Agus Kapsul

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN LENGKAPTEKNOLOGI SEDIAAN PADATKAPSUL

OLEH :KELOMPOK IV1. ADRIANTO AGUS(1201030)2. CLAUDIUS HENDRAMAN(1201049)3. FATMAWATI (1201047)4. ALFI SYAHRI(1201019)5. DURRATUL FAJRI (1201014)6. MARIANA AGATHA (1201055)7. GINA HANDAYANI P( 1201037)

LABORATORIUM FARMASETIKA SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASIMAKASSAR2014Mengingat pentingnya bagi seorang farmasis untuk memahami dan mempelajari lebih dalam tentang sediaan kapsul maka dilakukanlah percobaan ini agar dalam penerapan dan pelayananya kelak dapat berjalan dengan baik.I .2 Maksud dan tujuanI .2.1 Maksud percobaan Untuk mengetahui dan memahami cara memformulasi dan membuat sediaan kapsul.I .2.2 Tujuan percobaan1. Untuk mengetahui dan memahami cara memformulasi dan membuat sediaan kapsul khususnya kapsul TBC dan kapsul vitamin C sustained release.I .3 Prinsip PercobaanDalam formulasi sediaan dalam bentuk sustained release dan kapsul tuberkolosis, dibuat serbuk dari masing-masing zat aktif dari kapsul tersebut dengan cara mengerus didalam lumpang lalu menambahkan zat tambahan sesuai kandungan dari kapsul tersebut setelah itu dimasukkan kedalam kapsul yang sesuai.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAII. 1 DEFINISI II.I.1. Defenisi kapsul 1. Menurut Anief. Pengantar bentuk sediaan farmasi halaman 217.Kapsul adalah sediaan padat dimana satu macam bahan atau lebih bahan inert yang digunakan di masukkan kedalam cangkang umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai.2. Menurut Formularium nasional Edisi III halaman 009.Kapsul adalah sediaan berupa serbuk yang diisikan dalam cangkang kapsul atau berupa cairan setengah padat yang diisikan dalam kapsul.3. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III halaman 1.Kapsul adalah sediaan obat yang terbugkus cangkang kapsul keras atau lunak, cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan.4. Menurut Dispending of medication (DOM Martin) halaman 78.Kapsul adalah sediaan farmasi padat dimana obat ini tertutup baik, wadah keras atau lunak dari bentuk yang sesuai gelatin.

II.I.8. Cara penyimpana kapsul1. Menurut Pengantar bentuk sediaan farmasiKapsul dikemas dalam wadah plastik , kembung berisi bahan pengeringan.2. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IIIa. Ditempat sejukb. Dalam wadah tertutup rapatc. Sebaiknya di tambah zat pengering.3. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IVa. Simpan dalam wadah tertutup rapatb. Tidak tembus cahayac. Pada suhu kamar terkendali.Kesimpulan Cara menyimpanan kapsul antara lain : Ditempat sejuk, Dalam wadah tertutup, Terlindungi , Simpan pada suhu 10 300c. II.I.9. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembuatan Kapsula. Menurut John F. Marioot : 201 Memilih kapsul sesuai dengan ukuran serbuk Menghitung jimlah yang dibutuhkan dan melebihi seperti dalam pembuatan dosis untuk individu Memastikan kapsul permukaan luar adalah bubuk.

Kesimpulan :1) Bahan yang tidak dimasukkan dalam kapsul adalah bahan yang bereaksi dengan gelatin seperti formaldehid yang akan menyebabkan reaksi sambung-silang dan menurunkan kelarutan gelatin.2) Bahan yang bersifat higroskopis akan membuat kapsul melekat dan mempercepat kerusakan.3) Untuk bubuk/serbuk kering seperti kina sulfat digerus dahulu dalam mortir baru dimasukkan dalam kapsul.4) Jika kapsul kadar airnya terlalu tinggi maka kapsul akan melunak jika terlalu rendah maka akan menjadi rapuh.

