47
ANDRIANSYAH SEJARAH, AJARAN DAN PENGAMALAN KEAGAMAAN 1

Agama Malim

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tulisan ini berbicara tentang suatu komunitas masyarakat yang menganut sebuah ajaran hamalimun yang dibawakan oleh sisingamanga raja XII. suatu kebudayaan bangsa batak yang kemudian menjadi suatu aliran kepercayaan.

Citation preview

Page 1: Agama Malim

ANDRIANSYAH

SEJARAH, AJARAN DAN PENGAMALAN KEAGAMAAN

1

Page 2: Agama Malim

PENGANTAR PENULIS

Bismillahirrahmanirrahim Asalamu'alaikum wr. wb.

Alhamdulillahi ladzii arsala rasulahu bil-hudaa wadiinil haqqiliyuzhhirahu 'alad-diini

kullihi walau karihal-nusyrikun. Allahumma shalli 'ala Nabiyi wa Sayyidul-Mursaliin

Muhammad saw. wa 'ala alihi wa shahbihi ajma'in.

Alhamdulillah, penulis dapat mempersembahkan sebuah tulisan yang berjudul

Mengenal Ugamo Malim , Sejarah, Ajaran Dan Pengamalan Keagamaan, sehingga

masyarakat atau pembaca dapat mengenal suatu agama yang dianut oleh suatu komunitas

kecil di desa Huta Tinggi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir.

Tulisan ini mencoba memberikan gambaran kepada kita semua bahwa masih sangat

kuatnya suatu paham keagaamaan yang timbul dari sebuah renkarnasi budaya serta kesalah

pahaman penafsiran terhadap nilai-nilai budaya yang kemudian menjadi suatu kepercayaan

yang utuh dalam lingkup sebuah agama.

Tulisan ini akan menjawab paradigma masyarakat dalam merespon hal-hal diluar

batas pemikirannya. Serta fenomena budaya yang kemudian menjelma menjadi doktrin

kepercayaan.

Penulis hanya menyajikan fakta dari sebuah penelitian ekslusif pada wilayah

komunitas keberadaan agama dimaksud.

Akhir kata penulis memohankan saran kritik dan masukan dari para pembaca untuk

menyempurnakan tulisan ini.

Billahi taufiq Wal Hidayah

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Medan, 2 Agustus 2009

Andriansyah

2

Page 3: Agama Malim

A. Latar Belakang Masalah

Ugamo Malim merupakan suatu kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

tumbuh berkembang di Sumatera Utara. Ugamo Malim menyebut Tuhan itu “Mulajadi

Nabolon”. Mulajadi Nabolon adalah Tuhan yang maha esa yang tidak bermula dan tidak

berakhir. Keberadaannya adalah kekal untuk selama-lamanya.

Secara Etimologi Ugamo Malim terdiri dari dua kata yaitu “Ugamo” dan “Malim”.

“Ugamo” berarti Agama atau kepercayaan. “Malim” mempunyai dua bagian: “Malim”

sebagai sifat dasar yang dituju, berawal dari “Haiason” dan “Parsolamon”. Yang kedua

adalah “Malim” sebagai sosok pribadi. Haiasaon diartikan kebersihan. Kebersihan fisik

dan rohani. Parsolamon diartikan membatasi diri dari menikmati dan bertindak.1

Jadi Ugamo Malim adalah suatu kumpulan orang yang melakukan aksi membentuk

hubungan dengan Penciptanya dengan nilai kesucian dan pengamalan peribadatan kepada

Mula Jadi Nabolon dengan kebersihan fisik dan rohani serta membatasi diri dari menikmati

dan bertindak kepada hal-hal yang dilarang menurut aturan dan ajaran Ugamo Malim.

Beranjak dari pembahasan tentang Ugamo Malim, perlu pendefenisian secara umum,

apa yang disebut dengan agama. Hal ini diperlukan untuk mencari keseimbangan makna adar

dalam pembahasan lebih lanjut, kita lebih memiliki sebuah landasan tentang defenisi Agama.

Agama adalah seperangkat sikap, kepercayaan dan praktek yang terkait dengan

kekuatan supra-alami. Baik itu kekiatan Tuhan, ruh, iblis, atau yang lainnya. Dalam

merumuskan gagasan tentang agama. Emile Durkheim seorang tokoh terkemuka dalam ilmu-

ilmu social, mengemukakan tiga ciri esensial yang diyakini terdapat dalam semua agama,

dahulu dan sekarang. Yaitu : (1) keyakinan terhadap adanya hal yang sacral dan profane, (2)

Ritual Peribadatan, dan (3) Komunitas penganut. Oleh karenanya, Durkheim mendefenisikan

agama sebagai “a system of shared beliefs and rituals about the sacred that bind together a

community of worshippers.2

Hampir seluruh buku teks Antropologi yang berdasarkan hasil penelitian sebagian

besar pendudul bumi ini menunjukkan bahwa fenomena adama adalah sesuatu yang

universal. Adama-agama yang ada dan pernah ada didunia, pada umumnya dapat

diklassifikasikan dari berbagai segi. Dari segi ajarannya tentang Tuhan, ada yang ber Tuhan

satu (monotheis) dan ada yang ber Tuhan banyak (polytheis). Dari segi tuntutan dalam

1 Lihat di http://parna-ind.blog.friendster.com/2008/05/parmalim-bagian-dari-budaya-batak/2 Joan Ferrante “Sociology : A Global Perspectif (Bealmont : Wadsword/Thomson learning, 2003). Hlm. 481

3

Page 4: Agama Malim

menyebarkan agama/ajaran, ada agama missionaries dan agama non missionaries. Dari segi

sumber dan asal-usul, para ahli membedakannya antara agama samawi dengan agama

duniawi dan agama alami.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya tentang Ugamo Malim, jika diselaraskan

dengan pengertian Agama secara umum dan klassifikasi dari agama, dapat dijelaskan bahwa

Ugamo Malim merupakan Agama yang ber Tuhankan satu (Mulajadi Nabolon), bersumber

pada nilai-nilai kesucian dan kebenaran dalam pencapaian kesempurnaan hidup, merupakan

suatu agama yang alami dan agama yang non missionaris.

Ugamo Malim timbul akibat resenitas akan pengaruh kepercayaan dari luar, sehingga

ingin mengembalikan kemurnian dalam beragama dan keyakinan terhadap Tuhan yang maha

esa. Awalnya, Parmalim adalah gerakan spiritual untuk mempertahankan adat istiadat dan

kepercayaan kuno yang terancam oleh agama baru yang dibawa Belanda. Gerakan ini lalu

menyebar ke tanah Batak menjadi gerakan politik atau parhudamdam yang menyatukan

orang Batak menentang Belanda.

Gerakan itu muncul sekitar tahun 1883 atau tujuh tahun sebelum kematian Si

Singamangaraja XII, dengan pelopornya Guru Somalaing. Dalam perkembangannya, gerakan

yang menempatkan Si Singamangaraja sebagai pemimpin tertinggi tersebut telah memicu

perlawanan politik dalam bentuk pertempuran-pertempuran kecil di berbagai kawasan Batak

Toba, sekaligus perlawanan teologis terhadap zending3.

Pada tahun 1895 (tujuh tahun setelah kematian Si Singmangaraja XII), Guru

Somalaing ditangkap Belanda dan kemudian dibuang ke Kalimantan pada tahun berikutnya.

Gerakan Parmalim pun mulai memudar walau tidak habis. Raja Mulia Naipospos, tokoh

spiritual, yang disebut-sebut mendapat restu dari Si Singamangaraja XII, kemudian

memegang tongkat kepemimpinan Parmalim.

Gerakan Parmalim pun kembali memusatkan diri pada spiritual dan tata cara hidup

berdasarkan adat. Tongkat kepemimpinan ini diwariskan turun-temurun dan kini dipegang

oleh Raja Marnakkok Naipospos, cucu Raja Mulia. Saat ini pusat kegiatan keberagamaan

kaum Parmalim dipusatkan di Huta Tinggi, Kecamatan Lagu Boti, Kabupaten Toba Samosir,

Sumatera Utara.

Ugamo Malim menempatkan diri pada keyakinan yang utuh dalam cerminan perilaku

diri sehari-hari, menjalankan ajaran agama atas dasar ketulusan, keikhlasan dan keyakinan

tanpa berpanduan dengan sebuah kitab suci yang disakralkan.

3 Zending : pekabaran Injil; usaha-usaha menyebarkan agama Kristen Protestan; badan-badan penyelenggara (misi) penyebaran agama Kristen Protestan. Lihat dalam kamus besar Bahasa Indonesia Online di http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php

4

Page 5: Agama Malim

Ugamo Malim melembagakan diri/mendeklarasikan keberadaannya sebagai upaya

agar ajaran murni yang dibawa oleh Sisinga mangaraja tidak punah, sehingga dapat terlihat

jelas eksistensi penganut Ugamo Malim (Parmalim) dalam mepertahankan agamanya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan kepada latar belakang masalah diatas, rumusan masalh dalam penelitian

ini meliputi :

1. Bagaimana sejarah/ asal-usul, perkembangan, prinsip dan struktur Ugamo Malim?

2. Bagaimana pola dasar ajaran Ugamo Malim?

3. Bagaimana Pengamalan keagamaan terhadap ajaran Ugamo Malim?

4. Adakah korelasi antara Ugamo Malim dengan agama lain (Islam dan Kristen)

C. Tujuan Penelitian

Dari Rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui Bagaimana sejarah/ asal-usul, perkembangan, prinsip dan struktur Ugamo

Malim.

2. Mengetahui Bagaimana pola dasar ajaran Ugamo Malim.

3. Mengetahui bentuk Pengamalan keagamaan terhadap ajaran Ugamo Malim.

4. Mencari korelasi antara Ugamo Malim dengan agama lain (Islam dan Kristen).

D. Metodologi Penelitian

Disini akan dikemukakan mengenai lokasi peneitian, populasi,

sampel, metode pengumpulan data, langkah-langkah penyusunan instrumen

penelitian, dan analisis data.

A. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Huta Tinggi Kecamatan Loguboti

Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara. Pemilihan lokasi desa Huta Tinggi

dengan pertimbangan karena di tempat inilah pusat dari penganut Ugano

Malim.

B. Populasi, Sampel dan Metode Pengumpulan Data

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah umat Ugamo Malim

2. Sampel

Mengingat populasi penelitian ini banyak maka untuk efesiensi waktu,

biaya dan tenaga akan dilakukan sampling terhadap populasi yang dianggap

mewakili populasi secara keseluruhan dalam penelitian. Sampel dalam

5

Page 6: Agama Malim

penelitian ini adalah umat Ugamo Malim yang berada di Desa Huta Tinggi

Kecamatan Loguboti Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara.

3. Metode pengumpulan data

Data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer atau data

lapangan. Data primer diperoleh dengan hasil observasi dengan metode

wawancara dan Tanya jawab dengan umat Ugamo Malim yang berada di

Desa Huta Tinggi Kecamatan Loguboti Kabupaten Toba Samosir Sumatera

Utara.

C. Langkah-Langkah Penyusunan Instrumen Penelitian/Kuisioner.

Menurut Arikunto penyusunan kuisioner sebagai instrumen

pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Mengadakan identifikasi variabel-variabel yang ada di rumusan judul

penelitian atau yang tertera dalam masalah penelitian;

2. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel;

3. Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel;

4. Menderetkan deskriptor dari setiap indikator;

5. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butiran-butiran ;

6. Melengkapi instrumen (pedoman atau instruksi) dan kata pengantar.

Keseluruhan rincian variabel menjadi subvariabel kemudian diteruskan

menjadi indikator dan deskriptor ini dikenal dengan kisikisi penyusunan

instrumen.4

D. Tehnik Analisis Data

Teknik yang dipakai dalam menganalisis data adala dengan metode

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.

Istilah validitas atau kesahihan yang mengandung pengertian sejauh

mana ketepatan dan kecermatan untuk melakukan pengukuran. Menurut

pendapat Sudaryanto dalam penentuan validitas ada 3 hal penting yang

harus dipenuhi yaitu : 1) kriteria pengukuran harus relevan, 2) isi pengukuran

harus relevan, dan 3) cara pengukuran harus relevan.5

Reliabilitas atau reproduksibilitas, keterandalan, keandalan, presisi, atau ketepatan

pengukuran adalah mencakup tingkat kepercayaan data yang diperoleh dari responden karena

4 Arikunto, S. “Prosedur Penelitian”. Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 1785 Sudaryanto, “Metode dan aneka teknik analisis bahasa: pengantar penelitian wahana kebudayaan secara linguistis”, Duta Wacana University Press, 1993, hlm. 89

6

Page 7: Agama Malim

hal ini dipengaruhi oleh sikap, motivasi dan persepsi responden dalam memberikan jawaban

terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Sudaryanto mengemukakan suatu pengukuran disebut reliabel, bila memberikan nilai

yang sama atau hampir sama pada pemeriksaaan berulang-ulang.

A. Sekilas Asal Usul Ugamo Malim

Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu, Islam, dan Kristen ke tanah Batak, orang

Batak pada mulanya belum mengenal nama dan istilah “dewa-dewa”. Kepercayaan orang

Batak dahulu (kuno) adalah kepercayaan kepada arwah leluhur serta kepercayaan kepada

benda-benda mati. Benda-benda mati dipercayai memiliki tondi (roh) misalnya: gunung,

pohon, batu, dll yang kalau dianggap keramat dijadikan tempat yang sakral (tempat

sembahan).

Orang Batak percaya kepada arwah leluhur yang dapat menyebabkan beberapa

penyakit atau malapetaka kepada manusia. Penghormatan dan penyembahan dilakukan

kepada arwah leluhur akan mendatangkan keselamatan, kesejahteraan bagi orang tersebut

maupun pada keturunan. Kuasa-kuasa inilah yang paling ditakuti dalam kehidupan orang

Batak di dunia ini dan yang sangat dekat sekali dengan aktifitas manusia.

Sebelum orang Batak mengenal tokoh dewa-dewa orang India dan istilah “Debata”,

sombaon yang paling besar orang Batak (kuno) disebut “Ompu Na Bolon” (Kakek/Nenek

Yang Maha Besar). Ompu Nabolon (pada awalnya) bukan salah satu dewa atau tuhan tetapi

dia adalah yang telah dahulu dilahirkan sebagai nenek moyang orang Batak yang memiliki

kemampuan luar biasa dan juga menciptakan adat bagi manusia. Tetapi setelah masuknya

kepercayaan dan istilah luar khususnya agama Hindu; Ompu Nabolon ini dijadikan sebagai

dewa yang dipuja orang Batak kuno sebagai nenek/kakek yang memiliki kemampuan luar

biasa. Untuk menekankan bahwa “Ompu Nabolon” ini sebagai kakek/nenek yang terdahulu

dan yang pertama menciptakan adat bagi manusia, Ompu Nabolon menjadi “Mula Jadi

Nabolon” atau “Tuan Mula Jadi Nabolon”. Karena kata Tuan, Mula, Jadi berarti yang

dihormati, pertama dan yang diciptakan merupakan kata-kata asing yang belum pernah

dikenal oleh orang Batak kuno. Selanjutnya untuk menegaskan pendewaan bahwa Ompu

Nabolon atau Mula Jadi Nabolon adalah salah satu dewa terbesar orang Batak

ditambahkanlah di depan Nabolon atau Mula Jadi Nabolon itu kata ‘Debata’ yang berarti

dewa (jamak) sehingga menjadi “Debata Mula Jadi Nabolon”.

7

Page 8: Agama Malim

Parmalim sebenarnya adalah identitas pribadi, sementara kelembagaannya disebut

Ugamo Malim. Pada masyarakat kebanyakan, Parmalim sebagai identitas pribadi itu lebih

populer dari “Ugamo Malim” sebagai identitas lembaganya Berjuang bagi Parmalim bukan

hal baru, karena leluhur pendahulunya dari awal dan akhir hidupnya selalu dalam perjuangan.

Perjuangan dimulai sejak Raja Sisingamangaraja menyatakan “tolak” kolonialisme Belanda

yang dinilai merusak tatanan kehidupan masyarakat adat dan budaya

Raja Monang Naipospos adalah Pengurus Pusat Ugamo Malim, sebuah agama

kepercayaan yang lahir dari kebudayaan Batak. Agama ini merupakan peninggalan Raja

Batak Sisingamangaraja. Kini pusat agama Parmalim terbesar berada di Desa Hutatinggi, 4

kilometer dari kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara. Orang lebih

mengenalnya sebagai Parmalim Hutatinggi. Di desa ini ada rumah ibadah orang Parmalim

yang disebut Bale Pasogit.

Agama ini bisa dikatakan merupakan sebuah kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa yang tumbuh dan berkembang di Tanah Air Indonesia sejak Dahulu Kala. "Tuhan

Debata Mulajadi Nabolon" adalah pencipta Manusia, Langit, Bumi dan segala isi alam

semesta yang disembah oleh "Umat Ugamo Malim" ("Parmalim").6

Awalnya, Parmalim adalah gerakan spiritual untuk mempertahankan adat istiadat dan

kepercayaan kuno yang terancam disebabkan agama baru yang dibawa oleh Belanda.

Gerakan ini lalu menyebar ke tanah Batak menjadi gerakan politik atau 'Parhudamdam' yang

menyatukan orang Batak menentang Belanda. Gerakan itu muncul sekitar tahun 1883 atau

tujuh tahun sebelum kematian Sisingamangaraja XII, dengan pelopornya Guru Somalaing

Pardede.

Menurut Profesor Dr Uli Kozok MA dari University of Hawaii, Minoa, USA,

mengatakan, Sisingamangaraja XII bukan beragama Islam, Kristen maupun Parmalin

melainkan beragama Batak Asli.

"Selama ini banyak kontroversi yang terjadi dimasyarakat tentang agama yang

dianut Sisingamangaraja XII. Ada yang mengatakan dia beragama Kristen, maupun Islam,

bahkan tidak sedikit yang menyebut dia beragama Parmalin yang menurut sebagian orang

merupakan agama aslinya orang-orang Batak". Menurut dia, Parmalin bukanlah agama asli

orang Batak. Parmalin merupakan agama kombinasi atau perpaduan dari agama Islam dan

Kristen. Ketika agama Parmalin berkembang di Tanah Batak, Sisingamangaraja XII sendiri

sudah berada di Dairi dalam pengungsian menghindari serbuan-serbuan dari tentara

6 http://id.wikipedia.org/wiki/Parmalim

8

Page 9: Agama Malim

Belanda. "Jadi agama Sisingamangaraja XII adalah Batak asli yang usianya jauh lebih tua

dari agama Parmalin," katanya.7

Dari pernyataan Prof.Dr.Uli Kozok MA dapat kita ambil suatu kesimpulan, agama

Parmalim adalah bagian dari Agama Asli Batak (agama dari Sisingamangaraja), yang

awalnya bergerak sebagai gerakan Politik atau Parhudamdam dipelopori oleh Guru

Somalaing Pardede untuk menggalang kekuatan menentang Belanda, kemudian berkembang

menjadi benteng untuk mempertahankan adat istiadat Batak yang mulai tertekan dengan

agama baru disponsori Belanda yakni Keristen. Parmalim dengan kekuatan yang mulai

berkembang menjadi suatu kepercayaan dengan sentuhan sentuhan Islam dan Keristen.

Dengan kata lain Agama Parmalim percaya kepada Tuhan yang Esa yang disebut "Debata

Mulajadi Nabolon".

