38
AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP STATUS ANAK YANG MEMILIKI KEWARGANEGARAAN GANDA PASCA LAHIRNYA UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN JURNAL Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Dan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara OLEH : NAZLI PRATIWI DALIMUNTHE 150200057 DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM KEPERDATAAN BW FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP STATUS

ANAK YANG MEMILIKI KEWARGANEGARAAN GANDA PASCA

LAHIRNYA UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG

KEWARGANEGARAAN

JURNAL

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir Dan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH :

NAZLI PRATIWI DALIMUNTHE

150200057

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM KEPERDATAAN BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Page 2: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …
Page 3: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

C U R R I C U L U M V I T A E

Nama : Nazli Pratiwi Dalimunthe

Tempat, Tgl Lahir : Perbaungan, 13 Mei 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Kawin

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jl. Kabupaten No. 59 A, Perbaungan.

Telephone : +6281360609730

Email : [email protected]

PENDIDIKAN

FORMAL :

2003 – 2009 SDN NEGERI 101931 PERBAUNGAN

2009 – 2012 SMP SWASTA SETIA BUDI ABADI

PERBAUNGAN

2012 – 2015 SMA SWASTA SETIA BUDI ABADI

PERBAUNGAN

2015 – 2019 ILMU HUKUM UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

NON FORMAL :

2012 – 2013 KADERISASI PELAJAR ANTI NARKOBA

Page 4: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

BNNK SERDANG BEDAGAI ANGKATAN 1

2013 – 2014 LES KOMPUTER DI SMA SETIA BUDI

ABADI PERBAUNGAN

2015 SIDANG BTM ALADDINSYAH,SH

2016 SIDIK BTM ALADDDINSYAH,SH

2016 MAPERCA HMI KOMISARIAT FH USU

2016 LATIHAN KADER 1 ( LK 1 ) HMI

CABANG MEDAN

KEMAMPUAN

MICROSOFT OFFICE WORD, EXEL, POWER POINT.

Bahasa Indonesia (Aktif), Bahasa Inggris (Aktif)

PENGALAMAN ORGANISASI

2013 – 2014 OSIS SMA SETIA BUDI ABADI SEBAGAI

BENDAHARA UMUM

2015 – 2017 BTM ALADDINSYAH, SH SEBAGAI

ANGGOTA DPD

2015 – 2019 GAMADIKSI USU SEBAGAI ANGGOTA

GAMADIKSI USU

2016 − 2017 HMI FH USU SEBAGAI WAKIL BENDAHARA

UMUM KOHATI

2016 – 2017 MERPATI PUTIH FH USU SEBAGAI

ANGGOTA MP

DAFTAR PRESTASI

2012 – 2015 BEASISWA PENDIDIKAN SMA SETIA BUDI

ABADI

2012 – 2013 PESERTA OSN TINGKAT KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

2015 – 2019 PENERIMA BEASISWA BIDIKMISI

2015 – 2016 PESERTA TERBAIK MAPERCA FH USU

2018 JUARA 2 MAHASISWA BERPRESTASI

HUKUM USU

Page 5: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

i

ABSTRAK

Nazli Pratiwi Dalimunthe*

Tan Kamelo**

Rosnidar Sembiring ***

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh kemajuan zaman yang ditandai arus

globalisasi yang membuat semakin mudah terjadinya perkawinan campuran, hal ini salah

satunya membawa dampak terhadap status kewarganegaraan si anak. Berdasarkan hal

tersebut yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah mengenai pengaturan

hukum terkait perkawinan campuran di Indonesia, status anak hasil perkawinan campuran

dan akibat hukum perkawinan campuran terhadap anak yang memiliki kewarganegaraan

ganda pasca lahirnya UU No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum

normatif. Penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara

menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih

dikenal dengan nama bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang

hukum. Penelitian hukum ini didasarkan fakta yuridis yang berlaku di dalam masyarakat,

relevan bagi kehidupan hukum dan berdasarkan pengetahuan dari sumber data sekunder

yang sebelumnya telah diteliti oleh penulis lainnya. Sifat dari penelitian ini adalah

deskriptif analitis dan eksplanatif yaitu memaparkan dan menjelaskan akibat hukum

perkawinan campuran terhadap status anak yang memiliki kewarganegaraan ganda pasca

lahirnya UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, serta menemukan kaidah-

kaidah hukum yang mengatur mengenai akibat hukum perkawinan campuran terhadap

status anak yang memiliki kewarganegaraan ganda pasca lahirnya UU No. 12 Tahun 2006

tentang Kewarganegaraan.

Pembahasan dalam skripsi ini yaitu membahas perkawinan campuran yang terjadi

karena perbedaan kewarganegaraan, sehingga berdampak pada status si anak yang

memiliki kewarganegaraan ganda, hal ini tentu membawa implikasi dalam hukum perdata

internasional yaitu mengenai status personal anak tersebut tunduk pada hukum dari

negara mana. Dalam hukum perdata internasional yang berlaku di Indonesia,

kewarganegaraan seseorang menentukan hukum yang berlaku baginya di bidang status

personal sesuai Pasal 16 AB. Terhadap anak-anak berkewarganegaraan ganda, dengan

memiliki paspor sebagai WNI belum cukup diterapkan hukum Indonesia terhadap status

personalnya, bila anak tersebut tidak berdomisili dalam arti mempunyai habitual

residence di Indonesia. Kesimpulan pokok yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini

adalah bahwa dengan diundangkannya Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan, Republik Indonesia yang memberlakukan kewarganegaraan ganda

terbatas bagi anak-anak hasil perkawinan campuran. Berdampak dalam Hukum Perdata

Internasional dimana mereka tunduk pada dua yurisdiksi dari dua Negara yang berbeda.

Adapun yang menjadi saran dari skripsi ini adalah diperlukan adanya harmonisasi dan

integrasi yang jelas terhadap pengaturan hukum terkait perkawinan campuran, sehingga

Pemerintah harus aktif berdiskusi dengan akademisi terkait pembuatan aturan hukum

yang lebih khusus/spesialis, yang mengatur perkawinan campuran menjadi suatu produk

perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum pasangan perkawinan campuran.

Kata Kunci : Perkawinan Campuran, Anak, Kewarganegaraan Ganda

*) Nama Penulis

**) Dosen Pembimbing I

***) Dosen Pembimbing II

Page 6: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

ii

ABSTRACT

Nazli Pratiwi Dalimunthe *

Tan Kamelo **

Rosnidar Sembiring ***

The writing of this thesis is motivated by the progress of the era marked by

globalization which makes it easier for mixed marriages to occur, one of which

has an impact on the child's citizenship status. Based on this matter the problem

in this thesis is regarding legal arrangements related to mixed marriages in

Indonesia, the status of children resulting from mixed marriages and the result of

mixed marital law for children who have dual citizenship after the birth of Law

No. 12 of 2006 concerning Citizenship.

The research method used in this study is normative legal research.

Normative legal research is research carried out by analyzing written law from

library materials or mere secondary data better known as reference materials in

the field of law or legal reference material. This legal research is based on

juridical facts that apply in society, relevant to legal life and based on knowledge

from secondary data sources that have previously been examined by other

authors. The nature of this research is analytical descriptive and explanatory,

namely describing and explaining the consequences of mixed marriage law on the

status of children who have dual citizenship after the birth of Law No. 12 of 2006

concerning Citizenship, as well as finding legal rules governing the consequences

of mixed marriage law on the status of children who have dual citizenship after

the birth of Law No. 12 of 2006 concerning Citizenship.

