AIK

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BAB + nikah

Citation preview

  • Subhan ibn Abdullah 1 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah

    BBaabb NNiikkaahh Kumpulan Artikel Tentang Pernikahan & Kaitannya

    Daftar Isi

    Daftar Isi .............................................................. 1 Menikah Untuk Solusi Terbaik ............................ 1

    Kupinang Engkau dengan Hamdalah....................... 2 Wanita boleh menawarkan....................................... 3

    Mengapa Betah Membujang? ............................. 4 Kenapa Belum Menikah Juga? ........................... 6

    Belum menikah karena...?........................................ 6 Mengapa Menunda Pernikahan?........................ 8

    Manfaat menikah di usia muda:................................ 9 Haruskah Kita Bercerai? ................................... 10 Resep Kue Perkawinan..................................... 11 Kamu Makin Cantik Kalau Marah...................... 12 Perkawinan dan Cinta ....................................... 14 Fadhilah Menikah.............................................. 16 Menggapai Pernikahan Barokah....................... 18 Bukankah Semua itu Indah? ............................. 20 Singkirkan Segala Hambatan Psikologis .......... 21 Cinta Hakiki ....................................................... 21 Tentang Cinta.................................................... 22 Menyegerakan Pernikahan ............................... 24 Menggapai Faedah Pernikahan........................ 25 Membangun Rumah Tangga Sakinah .............. 27

    Lebih Utama Menikah atau Tidak?......................... 27 Mencapai Keluarga Sakinah .................................. 28 Musyawarah........................................................... 29

    Mengapa Nikah Dini?........................................ 30 Dinikahkan oleh Kejujuran ................................ 31 Nasihat Asma binti Khorijah Al Fazariah........... 31 Berani Menikah ................................................. 32 15 Keutamaan Pernikahan................................ 32

    Bab 1: Menyehatkan Mental ................................... 32 Bab 2: Menumbuhkan Cinta Sejati ......................... 33 Bab 3: Memperbesar Rasa Malu ............................ 34 Bab 4: Memperkuat Tanggung Jawab Lelaki.......... 34 Bab 5: Memelihara Kesehatan Fisik ....................... 35 Bab 6: Memperbesar Pahala .................................. 36 Bab 7: Menumbuhkan Sifat Orangtua .................... 37 Bab 8: Memastikan Nasab...................................... 38 Bab 9: Memelihara Kelestarian Keturunan ............. 39

    Setengah Din..................................................... 39 Ketika Keinginan Menikah Itu Tiba.................... 41

    Tanggung Jawab Sebelum Menikah ...................... 41 Nasihat Perkawinan .......................................... 42

    Kata Pengantar....................................................... 42 Muqaddimah........................................................... 43 Pernikahan adalah Fitrah Kemanusiaan................. 43 Tujuan Pernikahan dalam Islam ............................. 45 Tatacara Pernikahan Dalam Islam ......................... 47 Sebagian Penyelewengan Seputar Pernikahan ..... 48 Khatimah ................................................................ 49

    Tammat ............................................................. 50

    Menikah Untuk Solusi Terbaik

    Diantara tanda-tanda kekuasaan Allah, ialah diciptakannya pasangan-pasanganmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung padanya. Dan Allah menjadikan di antara kalian perasaan tenteram dan kasih sayang. Pada yang demikian ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.

    Ketika tiba masa usia aqil baligh, maka perasaan ingin memperhatikan dan diperhatikan lawan jenis begitu bergejolak. Banyak perasaan aneh dan bayang-bayang suatu sosok berseliweran tak karuan. Kadang bayang-bayang itu menjauh tapi kadang terasa amat dekat. Kadang seorang pemuda bisa bersikap acuh pada bayang-bayang itu tapi kadang terjebak dan menjadi lumpuh. Perasaan sepi tiba-tiba menyergap ke seluruh ruang hati. Hati terasa sedih dan hidup terasa hampa. Seakan apa yang dilakukannya jadi sia-sia. Hidup tidak bergairah. Ada setitik harapan tapi berjuta titik kekhawatiran justru mendominasi.

    Perasaan semakin tak menentu ketika harapan itu mulai mengarah kepada lawan jenis. Semua yang dilakukannya jadi serba salah. Sampai kapan hal ini berlangsung? Jawabnya ada pada pemuda itu sendiri. Kapan ia akan menghentikan semua ini. Sekarang, hari ini, esok, atau tahun-tahun besok. Semakin panjang upaya penyelesaian dilakukan yang jelas perasaan sakit dan tertekan semakin tak terperikan. Sebaliknya semakin cepat / pendek waktu penyelesaian diupayakan, kebahagiaan & kegairahan hidup segera dirasakan. Hidup menjadi lebih berarti & segala usahanya terasa lebih bermakna.

    Penyelesaian apa yang dimaksud? Menikah! Ya menikah adalah alat solusi untuk menghentikan berbagai kehampaan yang terus mendera. Lantas kapan? Bilakah ia bisa dilaksanakan? Segera! Segera di sini jelas berbeda dengan tergesa-gesa. Untuk membedakan antara segera dengan tergesa- gesa, bisa dilihat dari dua cara:

  • Subhan ibn Abdullah 2 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah Pertama, tanda-tanda hati

    Orang yang mempunyai niat tulus, kata Imam Ja'far, adalah dia yang hatinya tenang, sebab hati yang tenang terbebas dari pemikiran mengenai hal-hal yang dilarang, berasal dari upaya membuat niat murni untuk Allah dalam segala perkara. Kalau menyegerakan menikah karena niat yang jernih, Insya Allah hati akan merasakan sakinah, yaitu ketenangan jiwa saat menghadapi masalah-masalah yang harus diselesaikan. Kita merasa yakin, meskipun harapan & kekhawatiran meliputi dada. Lain lagi dengan tergesa-gesa. Ketergesaan ditandai oleh perasaan tidak aman & hati yang diliputi kecemasan yang memburu.

    Kedua, tanda-tanda perumpamaan

    Ibarat orang bikin bubur kacang hijau, ada beberapa bahan yang diperlukan. Bahan paling pokok adalah gula & kacang hijau. Jika gula & kacang hijau dimasukkan air kemudian direbus, maka akan didapati kacang hijau tidak mengembang. Ini namanya tergesa-gesa. Kalau gula baru dimasukkan setelah kacang hijaunya mekar ini namanya menyegerakan. Tapi kalau lupa, tidak segera memasukkan gula setelah kacang hijaunya mekar cukup lama orang akan kehilangan banyak zat gizi yang penting.

    Kupinang Engkau dengan Hamdalah

    Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah bersabda: "Tiga orang yang selalu diberi pertolongan Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah, seorang penulis yang selalu memberi penawar & seorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya" (HR Thabrani)

    Banyak jalan yang dapat menghantarkan orang kepada peminangan & pernikahan. Banyak sebab yang mendekatkan dua orang yang saling jauh menjadi suami istri yang penuh barakah & diridhai Allah.

    Ketika niat sudah mantap & tekad sudah bulat, persiapkan hati untuk melangkah ke peminangan. Dianjurkan, memulai lamaran dengan hamdalah & pujian lainnya kepada Allah SWT. Serta Shalawat kepada Rasul-Nya. Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

    "Setiap perkataan yang tidak dimulai dengan bacaan hamdalah, maka hal itu sedikit barakahnya (terputus keberkahannya)" HR Abu Daud, Ibnu Majah & Imam Ahmad.

    Setelah peminangan disampaikan, biarlah pihak wanita & wanita yang bersangkutan untuk mempertimbangkan. Sebagian memberikan jawaban segera, sebelum kaki bergeser dari tempat berpijaknya, sebab menikah mendekatkan kepada keselamatan akhirat, sedang calon yang datang sudah diketahui akhlaqnya, sebagian memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa memberi kepastian apakah pinangan diterima atau ditolak, karena pernikahan bukan untuk sehari dua hari.

    Apapun, serahkan kepada keluarga wanita untuk memutuskan. Mereka yang lebih tahu keputusan apa yang terbaik bagi anaknya. Anda harus husnudzan pada mereka. Bukankah ketika meminang wanita berarti anda mempercayai wanita yang diharapkan oleh anda beserta keluarganya.

    Keputusan apapun yang mereka berikan, sepanjang didasarkan atas musyawarah yang lurus, akan baik dan Insya Allah memberi akibat yang baik bagi anda. Tidak kecewa orang yang istikharah & tidak merugi orang yang musyawarah. Maka apapun hasil musyawarah, sepanjang dilakukan dengan baik, akan membuahkan kebaikan. Sebuah keputusan tidak bisa disebut buruk atau negatif, jika memang didasarkan kepada musyawarah yang memenuhi syarat, hanya karena tidak memberi kesempatan kepada anda untuk menjadi anggota keluarga mereka. Jika niat anda memang untuk silaturrahim, bukankah masih tersedia banyak peluang untuk menyambung?

    Anda telah meminangnya dengan hamdalah, anda telah dimampukan datang oleh Allah Yang Maha Besar. Dia-lah Yang Maha Lebih Besar. Semuanya kecil.

    Ada pelajaran yang sangat berharga dari Bilal bin Rabbah tentang meminang. Ketika ia bersama Abu Ruwaihah menghadap kabilah Khaulan, Bilal mengemukakan : "Jika pinangan kami anda terima, kami ucapkan Alhamdulillah. Dan kalau anda menolak, maka kami ucapkan Allahu Akbar."

    Maka, kalau pinangan yang anda sampaikan ditolak, agungkan Allah, semoga anda tetap berbaik sangka kepada Allah & juga kepada keluarganya. Sebab bisa jadi, penolakan merupakan jalan pensucian jiwa dari

  • Subhan ibn Abdullah 3 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah kedzaliman diri sendiri, bisa jadi penolakan merupakan proses untuk mencapai kematangan, kemantapan & kejernihan niat. Sementara ada banyak hal yang dapat mengotori niat. Bisa jadi Allah hendak mengangkat derajat anda, kecuali anda justru malah merendahkan diri sendiri. Tapi hati perlu diperiksa, jangan-jangan perasaan itu muncul karena ujub.

    Kekecewaan, mungkin saja timbul. Barangkali ada perasaan yang perih, barangkali juga ada yang merasa kehilangan rasa percaya diri saat itu. Ini merupakan reaksi psikis yang wajar, kecewa adalah perasaan yang manusiawi, tetapi ia harus diperlakukan dengan

    cara yang tepat agar ia tidak menggelincirkan ke jurang kenistaan yang sangat gelap. Kecewa memang pahit. Orang sering tidak tahan menanggung rasa kecewa, mereka berusaha membuang jauh-jauh sumber kekecewaan. Sekilas nampak tidak ada masalah, tetapi setiap saat berada dalam kondisi rawan. Perasaan itu mudah bangkit lagi dengan rasa sakit yang lebih perih. Dan yang demikian tidak dikehendaki Islam.

    Islam menghendaki kekecewaan itu menghilang perlahan-lahan secara wajar. Sehingga kita bisa mengambil jarak dari sumber kekecewaan dengan tidak kehilangan obyektivitas & kejernihan hati, kita menjadi lebih tegar, meskipun proses yang dibutuhkan untuk menghapus kekecewaan lebih lama.

    Kalau anda merasa kecewa, periksalah niat anda. Dibalik yang dianggap baik, mungkin ada niat yang tidak lurus. Periksalah motif-motif yang melintas dalam batin. Selama peminangan hingga saat menunggu jawaban. Kemudian biarkan hati memproses secara wajar sampai menemukan kembali ketenangan secara mantap.

    Tetapi kalau jawaban yang diberikan oleh keluarga wanita sesuai harapan, berbahagialah sejenak. Bersyukurlah. Insya Allah kesendirian yang dialami dengan menanggung rasa sepi sebentar lagi akan menghapus kepenatan selama di luar rumah. Insya Allah sebentar lagi.