Oppu Mula Jadi Nabolon dipercaya sebagai pencipta alam semesta yang tak

berwujud. Dia mengutus manusia sebagai perantaranya, yaitu Raja Sisingamangaraja, yang

juga dikenal dengan Raja Nasiak Bagi. Raja Nasiak Bagi adalah istilah untuk kesucian atau

hamalimon serta jasa-jasa sang raja hingga akhir hayat yang tetap setia mengayomi Bangsa

Batak. Dengan begitu, agama Parmalim meyakini Raja Sisingamangaraja dan utusan-

utusannya mampu mengantarkan Bangsa Batak kepada Debata atau Tuhan.

Ada 3 (tiga ) tokoh yang sangat berperan dalam Agama Parmalim yaitu: 8

1- Sisingamangaraja XII. 2- Guru Somalaing Pardede. 3-Raja Mulia Naipospos.

1- Sisingamangaraja XII: adalah tokoh yang diyakini sebagai utusan

Mulajadi Na Bolon untuk orang Batak .

2- Guru Somalaing Pardede: adalah tokoh karismatik beliau sebagai sebagai

tokoh spritual, politik ahli strategi dan beliauselalu nekad melakukan aksi

pengorganisasian Hamalimon, Oleh Karenanya Sisingamangaraja XII lebih

mempercayainya sebagai penasehat Perang. Disamping itu Guru Somalaing

Pardede memiliki wawasan dan ilmu yang luas, oleh karenanya seorang ilmuawan

dari Italy bernama Modigliano sangat mengharap bantuan Guru Somalaing

7 http://togapardede.blogspot.com/2008/12/parmalim-apakah-bagian-dari-budaya.html8 Lihat dalam http://www.parmalim.com

9

Page 10: Agama Malim

Pardede untuk mendampinginya dalam perjalanan nya keliling tapanuli hingga Asahan. Tidak

mustahil ilmu dan wawasan Guru Somalaing Pardede bertambah baik dibidang Obat-obatan,

dan spritual, perkenalan beliau membuatnya mengenal Maria ibunda Jesus dan Jesus sendiri.

Begitu juga sebelumnya beliau lebih dahulu mengenal ke spritualan Islam, menurut DR.

L.manik Guru Somalaing pernah menuntut Ilmu perang di Aceh dengan rekomindasi

Panglima- Aceh yang diperbantukan pada Sisingamangaraja. Dengan demikian kemungkinan

besar Ajaran agama Parmalim yang ditokohi Guru Somalaing Pardede

3- Raja Mulia Naipospos: Sebelum menjadi pemimpin Parmalim

Huta tinggi, Beliau adalah Raja Parbaringin bius Lagu boti.Raja

Mulia memegang teguh peranannya untuk tidak muncul sebagai

sosok perlawanan anti kolonial, sehingga lebih didekatkan kepada

Missionaris Nommensen di Sigumpar. Ini merupakan pengkaderan

secara terselubung agar tidak segera dipatahkan oleh gerakan misi

kristen dan penjajah. Dengan Sikap beliau maka Agama Parmalim

dapat eksis hingga kini.

Jadi Parmalim sebagai Agama monoteis (menurut keyakinan penganutnya) juga

mempunyai sekte-sekte Yaitu: Parmalim sekte rasulnya Guru Somalaing berkedudukan di

Balige, Parmalim sekte di Huta Tinggi, Laguboti, yang dipimpim Rasul Raja Mulia

Naipospos. Sekte dengan Rasul Guru Mangantar Manurung di Si Gaol Huta Gur-gur, Porsea.

Sekte lain yang sudah pudar adalah Agama Putih dan Agama Teka. Meskipun demikian

Sekarang Agama Parmalim yang berpusat di Huta Tinggi Laguboti adalah Agama Parmalim

yang sanagt menonjol.

B. Prinsip Ajaran Ugano Malim

Pada umumnya semua agama yang ada mempunyai prinsip yang tidak jauh berbeda

atau sama, bila dilihat dari sudut pandang pengertian agama itu sendiri, yaitu menginginkan

kebaikan, kesehjateraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Walaupun demikian, tiap agama mempunyai prinsip masing-masing di dalam 

masalah ke Tuhanan, ibadah, hukum dan lainya.

Berikut prinsip-prinsip yang terdapat dalam Ugamo Malim ;9

1. Puji Syukur Kepada Tuhan

9 Hasil Wawancara dengan Opung Lamhot Simanjuntak 61 tahun (seorang Parmalim) pada hari Sabtu tanggal 23 Mei 2009 pukul 11. 25 Wib di Desa Huta Tinggi Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir.

10

Page 11: Agama Malim

Tuhan adalah pemberi segala nikmat, yang membuat segala ketentuan apa yang akan

terjadi kepada kita. Dikala mendapat musibah, maka kita mesti bersabar. Dan ketika kita

mendapat kenikmatan maka kita bersyukur. Syukur kepada Tuhan merupakan bukti kecintaan

kita kepada Tuhan

2. Hormat Kepada Raja

Tuhan meninggikan derajat beberapa orang di tengah-tengah kita, untuk menjadi

pemimpin kita. Maka menghormati raja adalah kewajiban.

3. Kasih Sayang sesama Manusia

Kita yang diberi kehidupan oleh Tuhan dengan segala nikmatnya, haruslah saling

kasih-mengasihi sesama kita. Sehingga dalam kehidupan kita, Tuhan selalu bersama kita

dalam kebesarannya.

4. Rajin Bekerja

Tuhan memberikan kita kekuatan, memberikan kita tenaga. Untuk memnuhi

kebutuhan kita sehari-hari kita mesti giat bekerja. Karma Tuhan tidak suka melihat kita tidak

bekerja.

C. Strategi Pegembangan Ugamo Malim

Raja Sisingamangaraja dan raja Nasiakbagi menanamkan motto bagi para

pengikutnya untuk menerima perkembangan tanpa mengorbankan nilai spiritual Batak. Motto

ini dikenal dengan : Parbinotoan Naimbaru, Ngolu Naimbaru, Tondi na marsihohot. 

Parbinotoan Naimbaru

Menerima perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi demi peningkatan kualitas

sumber daya manusia.

Ngolu Naimbaru

Menerima perkembangan jaman untuk meningkatkan kesejahteraan dan peradaban,

tanpa melanggar etika sosial sesuai tuntunan ajaran Ugamo Malim.

Tondi na Marsihohot 

Tetap bertaqwa kepada Tuhan Debata Mulajadi Nabolon melalui ajaran

Sisingamangaraja - Raja Nasiakbagi tanpa dipengaruhi ajaran keyakinan agama lain.

Parmalim menyongsong masa depan, tak pernah surut melakukan pedoman dan ajaran yang

dianut walau mengalami banyak hambatan external dan internal. Para tokoh Parmalim

menolak mengikuti pendidikan mission kepada anak-anaknya karena harus dibaptis kristen.

Raja Mulia harus menjalankan amanah, pendidikan harus dilakukan. Anak tunggalnya Raja

11

Page 12: Agama Malim

Ungkap disekolahkan ke sekolah independent yang dikelola pendidikan Inggeris di

Tambunan yang berbasis di Singapura. Tidak diwajibkan menganut agama tertentu. 

Semula Raja Ungkap dianggap para tokoh Parmalim akan menjadi lawan setelah menerima

pendidikan modern dan pergaulan dengan orang asing. Raja Mulia sebelumnya banyak

menerima hujatan dari para rekan seperjuangannya karena masalah pendidikan itu.Raja

Ungkap membuktikan sebaliknya. Walau tidak terlalu mulus, beliau mendirikan Sekolah

Parmalim (Parmalim School) tanggal 1 November 1932. Sejak itu banyak anak Parmalim

mendapatkan pendidikan. 

Penganut Agama Batak tempo dulu banyak ditarik menjadi Kristen melalui

pendidikan yang dikelola mereka. Pada umumnya para Parbaringin tidak setuju dengan

pengorganisasian Ugamo Malim (Parmalim) akhirnya terlindas dengan jaman. Dengan

dibukanya sekolah Parmalim generasi baru dibangun. Inilah sejarah awal dimulainya

Parmalim baru yang lebih cerdas. Pendidikan misi Kristen tidak memberi pengaruh

pencerdasan generasi Parmalim yang ada saat itu dan sekarang. 

Raja Mulia Naipospos menyerahkan tahta kepemimpinnan kepada putra tunggalnya

Raja Ungkap Naipospos pada tahun 1956. Raja Ungkap sebelumnya sudah mengalami pahit

getir penggemblengan diri dari Raja Mulia ayahandanya sendiri. Raja Ungkap adalah

generasi kedua dan pertama sekali menerima pendidikan sekolah. Beliau menguasai Bahasa

Inggeris, Belanda dan Jepang.  

Beliau juga memimpin misi penguatan ajaran Ugamo Malim bagi para pemeluknya

yang berpusat di Sait Ni Huta, Uluan. Gerakan itu juga meningkat hingga mencari peluang

kehidupan yang lebih baik dengan gerakan manombang. Mereka mencari peluang kehidupan

baru di daerah Sumatera Timur – Simalungun tepatnya daerah Bah Jambi. Disana berdiri

sebuah perkampungan khusus untuk Parmalim dan disebut Kampung Malim. Sejak itu,

Parmalim menyebar dari Toba ke daerah subur Sumatera bagian Timur.Langkah itu, telah

memperkuat kesatuan (kelembagaan), kemandirian, kedamaian, dan kekuatan iman

Parmalim. 

Pendidikan dan pemanfaatan peluang kehidupan, kewirausahaan bukan ajaran baru

bagi Parmalim yang sampai saat ini sudah banyak menghasilkan SDM dan berperan di

berbagai kegiatan, pemerintahan maupun swasta. 

Masyarakat umum tidak dapat lagi mengenal Parmalim dalam pandangan yang kaku

seperti sosok dukun, berjambang, makan sirih, pakai tongkat, ikat kepala, pakai ulos, bau

kemenyan, ahli nujum dan lusuh. Image itu sejak lama dipraktekkan kelompok tertentu dan

menganggap Parmalim merupakan obyek yang perlu diselamatkan dan digiring kehadapan

12

Page 13: Agama Malim

Tuhan menurut cara mereka. Sampai saat ini pemahaman ini masih ada, dan sejak masa

pembentukan wujud Parmalim yang lebih maju dan mandiri itu, sebaliknya  masih banyak

orang menganggap Parmalim sudah punah. 