The discussion in this paper is to discuss mixed marriages that occur due

to differences in citizenship, so that it affects the status of the child who has dual

citizenship, this certainly has implications in international civil law, namely the

personal status of the child is subject to the law of which country. In international

civil law applicable in Indonesia, a person's nationality determines the law that

applies to him in the field of personal status according to Article 16 AB. For

children of dual nationality, having a passport as an Indonesian citizen has not

been sufficiently applied Indonesian law on his personal status, if the child does

not live in the sense of having habitual residence in Indonesia. The main

conclusion that can be taken from the writing of this thesis is that with the

enactment of Law No. 12 of 2006 concerning Citizenship, the Republic of

Indonesia which imposes limited dual citizenship for children of mixed marriages.

Impact in Private International Law where they are subject to two jurisdictions

from two different States. As for the suggestion of this thesis is the need for clear

harmonization and integration of legal arrangements related to mixed marriages,

so that the Government must actively discuss with academics related to the

making of more specific legal regulations / specialists, which regulate mixed

marriages into legislative products guarantee the legal certainty of mixed

marriages.

Keywords: Mixed Marriage, Children, Dual Citizenship

*) Writer's name

**) Supervisor I

***) Supervisor II

Page 7: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi di bidang informasi, ekonomi, pendidikan, dan

transportasi akan mempermudah seseorang di belahan dunia manapun untuk

berhubungan dengan orang lain tanpa adanya jarak yang membatasi. Kemajuan

teknologi ini disertai dengan adanya peningkatan mobilisasi orang Indonesia ke

luar negeri ataupun orang asing yang datang ke Indonesia. Berkomunikasi

menjadi lebih mudah, adanya jalur perkenalan melalui internet (facebook,

friendster, twitter, yahoomessenger, chatting), berkenalan saat berlibur, teman

sekolah ataupun kuliah, pertukaran pelajar, rekan bisnis ataupun sahabat pena1.

Keterbukaan Indonesia dalam aktifitas dan pergaulan internasional

membawa dampak tertentu pada hubungan manusia dalam bidang kekeluargaan,

khususnya perkawinan. Selain itu, manusia mempunyai rasa cinta yang universal,

tidak mengenal perbedaan warna kulit, agama, golongan maupun bangsa,

sehingga bukanlah hal yang mustahil bila terjadi perkawinan antar manusia yang

mempunyai kewarganegaraan yang berbeda yaitu antara warga negara Indonesia

(WNI) dengan warga negara asing (WNA). Perkawinan ini di Indonesia dikenal

dengan istilah perkawinan campuran.

Produk perundang-undangan di Indonesia mengatur mengenai perkawinan

campuran, sebagaimana tercantum dalam Pasal 57 UUP :

“Yang dimaksud dengan perkawinan campuran dalam Undang-undang ini

ialah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum

1Nuning Hallet, Mencermati Isi Rancangan UU Kewarganegaraan, http://www.mixedcouple.com,

diakses pada 16 Januari 2019.

Page 8: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

2

yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak

berkewarganegaraan Asing dan salah satu pihak berkewarganegaraan

Indonesia”2.

Perkawinan campuran telah merambah seluruh pelosok tanah air dan kelas

masyarakat. Globalisasi informasi, ekonomi, pendidikan dan transportasi telah

menggugurkan stigma bahwa kawin campur adalah perkawinan antara ekspatriat

kaya dan orang Indonesia3.

UU No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI selanjutnya disebut

sebagai UUK, menganut asas persamaan derajat atau persamaan hak. Kedudukan

istri sejajar dengan kedudukan suami sehingga istri mempunyai hak yang sama

dengan suami untuk menentukan kewarganegaraannya mengikuti suami atau tetap

mempertahankan kewarganegaraan asalnya. Adanya perkawinan campuran tidak

merubah status kewarganegaraan masing-masing pihak pelaku perkawinan

campuran, suami maupun istri tetap pada kewarganegaraan asalnya. Namun jika

istri memutuskan untuk mengikuti suaminya, hal tersebut dikarenakan atas dasar

keinginannya sendiri bukan karena tekanan maupun paksaan. Sehingga dalam hal

ini perempuan Indonesia lebih dilindungi hak-haknya karena dapat menentukan

pilihannya sendiri tanpa ada tekanan dari pihak manapun.4

Berdasarkan prinsip-prinsip kesederajatan yang diatur dalam Pasal 47 UU

No.39 Tahun 1999 tentang Hak-Hak Asasi Manusia selanjutnya disebut sebagai

UU HAM yang berbunyi :

2Pasal 57 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 3Nuning Hallet, Mencermati Isi Rancangan UU Kewarganegaraan, http://www.mixedcouple.com,

diakses pada 16 Januari 2019. 4Pan Mohammad /Faiz, Status Hukum Anak Hasil Perkawinan Campuran,Http://www.Legalitas.Org-

Status-Hukum-Anak-Hasil-Perkawinan-Campuran,diakses pada 16 Januari 2019.

Page 9: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

3

“Seorang wanita yang menikah dengan seorang pria berkewarganegaraan

asing tidak secara otomatis mengikuti status kewarganegaraan suaminya

tetapi mempunyai hak untuk mempertahankan, mengganti, atau memperoleh

kembali status kewarganegaraannya”5.

Berdasarkan UUK perlindungan hukum terhadap anak hasil perkawinan

campuran ini dibuktikan dengan adanya pemberian status kewarganegaraan ganda

terbatas kepada anak hasil perkawinan campuran sampai dengan batas usia 18

tahun atau sudah kawin6.

Terbatas diartikan karena status kewarganegaraan ganda ini hanya

diperuntukan bagi anak-anak subjek kewarganegaraan ganda terbatas saja, tidak

berlaku bagi seluruh WNI7. Setelah sampai batas usia 18 tahun anak diberikan

kewajiban untuk menentukan status kewarganegaraan sesuai pilihannya mengikuti

ayahnya atau ibunya8 .

Status kewarganegaraan ganda yang dianut dalam UUK untuk mengatasi

permasalahan yang timbul dalam perkawinan campuran, maupun setelah putusnya

perkawinan campuran, dimana terdapat perbedaan kewarganegaraan antara

orangtua dan anak-anak hasil perkawinan itu. Seiring dengan melekatnya

kewarganegaraan ganda terbatas pada anak hasil perkawinan campuran, maka

anak tersebut tunduk pada dua yurisdiksi dari dua negara yang terkait

kewarganegaraan dari kedua orangtuanya, sehingga menimbulkan permasalahan

hukum di bidang Hukum Perdata Internasional, yaitu hukum dari negara mana

yang berlaku atas status personalnya. Suatu contoh yang dapat dikemukakan

5Pasal 47 UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak-Hak Asasi Manusia

6Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf i UU No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI 7J.G.Starke, An Introduction to International law, London, Tenth Edition:Butterworth & Co.Ltd,

2002, hlm. 188-189. 8Pasal 6 ayat (1) UU No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI

Page 10: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

4

disini misalnya di Indonesia, perkawinan baru dapat dilangsungkan apabila pihak

wanita telah mencapai umur 16 tahun sesuai yang diatur dalam UUP. Seandainya

anak tersebut mempunyai kewarganegaraan ganda, maka syarat-syarat

perkawinan anak tersebut tunduk pada hukum dari negara mana, apakah hukum

Negara Indonesia atau asing9.

Berdasarkan uraian di atas, dianggap penting untuk dilakukan penulisan

skripsi tentang “Akibat Hukum Perkawinan Campuran Terhadap Status

Anak Yang Memiliki Kewarganegaraan Ganda Pasca Lahirnya UU No. 12

Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan.”

