Upload
hoangnga
View
219
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
DAMPAK PERKEMBANGAN BANK ISLAM TERHADAP
PEREKONOMIAN
MAKALAH
Disusun Oleh :
Dea Andriani Hamdani R 133403030
Fina Witasari 133403031
Rases Kalam 133403032
Rega Pebriana 133403060
Asep Saeful Rohman 133403072
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SILIWANGI
2016
ABSTRACT
THE IMPACT OF DEVELOPMENT OF ISLAMIC BANK ON ECONOMIC
By :
Dea Andriani Hamdani R 133403030
Fina Witasari 133403031
Rases Kalam 133403032
Rega Pebriana 133403060
Asep Saeful Rohman 133403072
Guidance :
Euis Rosidah S.E, M.M
Islamic banking or Islamic banking (Arabic: al-Mashrafiyah المصرفية al-Islamiyah) is a banking system based on the implementation of Islamic اإلسالمية
law (sharia). The formation of this system is based on the prohibition of the Islamic
religion to lend or collect any loans with the loan charging interest (riba), as well as
the prohibition to invest in businesses categorized as forbidden (haram). Conventional
banking system can not guarantee the absence of these things in investments, for
example in the business associated with the production of food or drink unclean,
business or entertainment media are not Islamic, and others.
This aim of this research aims is: a) the progress of Islamic banks in the
world, b) Knowing how the establishment of Islamic banks, c) To determine the
development of Islamic banks in other countries, d) To determine the impact of the
development of Islamic banks to the economy.
The required data consisted of secondary data and primary data. The
secondary data obtained from the theories and literature, while secondary data
obtained through observation, documentation, and conduct a number of interviews
with relevant parties.
Based on the research data can be known that the development of Islamic
banks contribute to the economy that ultimately it can help the progress of the
economy in countries that are developing.
Kata Kunci : Islamic Bank and Economic
ABSTRAK
DAMPAK PERKEMBANGAN BANK ISLAM TERHADAP
PEREKONOMIAN
Disusun Oleh
Dea Andriani Hamdani R 133403030
Fina Witasari 133403031
Rases Kalam 133403032
Rega Pebriana 133403060
Asep Saeful Rohman 133403072
Dibimbing Oleh :
Euis Rosidah S.E, M.M
Perbankan syariah atau perbankan Islam (Arab: اإلسالمية -al المصرفية
Mashrafiyah al-Islamiyah) adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya
berdasarkan hukum Islam (syariah). Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya
larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan
mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-
usaha berkategori terlarang (haram). Sistem perbankan konvensional tidak dapat
menjamin absennya hal-hal tersebut dalam investasinya, misalnya dalam usaha yang
berkaitan dengan produksi makanan atau minuman haram, usaha media atau hiburan
yang tidak Islami, dan lain-lain.
Penelitian ini bertujuan untuk: a) Mengetahui perkembangan bank syariah di
dunia, b) Mengetahui bagaimana pembentukan bank-bank syariah, c) Untuk
mengetahui perkembangan bank syariah di Negara-negara lain, d) Untuk mengetahui
dampak berkembangnya bank syariah bagi perekonomian.
Data yang dibutuhkan terdiri dari data sekunder dan data primer. Data
Sekunder diperoleh dari teori-teori dan literatur-literatur, sedangkan data sekunder
diperoleh melalui observasi, dokumentasi, dan melakukan sejumlah wawancara
dengan pihak terkait.
Berdasarkan hasil penelitian data dapat diketahui bahwa perkembangan bank
islam berperan terhadap perekonomian yang akhirnya hal itu dapat membantu
kemajuan suatu perekonomian di Negara-negara yang sedang berkembang.
Kata Kunci : Bank Syariah dan Perekonomian
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. penyusun panjatkan, karena berkat rahmat
serta bimbingan-Nya penulis berhasil menyelesaikan makalah tentang “Dampak
Berkembangnya Bank Islam Terhadap Perekonomian”. Adapun makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Syariah. Makalah ini berisikan
tentang bagaimana perkembang bank islam di dunia serta dampaknya terhadap
perekonomian.
Semoga makalah “Dampak Berkembangnya Bank Islam Terhadap
Perekonomian " ini memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat serta
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita semua.
