Upload
phungkhuong
View
253
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
138 Yoan Theasy / Adsorpsi Limbah Pewarna Tekstil Menggunakan karbon dari Kertas Koran
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016
ISSN : 0853-0823
Adsorpsi Limbah Pewarna Tekstil Menggunakan Karbon Dari Kertas
Koran
Yoan Theasy* , Sulhadi, Mahardika Prasetya Aji, Ruslina Pascasarjana UNNES
Kampus Unnes Bendan Ngisor Semarang 50233
* e-mail: [email protected]
Abstrak – Industri tekstil selain mampu meningkatkan perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran
oleh limbah cair ke lingkungan. Limbah industri tekstil sebagian besar mengandung pencemar berupa zat warna, salah
satu pewarna tekstil yang digunakan adalah Methylene Blue. Proses adsorpsi di industri banyak dipakai untuk
pemurnian pelarut. Adsorben yang paling potensial adalah karbon aktif sebab memiliki luas permukaan yang tinggi.
Pada umumnya karbon aktif dapat dibuat dengan menggunakan batubara dan material yang mengandung lignoselulosa.
Salah satu material yang mengandung banyak lignoselulosa adalah kertas koran. Kertas koran diolah menjadi karbon
lalu memvariasikan jumlah massa karbon yang digunakan dalam perendaman proses adsorpsi methylene Blue, selain itu
mengontrol waktu perendaman. Maka diperoleh hasil bahwa karbon yang berasal dari kertas koran mampu
mengadsorpsi methylene blue pada larutan. Tetapi dengan tingkat intensitas cahaya larutan yang semakin menurun
setelah diukur menggunakan Luxmeter. Hal ini dikarenakan tingkat kejenuhan karbon dan jumlah massa karbon yang
berpengaruh terhadap proses adsorpsi.
Kata Kunci: Kertas koran , Methylene Blue, Adsorben, Intensitas cahaya, Luxmeter.
I. PENDAHULUAN
Metode adsorpsi dengan menggunakan adsorben hanya
memerlukan biaya yang rendah. Teknik ini paling
potensial untuk pengolahan air limbah tekstil karena
metode ini mampu menghilangkan zat organik pada
polutan air secara efisien dan bersifat ekonomis. Adsorpsi
adalah suatu proses penyerapan yang terjadi pada suatu
bidang permukaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
adsorpsi antara lain (1) sifat fisik dan kimia adsorben dan
adsorbat, (2) sifat fasa cair (pH, suhu), (3) sifat fasa gas
(suhu, tekanan), (4) konsentrasi adsorbat, (5) waktu
kontak adsorben dan adsorbat [1].
Adsorpsi solute oleh solid melibatkan keberadaan
kondisi setimbang antara jumlah zat yang teradsorb pada
permukaan solid dan konsentrasi zat tersebut dalam
larutan. Adsorpsi merupakan metode pemurnian yang
banyak digunakan dalam industri minyak dan industri
tekstil karena metode ini dinilai efektif dalam
menghilangkan zat warna. Proses penghilangan zat warna
ini sangat bergantung kepada jenis adsorben yang
digunakan. Adsorpsi merupakan proses pemisahan secara
selektif terhadap suatu komponen atau zat pengotor
(impurity) yang terkandung dalam fluida dengan cara
mengkontakkan fluida tersebut dengan adsorben padatan
[2].
Pada proses adsorpsi terjadi perpindahan massa dari
fluida (dapat berupa fasa gas atau cairan) ke fasa padatan.
Solut yang terserap pada permukaan padatan disebut
dengan adsorbat sedangkan padatan penyerap disebut
dengan adsorben. Aspek yang paling penting dalam
proses adsorpsi adalah pemilihan jenis adsorben.
Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap
komponen tertentu dari suatu fase fluida. Kebanyakan
adsorben adalah bahan-bahan yang sangat berpori dan
adsorbsi berlangsung terutama pada dinding-dinding pori
atau pada letak-letak tertentu didalam partikel itu [3].
