Upload
eka-sasmita
View
263
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
1/45
PERTANYAAN :1. Identifikasi kata kunci dan kata sulit menurut anda2. Penyakit apa saja yang bisa menimbulkan keluhan sakit perut3. Bagaimana patomekanisme terjadinya gejala mual,muntah dan m,enggigil pada kasus4. Apa hubungan menggigil dan sakit perut pada kasus Nn.D5. Tentukan etiologi,patomekanisme terapi,prognosis dan pencegahan dari diagnosa
keluhan yang dialami oleh Nn.D
6. Sebutkan pemeriksaan diagnostik apa yang dibutuhkan untuk menegakkan terkaitdengan keluhan sakit perut pada Nn.d
7. Tuliskan data apa yang diperlukan baik pre dan post op untuk menegakkan diagnosakeperawatan yang lazim ditemukan terkait dengan kasus yang dialami oleh Nn.D
8. Buat perencanaan intervensi keperawatan berdasarkan NIC.dan NOC pada kasus yangdialami oleh Nn.D
9. Menurut anda materio penyuluhan apa yang dibutuhkan oleh Nn.D terkait denganperawatan colostomi dirumah dan buat perencanaan penyuluhan tersebut.
Skenario 2 : Sakit Perut
Nn.D berusia 17 tahun di bawah ke IGD Rumah sakit dengan keluhan utama sakit perut didaerah
kanan bawah.rasa sakit ini datang tiba-tiba yang membuat ia terbangun dari tidur tadi malam
karena kesakitan.keluhan utama diatasi disertai rasa mual dan beberapa kali muntah.pasien
juga mengeluh mengalami menggigil.
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
2/45
ASKEP Apendisitis
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
berkatNya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul Asuhan keperawatan pada pasien dengan apendisitis .
Kami dapat menyelesaikan makalah ini karena adanya bantuan dari berbagai pihak
yang telah memberikan dukungan dan bimbingan kepda kami.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun sehingga
makalah ini menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Manado, 3 Mei 2013
Tim penulis
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
3/45
DAFTAR ISIBAB I
PENDAHULUANA. Latar BelakangB. Tujuan penulisanC. Manfaat penulisanD. Sistematika penulisanBAB IITINJAUAN PUSTAKAA. PengertianB. KlasifikasiC. EtiologiD. Anatomi fisiologi
E. PatofisiologiE. Manifestasi klinisF. Pemeriksaan penunjangG. PenatalaksaanH. PrognosisI. PathwayBAB IIIPENUTUPA. KesimpulanB. Saran
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
4/45
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di
bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk berbentuk kerucut, lebar pada
pangkalnya dan menyempit ke arah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab
rendahnya insiden apendisitis pada usia itu.
Apendisitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan
merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut juga
umbai cacing. Apendisitis sering disalah artikan dengan istilah usus buntu, karena usus buntu
sebenarnya adalah caecum. Apendisitis akut merupakan radang bakteri yang dicetuskan
berbagai faktor. Diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacingascaris dapat juga menimbulkan penyumbatan. Apendisitis kronik disebabkan fibrosis
menyeluruh dinding apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa, dan infiltrasi
sel inflamasi kronik.
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang.
Namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100
kasus tiap 100.000 populasi menjadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin
disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara berkembang berubah menjadi makanan
kurang serat. Menurut data epidemologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat
pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angkaini menurun pada menjelang dewasa. Insiden apendisitis sama banyaknya antara wanita dan
laki-laki pada masa prapuber, sedangkan pada masa remaja dan dewasa muda rationya
menjadi 3:2, kemudian angka yang tinggi ini menurun pada pria.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah diperoleh gambaran secara teoritis
dalam merawat pasien dengan apendisitis.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Mampu menguasai konsep teori penyakit apendisitis.
b. Mampu mengidentifikasi data-data yang perlu dikaji pada klien dengan apendisitis.
c. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan apendisitis.
d. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan klien dengan apendisitis.
e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan apendisitis.
f. Mampu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan apendisitis.
g. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan apendisitis.
https://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/null7/22/2019 AKEP APENDISITIS
5/45
C. Manfaat penulisan
Bagi Mahasiswa
Sebagai informasi dasar untuk mengenal penyakit apendisitis
Bagi Masyarakat
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang penyakit apendisitis
D. Sistematika penulisan
Pada Bab I dalam makalah ini dibahas tentang latar belakang, tujuan, manfaat serta
sistematika penulisan dari makalah ini. Dalam Bab II mengenai isi dari materi yang dibahas.
Dan Bab III didalamnya terdapat kesimpulan dan saran.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum
tepat dibawah katup ileocecal (Brunner dan Sudarth, 2002).
Appendisitis adalah suatu peradangan pada appendiks yang berbentuk cacing, yang
berlokasi dekat katup ileocecal (Long, Barbara C, 1996).
Apendisitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering (Arif Mansjoer dkk, 2000).
Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasusringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,
dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Anonim,
2007).
B. Klasifikasi
Apendisitis terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Apendisitis akut, dibagi atas:
a. Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.b. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas:
a. Apendisitis kronis fokalis atau parsial, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal.
b. Apendisitis kronis obliteritiva, yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
C. Etiologi
Apendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang
bakteria yang dicetuskan oleh beberapa faktor pencetus diantaranya hiperplasia jaringan
limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat. Ulserasi mukosa
https://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/null7/22/2019 AKEP APENDISITIS
6/45
merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. Namun ada beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya radang apendiks, diantaranya:
a. Faktor sumbatan
Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang diikuti
oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia jaringan limfoid sub mukosa,35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan
oleh parasit dan cacing. Obsrtruksi yang disebabkan oleh fekalith dapat ditemui pada
bermacam-macam apendisitis akut diantaranya; fekalith ditemukan 40% pada kasus
apendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur dan
90% pada kasus apendisitis akut dengan ruptur.
b. Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis akut. Adanya
fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan memperberat infeksi,
karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks, pada kultur didapatkanterbanyak ditemukan adalah kombinasi antara Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu
Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang
menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan aerob
c. Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ, apendiks
yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang mudah terjadi
apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makanan dalam keluarga terutama
dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya fekalith dan mengakibatkan obstruksi
lumen.
d. Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa kulit
putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai risiko lebih tinggi dari Negara yang
pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya terbalik. Bangsa kulit putih
telah merubah pola makan mereka ke pola makan tinggi serat. Justru Negara berkembang
yang dulunya memiliki tinggi serat kini beralih ke pola makan rendah serat, memiliki risiko
apendisitis yang lebih tinggi.e. Faktor infeksi saluran pernapasan
Setelah mendapat penyakit saluran pernapasan akut terutama epidemi influenza dan
pneumonitis, jumlah kasus apendisitis ini meningkat. Namun, hati-hati karena penyakit
infeksi saluran pernapasan dapat menimbulkan seperti gejala permulaan apendisitis
D. Anatomi fisiologi
Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis. Appendiks
terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian
posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medialdan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3
https://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/null7/22/2019 AKEP APENDISITIS
7/45
tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat. Posisi apendiks berada pada
Laterosekal yaitu di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding
abdomen (Harnawatiaj,2008). Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai
cacing bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Ukuran panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairanbersifat basa mengandung amilase dan musin. Pada kasus apendisitis, apendiks dapat terletak
intraperitoneal atau retroperitoneal. Apendiks disarafi oleh saraf parasimpatis (berasal dari
cabang nervus vagus) dan simpatis (berasal dari nervus thorakalis X). Hal ini mengakibatkan
nyeri pada apendisitis berawal dari sekitar umbilicus (Nasution,2010).
Saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara
aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana
memiliki/berisi kelenjar limfoid. Apendiks menghasilkan suatu imunoglobulin sekretoar yang
dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue), yaitu Ig A. Imunoglobulin ini
sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi, tetapi jumlah Ig A yang dihasilkan olehapendiks sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah Ig A yang dihasilkan oleh organ
saluran cerna yang lain. Jadi pengangkatan apendiks tidak akan mempengaruhi sistem imun
tubuh, khususnya saluran cerna (Nasution,2010).
E. Patofisiologi
Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh
lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir)
setiap harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke
sekum menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudianterbentuklah bendungan mukus di dalam lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas
dinding apendiks, sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe,
sehingga mengakibatkan timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada
saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di
sekitar umbilikus (Mansjoer 2005).
Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneumsetempat, sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut
dengan apendisitis supuratif akut (Faradillah 2009).
Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang
disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. Jika
dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada
dalam keadaan perforasi (Faradillah 2009).
https://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttp://www.blogger.com/post-edit.g?blogID=6493602867855087569&postID=633013355500509107&from=pencilhttps://www.blogger.com/null7/22/2019 AKEP APENDISITIS
8/45
E. Manifestasi klinis
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah
dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. 3 anamnesa penting
yakni:1) Anoreksia biasanya tanda pertama.
2) Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian menjalar ketempat
appendics yang meradang (parietal). Retrosekal/nyeri punggung/pinggang. Postekal/nyeri
terbuka.
3) Diare, Muntah, demam derajat rendah, kecuali ada perforasi.
Gejala usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya:
1) Penyakit Radang Usus Buntu akut (mendadak)
Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, Demam bisamencapai 37,8-38,8 Celsius, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit
sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini,
bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja.
2) Penyakit Radang Usus Buntu kronik
Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi
nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul.
Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan
berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu
nyeri pd titik Mc Burney (titik tengah antara umbilicus dan Krista iliaka kanan). Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak usus buntu itu sendiri
terhadap usus besar, Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya
akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih.
Bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau
tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik. (Anonim,
2008)
F. Pemeriksaan penunjang1. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan
darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil
diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.
2. Pemeriksaan darah
Akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus appendisitis akut terutama pada kasus
dengan komplikasi. Pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat.
3. Pemeriksaan urine
https://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/null7/22/2019 AKEP APENDISITIS
9/45
Untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin. pemeriksaan ini sangat
membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu
ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan appendisitis.
4. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonografiditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan
pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta
perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.
5. Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendisitis. pemeriksaan ini
dilakukan terutama pada anak-anak.
6. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama pada
wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkandiagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.
7. Barium enema
Suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke colon melalui anus. Pemeriksaan
ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya dan
juga untuk menyingkirkan diagnosis banding.
8. LaparoscopiSuatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukkan dalam abdomen,
appendix dapat divisualisasikan secara langsung.Tehnik ini dilakukan di bawah pengaruh
anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix
maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendix.
G. Penatalaksaan
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan
Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan
Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan Apendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen
bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep
Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik
maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang
akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan
kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena
banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan
anastesi.
https://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/null7/22/2019 AKEP APENDISITIS
10/45
H. Prognosis
Prognosis pada semua fase apendisitis sangat baik, tingkat mortalitas kurang dari 1%. Hal ini
dikarekan diagnosis awal dan tata laksana yang di lakukan dengan baik.
I. Pathway
BAB III
https://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/null7/22/2019 AKEP APENDISITIS
11/45
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pengertian diatas dapat simpulkan bahwa apendiks adalah termasuk ke dalam
salah satu organ sistem pencernaan yang terletak tepat dibawah dan melekat pada sekum
yang berfungsi sebagai imun. Apendisistis merupakan inflamasi akut pada apendiks yang
disebabkan oleh fekalit (massa keras dari feces), tumor atau benda asing di dalam tubuh,
namun ulserasi mukosa oleh parasit E.
Histolytica juga dapat menyebabkan apendisitis. Gaya hidup individu pun dapat
menyebabkan terjadinya apendisitis, kebiasaan individu mengkonsumsi makanan rendah
serat dapat menyebabkan konstipasi yang akan menyebabkan meningkatnya tekanan
intraluminal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa dan terjadilah apendisitis.
B. SaranBagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat memahami konsep dasar penyakit
apendisitis yang berguna bagi profesi dan orang sekitar kita.
Bagi masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan makalah ini untuk menambah
pengetahuan tentang penyakit apendisitis.
DAFTAR PUSTAKABrunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. Jakarta: EGC.
Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi, edisi 2. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 9 . Jakarta: EGC.
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 6. Jakarta:
EGC.
Rothrock, J.C. (2000), Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, volume 2. Jakarta:
EGC.Sylvia A Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
edisi 4 buku. Jakarta: EGC.
https://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/nullhttps://www.blogger.com/null7/22/2019 AKEP APENDISITIS
12/45
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
13/45
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai seorang manusia tentunya kita menginginkan tubuh yang sehat dan kuat.
Tubuh yang sehat dan kuat akan memberikan kemudahan dalam memberikan kemudahan
dalam melakukan berbagai macam aktivitas yang vital bagi setiap orang. Aktivitas yangdilakukan tentunya mendukung proses kehidupan dan interaksi antar manusia yang satu dan
yang lainnya.
Setiap detik dunia mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupan seperti kemajuan
teknologi, perubahan gaya hidup, politik, budaya, ekonomi, dan ilmu pengetahuan. Semua itu
mengarah kepada penyeragaman, kita dapat melihat polahidup, ekonomi, budaya, dan
teknologi yang mirip disetiap negara.
Pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari, pengetahuan tentang
penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola hidup sehat. Salah
satu penyakit yang timbul adalah apendisitis.Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak
berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari
apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan
mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).
Penjelasan selanjutnya akan di bahas pada bab pembahasan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan
masalah sebagai berikut :1. Bagaimana anatomi dan fisiologi apendisitis?
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
14/45
2. Apa definisi dari apendisitis?
3. Bagaimana etiologi apendisitis?
4. Apa manifestasi klinik apendisitis?
5. Bagaimana patofisiologi apendisitis?
6. Bagaimana penatalaksanaan apendisitis?7. Apa komplikasi apendisitis?
8. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan apendisitis?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum :
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pembuatan makalah mata kuliah Sistem Pencernaan II serta
mempresentasikannya.