Terima kasih kepada semua anggota kelompok yang telah berperan dalam
penyusunan makalah ini serta refrensi dan sumber-sumber informasi yang kami
peroleh.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Makalah 1
D. Kegunaan Makalah 2
E. ProsedurMakalah 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Islam Sebagai Suatu Sistem Hidup (Way of Live) 3
B. Perkembangan Sistem Perbankan Syariah 4
1. Mit Ghamr Bank 5
2. Islamic Develoment Bank 6
3. Islamic Research and Training Institute 8
C. Pembentukan Bank-Bank Syariah 8
D. Perkembangan Bank-Bank Syariah di Berbagai Negara 9
1. Pakistan 9
2. Mesir 9
3. Siprus 9
4. Kuwait 10
5. Bahrain 10
6. Uni Emirates Arab 10
7. Malaysia 10
8. Iran 11
9. Turki 11
E. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia 12
1. Latar Belakang Bank Syariah 12
2. Bank Muamalat Indonesia (BMI) 13
3. Era Reformasi dan Perbankan Syariah 13
4. Bank Umum Syariah 14
5. Cabang Syariah dari Bank Konvensional 14
F. Dampak Berkembangnya Bank Islam Terhadap Perekonomian 15
1. Dampak Terhadap Stabilitas 16
2. Dampak Terhadap Pertumbuhan 16
3. Dampak Pengoperasian 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 17
B. Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini masih terdapat anggapan bahwa Islam menghambat kemajuan.
Beberapa kalangan mencurigai Islam sebagai faktor penghambat pembangunan (an obstacle to economic growth). Pandangan ini berasal dari para pemikir barat.
Meskipun demikian, tidak sedikit intelektual muslim yang juga meyakininya.
Kesimpulan yang agak tergesa-gesa ini hampir dapat dipastikan timbul karena
kesalahpahaman terhadap Islam. Seolah-olah islam merupakan agama yang hanya
berkaitan dengan masalah ritual, bukan sebagai suatu sistem yang komprehensif dan
mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk maslah perkembangan ekonomi serta
industri perbankan sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaiamana perkembangan perbankan syariah?
2. Bagaiamana pembentukan bank-bank syariah?
3. Bagaimana perkembangan bank islam dinegara-negara lain?
4. Bagaimana dampak berkembangannya Bank Islam bagi perekonomian?
C. TujuanMakalah
Dari rumusanmasalah di atas, makalah in idisusun dengan bertujuan:
1. Untuk mengetahui perkembangan bank syariah di dunia;
2. Untuk mengetahui bagaimana pembentukan bank-bank syariah;
3. Untuk mengetahui perkembangan bank syariah di Negara-negara lain ;
4. Untuk mengetahui dampak berkembangnya bank syariah bagi perekonomian;
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoretis maupun praktis. Secara teoretis makalah ini berguna sebagai pengembangan
ilmu perbankan syariah. Sedangkan secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat
bagi:
1. Penulis, sebagai alat atau wahana penambah ilmu pengetahuan dan konsep
keilmuan perbankan syariah,
2. Pembaca/ dosen, sebagai media informasi mengenai perbankan syariah baik secara
teoretis maupun praktis.
E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan metode deskriptif. Melalui metode ini penyusun
akan menguraikan poin- poin materi secara jelas dan komperhensif. Data teoretis
dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya
penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan
dengan tema makalahnya sendiri. Data tersebut diolah dengan teknik analisis isi
melalui kegiatan mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data tersebut kedalam
konteks tema makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Islam Sebagai Suatu Sistem Hidup (Way of Live)
Manusia adalah khalifah di muka bumi. Islam memandang bahwa bumi
dengan segala isinya merupakan amanah Allah kepada sang khalifah agar
dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan bersama.
Untuk mencapai tujuan suci ini, Allah memberikan petunjuk melalui para rasul-Nya.
Petunjuk tersebut meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik akidah,
akhlak, maupun syariah.
Dua komponen pertama, akidah dan akhlak, bersifat konstan, keduanya tidak
mengalami perubahan apa pun dengan berbedanya waktu dan tempat. Adapun syariah
senantiasa berubah sesuai dengan kebutuhan dan taraf peradaban umat, yang berbeda-
beda sesuai dengan masa rasul masing-masing. Hal ini diungkapkan dalam Al-
Qur’an,
“….Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang
terang….”(Q.S. Al-Maa’idah: 48).
Juga oleh Rasulullah Saw. dalam suatu hadits,
“Para rasul tak ubahnya sebagai saudara sebapak, ibunya (syariahnya) berbeda-
beda sedangkan dinnya (tauhidnya) satu.” (HR. Bukhari, Abu Dawud, dan
Ahmad).
Oleh karena itu, syariah Islam sebagai suatu syariah yang dibawa oleh rasul
terakhir, mempunyai keunikan tersendiri. Syariah ini bukan hanya menyeluruh dan
komprehensif, tetapi juga universal. Karakter istimewa ini diperlukan sebab tidak
akan ada syariah lain yang datang untuk menyempurnakannya.