E. Pelembagaan Ugamo Malim 

Ugamo diartikan suatu kumpulan orang yang melakukan aksi membentuk hubungan

dengan Penciptanya. Raja Mulia yang menerima amanah sedikit ragu atas kemampuannya,

hingga beliau ditemui oleh seorang sosok yang kumal. Beliau menagih janji untuk

melembagakan hamalimon yang disebut UGAMO MALIM. Ketika Raja Mulia hendak

mengucapkan kata pernyataannya siapa diri yang menemuinya, beliau spontan menghentikan

dan mengenalkan diri “Nasiakbagi” tidak memiliki harajaon, dan harta benda serta kampung

halaman.  

Munculnya Raja Nasiakbagi semakin menguatkan keyakinan Raja Mulia Naipospos

akan pesan yang telah diamanatkan Raja Sisingamangaraja sebelumnya. Raja Nasiakbagi

menyerahkan konsep pengorganisasian dan ajaran Ugamo Malim sesuai dengan apa yang

diterimanya dari Raja Sisingamangaraja. Raja Nasiakbagi selalu menolak apabila dirinya

dianggap sosok Raja Sisingamangaraja XII ataupun penjelmaannya. Beliau selalu

mengatakan bahwa Sisingamangaraja sudah berada disisi Mulajadi Nabolon.  

Penjajah dan kroninya mencurigai langkah Raja Mulia dan sosok “Nasiakbagi” dan

melakukan fitnah dan pengejaran. Raja Mulia dipenjara beberapa kali karena tidak menyebut

siapa sebenarnya yang menyebut dirinya Nasiakbagi itu. Setelah melihat pola pengajaran dan

pengorganisasian yang dilakukan Raja Mulia sudah mapan, akhirnya “Raja Nasiakbagi”

meninggalkannya.

Tantangan dan kekerasan banyak dihadapi selama mengembangkan Ugamo Malim.

Berbagai tudingan dan sebutan dilontarkan tidak dijawab. Dia memilih diam karena mereka

yang berkuasa saat itu lebih dominan diterima publik. Ada kepentingan mereka untuk

memberikan stigma buruk kepada kelompok ini agar tidak ada yang mengikuti atau bila

mungkin ditinggalkan para pengikutnya. Mereka sering dipaksa memberikan sumbangan

pembangunan gereja. Pernah mezbah persembahan Parmalim di Huta tinggi dirampas dan

dirobohkan atas perintah Raja Ihutan yang diangkat Penjajah. Pemerintah kolonial akhirnya

memberi izin kepada Kelompok Parmalim yang dipimpin Raja Mulia Naipospos untuk

mendirikan BALE PASOGIT tempat peribadatan di Hutatinggi yang dikeluarkan controleur

van Toba tahun 1921. 10

10

13

Page 14: Agama Malim

14

Page 15: Agama Malim

Ajaran kepercayaan Ugamo Batak yang diberikan lisan, antara lain :

Memuji Tuhan Debata Mulajadi Nabolon – Tuhan Yang Maha Esa, menghormati Raja,

sayang sesama manusia, rajin bekerja untuk penghidupan badan (jasmani) dan menuruti

perintah Raja.Jangan mencuri, tidak boleh membunuh dan berzinah.  Jangan mengolok-olok

dan membuat fitnah pada orang lain dan jangan sesatkan orang buta. Tidak boleh mengambil

riba dari harta benda dan uang yang dipinjamkan kepada sesama.Jangan sekali-kali

memandang hina yang berpakaian buruk dan bertopi karung, sebab Raja Nasiakbagi dan

Sisingamangaraja adakalanya mencobai perhatian dari para Parmalim, datang menyamar diri

dengan pakaian yang begitu rupa.Wajiblah selalu mengucapkan dengan perkataan yang

hormat kepada bangsa laki-laki, “Amang” dan kepada bangsa perempuan

“Inang”.Memberitahukan dari hal yang bakal terjadi, dan yang bakal kejadian. 

Tujuan penghayatan ajaran kepercayaan ugamo batak adalah menuntun, membimbing

hidup dan perikehidupan manusia di dunia dan memperoleh kehidupan abadi di akhirat yang

disebut “Hangoluan ni tondi di Banua Ginjang”.Patik ni Ugamo Batak adalah ajaran

kepercayaan Ugamo malim dan aturan ni Ugamo batak adalah tata upacara pelaksanaan

penghayatan dari kepercayaan Ugamo malim. Adalah suatu kewajiban untuk mengakui

kesalahan dan dosa, dan memohon keampunan dari Tuhan Yang Maha Esa serta bergiat

melaksanakan kebaikan bekal yang banyak untuk kehidupan abadi. Kepercayaan Ugamo

Malim, percaya akan adanya kehidupan dunia. Tujuan itu tersirat dalam ajaran patik dalam

bahasa abatak, disebutkan “Marpanghirimon do namangoloi jala namangulahon patik ni

Debata nadapotsa do sogot hangoluan ni Tondi asing ni ngolu ni diri on”.  

Maksudnya :

“Mereka yang mematuhi dan melaksanakan Hukum Tuhan Yang Maha Esa,

mempunyai harapan kelak memperoleh kehidupan yang abadi selain dari kehidupan dunia

ini”.  

A. Ajaran Tentang Ketuhanan Yang Maha Esa

Mulajadi Nabolon adalah Tauhan Yang Maha Esa yang menjadikan bumi dan langit

dengan segala isinya. Tuhan Yang Maha Esa adalah pemilik bumi dan langit semesta alam

yang senantiasa aktif mengatur semua ciptaannya. Tuhan Yang Maha Esa menciptakan

15

Page 16: Agama Malim

menusia menghuni bumi ini, dan kepada manusia telah dijadikan sumber kehidupan manusia.

Kepercayaan Ugamo Malim dan bangsa batak umumnya dalam mengucapkan nama Mulajadi

Nabolon harus diawali dengan Ompu atau Ompung. “Ompu Mulajadi Nabolon” atau

“Ompung Debata Mulajadi Nabolon”. Mulajadi Nabolon adalah “asal mula” (Mulajadi),

“Yang Maha Benar (Mabolon). Sebutan Ompu atau Ompung adalah untuk meluhurkan /

memuliakan dalam kedudukan yang “Paling tinggi derajatnya”. Dalam struktur Adat Batak,

panggilan “Ompung” diberikan kepada ayah dan ibu dari pada orangtua kita. Panggilan ini

sangat didambakan orang batak melalui keturunannya langsung. a. Kedudukan Tuhan Yang

Maha Esa

Disadari dan diyakini, bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu ada dan mutlak, bertempat di

Hebangan Panjadion (Singgasana Penciptaan) yang juga disebut Banuwa Gunjang (Tempat

Yang Maha Tinggi), dan keberadaannya kekal selama-lamanya.

Tonggo-tonggo dalam ugamo malim yang harus diucapkan setiap doa peribadatannya

mengajarkan bahwa setiap umat manusia harus bersembah sujud kepada Tuhan Yang Maha

Esa yang menjadikan bumi dan langit dengan segala isinya yang menjadikan manusia dengan

segala keberadaannya di bumi ini. Tuhan Yang Maha Esa dalam kedudukannya memberi

Rohnya kepada manusia untuk menuntun hidup manusia sesuai dengan kehendaknya.

Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkat kepada manusia dan semua ciptaannya. Manusia

diwajibkan mempersembahkan Puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui

persembahan / pelean. Kepada Tuhan Yang Maha Esa manusia memohon keampunan dosa,

memohon hiburan bagi yang berduka cita, memohon keringanan atas beban hidup, memohon

kesembuhan dari penyakit yang diderita dan memohon kecerahan pikiran bagi yang selalu

dibaluti kekalutan.

Tuhan Yang Maha Esa memohon bahwa hidup matinya adalah kehendaknya, semoga

kelak arwahnya mendapat berkat kehidupan yang kekal di Singgasananya. Ini yang disebut

“Tumpal Hangoluan”.  

1. Sifat-sifat Tuhan Yang Maha Esa

Dari doa ritual (Tonggo-tonggo) kepercayaan Ugamo Malim tersirat, bahwa Tuhan

Yang Maha Esa adalah Maha Kuasa, Maha Pemurah, Maha Mengetahui, Maha Pengampun,

Maha Adil, Maha Kuat, Maha Bijaksana, Maha Agung dan Maha Mulia.

2. Kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa

16

Page 17: Agama Malim

Atas kuasa dan kehendak Tuhan Yang Maha Esa, telah memberikan Rohnya menitis

kepada manusia untuk menjadi pemimpin, pembimbing dan penuntun hidup dan

perikehidupan manusia agar berjalan sesuai dengan kehendaknya. Tuhan Yang Maha Esa,

Maha menentukan hidup atau Maha bagi segala ciptaannya. Kuasa tersebut pertama

diciptakannya di tempat Yang Maha Tinggi (Banua Ginjang), yang terdiri dari :

1) Bataraguru

2) Sorisohaliapan

3) Balabulan

Tiga kuasa ini disebut : Debata Natolu. Tiga kuasa Tuhan Yang Maha Esa adalah

paduan kedudukan, sifat-sifat dan kuasa yang mengatur hidup alam semesta ciptaannya.

1. Hukum Keadilan, Hukum Kerajaan, Kebijaksanaan, Pengetahuan, Keabadian diberikan

kepada manusia adalah bersumber dari Bataraguru dilambangkan dengan warna Hitam.

2. Hukum Kesucian, kebenaran, Kemuliaan diberikan kepada manusia dan dilambangkan

dengan warna Putih.

3. Kekuasaan, Kekuatan, Kesahalaan – Hasaktion (Kesaktian), Pemilik para malaikat,

diturunkan kepada manusia dan berada diantara umat manusia, dilambangkan dengan

warna Merah.  

