4
Pengertian Dakwah Menurut Bahasa (Etimologi) Ditinjau dari aspek bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab dengan kata kerja lampau (fi’il madli)Da’a dan fiil mudhori’ Yad’u dengan mashdar lafadzDa’watan yang berarti memanggil, menyeru, dan mengajak. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr ma’ruf nahi munkar,mauidzah hasanah, tabsyir, indzar, washiyyah, tarbiyyah, ta’lim, dan khotbah. Dengan demikian, secara etimologi pengertian dakwah merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut. Pengertian Dakwah Menurut Istilah (Terminologi) Pengertian dakwah secara istilah dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah merupakan aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik secara individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik. Kegiatan mendorong manusia untuk berbuat lebih baik merupakan suatu proses pengamalan terhadap ajaran agama yang disampaikan dengan tanpa adanya unsur unsur paksaan dan dilakukan atas dasar kesadaran akan kewajiban moral setiap individu muslim terhadap agamanya. Sebagaimana definisi dakwah yang dikemukakan oleh Syaikh Ali Mahfudz dalam kitab Hidayat al Mursyidin Ila Thuruq al Wa’dzi Wa al Khitabah Dakwah bil-lisan[sunting | sunting sumber] Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif bila: disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan dengan metode dialog dengan hadirin. Dakwah bil-Haal[sunting | sunting sumber] Dakwah bil al-hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan agar si penerima dakwah (al-Mad'ulah) mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da'i (juru dakwah). Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah. Pada saat pertama kali rasulullah tiba di kota Madinah, dia mencontohkan dakwah bil-haal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan mempersatukan kaum Anshor dan kaumMuhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.

Aik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Aik

Citation preview

Page 1: Aik

Pengertian Dakwah Menurut Bahasa (Etimologi)Ditinjau dari aspek bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab dengan kata kerja lampau (fi’il madli)Da’a dan fiil mudhori’ Yad’u dengan mashdar lafadzDa’watan yang berarti memanggil, menyeru, dan mengajak. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr ma’ruf nahi munkar,mauidzah hasanah, tabsyir, indzar, washiyyah, tarbiyyah, ta’lim, dan khotbah. Dengan demikian, secara etimologi pengertian dakwah merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut.Pengertian Dakwah Menurut Istilah (Terminologi)Pengertian dakwah secara istilah dapat disimpulkan bahwa esensi dakwah merupakan aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik secara individu maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik. Kegiatan mendorong manusia untuk berbuat lebih baik merupakan suatu proses pengamalan terhadap ajaran agama yang disampaikan dengan tanpa adanya unsur unsur paksaan dan dilakukan atas dasar kesadaran akan kewajiban moral setiap individu muslim terhadap agamanya. Sebagaimana definisi dakwah yang dikemukakan oleh Syaikh Ali Mahfudz dalam kitab Hidayat al Mursyidin Ila Thuruq al Wa’dzi Wa al Khitabah

Dakwah bil-lisan[sunting | sunting sumber]

Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau

komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah). dakwah jenis ini akan menjadi efektif

bila: disampaikan berkaitan dengan hari ibadah seperti khutbah Jumat atau khutbah hari Raya,

kajian yang disampaikan menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan

dengan metode dialog dengan hadirin.

Dakwah bil-Haal[sunting | sunting sumber]

Dakwah bil al-hal adalah dakwah yang mengedepankan perbuatan nyata. Hal ini dimaksudkan

agar si penerima dakwah (al-Mad'ulah) mengikuti jejak dan hal ikhwal si Da'i (juru dakwah).

Dakwah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri penerima dakwah.

Pada saat pertama kali rasulullah   tiba di kota Madinah, dia mencontohkan dakwah bil-

haal ini dengan mendirikan Masjid Quba, dan mempersatukan kaum Anshor dan

kaumMuhajirin dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.

Page 2: Aik

pada dasarnya setiap Muslim dan Muslimah diwajibkan untuk mendakwahkan Islam kepada orang lain, baik

Muslim maupun Non Muslim.  Ketentuan semacam ini didasarkan pada firman Allah swt :

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang

ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung” (TQS. Al-Imran : 104),

Riwayat-riwayat di atas merupakan dalil yang sharih mengenai kewajiban dakwah atas setiap Mukmin dan Muslim. Bahkan, Allah swt mengancam siapa saja yang meninggalkan dakwah Islam, atau berdiam diri terhadap kemaksiyatan dengan “tidak terkabulnya doa”. Bahkan, jika di dalam suatu masyarakat, tidak lagi ada orang yang mencegah kemungkaran, niscaya Allah akan mengadzab semua orang yang ada di masyarakat tersebut, baik ia ikut berbuat maksiyat maupun tidak. Kenyataan ini menunjukkan dengan sangat jelas, bahwa hukum dakwah adalah wajib, bukan sunnah. Sebab, tuntutan untuk mengerjakan yang terkandung di dalam nash-nash yang berbicara tentang dakwah datang dalam bentuk pasti. Indikasi yang menunjukkan bahwa tuntutan dakwah bersifat pasti adalah, adanya siksa bagi siapa saja yang meninggalkan dakwah. Ini menunjukkan, bahwa hukum dakwah adalah wajib.

“Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya”(Qs. Al-Mudatsir:38)

A.      DEFINISI ILMUWAN1.      Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Ilmuwan adalah :·         orang yang ahli·         orang yang banyak pengetahuan mengetahui suatu ilmu,·         orang yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan·         orang yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan dengan tekun dan sungguh-sungguh.2.      Menurut Webster Dictionary, Ilmuwan ( Sciantist ) adalah seorang yang  terlibat dalam kegiatan sistematis

untuk memperoleh pengetahuan ( ilmu )

3.      Ensiklopedia Islam mengartikan ilmuwan sebagai orang yang ahli dan banyak pengetahuannya dalam suatu atau beberapa bidang ilmu.

B.      TANGGUNG JAWAB ILMUWAN

1.      Banyak ilmuwan muslim yang tidak memiliki komitmen terhadap agama Islam.Ilmuwan tersebut menghabiskan hari-harinya dan bahkan hidupnya untuk mempelajari dan mengkaji ilmu yang disenangi, menarik hati dan mungkin pula memperoleh ketenaran serta mendapatkan bnyak uang, tapi tidak berminat atau kurang sekali minatnya untuk mengkaji Islam (Al-Quran dan Sunnah) yang berkaitan dengan ilmu yang digelutinyaOleh karena itu, tidaklah mengherankan ketika mendapati ayat-ayat Al-Quran atau Hadits yang tidak sesuai dengan jalan pikiran atau ilmu yang dikuasai, maka ayat dan hadits tersebut ditolak atau paling tidak diragukan kebenarannya. Sebaliknya, paham atau konsep yang jelas-jelas

Page 3: Aik

bertentangan dan tidak dapat dibandingkan dengan Islam seperti feminisme, sekularisme, humanisme, liberalisme, postmodernisme, pluralisme dsb.

2.      Banyak ilmuwan muslim yang berpikir dengan metode/cara berpikir orang barat yang kafir.            Mereka memisahkan antara agama dan akhirat, antara ilmu dan perilaku, antara ilmu dan etika, antara agama dan ilmu, antara individu dan masyarakat nantara agama dengan sosial atau negara. Hal ini disebabkan karena mereka asal ikut saja terhadap pendapat yang dikatakan oleh pakar dari barat. Akibatnya mereka tidak akan dapat melebihi orang barat. Mereka akan selalu tergantung dengan barat serta pola berpikirnya. Apa-apa yang tidak sesuai dengan cara berpikir orang barat akan dikritik, diragukan atau bahkan ditolak.

3.      Banyak ilmuwan yang tidak paham sejarah barat dan sejarah pemikiran orang-orang besar.4.      Banyak ilmuwan muslim tidak paham konsep pandangan dunia (worldview), asumsi

hakikat                                    manusia maupun nilai-nilai sosial budaya barat5.      Akhirnya banyak ilmuwan muslim yang tidak peduli apakah ilmu yang digelutinya ini

benar/salah, sesuai dengan ajaran Islam/tidak.

Tanggung jawab ilmuwan dalam pengembangan ilmu sekurang-kurangnya berdimensi religious atau etis dan social. Pada intinya, dimensi religious atau etis seorang ilmuwan hendaknya tidak melanggar kepatutan yang dituntut darinya berdasarkan etika umum dan etika keilmuan yang ditekuninya.

tanggung jawab ilmuwan merupakan ikhtiar mulia sehingga seorang ilmuwan tidak mudah tergoda, apalagi tergelincir untuk menyalahgunakan ilmu

“ Ilmu Pengetahuan tanpa Agama lumpuhAgama tanpa Ilmu Pengetahuan Buta “

Oleh karena itu seorang ilmuwan harus mempunyai beberapa syarat,  diantaranya :1.      Beriman2.      Menyadari bahwa dirinya makhluk terbatas yang masih ,membutuhkan dzat yg tak terbatas3.      mengakui tilmuawan lain4.      Kejujuran ilmuwan, yakni suatu kemauan yang besar, ketertarikan pada perkembangan Ilmu

Pengetahuan terbaru dalam rangka profesionalitas keilmuannya.5.      Peran dan Fungsi Ilmuwan·         Sebagai intektual, seorang ilmuwan sosial dan tetap mempertahankan dialognya yang

kontinyu dengan masyarakat sekitar dan suatu keterlibatan yang intensif dan sensitif.·         Sebagai ilmuwan, dia akan berusaha memperluas wawasan teoritis dan keterbukaannya

kepada kemungkinan dan penemuan baru dalam bidang keahliannya.·         Sebagai teknikus, dia tetap menjaga keterampilannya memakai instrument yang tersedia

dalam disiplin yang dikuasainya. Dua peran terakhir memungkinkan dia menjaga martabat ilmunya, sedangkan peran pertama mengharuskannya untuk turut menjaga martabat.