Komprehensif berarti syariah Islam merangkum seluruh aspek kehidupan,
baik ritual (ibadah) maupun sosial (muamalah). Ibadah diperlukan untuk menjaga
ketaatan dan keharmonisan hubungan manusia dengan Khaliq-Nya. Ibadah juga
merupakan sarana untuk meningkatkan secara kontinu tugas manusia sebagai
khalifah-Nya di muka bumi ini. Adapun muamalah diturunkan untuk menjadi rules of
the game atau aturan main manusia dalam kehidupan sosial.
Universal bermakna syariah Islam dapat diterapkan dalam setiap waktu dan
tempat sampai Hari Akhir nanti. Universalitas ini tampak jelas terutama pada bidang
muamalah. Selain mempunyai cakupan luas dan fleksibel, muamalah tidak membeda-
bedakan antara muslim dan nonmuslim. Kenyataan ini tersirat dalam suatu ungkapan
yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali,
“Dalam bidang muamalah, kewajiban mereka adalah kewajiban kita dan hak mereka
adalah hak kita.”
Sifat muamalah ini dimungkinkan karena Islan mengenal hal yang diistilahkan
sebagai tsawabit wa mutaghayyirat (principles and variables). Dalam sektor ekonomi,
misalnya, yang merupakan prinsip adalah larangan riba, sistem bagi hasil,
pengambilan keuntungan, pengenaan zakat, dan lain-lain. Adapun contoh variabel
adalah instrumen-instrumen untuk melaksanakan prinsip-prinsip tersebut.
Diantaranya adalah aplikasi prinsip jual beli dalam modal kerja, penerapan
azasmudharabah dalam investasi atau penerapan ba’i as-salam dalam pembangunan
suatu proyek. Tugas cedikiawan muslim sepanjang zaman adalah mengembangkan
teknik penerapan prinsip-prinsip tersebut dalam variabel-variabel yang sesuai dengan
situasi dan kondisi pada setiap masa.
B. Perkembangan Sistem Perbankan Syariah
Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua
gerakan renaissance Islam modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama
berdirinya lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai upaya
kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Oleh karena itu, perbankan syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem
perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah). Pembentukan
sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau
memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk
berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram).
Upaya awal penerepan sistem profit dan loss sharing tercatat di Pakistan dan
Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu adanya upaya mengelola dana jamaah haji
secara nonkonvensional. Rintisan institusional lainnya adalah Islamic Rural Bank di
desa Mit Ghamr pada tahun 1963 di Kairo, Mesir.
Setelah dua rintisan awal yang cukup sederhana itu, bank Islam tumbuh
sangat pesat. Sesuai dengan analisa Prof. Khursid Ahmad dan laporan International
Association of Islamic Bank, hingga akhir 1999 tercatat lebih dari dua ratus lembaga
keuangan Islam yang beroperasi diseluruh dunia, baik di negara-negara berpenduduk
muslim maupun di Eropa, Australia, maupun Amerika.
Dari berbagai perkembangan laporan tentang bank Islam ini, ternyata bahwa
operasional perbankan Islam hanya dikendalikan oleh tiga prinsip dasar yaitu:
1. Penghapusan suatu bunga dalam segala bentuk transaksi.
2. Melakukan segala aktivitas bisnis yang sah, berdasarkan hukum serta
perdagangan komersial dan perusahaan industri.
3. Memberikan suatu pelayanan sosial yang tercermin dalam penggunaan dana dana
zakat untuk kesejahteraan fakir miskin.
Suatu hal yang patut juga dicatat adalah saat ini banyak nama besar dalam
dunia keuangan internasional seperti Citibank, Jardine Flemming, ANZ, Chase-
Chemical Bank, Goldman Sach, dan lain-lain telah membuka cabang
dan subsidioris yang berdasarkan syariah. Dalam dunia pasar modal pun, Islamic
fund kini ramai diperdagangkan, suatu hal yang mendorong singa pasar modal dunia
Dow Jones untuk menerbitkan Islamic Dow Jones Index. Oleh karena itu, tak heran
jika Scharf, mantan direktur utama Bank Islam Denmark yang kristen itu,
menyatakan bahwa bank Islam adalah partner baru pembangunan.
1. Mit Ghamr Bank
Rintisan perbankan syariah mulai mewujud di Mesir pada dekade 1960-an dan
beroperasi sebagai rural-social bank (semacam lembaga keuangan unit desa di
Indonesia) di sepanjang delta sungai Nil. Lembaga denagan nama Mit Ghamr Bank
binaan Prof. Dr. Ahmad Najjar tersebut mampu menjadi pemicu yang sangat berarti
bagi perkembangan sistem financial dan ekonomi Islam.