Adsorben yang paling potensial adalah karbon aktif
sebab memiliki luas permukaan yang tinggi sehingga
kemampuan adsorpsinya besar. Karbon aktif merupakan
adsorben terbaik dalam sistem adsorpsi, karena karbon
aktif memiliki luas permukaan yang besar dan daya
adsorpsi yang tinggi sehingga pemanfaatannya dapat
optimal [4]. Pada umumnya karbon aktif dapat dibuat
dengan menggunakan batubara dan material yang
mengandung lignoselulosa sebagai bahan baku. Sumber
selulosa yang dapat digunakan diantaranya adalah sisa-
sisa produk pertanian dan hasil hutan, kertas bekas, dan
limbah industri.
Bahan dasar utama yang digunakan sebagai karbon
aktif adalah material organik dengan kandungan karbon
yang tinggi. Telah banyak penelitian mengenai bahan
karbon aktif dengan bahan murah dan tersedia banyak
seperti tempurung kelapa, tempurung kemiri dan serat
kayu [5]. Pada umumnya karbon aktif dapat dibuat
dengan menggunakan batubara dan material yang
mengandung lignoselulosa sebagai bahan baku. Salah
satu material yang mengandung banyak lignoselulosa
adalah kertas koran.
Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga
dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap) [6]. Arang
adalah suatu produk kayu yang diperoleh dari proses
karbonisasi, arang adalah risidu yang sebagian besar
komponennya adalah karbon dan terjadi karena
penguraian kayu akibat perlakuan panas [7]. Karbon aktif
adalah arang yang diolah lebih lanjut pada suhu tinggi
dengan menggunakan gas CO2, uap air atau bahan-bahan
kimia, sehingga poriporinya terbuka dan dapat digunakan
sebagai adsorben. Penelitian yang telah banyak dilakukan
adalah menggunakan karbon aktif sebagai adsorben,
dalam proses adsorpsi. Pada penelitian ini akan di uji
apakah karbon atau arang dari kertas koran tanpa disertai
pengaktifan secara kimia maupun fisika dapat menjadi
Yoan Theasy / Adsorpsi Limbah Pewarna Tekstil Menggunakan karbon dari Kertas Koran 139
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016
ISSN : 0853-0823
adsorben dalam proses adsorpsi limbah warna tekstil
(methylene blue).
Zat warna methylene blue atau Basic Blue 9 merupakan
suatu zat warna basa yang umumnya digunakan untuk
mewarnai kertas, pewarna rambut, zat warna kain katun,
wol, dan lain-lain [8]. Walaupun methylene blue bukan
termasuk zat warna berbahaya tetapi setelah terhirup akan
menimbulkan gejala sesak napas, muntah-muntah, diare,
dan mual. Selama ini methylene blue telah digunakan
sebagai model untuk mempelajari proses adsorpsi bahan
pencemar organik dari larutan berair. Pada temperatur
ruang, methylene blue berwujud padatan, tidak berbau,
berwarna hijau tua yang akan menghasilkan larutan
berwarna biru jika dilarutkan dalam air [9].
II. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian
Pada penelitian adsorpsi zat warna dengan karbon aktif
dengan variabel yang akan divariasikan adalah jumlah
massa karbon. Variabel yang dikontrol adalah jenis zat
warna yaitu methylene blue, dengan konsentrasi awal,
dan waktu t = 2 hari. Luxmeter akan digunakan untuk
mengukur intensitas cahaya larutan zat warna, untuk
mengetahui tingkat kejernihan air [10].
B. Prosedur Penelitian
Sebelum melakukan percobaan utama yaitu penelitian
menggunakan karbon sebagai adsorben larutan zat warna,
terlebih dahulu dilakukan pengolahan kertas koran
menjadi karbon. Koran dengan massa 1 Kg dibakar
didalam kaleng, lalu dengan cepat kaleng tersebut ditutup
agar kadar oksigen berkurang. Karbon yang terbentuk
sedikit demi sedikit diambil dari dalam kaleng, lalu
dicampur dengan 3 sendok makan perekat PVAC dan
dibentuk menyerupai bola- bola karbon (massa 1 bola
karbon 0,6 g dan dengan diameter 13 mm). Intensitas
cahaya gelas ukur yang telah berisi larutan zat warna
(methylene blue) dengan konsentrasi 6,67 x 10-7 dan
volume 250 ml, diukur lalu dicatat sebagai I0.