Dari tempat yang Maha Tinggi, Tuhan Yang Maha Esa mengutus Nagapadohaniaji

menguasai Tanah/Bumi dan Boru Saniangnaga menguasai Air. Titisan Kuasa Tuhan Yang

Maha esa kepada umat manusia dimuliakan dalam setiap doa ritual kepercayaan ini. Doa

ritual (Tonggo-tonggo) tersebut secara berurutan adalah :

a. Mulajadi Nabolon – Tuhan Yang Maha Esa

b. Debata Natolu

c. Siboru Deakparujar

d. Raja Hatorusan

e. Nagapadohani Raja)

f. Boru Saniangnaga

g. Patuan Raja Uti

h. Tuhan Simarimbulubosi

i. Raja Naopatpuluopat (44)

j. Sisingamangaraja

k. Raja Nasiakbagi

17

Page 18: Agama Malim

B. Ajaran tentang Manusia

a. Asal Mula Manusia

Kepercayaan Ugamo Malim mengakui dan mempercayaai sesuai dengan mitologi

Batak Kuno bahwa asal mula manusia adalah dari hasil perkawinan putera dan puteri dari

Banua Ginjang (tempat Yang Maha Tinggi), yaitu Raja Odapodap dengan Boru Deakparujar,

yaitu seorang putera dan seorang puteri yang lahir kembar.

Setelah mereka dewasa, Tuhan Yang Maha Esa berkenan turun dari banua ginjang

untuk menjodohkan mereka menjadi suami istri, dan kepada mereka diberi hidup menghuni

bumi ini dengan syarat bahwa mereka harus senantiasa melakukan hubungan dengan Tuhan

yang Maha Esa melalui persembahan suci disebut “Pelean” dan dilarang agar tidak memakan

daging babi, anjing, darah, dan yang kebangkaian atau yang tercemar uap bangkai. Atas

kuasa yang diterima mereka berdua dapat melaksanakan kehendak dan menjauhi larangan

Tuhan ini, dan kepada keturunannya “Sabda” ini diteruskan, dan merupakan amanah yang

disebut “Tona”. Dalam mitos itu disebutkan bahwa Boru Deakparujar dan raja Odapodap

kembali bersama dengan Mulajadi Nabolon ke tempat Yang Maha Tinggi. Akan tetapi karena

kecintaan menempatkan Boru deakparujar di Bulan dan Raja odapodap bertempat di

Matahari.

b. Struktur Manusia

Pada awal kehamilan Ibunda Boru Deakparujar disebutkan bahwa yang lahir adalah

seperti gumul (bulat). Mulajadi Nabolon menitahkan kepada Boru Deakparujar agar yang

lahir nanti harus dikubur karena itulah yang akan menyempurnakan bumi di tempa (ditopa).

Rambutnya menjadi tanah liat, tulang-tulangnya menjadi batu-batuan, dan darahnya akan

merekat ke bumi ini. Kelahiran yang kedua adalah Raja Ihat Manisia dan Boru Ihat Manisia

yang akan menjadi suami istri sebagai awal keturunan manusia.

Tondi dan sahala serta akal pikiran manusia menjadi satu dalam ujud jasmani manusia

yang terdiri dari darah, gading, ate-ate, pusu-pusu (jantung) adalah merupakan penggerak

bagi manusia manusia untuk berkemampuan dalam melaksanakan tugas kehidupan sesuai

dengan sabda Tuhan Yang Maha Esa.

Secara fisik (daging, tulang dan darah), secara mental yaitu roha (pikiran), ate-ate

(hati), pusu-pusu (jantung), diri (pribadi) dan gogo (kemampuan) ditambah lagi dengan tondi

(roh) dan sahala (kharisma), maka manusia adalah ciptaanNya dialam semesta ini. Pada

18

Page 19: Agama Malim

hakekatnya manusia masih tetap lemah dan tidak berarti bila dibandingkan dengan Kuasa

Tuhan Yang Maha Esa.

c. Tugas dan Kewajiban Manusia

Dengan kesempurnaan penciptaan Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia, tujuannya

adalah untuk menghuni bumi ini, dan menyembah kepadaNya untuk selama-lamanya. Tuhan

menyediakan segala kebutuhan hidup manusia pada alam, dan Tuhan memberikan

poengetahuan dan kemampuan untuk memanfaatkan alam ini untuk kelangsungan hidupnya.

Melaksanakan hukum (kehendak) Tuhan, menyembah dan memuji Namanya dalam keadaan

apapun adalah kewajiban manusia. Bahawa hidup dan matinya manusia adalah atas kuasa

Tuhan yang Maha esa. Itu disebutkan dengan tegas dalam lapatan ni patik : “Ngolu dohot

hamatean Huaso I Debata”. Kewajiban ini diurai dalam aturan-aturan Ugamo Malim dalam

kehidupan Parmalim, sejak mulai lahir sampai ajal tiba (kematian) dituntun dalam aturan ini,

yaitu :

1)` Martutuaek (kelahiran)

2) Pasahat Tondi (kematian)

3) Marari sabtu (peribadatan setiap hari sabtu)

4) Mardebata (peribadatan atas niat seseorang)

5) Mangan Napaet (peribadatan memohon penghapusan dosa)

6) Sipaha Soda (peribadatan hari memperingati kelahiran Tuhan Simarimbulubosi)

7) Sipaha Lima (peribadatan hari persembahan pelean kurban)

Selain dari aturan pokok ini, ada lagi aturan yang wajib dilaksanakan sesuai dengan

situasinya, yaitu :

1) Pamasumasuon (pemberkatan dalam perkawinan)

2) Memandikan jenasah

3) Manganggir (penerimaan anggota baru)

4) Marpangir (apabila melalui keadaan yang dinilai kotor, dan bagi wanita yang selesai haid)

5) Membaca doa bila hendak mandi, memotong hewan, menggali tanah untuk kuburan, dan

lain-lain.

Kewajiban lainnya yang utama ialah menata hidup dan perilaku yang luhur dalam

pengabdian diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa melalui kepatuhan melaksanakan

hukum dalam ugamo Malim yaitu Patik Ni Ugamo Malim. Patik ini meemrintahkan manusia

untuk selalu menyembah Tuhan, menghormati Raja, mencintai sesama manusia dan giat

bekerja. Hasil atau buah dari pekerjaan yang tidak bertentangan dengan larangan Patik Ni

19

Page 20: Agama Malim

Ugamo Malim, dimanfaatkan untuk memuji Tuhan Yang Maha Esa, menghormati Raja dan

mencintai sesama manusia.

d. Sikap Terhadap Sesama Manusia

Ajaran kepercayaan Ugamo Malim dalam Patik Ni Ugamo Malim menyebutkan :

“Haholongan dongan jolma”. Adalah kewajiban untuk saling mencintai sesama manusia. Itu

dipertegas lagi dalam lapatan Ni Patik yang menyatakan : “Songon holong ni rohaniba

didiriniba, songon ima holong ni roha tu dongan”. Artinya : “Bahwa kita wajib emncintai

sesama sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri. Manusia adalah sama derajatnya dan

martabatnya terutama dihadapan Tuhan Sang Pencipta. Perbedaan suku, bangsa, daerah,

bahasa dan budaya adalah atas kehendak Sang Pencipta. Manusia memandang dirinya secara

utuh akan menyadari makana Patik, bahwa pada dasarnya manusia adalah sama.

Untuk menumbuhkan rasa sesama manusia diajarkan dalam kepercayaan Ugamo Malim

sebagai berikut :

Unang holan diri niba sinarihon, ia naringkot di dongan ndang pinarrohahon”, yang

artinya : agar jangan hanya mementingkan diri sendiri, sedangkan kepentingan orang lain

diabaikan. Larangan ini secara lengkap diuraikan dalam Patik Ni Ugamo Malim yang disebut

dengan “Pinsang-pinsang (Maminsang)”.

Melaksanakan ajaran “Holong” dengan menjauhkan semua larangan-larangan akan

mewujudkan “Saling mencintai, mengasihi, menghargai dan saling menghormati” yang akan

bermuara kepada “kedamaian dan kesatuan”.

e. Tujuan Hidup Manusia

Kebahagiaan dunia lahir bathin adalah suatu cita-cita hidup manusia di alam dunia ini.

Beragam usaha dilaksanakan untuk mengggapai harapan-harapan ini, namun sampai

kapanpun manusia tidak kunjung memperolehnya. Hidup selalu resah, gelisah dan tidak

pernah merasa puas.

Ajaran kepercayaan Ugamo Malim menetralisir keadaan ini agar hidup bisa menjadi

tenang dan menikmati hidup dengan rasa terima kasih (syukur) kepada Tuhan Yang Maha

Esa. Bahwa makna dari kehidupan itu adalah penyerahan diri secara utuh kepada Tuhan Yang

Maha Esa, dan akhir dari pada kehidupan manusia adalah kembali menyatu kepada Sang

Pencipta.

Kepercayaan Ugamo Malim, menyatakan bahwa tujuan manusia (Parmalim) adalah :

20

Page 21: Agama Malim

1) Manopoti dosa dohot mangido pasu-pasu yang artinya : memohon keampunan dosa dan

memohon berkat dari Tuhan Yang Maha Esa.

2) Mangalului Hangoluan ni tondi, yang artinya : memperbanyak pengalaman dalam hidup

untuk kelak menjadi bekal dalam kehidupan yang abadi (di luar kehidupan jasmani ini).

C. Ajaran Tentang Alam Semesta

Alam semesta adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Proses terjadinya manusia

berkaitan dengan penciptaan Tuhan atas bumi (mayapada) ini melalui tangan ghaib Siboru

Deakparujar. Kepada Siboru Deakparujar diberi Tuhan ilmu pengetahuan selama proses

penciptaan bumi ini melalui tanda-tanda di alam raya seperti : matahari, bulan dan bintang.