BAB IIIMETODE KERJAIII.1FORMULA I I. Formula Asli : Kapsul Sustained ReleaseII. Rancangan Formula Tiap 500 mg mengandung :Vitamin C500 mgHPMC60%Pati2%Laktosa 20%III. Master Formula Nama Produksi: Thewa 4C Jumlah Produksi: 1 botol @ 10 kapsulNomor Registrasi : DBL 1424400101 A1Nomor Batch: 1404001No.PT. THEWA FARMAThewa 4C

13-Apr-201420-Apr-2014Klp IVDisetujui Oleh

Kode BahanNama BahanKegunaanPer. ProduksiPer. Batch

1.001-AAAsam AskorbatAntiskorbat500 mg550 mg

2.002-HPHPMCPolimer300 mg330 mg

3.003-PTPatiPengikat10 mg11 mg

4.004-LTLaktosaPengisi100 mg150 mg

IV. Alasan Pembuatan Sediaan (Pustaka)I. Alasan penambahan bahan1. Asam askorbat ( vit. C ) Farmakologi dan terapi edisi V : 777Vitamin C berperan sebagai suatu kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksi dan amidasi dengan memindahkan elektron koenzim yang ion logamnya harus berada dalam keadaan tereduksi. Vitamin C meningkatkan aktifitas enzim amidase yang berperan dalam pembentukan hormone oksitosin dan hormone antidiuretik. Pemberian vitamin C pada keadaan difisiensi pemberian vitamin C akan menghilangkan gejala penyakit dengan cepat.Indikasinya yaitu untuk mejaga sistem kekebalan tubuh, membantu pemulihan kesehatan, membantu meredakan sariawan, pencegahan dan pemulihan defisiensi vitamin C.Peringatan untuk penggunaan vitamin C yaitu diabetes, gangguan ginjal, gangguan fungsi ginjal dan riwayat batu ginjal, hemakromatosis, talasemia, anemia dan anemia sideroblastik.Efek samping dari vitamin C yaitu nyeri pada tempat injeksi IM, pemberian intra vena cepat dapat menyebabkan pusing/ kehilangan kesadaran, untuk sementara, sakit kepala dan insomnia, rasa panas dan kemerahan pada kulit wajah, mual, muntah dan diare pada dosis tinggi.Kontraindikasi yaitu hiperoksaluria, hipersensivitas. Handbook excipient edisi VI : 43Berfungsi : Antioksidan dan agen teraupetikAsam askorbat digunakan sebagai antioksidan dan mudah mengalami oksida jika terdapat udara. Asam askorbat disimpan pada tempat terlindung dari cahaya, ditempat sejuk dan kering. Menurut martindal Asam askorbat dapat digunakan sebagai antioksidan, meningkatkan penyerapan zat besi,mudah diserap dari saluran gastroin tentestinal dan didistribusikan secara luas didalam. 2. HPMC Handbook pharmaceutical excipients edisi VI : 326Dalam produksi obat HPMC digunakan sebagai pengikat tablet, penyalut dan sebagai matriks, digunakan dalam sustained release formulasi tablet. Konsentasi antara 2%-5% dapat digunakan sebgai bahan pengikat baik granulasi basa maupun kering. Nilai viskositas tinggi dapat digunakan untuk penghambat pelepasan obat dan matriks pada tingkat 10-80% b/b dalam bentuk tablet dan kapsul. Martindal edisi 36 : 2144Pada bidang farmasi HPMC digunakan sebagai penyalut, pengikat tablet dan sebagai matriks lepas lambat. HPMC dapat memperpanjang kerja obat baik sendiri atau dikombinasikan dan dapat agen pengikat viskositas. RPS edisi 18 : 1306Berfungsi sebagai penyalut koloid pelindung. Pendispersi dan zat pengental. 