C. Proses Pengujian kejernihan air berdasarkan intensitas
cahaya menggunakan Luxmeter
Bola-bola karbon dimasukkan ke dalam enam gelas
ukur yang telah berisi larutan Methylene Blue. Jumlah
massa karbon bervariasi (10, 15, 20, 25, 30, 35) seperti
pada Gambar 1.
Gambar 1. Perendaman bola karbon pada larutan Methylene
Blue
Setelah t = 2 hari, keenam larutan tersebut masing-
masing disaring, dan diukur masing-masing intensitas
cahaya dari larutan zat warna tersebut. ∆I kemudian dapat
ditetapkan sebagai
∆I = I0 – I (1)
dengan ∆I adalah selisih intensitas cahaya, I0 adalah
intensitas cahaya awal dan I adalah intensitas cahaya
akhir. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil
eksperimen kemudian dianalisis menggunakan bantuan
perangkat lunak MS Excel.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada gambar 2 dapat dilihat ke enam larutan yang telah
diberikan bola karbon mengalami perubahan warna pada
air. Hal ini menunjukan bahwa bola karbon telah
mengadsorbsi warna Methylene Blue.
Gambar 2. Hasil adsorbsi bola karbon pada ke enam larutan
Methylene Blue
Hasil pengukuran intensitas cahaya menggunakan
Luxmeter, larutan Methylene Blue memiliki intensitas
0,06 lux dan nilai ini dinyatakan sebagai I0 . Nilai I dan ∆I
terlihat semakin menurun, nilai intensitas ke enam larutan
dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Nilai Intensitas cahaya
Jumlah
Bola
Karbon
Massa Karbon
(g)
I
(lux)
∆I
(lux)
10 6 0,27 0,21
15 9 0,24 0,18
20 12 0,17 0,11
25 15 0,15 0,09
30 18 0,12 0,06
35 21 0,1 0,04
Berdasarkan Tabel 1 dapat terlihat bahwa semakin
banyak jumlah karbon yang diberikan, maka semakin
rendah nilai intensitas cahaya. Hal ini dikarenakan karbon
memiliki tingkat kejenuhan dan perbandingan antara
jumlah massa karbon yang digunakan dalam proses
adsorpsi juga berpengaruh. Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan, semakin banyak massa karbon yang
diberikan, maka proses adsorpsi akan semakin cepat.
Tetapi terjadi perubahan warna air menjadi keruh
kecoklatan yang berasal dari karbon. Hal ini terjadi
karena, bola karbon yang di olah dengan bantuan perekat
Yoan Theasy / Adsorpsi Limbah Pewarna Tekstil Menggunakan Karbon 140
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016
ISSN : 0853-0823
pvac mengalami penguraian karena terlalu lama terendam
air. Hal ini menunjukan bahwa bola karbon ini memiliki
tingkat kejenuhan sebagai adsorben. Dari tabel 1 dapat
dibuat kurva penurunan tingkat kejernihan air yang
ditunjukan oleh nilai intensitas cahaya (I) yang
ditunjukan pada Gambar 3.
Gambar 3. Kurva Hubungan antara intensitas cahaya dan
massa karbon
Pada Gambar 3 menunjukan penurunan tingkat intensitas
cahaya, terlihat pada massa karbon 6 g menuju massa
karbon 9 g, dan seiring pertambahan massa karbon yang
semakin banyak maka tingkat intensitas cahayanya
semakin menurun. Hal ini disebabkan karena bola karbon
memilliki tingkat kejenuhan sebagai adsorben. Pada
Gambar 4 menunjukan adanya penurunan tingkat
intensitas cahaya larutan berdasarkan perubahan nilai
intensitas cahaya (∆I). Dapat dilihat pada gambar 4
sampel 1 yang memiliki massa karbon 6 g menuju 9 g
menunjukan penurunan perubahan intensitas cahaya
(∆I).