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini

terkait dengan judul di atas adalah:

1. Bagaimana pengaturan hukum terkait perkawinan campuran di Indonesia?

2. Bagaimana status anak hasil perkawinan campuran berdasarkan UU No. 12

Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan?

3. Bagaimana akibat hukum perkawinan campuran terhadap anak yang

memiliki kewarganegaraan ganda pasca lahirnya UU No. 12 Tahun 2006

tentang Kewarganegaraan?

9Pasal 7 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Page 11: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

5

C. Metode Penelitian

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini, agar tulisan lebih terarah dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian yang digunakan

adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum

normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menganalisa hukum yang

tertulis dari bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan

nama bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.10

Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang bertujuan untuk

memperoleh pengetahuan normatif tentang hubungan antara peraturan dengan

peraturan lain dan penerapan dalam prakteknya.11

Penelitian hukum ini didasarkan

fakta yuridis yang berlaku di dalam masyarakat, relevan bagi kehidupan hukum

dan berdasarkan pengetahuan dari sumber data sekunder yang sebelumnya telah

diteliti oleh penulis lainnya.12

Data sekunder ini mencakup dokumen-dokumen

resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian dan

seterusnya.13

Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analitis dan eksplanatif yaitu

memaparkan dan menjelaskan akibat hukum perkawinan campuran terhadap

status anak yang memiliki kewarganegaraan ganda pasca lahirnya UU No. 12

Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, serta menemukan kaidah-kaidah hukum

10Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat,

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 3. 11Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Jakarta : PT.Citra Aditya Bakti, 2004,

hlm. 52. 12H.Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm. 18-19. 13Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 2014), hlm. 12.

Page 12: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

6

yang mengatur mengenai akibat hukum perkawinan campuran terhadap status

anak yang memiliki kewarganegaraan ganda pasca lahirnya UU No. 12 Tahun

2006 tentang Kewarganegaraan.

2. Sumber Data

Adapun dalam penelitian yuridis normatif ini, data yang dikumpulkan

dilakukan dengan studi kepustakaan atau library research. Bahan pustaka

merupakan bahan dasar dari penelitian yang diberi nama data sekunder. Data

sekunder terdiri dari bahan hukum primer,bahan hukum sekunder,dan bahan

hukum tersier.

a. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-

catatan resmi atau risalah dalam pembuatan peraturan perundang-undangan

dan putusan-putusan hakim14

. Bahan hukum primer merupakan bahan

hukum mengikat dan dalam skripsi ini terdapat bahan-bahan hukum primer

seperti KUHPerdata, UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan,

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Kompilasi Hukum Islam, Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

b. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan atas

bahan hukum primer. Dalam penulisan skripsi ini, bahan hukum sekunder

yang dipakai yaitu berupa studi dokumen dengan cara mengumpulkan bahan

hukum dan mempelajari berkas-berkas seperti buku-buku ilmiah, bahan

seminar, internet, ataupun jurnal hukum yang membahas tentang

14Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009, hal

140.

Page 13: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

7

perkawinan campuran dan lain-lain yang ada kaitannya dengan skripsi ini

sebagai bahan acuan dalam pembahasan skripsi ini. Dalam hal ini digunakan

metode library research (penelitian pustaka) yaitu dengan mengadakan

penelitian terhadap data-data yang diperoleh dari yurisprudensi, buku-buku

ilmiah yang telah disebutkan sebelumnya.

c. Bahan Hukum Tersier yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun

penjelasan tehadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya kamus-

kamus (hukum) dan sebagainya.15

3. Teknik dan alat pengumpulan data

a. Teknik pengumpulan data ini adalah :

1. Library Research, yaitu teknik pengumpulan data dan informasi dari

kepustakaan. Sumber-sumber bahan kepustakaan tersebut dapat diperoleh

dari buku, jurnal, makalah, skripsi, tesis, disertasi, hasil penelitian dan

sumber pustaka lainnya.

2. Field research, yaitu didukung teknik pengumpulan data dan informasi

melalui studi. Studi lapangan dalam penelitian ini adalah wawancara

langsung kepada narasumber, yaitu : Kepala Sub Bagian Penyusunan

Program Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan.

b. Alat pengumpulan data, yaitu:

1. Studi dokumen, yaitu suatu alat pengumpulan data yang dilakukan

melalui data tertulis atau berbentuk dokumen baik berupa laporan, profil,

dan dokumen-dokumen lainnya yang mendukung untuk penelitian ini.

15Bambang Sunggono, Op Cit, hlm. 117.

Page 14: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

8

2. Pedoman wawancara, yaitu suatu alat pengumpulan data yang merupakan

proses dari komunikasi yang telah ditentukan dan dengan tujuan yang

telah dirancang untuk merubah perilaku dan biasanya melibatkan

pertanyaan dan jawaban dari pertanyaan. Adapun pada penelitian, maka

wawancara dapat diartikan sebagai suatu alat pengumpulan data yang

diperoleh melalui tatap muka melakukan pembicaraan dimana salah satu

orang mengembangkan informasi dari orang lain.

c. Analisis Data

Tahap berikutnya yang harus dilakukan adalah analisis data. Pada tahap ini data

yang dikumpulkan akan dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Analisis

bahan hukum menggunakan teknik content analysis yakni suatu teknik analisis

mengenai akibat hukum perkawinan campuran terhadap status anak yang

memiliki kewarganegaraan ganda pasca lahirnya UU No. 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan. Kemudian memaparkan dan menjelaskan norma-norma hukum

mengenai akibat hukum perkawinan campuran terhadap status anak yang

memiliki kewarganegaraan ganda pasca lahirnya UU No. 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan berdasarkan KUHPerdata, Undang-Undang Nomor 1 Tahun

1974, Kompilasi Hukum Islam, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975

tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, serta Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan untuk

mengkaji akibat hukum perkawinan campuran terhadap status anak yang memiliki

kewarganegaraan ganda pasca lahirnya UU No. 12 Tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan.

Page 15: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

9

BAB II

ISI

I. PERKAWINAN CAMPURAN

A. Pengertian Perkawinan Campuran

Perkawinan campuran terdiri dari dua kata yaitu perkawinan dan campuran,

perkawinan secara bahasa yaitu menghimpun atau mengumpulkan.16

Campuran

menurut bahasa adalah sesuatu yang tercampur, gabungan atau kombinasi,

peranakan ( bukan keturunan asli ).17

Menurut istilah perkawinan campuran yaitu sebagaimana yang disebutkan

dalam Pasal 57 UUP, perkawinan campuran ialah:

“Perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang

berlainan karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak

berkewarganegaraan Indonesia”.18

B. Dasar Hukum Perkawinan Campuran

Bangsa Indonesia telah memiliki undang-undang nasional yang berlaku bagi

seluruh warga negara republik Indonesia, yaitu UUP.19

Pada Pasal 66 UUP

dijelaskan bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan dengan

berlakunya UUP, maka ketentuan yang diatur dalam KUHPerdata, Ordonansi

Perkawinan Indonesia Kristen, Peraturan Perkawinan Campuran dan peraturan-

16Dahlan Abdul Azis, Esiklopedi Hukum Islam.., hlm. 1329. 17Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramediaa Pustaka Utama, 2011, hlm.

239 18Pasal 57 UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 19A. Hamid Sarong, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia,Banda Aceh : Pena, 2005, hlm. 28-29.

