Al Quran Hadits 2

Embed Size (px)

Citation preview

Berlaku Adil dan Benar QS. Al-Maidah: 8-10 Artinya: 8. Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak kebenaran karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. 9. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa) mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar. 10. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu adalah penghuni neraka.

Dalam ayat 8 surah Al-Maidah tersebut di atas, Allah menganjurkan kepada orang-orang yang beriman untuk selalu teguh melaksanakan kebenaran dan menjadi saksi dengan adil. Artinya berani mengungkapkan hal-hal yang benar di depan pengadilan tanpa suatu tujuan atau pamrih apapun, baik karena kerabat, harta ataupun kedudukan. Sebab keadilan merupakan barometer dari kebenaran.

Bila terjadi kecurangan pada suatu umat, maka akan hilanglah kepercayaan dari orang-orang, kehancuran akan merajalela, hubungan tali persaudaraan akan terputus, dan akhirnya malapetaka yang akan menimpa seluruh umat, baik yang berlaku adil maupun yang berlaku curang. Dalam ayat itu pun dijelaskan bahwa sikap adil itu harus tetap ditegakkan, meskipun kepada musuh atau orang yang dibenci. Sebab sikap adil adalah yang paling dekat kepada ketakwaan. Sedangkan dalam ayat 9 dan 10, Allah menjelaskan janji kepada orangorang yang beramal saleh dan ancaman kepada orang-orang yang ingkar dari kebenaran. Adil pada hakikatnya bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan yang menjadi haknya, yang di dasarkan pada suatu prinsip bahwa semua orang sama kedudukannya di depan hukum. Dengan demikian tuntutan yang mendasar dari keadilan adalah memberikan perlakuan dan memberikan kesempatan yang sama (equality and fairness) terhadap setiap orang. Oleh karenanya seseorang yang melaksanakan tugas atau profesi dibidang peradilan yang memikul tanggung jawab menegakkan hukum yang adil dan benar harus selalu berlaku adil dengan tidak emmbeda-bedakan orang. Sebagai contoh penerapan keadilan yaitu pada pengadilan. Dalam melaksanakan tugas peradilan, hakim tidak boleh baik dengan perkataan, sikap, atau tindakan yang menunjukkan rasa suka atau tidak suka, keberpihakan, prasangka, membeda-bedakan atas dasar perbedaan ras, jenis kelamin, agama, kebangsaan, perbedaan kemampuan fisikatau mental, usia atau status sosial ekonomi maupun atas dasar kedekatan hubungan dengan pencari keadilan atau orang-orang yang sedang berhubungan dengan pengadilan. Hakim tidak boleh mengeluarkan perkataan, bersikap atau melakukan tindakan yang dapat menimbulkan kesan yang beralasan dapat di artikan sebagai keberpihakan, tidak atau kurang memberikan kesempatan yang sama, berprasangka, mengancam, atau menyudutkan para pihak atau kuasanya, atau saksi-saksi. Hakim

harus memberikan keadilan bagi semua pihak dan tidak beritikad semata-mata untuk menghukum. Meneguhkan kebenaran sama halnya dengan kejujuran. Karena kejujuran pada hakikatnya bermakna dapat dan berani menyatakan bahwa yang ebnar adalah benar dan yang salah adalah salah. Kejujuran endorong terbentuknya pribadi yang kuat dan membangkitkan kesadaran akan hakikat yang hak dan yang batil. Dengan demikian akan terbentuk sikap pribadi yang tidak berpihak terhadap setiap orang. Jadi, bila seseorang ditunjuk menjadi seorang pemimpin (baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif) ia harus bersikap adil, artinya ia tidak boleh memihak, tidak berat sebelah dalam mengambil keputusan, tidak bersikap sewenang-wenang, dan selalu berpihak kepada kebenaran. Akan tetapi hal tersebut tidak hanya berlaku kepada para pemimpin. Hanya saja ucapan dan tindakan para pemimpin selalu berdampak kepada kepentingan orang banyak, sehingga perintah berlaku adil lebih dekat kepada para pemimpin umat.

Sari Makna 1. Di antara ciri-ciri orang-orang yang beriman adalah bersikap adil semata-mata karena Allah. 2. Sikap adil harus diberikan kepada siapa pun, baik kepada orang yang disenangi maupun kepada orang yang dibenci. 3. Orang yang bersikap adil akan mendapat ampunan dan pahala di sisi Allah, sedangkan orang yang tidak bersikap adil akan menjadi penghuni neraka.

Tafsir Al-Mishbah Ayat ini menyerukan , Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi Qawwamin yakni orang yang selalu dan bersungguh-sungguh menjadi pelaksana yang sempurna terhadap tugas-tugas kamu terhadap wanita dan lain-lain.