2. Islamic Development Bank
Pada Sidang Menteri Luar Negeri Negara-Negara Organisasi Konferensi
Islam di Karachi, Pakistan, Desember 1970, Mesir mengajukan sebuah proposal
untuk mendirikan bank syariah. Proposal yang disebut Studi tentang Penndirian Bank
Islam Internasional untuk Perdagangan dan Pembangunan (International Islamic
Bank for Trade and Development) dan proposal pendirian Federasi Bank Islam
(Federation of Islamic Banks), dikaji para ahli dari delapan belas negara Islam.
Proposal tersebut pada intinya mengusulkan bahwa sistem keuangan
berdasarkan bunga harus digantikan dengan suatu sistem kerja sama dengan skema
bagi hasil keuntungan maupun kerugian. Proposal tersebut diterima. Sidang
menyetujui rencana mendirikan Bank Islam Internasional dan Federasi Bank Islam.
Proposal tersebut antara lain mengusulkan untuk:
1. Mengatur transaksi komersial antar negara Islam
2. Mengatur institusi pembangunan dan investasi
3. Merumuskan masalah transfer, kliring, serta settlement antarbank sentral di
negara Islam sebagai langkah awal menuju terbentuknya sistem ekonomi Islam
yang terpadu
4. Membantu mendirikan institusi sejenis bank sentral syariah di negara-negara
Islam
5. Mendukung upaya-upaya bank sentral di negara Islam dalam hal pelaksanaan
kebijakan-kebijakan yang sejalan dengan kerangka kerja Islam
6. Mengatur administrasi dan mendayagunakan dana zakat
7. Mengatur kelebihan likuiditas bank-bank sentral negara Islam.
Selain hal tersebut, diusulkan pula pembentukan badan-badan khusus yang
disebut Badan Investasi dan Pembangunan Negara-Negara Islam (Investment and
Development Bidy of Islamic Countries). Badan tersebut akan befungsi sebagai
berikut:
1. Mengatur investasi modal Islam
2. Menyeimbangkan antara investasi dan pembangunan di negara Islam
3. Memilih lahan/sektor yang cocok untuk investasi dan mengatur penelitiannya
4. Memberi saran dan bantuan teknis bagi proyek-proyek yang dirancang untuk
investasi regional di negara-negara Islam.
Sebagai rekomendasi tambahan, proposal tersebut mengusulkan pembentukan
perwakilan-perwakilan khusus, yaitu Asosiasi Bank-Bank Islam (Association of
Islamic Banks) sebagai badan konsultatif untuk masalah-masalah ekonomi dan
perbankan syariah. Tugas badan ini diantaranya menyediakan bantuan teknis bagi
negara-negara Islam yang ingin mendirikan bank syariah dan lembaga keuangan
syariah. Bentuk dukungan teknis tersebut dapat berupa pengiriman para ahli ke
negara tersebut, penyebaran atau sosialisasi sistem perbangkan Islam,dan saling tukar
informasi pengalaman antar negara Islam.[11]
Pada Sidang Menteri Luar Negeri OKI di Benghazi, Libya, Maret 1973,
usulan tersebut kembali diagendakan. Sidang kemudian juga memutuskan agar OKI
mempunyai bidang yang khusus menangani masalah ekonomi dan keuangan. Bulan
Juli 1973, komite ahli yang mewakili negara-negara Islam penghasil minyak, bertemu
di Jeddah untuk membicarakan pendirian bank Islam. Rancangan pendirian bank
tersebut, berupa anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, dibahas pada pertemuan
kedua, Mei 1974.
Sidang Menteri Keuangan OKI di Jeddah 1975, menyetujui rancangan
pendirian Bank Pembangunan Islam atau Islamic Development Bank (IDB) dengan
modal awal 2 miliar dinar Islam atau ekuivalen 2 miliar SDR (Special Drawing
Right). Semua negara anggota OKI menjadi anggota IDB.
Pada tahun-tahun awal beroperasinya, IDB mengalami banyak hambatan
karena masalah politik. Meskipun demikian, jumlah anggotanya makin meningkat,
dari 22 menjadi 43 negara. IDB juga terbukti mampu memainkan peran yang sangat
penting dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan negara-negara Islam untuk
pembangunan. Bank ini memberikan pinjaman bebas bunga untuk proyek
infrastruktur dan pembiayaan kepada negara anggota berdasarkan partisipasi modal
negara tersebut. Dana yang tidak dibutuhkan dengan segera digunakan bagi
perdagangan luar negeri jangka panjang dengan menggunakan
sistem murabahah dan ijarah.
3. Islamic Research and Training Institute
IDB juga membantu mendirikan bank-bank Islam di berbagai negara. Untuk
pengembangan sistem ekonomi syariah, instutusi ini membangun sebuah institut riset
dan pelatihan untuk pengembangan penelitian dan pelatihan ekonomi Islam, baik
dalam bidang perbankan maupun keuangan secara umum. Lembaga ini disingkat
IRTI (Islamic Research and Training Institute).