Page 16: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

10

peraturan lain yang mengatur tentang Perkawinan sejauh telah perkawinan diatur

dalam UU ini, dinyatakan tidak berlaku lagi.20

Hukum Perkawinan yang berlaku bagi tiap-tiap agama antara satu sama lain

ada perbedaan , akan tetapi tidak saling bertentangan. Adapun di Indonesia telah

ada hukum perkawinan yang secara otentik diatur didalam UUP. Adapun

penjelasan atas Undang-undang tersebut dimuat di dalam Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3019 yang di dalam bagian penjelasan umum

diuraikan beberapa masalah mendasar.21

C. Syarat Perkawinan Campuran

Adapun syarat-syarat yang diatur di dalam Pasal 6 UUP sebagai berikut:22

1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai

2. Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun

harus medapat izin dari kedua orang tua.

3. Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam

keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat (2)

pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang

mampu menyatakan kehendaknya.

4. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak

mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari wali, orang yang

memelihara atau keluarga yang mempuyai hubungan darah dalam garis keturunan

lurus keatas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan

kehendaknya.

5. Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam ayat

(2),(3),dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak

menyatakan pendapatnya, maka Pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal

orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut dapat

memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat

(2),(3),dan (4) pasal ini.

6. Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang

hukum masing-masing agamanya dan kepercayaanya itu dari yang bersangkutan

tidak menentukan lain.

20Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Lembaran Negara tahun 1974 No. 1,

Tambahan Lembaran Negara No. 5216.

21Sudarsono, Hukum Perkawinan Nasional, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005, hlm. 6. 22Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundang-undangan, Hukum Adat,

Hukum Agama, Bandung: Mandar Maju, 2007, hlm.42.

Page 17: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

11

Disamping itu UUP juga mengatur tentang persyaratan umum minimal bagi

calon suami dan calon isteri serta jalan alternatif lain untuk mendapatkan jalan

keluar apabila ketentuan minimal umur belum terpenuhi. Dalam hal ini Pasal 7

UUP mengatur sebagai berikut:23

1. Perkawinan hanya diizinkan jika pihak Pria sudah mencapai umur 19 (Sembilan

belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

2. Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi

kepada Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria

ataupun wanita.

3. Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah seorang atau kedua orang tua

tersebut dalam Pasal 6 ayat (3) dan (4) Undang-undang ini, berlaku juga dalam hal

permintaan dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak mengurangi yang

dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6).

D. PERKAWINAN CAMPURAN MENURUT HUKUM PERDATA

INTERNASIONAL

1. Perkawinan Menurut Hukum Perdata Internasional24

Hukum mengenai perkawinan termasuk bidang status personal. Status

personal adalah kondisi atau keadaan suatu pribadi dalam hukum yang diberikan

atau diakui oleh negara untuk mengamankan dan melindungi lembaga –

lembaganya.

Pasal 16 Algemen Bepalingen van Wetgeving (AB) berlaku dalam hal

melangsungkan perkawinan dan akibat – akibat hukum dari suatu perkawinan

dengan unsur –unsur internasional. Dalam hal ini Indonesia memakai prinsip

nasionalitas, sebagai warisan dari sistem hukum dahulu.

23Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Lembaran Negara tahun 1974 No. 1,

Tambahan Lembaran Negara No. 27. 24Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Ctk. Ketujuh, PT. Alumni, Bandung,

2010, Hlm. 187.

Page 18: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

12

Pasal 16 AB berlaku bukan saja kepada warga negara Indonesia yang berada

di luar negri tetapi juga berlaku untuk warga negara Asing yang berada di

Indonesia. Jadi, warganegara Indonesia yang berada di luar negri dan hendak

menikah harus memenuhi syarat – syarat yang ditentukan oleh hukum Indonesia

sebagai hukum nasionalnya, seolah – olah lingkungan kuasa dari hukum

Indonesia juga berlaku di luar batas – batas negara Indonesia.

E. PERKAWINAN CAMPURAN MENURUT HUKUM YANG

BERLAKU DI INDONESIA

1. Perkawinan Campuran Menurut Staatblad 1898 Nomor 15825

Sebelum diundangkannya UUP, perkawinan campuran itu diatur dengan

Koninklijk Besluit tanggal 29 Desember 1896. Peraturan ini disebut dengan

Regeling op de Gemengde Huwelijken S. yang selesai dibuat pada tahun 1896 dan

diundangkan pada tahun 1898.

Menurut Regeling op de Gemengde Huwelijken S. 1898 Nomor 158 :

“Yang dinamakan Perkawinan Campuran, ialah perkawinan antara orang –

orang yang di Indonesia tunduk kepada hukum – hukum yang berlainan26

.”

Menurut GHR “antara orang – orang yang di Indonesia tunduk kepada

hukum – hukum yang berlainan” dengan tidak ada pembatasan. Hukum yang

berlainan adalah disebabkan karena salah satunya adalah perbedaan

kewarganegaraan.

25R.Soetojo Prawirohamidjojo, Pluralisme Dalam Perundang – Undangan Perkawinan di Indonesia,

Ctk. Pertama, Airlangga University Press, Surabaya, 1988, Hlm. 89.

26 Regeling op de Gemengde Huwelijken S. 1898 Nomor 158

Page 19: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

13

2. Perkawinan Campuran Menurut KUHPerdata

Hal ini bermakna bahwa perkawinan campuran diartikan bahwa perkawinan

tersebut hanya dilakukan di Indonesia dan menurut hukum yang mengatur pada

masa tersebut. Pengertian mengenai perkawinan campuran pada saat ini di

Indonesia, dapat ditinjau dari beberapa aspek dan sistem, yang kemudian

dipersempit menjadi menjadi 3 sistem, yaitu :

Pengertian mengenai perkawinan campuran dalam sistem ini di atur dalam

KUHPerdata (Burgerlijk wetboek) yang pengaturannya di peruntukkan bagi

golongan eropah, golongan Timur Asing-Cina dan untuk sebahagian golongan

Timur Asing bukan Cina, serta untuk sebagian atau seluruh orang-orang lain yang

tunduk pada KUHPerdata. Peraturan tersebut tetap berlaku bagi orang yang

termasuk golongan yang disebutkan tidak merubah hukum perdata yang berlaku

bagi mereka.27

Perkawinan campuran diartikan sebagai perkawinan antara WNI dengan

WNA dan pengaturan mengenai perkawinan campuran tidak banyak disinggung

dalam KUHPerdata serta esensinya mengenai perkawinan hanya mengatur tentang

syarat – syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukannya suatu perkawinan,

hal ini sesuai dengan pandangan dari para Ahli yang menyusun KUHPerdata

dengan mengartikan bahwa soal perkawinan hanya dilihat dalam hubungan

perdata saja.28

27Nani Suwondo, Kedudukan Wanita Indonesia dalam Hukum dan Masyarakat, Jakarta : Ghalia