Terjadinya pergantian musim, pergantian tahun, pergantian bulan dan pergantian hari semua

diberikan Tuhan Yang Maha Esa melalui peralihan benda-benda langit. Tanda-tanda ini bagi

kepercayaan Ugamo Malim menjadi patokan untuk menentukan hari-hari baik, bulan baik

dan saat melaksanakan upacara penghayatan yang bersifat umum diluar hari sabtu yang telah

menjadi patokan yang tetap.

Alam semesta adalah sebagai wujud keberadaan Tuhan Yang Maha Esa yang dapat

dilihat, dapat dinikmati oleh umat manusia. Menghormati dan menghargai serta menikmati

alam semesta ini adalah perwujudan kecintaan, pemuliaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Bumi dan air adalah tempat manusia sekaligus sebagai sumber hidup manusia.

Memanfaatkan bumi dan air untuk kepentingan manusia harus menyadari bahwa Tuhan Yang

Maha Esa telah memberikan dan menyampaikan kuasa menjaganya kepada Nagapadohaniaji

(bumi) dan Boru Saniangnaga (Air).

Kepercayaan Ugamo Malim memberikan tuntunannya agar setiap memanfaatkan

tanah (bumi) untuk kepentingan manusia terlebih dahulu menyatakan penghormatan kepada

Nagapadohaniaji, dan pemanfaatan air menyatakan penghormatan kepada Boru Saniangnaga,

dengan pernyataan bahwa “kami bukan hendak merusak”. Merusak bumi akan berakibat

“petala” bagi manusia dan merusak air juga akan berakibat “petaka” bagi manusia.  

D. Ajaran Tentang Kesempurnaan Hidup

Sabda pertama dan yang utama dari Mulajadi Nabolon Tuhan Yang Maha Esa, ketika

mempertemukan Siraja Ihat Manisia dengan Siboru Ihat Manisia dalam ikatan perkawinan

dan berlaku untuk keturunannya (umat manusia) pada hakekatnya adalah bahwa Tuhan Yang

Maha Esa sangat mencintai manusia dan memberikan bumi (alam) untuk kepentingan

kehidupan menusia dengan dibekali akal, pikiran dan perasaan. Agar manusia selalu

mengingat hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui jiwa yang bersih, tulus dan suci

21

Page 22: Agama Malim

serta dengan pernyataan melalui persembahan (pelean) yang bersih dan suci. Larangan-

larangan Tuhan Yang Maha Esa agar selalu dihindari/dipantangkan untuk dilaksanakan.

Dalam setiap upacara persembahan/menyembah Tuhan Yang Maha Esa dalam kepercayaan

Ugamo Malim dilaksanakan dengan mempersiapkan pelean. Tujuh macam upacara

penghayatan Parmalim mempunyai tata cara tersendiri dalam penataan pelaksanaannya.

Tetapi dalam semua upacara ini ada yang tidak bisa tinggal yaitu “Pangurason” (Air Suci

Pengurapan) dan “Daupa” (bahan dari kemenyan untuk dibakar). Daupa dan Pangurason

adalah Pelean yang utama. Melaksanakan penghayatan harus didasari “Niat”, dalam bahasa

Batak disebut “Sangkap”. Niat ini dapat terlaksana apabila pikiran, hati, jantung, diri/pribadi

dan kemampuan telah menyatu, bulat, kokoh serta bersih. Secara jasmaniah harus

membersihkan diri dari keadaan dan perbuatan yang dapat menimbulkan “Haramunon”

(haram) Penghayatan tidak hanya dalam upacara peribadatan, tetapi diajarkan dalam setiap

saat penghayatan itu berlaku selanjang hidup manusia. Ini menimbulkan sikap dan perilaku

yang selalu terjaga dan terbimbing. Dalam istilah kepercayaan Ugamo Malim disebut dengan

“Marsolam diri dan Marsolam ngolu”, yang pada akhirnya akan mencapai tingkat “Marsolam

tondi”. Artinya : dalam menghadapi keadaan yang bahkan merenggut nyawa sekalipun tidak

akan membuat kedukaan. Patik Ni Ugamo Malim mengejarkan agar senantiasa

“memuji/menyembah Tuhan Yang Maha Esa, mensyukuri segala pemberianNya (AsiasiNa).

Pahit atau manis, senang atau susah, kaya atau miskin, berbahagia atau berdukacita, sehat

atau sakit, bahkan matipun semuanya adalah atas kehendakNya. Patik ini bila digolongkan,

ada 5 bagian yaitu :      

1. Bagian pertama disebut Marsuru (menyuruh/wajib). Patik menyuruh/mewajibkan agar

selalu menyembah Tuhan Yang Maha Esa, menghormati Raja, mencintai sesama

manusia serta rajin/giat bekerja agar mempunyai kemampuan memuji Tuhan,

menghormati Raja dan mencintai sesamanya.

2. Bagian kedua disebut Meminsang (melarang). Patik maminsang/melarang agar jangan

mencuri, jangan berzinah/memfitnah, jangan membunuh, mengolok-olok, jangan

menghina pada orangtua, jangan menyesatkan orang buta, mentelantarkan fakir

miskin, jangan memandang hina kepada orang yang berpakaian compang camping,

jangan mengambil riba dari harta dan uang yang dipinjamkan pada sesama.

3. Bagian ketiga disebut Paingothon (mengingatkan). Patik mengingatkan bahwa jangan

hanya di waktu senang, kaya, beruntung, dan saat kamu menyembah Tuhan. Tetapi

dalam keadaan susah, miskin, merugi dan sakit, bahkan sampai akhir hayat harus

selalu menyembah/memuji Tuhan.

22

Page 23: Agama Malim

4. Bagian keempat disebut Panandaion (mengenal/mengetahui). Patik

mengenalkan/memberitahukan, bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah menjadikan

langit dengan segala isinya, menjadikan manusia serta seluruh alam semesta.

5. Bagian kelima disebut Puji-pujian (Puji-pujian). Patik menentukan untuk

mempersembahkan Puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk selama-lamanya.

Melaksanakan Patik dengan sempurna, melaksanakan aturan-aturan penghayatan

dalam kepercayaan Ugamo Malim akan mewujudkan suatu sipak perilaku hidup yang disebut

“Marsolam Diri dan Marsolam Ngolu”, yaitu :

a. Marroha Hamalimon.

Berpikir, berpengetahuan dan bertindak sesuai dengan bimbingan Patik Ni Ugamo

Malim (Hamalimon).

b. Marngolu Hamalimon

Berkehidupan dalam wujud keberadaan dan perilaku sehari-hari selalu terbina dan

terpelihara oleh Patik ni Ugamo Malim (Hamalimon).

c. Martondi Hamalimon.

Ketekunan dan keteladanan yang berisi keikhlasan, dan ketulusan hati dalam

melaksanakan peribadatan dan penghayatannya secara lahir dan bathin dalam keadaan

bagaimanapun selalu menyembah dan memuji Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan Patik Ni

Ugamo Malim (Hamalimon).

Dalam menikmati hidup (Parmanganon), dalam melihat alam sekitar (Pamerengon),

penempatan diri sesuai dengan keberadaan dan kemampuan (Parhundulon), memelihara tata

krama kesopanan dan kehormatan (Pangkataion), dan didalam melaksanakan fungsi

kehidupan-kemanusiaan (Pardalanon) senantiasa akan terpelihara apabila Patik Ni Ugamo

Malim menjadi sikap dan panutan hidup manusia dalam ajaran kepercayaan Ugamo Malim,

itulah puncak dan pengenalan diri manusia dalam menempatkan dirinya sebagai makhlum

Tuhan Yang Maha Esa, dalam pergaulan hidup dan dengan alam sekitarnya. Secara singkat

disebutkan : Malim Parmanganon, Malim Pamerengon, Malim Parhundulon, Malim

Pangkataion, dan Malim Pardalanon.

23

Page 24: Agama Malim

A. Dasar Penghayatan

1.  Pedoman Penghayatan

Ugamo Malim diibaratkan sebagai rumah yang disebut Ruma Hangoluan (Tempat

Kehidupan), karena di dalam rumah ini berisi sumber kehidupan (dunia dan akhirat) yaitu :

Hata Ni Debata (Kata Maulajadi Nabolon)

Tona Ni Debata (Pesan Mulajadi Nabolon)

Patik Ni Debata (Titah Mulajadi Nabolon)

Uhum Ni Debata (Hukum Mulajadi Nabolon)

Keempat nilai kehidupan rohani dan jasmani ini dipadukan di dalam ajaran

kepercayaan Ugamo Malim, yaitu :

Patik Ni Ugamo Malim (Ajaran Agama Malim)

Aturan Ni Ugamo Malim (Aturan Agama Malim)

Patik Ni Ugamo Malim adalam Roh dari kepercayaan Parmalim, dan Aturan Ni

Malim adalah Jasad dari kepercayaannya.

Melaksanakan Aturan Ni Malim secara lahiriah ditata dalam tata upacara

menghayatan atau peribadatan, yaitu : Marari Sabtu, Martutuaek, Pasahat Tondi, Mardebata,

Mangan Napaet, Sipaha Sada, Sipaha Lima dan penghayatan yang dilaksanakan menurut

keadaan yang mengharuskan melaksanakan upacara yang bersifat khusus.

Jiwa atau Roh yang menggerakkan untuk melaksanakan aturan ini secara lahiriah adalah

ajaran Patik Ni Ugamo Malim. Patik inilah sebagai cermin dan yang akan menilai nemar atau

tidak dalam pelaksanaannya.

Dalam melaksanakan aturan-aturan penghayatan dalam kepercayaan Ugamo Malim

harus disediakan “Pelean”, yaitu “Daupa dan Pangurason” sebagai persembahan yang

disampaikan dengan doa-doa ritual (Tonggo-tonggo) secara berjenjang mulai dari Mulajadi

Nabolon - Tuhan Yang Maha Esa sampai kepada Raja Nasiakbagi.  

2.  Perilaku Penghayatan.

24

Page 25: Agama Malim

Sebelum melaksanakan satu penghayatan atau upacara peribadatan dalam

kepercayaan Ugamo Malim, harus didahului dengan niat yang tulus dan hati yang bersih.