C. Pembentukan Bank-Bank Syariah
Berdirinya IDB telah memotivasi banyak negara Islam untuk mendirikan
lembaga keuangan syariah. Untuk itu, komite ahli IDB pun bekerja keras menyiapkan
panduan tentang pendirian, peraturan, dan pengawasan bank syariah. Kerja keras
mereka membuahkan hasil. Pada periode 1970-an dan awal dekade 1980-an, bank-
bank syariah bermunculan di Mesir, Sudan, negara-negara Teluk, Pakistan, Iran,
Malaysia, Bangladesh, serta Turki.
Secara garis besar, lembaga-lembaga tersebut dapat dimasukan kedalam dua
katagori.Pertama, bank Islam komersial (Islamic Comercial Bank). Kedua, lembaga
investasi dalam bentuk international holding companies.
Bank-bank yang masuk kategori pertama diantaranya;
1. Faisal Islamic Bank (di Mesir dan Sudan),
2. Kuwait Finance House,
3. Dubai Islamic Bank,
4. Jordan Islamic Bank for Finance and Investment,
5. Bahrain Islamic Bank,
6. Islamic International Bank for Investment and Development (Mesir).
Adapun yang termasuk kategori kedua:
1. Daar al-Maal al-Islami (Jenewa),
2. Islamic Investment Company of the Gulf,
3. Islamic Investment Company (Bahama),
4. Islamic Investment Company (Sudan),
5. Bahrain Islamic Investment Bank (Manama),
6. Islamic Investment House (Amman).
D. Perkembangan Bank-Bank Syariah Di Berbagai Negara
1. Pakistan
Pakistan merupakan pelopor di bidang perbankan syariah. Pada awal juli
1979, sistem bunga dihapuskan dari operasional tiga institusi: National Invesment
(Unit Trust), House Building Finance Corporation (pembiayaan sektor
perumahan, dan Mutual Funds of the Invesment Corporation of Pakistan (kerja
sama investasi). Pada 1979-80, pemerintah mensosialisasikan skema pinjaman
tanpa bunga kepada petani dan nelayan.
Pada tahun 1981, seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang
PerusahaanMudharabah dan Murabahah, mulailah beroperasi tujuh ribu cabang
bank komersial nasional di seluruh Pakistan dengan menggunakan sistem bagi
hasil. Pada awal tahun 1985, seluruh sistem perbankan Pakistan dikonversi
dengan sistem yang baru, yaitu sistem perbankan syariah.
2. Mesir
Bank syariah pertama yang didirikan di Mesir adalah Faisal Islamic Bank.
Bank ini mulai beroperasi pada bulan Maret 1978 dan berhasil membubukan hasil
mengesankan dengan total aset sekitar 2 milyar dolar AS pada 1986 dan tingkat
keuntungan sekitar 106 juta dolar AS. Selain Faisal Islamic Bank, terdapat bank-
bank lain, yaitu Islamic International Bank for Invesment and Development yang
beroperasi dengan menggunakan instrumen keuangan Islam dan menyediakan
jaringan yang luas. Bank ini beroperasi, baik sebagai bank investasi (invesment
bank), bank perdagangan (merchant bank), maupun bank komersial (commersial
bank).
3. Siprus
Faisal islamic Bank of Kibris (Siprus) mulai beroperasi pada Maret 1983
dan mendirikan Faisal Islamic Invesment Corporation yang memiliki dua cabang
di Siprus dan satu cabang di Istanbul. Dalam sepuluh bulan awal operasinya, bank
tersebut telah melakukan pembiayaan dengan skema murabahah senilai TL 450
juta (TL atau Turkey Lira, mata uang Turki).
Bank ini juga melaksanakan pembiayaan dengan
skema musyakarah dan mudharabah, dengan tingkat keuntungan yang bersaing
dengan bank non-syariah. Kehadiran bank Islam di siprus telah menggerakkan
masyarakat untuk menabung. Bank ini beroperasi dengan mendatangi desa-desa,
pabrik, dan sekolah dengan menggunakan kantor kas (mobil) keliling untuk
mengumpulkan tabungan masyarkat. Selain kegiatan-kegiatan diatas, mereka juga
mengelola dana-dana lainnya seperti al-qardhul hasan dan zakat.
4. Kuwait
Kuwait finance House didirikan pada tahun 1977 dan sejak awal
beroperasi dengan sistem tanpa bunga. Institusi ini memiliki puluhan cabang di
Kuwait dan telah menunjukkan perkembangan yang cepat. Selama dua tahun saja,
yaitu 1980 hingga 1982, dana masyarakat yang terkumpul meningkat dari sekitar
KD 149 juta menjadi KD 474 juta. Pada akhir tahun 1985, total aset mencapai KD
803 juta dan tingkat keuntungan bersih mencapai KD 17 juta (satu Dinar Kuwait
ekuivalen dengan 4 hingga 5 dolar US).