Indonesia , 1982 hlm. 69

28Pasal 26 KUHperdata

Page 20: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

14

Menurut R Subekti, Pasal 26 KUHPerdata tersebut hendak menyatakan

bahwa suatu perkawinan yang sah hanya perkawinan yang memenuhi syarat-

syarat yang ditetapkan oleh KUHPerdata dan bahwa syarat-syarat dan peraturan

agama dikesampingkan, hal ini juga dapat diartikan bahwa perkawinan itu hanya

ditinjau sebagai suatu lembaga hukum dan tidak bergantung pada pandangan-

pandangan keagaman dari pasangan calon suami dan istri.29

Sebagaimana yang terdapat dalam KUHPerdata bahwa Indonesia mengakui

adanya perkawinanan campuran yang dilakukan diluar Indonesia dan dilakukan

menurut hukum yang berlaku dimana pasangan tersebut melangsungkan

perkawinannya, selama perkawinan tersebut telah mengikuti ketentuan yang

diatur dalam undang-undang dan kemudian di catatkan di Indonesia paling lama

setahun setelah perkawinan dilaksanakan.30

Perkawinan campuran yang akan dilakukan oleh pasangan yang berbeda

kewarganegaran dapat dilangsungkan selama persyaratan telah dipenuhi seperti

yang diatur dalam KUHPerdata karena perkawinan merupakan salah satu hak

asasi manusia sehingga tidak satupun aturan yang dapat menghalangi sepanjang

persyaratan dan ketentuan telah dipenuhi termaksud juga yang paling mendasar

yaitu bahwa perkawinan didasarkan pada kerelaan masing-masing pihak untuk

menjadi suami istri, untuk saling menerima dan saling melengkapi satu sama

lainnya, tanpa ada paksaan dari pihak manapun juga karena jika tanpa adanya

29R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Asis Safioedin, Op.Cit., hlm.13

30Pasal 83 KUHPerdata

Page 21: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

15

persetujuan kedua belah pihak maka dapat dijadikan alasan pembatalan

perkawinan31

3. Perkawinan Campuran Menurut Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974

tentang Perkawinan

Undang-Undang Perkawinan mengartikan bahwa perkawinan campuran

adalah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia yang tunduk pada hukum

yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak

berkewarganegaraan Indonesia.32

Berdasarkan rumusan tersebut, perkawinan campuran yang dimaksud dalam

Undang-Undang Perkawinan terbatas pada perkawinan antara seorang pria dan

seorang wanita di Indonesia, dimana yang bersangkutan (calon mempelai).33

a. tunduk pada hukum yang berlainan;

b. karena perbedaan kewarganegaraan

c. salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia

Undang-Undang Perkawinan, secara sempit pengertiannya hanya mengarah

kepada perbedaan kewarganegaraan namun tidak membahas secara rinci

mengenai pelaksanaan ataupun tata cara untuk melangsungkan perkawinan

campuran dan mengenai perkawinan campuran dibahas dalam 5 (lima) pasal yaitu

dari Pasal 57 sampai Pasal 61 UUP.

Selain itu perkawinan campuran yang dimaksud oleh Undang-Undang

Perkawinan terbatas hanya pada perkawinan campuran internasional, yakni

31Pasal 87 KUHPerdata 32Pasal 57 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 33Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di Indonesia,Jakarta: Sinar

Grafika, 2006, hlm. 297

Page 22: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

16

perkawinan yang akan dilakukan antara seorang WNI dengan seorang WNA dan

masing–masing calon mempelai dengan sendirinya tunduk pada hukum yang

berlainan.34

Perkawinan campuran tidak diatur secara khusus pada Undang-Undang

Perkawinan namun pada dasarnya apabila ada pasangan yang akan melakukan

perkawinan campuran maka pasangan tersebut juga harus mematuhi semua

persyaratan yang sudah ditetapkan dalam Undang-Undang Perkawinan selama

perkawinan dilaksanakan di Indonesia dan menurut hukum di Indonesia.

Hal ini sesuai dengan prinsip domisili yang dianut dalam HPI dimana dalam

menjalankan aturan hukum, prinsip domisili sangat tepat diterapkan di Republik

Indonesia dengan berpegang pada alasan praktis yaitu dengan diperkecil

berlakunya hukum mendatangkan keuntungan, karena dengan demikian akan

lebih banyak jaminan bahwa hakim Indonesia akan memakai hukumnya secara

baik, karena ia lebih mengenal hukumnya sendiri daripada hukum asing dalam

menyelesaikan suatu perkara dengan WNA.35

4. Perkawinan Campuran Menurut Hukum Islam

Pada dasarnya setiap ketentuan hukum agama di Indonesia tidak

mengizinkan umatnya untuk melakukan perkawinan dengan umat beragama

lainnya. Ini berarti sejak berlakunya Undang-Undang Perkawinan, seharusnya

tidak akan ada lagi perkawinan beda agama, karena perkawinan beda agama

34Ibid.

35BPHN, Latar Belakang Penyusuan RUU Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jurnal Badan

Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, September 1983, hlm.9

Page 23: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

17

merupakan perkawinan diluar ketentuan hukum masing-masing agama dan juga

kepercayaannya.36

Hukum Islam perkawinan diartikan sebagai suatu ikatan lahir batin antara

seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk hidup bersama dalam suatu

rumah tangga untuk keturunan, yang dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan

hukum syari’at Islam.37

Pengertian mengenai perkawinan campuran dalam hukum Islam yaitu

perkawinan antara laki dan perempuan yang berbeda keyakinan atau berbeda

agama dan kebangsaannya (asal keturunannya) atau kewarganegaraannya.38

II. STATUS ANAK HASIL PERKAWINAN CAMPURAN

BERDASARKAN UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG

KEWARGANEGARAAN

Status Hukum Anak adalah status Personal Anak. Status personal ini

meliputi hak dan kewajiban, kemampuan dan ketidakmampuan seseorang

bersikap tindak dibidang hukum. Dalam jurisprudensi indonesia yang termasuk

status personal antara lain perceraian, pembatalan perkawinan,perwalian anak-

anak, wewenang hukum, dan kewenangan melakukan perbuatan hukum, soal

nama, soal status anak-anak yang dibawah umur.39

Sementara itu mengenai status hukum anak dalam perkawinan campuran,

dapat diuraikan sebagai berikut:

36Rachmadi Usman, Op.Cit, hlm. 316 37Zahry Hamid, Pokok-pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan di

Indonesia, Yogyakarta : Binacipta, 1976, hlm. 1

38Hasballah Thalib dan Iman Jauhari, Kapita Selekta Hukum Islam, Medan : Pustaka Bangsa Press,

2004, hlm. 152

39Sudargo Gautama, Hukum Perdata Indonesia, Jakarta: CV. Sinar Bakti, 1995, hlm.13.

Page 24: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

18

1. Menurut Hukum Perdata Internasional

Teori Hukum Perdata Internasional menyebutkan bahwa untuk menentukan

status anak dan hubungan antara anak dengan orang tua, maka perlu dilihat dahulu

perkawinan orang tuanya sebagai persoalan pendahuluan.40

Apakah perkawinan

orang tuanya sah sehingga memiliki hubungan hukum dengan ayahnya, atau

perkawinan tersebut tidak sah sehingga anak dianggap sebagai anak luar nikah

yang hanya memiliki hubungan hukum dengan ibunya. Masalah keturunan

termasuk status personal,negara-negara common law berpegang pada prinsip

domisili (ius soli) sedangkan negara-negara civil law berpegang pada prinsip

nasionalitas (ius sanguinis).

Pada umunya yang dipakai ialah hukum personal sang ayah sebagai kepala

keluarga pada masalah-masalah keturunan secara sah.Sistem kewarganegaraan

dari ayah adalah yang banyak dipergunakan seperti di negara-negara misalnya di

Jerman, Yunani, Italia, Swiss dan kelompokkelompok negara sosialis.

Menurut UUK, Pengesahan UUK merupakan momentum bersejarah bagi

seluruh masyarakat Indonesia. Kelahiran undang-undang ini memiliki nilai

historis karena produk hukum yang digantikan, yakni Undang-Undang No. 62

Tahun 1958 Pasal 15 ayat (2) dan Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang No. 62

Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan.