1.3.2. Tujuan Khusus :
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi apendisitis
2. Untuk memahami definisi dari apendisitis
3. Mengetahui etiologi apendisitis
4. Dapat mengetahui manifestasi klinik apendisitis
5. Memahami patofisiologi apendisitis
6. Mengetahui penatalaksanaan apendisitis
7. Mengetahui komplikasi apendisitis
8. Mengetahui dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
apendisitis1.4. Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai buku
referensi dan internet.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari makalah ini adalah BAB I PENDAHULUAN,
terdiri dari : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, sistematika penulisan dan manfaat penulisan. BAB II
PEMBAHASAN, dan BAB III ASUHAN KEPERAWATAN, BAB IV PENUTUP terdiridari kesimpulan dan saran.
1.6. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui letak atau posisi anatomi dan fisiologi apendisitis
2. Mengetahui penyebab dan proses perjalanan penyakit apendisitis
3. Memahami parameter pengkajian yang tepat untuk menentukan status fungsi gastrointestinal
4. Mampu membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan apendisitis
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
15/45
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi dan Fisiologi Appendix
Appendix vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex caecum, tetapi
seiring pertumbuhan dan distensi caecum.
Posisi apendiks terletak posteromedial caecum. Di daerah inguinal: membelok ke arah
di dinding abdomen dan posisinya bervariasi. Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2
cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum.
Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik
appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yangmenghubungkan sias kanan dengan pusat.
Panjang apendiks rata-rata 69 cm. Lebar 0,30,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa
mengandung amilase dan musin.
Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan
kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender di muara
apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis.
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue)
yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA. Imunoglobulin itu
sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendikstidak mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika
dibandingkan dengan jumahnya disaluran cerna dan diseluruh tubuh.
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
16/45
2.2 Definisi
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak
berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari
apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan
mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada di umbai cacing (apendiks). Infeksi
ini bisa terjadi pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, apendiks itu bisa pecah.
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah
kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer,
2001).
2.3. Etiologi
Appendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-faktor
prediposisi yang menyertai. Faktor tersering yang muncul adalah obtruksi lumen.
1. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.c. Adanya benda asing seperti bijibijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.
http://3.bp.blogspot.com/-G0Mk-xANMC4/UVUPA2fCXFI/AAAAAAAAADA/LzRjnvAvZt0/s1600/Untitled.jpg7/22/2019 AKEP APENDISITIS
17/45
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
3. Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk appendiks.5. Appendik yang terlalu panjang.
6. Appendiks yang pendek.
7. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
8. Kelainan katup di pangkal appendiks.
2.4. Manifestasi Klinik
Nyeri terasa pada abdomen kuadran kanan bawah menembus kebelakang (kepunggung)
dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri
tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan lepas mungkin akandijumpai.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapatkonstipasiatau diare tidak
tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di belakang
sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal, bila ujungnya ada pada pelvis,
tanda-tanda ini hanya dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi
menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya
kekeakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.
Palpasi kuadran bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa
pada kuadran bawah kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar,distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitikdan kondisi klien memburuk.
2.5. Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obst tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin
lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu
terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengannyeri epigastrium.Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding
sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan
nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang
diikutiganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh
maka akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.
Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah
appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis. Peradangan apendiks tersebut dapatmenjadi abses atau menghilang.
http://nursingbegin.com/konstipasi-dan-patofisiologinya/http://nursingbegin.com/konstipasi-dan-patofisiologinya/http://nursingbegin.com/konstipasi-dan-patofisiologinya/http://nursingbegin.com/konstipasi-dan-patofisiologinya/http://nursingbegin.com/tips-diet-maag/http://nursingbegin.com/tips-diet-maag/http://nursingbegin.com/tips-diet-maag/http://nursingbegin.com/ulkus-dekubitus/http://nursingbegin.com/ulkus-dekubitus/http://nursingbegin.com/ulkus-dekubitus/http://nursingbegin.com/ulkus-dekubitus/http://nursingbegin.com/tips-diet-maag/http://nursingbegin.com/konstipasi-dan-patofisiologinya/7/22/2019 AKEP APENDISITIS
18/45
Omentum pada anak-anak lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding lebih
tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan
untuk terjadi perforasi. Sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan
pembuluh darah.
2.6. Penatalaksanaan
Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam
waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan
antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi
diberikan drain diperut kanan bawah.
1. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dankompresuntuk
menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan
2. Tindakan operatif : appendiktomi
3. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di tempattidur selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar,
hari ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.
2.7. Komplikasi
1. Perforasi dengan pembentukan abses
2. Peritonitis generalisata
3. Pieloflebitis dan abses hati (jarang terjadi)
Obstruksi lumen apendiks (Hiperplasis folikel limfoid, fekalit, benda asing, cacing,
tumor)
Infeksi bakteri
2.8. Pathway
http://nursingbegin.com/kompres-hangat/http://nursingbegin.com/kompres-hangat/http://nursingbegin.com/kompres-hangat/http://nursingbegin.com/kompres-hangat/7/22/2019 AKEP APENDISITIS
19/45
Edema & ulserasi mukosa
Reaksi inflamasi
pascaoperasi
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
20/45
3.1. Pengkajian
1. Data demografi
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang menembus kebelakang
sampai pada punggung dan mengalami demam tinggi
c) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.
d) Riwayat kesehatan keluargaApakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.
3. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)
a) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai, konjungtiva anemis.
b) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD >110/70mmHg;
hipertermi.
c) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya
sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi,
whezing, stridor.
d) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi danpendarahan.
e) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang serta tidak
bisa mengeluarkan urin secara lancar
f) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses perjalanan penyakit
g) Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.
h) Abdomen : terdapat nyeri tekan,peristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen.
4. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olah raga(lama frekwensinya), karena dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat pembatasan intake
makanan atau minuman sampai peristaltik usus kembali normal.
c) Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung kemih, rasa nyeri atau
karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola
eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh anastesi
sehingga terjadi penurunan fungsi.d) Pola aktifitas
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
21/45
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri, aktifitas biasanya
terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
e) Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta pendengaran, kemampuan berfikir,
mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.f) Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu
kenyamanan pola tidur klien.
g) Pola Persepsi dan konsep diri
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak segala kebutuhan harus
dibantu. Klien mengalami kecemasan tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami
emosi yang tidak stabil.
h) Pola hubungan
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik dalamkeluarganya dan dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
i) Pola Reproduksi seksual
Adanya larangan untuk berhubungan seksual setelah pembedahan selama beberapa waktu.
j) Pola penanggulangan stress
Sebelum MRS : klien kalau setres mengalihkan pada hal lain.
Sesudah MRS : klien kalau stress murung sendiri, menutup diri
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Sebelum MRS : klien rutin beribadah, dan tepat waktu.Sesudah MRS : klien biasanya tidak tepat waktu beribadah.