5. Bahrain
Bahrain merupakan off-shore banking heaven terbesar di Timur Tengah.
Di negeri yang hanya berpenduduk tidak lebih dari 600.000 jiwa (per Desember
1999) tumbuh sekitar 220 local dan off-shore banks. Tidak kurang dari 22
diantaranya beroperasi berdasarkan syariah. Di antara bank-bank yang beroperasi
secara syariah tersebut adalah Citi Islamic Bank of Bahrain (anak perusahaan Citi
Corp. N.A), Faysal Islamic Bank of Bahrain, dan Al-Barakah Bank.
6. Uni Emirat Arab
Dubai Islamic Bank merupakan salah satu pelopor perkembangan bank
syariah. Didirikan pada tahun 1975. Investasinya meliputi bidang perumahan,
proyek-proyek industri, dan aktivitas komersial, selama beberapa tahun, para
nasabahnya telah menerima keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan
bank konvensional.
7. Malaysia
Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) merupakan bank syariah pertama di
Asia Tenggara. Bank ini didirikan pada tahun 1983, dengan 30 persen modal
merupakan milik pemerintah federal. Hingga akhir 1999, BIMB telah memiliki
lebih dari tujuh puluh cabang yang tersebar hampir di setiap negara bagian dan
kota-kota Malaysia.
Sejak beberapa tahun yang lalu, BIMB telah tercatat sebagai listed-public
company dan mayoritas sahamnya dikuasai oleh Lembaga Urusan dan Tabung
Haji.
Pada tahun 1999, disamping BIMB telah hadir satu bank syariah baru
dengan nama Bank Bumi Putera Muamalah. Bank ini merupakan anak perusahaan
dari Bank Bumi Putera yang baru saja melakukan merger dengan Bank of
Commers.
Di negeri jiran ini, di samping full pledge Islamic Banking, pemerintah
Malaysia memperkenankan juga sistem Islamic window yang memberikan
layanan syariah pada bank konvensional.
8. Iran
Berdasarkan ketentuan/undang-undang yang disetujui pemerintah pada
bulan Agustus 1983. Sebelum undang-undang tersebut dikeluarkan sebenarnya
telah terjadi transaksi sebesar lebih dari 100 miliar rial yang diadministrasikan
sesuai dengan sistem syariah.
Ide pengembangan perbankan syariah di Iran sesungguhnya bermula
sesaat sejak Revolusi Islam Iran yang dipimpin oleh Ayatullah Khomeini pada
tahun 1979, sedangkan perkembangan dalam arti riil baru dimulai sejak Januari
tahun 1984.
Islamisasi sistem perbankan di Iran ditandai dengan nasionalisasi seluruh
industri perbankan yang dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, perbankan
komersial dan lembaga pembiayaan khusus. Dengan demikian, sejak
dikeluarkannya Undang-Undang Perbankan Islam (1983), seluruh sistem
perbankan di Iran otomatis berjalan sesuai syariah di bawah kontrol penuh
pemerintah.
9. Turki
Sebagai negara yang beridelogi sekuler, Turki termasuk negeri yang
cukup awal memiliki perbankan syari’ah. Pada tahun 1984, pemerintah Turki
memberikan izin kepada Daar al-Maal al-Islami (DMI) untuk mendirikan bank
yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil. Menurut ketentuan Bank Sentral
Turki, bank syariah diatur dalam satu yurisdiksi khusus. Setelah DMI berdiri,
pada bulan Desember 1984 didirikan pula Faisal Finance Institution dan mulai
beroperasi pada bulan April 1985. Di samping dua lembaga tersebut, Turki
memiliki ratusan—jika tidak ribuan—lembaga waqaf (vaqfi organiyasyonu) yang
memberikan fasilitas pinjaman dan bantuan kepada masyarakat.
E. Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia
1. Latar Belakang Bank Syariah
Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh
ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai
pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kajian
tersebut adalah Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo, A.M.
Saefuddin, M. Amien Aziz, dan lain-lain. Beberapa uji coba pada skala yang
relatif terbatas telah diwujudkan. Di antaranya Baitut Tamwil – Salman, Bandung,
yang sempat tumbuh mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa
dalam bentuk koperasi, yakni koperasi Ridho Gusti.
Akan tetapi, prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam bank di
Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada
tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan
Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih
mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid
Jaya Jakarta 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk
kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan
pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait.