Undang-undang ini menyiratkan penolakan konsep diskriminasi dalam

perolehan kewarganegaraan atas dasar ras, etnik, dan gender, maupun

diskriminasi yang didasarkan pada status perkawinan. Dalam pasal lain juga

40Ibid.

Page 25: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

19

disebutkan, WNI yang menikah dengan pria WNA tidak lagi dianggap otomatis

mengikuti kewarganegaraan suaminya, melainkan diberi tenggang waktu tiga

tahun untuk menentukan pilihan, apakah akan tetap menjadi WNI atau

melepaskannya. Selain itu, apabila istri memutuskan tetap menjadi WNI atau

selama masa tenggang waktu tiga tahun itu, ia bisa menjadi sponsor izin tinggal

suaminya di Indonesia.41

Asas-asas dalam menentukan kewarganegaraan yang dianut dalam UUK ini

sebagai berikut42

:

1. asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan

negara tempat kelahiran.

2. asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan seseorang berdasarkan Negara tempat kelahiran, yang

diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam undang-undang.

3. asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu

kewarganegaraan bagi setiap orang.

4. asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam undang-undang.

Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam UU ini

merupakan pengecualian. Anak yang lahir dari perkawinan antara seorang wanita

41J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Edisi Kesembilan, Jakarta: Aksara Persada,1989,

hlm.125. 42Penjelasan UU No 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia

Page 26: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

20

WNI dengan pria WNA, maupun anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita

WNA dengan pria WNI, sama-sama diakui sebagai warga negara Indonesia.

Anak tersebut akan berkewarganegaraan ganda, dan setelah anak berusia 18

tahun atau sudah menikah maka ia harus menentukan pilihannya.Pemberian

kewarganegaraan ganda ini merupakan terobosan baru yang positif bagi anak-

anak hasil dari perkawinan campuran.

Penentuan kewarganegaraan yang dianut di Indonesia menurut UUK yaitu

kewarganegaraan ganda terbatas yang pada Pasal 6 dan Pasal 21 menjelaskan

bahwa anak yang belum berusia 18 tahun atau belum menikah, berada dan

bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia, dari ayah atau ibu yang

memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dengan sendirinya

berkewarganegaraan Republik Indonesia, setelah berusia 18 tahun atau sudah

menikah, maka anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu

kewarganegaraannya.43

Kewarganegaraan ganda terbatas yang diberikan kepada anak hasil dari

suatu perkawinan campuran dikarenakan apabila terdapat suatu perceraian atau

putusnya perkawinan karena kematian, maka anak tersebut masih memiliki status

kewarganegaraan, sehingga orang tuanya tidak perlu memelihara anak asing. Jadi

Undang-undang baru ini lebih memberikan perlindungan, dan status

kewarganegaraan anak yang dilahirkan dari “perkawinan campuran” juga menjadi

lebih jelas.

43Pasal 6 dan Pasal 21 UU No. 12 Tahun 2006 tentang kewarganegaraan

Page 27: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

21

Undang-Undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda

(bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda

yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang ini merupakan suatu

pengecualian. UU Kewarganegaraan yang baru ini tetap menganut asas

kewarganegaraan tunggal, dan juga tidak menginginkan terjadinya tanpa

kewarganegaraan (apatride). Kewargangeraan ganda (bipatride), yang diberikan

kepada anak-anak dalam Undang-Undang ini, adalah kewarganegaraan ganda

terbatas, terbatas karena nantinya setelah anak-anak berusia 18 (delapan belas)

tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu

kewarganegaraannya.44

Pada dasarnya menurut UU 12/2006 seorang anak yang dilahirkan di dalam

suatu perkawinan campuran tanpa memperdulikan status si ayah WNI dan ibu

WNA atau ayah WNA dan ibu WNI atau si ayah apatride atau negara si ayahtidak

memberikan kewarganegaraan kepada si anak, anak itu tetap dapat memperoleh

status WNI.

Pada Pasal 25 UUK, hilangnya kewarganegaraan ayah atau ibu (apabila

anak tersebut tidak punya hubungan hukum dengan ayahnya) tidak secara

otomatis menyebabkan kewarganegaraan anak menjadi hilang.45

Mengenai persoalan status anak hasil perkawinan campuran, UUKtelah

memberi jalan keluar yang dirasa sangat menguntungkan bagi Ibu Warga Negara

Indonesia yang menikah dengan Ayah Warga Negara Asing. Sesuai dengan

44Hasil wawancara dengan Ibu Adisti kepala Sub Bagian Penyusunan Program Pada Jum’at/ tanggal

08 Februari 2019, pukul 11.00 wib. 45Ibid.

Page 28: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

22

ketentuan dalam Undang undang nomor 12 tahun 2006 anak yang dilahirkan oleh

perempuan Warga Negara Indonesia yang menikah dengan laki-laki Warga

Negara Asing, memperoleh status kewarganegaraan yaitu Warga Negara

Indonesia.

Hal ini berarti status anak tidak mengikuti status kewarganegaraan ayahnya,

tercantum dalam Pasal 4 huruf d UUK yang ditulis sebagai berikut :

“warga negara Indonesia adalah anak yang lahir dari perkawinan yang sah

dari seorang ayah Warga Negara Asing dan Ibu Warga Negara Indonesia.46

Tidak hanya mengatur status kewarganegaraan anak hasil perkawinan yang

sah, UUK juga mengatur status kewarganegaraan anak luar kawin yang diakui

ayah Warga Negara Asing. Hal ini tercantum dalam Pasal 5 ayat (1) yaitu sebagai

berikut:

“Anak Warga Negara Indonesia yang lahir diluar perkawinan yang sah,

belum berusia 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin diakui secara sah

oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai Warga

Negara Indonesia”.47

Bila negara sang Ayah yang berkewarganegaraan asing tersebut menganut

asas ius sanguinis, maka anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut

mempunyai kewarganegaraan ganda. Ketentuan hukum mengenai hal ini juga

sudah diatur dalam Pasal 6 ayat (1), Pasal 6 ayat (2) dan Pasal 6 ayat (3) UUK.

Dalam ketentuan tersebut nampak bahwa Indonesia memberidua

kewarganegaraan terbatas bagi anak-anak yang lahir dari pernikahan campuran

khususnya bagi anak yang ketentuan negara ayahnya menganut asas ius sanguinis

ini berarti anak-anak tersebut mendapatkan dua kewarganegaraan ayah dan

ibunya,sampai berumur 18 tahun.

46 Pasal 4 huruf d UU No.12 Tahun 2006 47 Pasal 5 ayat (1) UU No.12 Tahun 2006

Page 29: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

23

Memiliki kewarganegaraan ganda berarti tunduk pada dua yurisdiksi.

Indonesia memiliki sistem hukum perdata internasional peninggalan Hindia

Belanda. Dalam hal status personal Indonesia menganut asas konkordasi, yang

antaranya tercantum dalam Pasal 16 A.B. (mengikuti Pasal 16 AB Belanda, yang

disalin lagi dari Pasal 3 Code Civil Perancis).

Berdasarkan Pasal 16 AB tersebut dianut prinsip nasionalitas untuk status

personal. Hal ini berati warga negara Indonesia yang berada di luar negeri,

sepanjang mengenai hal-hal yang terkait dengan status personalnya , tetap berada

di bawah lingkungan kekuasaan hukum nasional Indonesia, sebaliknya, menurut

jurisprudensi, maka orang-orang asing yang berada dalam wilayah Republik

Indonesia dipergunakan juga hukum nasional mereka sepanjang hal tersebut

masuk dalam bidang status personal mereka.

III. AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP

STATUS ANAK YANG MEMILIKI KEWARGANEGARAAN

GANDA PASCA LAHIRNYA UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG

KEWARGANEGARAAN

A. Akibat Hukum Perkawinan Campuran Terhadap Status Anak

Berkewarganegaraan Ganda Pasca lahirnya UU No.12 Tahun 2006

tentang Kewarganegaraan

Penjelasan UUK menyebutkan untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan

melaksanakan amanat UUD 1945 sebagaimana tersebut di atas, Undang-undang

ini memperhatikan azas-azas kewarganegaraan umum atau universal, yaitu asas

Ius Sanguinis, Ius Soli dan Campuran. Ius Sanguinis (Law of the blood) adalah

Page 30: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

24

asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan

berdasarkan Negara tempat kelahiran. Asas Ius Soli (Law of the Soil) secara

terbatas adalah yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara

tempat kelahiran.48

Diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam undang-undang ini. Juga dijabarkan tentang asas kewarganegaraan tunggal

yang artinya asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.

Sedangkan asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan

kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam undang-undang ini.49

Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenal

kewarganegaraan ganda (bipatride) atau pun tanpa kewarganegaraan (Apatride).

Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang- Undang ini

merupakan suatu pengecualian. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2006, tentunya memiliki tiga pertimbangan khusus, yaitu Filosofis, Yuridis

maupun Sosiologis. Akibat hukum dari kewarganegaraan ganda, lahirlah apa yang

disebut dengan Hak Opsi, di mana mereka akan memperoleh WNI melalui opsi ini

adalah anak yang lahir dari perkawinan campuran (ayah atau ibunya WNI). Selain

itu lanjut Ibu Adis, anak yang lahir di luar perkawinan yang sah diantaranya Ibu

WNA, diakui oleh ayahnya WNI sebelum berusia 18 tahun/belum kawin tetap

diakui sebagai WNI. Yang kedua adalah Ibu WNI, diakui oleh ayahnya WNA

sebelum berusia 18 tahun/belum kawin. Mereka juga termasuk WNI.50

48Penjelasan atas UU Kewarganegaraan No.12 Tahun 2006 49Ibid. 50Hasil wawancara dengan Ibu Adisti kepala Sub Bagian Penyusunan Program Pada Jum’at/ tanggal

08 Februari 2019, pukul 11.00 wib.

Page 31: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

25

Di sisi lain, anak dari ayah dan ibu WNI lahir di luar negeri, dan hukum

negara tempat lahir anak tersebut memberikan kewarganegaraan mereka juga

adalah WNI. Hanya saja setelah menyandang WNI, maka 3 bulan setelah anak

tersebut berusia 18 tahun/sudah kawin ia disarankan memilih kewarganegaraan.

Mempunyai pekerjaan/penghasilan tetap dan membayar uang kewarganegaraan.

Di antaranya pada dasarnya anak yang lahir sebelum UUK (sebelum 1

Agustus 2006) tidak secara otomatis mendapatkan kewarganegaraan RI tetapi

dengan cara didaftarkan oleh orang tua/walinya kepada Menteri Hukum dan HAM

RI melalui pejabat (Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM RI)

sesuai Pasal 41 UUK junto Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.01-

HL.03.01 Tahun 2006 tentang cara untuk memperoleh kewarganegaraan Republik

Indonesia dan diberi waktu paling lama 4 tahun setelah Undang-Undang ini

diundangkan.

Dengan perkataan lain pada tanggal 1 Agustus 2010 mereka tidak dapat

lagi menggunakan haknya mendapatkan Kewarganegaraan Indonesia. Karena

sifatnya sementara atau pada hukum waktu tertentu akan tidak berlaku lagi. Untuk

memperkuatnya diterbitkanlah Surat Edaran Menteri Hukum dan HAM RI Nomor

M.09-IZ.03.10 Tahun 2006 tentang Fasilitas Keimigrasian bagi anak subyek

kewarganegaraan Ganda terbatas yang lahir sebelum Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006.

Page 32: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

26

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan maka penelitian ini

memberikan pokok-pokok kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengaturan hukum terkait perkawinan campuran di Indonesia, yaitu : menurut

KUHPerdata, Perkawinan campuran diartikan sebagai perkawinan antara WNI

dengan WNA. Sedangkan menurut Pasal 57 UUP, mengartikan bahwa

perkawinan campuran adalah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia

yang tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan

dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia. Berdasarkan teori hukum

perdata internasional telah dikenal dua pandangan utama yang berusaha

membatasi pengertian perkawinan campuran beda kewarganegaraan, yaitu :

a. Pandangan yang beranggapan bahwa suatu perkawinan campuran adalah

perkawinan yang berlangsung antara pihak – pihak yang berbeda domisili

sehingga terhadap masing – masing pihak berlaku kaidah – kaidah hukum

intern dari dua sistem yang berbeda.

b. Pandangan yang beranggapan bahwa suatu perkawinan dianggap sebagai

perkawinan campuran apabila para pihak berbeda kewarganegaraan atau

nasionalitasnya.

Page 33: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

27

2. Status anak hasil perkawinan campuran berdasarkan Pasal 5 UUK,

menyatakan bahwa anak dapat memiliki kewarganegaraan ganda sebagai

akibat dari perkawinan campuran sehingga membawa implikasi dalam Hukum

Perdata Internasional yaitu mengenai status personal anak tersebut tunduk pada

hukum dari negara mana. Dalam Hukum Perdata Internasional yang berlaku di

Indonesia, kewarganegaraan seseorang menentukan hukum yang berlaku

baginya di bidang status personal sesuai Pasal 16 AB. Terhadap anak-anak

berkewarganegaraan ganda, dengan memiliki paspor sebagai WNI belum

cukup diterapkan hukum Indonesia terhadap status personalnya, bila anak

tersebut tidak berdomisili dalam arti mempunyai habitual residence di

Indonesia.

3. Akibat hukum perkawinan campuran terhadap anak yang memiliki

kewarganegaraan ganda pasca lahirnya UUK, yaitu : UUK telah menyebutkan

bahwa si anak yang lahir dari perkawinan campuran akan memiliki dwi

kewarganegaraan ganda terbatas yang dibuktikan dengan adanya surat

pernyataan (affidavit) sebagaimana diatur dalam UUK sehingga si anak harus

tunduk pada dua yurisdiksi. Kewarganegaraan ganda si anak juga berakibat

terhadap lahirnya Hak Opsi, di mana mereka akan memperoleh WNI melalui

opsi ini.

Page 34: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

28

B. Saran

Dari hasil analisa permasalahan yang telah telah disimpulkan pada uraian

terdahulu, maka penulis memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan status

kewarganegaraan anak dari hasil perkawinan campuran sebagai berikut:

1. Diperlukan adanya harmonisasi dan integrasi yang jelas terhadap pengaturan

hukum terkait perkawinan campuran, dimana penulis berpendapat bahwa

Pemerintah harus berdiskusi dengan akademisi terkait pembuatan aturan

hukum yang lebih khusus/spesialis, yang mengatur perkawinan campuran

menjadi suatu produk perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum

pasangan perkawinan campuran.

2. Demi lebih efektivitasnya UUK, maka Pemerintah harus melakukan

penyuluhan hukum terkait dampak kewarganegaraan ganda anak-anak

diaspora, sehingga para pihak yang melakukan perkawinan campuran mengerti

dan mampu mengatasi permasalahan terkait pemberlakuan dua yurisdiksi

hukum terhadap anak berkewarganegaraan ganda.

