan status identitas. Yang pertama,

dukungan yang lebih besar dalam persahabatan itu terkait dengan tingkat

yang lebih tinggi dari prestasi dan tingkat yang lebih rendah dari difusi,

dan konflik dalam persahabatan itu terkait dengan tingkat yang lebih

tinggi dari difusi dan moratorium. Yang kedua, kualitas relasional antar

teman berhubungan dengan tingkat kepercayaan, otonomi, inisiatif, dan

industri (status identitas). Konflik dalam persahabatan dikaitkan dengan

tingkat yang lebih rendahnya kepercayaan, otonomi, dan inisiatif, dan

tingkat yang lebih tinggi dari dukungan persahabatan bertepatan dengan

tingkat yang lebih tinggi dari inisiatif dan industri. Yang ketiga, pola

antara kualitas persahabatan dan tahap awal perkembangan psikososial

adalah sama untuk remaja laki-laki dan perempuan.

Ragelienė (2016) menemukan dalam review sastra sistematisnya

mengenai hubungan pengembangan identitas remaja dan hubungan

dengan teman-teman sebaya menemukan bahwa perkembangan identitas

Page 36: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

52

remaja berhubungan positif dengan hubungan mereka dengan teman

sebaya. Memiliki kelompok sebaya dan hubungan yang baik dengan

teman-teman berdasarkan rasa saling menghormati dan penerimaan

berhubungan positif dengan perkembangan identitas remaja.

Sejauh ini, belum ada penelitian simultan yang dilakukan terhadap

ketiga variabel yang ada yaitu variabel identitas diri remaja, variabel

kualitas pertemanan dan variabel iklim sosial.

2.5. Landasan Teori

Menurut Rogers (1966), teman sebaya memiliki pengaruh dalam

beberapa hal utama yaitu memengaruhi remaja dalam hal yang baik

maupun buruk, dalam pencapaian bidang akademik maupun perilaku

prososial. Remaja pun saling memengaruhi dalam banyak aspek tingkah

laku, sikap maupun identitas. Perkembangan interaksi atar individu sejak

kanak-kanak memasuki usia remaja, pertemanan atau persahabatan

berkembangan lebih kepada intimasi, suportif dan relasi yang komunikatif

(Burhermester, 1990). Persahabatan mulai secara khas dalam gender yang

sama, tetapi sebagai remaja akhir kebanyakan lebih kepada yang

beranggotakan gender yang berbeda (Richards et.al., 1998). Dengan

demikian derajat sebuah interaksi antara remaja dalam sebuah pertemanan

menjadi sesuatu hal yang tidak bisa dihindari ada pada masa

perkembangan ini. Demikian halnya dalam suatu komunitas warga asrama

mahasiswa dengan rerata usia perkembangan yang sama yaitu remaja

akhir, intimasi dalam interaksi pertemanan antar remaja adalah hal yang

wajar ada.

Kualitas pertemanan dalam dunia remaja turut membentuk

perkembangan remaja. Relasi yang baik di antara kawan-kawan sebaya

dibutuhkan bagi perkembangan sosial yang normal di masa remaja

Page 37: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

53

(Santrock, 2007). Kualitas pertemanan bergantung sekali pada sumbangan

apa yang diberikan pada remaja dari relasi tersebut. Sullivan (dalam

Santrock, 2007) berpendapat bahwa ketika menjalin persahabatan yang

karib dengan kawan-kawan yang terpilih, remaja dapat belajar untuk dapat

menjadi mitra yang lebih terampil dan peka. Sebaliknya ada sejumlah ahli

yang menekankan bahwa pengaruh negatif dari teman sebaya bagi remaja

juga tidak dapat sepenuhnya dipungkiri. Seperti penerimaan atau

penolakan dalan suatu komunitas teman sebaya dapat memberi pengaruh

besar bagi remaja itu sendiri. Rahmat (2014) menyatakan bahwa sebuah

persahabatan dengan kualitas yang tinggi ditandai dengan tingginya

tingkat perilaku tolong-menolong, keakraban dan perilaku positif lainnya,

serta rendahnya tingkat konflik, persaingan dan perilaku negatif lainnya.

Budaya yang berisi nilai-nilai tertentu dari teman sebaya juga dapat

berpengaruh langsung pada remaja.