Di Indonesia, bank syariah pertama baru lahir tahun 1991 dan beroperasi
secara resmi tahun 1992. Padahal, pemikiran mengenai hal ini sudah terjadi sejak
dasawarsa 1970-an. Menurut Dawam Raharjo, saat memberikan Kata Pengantar
buku Bank Islam Analisa Fiqih dan Keuangan penghalangnya adalah faktor
politik, yaitu bahwa pendirian bank Islam dianggap sebagai bagian dari cita-cita
mendirikan Negara Islam.
2. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan
MUI. Akte pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada
tanggal 1 November 1991. Pada saat penanandatanganan akte pendirian ini
terkompul komitmen pembelian saham sebanyak Rp84 miliar. Hingga
September 1999, Bank Muamalah Indonesia telah memiliki lebih 45 outlet
yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Balikpapan, dan
Makasar.[20]
Sejak 2000-an, setelah terbukti keunggulan bank syariah (bank Islam)
dibandingkan bank konvensional – antara lain, Bank Muamalat tidak
memerlukan suntikan dana, ketika bank-bank konvensional menjerit minta
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) ratusan triliunan akibat negative
spread – bank-bank syariah pun bermunculan di Indonesia.
Secara kuantitatif sejak awal berdirinya Bank Muamalat sebagai
prioneer di zamannya hingga sebanyak sekarang merupakan pencapaian
prestasi yang patut untuk diapresiasi. Sudah banyaknya jumlah perbankan
syariah yang ada tentunya memiliki efek positif bagi
masyarakat Indonesia yang tentunya jangkauan ke masyarakat menjadi lebih
luas untuk jaringan perbankan syariah itu sendiri. Terus bertambahnya
industri perbankan syariah tentu juga menambah jumlah pembiayaan
berprinsip syariah yang bisa disalurkan kepada masyarakat sehingga proses
pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi bisa terakomodir.
3. Era Reformasi dan Perbankan Syariah
Pada masa perkembangan selanjutnya, yaitu pada masa era reformasi
Bank Syari’ah mendapat persetujuan dengan dibuatkannya Undang Undang
No. 10 tahun 1998, yang mengatur dengan rinci tentang landasan hukum serta
jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan di implementasikan oleh Bank
Syari’ah. Undang Undang tersebut juga memberikan arahan bagi Bank
Konvensional untuk membuka cabang Syari’ah atau bahkan mengkonversikan
diri secara total menjadi Bank Syari’ah.
Peluang tersebut ternyata disambut antusias oleh masyarakat
perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam bidang
perbankan syariah bagi para stafnya. Sebagian bank tersebut ingin menjajaki
untuk membuka divisi atau cabang syariah dalam institusinya. Sebagian
lainnya bahkan berencana mengkonversi diri sepenuhnya menjadi bank
syariah. Hal demikian diantisipasi oleh Bank Indonesia dengan mengadakan
“Pelatihan Perbankan Syariah” bagi para pejabat Bank Indonesia dari segenap
bagian,terutama aparat yang berkaitan langsung seperti DPNP (Direktorat
Penelitian dan Pengaturan Perbankan), kredit, pengawasan, akuntansi, riset,
dan moneter.
4. Bank Umum Syariah
Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank milik pemerintah
pertama yang melandaskan operasionalnya padaprinsip syariah. Secara
struktural, BSM berasal dari Bank Susila Bakti (BSB), sebagai salah satu anak
perusahaan di lingkup Bank Mandiri (ex BDN), yangkemudian dikonversikan
menjadi bank syariah secara penuh. Dalam rangka melancarkan proses
konvensi menjadi bank syariah, BSM menjalin kerja sama dengan Tazkia
Institute, terutama dalam bidang pelatihan dan pendampingan konversi.
5. Cabang Syariah dari Bank Konvensional
Satu perkembangan lain perbankan syariah di lndonesia
pascareformasi adalah diperkenankannya konversi cabangbank umum
konvensional menjadi cabang syariah. Beberapa bank yang sudah dan akan
membuka cabang syariah diantaranya:
1. Bank IFI (membuka cabang syariah pada 28 Juni 1990)
2. Bank Niaga (akan membuka cabang syariah)
3. Bank BNI 46 (telah membuka lima cabang syariah)
4. Bank BTN (akan membuka cabang syariah)
5. Bank Mega (akan mengkonversikan satu bank konvensionak-anak
perusahaannya menjadi bank syariah)
6. Bank BRI (akan membuka cabang syariah)
7. Bank Bukopin (tengah melakukan program konversi untuk cabang Aceh)
8. BPD JABAR (telah membuka cabang syariah di Bandung)
9. BPD Aceh (tengah menyiapkan SDM untuk konversi cabang)
Catatan: data per November 2000
Hingga tahun 2012, kemajuan dan perkembangan perbankan syariah
terlihat dari:
1. 11 Bank Umum Syariah (BUS)
2. 24 Unit Usaha Syariah (UUS)
3. 156 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Jumlah BUS, UUS dan BPRS untuk tahun-tahun mendatang sangat
mungkin untuk terus bertambah. Pertama karena memang sejak diterbitkannya
UU No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah adanya tuntutan UUS yang
sudah mencapai 50% harus melakukan spin off dari induknya hingga pada
tahun 2023 batasnya. Belum lagi bank konvensional yang resmi berubah
menjadi bank syariah tidak boleh kembali lagi ke status konvensionalnya.