3. Laktosa Excipient dalam sediaan farmasi karakteristik dan aplikasi Laktosa adalah bahan baku yang paling banyak digunakan dalam granulasi kering dan dapat dikombinasi dengan avicel. Handbook pharmaceutical excipient edisi 6 : 359Laktosa anhidrat secara luas digunakan pada tablet kempa langsung, sebagai pengisi dan pengikat pada tablet dan kapsul. Laktosa dapat digunakan pada obat dengan kelembaban sensitive karena kadar airnya rendah.4. Pati Pati digunakan sebagai excipient ( zat tambahan ) utamanya dalam formulasi sediaan padat obat yang mana digunakan sebagai pengikat, pengisi dan penghancur. Pati juga dalam formula kapsul kering untuk menambah volume matriks. Excipient dalam sediaan farmasi karakteristik dan aplikasi Pati merupakan excipient serbaguna terutama dalam sediaan solid-dosis, dimana pati digunakan sebagai pengikat, penghancur dan desintegran. Sebagai pengencer pati digunakan atau penyusun standar terutama pewarna.obat buat daun ekstrak herbal yang digunakan dalam formulasi kapsul kering, penyesuaian volume matriks, mengisi untuk meningkatkan bubuk mengalir terutama b/b bertindak sebagai antianhidrat, sedangkan sebagai pengisi 3-10%.V. Uraian bahan 1. Vit. C ( FI III : 47 )Nama resmi : ACIDUM ASCORBICUM Nama lain : Asam askorbat RM/BM: C6H8O6/176,13Pemerian : Serbuk atau hablur putih atau agak kuning, tidak berbau, rasa asam, oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap dalam keadaan kuning, menutupi diudara dalam larutan cepat teroksidasi. Kelarutan: Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam benzene P.Incompabilitas: Tidak kompatibel dengan alkali, ion logam berat, khususnya tembaga, methanamine, phenylephrin, hydroklorida, pyrilamine maleat, sodium nitrat, natrium nitrat, teobromin salisilat.Stabilitas: Dalam bentuk bubuk, asam askorbat relatif stabil di udara. Asam askorbat relatif tidak stabil dalam larutan terutama alkali solusi, mudah mengalami oksidasi pada paparan udara. Asam askorbat menunjukkan stabilitas maksimum pada sekitar pH 5,4. Bahan massa harus disimpan dalam wadah non logam yangtertutup rapat dan terlindung dari cahaya matahari langsung.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKegunaan : Antiskorbut ( anti sariawan ) / zat aktif2. Pati ( FI III : 93 )Nama resmi: AMYLUMNama lain : Pati/amilumRM/BM: -Pemerian : serbuk sangat halus, putih tidak berbau dan tidak berasa.Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol ( 95% ) P.Incompabilitas: -Stabilitas: Kering, Pati stabil jika dilindungi dari kelembaban tinggi. Ketika digunakan sebagai pengencer atau desintegran dalam bentuk solid dosis pati dianggap lembab dibawah kondisi penyimpanan yang normal dan secara fisik tidak stabil dan mudah diserang mikroorganisme.Kadar abu : Tidak lebih dari 0,8%Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terlindungi dari cahayaKegunaan: Sebagai zat pegikat3. Laktosa ( FI III : 338 )Nama resmi: LACTOSUMNama lain : LaktosaRM/BM: C12H22O11H2O / 36,30Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau dan rasa agak manis. Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih, sukar larut dalam etanol ( 95% )P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.Incompabilitas: Jenis reaksi kondensasi mungkin terjadi antara laktosa dan senyawadengan gugus amina primer untuk membentuk coklat, atau produk kuning-coklat berwarna. Laktosa juga kopatibel dengan asam amino, aminofilin, amfetamin, dan lisinopril.Stabilitas: Pertumbuhan jamur dapat terjadi pada kondisi lembab (80% relatif kelembaban dan diatas). Laktosa dapat mengembangkan warna coklat pada penyimpanan akibat kondisi lembab.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapatKegunaan: Sebagai pengisi 4. HPMC ( Martindal ed. 35 ebook )Nama resmi : HYDROMELLOSENama lain : HPMCRM/BM: -Pemerian : serpuk putih, putih kekuningan atau abu-abu higroskopis setelah pengeringan. Kelarutan: Larut dalam air dingin, membentuk solusi koloid praktis yidak larut dalam air panas, dalam alcohol, dehidrasi dalam aseton dan toluene 1 toluen 1% b/b larutan dalam air memiliki pH 5,5.Incompabilitas: Hipermelose tidak kompatibel dengan beberapa agen pengoksidasi karena nonionik, hipermelosa tidak akan kompleks dengan garam logam atau organik ionik untuk membentuk endapan tidak larut.Stabilitas: Bubuk hipermelosa adalah bahan yang stabil meskipun hidroskopik setelah pengeringan. Solusi stabil pada pH 3-11. Peningkatan suhu mengurangi viskositas solusi.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat. Kegunaan: Polimer (Penghancur).VI. Perhitungan Bahan 1. Pembuatan Granul ITiap 125 mg mengandung :Vitamin C: x 500 mg = 125 mgPati 3%: x 125 mg = 3,75 mgLaktosa 20%: x 125 mg = 0,75 mg2. Pembuatan Granul IITiap 375 mg mengandung :Vitamin C: x 500 mg = 375 mgHPMC 10%: x 375 mg = 37,5 mgLaktosa 20%: x 375 mg = 75 mgPati 3%: x 375 mg = 11,5 mgVIII. Cara kerja1. Disiapkan alat dan bahan 2. Dibuat dalam sustained release Granul I1. Zat aktif ( Vit. C ) dicampurkan dengan laktosa2. Kemudian pati dibuat dalam bentuk mucilago, bila terbentuk mucilago diteteskan kedalam serbuk zat aktif dan laktosa yang telah dicampur. Granul IIZat aktif ( Vit. C ) dicampurkan dengan HPMC sebanyak 200 mg sebagai pengikat dan matriksnya dicampur hingga homogen dan diayak hingga terbentuk granul.3. Setelah kedua granul sudah jadi maka dimasukan kedalam cangkang kapsul No.0