Masing-masing aturan yang dilaksanakan adalah mengandung arti tersendiri. Ugamo Malim

juga disebutkan “Dalan Pardomuan Dompak Debata”, yang artinya adalah : “Jalan untuk

dapat bertemu/bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam setiap pelaksanaan

penghayatan ini, semua peserta harus berpakaian Batak atau berkain sarung. Bagi laki-laki

dewasa harus memakai Serban Putih dan bagi perempuan dewasa rambutnya disanggul

dengan rapi yang disebut dengan Sanggul Toba. Duduk dengan teratur dan bersila, tangan

bersikap menyembah. Pelean “Daupa dan Pangurason” ditata diatas sebuah tikar pandan yang

bersih, letaknya dihadapan para peserta upacara. Salah seorang diantaranya (biasanya Ulu

Punguan) duduk di depan semua peserta dan langsung menghadap Pelean tadi, dan

mengucapkan doa-doa rotual (Tonggo-tonggo). Selesai mengucapkan doa (Tonggo-tonggo)

sesuai dengan ciri tata upacara yang dilaksanakan, pada saat terakhirnya Pangurason diambil

oleh Ulu Punguan (Pemimpin Upacara) yang kemudian dipercikkan kepada seluruh peserta

yang hadir, dan peserta tetap bersikap menyembah menerima percikan Pangurason ini

sebagai rasa syukur atas pensucian yang diterimanya.

Setiap doa (Tonggo-tonggo) dalam kepercayaan Ugamo Malim ditutup dengan

pernyataan “Nabonar Jungjunganku”, artinya : bahwa Raja Nasiakbagi-Sisingamangaraja

adalah Jungjungan Parmalim yang diutus oleh Tuhan Yang Maha Esa mengajarkan kesucian

dan kebenaran. Arti lainnya adalah sebagai pernyataan umat bahwa dia selalu akan

menjunjung tinggi kebenaran. Ini diucapkan secara serentak oleh para peserta upacara.  

3.  Kelengkapan Penghayatan.

Telah dijelaskan bahwa tiap-tiap aturan yang dilaksanakan dalam kepercayaan Ugamo

Malim mempunyai kekhususan tertentu dam secara umum persembahan harus didasari

dengan “Daupa dan Pangurason”. Peserta upacara secara keseluruhan berpakaian adat Batak,

dimana laki-laki dewasa bersorban putih dan perempuan dewasa bersanggul toba. Sedangkan

peserta lainnya yaitu anak-anak diharuskan berpakaian sarung. Semuanya tanpa alas kaki

(sepatu dan sebagainya). Pelean sebagai sarana persembahan dalam upacara penghayatan

dalam kepercayaan Ugamo Malim diletakkan di atas tikar yang bersih, ditata dengan

harmonis menurut jenis pelean. Pelean-pelean, yang terdiri dari :

1. Nasi Putih, ikan batak, telur rebus (dalam satu wadah)

2. ayam putih, ayam hitam, ayam merah dimasak secara utuh

masing-masing dalam satu wadah)

25

Page 26: Agama Malim

3. Kambing putih, dimasak dalam bentuk yang disyaratkan, diletakkan dalam pinggan

menurut bagian-bagiannya.

4. Parbue santi, yaitu beras putih, sanggul bane-bane, baringin, sitompion, gabur-gabur,

napuran, daung meligos, pisang 1 buah dan mentimun satu suing, disusun dengan

indah dalam satu wadah (pinggan).

5. Nanidugu yaitu ayam yang dipanggang dan diberi bumbu santan dan asam

dimasukkan dalam sebuah mangkok putih.

6. Pohul-pohul yaitu tepung yang dikepal dan dikukus, itak gurgur yaitu tepung beras

yang diekepal masing-masing 7 (tujuh kepal), openg-openg terdiri dari tepung beras

di campur dengan pisang lalu ditumbuk dalam lesung masing-masing dimasukkan

dalam pinggan, ditemani pisang dan mentimun.

7. Hewan kurban (lembu atau kerbau), sebelum disembelih diikatkan dalam Borotan

setelah hewan kurban tersebut lebih dahulu dimandikan.

Artinya : dalam keadaan hidup hewan kurban tersebut telah dipersembahkan melalui

doa-doa ritual (Tonggo-tonggo). Kemudian disembelih, dimasak menurut bagian-bagian yang

sudah tertentu.

Setelah masak, kembali lagi dipersembahkan. (Upacara persembahan ini hanya

dilaksanakan di Bale Partonggoan.

Apabila upacara dilaksanakan dengan Pelean yang lengkap, biasanya harus diiringi

dengan membunyikan Gondang Sabangunan (Gondang Batak). Selesai upacara ini seluruh

hadirin oleh pemimpin upacara membubuhkan beras ke ubun-ubun peserta dan disebut “Sipir

Ni Tondi”, kemudian dipercikkan “Pangurason”. Juga pelean ini semuanya disebut dengan

“Pelean Debata” (Persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa). Ada juga yang disebut

“Pelean Habonaron” yaitu persembahan kepada Roh-roh yang dalam kepercayaan Ugamo

Malim adalah pendamping manusia secara ghaib, dan ini biasanya berada dalam rumah,

dalam kampung (desa) maupun dalam setiap langkah-perjalanan, roh ini selalu menemani

manusia. Pelean Habonaron ini disajikan di dalam “Mombang” yang terbuat dari daun enau,

pucuk enau, rotan dan tali dibuat dalam bentuk yang indah, digantungkan ditengah runagan

rumah.  

B. Pengamalan Tentang Budi Luhur

1. Ajaran Tentang Budi Luhur

Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa pada hakekatnya adalah sama dengan

unsur-unsur jasmani dan rohaniah yang mempunyai kedudukan yang sama dihadapan Tuhan

26

Page 27: Agama Malim

Yang Maha Esa. Kehidupan manusia di dunia ini selalu diliputi keadaan yang sangat

bertenatangan satu sama lain. Senang-sunah, suka-duka, sehat-sakit, hidup-mati. Itu

semuanya adalah kodrat manusia yang dijadikan Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam ajaran kepercayaan Ugamo Malim memberi petunjuk agar hidup ini tidak dibalut oleh

kedukaan dan kegirangan semata-mata dan menempatkan hidup manusia berkeseimbangan

menerima keadaan-keadaan yang saling bertentangan.

Diajarkan “Tuhan Yang Maha Esa menjadikan kehidupan menjadi kematian, dan

kematian menjadi kehidupan”. (Dibahen Debata do hangoluan jumadi hamatean; hamatean I

jumadi hangoluan). Juga diajarkan : “Tuhan Yang Maha Esa menjadikan kehidupan menjadi

kehidupan, dan kematian menjadi kematian”. (Dibahen Debata do hangoluan I jumadi

hangoluan, hamatean I jumadi hamatean). Akhir dari kehidupan di dunia adalah kematian,

dan hal-hal ini sudah merupakan hukum alam. Siapapun tidak dapat menghindar dari keadaan

ini. Tetapi kematian untuk menjadi kehidupan (yang abadi) adalah Kuasa Tuhan Yang Maha

Esa dengan sabdaNya, bagi siapa yang “benar” melaksanakan kehendakNya. Kematian yang

menjadi kematian, juga adalah Kuasa Tuhan Yang Maha Esa dengan sabdaNya, bagi siapa

yang tidak melaksanakan (ingkar) kehendakNya. Untuk mencapai kehidupan diluar

kehidupan jasmani ini oleh Raja Nasiakbagi kepada pengikutnya diberikan “bekal” untuk

itu.disebutkan: “Indion ma pangan hamu eme na hu papungu na di sopo on. Mardos ni roha

ma hamu marbagi. Umbahen na hupapungu I, asa adong do mangudut haleonmu”.

Maksudnya : “Inilah kamu makan, makanan yang telah kusediakan dalam rumah ini.

Seiasekatalah kamu membagi-baginya. Sebabnya ini kusediakan, agar kelak kamu tidak

berkekurangan”. Bekal itu adalah Poda, Tona, Patik dan uhum yang terpadu didalam Patik Ni

Ugamo Malim dan kebersamaan melaksanakan penghayatannya melalui aturan-aturan dalam

Ugamo Malim itu, kemudian diamalkan dalam kehidupan agar tidak sampai terjadi perilaku

kehidupan apabila dicerminkan kepada Patik, dapat diketahui kesalahan atau dosa apa yang

telah diperbuat, kebaikan atau kebijakan yang dilakukan.

Kesalahan dan dosa, kebaikan dan kebijakan, semuanya dieprsembahkan kepada

Tuhan Yang Maha Esa, agar dosa diampuni dan kebajikan diberkati menjadi pengabdian

kepadaNya. Setiap saat Parmalim diwajibkan membaca ulang kegiatan kehidupannya, untuk

kemudian menata kehidupan itu bercermin kepada Patik dan Aturan Ugamo Malim.

2. Usaha-usaha Penanaman Budi Luhur

Kegiatan Parmalim ditengah-tengah masyarakat yang bermacam kepercayaan sangat

disadari, terutama mengingat bahwa jumlah pengikut kepercayaan ini sangat sedikit di

27

Page 28: Agama Malim

bandingkan dengan kepercayaan lain disekitarnya. Untuk itu selalu ditanamkan agar citra dan

jati Parmalim harus diwujudkan dalam sikap dan perilaku hidup sehari-hari. tidak ada alasan

untuk tidak rukun dengan sesama yang berlainan kepercayaan sepanjang tidak menyinggung

atau menyimpang dari norma-norma kesusilaan, dan nilai-nilai hidup yang diajarkan oleh

kepercayaan Ugamo Malim, Tatanan Adat dan Budaya Batak.

