21
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah teknik pengukuran kadungan berbagai zat gizi dansubstansi lainnya yang terdapat dalam urin dan darah. Hasil pengukurannya teresebut telah dibantu standar normal yang telah ditetapkan. Adanya parasit dapat diketahui dengan pemeriksaan feses, urin, dan darah karena kurang gizi sering berkaitan dengan pravelensi penyakit karena parasit. Dalam berbagai hal, pemeriksaan biokimia hanya dapat dilakukan di rumah sakit (Mohammed, 2012). Malnutrisi secara luas telah dianggap sebagai masalah kesehatan diantara orang tua. Serum kadar albumin biasanya digunakan dalam menilai status gizi, dengan kurang dari 3,5 g/dl konsentrasi serum albumin

Albumin Diah Ayu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

z

Citation preview

Page 1: Albumin Diah Ayu

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pemeriksaan biokimia yang sering digunakan adalah teknik pengukuran

kadungan berbagai zat gizi dansubstansi lainnya yang terdapat dalam urin dan

darah. Hasil pengukurannya teresebut telah dibantu standar normal yang telah

ditetapkan. Adanya parasit dapat diketahui dengan pemeriksaan feses, urin, dan

darah karena kurang gizi sering berkaitan dengan pravelensi penyakit karena

parasit. Dalam berbagai hal, pemeriksaan biokimia hanya dapat dilakukan di

rumah sakit (Mohammed, 2012).

Malnutrisi secara luas telah dianggap sebagai masalah kesehatan diantara

orang tua. Serum kadar albumin biasanya digunakan dalam menilai status gizi,

dengan kurang dari 3,5 g/dl konsentrasi serum albumin dianggap sebagai

“hipoalbuminemia”. Kadar serum albumin yang rendah terkait dengan rendahnya

status kesehatan. Penurunan kadar serum albumin dari kisaran normal dikaitkan

dengan penurunan massa otot, dan kekuatan otot, mengakibatkan gangguan

kesehatan. Beberapa studi menyebutkan penurunan kadar albumin dan usia adalah

efek yang berkaitan dengan beberapa penyakit kronis (Mohammed, 2012).

Untuk menilai fungsi ginjal pada pasien hipertensi dengan mengukur

kreatinin serum, serum albumin, dan protein urin menunjukkan bahwa serum

Page 2: Albumin Diah Ayu

kreatinin dan serum albumin dalam pasien hipertensi menunjukkan peningkatan

yang sifnifikan atas control rata-rata SD (141,3 + 39, 52,4 +18) dan (50,6 + 7,7,

37,0 + 5,7). Protein urea ditemukan pada pasien hipertensi. Individu hipertensi

mungkin beresiko lebih besar terkena penyakit ginjal. Jadi pengurangan darah

dianjurakan (Mohammed, 2012).

Diabetes kini sudah menjadi salah satu masalah penyakit utama di dunia.

Diabetes adalah merupakan penyakit metabolik yang digambarkan melalui

keadaan hiperglisemia kronik dan juga gangguan metabolik lemak, karbohidrat,

protein yang disebabkan masalah rembesan insulin. Penyakit ini menyerang

semua orang, tanpa mengitung umur, ras, pangkat atau keturunan. Menurut

Organisasi Kesehatan Dunia, saat ini terdapat 230 juta penduduk dunia menderita

diabetes dan diperkirakan sekitar 6 juta orang tiap tahunnya baru menderita

penyakit ini, juga para tahun 2025 diperkirakan ada 350 juta orang yang akan

menderita diabetes (Obia, 2012).

Dan penyakit diabetes ini merupakan penyebab utama terjadinya gagal

ginjal tahap akhir di seluruh dunia. Albumnuria adalah pertanda awal untuk

kejadian penyakit ginjal. Juga sebagai indikator resiko tinggi morbiditi dan

mortality akibat masalah kardiovaskular dikalangan penderita diabetes. Penyakit

kardiovaskular adalah penyebab utama kematian di kalangan pesakit nefropati

diabetes. Defenisi abuminuria sendiri adalah sisa albumin dalam urin yaitu 30

mg/hari atau 20µgm/min atau lebih.

Page 3: Albumin Diah Ayu

Oleh karena itu, praktikum untuk mengukur kadar albumin ini diperlukan

untuk mengetahui kadar albumin dalam darah. Dari hasil ini dapat diketahui

bagaimana kadar albumin yang ada dalam darah, jika terjadi defisiensi maka

dapat ditanggulangi secara dini. Oleh karena itu, pengukuran kadar albumin ini

diperlukan dan dilakukanlah praktikum ini.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui cara menentukan dan mendiaknosis kadar albumin dalam

plasma darah.

Page 4: Albumin Diah Ayu

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Albumin merupakan komponen utama dari protein serum total dalam individu

yang sehat. Serum albumin diuji dalam sebagian besar laborat klinik melalui metode

penguat warna (dye-binding method) yang menggunakan bromocesol green. Serum

albumin biru yang menyerap secara maksimal pada 600 nm (Mohammed, 2012).

Pemeriksaan albumin, reagen ini ditujukan untuk menentukan banyaknya jumlah

albumin dalam serum manusia dan plasma pada kedua sistem baik manual dan sistem

otomatis. Pada prinsipnya, pemeriksaan albumin ini mengikat BGS sehingga

menyebabkan perubahan dalam penyerapan spectrum pencelupan. Pencelupan

pembentukan albumin kompleks mempunyai puncak penyerapan pada 625 nm yang

sangat proporsional pada konsentrasi albumin dalam sampel (Mohammed, 2012).