3 . BROSURTHEWA C

Komposisi :Asam askorbat 500 mg HPMC 30 mgPati jagung 15 mgLaktosa 10 mg

INDIKASI :Suplemen vitamin C untuk sistem imun tubuh terutama pada saat tubuh mengalami: flu infleksi, luka, masa kehamilan dan menyusui.Aturan pakai:1 x sehari 1 kapsul

Disimpan tempat sejuk dan kering

No.Reg : DBL 1412000123 A1No.Batch :1404001

Diproduksi oleh :PT. THEWA FARMAMakassar, Indonesia

III.2 FORMULA II I. Formula Asli : Kapsul TBII. Rancangan Formula II yang disetujui :Tiap 500 mg kapsul mengandung :Isoniazid 175 mgRifampisin150 mgPirazinamid175 mgEtambutol175 mgPiridoksin5 mgLaktosa320 mgIII. Master FormulaNama Produk : THEWA TBJumlah: 1 botol @ 60 kapsulNo. Registrasi: DKL 1412332124 A1No.PT. THEWA FARMATHEWA TB

13/04/201404/05/2014Klp. IVDisetujui oleh

Kode BahanNama BahanFungsiPer. ProduksiPer. Batch

1.001-IIsoniazidAnti tuberkulosis175 mg192,5 mg

2.002-RRifampisinAnti tuberkulosis150 mg160 mg

3.003-PDPirazinamidAnti tuberkulosis175 mg192,5 mg

4.004-EEtambutolAnti tuberkulosis175 mg192,5 mg

5.005-PNPiridoksinAnti emetika5 mg5,5 mg

6.006-SLSaccharum LactisPengisi320 mg352 mg

No. Batch : 1425004

IV. Alasan Penambahan BahanTuberkulosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri tahan asam atau Mycobacterium tuberculosis serta dapat bertahan dalam tubuh manusia selama bertahun-tahun. Penyakit ini ditularkan melalui droplet yang mengandung hasil tersebut (airbone disease) yang bergantung pada berapa banyak tuberkulosis yang diinhalasi dan pertahanan tubuh dan individu yang terinfeksi (resisten penjamu).1. Isoniazid (INH) (Staf Pengajar Departemen Farmakologi : 614,615,652 ) Mekanisme kerja :Kerja obat ini adalah dengan menghambat enzim esensial yang penting untuk sintesis asam mikolat dan dinding sel mikobakteri. INH dapat menghambat hampir semua basil tuberkulosis dan bersifat bakterisidal terutama untuk basil tuberkulosis yang tumbuh. Farmakokinetik:Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral. Kadar puncak dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral. Status dalam pengobatan : INH masih tetap merupakan obat yang sangat penting untuk mengobati semua tipe tuberkulosis. Efek samping dapat dicegah dengan pemberian piridoksin. Indikasi : Tuberkulosis paru. Kontraindikasi:Hipersensivitas berat, penyakit hati, GGPD. Efek samping: Gejala gangguan hati dapat berupa mual muntah, anoreksia, lesu, kuning, kadar SGOT dan SGPT yang tinggi. Kebanyakan efek diatasi dengan pemberian piridoksin yang besarnya sesuai dengan INH yang diberikan.

Dosis:Dewasa dan anak, dosis 5 mg/ kg/BB/ hari (4-6 mg/kgBB/hari, maksimal 300 mg atau 10 mg/kgBB 3x seminggu atau 15 mg/kgBB 2x seminggu.2. Rifampisin (Staf Pengajar Departemen Farmakologi :652,653) Mekanisme kerja:Obat ini menghambat sintesis RNA bakteri dengan mengikat sub unit B dari DNA dependent RNA. Polimerase sehingga menghambat peningkatan enzim tersebut ke DNA yang menghasilkan penghambat transkripsi DNA. Aktif menghambat bakteri kokus gram negatif dan positif. Farmakokinetik:Pemberian rifampisin peroral menghasilkan kadar puncak dalam plasma setelah 2-4 jam dosis tunggal sebesar 600 mg. Status dalam pengobatan:Rifampisin merupakan obat yang sangat efektif untuk pengobatan untuk pengobatan Tb dan sering digunakan bersama INH untuk jangka panjang. Indikasi:Tuberkulosis paru, lepra, meningitis, profilaktif, H.Influenza pada anak-anak. Kontraindikasi:Sindrom syok, anemia hemolitik akut dan gangguan hati. Hati-hati pemberian obat ini pada penderita gangguan ginjal. Efek samping:Mual, muntah, ruam, demam, obat tersebut harus digunakan secara hati-hati.

Dosis:Dewasa dan anak-anak 10 mg/kg BB/hari 8-12 mg/kg BB/ hari, maksimum 600 mg/hari atau 2/3 x seminggu.3. Etambutol (Staf Pengajar Departemen Farmakologi:654-655) Mekanisme kerja :Obat ini menghambat sintesis metabolisme sel sehingga menyebabkan kematian sel. Hampir semua strain M.tuberkulosis, M.bovis dan kebanyakan M.kansasil rentan terhadap obat ini. Farmakokinetik:Obat ini diabsorpsi secara baik di saluran cerna, kadar puncak darah 2-4 g/ml dicapai dalam waktu 2-4 jam setelah pemberian dosis biasa 25 mg/kg BB. Waktu paru obat 3-4 jam. Resistensi terhadap obat ini timbul terutama pada penggunaan tunggal etambutol terhadap basil yang tumbuh aktif. Karena obat ini diberikan dalam bentuk kombinasi. Indikasi:Obat ini diberikan pada penderita TB paru. Kontraindikasi:Neuritis optik, anak