    Tunggulah beberapa saat. Setelah tiba masanya, halal bagi anda untuk melakukan apa saja yang menjadi hak anda bersamanya. Akan tiba masanya anda merasakan kehangatan cintanya. Kehangatan cinta wanita yang telah mempercayakan kesetiaannya kepada anda. Setelah tiba masanya, halal bagi anda untuk menemukan pangkuannya ketika anda risau.

    Selama menunggu, ada kesempatan untuk menata hati. Melalui pernikahan, Allah memberikan banyak keindahan & kemuliaan.

    Wanita boleh menawarkan

    Islam memberikan penghormatan yang suci kepada niat & ikhtiar untuk menikah. Nikah adalah masalah kehormatan agama, bukan sekedar legalisasi penyaluran kebutuhan biologis dengan lawan jenis.

    Islam memperbolehkan kaum wanita untuk menawarkan dirinya kepada laki-laki yang berbudi luhur, yang ia yakini kehormatan agamanya, dan kejujuran amanahnya menjadi suaminya. Dan Khadijah r.a atas teladan bagi wanita yang bermaksud untuk menawarkan diri.

    Sikap menawarkan diri menunjukkan ketinggian akhlaq & kesungguhan untuk mensucikan diri. Sikap ini lebih dekat kepada ridha Allah & untuk mendapatkan pahala-Nya, Allah pasti mencatatnya sebagai kemuliaan & mujahadah yang suci. Tidak peduli tawarannya diterima atau ditolak, terutama kalau ia tidak mempunyai wali.

    Insya Allah, jika sikap menawarkan diri dilakukan dengan ketinggian sopan santun, tidak akan menimbulkan akibat kecuali yang maslahat. Seorang laki-laki yang memiliki pengetahuan yang mendalam pasti akan meninggikan penghormatan seperti ini, kecuali laki-laki yang rendah & tidak memiliki kehormatan, kecuali sekedar apa yang disangkanya sebagai kebaikan.

    Imam Bukhari menceritakan cerita dari Anas r.a. ada seorang wanita yang datang menawarkan diri kepada Rasulullah SAW dan berkata: "Ya Rasulullah! Apakah baginda membutuhkan daku?" Putri Anas yang hadir & mendengarkan perkataan wanita itu mencela sang wanita yang tidak punya harga diri & rasa malu, "Alangkah sedikitnya rasa malunya, sungguh memalukan, sungguh memalukan." Anas berkata kepada putrinya: "Dia lebih baik darimu, Dia senang kepada Rasulullah SAW lalu dia menawarkan dirinya untuk beliau!" (HR Bukhari)

  • Subhan ibn Abdullah 4 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah Oleh: Sukeri Abdillah Ref: Kupinang Engkau dengan Hamdalah, M. Faudzil `Adhim * kembali ke daftar isi

    Mengapa Betah Membujang?

    Banyak orang takut menikah karena beragam alasan. Padahal, justru dengan menikah bermacam permasalahan tersebut akan tuntas.

    Namanya Kurniawan (33 th). Hampir empat tahun ia bekerja di sebuah penerbitan di kawasan Jakarta. Penghasilan perbulannya cukup lumayan untuk biaya hidup di Ibukota. Namun, kemampuan ekonomi dan usia seperti itu, belum mengetuk hatinya untuk mengakhiri masa lajangnya. Ia tetap memilih hidup sendiri, membujang. Alasannya, Pernikahan itu harus diurus. Kalau semuanya belum siap bisa menimbulkan penderitaan baru. Nggak bisa nyekolahin anak, nggak bisa hidup layak, nggak bisa punya rumah.

    Lain lagi dengan Linda, seorang mahasiswi S2 UI yang berusia 29 tahun. Ketika ditanya tentang keterlambatannya menikah, sedikit bingung ia menjawab (jawaban klasiknya), Belum dikasih (jodoh, red). Tapi, kadang kala kita punya idealisme namun berbenturan dengan kenyataan yang ada. Dengan kata lain, kriteria yang datang tidak sesuai dengan apa yang diidamkan. Inilah yang membuat orang menunda-nunda pernikahan.

    Saya merasa banyak obsesi yang belum tercapai, jawab Sahrul Gunawan (26 th), pemeran Gunawan dalam Sinetron Pernikahan Dini, saat ditanya mengapa ia belum menikah. Padahal, orang tuanya yang tergolong menikah di usia muda - saat menikah ayahnya 22 th dan ibunya 19 th - selalu menyuruhnya untuk menikah. Saya sih merencanakan umur 29 atau 30 untuk menikah, ujar Sahrul.

    Jika ditanya alasan terlambat menikah, tentu bisa muncul beribu dalih. Tapi, alasan yang paling banyak dijadikan kambing hitam adalah kekhawatiran tidak mampu menanggung beban (baca: ekonomi) keluarga. Ini wajar. Namun, menurut Nursanita Nasution, Ketua DPP Partai Keadilan Bidang Kewanitaan, kekhawatiran itu kadang kala berlebihan. Kadang- kadang orang terlalu banyak alasan, ujarnya. Ia menambahkan, mereka yang mengemukakan alasan-alasan itu hanya mau lari dari permasalahan. Jadi, tidak boleh terlalu mikir, saya harus punya uang sekian dulu (baru menikah, red). Atau saya punya beban keluarga, mau menghajikan ibu, mau menyekolahkan adik dulu. Itu bukan tanggung jawab dia, Nursanita menegaskan.

    Herlini Amran, MA, seorang dosen PGTK Bina Insan Kamil mengandaikan, kalau seseorang merasa khawatir tidak mampu mencukupi nafkah keluarganya jika menikah, maka perlu dilihat mengapa ia khawatir. Burung saja kalau keluar dari sarangnya, bisa mencari rezeki. Masa manusia yang mempunyai akal, tidak bisa, ujarnya.

    Mohammad Fauzil Adhim justru melihat lebih jauh. Menurut penulis yang sudah banyak menelurkan buku tentang pernikahan ini, menjamurnya para bujangan yang berpendapat bahwa menikah harus kerja lebih dahulu, adalah korban kapitalisme. Karenanya, paradigma ketidakmampuan dalam hal ekonomi yang saat ini berkembang di masyarakat harus diubah. Selama ini, kematangan diidentikkan dengan: punya rumah, kendaraan, gaji tetap dan sebagainya. Mestinya nggak begitu, ujar Herlini Amran. Menurut lulusan S2 Bidang Islamic Studies di Salafiyah University di Faishal Abad, Pakistan ini, selama seseorang mempunyai etos yang tinggi, dan memiliki tanggung jawab untuk mencari nafkah, sebenarnya ia sudah sanggup untuk menikah.

    Apalagi mereka yang sudah mempunyai kemampuan biologis dan bisa mencari nafkah serta dikhawatirkan terjerumus ke perbuatan zina kalau tidak menikah, maka Haram baginya membujang, ujar Herlini menambahkan. Dalam fiqih Islam, hukum pernikahan ada yang wajib, sunnah, makruh, haram, dan mubah sesuai dengan keadaan yang bersangkutan.

    Ketika salah seorang sahabat bernama Ukaf bin Widaah al-Hilali menemui Rasulullah saw dan mengatakan, bahwa ia belum menikah, beliau bertanya, Apakah engkau sehat dan mampu? Ukaf menjawab, Ya, alhamdulillah. Rasulullah saw bersabda, Kalau begitu, engkau termasuk teman setan. Atau engkau mungkin termasuk pendeta Nasrani dan engkau bagian dari mereka. Atau engkau termasuk

  • Subhan ibn Abdullah 5 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah bagian dari kami, maka lakukanlah seperti yang kami lakukan, dan termasuk sunnah kami adalah menikah. Orang yang paling buruk di antara kamu adalah mereka yang membujang. Orang mati yang paling hina di antara kamu adalah orang yang membujang. Kemudian, Rasulullah saw menikahkannya dengan Kultsum al-Khumairi (HR Ibnu Atsir dan Ibnu Majah).

    Seperti disabdakan Rasulullah saw, mereka yang betah membujang, dikhawatirkan akan terjerumus ke beberapa kemungkinan. Pertama, menjadi teman setan karena ia senang menyimpang dari fitrah manusia sesungguhnya. Kedua, termasuk pendeta Nasrani yang mengganggap dirinya suci dan menjadi kekasih Allah jika tidak mendekati perempuan. Menurut mereka, perempuan membuka pintu bagi setan untuk menggoda laki-laki. Ketiga, termasuk orang yang durhaka karena mendustai tuntutan biologisnya yang penyalurannya telah diatur Allah melalui pernikahan. Keempat, termasuk orang yang matinya paling hina karena telah memutuskan peluang mendapatkan keturunan shalih yang akan membuahkan pahala tak terputus baginya.

    Kalau kita tilik ulama salaf, sungguh pengamalan mereka terhadap sunnah Rasulullah saw ini, sangat tinggi. Dalam suatu kesempatan Imam Malik pernah berkata, Sekiranya saya akan mati beberapa saat lagi, sedangkan istri saya sudah meninggal, saya akan segera menikah. Demikian rasa takut pengarang kitab al-Muwatha ini kepada Allah kalau ia meninggal dalam keadaan membujang (30 Pertunjuk Pernikahan dalam Islam, Drs. M. Thalib).

    Karenanya, Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqhus Sunnah menyimpulkan, seandainya seseorang sudah mampu nikah, dan dikhawatirkan akan terjerumus kepada perbuatan jahat kalau tidak menikah, sementara pada saat yang sama, ia juga sudah memenuhi kriteria wajib haji, maka ia harus mendahulukan nikah atas haji. Hal ini didasarkan pada kaidah fiqih yang berbunyi Dar ul mafaasidi muqaddamun ala jalbil mashaalih. Yaitu, menghindari bahaya, harus didahulukan daripada memperoleh keuntungan.

    Sebaliknya, para muslimah hendaknya tidak mempersulit pernikahan, dengan memasang tarif mahal atau target tinggi. Yang menjadi ukuran, selayaknya bukan kekayaan materi, tapi agama dan akhlak. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw mengingatkan kepada para orang tua gadis, Jika datang seorang laki-laki yang kamu ridhai agama dan akhlaknya, hendaklah kamu nikahkan dia. Kalau kamu tidak mau menikahkannya, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas, (HR Turmudzi dan Ahmad).

    Kalau para muslimah mengabaikan hal ini, seperti diingatkan Rasulullah saw, fitnah dan kerusakan akan terjadi. Para wanita yang berada di bawah kendali suami yang berakhlak buruk, besar kemungkinan akan larut dalam keburukan juga. Sebaliknya, dengan memilih calon suami yang baik, semuanya akan berbuah kebaikan. Bukan hanya bagi sang istri, tapi juga keturunannya.

    Untuk itu, Nursanita memberikan beberapa kiat bagi mereka yang masih sendiri. Pertama, kalau ingin cepat dapat jodoh, perbanyak sedekah. Kedua, kalau sudah ada kecenderungan terhadap seseorang, lakukan shalat Istikharah. Ketiga, harus introspeksi diri. Keempat, yang harus mengambil keputusan itu, dirinya, bukan orang lain.

    Lagi pula, mengapa harus takut menikah? Bukankah Allah telah berjanji akan membantu hamba-Nya yang berniat menyempurnakan agamanya. Allah berfirman, Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki, dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan mencukupkannya dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberiannya) lagi Maha Mengetahui, (QS an-Nuur: 32).

    Ibnu Abbas menjelaskan bahwa ayat ini merupakan janji Allah kepada orang yang menikah. Mereka akan dicukupkan rezekinya setelah ia menikah walaupun sebelumnya miskin. Diriwayatkan dari al-Laits, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda, Ada tiga golongan orang yang menjadi keharusan Allah untuk membantu mereka; orang yang menikah untuk memelihara kesucian diri, budak yang hendak membayar kemerdekaan dirinya, dan orang-orang yang berperang di jalan Allah, (HR Ahmad, Turmudzi, an-Nasai dan Ibnu Majah).