Dengan menegakkan kebenaran demi karena Allah, serta menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali kali kebencian kamu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil, baik terhadap keluarga istri kamu yang Ahl al-kitab itu, maupun terhadap selain mereka. Berlaku adillah terhadap siapapun walau atas dirimu sendiri karena ia yakni adil itu lebih dekat kepada takwa yang sempurna dari pada selain adil, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS. An-nisa ayat 135 serupa redaksinya dengan ayat di atas. Hanya saja disana dinyatakan qunnu qowwamina bilqisth syuhada`a li-llahi, sedang ayat di atas kuunu qowwamina li-llahi syuhada`a bil qisth. Perbedaan redaksi boleh jadi disebabkan karena ayat surat An-nisa di atas dikemukakan dalam konteks ketetapan hukum dalam pengadilan yang di susul dengan pembicaraan tentang kasus seorang muslim yang menuduh seorang Yahudi secara tidak sah, selanjutya dikemukakan uraian tentang hubungan pria dan wanita, sehingga yang ingin di garis bawahi oleh ayat itu adalah pentingnya keadilan kemudian disusul dengan kesaksian. Karena itu redaksinya mendahulukan kata alqisth (adil) baru kata syuhada (saksi-saksi). Adapun pada ayat Al-Maidah ini, ia ingin mengingatkan perjanjian-perjanjian dengan Allah dan Rasul-Nya, sehingga yang ingin di garisbawahi adalah pentingnya melaksankan secara sempurna seluruh perjanjian itu, dan itulah yang dikandung oleh kata qowwaminli-llah. Ada juga yang berpendapat bahwa ayat surah Annisa di kemukakan dalam konteks kewajiban berlaku adil terhadap diri, kedua orangtua, dan kerabat, sehingga wajar jika kata AlQisth / kadilan yang di dahulukan, sedang ayat Al-Maidah di atas dikemukakan dalam konteks permusuhan dan kebencian, sehingga yang perlu lebih dahulu diingatkan adalah kaharusan melaksanakan segala sesuatu demi karena Allah, karena hal ini yang akan lebih mendorong untuk meninggalkan permusuhan dan kebencian. Di atas dinyatakan bahwa adil lebih dekat kepada takwa. Perlu di catat bahwa keadilan dapat merupakan kata yang menunjuk substansiajaran islam. Jika ada agama yang menjadikan kasih sebagaituntunan tertinggi, islam tidak demikian. Kasih dalam kehidupan pribadi apalagi masyarakat dapat berdampak buruk. Bukankah jika Anda kasih kepada seorang penjahat, Anda tidak akan menghukumnya? Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Jika

seseorang memerlukan kasih, maka dengan berlaku adil Anda dapat mencurahkan kasih kepadanya. Jika seseorang melakukan pelanggaran dan wajar mendapat saksi yang berat, maka ketika itu kasih tidak boleh berperanan karena ia dapat menghambat jatuhnya ketetapan hukum atasnya. Ketika itu, yang dituntut adalah adil yakni menjatuhkan hukuman yang setimpal atasnya.

Setelah pada ayat-ayat yang lalu Allah memerintah dan melarang, kini melalui kedua ayat di atas, Allah menggembirakan dan mengancam dengan menyatakan: Allah telah menjanjikan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang sesuai dengan isi hati mereka dan membuktikannya dengan beramal soleh, (bahwa) untuk mereka ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan pahala yang besar, baik di dunia lebih-lebih di akhirat sebagai buah dan imbalan amal-amal baik mereka. Adapun orang-orang kafir, yang menolak ajakan Rasul dan mendustakan ayat-ayat Kami yang disampaikan oleh para Rasul maka mereka itu, yang di tunjuk oleh ayat ini, bukan selain mereka, yang sangat jauh dalam kekafirannyaserta amat jauh dari rahmat Allah adalah penghuni-penghuni neraka. Janji Allah pasti ditepatinya. Karena sebab-sebab pengingkaran janji tidak dapat menyentuh Allah. Biasanya, seseorang tidak memenuhi janjinya jika ia tidak tahu apa yang akan terjadi, atau tidak mampu memenuhi janjinya, atau takut dan ada kepentingan yang lain. Hal-hal tersebut tidak mungkin menyentuh Allah swt. Sedikitpun. Karena itu, pastijanji-Nya yang baik terpenuhi. Memang janji-Nya yang berupa ancaman dapat tidak di penuhi-Nya, bukan karena hal-hal di atas, tetapi karena kasih sayang-Nya. Ancaman-Nya pun ketika di sampaikan-Nya pun antara lain sekedar bertujuan menakut-nakuti, agar manusia menghindari apa yang di larang-Nya. Ancaman yang dibatalkan jika seseorang mampu menjatuhkan-Nya, melakukan salah satu hal yang terpuji. Kata ashab adalah bentuk jamak dari kata shahib/ yang menemani (teman). Yang menemani selalu bersama yang di temaninya, sehingga Ashabun-nar adalah orang-orang yang selalu menemnai dan di temani oleh api neraka, tidak pernah terlepas atau dapat melepaskan diri darinya. Itulah yang di maksud dengan terjemah penghuni neraka.

Berlaku Adil dan BenarQS. Al-Maidah: 8-10

Disusun oleh: Annisya Ayudia Dessy Amalia Dita Khoerunnisa Ida Purnasih Nurul Farihah

XII IPA 5

Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bogor Jl. Padjajaran no. 6 2011/2012