F. Dampak Berkembangnya Bank Islam Terhadap Perekonomian
Di Indonesia perkembangan ekonomi syariah saat ini begitu pesat, ini
terlihat dari berbagai kemunculan industri keuangan syariah seperti asuransi
syariah, perbankan syariah, pasar modal syariah, koperasi syariah, leasing syariah,
dan lain sebagainya hingga banyak bermunculan pendidikan tinggi maupun
menengah yang membuka jurusan ekonomi syariah serta banyaknya organisasi
dan asosiasi ekonomi syariah.
Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki wacana
pendirian Bank BUMN syariah. Oleh karena hal itu, pasti terdapat alasan
tersendiri mengapa hal tersebut diwacanakan oleh kementrian ini, termasuk
dampak yang timbul karena pengoprasian perbankan syariah selama ini.
Pengamat perbankan syariah, Karnaen A Perwataatmadja, mengungkapkan ada
tiga dampak makro yang terjadi dari beroperasinya perbankan syariah
1. Dampak Terhadap Stabilitas
Dampak terhadap stabilitas ekonomi adalah transaksi perbankan syariah
berdasarkan pada hukum Islam. Pada transaksi ini menggunakan sistem
ketersediaan barang terlebih dahulu sebelum perbankan mengeluarkan uang. Dari
sistem ini apabila seluruh sektor perbankan adalah bank syariah jumlah barang
akan selalu diimbangi dengan jumlah uang.
2. Dampak Terhadap Pertumbuhan
Dampak terhadap pertumbuhan merupakan dampak selanjutnya yang
dipaparkan Karnaen. Stabilitas yang dibangun perbankan syariah apabila pangsa
pasarnya sudah cukup signifikan besarnya tidak meredam kenaikan harga bila
terjadi kelangkaan barang.
Kenaikan harga ini akan mendorong produsen untuk meningkatkan
produksi dengan menambah mesin, pembelian bahan baku, dan tenaga kerja
sehingga menambah pendapatan masyarakat. Karena peningkatan pendapatan
hakekatnya adalah pertumbuhan ekonomi.
3. Dampak Pengoperasian
Dampak pengoperasian perbankan syariah terhadap pemerataan.
Perbankan syariah saat ini beroperasi dengan menggunakan sistem bagi hasil.
Sistem bagi hasil yang adil dan baik di sisi pendanaan maupun di sisi pembiayaan
akan membawa dampak pemerataan. Berdasarkan falsafah dasar yang diusung
perbankan syariah berupaNatural Uncertain Contract maka sistem bagi hasil
akan menerapkan prinsip hasil sedikit maupun hasil besar akan dibagi secara adil.
BAB III
PENUTUP
A. KesimpulanTujuan utama berdirinya lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah
tiada lain sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek
kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Perbankan
syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya
berdasarkan hukum Islam (syariah).
Dari berbagai perkembangan laporan tentang bank Islam ini, ternyata
bahwa operasional perbankan Islam hanya dikendalikan oleh tiga prinsip dasar
yaitu:
1. Penghapusan suatu bunga dalam segala bentuk transaksi.2. Melakukan segala aktivitas bisnis yang sah, berdasarkan
hukum serta perdagangan komersial dan perusahaan industri.3. Memberikan suatu pelayanan sosial yang tercermin dalam
penggunaan dana dana zakat untuk kesejahteraan fakir miskin.
Oleh karena itu, setidaknya ada tiga dampak yang timbul akibat
berkembangnya perbankan islam bagi perekonomian, yaitu: dampak terhadap
stabilitas, pertumbuhan, dan pengoperasian.
B. SaranDalam pengumpulan materi pembahasan di atas tentunya kami banyak
mengalami kekurangan, oleh karena itu hendaknya pembaca memberikan
tanggapan baik itu berupa kritik dan saran yang bersifat konstruktif terhadap
karya tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://mionaga.blogspot.co.id/2016/05/perkembangan-perbankan-syariah-di.html
https://fuadridani.wordpress.com/2016/06/09/dampak-berkembangnya-bank-islam-terhadap-perekonomian/
http://banksyariah1.blogspot.co.id/2012/07/sejarah-perkembangan-bank-syariah-di.html
https://danzoo46.wordpress.com/perkembangan-perbankan-berbasis-islam-di-dunia/