    Subhanallah! Betapa mulia orang yang ingin menikah. Mereka disejajarkan Rasulullah saw dengan mujahid fi sabilillah yang dijanjikan akan mendapat pertolongan-Nya. Lalu, tunggu apa lagi? Menikah, yuk!

    Oleh: Hepi Andi Majalah Sabili edisi 02/08/2002

  • Subhan ibn Abdullah 6 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah * kembali ke daftar isi

    Kenapa Belum Menikah Juga?

    Belum menikah karena...?

    1. Belum Kerja

    Inilah masalah klasik seputar menikah, terutama bagi pihak pemuda. Ketika sudah merasa cocok dengan seorang muslimah, dan jika ditunda-tunda bisa berakibat buruk, ternyata si Pemuda belum punya pekerjaan untuk menghidupi keluarga kelak. "Mau dikasih makan apa anak dan istri kamu, dikasih cinta doang?" Begitulah perkataan sinis yang senantiasa terngiang-ngiang ditelinganya.

    Seorang laki-laki memang merupakan tulang punggung dalam sebuah keluarga. Menghidupi seluruh anggota keluarga adalah tanggung jawabnya. Rasulullah bersabda, yang artinya,

    "Bertaqwalah kepada Allah dalam memperlakukan wanita. Sebab kamu mengambilnya dengan amanat Allah dan farjinya menjadi halal bagi kamu dengan kalimat Allah. (Menjadi) kewajiban kamu untuk memberi rizki dan pakaiannya dengan cara yang baik." (HR. Muslim)

    Dengan demikian, penghasilan dalam suatu keluarga memang diperlukan. Namun sebenarnya tidak berarti belum kerja kemudian tidak boleh menikah. Allah Subhanahu wata'ala berfirman, yang artinya,

    "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian (belum menikah) diantara kamu, dan orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui." (Surat An-Nur: 32)

    Penghasilan bisa dicari setelah menikah. Yang pertama kali harus dilakukan adalah percaya dan yakin akan janji Allah pada firman-Nya di atas. Tak sedikit pemuda yang susah mencari kerja sebelum menikah, tapi setelah menikah ternyata banyak tawaran kerja dan peluang kerja.

    Sebagai persiapan sebelum menikah, kesungguhan dalam menuntut ilmu dunia agar kelak mudah mendapatkan penghidupan yang baik pula untuk dilakukan. Walaupun tak selamanya relevan, kuliah yang baik dan prestasi yang bagus masih merupakan suatu modal yang dapat diandalkan dalam mencari kerja. Bagaimana kalau kuliah sudah terlanjur tidak karuan? Jika sudah begini perlu juga pegang prinsip bahwa pekerjaan kelak tidak harus sesuai dengan bidang yang dipelajari saat ini. Banyak yang dapat rejeki lumayan dari bekerja dalam suatu bidang yang dulu tidak pernal dipelajari dalam jenjang pendidikan formal.

    Persiapan lain yang bisa dilakukan adalah kuliah sambil kerja. Sembari menabung, juga bisa untuk jaga-jaga apabila ketika lulus nanti tidak langsung diterima bekerja sesuai bidang yang dipelajari.

    2. Belum Lulus

    Berbeda dengan yang pertama, masalah yang satu ini bisa menjadi penghalang bagi pihak pemuda dan pemudi. Mungkin seseorang sudah bekerja atau sudah punya prinsip untuk mencari kerja setelah menikah namun ia ragu untuk menikah gara-gara belum lulus kuliah. Bisa jadi pula yang punya alasan seperti ini sang pemudi pujaan hatinya. Bayangan kuliah sambil menikah baginya tampak menyeramkan. Kuliah sambil mengurus diri sendiri saja sudah repot apalagi jika harus ditambah tanggung jawab mengurus orang lain. Ditambah kalau si buah hati sudah lahir dan belum juga lulus kuliah, tampaknya akan tambah repot.

    Sebenarnya, menikah tidaklah selalu mengganggu kuliah. Malahan hadirnya pendamping hidup baru bisa menambah semangat untuk belajar. Bisa jadi, sebelum menikah malas-malasan belajarnya, ketika sudah menikah malah tambah semangat dan tambah rajin untuk belajar. Tidak sedikit yang mengalami perubahan demikian, apalagi secara peraturan akademik seorang mahasiswa sudah diperbolehkan untuk menikah. Seorang mahasiswa sudah tidak dianggap ABG (Anak Baru Gede) lagi, tapi AUG (Anak Udah Gede) alias sudah dewasa. Seorang yang sudah dewasa dianggap sudah bisa bertanggung jawab apa yang menjadi pilihan hidupnya.

  • Subhan ibn Abdullah 7 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah Memang benar kita dituntut untuk tetap buat persiapan jika mengambil jalan menikah di saat masih kuliah. Yang pertama harus disadari adalah bahwa hidup berkeluarga adalah berbeda dengan hidup sendirian. Tidak pantas jika orang yang sudah menikah tetap bebas, lepas, menelantarkan keluarganya sebagaimana dulu bisa ia lakukan ketika masih lajang. Orang yang menikah sambil kuliah juga harus pandai-pandai mengatur waktu antara tanggung jawabnya dalam keluarga dan dalam belajar. Selain waktu, manajemen pemikiran juga solid, karena begitu menikah masalah-masalah dulu yang belum ada mendadak bermunculan secara serentak. Bagaimana memahami pasangan hidup baru, bagaimana jika hamil dan melahirkan, bagaimana mendidik anak, bagaimana mencari rumah -nebeng mertua atau cari kontrakan-, bagaimana bersikap kepada mertua, tetangga dan lain-lain, apalagi masih harus memikirkan pelajaran.

    Pusing? Semoga tidak. Sebenarnya menikah sambil kuliah bisa disiapkan sejak hari ini, bahkan juga sudah sejak SD. Modal awalnya adalah manajemen diri sendiri. Ketika seorang sudah sejak dahulu berlatih untuk hidup mandiri, akan mudah baginya untuk hidup berkeluarga. Misalnya saja sudah sejak SD bisa mencuci pakaian dan piring sendiri, mengatur waktu belajar, berorganisasi, dan bermain, mengatur keuangan sendiri, dan sebagainya. Kesiapan juga bisa diraih jika seseorang biasa menghadapi dan memecahkan problem hidupnya. Karena itu perlu organisasi dan bersaudara dengan orang lain, saling mengenal, memahami orang lain dan membantu kesulitannya.

    3. Belum Cocok

    Mungkin pula sudah lulus, sudah kerja, sudah berusaha cari calon pasangan tapi merasa belum menemukan pasangan yang cocok, sehingga belum jadi menikah pula, padahal sudah hampir tidak tahan! Ini juga merupakan masalah yang bisa datang dari kedua belah pihak, baik pihak pemuda maupun pemudi.

    Kecocokan memang diperlukan. Yang jadi pertimbangan dasar dan awal tentu saja faktor agama, yaitu aqidah dan akhlaknya. Allah berfirman, yang artinya:

    "Mereka (perempuan-perempuan mukmin) tidak halal bagi laki-laki kafir. Dan laki-laki kafir pun tidak halal bagi mereka." (Al-Mumtahanah: 10)

    Rasulullah juga bersabda, "Wanita itu dinikahi karena 4 hal: karena kecantikannya, karena keturunannya, karena kekayaannya dan karena agamanya. Menangkanlah dengan memilih agamanya maka taribat yadaaka (kembali kepada fitrah atau beruntung)." (HR. Al-Bukhari, Muslim dan lain-lain)

    Keadaan yang lain adalah nomor dua setelah pertimbangan agama. Namun kebanyakan di sinilah ketidakcocokannya. Sudah dapat yang agamanya bagus tapi kok nggak cocok pekerjaannya, nggak cocok latar belakang pendidikannya, nggak cocok hobinya, warna matanya kok begitu, pakai kacamata, kok hidungnya dan lain-lain.

    Kalau mau mencari kekurangan tiap orang pasti punya kekurangan karena tidak ada manusia yang diciptakan secara sempurna. Sudah cantik, kaya, keturunan bangsawan, pandai, rajin, keibuan, penyayang, tidak pernah berbuat salah.

    Ketika seorang pemuda atau pemudi sudah mau menikah, memang seharusnya cari tahu dulu tentang calon pasangan hidupnya ke sahabatnya, saudaranya atau ustadznya atau yang lainnya, baik kelebihan maupu kekurangannya. Jika sudah tahu, tanyakan pada diri sendiri, apakah bisa menerima dan memaklumi kekurangan serta kelebihan si dia.

    Rasulullah bersabda, yang artinya, "Janganlah seorang mukmin laki-laki membenci mukmin perempuan. Bila dia membencinya dari satu sisi, tapi akan menyayang dari sisi lain." (HR.Muslim)

    Jadi, jangan hanya melihat kekurangannya saja, tapi juga perlu melihat kelebihannya. Ketika kekurangan sudah bisa diterima, kelebihan akan lebih bisa menimbulkan perasaan suka. Karea itu, jangan sampai sulit nikah karena dibikin sendiri.

    4. Belum Mantap

    Masalah satu ini juga bisa terjadi pada tiap orang pihak pemuda, pihak pemudi, baik yang sudah kerja atau yang belum, baik sudah lulus atau belum. Pertama kali, perlu diselidiki belum mantapnya itu karena apa, karena tak sedikit yang beralasan belum mantap, ketika ditelusuri larinya juga menuju ketiga masalah 'belum' di atas.

  • Subhan ibn Abdullah 8 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah Namun ada juga yang belum mantap karena memang merasa persiapan dirinya kurang, baik ilmu tentang pernikahan, keluarga atau pernik-pernik di sekitarnya. Orang seperti ini malah tidak memusingkan masalah ketiga 'belum' di atas, karena memang dia merasa belum siap dan belum mampu.

    Solusinya tidak lain adalah memantapkan dan mempersiapkan diri. Hal ini bisa ditempuh lewat menuntut ilmu tentang pernikahan dan keluarga, baik dengan menghadiri pengajian, yang membahas masalah tersebut atau dengan membaca buku-buku mengenainya. Penting pula untuk menimba pengalaman kepada orang yang sudah menikah, karena kadang-kadang buku-buku dan ceramah ilmiah dan formal tidak membahas masalah praktis yang detail yang diperlukan agar siap menikah.

    Author: Unknown "Purcahyadi" [email protected] * kembali ke daftar isi

    Mengapa Menunda Pernikahan?

    Rosulullah pernah berkata kepada Ali ra: Hai Ali, ada 3 perkara yang jangan kamu tunda-tunda pelaksanaannya, yaitu:

    1. Shalat apabila tiba waktunya, 2. Jenazah apabila sudah siap penguburannya, dan 3. Wanita bila menemukan pria sepadan yang meminangnya (HR. Ahmad)

    Kalau kita tanya seseorang pemuda/pemudi, Mengapa belum menikah? Maka jawabanya antara lain:

    1. Masih kuliah/menuntut ilmu.

    Dikhawatirkan bila menikah akan mempengaruhi prestasi belajar dan mempengaruhi persiapan masa depan. Hal ini sesungguhnya tergantung dari manajemen waktu, waktu yang biasanya dipakai untuk hura-hura setelah waktu kuliah, diganti dengan mencari nafkah atau bercengkrama dengan keluarga.

    Disisi lain, bisa menghemat sewa kamar (kost-kost an), dapat saling membantu mengerjakan tugas (kalau satu bidang studi) atau dapat memperluas wawasan diskusi interdisipliner, misalnya suami studi ilmu komputer dan istri akutansi maka diskusi komputasi akutansi akan nyambung, atau biologi dengan kimia diskusi tentang biokimia.