3. Diharapkan peranan aktif dari Pemerintah dalam membimbing orangtua anak

berkewarganegaraan ganda terkait pemilihan status kewarganegaraan si anak,

sehingga menjamin kepastian hukum si anak pasca masa kewarganegaraan

gandanya berakhir. Serta diperlukan aturan terkait sanksi yang tegas akibat

keterlambatan pendaftaran kewarganegaraan si anak, dimana didalam UUK

tidak dijelaskan secara tegas sanksi keterlambatan pendaftaran Warga Negara

Indonesia ke Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, setelah melewati

batas 3 tahun dari usia 18 tahun.

Page 35: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

29

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Ahmad, Rofiq. 2006. Hukum Islam di Indonesia Cetakan ke 6. Jakarta: PT. Raja

Grafindo.

Basuki, Zulfa Djoko. 2007. Bunga Rampai Kewargnegaraan Dalam Persoalan

Perkawinan Campuran. Jakarta: Badan Penerbit FHUI.

Cahyowati, Rr. 2004. Status Kewarganegaraan Istri Dalam Perkawinan

Campuran. Surabaya: Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

Daly, Peunoh. 1988. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

Departemen Pendidikan dan kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Pusat Pembinaan dan Perkembangan Bahasa. Jakarta: Balai Pustaka.

Fuady, Munir. 2014. Konsep Hukum Perdata. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Hadikusuma, Hilman. 2007. Hukum Perkawinan Indonesia Menurut

Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama. Bandung: Mandar Maju.

Hamid, Zahry. 1976. Pokok-pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-

Undang Perkawinan di Indonesia. Yogyakarta: Binacipta.

Hamdani.1995. Risalah Al Munakahah. Jakarta: Citra Karsa Mandiri.

Harahap, M. Yahya dan Manaf, Abdul. 2006. Aplikasi Asas Equalitas Hak dan

Kedudukan Suami Istri dalam Penjaminan Harta Bersama Pada Putusan

Mahkamah Agung. Bandung: Mandar Maju.

Kamello, Tan dan Andriati, Lisa Syarifah. 2011. Hukum Perdata: Hukum Orang

dan Keluarga. Medan: USU Press.

Latief, M. Djamil. 1985. Pineka Hukum Perceraian di Indonesia. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Malik, Rusdi. 2009. Memahami Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Penerbit

Universitas Trisakti.

MK, M Anshary. 2010. Hukum Perkawinan di Indonesia Masalah-Masalah

Krusial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhammad, Abdul Kadir. 1994. Hukum Harta Kekayaan. Bandung: PT. Citra

Aditya.

Mulyadi. 2000. Hukum Perkawinan Indonesia. Semarang: Universitas

Diponegoro.

Page 36: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

30

Purnadi, Purbacaraka dan Agus, Brotosusilo. 1997. Sendi-Sendi Hukum Perdata

International Suatu Orientasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Prodjodikoro, Wirjono. 1984. Hukum Perkawinan di Indonesia. Bandung: Sumur

Syahuri.

Sanapiah, Faisal. 2007. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi.

Malang:YA3.

Seto, Bayu. 1992. Dasar Dasar Hukum Perdata International. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti.

Simorangkir dan Rudy T. Erwin. 2000. Kamus Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Soekanto, Soerjono. 2001. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Penerbit UI

Press.

Sri, Susilowati Mahdi, Surini, Ahlan Sjarif, dan Akhmad, Budi Cahyono. 2005.

Hukum Perdata: Suatu Pengantar. Jakarta: Gitama Jaya Jakarta.

Starke, J.G. 2002. An Introduction to International law. London: Tenth Edition

Butterworth & Co.Ltd.

Sudarsono. 2005. Hukum Perkawinan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.

Subekti. 2002. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Cet. 30. Jakarta: PT Intermasa.

Sudargo, Gautama. 1995. Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jilid III

Bagian I, Buku ke-7. Bandung: Penerbit Alumni.

Thalib, Hasballah dan Iman, Jauhari. 2004. Kapita Selekta Hukum Islam. Medan:

Pustaka Bangsa Press.

Tutik, Titik Triwulan. 2006. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara. Jakarta: Prestasi

Pustaka Publiser.

Taufiqurrohman. 2013. Legislasi Hukum Perkawinan Di Indonesia. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Usman, Rachmadi. 2006. Aspek-Aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di

Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

B. Perundang-undangan

Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI

Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Page 37: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

31

Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang - Undang Nomor No. 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian

PP No. 32 Tahun 1994 tentang Visa Izin Masuk dan Izin Keimigrasian.

PP No. 18 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan PP No.32 Tahun 1994

PP No 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1975

tentang Perkawinan.

Regeling Op De Gemengde Huwalijken S. 1898 No. 158.

C. Internet dan Jurnal

Anonim. 2008. Berjuang Memberi Pemahaman tentang Hak Isteri dalam

Perkawinan Campuran. www.hukumonline.com. diakses pada 19 Januari

2019.

BPHN. 1983. Latar Belakang Penyusuan RUU Hukum Perdata Internasional

Indonesia. Jurnal Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen

Kehakiman, diakses pada 19 Januari 2019

Departemen Kehakiman. 1992. Lokakarya Hukum Perdata Internasional Tentang

Instrumen Hukum Nasional Dalam Peratifikasian Perjanjian-Perjanjian

Internasional. Jakarta. diakses pada 19 Januari 2019.

Enggi Holt. 17 April 2006. Asas Perlindungan Anak dan Persamaan Kedudukan

Hukum Antara Perempuan dan Pria Dalam Rancangan Undang-Undang

Kewarganegaraan Republik Indonesia. diakses pada 19 Januari 2019.

Keluarga Perkawinan Campuran Melati. 2006. Seminar Dampak dan Pengaruh

pemberlakuan ketetentuan undang-undang Nomor 12 tahun 2006 terhadap

anak hasil Perkawinan Campuran terhadap Masyarakat. Jakarta. di akses

pada 19 Januari 2019.

Leonora Bakarbessy. Kewarganegaraan Ganda Anak dalam Perkawinan Campuran dan Implikasinya dalam Hukum Perdata Internasional. ://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/ 201303262718521985/1, diakses pada 19 Januari 2019.

Nuning Hallet, Mencermati Isi Rancangan UU Kewarganegaraan,

http://www.mixedcouple.com , diakses pada 19 Januari 2019.

Syahril Sofyan. 14 April 2009. Diktat Perkuliahan Hukum Keluarga dan

Perkawinan. http://jurnalhukum.blogspotcoin. diakses pada 19 Januari

2019.

Page 38: AKIBAT HUKUM PERKAWINAN CAMPURAN TERHADAP …

32

Suwarningsih, Kawin campur Menyebabkan Berubahnya Undang-Undang

Tentang Kewarganegaraan RI. www.baliprov.go.id, diakses pada 19

Januari 2019.

www.hukumonline.com, Berjuang Memberi Pemahaman tentang Hak Isteri

dalam Perkawinan Campuran, Minggu, 4 Oktober 2008, diakses pada 19

Januari 2019.

www.komisihukum.go.id, Mohammad Saihu, Selamat Tinggal Diskriminasi, 30

Juni 2013, diakses pada 19 Januari 2019.

www.mixecouple.com Masalah-Masalah Yang Saat Ini Dihadapi Keluarga

Perkawinan Campuran, 30 Juni 2013. di akses pada 19 Januari 2019