Ketekunan dan kesetiaan Parmalim melaksanakan peribadatan tidak terpengaruh

kepada hal-hal yang sifatnya sebenarnya dapat dihindarkan atau ditunda. Kewajiban utama

adalah melaksanakan Aturan Ugamo Malim, kecuali utama ada hal-hal yang berada di luar

jangkauan kemampuan dan kekuasaan, seperti sakit, berada di tempat yang jauh dari tempat

peribadatan, maupun karena tugas yang tidak terelakkan. Namun diwajibkan sesaat untuk

mengingat dan berdoa dalam hati.

Marari Sabtu.

Salah satu aturan dalam ugamo Malim adalah Marari Sabtu, yaitu peribadatan yang

dilaksanakan setiap hari sabtu. Aturan ini mnegikat dalam kehidupan kepercayaan Parmalim.

Aturan ini adalah hari yang dimuliakan Parmalim, untuk mensyukuri hidupnya setiap minggu

dan memohon keampunan dosa serta memohon limpahan berkat dari Tuhan Yang Maha Esa.

Pada hari ini, selama satu hari penuh tidak diperbolehkan melaksanakan kegiatan sehari-hari

atau berdiam diri dirumahnya. Semuanya harus berkumpul di rumah Parsantian (Rumah

Peribadatan) yang berdekatan dengan tempat tingglanya atau yang sudah ditentukan menjadi

tempat Peribadata.

Upacara Peribadatan ini dipimpin Ulu Punguan. Dialah yang mengucapkan doa ritual

(Tonggo-tonggo). Salah seorang diantara peserta bertindak sebagai Patik Ni Ugamo Malim

dan diikuti seluruh peserta. Disusul dengan yang lain mengucapkan sepatah dua kata yang

memberi semacam khotbah kepada hadirin yang kemudian ditutup oleh Ulu Punguan dengan

pemberian nasehat dan bimbingan.

Bale Pasogit Partonggoan yang menjadi Pusat kegiatan dalam kehidupan Parmalim

melalui Ihutan Parmalim secara garis besar (inti) memberikan bimbingan, tuntunan yang

sifatnya mengingatkan agar kehidupan warganya senantiasa berkisar kepada :

a. Pangoloion di Patik

b. Parulan di Uhum

c. Pangalaho Hamalimon

Juga melaksanakan hal-hal dibawah ini, meliputi :

28

Page 29: Agama Malim

a. Menerima dan melaksanakan Patik Ni Malim secara ikhlas dengan ketulusan hati,

adalah menyembah Tuhan Yang Maha Esa, menghormati Raja, mencintai sesama

manusia dan giat/rajin bekerja untuk nafkah hidup.

b. Perilaku dan ketekunan melaksanakan Aturan-aturan peribadatan/penghayatan dalam

kepercayaan Ugamo Malim. Melalaikan atau melanggar Aturan Ni Ugamo Malim

dengan kesengajaan adalah suatu pengingkaran atas berkat Tuhan Yang Maha Esa,

dan merupakan dosa, dan tidak layak disebut Parmalim.

Sikap pribadi dan kehidupan Parmalim dengan penghayatan dan pengamalan ajaran

kepercayaan Ugamo Malim, disimpulkan dalam 5 (lima) Hamalimon, yaitu :

1) Malim Parmanganon, (mencari nafkah hidup)

2) Malim Pamerengon, (kehormatan dan tata susila)

3) Malim Parhundulon, (kehidupan bermasyarakat)

4) Malim Pangkataion, (sopan santun)

5) Malim Pardalanon, (ketekunan dan kepatuhan)

Punguan (Cabang) Parmalim menerima butir-butir bimbingan ini dari Bale Pasogit

Partonggoan yang dianmakan “Turpuk Poda Hamalimon”, yang dibacakan dan dijabarkan

setiap hari sabtu dimanapun Punguan tersebut berada. Dengan bekal tuntunan ini setiap

peserta peribadatan mempunyai kewajiban untuk saling mengingatkan dengan landasan

utama Patik dan aturan tadi. Ihutan Parmalim di Bale Pasogit Partonggoan, secara cermat

mengikuti perkembangan dan perilaku warga Parmalim melalui para Ulu Punguan.

Kelahiran, perkawinan, kematian dan lain-lainnya selalu dilaporkan para Ulu Punguan

dengan “Berita Punguan” dan dicatat dalam buku induk (Haadongan ni Parmalim) di Bale

Pasogit Partonggoan.  

3.  Kehidupan Sosial Kemasyarakatan

Telah dijelaskan bahwa Parmalim selaku pengikut dari ajaran kepercayaan Ugamo

Malim, hidup di tengah-tengah masyarakat yang berbeda kepercayaannya. Perikehidupan

Parmalim dalam bermasyarakat disamping menuruti tatanan kepercayaan, juga berlaku

tatanan adat Batak. Sebab Adat Batak yang murni dan kepercayaan Ugamo Malim adalah

saling mendukung.

Perlu diketahui, bahwa yang menjadi ciri khas bangsa batak, yang disebut Sisiasia di

habatahon, adalah :

a. Mardebata, (ber-Ketuhanan)

b. Maradat, (ber-Adat)

29

Page 30: Agama Malim

c. Marpatik, (ber-Patik)

d. Maruhum, (ber-Hukum)

e. Marharajaon, (ber-Pemerintahan/Kerajaan)

Adat Batak mengatakan agar saling menghormati, saling menghargai, dan saling

mengasihi. Bukan sebaliknya.

a. Somba marhula-hula, (menghargai teman semarga)

b. Manat mardongan tubu, (menghargai hula-hula)

c. Elek marboru, (menyayangi pihak boru)

d. Hormat marharajaon (patuh kepada Raja/Pemerintah)

Adat dan haporseaon (kepercayaan) adalah sejalan dan seirama dalam kehidupan

Parmalim, dan didalam pelaksanaan aturan-aturan dalam kepercayaan ini.

Nilai-nilai kehidupan dan hakiki menurut falsafah Batak disebutkan : “Marsiaminan songon

lampak ni gaol, marsitungkolan songon suhut di robean”. Artinya ibaratkan bahwa hidup

manusia itu sebagai pelepah pisang maupun talas. Apabila ikatannya diurai, ternyata pelepah

itu tidak ada dayanya berdiri sendiri. Mereka harus saling bersedekap (marsiaminaminan-

marsitungkoltungkolan) agar tahan menerima terpaan angin maupun badai.

Demikian juga hidup manusia harus saling membantu, saling menghormati hak dan

kewajibannya, saling merasa senasib sepenanggungan. (Holong dalam ajaran kepercayaan

Ugamo Malim). Apabila ini terbina dengan baik, maka kedamaian dan kesatuan akan

terwujud, seperti buah pisang yang sangat enak dan manis.

Disinilah pengalaman ajaran kepercayaan Ugamo Malim untuk melaksanakan Patik

Ni Ugamo Malim “Marsihaholongan” dalam perikehidupan kemasyarakatan dan pengabdian

itu tanpa pamrih, dan hanya semata-mata kewajiban dalam mengabdikan diri kepada Sang

Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

30

Page 31: Agama Malim

A. Kesimpulan

Ugamo diartikan suatu kumpulan orang yang melakukan aksi membentuk hubungan

dengan Penciptanya. Raja Mulia yang menerima amanah sedikit ragu atas kemampuannya,

hingga beliau ditemui oleh seorang sosok yang kumal. Beliau menagih janji untuk

melembagakan hamalimon yang disebut UGAMO MALIM. Ketika Raja Mulia hendak

mengucapkan kata pernyataannya siapa diri yang menemuinya, beliau spontan menghentikan

dan mengenalkan diri “Nasiakbagi” tidak memiliki harajaon, dan harta benda serta kampung

halaman.  

Agama ini bisa dikatakan merupakan sebuah kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa yang tumbuh dan berkembang di Tanah Air Indonesia sejak Dahulu Kala. "Tuhan

Debata Mulajadi Nabolon" adalah pencipta Manusia, Langit, Bumi dan segala isi alam

semesta yang disembah oleh "Umat Ugamo Malim" ("Parmalim")

Raja Monang Naipospos adalah Pengurus Pusat Ugamo Malim, sebuah agama

kepercayaan yang lahir dari kebudayaan Batak. Agama ini merupakan peninggalan Raja

Batak Sisingamangaraja. Kini pusat agama Parmalim terbesar berada di Desa Hutatinggi, 4

kilometer dari kecamatan Laguboti Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara. Orang lebih

mengenalnya sebagai Parmalim Hutatinggi. Di desa ini ada rumah ibadah orang Parmalim

yang disebut Bale Pasogit.

Oppu Mula Jadi Nabolon dipercaya sebagai pencipta alam semesta yang tak

berwujud. Dia mengutus manusia sebagai perantaranya, yaitu Raja Sisingamangaraja, yang

juga dikenal dengan Raja Nasiak Bagi. Raja Nasiak Bagi adalah istilah untuk kesucian atau

hamalimon serta jasa-jasa sang raja hingga akhir hayat yang tetap setia mengayomi Bangsa

Batak. Dengan begitu, agama Parmalim meyakini Raja Sisingamangaraja dan utusan-

utusannya mampu mengantarkan Bangsa Batak kepada Debata atau Tuhan.

Parmalim sebagai Agama monoteis (menurut keyakinan penganutnya) juga

mempunyai sekte-sekte Yaitu: Parmalim sekte rasulnya Guru Somalaing berkedudukan di

Balige, Parmalim sekte di Huta Tinggi, Laguboti, yang dipimpim Rasul Raja Mulia

Naipospos. Sekte dengan Rasul Guru Mangantar Manurung di Si Gaol Huta Gur-gur, Porsea.

31

Page 32: Agama Malim

Sekte lain yang sudah pudar adalah Agama Putih dan Agama Teka. Meskipun demikian

Sekarang Agama Parmalim yang berpusat di Huta Tinggi Laguboti adalah Agama Parmalim

yang sanagt menonjol.

Prinsip-prinsip yang terdapat dalam Ugamo Malim meliputi :1) Puji Syukur Kepada Tuhan, 2) Hormat Kepada Raja, 3) Kasih Sayang sesama Manusia, 4) Rajin Bekerja.

32