    2. Takut tak bebas

    Bila menikah akan terkekang tidak bisa bebas lagi, tidak bisa kongkow-kongkow di mal setelah pulang kuliah atau kerja, bertambah beban tanggung jawab untuk memberi nafkah istri dan anak.

    Sedangkan Rosul bersabda: "Bukan golonganku orang yang merasa khawatir akan terkungkung hidupnya karena menikah kemudian ia tidak menikah" (HR Thabrani).

    3. Belum siap dalam hal materi/rezeki.

    Banyak yang beranggapan kalau mau menikah harus siap materi, yang berarti harus punya jabatan yang mapan, rumah minimal BTN, kendaraan dll, sehingga bila belum terpenuhi semua itu, takut untuk "maju".

    Sedangkan Allah menjamin akan memberikan rizki bagi yang menikah seperti dalam firmanNya: Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. 24:32)

    Rasulullah SAW bersabda: "Carilah oleh kalian rezeki dalam pernikahan (dalam kehidupan berkeluarga)." (HR Imam Dailami dalam musnad Al Firdaus)

  • Subhan ibn Abdullah 9 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah 4. Tidak ada/belum ada jodoh.

    Masalah memilih jodoh telah di jelaskan pada tazkiroh 2 pekan yang lalu, dibawah ini adalah pesan Rosul SAW: Imam Thabrani meriwayatkan dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Barang siapa menikahi wanita karena kehormatannya (jabatan), maka Allah SWT hanya akan menambah kehinaan; Barang siapa menikah karena hartanya, maka Allah tidak akan menambah kecuali kefakiran; Barang siapa menikahi wanita karena hasab (kemuliaannya), maka Allah hanya akan menambah kerendahan. Dan barang siapa yang menikahi wanita karena ingin menutupi (kehormatan) matanya, membentengi farji (kemaluan)nya, dan mempererat silaturahmi, maka Allah SWT akan memberi barakah-Nya kepada suami-istri tsb."

    Imam Abu Daud & At Tirmidzi meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Tetapi nikahilah wanita itu karena agamanya. Sesungguhnya budak wanita yang hitam lagi cacat, tetapi taat beragama adalah lebih baik (dari pada wanita kaya & cantik tapi tidak taat beragama)."

    Bukan berarti Rasulullah SAW mengabaikan penampilan fisik dari pasangan kita, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: "Kawinilah wanita yang subur rahimnya dan pecinta " (HR Abu Daud, An Nasai & Al Hakim).

    Tiga kunci kebahagiaan suami (atas istri yang solehah) adalah: jika dipandang membuat semakin sayang, jika kamu pergi membuat tenang karena bisa menjaga kehormatannya dan taat pada suami.

    5. Alasan-alasan lain

    Mungkin masih ada alasan lainya, yang tidak akan dibahas disini misalnya: Karena kakak (apalagi wanita) belum menikah atau karena orang tua terlalu selektif memilih calon mantu.

    Manfaat menikah di usia muda:

    1. Menjaga kesucian fajr (kemaluan) dari perzinaan serta menjaga pandangan mata. (QS 24:30-31)

    2. Dapat melahirkan perasaan tentram (sakinah), cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah) dalam hati. (QS 0:21)

    3. Segera mendapatkan keturunan, dimana anak akan menjadi Qurrata a'yunin (penyejuk mata, penyenang hati) (QS 25:74) Karena usia yang baik untuk melahirkan bagi wanita antara 20-30 tahun; diatas umur tsb akan beresiko baik bagi ibu maupun sang bayi.

    4. Memperbanyak ummat Islam, seperti yang dipesankan Rosul beliau akan membanggakan jumlah ummatnya yang banyak nanti di akhirat.

    Kemuliaan menikah: "Barang siapa menggembirakan hati istri, (maka) seakan-akan menangis takut kepada Allah. Barang siapa menangis takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka.

    Sesungguhnya ketika suami istri saling memperhatikan, maka Allah memperhatikan mereka berdua dengan penuh rahmat. Manakala suami merengkuh telapak tangan istri (diremas-remas), maka berguguranlah dosa-dosa suami-istri itu dari sela-sela jarinya." (HR Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Al-Khudzri r.a.)

    Juga dapat ditambahkan, bahwa Islam memberi nilai yang tinggi bagi siapa yang telah menikah. Dengan menikah berarti seseorang telah melaksanakan separuh dari agama Islam!, tinggal orang tsb berhati-hati melaksanakan yang separuhnya lagi agar tidak sesat.

    Rosul SAW bersabda: Barang siapa menikah, maka dia telah menguasai separuh agamanya, karena itu hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi. (HR Al Hakim)

    Kehinaan melajang/membujang: "Orang yang paling buruk diantara kalian ialah yang melajang (membujang) dan seburuk-buruk mayat (diantara) kalian ialah yang melajang (membujang)." (HR Imam, diriwayatkan juga oleh Abu Ya'la dari Athiyyah bin Yasar)

    Author: Unknown

  • Subhan ibn Abdullah 10 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah "Ade Kusmana" * kembali ke daftar isi

    Haruskah Kita Bercerai?

    Saat aku dilamar suamiku, aku merasa bahwa akulah wanita yang paling beruntung di muka bumi ini. Bayangkan dari sekian juta wanita di dunia ini, aku yang dia pilih untuk jadi isterinya. Kalau aku persempit, dari sekian banyak wanita di negara ini, di propinsi ini, di kota ini, di rumah ibuku yang anak perempuannya 3, aku yang paling bungsu yang dipilih untuk jadi isterinya! Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu.

    Aku berusaha keras menjadi isteri yang baik, patuh pada suami, menjaga kehormatanku sebagai isterinya, menjadi ibu yang baik, membesarkan anak-anakku menjadi sholih dan sholihah. Aku memanfaatkan pernikahanku sebagai ladang amalku, sebagai tiket ke surga. Walaupun begitu... hidup seperti halnya makanan penuh dengan bumbu. Ada bumbu yang manis, yang pahit, yang pedas, dan lain-lain. Aku juga menghadapi yang namanya ketidakcocokan atau selisih paham dengan suamiku, baik itu tidak sepaham, kurang sepaham, agak sepaham, hampir sepaham, atau apapunlah itu. Tapi aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku mencoba berpikiran terbuka, mengakui kebenaran bila suamiku memang benar dan mengakui kesalahan bila aku memang salah. Aku mencoba bertuturkata lembut menegur kesalahan suamiku dan membantunya memperbaikinya agar ia merubah sikapnya. It's all about compromising.

    Namun apalah daya... pada akhirnya, terucap pula kata itu dari bibir suamiku "kita cerai saja!" hanya karena sebuah masalah kecil yang tanpa sengaja menjadi besar.

    Saat itu seperti kudengar suara petir menggelegar di kepalaku. Arsy pun berguncang untuk ke sekian kalinya. Dan hatiku hancur berkeping-keping. Aku menjadi wanita paling pilu sedunia.

    Tak ada yang kupikirkan selain... yah kita memang harus berpisah!

    Kuingat kembali pertengkaran-pertengkaran kami sebelumnya... Kita memang sudah nggak cocok! Kupikirkan kesalahan-kesalahan apa yang telah aku lakukan namun lebih sering mengingat kesalahan-kesalahan suamiku.

    Aku menangis sejadi-jadinya hingga dadaku sesak dan airmataku kering. Hari itu menjadi hari paling menyedihkan dalam hidupku.

    Tak kulihat suamiku di sampingku keesokan paginya. Entah kemana ia. Tanpa sadar aku, layaknya aktris berakting di sinetron-sinetron, memandangi foto-foto kami dulu dengan berlinang airmata. Ngiris hati ini. Andai saja ada lagu Goodbye dari Air Supply yang mengiringiku, tentu semuanya menjadi scene yang sempurna.

    Sekilas kenangan lama bermunculan di benakku. Aku teringat pertama kali aku bertemu suamiku, teringat apa yang aku rasakan saat ia melamarku. Aku tersenyum kecil hingga akhirnya tertawa saat mengingat malam pertamaku. Ha ha ha.

    Anak-anakku datang saat melihat ibu mereka ini tertawa, memelukku tanpa tahu apa yang sedang terjadi. Mereka masih kecil-kecil. Kupandangi mereka satu per satu.... Mereka mirip ayahnya. Aku jadi teringat saat pertama kali kukatakan padanya bahwa ia akan menjadi ayah. Hhmmm...

    Ku lalui hari-hari penuh kekhawatiran bersamanya, menunggu kelahiran buah cinta kami. Dengan penuh kasih sayang, suamiku memegang tanganku, mencoba menenangkanku saat sang khalifah baru lahir, walaupun kutahu ia hampir saja pingsan. Keningku diciumnya saat semuanya berakhir walaupun wajahku penuh keringat saat itu. Saat kubuka mataku, di sampingku ia duduk menggendong bayi mungil itu. Bersamanya, kubeli tiket ke surga...

    "Mi, abi mana?" suara anakku mengejutkan lamunanku. Tak sanggup aku menjawabnya. Hampir saja aku menangis lagi.

  • Subhan ibn Abdullah 11 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah Tiba-tiba kulihat sesosok bayangan dari balik dinding. Suamiku datang. Rupanya tadi malam ia tidur di teras. Ia melihatku bersama anak-anakku. Mereka berhamburan menyambut ayahnya, memeluk lututnya karena mereka belum cukup tinggi menggapai bahu ayahnya itu. Ia membawakan makanan untuk mereka.

    Saat anak-anak sibuk dengan makanan itu, ia menghampiriku. Aku mencoba untuk biasa dan kuajak ia melihat foto-foto lama kami. Bernostalgia. Aku tertawa bersamanya. Mengingat yang telah lewat.

    Sesekali ia memandangku lembut. Aku tahu ia sedang berfikir. Namun aku khawatir ia sedang meyakinkan hatinya untuk benar-benar menceraikan aku dan mengatur kata-kata agar aku dapat menerima keputusannya.

    Saat ia diam dan memandangku dalam-dalam, kukatakan padanya bahwa aku merindukannya sejak tadi malam. Ia tersenyum dan mengatakan bahwa ia pun merasakan hal yang sama.

    Hatiku lega. Kututup album foto itu dan kukatakan padanya bahwa selain dari semua kekuranganku tentu ada kelebihanku, selain dari semua yang tidak disukainya tentu ada yang disukainya, selain dari semua ketidakcocokan kita tentu ada bagian yang cocok. "Bila tidak, apa alasan Abang mau menikahi Dinda dulu? Dan bagaimana mungkin kita bisa bertahan selama ini?"

    Ia mencium keningku. Kurasakan air mata mengalir hangat di pipiku. Tapi bukan air mataku...

    "Allah memang hanya menciptakan Dinda buat Abang... Maafin Abang ya..."Kuusap air mata dari pipinya dan ia membaringkan kepalanya di pangkuanku...

    "Maafin Dinda juga ya, Bang..."

    Entah apa yang membuatnya berubah pikiran. Aku tak ingin menanyakannya. Hanya dengan berada di sisiku pagi itu, aku rasa aku tahu jawabannya...

    Pernikahan itu bisa berumur panjang bila ada usaha untuk memanjangkannya dan bisa berumur pendek bila tidak ada yang mau berfikir panjang.

    (Untuk pangeranku, aku ingin beranjak tua bersamamu... atas izin Allah.)

    Ya Allah berilah hamba petunjuk untuk tetap di jalanMu, serta kemudahan untuk mendapat berkahmu... Amin.

