akibat trauma dental makalh pedo.doc

Embed Size (px)

Citation preview

1. Akibat trauma dental pada anak

Trauma pada gigi sulung dapat memengaruhi tumbuh kembang benih gigi tetap pengganti terutama bila terjadi intrusi gigi sulung. Benih gigi permanen yang berada di dekatnya dapat terkena trauma yang ditransmisikan dari trauma gigi sulung. Akibat trauma pada gigi sulung terhadap gigi tetap dipengaruhi oleh:

1. Arah dan perubahan tempat dari apeks akar gigi sulung

2. Tingkat kerusakan pada tulang alveolar

3. Tahap pembentukan gigi tetap

Akibat trauma dental gigi sulung pada gigi tetap yang dapat terjadi antara lain:

a.Turners hypoplasia yaitu gambaran klinis berupa diskolorasi putih atau kuning-kecoklatan pada enamel gigi permanen. Hal ini disebabkan oleh intrusi gigi sulung yang mengenai gigi permanen pada saat tahap maturasi email. Trauma akan menyebabkan inflamasi kronis dan perubahan pH yang terjadi yang mengakibatkan terjadinya defek.

b.Dilaserasi akar atau akar gigi membengkok (kurvatur pada akar).

c.Dilaserasi mahkota terjadi akibat trauma yang mengenai benih yang telah mengalami pembentukan mahkota parsial.

c.Kista pada benih gigi tetap, jarang terjadi dan terlihat dari radiograf.

d.Cessasi yaitu pertumbuhan benih gigi tetap berhenti.

e.Perubahan arah erupsi gigi tetap yang disebabkan oleh tertundanya erupsi gigi tetap karena kehilangan dini gigi sulung.

f. Hiperemia pulpa karena adanya penyumbatan peredaran darah dan dapat menyebabkan warna kemerah-merahan pada mahkota gigi yang terkena trauma

g. Perdarahan internal disebabkan karena tekanan yg terlalu kuat dari trauma dapat memutuskan pembuluh darah pada gigi

h. Resorpsi disekitar akar gigi disebabkan karena adanya trauma disekitar daerah periodontal pada gigi dan biasanya terjadi pergerakan pada gigi

i. Ankilosis terjadi karena adanya trauma pada periodontal ligamen yang menyebabkan inflamasi di daerah sekitarnya.

j. Terbentuknya dentin reparatif untuk membatasi daerah injury

4.1 Nekrosis PulpaPulpa yang mengalami injuri dapat kehilangan vitalitasnya karena rusaknya jaringan vaskular di apeks dan menyebabkan iskemi atau karena jaringan pulpa pada mahkota gigi yang terbuka. Jika pulpa yang nekrosis terinfeksi dengan mikroorganisme oral, baik yang disebabkan oleh luksasi akar dan melalui ligamen periodontal yang robek atau oleh area pulpa yang terekspos, maka dapat terjadi rasa sakit dan resorpsi akar. Jika eksudat inflamasi keluar ke kavitas oral, biasanya melalui plat alveolar labial yang tipis, maka kondisi gigi tersebut akan menjadi kronik dan tidak sakit. Untuk mencegah kerusakan gigi permanen, maka gigi tersebut indikasi untuk diekstraksi. Pulpa yang nekrosis dapat asimptomatik baik secara klinis maupun radiografis jika tidak terinfeksi.

4.2 Diskolorasi gigiTraumatic injuries gigi anak pada gigi insisif sulung biasanya menyebabkan diskolorasi gigi. Pembuluh darah di dalam ruang pulpa dapat rusak dan mendepositkan pigmen darah pada tubulus dentin. Pigmen darah ini dapat teresorpsi sempurna atau dapat tinggal tergantung dari usia gigi tersebut. Gigi yang diskolorasi biasanya telah nekrosis, terutama bila perubahan warna tersebut terjadi dalam waktu beberapa hari setelah trauma. Namun demikian, gigi yang menjadi lebih gelap dan bertahan hingga berbulan-bulan setelah trauma kemungkinan telah nekrosis namun tetap asimptomatik.Pada anak sehat, warna gigi tidak menentukan rencana perawatan. Tanda dan gejala infeksi seperti radiolusensi periapikal, rasa sakit, bengkak, abses atau mobilitas gigi harus diperiksa sebelum gigi diekstraksi. Gambar 27. A: Diskolorasi Gigi; B: Radiolusensi Apikal4.3 Resopsi inflamasiResorpsi inflamasi dapat terjadi secara internal atau eksternal. Hal ini berhubungan dengan infeksi pulpa dan inflamasi ligamen periodontal. Resorpsi dapat terjadi dengan cepat pada akar dan prosese inflamasi dapat merusak gigi permanen di bawahnya. Proses perusakan gigi permanen disebabkan oleh reaksi odontoblas. Proses kerusakan ini dapat di observasi melalui radiograf.

4.4 PulpitisPulpitis adalah respon awal gigi terhadap trauma dan pulpitis biasanya hampir selalu terjadi pada setiap traumatic injuries gigi. Tanda-tandanya adalah sensitivitas terhadap perkusi dan penyumbatan kapiler yang dapat terlihat secara klinis dari permukaan lingual dengan menggunakan transilluminasi gigi. Pulpitis dapat reversible pada beberapa kasus ringan atau dapat pula menjadi irreversible dan menjadi nekrosis pulpa.

4.5 Cidera benih gigi permanen

Jarak yang dekat antara apikal gigi insisif sulung ke benih gigi di bawahnya menyebabkan potensi kerusakan pada gigi permanennya jika gigi sulung mengalami traumatic injuri. Resiko terbesar untuk benih gigi permanen adalah saat gigi mengalami intrusi atau avulsi dan ketika anak berusia kurang dari 3 tahun ketika mahkota gigi permanen sedang berkalsifikasi. Akibatnya, diskolorasi menjadi keputihan atau kekuningan sering terjadi, namun dapat pula terjadi hipoplasia email, dilaserasi mahkota dan akar, serta erupsi terlambat atau ektopik.

Gambar 28. Kelainan pada Gigi Permanen akibat Trauma pada Gigi Sulungnya

4.6 Obliterasi saluran akarObliterasi saluran akar sering terjadi pada insisif sulung yang mengalami luksasi, terutama ketika injuri terjadi sebelum akar gigi terbentuk sempurna. Kamar pulpa dan saluran akar terlihat radiopak secara keseluruhan pada radiograf dan mahkota dapat pula terlihat kekuningan. Proses aposisi dentin yang cepat pada saluran akar yang obliterasi belum diketahui secara pasti namun gigi ini cenderung teresorpsi secara normal dan biasanya tidak diperlukan perawatan khusus.Daftar Pustaka1. (Cameron, A.C and Widmer, R.P.Handbook of pediatric dentistry.2nd edition.Philadelphia :Mosby, 2003)

2. (McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the Child and Adolescent. 8th ed. Missouri: Mosby Elsevier; 2000)