Gambar 4. Kurva Hubungan antara Perubahan intensitas
cahaya terhadap massa karbon
IV. KESIMPULAN
Karbon yang berasal dari kertas koran dan tanpa
disertai pengaktifan secara kimia atau fisika dapat
digunakan sebagai adsorben polutan limbah zat pewarna
tekstil Methylene Blue. Warna Methylene Blue pada ke
enam larutan terlihat semakin menghilang, hal ini
menandakan bahwa bola karbon dapat digunakan sebagai
adsorben zat warna. Tetapi pada saat penggunaan karbon
yang terlalu banyak, maka warna dari methylene blue
akan lebih cepat terserap tetapi warna air akan menjadi
lebih keruh kecoklatan karena bola karbon yang diolah
menggunakan perekat pvac mengalami penguraian atau
dapat dikatakan hancur. Hal ini dapat dikatakan bahwa,
bola karbon memiliki tingkat kejenuhan sebagai
adsorben. Hal ini dapat diperlihatkan dari hasil
pengukuran intensitas cahaya menggunakan Luxmeter,
semakin banyak jumlah massa karbon yang diberikan ,
maka semakin rendah tingkat intensitas cahaya larutan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha
Esa karena penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
Terima kasih juga kepada seluruh pihak yang terlibat
dalam proses penelitian ini, terutama kepada dosen
pembimbing mata kuliah metodologi riset ini.
PUSTAKA
[1] Iskandar. Analisis Unsur Karbon Aktif Tempurung
Kelapa dengan Metode Analsis Ultimat ( Ultimate
Analysis). ITB Bandung 2012.
[2] Siahaan Satriyani, dkk. Penentusn Kondisi Optimum Suhu
dan Waktu Karbonisasi pada Pembuatan Arang dari
Sekam Padi. Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 1,
2013
[3] Rahmayani fatimah dan siswarni. Pemanfaatan Limbah
Batang Jagung sebagai Adsorben Alternatif pada
Pengurangan Kadar Klorin dalam air Olahan (Treated
Water). Jurnal Teknik Kimia USU, Vol 2, No 2 (2013).
[4] Shofa. Pembuatan Karbon Aktif Berbahan Baku Ampas
Tebu dengan Aktivasi Kalium Hidroksida. Skripsi.
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Kimia Universitas
Indonesia, 2012.
[5] Juliandini Fithrianita dan Yulinah. Uji Kemampuan
Karbon aktif dari Limbah Kayu dalam Sampah Kota
untuk Penyisihan Fenol. Prosiding. Program studi MMTS-
ITS, ISBN: 978- 979- 99735- 4- 2. Surabaya 2 February
2008.
[6] Yustinah dan Hartin. Adsorpsi Minyak Goreng Bekas
Menggunakan Arang Aktif dari Sabut Kelapa. ISSN
1693- 4393. Yogyakarta 22 February 2011.
[7] Herlina. Studi Adsorpsi- Desorpsi Zat Warna Methylene
Blue dalam Kitosan. Skripsi. Program Studi Kimia.
Yogyakarta 2014.
[8] http://eprints.uny.ac.id/8424/3/bab%202%20%200830714
1032.pdf. (Diakses 22 Maret 2016 pukul 20.00 WIB)
[9] Iskandar. Analisis Unsur Karbon Aktif Tempurung
Kelapa dengan Metode Analisis Ultimat ( Ultimate
Analysis). ITB Bandung 2012.
[10] Pamungkas Muchamad, dkk. Perancangan dan Realisasi
Alat Pengukur Intensitas Cahaya. Jurnal Ekomika.
Volume 3, No.2, 2015.
Yoan Theasy / Adsorpsi Limbah Pewarna Tekstil Menggunakan karbon dari Kertas Koran 141
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXX HFI Jateng & DIY, Salatiga 28 Mei 2016
ISSN : 0853-0823
TANYA JAWAB
Pramudita Anggraita (HFI)
? Penelitian saudara masih horizontal, dua makalah hanya
berbeda pada bahan karbon dari koran dan daun kering. Jadi
untuk penelitian lebih lanjut adalah mencari bahan terbaik
untuk karbon. Masih ada masalah jika memakai koran atau
daun kering. Lebih baik penelitian dilanjutkan tanpa bahan
(sinar, dll).
Yoan Theasy (UNNES)
√ Baik, saran ditampung.
Wahyu Widanarto (UNSOED)
? Coba gunakan bahan fotokatalitik.
Yoan Theasy (UNNES)
√ Baik, saran ditampung.