    Author: Unknown Wiwin [email protected] * kembali ke daftar isi

    Resep Kue Perkawinan

    Bagi yang sudah menikah, kue perkawinan ini diperlukan untuk mengingatkan & direnungkan. Bagi yang belum menikah kue ini untuk bahan masukan, supaya jangan salah adonan. Silahkan mencoba!!!

    KUE PERKAWINAN

    Bahan :

    1 pria sehat, 1 wanita sehat, 100% Komitmen, 2 pasang restu orang tua, 1 botol kasih sayang murni.

    Bumbu:

    1 balok besar humor,

  • Subhan ibn Abdullah 12 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah 25 gr rekreasi, 1 bungkus doa, 2 sendok teh telpon-telponan, 5 kali ibadah/hari tapi lebih baik jika lebih dari itu Semuanya diaduk hingga merata dan mengembang).

    Tips:

    1. Pilih pria dan wanita yang benar-benar matang dan seimbang.

    2. Jangan yang satu terlalu tua dan yang lainnya terlalu muda karena dapat mempengaruhi kelezatan (sebaiknya dibeli di toserba bernama TEMPAT IBADAH, walaupun agak jual mahal tapi mutunya terjamin.)

    3. Jangan beli di pasar yang bernama DISKOTIK atau PARTY karena walaupun modelnya bagus dan harum baunya tapi kadang menipu konsumen atau kadang menggunakan zat pewarna yang bisa merusak kesehatan.

    4. Gunakan Kasih sayang cap "DAKWAH" yang telah mendapatkan penghargaan ISO dari Departemen Kesehatan dan Kerohanian.

    Cara Memasak:

    1. Pria dan Wanita dicuci bersih, buang semua masa lalunya sehingga tersisa niat yang murni.

    2. Siapkan loyang yang telah diolesi dengan komitmen dan restu orang tua secara merata.

    3. Masukkan niat yang murni kedalam loyang dan panggang dengan api merata sekitar 30 menit didepan penghulu.

    4. Biarkan di dalam loyang tadi dan sirami dengan bumbunya.

    5. Kue siap dinikmati.

    Catatan:

    Kue ini dapat dinikmati oleh pembuatnya seumur hidup dan paling enak dinikmati dalam keadaan hangat. Tapi kalau sudah agak dingin, tambahkan lagi humor segar secukupnya, rekreasi sesuai selera, serta beberapa potong doa kemudian dihangatkan lagi di oven ber merek "Tempat Ibadah". Setelah mulai hangat, jangan lupa telepon-teleponan bila berjauhan. Selamat mencoba, dijamin semuanya halal koq!.

    Author: Unknown Wiwin [mailto:[email protected]] * kembali ke daftar isi

    Kamu Makin Cantik Kalau Marah

    Buat yang udah nikah, yang mau nikah atau yang punya niat untuk nikah.

    Bertengkar adalah phenomena yang sulit dihindari dalam kehidupan berumah tangga, kalau ada seseorang berkata: "Saya tidak pernah bertengkar dengan isteri saya!" Kemungkinannya dua, boleh jadi dia belum beristeri atau ia tengah berdusta.

    Yang jelas kita perlu menikmati sa'at-sa'at bertengkar itu, sebagaimana lebih menikmati lagi sa'at sa'at tidak bertengkar.

    Bertengkar itu sebenarnya sebuah keadaan diskusi, hanya saja dihantarkan dalam muatan emosi tingkat tinggi. Kalau tahu etikanya, dalam bertengkarpun kita bisa mereguk hikmah,betapa tidak, justru dalam pertengkaran, setiap kata yang terucap mengandung muatan perasaan yang sangat dalam, yang mencuat

  • Subhan ibn Abdullah 13 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah dengan desakan energi yang tinggi, pesan pesannya terasa kental,lebih mudah dicerna ketimbang basa basi tanpa emosi.

    Salah satu diantaranya adalah tentang apa yang harus dilakukan kala kita bertengkar, dari beberapa perbincangan hingga waktu yang mematangkannya, tibalah kami pada sebuah Memorandum of Understanding, bahwa kalau pun harus bertengkar, maka :

    1. Kalau bertengkar tidak boleh berjama'ah.

    Cukup seorang saja yang marah marah, yang terlambat mengirim sinyal nada tinggi harus menunggu sampai yang satu reda. Untuk urusan marah pantang berjama'ah, seorangpun sudah cukup membuat rumah jadi meriah. Ketika ia marah dan saya mau menyela, segera ia berkata "STOP" ini giliran saya! Saya harus diam sambil istighfar. Sambil menahan senyum saya berkata dalam hati :

    "Kamu makin cantik kalau marah, makin energik..." Dan dengan diam itupun saya merasa telah beramal sholeh, telah menjadi jalan bagi tersalurkannya luapan perasaan hati yang dikasihi... "Duh kekasih... bicaralah terus, kalau dengan itu hatimu menjadi lega, maka dipadang kelegaan perasaanmu itu aku menunggu ...."

    Demikian juga kalau pas kena giliran saya "yang olah raga otot muka," saya menganggap bahwa distorsi hati, nanah dari jiwa yang tersinggung adalah sampah, ia harus segera dibuang agar tak menebar kuman, dan saya tidak berani marah sama siapa siapa kecuali pada isteri saya:) maka kini giliran dia yang harus bersedia jadi keranjang sampah.

    Pokoknya khusus untuk marah, memang tidak harus berjama'ah, sebab ada sesuatu yang lebih baik untuk dilakukan secara berjama'ah selain marah :)

    2. Marahlah untuk persoalan itu saja, jangan ungkit yang telah terlipat masa.

    Siapapun kalau diungkit kesalahan masa lalunya, pasti terpojok, sebab masa silam adalah bagian dari sejarah dirinya yang tidak bisa ia ubah. Siapapun tidak akan suka dinilai dengan masa lalunya. Sebab harapan terbentang mulai hari ini hingga ke depan. Dalam bertengkar pun kita perlu menjaga harapan,bukan menghancurkannya. Sebab pertengkaran di antara orang yang masih mempunyai harapan, hanyalah sebuah foreplay, sedang pertengkaran dua hati yang patah asa, menghancurkan peradaban cinta yang telah sedemikian mahal dibangunnya.

    Kalau saya terlambat pulang dan ia marah, maka kemarahan atas keterlambatan itu sekeras apapun kecamannya, adalah "ungkapan rindu yang keras". Tapi bila itu dikaitkan dgn seluruh keterlambatan saya, minggu lalu, awal bulan kemarin dan dua bulan lalu, maka itu membuat saya terpuruk jatuh.

    Bila teh yang disajinya tidak manis (saya termasuk penimbun gula), sepedas apapun saya marah, maka itu adalah "harapan ingin disayangi lebih tinggi". Tapi kalau itu dihubungkan dgn kesalahannya kemarin dan tiga hari lewat, plus tuduhan "Sudah tidak suka lagi ya dengan saya", maka saya telah menjepitnya dengan hari yang telah pergi, saya menguburnya di masa lalu, ups saya telah membunuhnya, membunuh cintanya. Padahal kalau cintanya mati, saya juga yang susah ... OK, marahlah tapi untuk kesalahan semasa, saya tidak hidup di minggu lalu, dan ia pun milik hari ini .....

    3. Kalau marah jangan bawa bawa keluarga!

    Saya dengan isteri saya terikat baru beberapa masa, tapi saya dengan ibu dan bapak saya hampir berkali lipat lebih panjang dari itu, demikian juga ia dan kakak serta pamannya. Dan konsep Quran, seseorang itu tidak menanggung kesalahan fihak lain (QS.53:38-40).

    Saya tidak akan terpancing marah bila cuma saya yang dimarahi, tapi kalau ibu saya diajak serta, jangan coba-coba. Begitupun dia, semenjak saya menikahinya, saya telah belajar mengabaikan siapapun di dunia ini selain dia, karenanya mengapa harus bawa bawa barang lain ke kancah "awal cinta yang panas ini".

    Kata ayah saya: "Teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak."

  • Subhan ibn Abdullah 14 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah Memarahi orang yang mencintai saya, lebih mudah dicari ma'afnya daripada ngambek pada yang tidak mengenal hati dan diri saya..". Dunia sudah diambang pertempuran, tidak usah ditambah tambah dengan memusuhi mertua!

    4. Kalau marah jangan di depan anak anak!

    Anak kita adalah buah cinta kasih, bukan buah kemarahan dan kebencian. Dia tidak lahir lewat pertengkaran kita, karena itu, mengapa mereka harus menonton komedi liar rumah kita.

    Anak yang melihat orang tua nya bertengkar, bingung harus memihak siapa. Membela ayah, bagaimana ibunya. Membela ibu, tapi itu 'kan bapak saya.

    Ketika anak mendengar ayah ibunya bertengkar (based on true story):

    Ibu: "Saya ini cape, saya bersihkan rumah, saya masak, dan kamu datang main suruh begitu, emang saya ini babu?!!!"

    Bapak: "Saya juga cape, kerja seharian, kamu minta ini dan itu dan aku harus mencari lebih banyak untuk itu, saya datang hormatmu tak ada, emang saya ini kuda????!!!!

    Anak: "Yaaa ...ibu saya babu, bapak saya kuda .... terus saya ini apa?"

    Kita harus berani berkata: "Hentikan pertengkaran!" ketika anak datang, lihat mata mereka, dalam binarannya ada rindu dan kebersamaan. Pada tawanya ada jejak kerjasama kita yang romantis, haruskah ia mendengar kata basi hati kita???

    5. Kalau marah jangan lebih dari satu waktu shalat!

    Pada setiap tahiyyat kita berkata: "Assalaa-mu'alaynaa wa 'alaa'ibaadilahissholiihiin" Ya Allah damai atas kami, demikian juga atas hamba hambamu yang sholeh.... Nah andai setelah salam kita cemberut lagi, setelah salam kita tatap isteri kita dengan amarah, maka kita telah mendustaiNya, padahal nyawamu ditangan Nya.

    OK, marahlah sepuasnya kala senja, tapi habis maghrib harus terbukti lho itu janji dengan Ilahi ..... Marahlah habis shubuh, tapi jangan lewat waktu dzuhur, Atau maghrib sebatas isya ... Atau habis isya sebatas....???

    Nnngg....... Ah kayaknya kita sepakat kalau habis isya sebaiknya memang tidak bertengkar ... :)

    6. Kalau kita saling mencinta, kita harus saling mema'afkan

    Hikmah yang ini saya dapat belakangan, ketika baca di koran (resensi sebuah film). Tapi yang jelas memang begitu, selama ada cinta, bertengkar hanyalah "proses belajar untuk mencintai lebih intens" Ternyata ada yang masih setia dengan kita walau telah kita maki-maki.

    Ini saja, semoga bermanfa'at. "Dengan ucapan syahadat itu berarti kita menyatakan diri untuk bersedia dibatasi". Selamat tinggal kebebasan tak terbatas yang dipongahkan manusia pintar.

    January 2004

    Author: Unknown Wiwin [mailto:[email protected]] * kembali ke daftar isi

    Perkawinan dan Cinta

    Masalah cinta dan kasih sayang kini merebak menjadi topik pembicaraan dimana-mana, karena pengaruh drama, sandiwara, cerpen, novel, film(sinetron), dan lain-lain. Anak-anak gadis banyak yang gandrung dengan masalah ini. Saya khawatir mereka terpedaya oleh cinta. Lebih-lebih pada usia-usia puber dan

  • Subhan ibn Abdullah 15 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah memasuki usia baligh, sementara hati mereka masih kosong (dari pegangan dan pedoman hidup). Akibatnya kata-kata yang manis mudah saja masuk ke dalam hati yang kosong ini.

    Sangat disayangkan ada sebagian pemuda yang berbuat demikian dengan keterpedayaan atau malah merasa senang dan nikmat mencumbu dan merayu, bahkan merasa bangga dengan perbuatannya itu. Ia bangga jika dirinya dapat berhasil merayu banyak wanita.