5. Pemeriksaan diagnostik
a) Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut
b) Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum, kelainan non spesifik seperti
fekalit dan pola gas dan cairan abnormal atau untuk mengetahui adanya komplikasi pasca
pembedahan
c) Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan
tanda adanya infeksi
d) Pemeriksaan Laboratorium Darah : Ditemukan leukosit 10.00018.0000 /ml
Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.
3.2. Diagnosa Keperawatan
ANALISA DATA
NO DATA PENUNJANG MASALAH ETIOLOGI
1 DS : pasien mengatakan nyeri
pada abdomen kanan bawahtembus ke punggung
Gangguan rasa nyaman
(nyeri)
Adanya perangsangan
pada epigastrium
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
22/45
DO :
Wajah tampak menyeringai
P : nyeri karena adanya
perangsangan
Q : nyeri seperti tertusuk-tusukR : nyeri dibagian kanan bawah
abdomen
S : skala nyeri 8
T : nyeri terjadi saat ditekan
2 DS : -
DO :
TTV : Suhu 380C; Nadi
>80x/menit; TD >110/70
mmHg; RR >20x/menitTerdapat luka insisi bedah
Resiko terjadi infeksi Diskontinuitas jaringan
sekunder terhadap luka
insisi bedah
3 DS : Pasien mengatakan haus
DO :
Ada tanda-tanda dehidreasi :
Membrane mukosa kering
Turgor kulit menurun >2detik
Urin pekat (oliguri 120/80 mmHg
Nadi >80x/menit
RR : >20x/menit
Suhu : >37,50C
Kekurangan volume
cairan
Pembatasan cairan
pascaoperasi sekunder
terhadap proses
penyembuhan
4 DS : Pasien dan keluarga
mgatakan tidak mengetahui
tentang proses penyakit dan
pengobatannya
DO :
Bertanya mengenai informasi
proses penyakit
Bertanya tentang perawatan
pascaoperasi
Bertanya tentang pengobatan
Kurang pengetahuan tidak mengenal
informasi tentang
kebutuhan pengobatan/
perawatan pasca
pembedahan
Diagnosa keperawatan apendisitis :
Pre-op :
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
23/45
1. Ganggan rasa nyaman (nyeri) b/d adanya perangsangan pada epigastrium
Post-op :
2. Resiko terjadi infeksi b/d diskontinuitas jaringan sekunder terhadap luka insisi bedah
3. Kekurangan volume cairan b/d pembatasan cairan pascaoperasi sekunder terhadap proses
penyembuhan4. Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal informasi tentang kebutuhan pengobatan/ perawatan
pasca pembedahan
3.3. Intervensi
1. Dx kep. 1 : Ganggan rasa nyaman (nyeri) b/d adanya perangsangan pada epigastrium
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri pasien
dapat berkurang
KH : Nyeri hilang, skala 0-3, pasien tampak rileks, mampu tidur/ istirahat selama 7-9 jam
dalam sehariINTERVENSI RASIONAL
Kaji nyeri, catat lokasi,
karakteristik, beratnya (skala 0-10)
Berguna dalam pengawasan
keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan. Perubahan pada
karakteristik nyeri, menunjukkan
terjadinya abses/peritonitis.
Pertahankan istirahat dengan posisi
semi fowler
Menghilangkan tegangan abdomen
yang bertambah dengan posisi
terlentang
Dorong ambulasi dini Merangsang peristaltik dan
kelancaran flatus, menurunkan
ketidaknyamanan abdomen
Berikan aktifitas hiburan Meningkatkan relaksasi dan dapat
meningkatkan kemampuan koping
Kolaborasi pemberian analgetik Menghilangkan dan mengurangi
nyeri
2. Dx kep. 2 : Resiko terjadi infeksi b/d diskontinuitas jaringan sekunder terhadap luka insisi
bedah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien tidak menunjukkan
tanda dan gejala infeksi
KH : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, drainase purulen, tidak ada eritema
dan tidak ada demam. Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, dolor ) luka bersih dan kering
INTERVENSI RASIONAL
Awasi TTV. Perhatikan demam
menggigil, berkeringat, perubahan
mental.
Dugaan adanya infeksi/ terjadinya
sepsis, abses
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
24/45
Lakukan pencucian tangan yang
baik dan perawatan luka aseptic
Menurunkan risiko penyebaran
bakteri
Lihat insisi dan balutan. Catat
karakteristik drainase luka
Memberikan deteksi dini terjadinya
proses infeksi
Berikan informasi yang tepat pada
pasien/ keluarga pasien
Pengetahuan tentang kemajuan
situasi memberikan dukungan
emosi, membantu menurunkan
ansietas
Berikan antibiotik sesuai indikasi Mungkin diberikan secara
profilaktik atau menurunkan jumlah
organisme (pada infeksi yang ada
sebelumnya) untuk menurunkan
penyebaran dan pertumbuhannya
3. Dx kep 3 : Kekurangan volume cairan b/d pembatasan cairan pascaoperasi sekunder terhadap
proses penyembuhan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pasien dapat
mempertahankan keseimbangan cairan
KH : Tidak ada tanda-tanda dehidrasi : membran mukosa lembab, turgor kulit baik (< 2
detik), TTV stabil (TD : 110/70-120/80 mmHg; RR : 16-20x/menit; N : 60-100x/menit; S :
36,5- 37,50 C), haluaran urin adekuat.
INTERVENSI RASIONAL
Observasi TTV Tanda yang membantu
mengidentifikasi fluktuasi volume
intravaskuler
Observasi membran mukosa, kaji turgor kulit
dan pengisian kapiler
Indikator keadekuatan intake cairan
dan elektrolit
Awasi intake dan output, catat warna
urine/konsentrasi, berat jenis
Penurunan pengeluaran urine pekat
dengan peningkatan berat jenis diduga
dehidrasi/kebutuhan cairan meningkat
Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus
dan, gerakan usus
Indikator kembalinya peristaltik,
kesiapan untuk pemasukan per oral
Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila
pemasukan peroral dimulai, dan lanjutkan
dengan diet sesuai toleransi
Menurunkan iritasi gaster/muntah
untuk meminimalkan kehilangan
cairan
4. Dx kep. 4 : Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal informasi tentang kebutuhan
pengobatan/ perawatan pasca pebedahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dan
keluarga mampu memahami dan mengerti tentang proses penyakit dan pengobatannyaKH : Berpartisipasi dalam program pengobatan
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
25/45
INTERVENSI RASIONAL
Kaji ulang pembatasan aktifitas
pascaoperasi
Memberikan informasi pada pasien
untuk merencanakan kembali
rutinitas biasa tanpa menimbulkan
masalah
Anjurkan menggunakan laksatif/
pelembek feses ringan bila perlu
dan hindari enema
Membantu kembali ke fungsi usus,
mencegah mengejan saat defekasi
Diskusikan perawatan insisi,
termasuk mengganti balutan,
pembatasan mandi, dan kembali ke
dokter untuk mengangkat
jahitan/pengikat
Pemahaman peningkatan kerja sama
dengan program terapi,
meningkatkan penyembuhan dan
proses perbaikan
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Appendix vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex caecum, tetapi
seiring pertumbuhan dan distensi caecum. Panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3
0,7 cm.Apendiks menghasilkan lender 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan
kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender di muara
apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis. Immunoglobulin sekretoar yang
dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat disepanjang saluran
cerna termasuk apendiks ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung
terhadap infeksi.
