3
Akses jalan berupa pematang sawah Penanganan pasca panen Kesulitan petani dalam membawa hasil panen Cidera leher yang dialami akibat pengangkutan Solusi yang ditawarkan Sawah adalah lahan usaha tani yang secara fisik permukaan tanahnya rata, dibatasi oleh pematang, dapat ditanami padi dan palawija/tanaman pangan lainnya. Sawah juga merupakan kantor bagi para petani dimana rupiah demi rupiah dicetak dengan bantuan traktor/bajak, pupuk, tanaman, air, cahaya matahari dan usaha keras para petani. Jika diamati dengan seksama karakteristik persawahan di sekitar Yogyakarta bahkan di seluruh Indonesia adalah jenis sawah yang berpetak-petak. Hal ini dikarenakan setiap petak tanah dimiliki oleh keluarga yang berbeda-beda, dengan demikian pematanglah yang menjadi batas dan akses jalan untuk menuju setiap petak-petak sawah yang lain. Untuk sawah yang berada di dekat jalan raya maka akses jalan menuju sawah begitu mudah, lain halnya sawah yang berada di tengah ataupun di paling ujung menjadikan akses ke sawah menjadi jauh dan melelahkan dan harus

Akses Jalan Berupa Pematang Sawah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Akses Jalan Berupa Pematang Sawah

Akses jalan berupa pematang sawahPenanganan pasca panenKesulitan petani dalam membawa hasil panenCidera leher yang dialami akibat pengangkutanSolusi yang ditawarkan

Sawah adalah lahan usaha tani yang secara fisik permukaan tanahnya rata, dibatasi oleh pematang, dapat ditanami padi dan palawija/tanaman pangan lainnya. Sawah juga merupakan kantor bagi para petani dimana rupiah demi rupiah dicetak dengan bantuan traktor/bajak, pupuk, tanaman, air, cahaya matahari dan usaha keras para petani. Jika diamati dengan seksama karakteristik persawahan di sekitar Yogyakarta bahkan di seluruh Indonesia adalah jenis sawah yang berpetak-petak. Hal ini dikarenakan setiap petak tanah dimiliki oleh keluarga yang berbeda-beda, dengan demikian pematanglah yang menjadi batas dan akses jalan untuk menuju setiap petak-petak sawah yang lain. Untuk sawah yang berada di dekat jalan raya maka akses jalan menuju sawah begitu mudah, lain halnya sawah yang berada di tengah ataupun di paling ujung menjadikan akses ke sawah menjadi jauh dan melelahkan dan harus ditempuh manual dengan berjalan kaki. Hal ini dikarenakan tidak ada kendaraan yang diciptakan untuk memudahkan melewati pematang sawah.

Tahapan penanaman padi di sawah adalah sebagai berikut: pengolahan tanah, pemilihan benih, persemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan tanaman, perlindungan tanaman dari hama, panen tanaman padi, dan yang terakhir adalah penanganan pasca panen. Dari tahapan-tahapan di

Page 2: Akses Jalan Berupa Pematang Sawah

atas tahapan panenlah yang paling ditunggu-tunggu oleh para petani, apalagi bila dilihat kondisi tanaman padinya bagus tanpa menemui kendala yang berarti. Setelah hampir 4 bulan bekerja dengan tekun, berkorban biaya, tenaga, dan pikiran dalam menjalankan usaha tani padinya, kini saatnya mereka memetik hasilnya. Pada tanaman padi, panen antara varietas yang satu dengan lainnya bisa saja berbeda tergantung pada jenis varietasnya. Ada yang umur tanamnya tergolong lama, bisa mencapai 120 hari, namun ada pula yang berumur genjah, sekitar 85 hari. Secara umum, biasanya panen jatuh pada 30-35 hari setelah padi berbunga merata. Agar dihasilkan kematangan padi yang lebih merata dan lebih cepat, sawah dikeringkan 7-10 hari sebelum panen. Apabila 95% malai telah menguning, maka tibalah saatnya padi siap untuk dipanen. Panen harus dilakukan secara tepat dengan tujuan untuk mendapatkan hasil panen yang optimal, baik kualitas maupun kuantitasnya serta untuk mengurangi kehilangan hasil selama proses pemanenan.

Setelah padi di panen biasanya langsung dirontokkan di sawah, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengemasan dan mempermudah mengangkut hasil panen ke lumbung sebelum dijemur. Ketika bulir padi sudah dimasukkan ke dalam karung maka harus diangkut dari sawah ke jalan yang lebih besar untuk dapat diangkut dengan angkutan bermesin/angkutan yang lebih besar sebelum sampai ke lumbung/rumah para petani. Di sinilah permasalahan mulai muncul, dimana setiap karung berisi gabah seberat 30 – 50 Kg harus dibawa manual yaitu dengan digendong, disunggi (dibawa di atas kepala), dan dipanggul melalui pematang sawah yang kecil dan dengan jarak ke jalan besar yang lumayan jauh. Dengan berat karung yang cukup berat tersebut banyak petani memilih menyunggi dan menggendong hal ini dikarenakan posisi inilah yang lebih stabil untuk melalui pematang sawah yang kecil. Dengan menggendong di bahu petani sangat kesulitan dalam memegang karung, dan apabila dengan menyunggi resiko cidera leher lebih besar karena menanggung beban per karung yang berat.

Berdasarkan dari kesulitan di atas maka perlu dicari solusinya. Solusi dapat berupa kendaraan jenis baru yang dapat berjalan di pematang sawah namun mampu mengangkut hasil panen secara maksimal, atau solusi lain yang berupa alat yang dapat digunakan untuk membantu proses mengangkut manual dengan berjalan di pematang sawah. Dalam kesempatan kali ini penulis akan mencoba mendesain dan membuat alat yang dapat mempermudah proses menyunggi/menggendong.