    Karena itu nasehat saya pada gadis muslimah, janganlah terpedaya oleh perkataan dan semua rayuan gombal. Hendaklah anda mendengarkan nasehat orang tua atau wali. Janganlah memasuki kehidupan rumah tangga hanya semata-mata memperturutkan perasaan, tetapi pertimbangkanlah segala sesuatunya dengan akal sehat.

    Saya sarankan kepada orang tua atau wali, hendaklah memperhatikan kemauan dan keinginan anak-anak perempuannya. Janganlah si ayah membuang perasaan dan keinginan anaknya dan menjadikannya sebagai amplop kosong tak berisi, lalu mengawinkannya dengan siapa saja yang dikehendakinya, sehingga si anak memasuki kehidupan rumah tangga denga terpaksa. Karena si anak itulah kelak yang akan bergaul denga suaminya, dan bukan si ayah. Tetapi ini tidak berarti bahwa antara pemuda dan si gadis harus sudah hubungan cinta sebelum terjadinya perkawinan, namun paling tidak harus ada kerelaan hati.

    Karena itu, Islam memerintahkan si peminang melihat pinangannya, begitu juga sebaliknya. Nabi SAW bersabda: Karena yang demikian itu lebih patut dapat mengekalkan kalian berdua.

    Syariat Islam menghendaki kehidupan rumah tangga ditegakkan atas dasar saling meridhai dari masing-masing pihak yang berkepentingan. Si wanita hendaknya ridha, setidak-tidaknya memiliki kebebasan untuk menyatakan kehendak dan pendapatnya secara terus terang, atau kalau ia merasa malu menyatakan persetujuannya secara terus terang, bolehlah dengan bersikap diam :

    Anak gadis (perawan) itu hendaklah dimintai izinnya (untuk dikawinkan), dan janda itu lebih berhak terhadap dirinya. (HR. Al Jamaah kecuali Bukhari)

    Maksudnya, wanita yang sudah pernah kawin sebelumnya harus menyataka denga terus terang. Saya suka dan cocok (setuju). Adapun seorang gadis bila dimintai ijinnya untuk dikawinkan kadang-kadang merasa malu untuk menjawab, lalu ia diam atau tersenyum, maka yang demikian itu sudah dianggap cukup bahwa ia setuju. Tetapi jika ia mengatakan, Tidak, atau menangis, maka ia tidak boleh dipaksa.

    Nabi Muhammad SAW membatalkan perkawinan seorang wanita yang dikawinkan tanpa kerelaannya. Dalam beberapa riwayat juga disebutkan juga ada seorang wanita yang menolak dikawinkan ayahnya. Lalu ia mengadukan hal itu kepada Nabi SAW. Nabi menginginkan ia merelakan ayahnya, sekali, dua kali, tiga kali. Ketika Nabi SAW melihat ia tetap pada pendiriannya, beliau bersabda, Lakukanlah apa engkau kehendaki. Tetapi kemudian wanita itu berkata,Saya perkenankan apa yang dilakukan ayah, tetapi saya ingin agar para bapak (ayah) itu tahu bahwa mereka tidak punya hak apa-apa dalam masalah ini.

    Perlu saya tegaskan disini bahwa dalam perkawinan itu harus ada kerelaan si anak dan wali (orang tua) sebagaiman yang disyaratkan oleh banyak fuqaha, sehingga mereka mengatakan wajibnya persetujuan wali untuk kesempurnaan nikah. Disebutkan dalam hadits:

    Tidak ada nikah kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil. (HR. Daruqthni).

    Siapa saja wanita yang nikah tanpa memperoleh izin dari walinya, maka nikahnya batal, batal, batal. (HR. ABU Daud Ath Thayalisi)

    Selain itu juga harus ada keridhaan ibu. Mengapa ibu? Karena ibulah yang banyak mengerti masalah anak perempuannya. Rasululloh SAW bersabda:

    Ajaklah ibu-ibu bermusyawarah tentang anak-anak perempuan mereka. (HR. Ahmad dan Abu Daud)

    Denga begitu, dia memasuki kehidupan rumah tangga dengan ridha. Ayah ridha, ibu ridha, dan seluruh keluarganya ridha sehingga kehidupan rumah tangganya nanti tidak sesak nafas dan tidak keruh.

    Yang lebih utama, hendaklah perkawinan dilakukan dengan cara yang dikehendaki oleh syariat. Wallohul Muwaffiq.

  • Subhan ibn Abdullah 16 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah Oleh: Syeikh Yusuf Al-Qaradhawi Eri Riefika [mailto:[email protected]] * kembali ke daftar isi

    Fadhilah Menikah

    1. Menikah merupakan sunnah yang diagungkan oleh Allah. Al-Quran menyebut pernikahan sebagai mitsaqan-ghalizha (perjanjian yang sangat berat). Mitsaqan-ghalizha adalah nama dari perjanjian yang paling kuat di hadapan . Hanya tiga kali Al-Quran menyebut mitsaqan-ghalizha. Dua perjanjian berkenaan dengan tauhid, sedang yang lain adalah perjanjian dengan para Nabi ulul-azmi, Nabi yang paling utama diantara para Nabi. Dan pernikahan oleh termasuk yang digolongkan sebagai mitsaqan-ghalizha. menjadi saksi ketika seseorang melakukan akad nikah.

    2. Setiap jalan menuju mitsaqan-ghalizha dimuliakan oleh . Islam memberikan penghormatan yang suci kepada niat dan ikhtiar untuk menikah.

    3. Menikah adalah masalah kehormatan agama, bukan sekedar legalisasi penyaluran hubungan biologis dengan lawan jenis. Menikah merupakan amanah dan sangat tinggi derajatnya.

    4. Menikah berarti menyempurnakan setengah Ad-dien, bahkan jika masih remaja berarti menyempurnakan 2/3 Ad-dien.

    5. Islam memperbolehkan kaum wanita untuk menawarkan dirinya kepada laki-laki yang berbudi luhur, yang ia yakini kekuatan agamanya dan kejujuran amanahnya menjadi suaminya. Sikap ini lebih dekat kepada ridha dan untuk mendapatkan pahala-Nya.

    6. Pernikahan mendekatkan kepada keselamatan akhirat.

    7. Pernikahan bisa kurang barakahnya jika anda mempersulit proses. Suami tidak mudah mencapai akad nikah bukan karena halangan yang bersifat prinsip.

    8. Jika anda menyegerakan nikah insya keluarga anda akan penuh barakah. Tetapi jika anda tergesa-gesa, kekecewaan lebih mudah anda dapatkan daripada kebahagiaan.

    9. Pernikahan yang barakah insya banyak melahirkan keutamaan, termasuk tumbuhnya sunnah-hasanah (kebiasaan baru yang baik).

    10. Saat ini pernikahan tidak lagi semata-mata merupakan bentuk kepatuhan terhadap ketentuan agama, tetapi sudah merembet jauh menjadi persoalan status sosial, prestise, dan bahkan menyentuh aspek karier. Adat istiadat yang rumit pada sebagian masyarakat juga turut berperan menyebabkan sulitnya menyegerakan nikah meskipun peminangan telah dilakukan. Diantaranya adalah larangan untuk menikah apabila ada saudara yang lebih tua belum menemukan jodohnya. Pada sebagian masyarakat ada jalan keluarnya yaitu berupa pemberian hak kepada yang dilangkahi untuk meminta ganti rugi sesuai yang dikehendakinya. Namun acapkali ini pun mempersulit proses pernikahan karena beratnya kewajiban yang harus dipenuhi.

    11. Rasulullah saw bersabda: Hai Ali, tiga perkara yang hendaknya jangan ditunda-tunda: shalat apabila telah datang waktunya, jenazah manakala sudah siap penguburannya, dan perempuan (gadis maupun janda) apabila telah datang pinangan laki-laki yang sepadan dengannya. (HR. Ahmad) Berpijak pada Hadits ini, hendaknya jarak antara peminangan dan pelaksanaan akad nikah tidak terlalu jauh. Selama menunggu, ada kesempatan untuk menata hati.

    12. Melalui pernikahan, memberikan banyak keindahan dan kemuliaan. Seorang wali tidak boleh menunda-nunda pernikahan perempuan yang berada di bawah perwaliannya meskipun ia baru saja menikahkan perempuan lain yang juga berada di bawah perwaliannya. Tegasnya, tidak ada alasan baginya untuk menolak menikahkan anak perempuannya jika jodoh yang sepadan memang telah datang.

  • Subhan ibn Abdullah 17 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah 13. Nasihat dari Syekh Abdullah Nashih Ulwan: Tetapi pada keadaan tertentu, ada seorang wali yang

    melarang pernikahan anak perempuannya dan mendiamkan calon suaminya dengan pendiaman yang membingungkan tanpa kejelasan sebab yang dibolehkan syariat di dalam larangannya. Dalam keadaan seperti ini, seorang perempuan boleh mengangkat perkaranya kepada seorang qadhi (hakim). Jika qadhi menilai sebab yang diajukan untuk melarang pernikahan itu tidak masuk akal, dia dapat memerintahkan pernikahannya. Jika sang wali tetap enggan menikahkan, qadhilah yang menikahkan dia dengan orang yang telah meminangnya dan tidak mempedulikan wali nasab pada saat itu.

    14. Sabda Rasulullah saw: Jika mereka saling berdebat, sulthan (penguasa muslim) adalah wali bagi orang yang tidak mempunyai wali.

    15. Begitu pentingnya pernikahan, sampai-sampai berjanji akan mencukupi dari keutamaan rezeki-Nya apabila orang yang dinikahkan itu fakir. berfirman: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki maupun hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, akan memampukan mereka dengan karunia-Nya (yughnikumullah min fadhlihi). Dan maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui. (An-Nuur: 32)

    16. Peringatan Rasulullah: Bukan termasuk golonganku orang-orang yang merasa khawatir akan terkungkung hidupnya karena menikah kemudian ia tidak menikah. (HR. Thabrani). Lalu, jika bukan golongan Rasulullah, termasuk golongan siapakah kita?

    17. Dari Anas r.a, Rasulullah al-mashum bersabda: Barangsiapa mempunyai anak perempuan yang telah mencapai usia dua belas tahun, lalu ia tidak segera mengawinkannya, kemudian anak perempuannya tersebut melakukan suatu perbuatan dosa, maka dosanya ditanggung oleh dia (ayahnya). (HR. Baihaqi). Insya jika kita perhatikan, perbuatan dosa-dosa itu adalah yang berkaitan dengan dorongan-dorongan gharizah (naluri) untuk bersahabat dengan lawan jenis. Sedang saat ini, yang diharapkan adalah kepekaan ayah untuk cepat tanggap terhadap apa yang dirasakan oleh anak gadisnya.

    18. Dalam sebuah hadits yang sangat terkenal, Rasulullah bersabda, Jika datang kepada kalian (wahai calon mertua) orang yang kalian sukai (ketaatan) agamanya dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia (dengan putrimu). Sebab jika kamu sekalian tidak melakukannya, akan lahir fitnah (bencana) dan akan berkembang kehancuran yang besar di muka bumi.

    19. Rasulullah Muhammad saw pernah mengingatkan, Orang meninggal diantara kalian yang berada dalam kehinaan adalah bujangan.

    20. Rasulullah saw. juga mengingatkan bahwa, Sebagian besar penghuni neraka adalah orang-orang bujangan. Mudah-mudahan menolong kita dan tidak mematikan kita dalam keadaan masih membujang atau duda.

    21. Jika tidak ada hal yang merintangi, mempercepatnya adalah lebih baik bagi keluarga wanita! Mempercepat proses pernikahan termasuk salah satu kebaikan dan lebih dekat dengan kemaslahatan, barakah dan ridha . Insya pertolongan sangat dekat.