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
26/45
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak
berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari
apendisitis adalah obstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan
mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).
Appendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-faktorprediposisi yang menyertai. Faktor tersering yang muncul adalah obtruksi lumen.
1. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti bijibijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
Tanda dan gejalanya adalah nyeri terasa pada abdomen kuadran kanan bawah
menembus kebelakang (kepunggung) dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntahdan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan.
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obst tersebut
menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin
lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu
terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengannyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dindingsehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan
nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang
diikutiganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh
maka akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.
Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam
waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan
antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi
diberikan drain diperut kanan bawah.Komplikasinya :
1. Perforasi dengan pembentukan abses
2. Peritonitis generalisata
3. Pieloflebitis dan abses hati (jarang terjadi)
Cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan apendisitis
meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
4.2. Saran
Kepada seluruh pembaca baik mahasiswa maupun dosen pembimbing untuk melakukankebiasaan hidup sehat, karena pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari,
http://nursingbegin.com/tips-diet-maag/http://nursingbegin.com/tips-diet-maag/http://nursingbegin.com/tips-diet-maag/http://nursingbegin.com/ulkus-dekubitus/http://nursingbegin.com/ulkus-dekubitus/http://nursingbegin.com/ulkus-dekubitus/http://nursingbegin.com/ulkus-dekubitus/http://nursingbegin.com/tips-diet-maag/7/22/2019 AKEP APENDISITIS
27/45
pengetahuan tentang penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola
hidup sehat. Salah satu penyakit yang timbul pada sistem pencernaan adalah apendisitis.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia Anderson. 2005.PATOFISIOLOGI : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :EGC.
R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2004.Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Syaifuddin. 2006.Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC.
Sloane, Ethel. 2004.Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC.
______, 2007, apendisitis, terdapat pada:www. harnawatiarjwordpress.com diakses tanggal 1 Juni
2008.______http://nursingbegin.com/askep-apendisitis/
______http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-apendisitis-usus-buntu/
http://nursingbegin.com/askep-apendisitis/http://nursingbegin.com/askep-apendisitis/http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-apendisitis-usus-buntu/http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-apendisitis-usus-buntu/http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-apendisitis-usus-buntu/http://nursingbegin.com/askep-apendisitis/7/22/2019 AKEP APENDISITIS
28/45
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
29/45
asuhan keperawatan apendisitis
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Appendiks merupakan suatu bagian sepertoi kantong yang non fungsional dan
terletak di bagian inferior seikum (smeltzer, 2002).
Berdasarkan data WHO tahun 2005 didapatkan bahwa jumlah penderita
apendiksitis berjumlah sekitar 50 %. Adapun jumlah penderita penyakit
apendiksitis pada tahun 2009 di Indonesia berjumlah sekitar 27% dari jumlah penduduk
Indonesia, di Kalimantan Timur berjumlah 26% dari jumlah penduduk di Kalimantan
Timur, di Samarinda berjumlah 25% dari jumlah penduduk Samarinda.
Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun
faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat
diketahui secara pasti. Di antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan
saluran (lumen) appendiks oleh timbunan tinja/feces yang keras (fekalit), hyperplasia
(pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh,
cancer primer dan striktur. Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering
ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyabab adalah faktor penyumbatan oleh
tinja/feces dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang
menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam
tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman
Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada
peradangan usus buntu.
Makan cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya sering kali tak tercerna
dalam tinja dan menyelinap kesaluran appendiks sebagai benda asin, Begitu pula
terjadinya pengerasan tinja/feces (konstipasi) dalam waktu lama sangat mungkin ada
bagiannya yang terselip masuk kesaluran appendiks yang pada akhirnya menjadi media
kuman/bakteri bersarang dan berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan
peradangan usus buntu tersebut.
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
30/45
Pembedahan segera dilakukan, untuk mencegah terjadinya ruptur (peca),
terbentuknya abses atau peradangan pada selaput rongga perut (peritonitis).
Pada hampir 15% pembedahan usus buntu, usus buntunya ditemukan normal. Tetapi
penundaan pembedahan sampai ditemukan penyebab nyeri perutnya, dapat berakibat
fatal. Usus buntu yang terinfeksi bisa pecah dalam waktu kurang dari 24 jam setelah
gejalanya timbul. Bahkan meskipun apendisitis bukan penyebabnya, usus buntu tetap
diangkat. Lalu dokter bedah akan memeriksa perut dan mencoba menentukan
penyebab nyeri yang sebenarnya. Pembedahan yang segera dilakukan bisa
mengurangi angka kematian pada apendisitis. Penderita dapat pulang dari rumah sakit
dalam waktu 2-3 hari dan penyembuhan biasanya cepat dan sempurna. Usus buntu
yang pecah, prognosisnya lebih serius. 50 tahun yang lalu, kasus yang ruptur sering
berakhir fatal. Dengan pemberian antibiotik, angka kematian mendekati
nol.(medicastore)
Dari fakta diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat asuhan keperawatan
pada klien dengan kasus apendiksitis.
1.2 Tujuan penulisan
1.2.1 Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan klien dengan apendiksitis
1.2.2 Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada dengan Appendiksitis.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat pada klien dengan Appendiksitis.
c. Menetapkan perencanaan keperawatan pada klien dengan Appendiksitis.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Appendiksitis.
e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan
Appendiksitis.
1.3 Manfaat penulisan
a. Bagi institusi
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
31/45
1. Menghasilkan lulusan DIII Keperawatan yang mampu menjalankan tugas dan kewajiban
sesuai dengan kompetensi dan moral yang berlaku
2. Menghasilkan lulusan DII Keperawatan yang mampu menjalankan asuhan keperawatan
dengan tanggungjawab sesuai ketentuan.
b. Bagi rumah sakit
Memberikan penanganan yang baik dan benar pada klien dengan apendiksitis.
c. Bagi masyarakat
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang bagaimana cara mengatasi
masalah appendiks
1.4 Sistematika penulisan
Penyusunan makalah ini terdiri dari 3 bab dengan urutan sebagai berikut :
Bab I : pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan dan
sistematika penulisan
Bab II : tinjauan pustaka terdiri dari konsep dasar apendiksitis dan konsep dasar asuhan
keperawatan apendiksitis.
Bab III : penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
32/45
BAB 2
Tinjuan Pustaka
A. Konsep Dasar Apendiksitis
1. Pengertian
Appendiks merupakan suatu bagian sepertoi kantong yang non fungsional dan
terletak di bagian inferior seikum (smeltzer, 2002).
Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus
ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tapi banyak kasus memerlukan laparatomi
dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi bila tidak di terawat, angka kematian
cukup tinggi, di karenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi
hancur (Anonim, Apendisitis,2007).
Apendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah
parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya
buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum. Usus buntu besarnya
sebesar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian
usus lainnya. Namun lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa
mengeluarkan lender (Anonim, apendisitis, 2007).
2. Anatomi dan fisiologi
Saluran pencernaan berfungsi sebagai penerima makanan dan mempersiapkan
untuk diasimilasi oleh tubuh . Saluran pencernaan terdiri atas: mulut, faring, oesofagus,
lambung, dan usus halus yang terdiri dari duedonum, yeyunum dan ileum, usus besar :
seikum, appendiks, colon desenden , colon tranversum, colon sigmoid, rectum, anus .
a. Anatomi Apendiks
Merupakan organ berbentuk tabing, kurang lebih 10 cm dan berpangkal diseikum
lumennya sempit dibagian proximal dan melebar dibagian distal apendiks dilapisi oleh
lapisan sub mukosa yang mengandung banyak jaringan limfe .
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
33/45
Apendiks diperdarahi oleh arteri apendikular . Pada posisinya yang normal apendiks
terletak pada dinding abdomen dibawah titik Mc Burney.
b. Fisiologi
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari lendir itu secara normal dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke seikum. Hambatan aliran lendir di muaraapendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis.
Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT ( Gut Associated Lymphoid
Tissue ) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks , ialah IgA
immunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun
pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan
limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh
tubuh.
3. Etiologia. Fekalit
b. Streptococcus
c. Cacing ascariasis
d. Hyperplasia jaringan limfe
e. Trauma daerah abdomen
f. Adanya fekalit dalam lumen appendiks karena penyumbatan feces, lumen melebar dan
mengadakan perangsangan terhadap pembuluh darah.
4. Tanda dan gejalaGejala klinis pada appendisitis adalah nyeri perut. Pada mulanya nyeri perut ini
hilang timbul seperti kolik dan terasa disekitar umbilicus, bila penderita platus atau BAB
rasa sakitnya akan berkurang, bila proses radang telah menjalar ke peritonium parietal
setempat, maka akan timbul nyeri local pada perut kanan bawah daerah Mc Burney bila
terjadi perforasi untuk sementara rasa sakit ynag hebat diseluruh perut. Anoreksi hampir
selalu terdapat dan muntah merupakan hal yang khas.
Biasanya terjadi konstipasi tetapi pada anak-anak dan pada penderita yang
appendiks dekat rectum sering terjadi diare. Gejala umum lainnya adalah demam mula-
mula demam tidak begitu tinggi tetapi menjadi hiperpireksi bila terjadi perforasi.
5. Patofisiologi
- Fekalit
- Streptococcus
- Cacing ascariasis
- Hyperplasia jaringan limfe
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
34/45
Peningkatan tekanan intra abdomen
Fekalit
Kurang terpaparnya informasi
Sumber informasi kurang
Tekanan pada area lambung
Merangsang nervus X (vagus)
Modula oblongata (trigerson)
Mual muntah
Merangsang RAS
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
35/45
Otak siaga
sadar
Obstruksi lumen appendiks
Bendungan mucus
Peningkatantekanan intra lumen
Aliran limfe terhambat
Edema diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa
Menstimulasi substansi B,P,L,H
Menstimulasi nosiseptor
Transmisi
Modulasi
Persepsi
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
36/45
Menekan syaraf motorik
Kelemahan fisik
Salah interpretasi informasi
Stress meningkat
Kurang support orang terdekat
Koping tidak efektif
Terputusnya kontuinitas jaringan
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
37/45
6. Klasifikasi
Appendisitis dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu :
a. Appendisitis akut : yaitu peradangan yang terjadi pada umbai cacing secara mendadak
dan meluas melalui peritoneum parietal sehingga timbul rasa sakit yang mendadak.
b. Appendisitis infiltrat peradangan umbai cacing yang melekat pada dinding perut.c. Appendisitis kronis peradangan appendiks yang terjadi secara menahun yang
merupakan kelanjutan appendiks infiltrat yang tidak mendapat pengobatan dan
perawatan intensif sehingga gejalanya menghilang dan suatu saat akan timbul lagi
gejala tersebut.
d. Appendisitis abses yaitu kelanjutan dari appendicitis kronis yang kurang perawatannya
dan kuman cukup ganas sehingga menimbulkan abses.
7.Komplikasi
Komplikasi apendiksitis adalah sepsis yang dapat berkembang menjadi : perforasi,abses, peritonitis. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah nyeri. Gejala nyeri
antara lain demam suhu 37,50C38,5
0C atau lebih tinggi, penampilan toksik,
meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah dengan tanda
peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi ileus, demam, malaise, dan lekositosis.
(Seymour, 2003).
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah rutin akan menunjukan lekostosis ringan dan hitung jenis
bergeser kekiri pada perforasi terjadi lekositosis yang lebih tinggi.Pemeriksaan urine penting untuk membedakan appendicitis dengan kelainan ginjal,
kadang-kadang ditemukan lekosit pada urine penderita appendicitis.
Pemeriksaan photo polos abdomen tidak menunjukan tanda pasti appendicitis tetapi
mempunyai arti penting dalam membedakan appendicitis dengan obstruksi usus halus
atau batu ureter kanan. Adanya fekolit merupakan hal ini sangat jarang ditemukan udara
dibawah diafragma menunjukan adanya perforaasi.
9.Penatalaksanaan
a. Appendisitis infiltrat. Ukuran kurang dari 5 cm : operasi
Ukuran lebih dari 5 cm : konservatif (terapi obat obatan )
b. Appendisitis akut :Appendektomi.
c. Appendisitis perforasi :appendektomi perlaparatomi.
Penatalaksanaan Appendektomi.
1) Tindakan pre operative
Penderita dirawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu badan
penderita. Bilas terlihat adanya gangguan keseimbangan cairan maka segera diberikan
cairan parenteral Nacl 0,9 % sesuai dengan keadaan hidrasi, berikan sedatifintramuskular. Daerah perut bawah dan pubis dibersihkan dan dicukur. Premedikasi
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
38/45
diberikan 30 menit sebelum rencana dioperasi dilakukan diberikan petidin, sulfas atropin
dan DBP.
2) Tindakan operatif Appendektomi.
3) Tindakan post operatif.
Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan didalam. Syokhyperemi dan gangguan pernapasan angkat sonde lambung bila penderita telah sadar
sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Kemudian baringkan penderita pada
posisi fowler penderita dapat dikatakan baik bila dalam 2 jam tidak terjadi gangguan dan
selama itu pasien puasa bila tindakan operasi besar yaitu perforasi atau peritonitis
umum maka puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal, kemudian
berikan minum mulai 15 ml/ jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya diberikan makanan saring dan berikutnya makanan lunak. Satu hari
pasca bedah penderita dianjuran untuk duduk tegak ditempat selama 2 x 30 menit. Hari
kedua pasca bedah dapat berdiri dan duduk diluar kamar hari ketujuh pasca bedah lukaoperasi dapat di angka dan penderita boleh pulang.
Merawat luka post appendektomi dengan tehnik aseptik dan anti septic untuk
mencegah terjadinya infeksi.
10. PrognosisApendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi prognosisnya baik. Kematian dapat
terjadi pada beberapa kasus. Setelah operasi masih dapat terjadi infeksi pada 30%kasus apendiks perforasi atau apendiks gangrenosa
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan merupakan kerangka kerja perawat saat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien. Proses keperawatan merupakan pendekatan kerja yang
sistematis terorganisasi, fleksibel dan berkelanjutan. Tahap tahap dalam proses
keperawatan saling ketergantungan satu dengan lainnya dan bersifat dinamis dan
disusun secara sisematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap yang satu
ketahap yang lain.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data baik subyek
maupun obyek, adapun tujuan pengkajian adalah memberikan gambaran yang terus
menerus mengenai kesehatan pasien.
Pada tahap pengkajian ini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan antara lain :
a. Mengumpulkan tentang data pasien
Data dasar adalah data yang menyangkut semua aspek dari pasien yang terdiri dari
data data biografi, keluhan utama, riwayat sebelum sakit, riwayat penyakit sekarang,
riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan lingkungan keadaan psiksosisal dan
aspek spiritual biasanya data dasar ini diperoleh pada saat pertama kali perawat kontak
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
39/45
dengan pasien. Sedangkan data yang difokuskan kepada pasien masalah kesehatan
pada saat itu adalah:
Aktivitas / istirahat dengan gejala malaise.
Sirkulasi darah memperlihatkan tanda takikardi.
3) Eliminasi dengan gejala konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang) sertatanda distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan/tidak ada bising
usus.
4) Integritas ego dengan gejala perasan cemas, takut marah, apatis, faktor-faktor stress
multiple , misalnya finansial, hubungan gaya hidup , disertai dengan tanda tidak dapat
beristirahat, peningkatan ketegangan peka rangsang, stimulai simpatis.
5) Makanan / cairan anoreksia , mual/muntah.
6) Nyeri / kenyamanan dengan gejala nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus
yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc Burney ( setengah jarak antara
umbilicus dengan tulang ileum kanan ) meningkat karena berjalan, bersin, batuk, ataunapas dalam ( nyeri tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada appendisitis ). Kalau
berbagai rasa nyeri / gejala tak jelas ( sehubungan dengan lokasi appendiks, contoh
retrosekal atau sebelah ureter ) dengan perilaku berhati-hati berbaring kesamping atau
terlentang dengan lutut ditekuk meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena
posisi ekstensi kaki kanan/ posisi duduk tegak, nyeri lepas pada sisi kiri di duga
inflamasi peritoneal.
7) Keamanan tandanya demam biasanya rendah. Pernafasan tandanya takipnea,
pernapasan dangkal.
8) Penyuluhan atau pembelajaran riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeriabdomen contoh pielitis acut batu uretra, salpingitis acut,ileitis regional.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan didapat setelah data-data yang terkumpul dianalisa,
diagnosa keperawatan pada dasarnya adalah kesimpulan dari masalah kesehatan yang
dialami klien. Diagnosa keperawatan merupakan uraian atau penafsiran tentang
masalah kesehatan dimana perawat dapat menanganinya dalam bentuk tindakan
kepeawatan yang ditujukan untuk mencegah, mengatasi atau mengurangi masalah
tersebut.
Diagnosa keperawatan menurut NANDA, 2012-2014 yang mungkin muncul padaklien dengan appendiksitis adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan nyeri
c. defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
d. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik ( nyeri )
diagnose yang muncul dengan ksus appendiks menurut rumusan diagnose NANDA antara
lain :
a. Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
40/45
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual,muntah.
b. Post operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera.
2. Resiko kehilangan volume cairan berhubunmgan dengan asupan cairan yang tidakadekuat.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
4. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
4. Perencanaan keperawatanPre Operasi
No Diagnosa Tujuan dan criteria hasil Intervensi
1.
2.
Nyeri akut
Nutrisi,
ketidakseimbangan
: kurang darikebutuhan tubuh
Klien akan dapat
melaporkan nyeriberkurang dalam waktu 3
jam dengan criteria hasil
:
Klien mengeluh nyeri
jarang
Skala nyeri 4
Rileks
Selera makan normal
Tidak ada bukti nyeri
yang diamati
Dapat melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
Klien akan dapat
melaporkan asupan
makanan dan cairan
adekuat dengan criteria
hasil :
Berat badan meningkat 1kg
Minta klien untuk menilai
nyeri atau ketidaknyamananpada skala 010
Gunakan bagan alir nyeri
untuk memantau peredaan
nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek
sampingnya.
Kaji dampak agama, budaya,
kepercayaan, dan lingkungan
terhadap nyeri dan respon
klien
Dalam mengkaji nyeri klien,
gunakan kata-kata yang sesuai
dengan usia dan tingkat
perkembangan pasien.
Informasikan kepada pasien
tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang
disarankan.
Pemberian analgesic :
menggunakan agen-agenfarmakologi untuk mengurangi
atau menghilangkan nyeri
Identifikasi factor pencetus
mual dan muntah
Catat warna, jumlah, dan
frekuensi muntah
Instruksikan pasien agar
menarik napas dalam perlahan
dan menelan secara sadar
untuk mengurangi mual danmuntah
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
41/45
Komponen gizi adekuat
Menoleransi diet-diet
yang dianjurkan
Tawarkan hygiene mulut
sebelum makan
Berikan obat anti emetic dan /
analgesic sebelum makan atau
sesuai dengan jadwal yang
dianjurkan
Post Operasi
No. Diagnose
keperawatan
Tujuan dan criteria hasil intervensi
1.
2
Nyeri akut
Mobilitas fisik,
hambatan
Klien akan dapat melaporkan
nyeri berkurang dalam waktu 3
jam dengan criteria hasil :
Klien mengeluh nyeri jarang
Skala nyeri 4
Rileks
Selera makan normal
Tidak ada bukti nyeri yang
diamati
Dapat melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
Klien akan dapat melaporkan
tidak mengalami gangguan
dalam waktu 2 x 24 jam
dengan criteria hasil :
Tidak mengalami gangguan
sendi dan ototBisa berjalan
Minta klien untuk menilai nyeri
atau ketidaknyamanan pada skala 0
10
Gunakan bagan alir nyeri untuk
memantau peredaan nyeri oleh
analgesic dan kemungkinan efek
sampingnya.
Kaji dampak agama, budaya,
kepercayaan, dan lingkungan
terhadap nyeri dan respon klien
. Dalam mengkaji nyeri klien,
gunakan kata-kata yang sesuaidengan usia dan tingkat
perkembangan pasien.
. Informasikan kepada pasien tentang
prosedur yang dapat meningkatkan
nyeri dan tawarkan strategi koping
yang disarankan.