Selanjutnya sebagai mahasiswa tahun pertama, individu

menyesuaikan diri dengan lingkungan universitas dan mengembangkan

identitas khususnya sebagai remaja akhir dan status otonominya sebagai

mahasiswa. Dengan demikian, hal yang lain dari pada realitas kehidupan

berasrama ialah sebuah lingkungan yang sama.

Sebuah lingkungan yang mendukung menurut Cote & Levine

(1987) adalah salah satu yang berfungsi untuk individu berhasil

menyeleksi kompleksitas peran dan dengan demikian juga memvalidasi

identitas ego. Selain itu, interaksi dengan orang lain yang signifikan

(dalam hal ini teman sebaya) adalah sumber utama kekuatan untuk ego.

Interaksi ini yang membantu mempertahankan keuntungan identitas positif

yang telah dibuat ke arah stabilitas identitas ego. Persepsi mahasiswa atau

bagaimana mahasiswa memahami dan mengalami interaksi berdasarkan di

Page 38: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

54

lingkungan mereka, di mana hal ini termasuk dan juga tidak hanya terbatas

pada pengalaman dalam asrama, ruang kelas, proyek kelompok, dan

organisasi mahasiswa (Kuh, 2000, dalam Cameron et.al., 2010)

Pascarella & Terenzini (2005, dalam Briggs, Clark & Hall, 2012)

dalam penilitian tiga dekade tentang pengaruh ilkim perguruan tinggi pada

remaja, mencatat manfaat untuk “belajar” dari lingkungan perguruan

tinggi yang menekankan hubungan yang erat antara dosen dan mahasiswa

serta perhatian fakultas tentang perkembangan identitas mahasiswa.

Ketika mulai tahun pertama di universitas, mereka diwajibkan untuk

menata kembali cara mereka berpikir tentang diri mereka sendiri, sebagai

pelajar, dan sebagai makhluk sosial (Huon & Sankey, 2002). Membangun

identitas yang positif dengan demikian merupakan faktor penting dalam

ketekunan dan sukses seorang remaja sebagai mahasiswa.

Konteks iklim lingkungan sekolah memainkan peran penting

dalam pengembangan remaja yaitu variabilitas dalam hasil remaja dapat

dijelaskan oleh interaksi antara faktor-faktor kontekstual dan perbedaan

persepsi individu remaja itu sendiri. Persepsi iklim sekolah mempengaruhi

identitas khususnya iklim interpersonal, organisasi dan instruksional

sekolah mempengaruhi siswa penyesuaian di beberapa domain identitas

dalam hal ini identitas etnik dikemukakan juga oleh Wayet.al. (2007)

Seperti halnya transisi dari sekolah dasar ke sekolah menengah pertama

selanjutnya ke sekolah menengah atas, kemudian transisi yang dirasakan

oleh remaja saat memasuki perguruan tinggi, eringkali mengakibatkan

perubahan dan stress (Santrock, 2007). Demikian menjadi mahasiswa, hal

ini melibatkan peralihan memasuki struktur sekolah yang lebih besar dan

inpersonal, berinteraksi dengan kawan-kawan sebaya, gaya belajar yang

baru, dan sebagainnya. Iklim sosial yang kondusif menolong remaja untuk

Page 39: adolescence adolescere adolensi physiological …...Identitas diri pada remaja akhir menandai tugas perkembangan yang harus diselesaikan di masa ini. Kompleksitas perubahan dan dinamika

55

semakin aktif dan mandiri mengembangkan potensi secara kognitif,

afektif, psikososialnya dan perkembangan identitas dirinya yang lain.

2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Hipotesis pertama, kualitas pertemanan dan iklim sosial sebagai

prediktor terhadap identitas diri remaja akhir pada mahasiswa

Fakultas Teologi yang tinggal di asrama teologi UKAW Kupang.

2. Hipotesis kedua, ada perbedaan signifikan identitas diri mahasiswa

teologi yang tinggal di asrama ditinjau dari jenis kelamin.

2.7. Model Penelitian

Adapun model penelitian yang dibangun dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut

Gambar 2.1.Model Penelitian

Kualitas Pertemanan

Identitas Diri

Remaja Akhir

Iklim sosial

Jenis Kelamin