    22. akan melimpahkan ridha-Nya kepada orang yang menyegerakan nikah. Mereka yang menyegerakan nikah atau membantu orang untuk menyegerakan nikah, insya akan mendapat rahmat dan perlindungan kelak di yaumil-akhir.

    23. Sederhana dalam proses dan sederhana dalam pelaksanaan merupakan jalan besar menuju keluarga yang barakah, sakinah, mawaddah wa rahmah.

    24. Mempersulit proses pernikahan dapat membuka pintu-pintu madharat. Mempersulit proses pernikahan melapangkan jalan fitnah dan mafsadah (kerusakan) masyarakat.

    25. Dorongan menikah (kebutuhan terhadap seks) merupakan fitrah dan naluri kemanusiaan, seperti misalnya perasaan cinta untuk memiliki dan naluri akan kebutuhan terhadap makan dan minum. Jika seseorang fasik dan pendosa, maka ia akan memuaskan dorongan seksualnya dengan melakukan perbuatan zina tanpa mempedulikan akibat, petaka dan bahaya yang akan menimpanya. Sedangkan bagi orang yang bertakwa dan menjaga kehormatan farjinya, hal ini merupakan siksaan yang berat.

  • Subhan ibn Abdullah 18 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah 26. Dorongan alamiah untuk mempunyai teman hidup yang khusus ini telah menyita konsentrasi. Daya

    serap terhadap ilmu tidak tajam. Apalagi untuk shalat, sulit merasakan kekhusyukan. Barangkali itulah sebabnya Rasulullah Muhammad saw menyatakan, Shalat dua rakaat yang didirikan oleh orang yang menikah lebih baik dari shalat malam dan berpuasa pada siang harinya yang dilakukan oleh seorang lelaki bujangan.

    27. Dalam pandangan Islam, pernikahan merupakan satu bentuk ibadah kedekatan kepada . Dengan pernikahan, kaum beriman akan mendapatkan pahala dan balasan jika niatnya ikhlas, keinginannya benar, dan maksudnya dengan pernikahan untuk menjaga dirinya dari perbuatan haram serta tidak dilandasi dengan dorongan nafsu kebinatangan.

    28. menjadikan pernikahan untuk tujuan pemenuhan dorongan instink dan syahwat seksual. Kalau bukan karena syahwat yang menggelora di dalam diri setiap laki-laki dan perempuan, maka siapa pun tidak akan pernah berpikir untuk menikah!

    29. Pernikahan adalah jalan untuk membangun keluarga muslim yang terhormat, dan menyemarakkan dunia dengan keturunan dan anak-anak yang saleh.

    30. Dengan menikah, berhubungan intim akan mendapat pahala shalat Dhuha. Kalau anda meremas-remas jemari isteri dengan remasan sayang, dosa-dosa anda berdua berguguran. Kalau anda menyenangkan isteri sehingga hatinya bahagia dan diliputi suka cita, anda hampir-hampir mendapatkan ganjaran yang sama dengan menangis karena takut kepada .

    http://riza.taufan.org/archives/2003_07.html * kembali ke daftar isi

    Menggapai Pernikahan Barokah

    Bismillahirrahmanirrahim

    Alhamdulillah,

    Berbicara tentang pernikahan banyak yang menyesal. Menyesal kalau tahu begini nikmat kenapa tidak dari dulu. Menyesal ternyata banyak deritanya. Menikah itu tidak mudah, yang mudah itu ijab kabulnya. Rukun nikah yang lima harus dihapal dan wajib lengkap kesemuanya. Begitu pula dengan syarat wajib nikah pada pria yang harus diperhatikan.

    Bagaimana jika kita belum punya biaya? Harus diyakini bahwa tiap orang itu sudah ada rezekinya. Menikah itu menggabungkan dua rezeki, rezeki wanita dan laki-laki bertemu, masalahnya adalah apakah rezeki itu diambil dengan cara yang barokah atau tidak. Allah tidak menciptakan manusia dengan rasa lapar tanpa diberi makanan. Allah menghidupkan manusia untuk beribadah yang tentu saja memerlukan tenaga, mustahil Allah tidak memberi rezeki kepada kita.

    Biaya pernikahan bukanlah perkara mahal, yang penting ada. Maka kalau sudah darurat bahkan mengutang untuk menikah diperbolehkan daripada mendekati zina. Kalau sudah menikah setelah ijab kabul, jangan jadi riya dengan mengadakan resepsi yang mewah. Hal ini tidak akan menjadi barokah. Misalnya dalam mengundang, hanya menyertakan orang kaya saja, orang miskin tidak diundang. Bahkan Rasulullah melarang mengundang dengan membeda-bedakan status. Dalam mengadakan resepsi jangan sampai mengharapkan balasan income yang didapat.

    Masalah mas kawin yang paling bagus adalah emas dan uang mahar yang paling bagus adalah uang. Berilah wanita sebanyak yang kita mampu, jangan hanya berkutat dengan seperangkat alat sholat saja. Rasulullah lebih mengutamakan emas dan uang dan inilah hak wanita. Awal nikah jangan membayangkan punya rumah yang bagus. Maka perkataan terbaik suami kepada istrinya adalah menasehati istri agar dekat dengan Allah. Jika istri dekat dengan Allah maka ia akan dijamin oleh Allah mudah-mudahan lewat kita.

    Tiga rumus yang harus selalu diingat terdapat dalam surah Al-Asyr. Setiap bertambah hari, bertambah umur, kita itu merugi kecuali tiga golongan kelompok yang beruntung. Golongan pertama adalah orang yang selalu berpikir keras bagaimana supaya keyakinan dia kepada Allah meningkat. Sebab semua

  • Subhan ibn Abdullah 19 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah kebahagiaan dan kemuliaan itu berbanding lurus dengan tingkat keyakinan kepada Allah. Tidak ada orang ikhlas kecuali yakin kepada Allah. Tidak ada sabar kecuali kenal kepada Allah. Tidak ada orng yang zuhud kepada dunia kecuali orang yang tahu kekayaan Allah. Tidak ada orang yang tawadhu kecuali orang yang tahu kehebatan Allah. Makin akrab dan kenal dengan Allah semua dipandang kecil. Setiap hari dalam hidup kita seharusnya dipikirkan bagaimana kita dekat dengan Allah.

    Kalau Allah sudah mencintai mahluk segala urusan akan beres. Salah satu bukti seperseratus sifat pemurah Allah yang disebarkan kepada seluruh mahlukNya bisa dilihat sikap seorang ibu yang melahirkan seorang anak Kesakitan waktu melahirkan, hamil sembilan bulan tanpa mengeluh yang belum tentu anak tersebut akan membalas budinya. Tidak tidur ketika anaknya sakit, mengurus anak dari mulai TK sampai SMA. Memikirkan biaya kuliah. Mulai nikah dibiayai sampai punya anak bahkan juga diterima tinggal di rumah sang ibu. Tetapi kerelaannya masih saja terpancar. Itulah seperseratus sifat Allah.

    Selalu komitmen mau kemana rumah tangga ini akan dibawa. Mungkin sang ayah atau ibu yang meninggal lebih dulu yang penting keluarga ini akan kumpul di surga. Apapun yang ada dirumah harus menjadi jalan mendekat kepada Allah. Beli barang apapun harus barang yang disukai Allah. Supaya rumah kita menjadi rumah yang disukai Allah. Boleh punya barang yang bagus tanpa diwarnai dengan takabur. Bukan perkara mahal atau murah, bagus atau tidak tetapi apakah bisa dipertanggungjawabkan disisi Allah atau tidak. Bahkan dalam mendengar lagu yang disukai Allah siapa tahu kita dipanggil Allah ketika mendengar lagu.

    Rumah kita harus Allah oriented. Kaligrafi dengan tulisan Allah. Kita senang melihat rumah mewah dan islami. Jadikan semua harta jadi dakwah mulai mobil sampai rumah. Tiap punya uang beli buku, buat perpustakaan di rumah untuk tamu yang berkunjung membaca dan menambah ilmu. Jangan memberi hadiah lebaran hanya makanan, coba memberi buku, kaset dan bacaan lain yang berguna. Jangan rewel memikirkan kebutuhan kita, itu semua tidak akan kemana-mana. Allah tahu kebutuhan kita daripada kita sendiri. Allah menciptakan usus dengan disain untuk lapar tidak mungkin tidak diberi makan. Allah menyuruh kita menutup aurat, tidak mungkin tidak diberi pakaian.

    Apa yang kita pikirkan Allah sudah mengetahui apa yang kita pikirkan. Yang harus kita pikirkan adalah bagaimana dekat dengan Allah, selanjutnya Allah yang akan mengurusnya. Kita cenderung untuk memikirkan yang tidak disuruh oleh Allah bukan yang disuruhNya. Kalau hubungan kita dengan Allah bagus semua akan beres. Barang siapa yang terus dekat dengan Allah, akan diberi jalan keluar setiap urusannya. Dan dijamin dengan rezeki dari tempat yang tidak diduga-duga. Dan barang siapa hatinya yakin Allah yang punya segalanya, akan dicukupkan segala kebutuhannya. Jadi bukan dunia ini yang menjadi masalah tetapi hubungan kita dengan Allah-lah masalahnya.

    Golongan kedua adalah rumah tangga yang akan rugi adalah rumah tangga yang kurang amal. Jangan capai memikirkan apa yang kita inginkan, tapi pikirkan apa yang bisa kita lakukan. Pikiran kita harusnya hanya memikirkan dua hal yakni bagaimana hati ini bisa bersih, tulus, dan bening sehingga melakukan apapun ikhlas dan yang kedua teruslah tingkatkan kekuatan untuk terus berbuat. Pikiran itu bukan mengacu pada mencari uang tetapi bagaimana menyedekahkan uang tersebut, menolong, dan membahagiakan orang dengan senyum. Sehingga dimanapun kita berada bagai pancaran matahari yang menerangi yang gelap, menuai bibit, menyemarakkan suasana. Sesudah itu serahkan kepada Allah. Setiap kita memungut sampah demi Allah itu akan dibalas oleh Allah.

    Rekan-rekan Sekalian, Mari kita ubah paradigmanya. Rumah tangga yang paling beruntung adalah rumah tangga yang paling banyak produktifitas kebaikannya. Uang yang paling barokah adalah uang yang paling tinggi produktifitasnya, bukan senang melihat uang kita tercatat di deposito atau tabungan. Uang sebaiknya ditaruh di BMT. Yang terjadi adalah multiefek bagi pihak lain, hal ini menjadikan uang kita barokah. Daripada uang kita disimpan di Bank kemudian Banknya bangkrut, disimpan di kolong kasur takut dirampok.

    Kaya boleh asal produktif. Boleh mempunyai rumah banyak asal diniatkan agar barokah demi Allah itu akan beruntung. Beli tanah seluas-luasnya. Sebagian diwakafkan, kemudian dibangun masjid. Pahala akan mengalir untuk kita sampai Yaumil Hisab. Makanya terus cari uang bukan untuk memperkaya diri tapi mendistribusikan untuk ummat. Sedekah itu tidak akan mengurangi harta kita kecuali bertambah. Jadi pikiran kita bukan akan mendapat apa kita? tapi akan berbuat apa kita?. Apakah hari ini saya sudah menolong orang, sudahkah senyum, berapa orang yang saya sapa, berapa orang yang saya bantu?

  • Subhan ibn Abdullah 20 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah Makin banyak menuntut makin capai. Makin kuat kita menuntut kalau Allah tidak mengijinkan maka tidak akan terwujud. Kita minta dihormati, malah Allah akan memperlihatkan kekurangan kita. Kita malah akan dicaci, hasilnya sakit hati. Orang yang beruntung, setiap waktu pikirannya produktif mengenai kebaikan. Selagi hidup lakukanlah, sesudah mati kita tidak akan bisa. Kalau sudah berbuat nanti Allah yang akan memberi, itulah namanya rezeki. Orang yang beruntung adalah orang yang paling produktif kebaikannya.