. Pemberian analgesic : menggunakan
agen-agen farmakologi untuk
mengurangi atau menghilangkan
nyeri
Kaji kebutuhan terhadap bantuan
pelayanan kesehatan di rumah dan
kebutuhan terhadap peralatan
pengobatan yang tahan lama
Ajarkan klien tentang dan pantau
penggunaan alat bantu mobilitas (
misalnya tongkat, walker, kruk atau
kursi roda )
Ajarkan dan bantu pasien dan
proses berpindah ( misalnya dari
tempat tidur ke kursi )Rujuk ke ahli terapi fisik untuk
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
42/45
3. Defisiensi
pengutahuan
Bisa bergerak dengan mudah
Klien akan dapat melaporkan
deskripsi rasional untuk
apendiks dalam waktu 2 jam
dengan criteria hasil :
Klien dan keluarga dapat
mengidentifikasikan
kebutuhan informasi tambahan
tentang program terapi
Memperlihatkan kemampuan
menjelaskan kembali materi
yang telah disampaikan
Klien akan dapat melaporkan
kualitas tidur tidak terganggu
dalam waktu 1 x 24 jam
dengan criteria hasil :Jumlah jam tidur setidaknya 5
program latihan
Berikan penguatan positif selama
aktifitas
Bantu pasien untuk menggunakan
alas kaki anti selip yang mendukung
untuk berjalan
Periksa keakuratan umpan balik
untuk memastikan bahwa pasien
memahami program terapi dan
informasi lainnya yang relevan
Penyuluhan individual : tentukan
kebutuhan belajar pasien, lakukan
penilaian terhadap tingkat
pengetahuan pasien saat ini dan
pemahaman terhadap materi
Kaji daya belajar pasienBeri penyuluhan sesuai dengan
tingkat pemahaman pasien, ulangi
informasi bila diperlukan
Gunakan berbagai pendekatan
penyuluhan, redemonstrasi, dan
berkaitan umpan balik secara verbal
dan tertulis
Beri informasi tentang sumber-
sumber komunitas yang dapat
menolong pasien dalam
mempertahankan program terapi
Tentukan efek samping pengobatan
terhadap pola tidur pasien
Pantau pola tidur pasien dan catat
hubungan factor-faktor fisik (
misalnya : nyeri/ketidaknyamanan
dan berkemih )
Anjurkan klien untuk membatasi
asupan cairan di sore hari untuk
menurunkan kemungkinanterbangun di malm hari karena ingin
berkemih
Bantu klien untuk memilih aktifitas
fisik dan social di siang hari yang
sesuai dengan kemampuan
fungsionalnya ( misalnya berjalan )
Gunakan lampu malam hari untuk
keamanan pasien
Pertimbangkan menggunakan
pispot di samping tempat tidur
untuk digunakan di malam harimeskipun tidak digunakan di siang
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
43/45
4. Insomnia
jam/24 jam
Perasaan segar setelah tidur
Terbangun di waktu yang
sesuai
hari
5. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien post operasi appendicitis mengacu
pada rencana keperawatan yang sesuai dengan teori Doenges , ME meliputi :
mempertahankan istirahat, mendorong ambulasi dini, memberikan intake cairan
adekuat, mempertahankan keseimbangan cairan, memberikan informasi tentang
prosedur pembedahan/prognosis, kebutuhan pengobatan dan potensial komplikasi,
memberikan dukungan dan support, melakukan pencucian tangan yang baik,
melakukan perawatan luka secara aseptic dan antiseptik.
Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan tindakan
keperawatan yang telah direncanakan dan dianjurkan dengan pendokumentasian
semua tindakan yang telah dilakukan.
5. Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan
yang diberikan. Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir dari keseluruhan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Hasil akhir yang diharapkan dari perawatan
pasien post operasi appendisitis adalah komplikasi dapat dicegah / minimal, nyeri
terkontrol , prosedur bedah/prognosis, program terapi dapat dipahami, kecemasan pada
pasien / keluarga dapat berkurang /teratasi, tidak terjadi inekfsi/keseimbangan cairan
dan elektrolit dapat dipertahankan
Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus menerus
untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan disebut juga evaluasi tujuan jangka pendek.
Dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus pada akhir semua
tindakan yang dilakukan sekaligus disebut juga mengevaluasi tujuan jangka panjang
BAB 3Penutup
3.1 Kesimpulan
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
44/45
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik
laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai
30 tahun (Mansjoer, 2000).
Pengkajian pada klien dengan apendiksitis diantaranya adalah sebagaiberikutAktivitas / istirahat dengan gejala malaise, Sirkulasi darah memperlihatkan tanda
takikardi, Eliminasi dengan gejala konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang)
serta tanda distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan/tidak ada
bising usus, Integritas ego dengan gejala perasan cemas, takut marah, apatis, faktor-
faktor stress multiple , misalnya finansial, hubungan gaya hidup , disertai dengan tanda
tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan peka rangsang, stimulai
simpatis,Makanan / cairan anoreksia , mual/muntah.
Terdapat 4 diagnosa keperawatan pada klien dengan apendiksitis diantaranya
adalah sebagai berikut : . Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis,mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan nyeri, defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, Insomnia berhubungan dengan
ketidaknyamanan fisik ( nyeri ).
Perencanaan dibuat sesuai dengan diagnose yang telah ditentukan yang
berdasarkan nic dan noc
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien post operasi appendicitis
mengacu pada rencana keperawatan yang sesuai dengan teori Doenges , ME meliputi :
mempertahankan istirahat, mendorong ambulasi dini, memberikan intake cairan
adekuat, mempertahankan keseimbangan cairan, memberikan informasi tentangprosedur pembedahan/prognosis, kebutuhan pengobatan dan potensial komplikasi,
memberikan dukungan dan support, melakukan pencucian tangan yang baik,
melakukan perawatan luka secara aseptic dan antiseptik.
Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan
tindakan keperawatan yang telah direncanakan dan dianjurkan dengan
pendokumentasian semua tindakan yang telah dilakukan.
Evaluasi merupakan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi asuhan
keperawatan adalah tahap akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Hasil akhir yang diharapkan dari perawatan pasien post operasi appendisitisadalah komplikasi dapat dicegah / minimal, nyeri terkontrol , prosedur bedah/prognosis,
program terapi dapat dipahami, kecemasan pada pasien / keluarga dapat berkurang
/teratasi, tidak terjadi inekfsi/keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan
3.2 Saran saran1. Penulisan makalah ini dapat menjadi acuan dalam meningkatkan IPTEK Khususnya
dalam dalam bidang keperawatan.
7/22/2019 AKEP APENDISITIS
45/45
2. Diharapkan petugas pelayanan kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan
sebaikbaiknya kepada klien dan dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai
dengan Standar Asuhan Keperawatan.
3. Diharapkan klien maupun keluarga dapat menerapkan Asuhan keperawatan yang telah
diberikan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup lebih sehat dan lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Wikinson, Judith M, 2012, Buku saku Diagnosa Keperawatan edisi
9, EGC, Jakarta
Linda Juan, 2000, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta
.Doenges, Marlynn, E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi
III, EGC, Jakarta.
Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3.Jakarta: EGC
www. harnawatiarjwordpress.com diakses tanggal 15 November2012
Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.Jakarta : EGC.