    Yang ketiga rumah tangga atau manusia yang beruntung itu adalah pikirannya setiap hari memikirkan bagaimana ia bisa menjadi nasihat dalam kebenaran dan kesabaran dan ia pecinta nasihat dalam kebenaran dan kesabaran. Setiap hari carilah input nasihat kemana-mana.

    Kata-kata yang paling bagus yang kita katakan adalah meminta saran dan nasihat. Ayah meminta nasihat kepada anak, niscaya tidak akan kehilangan wibawa. Begitu pula seorang atasan di kantor.

    Kita harus berusaha setiap hari mendapatkan informasi dan koreksi dari pihak luar, kita tidak akan bisa menjadi penasihat yang baik sebelum ia menjadi orang yang bisa dinasihati. Tidak akan bisa kita memberi nasihat jika kita tidak bisa menerima nasihat.

    Jangan pernah membantah, makin sibuk membela diri makin jelas kelemahan kita. Alasan adalah kelemahan kita. Cara menjawab kritikan adalah evaluasi dan perbaikan diri. Mungkin membutuhkan waktu sebulan bahkan setahun. Nikmatilah nasihat sebagai rezeki dan bukti kesuksesan hidup. Sayang hidup hanya sekali dan sebentar hanya untuk menipu diri. Merasa keren di dunia tetapi hina dihadapan Allah. Merasa pinter padahal bodoh dalam pandangan Allah.

    Mudah-mudahan kita bisa menerapkan tiga hal diatas. Setiap waktu berlalu tambahlah ilmu agar iman meningkat, setiap waktu isi dengan menambah amal. Alhamdulillah. (neng_arie)

    KH. Abdullah Gymnastiar, Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Bandung http://awie.crimsonblog.com/ * kembali ke daftar isi

    Bukankah Semua itu Indah?

    Menikah itu luar biasa. Mengapa demikian? Karena dalam pernikahan itu pasti kita menemukan sesuatu yang baru. Rasulullah SAW pernah menegaskan agar kita menyegerakan menikah tetapi tidak terburu-buru. Dalam pernikahan itu pasti terdapat ibadah yang banyak sekali, seperti seorang suami dalam mendidik keluarganya; istri,dan anak-anaknya. Memperlakukan mereka dengan baik, memberikan nafkah ke mereka, mengajarkan agama, dll. Subhanallah... bukankah semua itu indah?

    Seorang istri juga seperti itu, sebagai penghibur untuk suaminya, menjaga kehormatan keluarga, mendidik anak2nya, memberikan dorongan yang positif ke suaminya agar mau berjuang, dl. Subhanallah... bukankah semua itu indah?

    Ketika kita memilih pasangan hiduppun, berhati-hatilah jangan kita terjebak pada kriteria yang duniawi. Karena kalau demikian, akan banyak kriteria yang kita maui. Ingatlah, yang sempurna yang kita mau maka kita pasti akan kecewa. Yang penting dia itu sholeh/sholehah, bertanggung jawab dan adil. Ini bisa kita lihat dari kesehariannya; perilkau dia, lihat dari gaya bicaranya, dll. Semua itu akan membentuk suatu kepribadian. Orang yang takut kepada Allah pasti akan berbeda dengan yang lainnya. Ini bisa memberikan kepada kita gambaran apakah dia itu seorang yang baik atau tidak, sementara apakah ia akan menjadi istri atau suami yang baik. Itu akan teruji setelah menikah nanti. Seorang Istri itu dapat kita katakan baik kalau dia sudah menjalani hidup sebagai seorang istri.

    Begitupula sebaliknya dengan seorang suami. Tidak bisa katakan pacar itu baik jadi seorang suami atau istri karena dia belum pernah menjadi suami atau istri seseorang.

    Pernikahan itu adalah indah karena dari pernikahan itu halal-lah yang tadinya haram. Sucilah tadinya kotor. Pernikahan adalah amanah yang luar biasa yang dianugerahi sang Kholiq kepada kita. Pahala-lah itu yang kita reguk dalam petalian hati (ta`liful qulub) suami/istri.

    Subhanallah... bukankah semua itu indah?

  • Subhan ibn Abdullah 21 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah Dari : seorang sahabat http://awie.crimsonblog.com/ * kembali ke daftar isi

    Singkirkan Segala Hambatan Psikologis

    Ada hal yang menarik dalam fiqh Islam yaitu klasifikasi hukum pernikahan. Ada wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Awalnya memang tidak terbagi, tetapi karena adanya banyak kasus serta adanya pertimbangan maslahat dan mudhorot para ulamapun mulai membagi hukum pernikahan itu kedalam lima klasifikasi hukum tersebut.

    Namun pada dasarnya secara umum pernikahan digolongkan sebagai sunnah para Nabi. Sehingga pada masa sahabat, melajang sangat tidak dianjurkan, dan bahkan dapat dianggap tercela.

    Hukum Wajib, apabila terkait dengan mencegah fitnah dan tujuan menjaga diri. Namun bila seseorang belum mampu menikah, maka dianjurkan untuk berpuasa. Akan tetapi puasapun tidak juga dapat mencegahnya dari fitnah, maka orang tersebut terkena hukum wajib Nikah.

    Seseorang yang terkena hukum sunnah untuk menikah, jika menikah itu memberikan kontribusi positif bagi diri dan masyarakatnya.

    Sementara hukum mubah muncul jika menikah akan bertambah baik, jika tidakpun tidak ada negatif bagi dirinya.

    Khalifah Umar bin Khattab pernah bertanya, "Kenapa melajang? Nanti engkau akan menjadi saudaranya syetan." Itu yang dikatakan Umar dalam kondisi melajang yang belum menampakkan efek negatif. Maksudnya agar pemuda berhati-hati melajang. Melajang berarti memubazirkan potensi yang ada dalam diri seseorang seperti potensi untuk mendidik atau membahagiakan orang lain. Jika itu dibiarkan, maka itu tidak akan bermanfaat dan tidak menyebarkan kurnia Allah SWT.

    Dalam Surat Annur 32, terdapat kata "mampu". Kata ini berkaitan dengan pengertian kemampuan seseorang dalam standard dasar. Pada masa kini, mampu didefinisikan dengan kemampuan membawa diri, memimpin istri, dan minimal ada harta. Persoalannya adalah keyakinan mereka untuk hidup mandiri yang masih kurang.

    Namun, saat ini banyak laki-laki yang dihantui oleh rasa takut. Sebenarnya mereka bukan tidak mampu secara ekonomis untuk menikah. Sebab mereka sudah punya gaji bulanan dan itu cukup sudah dikatakan mampu. Jadi sekali lagi persoalannya adalah keberanian untuk hidup mandiri.

    Ketakutan pada kerentanan ketika sudah menikah nanti tidak perlu terjadi. Sebab harapan dan optimisme adalah karunia Allah SWT. Memang kita tidak bisa menutup mata terhadap adanya konflik ketika sudah menikah nanti yang biasa terjadi. Tapi itu merupakan hal yang biasa dalam kehidupan bersama. Ketakutan-ketakutan itu muncul bisa jadi karena opini yang dibentuk melalui media. Opini tersebut bertujuan untuk menghancurkan lembaga pernikahan. Jadi kita tetap perlu optimis bahwa rumah tangga yang kita bentuk akan menjadi keluarga yang bahagia. (KH. Rahmat Abdullah, disarikan dari Majalah Safina Edisi 7/ tahun I/2003)

    Oleh: Awie http://awie.crimsonblog.com/ * kembali ke daftar isi

    Cinta Hakiki

    Cinta artinya penghambaan orang yang mencintai kepada yang dicintai. Cinta yang tulus mengharuskan penunggalan sang kekasih, tidak menciptakan persekutuan antara dirinya dengan yang lainnya dalam kecintaannya itu. Namun bagaimanakah dapat kita bahagikan cinta di dalam diri yang lemah ini agar tidak termasuk di dalam golongan yang di firmankan oleh Allah di dalam surah Al-Baqaroh ayat: 165

  • Subhan ibn Abdullah 22 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah "Dan diantara manusia ada yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintaiNya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah."

    Mereka mencintai anak dan isteri lebih daripada sang kekasih yang termulia yang telah mencipta dan mengurniakan segala rahmatNya kepadanya. Di dalam kehidupan yang serba moden dan dipenuhi dengan kemudahan, manusia terlalu sibuk mengejar kekasih lain, seperti harta dan pangkat yang hanya merupakan tipu daya kehidupan yang fana. Lipatan sejarah telah membuktikan kepada kita akan perlunya kasih itu ditujukan kepada Allah.

    Contohnya, tatkala Nabi Ibrahim alaihissalam dikurniakan dengan anaknya Ismail alaihissalam dan cinta beliau sudah mula untuk condong kepada anaknya maka Allah s.w.t telah memerintahkan kepadanya agar menyembelih anaknya untuk membuktikan pengorbanan yang sejati kepada sang kekasih yang tunggal. Sesungguhnya kemanisan iman itu tidak akan dirasakan kecuali dengan ditujukan segala jiwa dan raga kepada sang kekasih yang setia menunggu sepertimana sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud:

    "Tidak akan mendapat manisnya iman kecuali orang yang pada dirinya terdapat tiga perkara iaitu: Hendaklah Allah dan RasulNya lebih dia cintai daripada cintanya kepada selain keduanya, hendaklah seseorang mencintai orang yang lain tidak lain hanya semata-mata untuk Allah, dan dia tidak suka dikembalikan kepada kekufuran setelah Allah telah menyelamatkannya daripada kekufuran itu, sebagaimana dia tidak suka untuk dilemparkan ke dalam api neraka."

    Pada terbitan ini akan kami ketengahkan jenis cinta dari sudut pandangan seorang `ulama yang masyhur yaitu Imam Ibnu Qayyim AlJauziyyah agar kita dapat mengenal pasti akan cinta yang bahaya.

    Diantara jenis cinta itu ialah:

    1. Cinta kepada Allah. Tapi cinta sekadar ini tidak cukup untuk menyelamatkan seseorang itu daripada siksa api neraka.

    2. Mencintai apa yang dicintai oleh Allah. Cinta inilah yang memasukkan seseorang ke dalam Islam dan mengeluarkannya daripada kekufuran.

    3. Cinta karena Allah dan bagi Allah.Ini termasuk keharusan mancintai apa yang dicintai Allah dan mencintai apa yang dicintai Allah tidak akan lurus kecuali dengan cinta ini.

    4. Cinta sesuatu dan menyamakan cintanya itu dengan Allah. Ini ialah merupakan cinta yang berbau syirik.

    5. Cinta yang berbentuk naluri di dalam jiwa manusia.

    Oleh: Awie http://awie.crimsonblog.com/ * kembali ke daftar isi

    Tentang Cinta

    Cinta, di banyak waktu dan peristiwa orang selalu berbeda mengartikannya. Tak ada yang salah, tapi tak ada juga yang benar sempurna penafsirannya. Karena cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.

    Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta.

    Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan. Bandung Bondowoso tak tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sakuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi

  • Subhan ibn Abdullah 23 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah Dayang Sumbi terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.

    Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik.

    Dan Islam tidak saja mengagungkan cinta tapi memberikan contoh kongkrit dalam kehidupan. Lewat kehidupan manusia mulia, Rasulullah tercinta.

    Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."

    Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.

    Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.

    Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

    Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membukan mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"

    "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

    Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

    "Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

    "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

    "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi.

    "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

    "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

    Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka.

  • Subhan ibn Abdullah 24 of 50 1/31/2007 Pattaya, Thailand Nikah "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

    "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."

    Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah diantaramu."

    Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mende