Penentuan glukosa, urea, dan albumin dalam serum darah pasien malaria

menerangkan bahwa dapat diperiksa kadar serum urea dan albumin pada penderita

malaria dan dibandingkan dengan subjek kontrol dengan menggunakan mikrolab 300.

Kadar serum urea pada pasien malaria naik menjadi 13,7 ± 3,15, yang meningkat

dibandingkan dengan subjek kontrol, glukosa, albumin mengalami penurunan

dibandingkan dengan subjek control (Mohammed, 2012).

Penentuan albumin dalam penelitian tersebut menggunakan 1000µL buffer

reagen (R1) diikuti dengan penampak Bromoceresol Green (R2) dalam tabung yang

Page 5: Albumin Diah Ayu

mengandung 10µL serum darah dicampur dan dibiarkan berdiri selama 5 menit untuk

menyelesaikan reaksi, lalu diukur absorbansi pada panjang gelombang 546,540-600

nm6. Hasil penelitiannya menunjukkan tingkat peningkatan urea dibandingkan

dengan subjek kontrol pasien, sedangkan serum glukosa dan tingkat albuminnya

menurun pada pasien malaria dibandingkan dengan subjek control (Obia, 2012).

Signifikan prognostic tingkat masuknya albumin serum pada pasien cedera

kepala. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan rata-rata serum albumin pada

pasien cedera kepala dan kontrol adalah 3,24 dan 4,15 g/dL masing-masing (P <

0,001). Kenyataan albumin memiliki korelasi positif yang signifikan dengan skor

Glasgow Koma (GCS) (P < 0,001). Hipoalbuminemia (≤ 3,5 g/dL) saat masuk

tercatat 88%, 52%, dan 33% dari pasien yang cedera kepala berat, sedang yang ringan

masing-masing (P < 0,001). Tingkat albumin secara signifikan lebih rendah diamati

pada pasien dengn cedera sistemik, mereka membutuhkan dekompresi bedah dan

pada orang tua. Kematian pada 1 bulan adalah 43% pada pasien dengan masuk

hipoalbuminemia dibandingkan dengan 17% pada mereka dengan tingkat albumin

normal (rasio odds [OR] 3,7, p = 0,003). Hasil yang kurang baik pada 3 bulan

tercatat pada 62% pasien dengan hipoalbuminemia masuk dibandingkan dengan 18%

dari mereka yang memiliki kadar albumin normal (OR 7.3, p <0,001). Dalam analisis

regresi logistik, masuk hipoalbuminemia muncul sebagai prediktor independen untuk

hasil yang tidak menguntungkan, disamping usia dan CGS (Obia, 2012).

Albumin merupakan protein yang paling berlimpah dalam plasma darah hingga

Page 6: Albumin Diah Ayu

mencapai sekitar 60% dari total plasma protein. Rentang normal untuk albumin

serum adalah 3,6 – 5,5 g/dL. Plasma merupakan 40% dari total albumin tubuh,

sedangkan 60% sisanya hadir dalam ekstra vaskular intertisial kola (waktu paruh

albumin dalam plasma adalah sekitar 18-20). Fungsi utama dari serum albumin

adalah sebagi pemeliharaan tekanan osmotik koloid, transportasi ligan dan konstitusi

asam amino (Mohammed, 2012).

Albumin merupakan salah satu reaktan fase akut negatif, yang jatuh sebagai

komponen dalam respon metabolik terhadap infeksi cedera kepala. Penyebab utama

hipoalbuminemia pada cedera sistemik disebabkan oleh peningkatan vaskular

permeabilitas dan belum tentu akibat malnutrisi. Pada pasien dengan cedera kepala

berat, McClain, et al, melaporkan adanya permebilitas endotel karena sifat endotel

yang disebabkan oleh disfungsi akut pasca cedera (Obia, 2012).

Page 7: Albumin Diah Ayu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Hari dan tanggal : Kamis 21 februari 2013

Tempat : Laboratorium Terpadu lantai 3 FKM Unhas

Waktu : 11.00 wita

3.2 Alat dan Bahan

1) Spoit 3 sampai 5 ml

2) Pengikat karet lengan / Torniqued

3) Tabung sentrifius

4) Sentrifus

5) Botol vial

6) Mikropipet 100-1000 µl

7) Rak tabung

8) Blood lancet

9) Lancing device

10) Alkohol 70%

11) Kapas

3.3 Cara kerja

a) Cara pengambilan darah vena

1) Jika darah diambil pada bagian vena fossa cubiti. Pasang Torniqued

Page 8: Albumin Diah Ayu

(ikatan pembendung) pada lengan bagian atas dan mintalah pada orang

yang diambil darahnya untuk mengepal dan membuka tangannya beberapa

kali agar vena jelas terlihat.

2) Tegakkanlah kulit dibagian tangan dengan jari tangan kiri supaya vena

tidak bergerak pada saat tusukan

3) Bersihkan bagian yang akan diambil darah dengan alkohol 70%

4) Tusuklah bagian vena yang sudah dibersihkan dengan spoit sampai ujung

jarum masuk kedalam lumen vena. Tarik penghisap spoit perlahan sampai

jumlah darah yang dikehendaki didapat.

5) Lepaskan karet bendungan

6) Taruhlah kapas diatas jarum dan cabutlah spoit

7) Bukalah jarum spoit dan alirkan perlahan kedalam tabung sentrifius

secukupnya (± 3ml) untuk dipisahkan serumnya, diamkan 5 sampai 10

menit sebelum disentrifius.

8) Sisanya alirkan kedalam tabung vial yang sudaah berisi EDTA, digoyang

hingga merata ( untuk pemeriksaan hemoglobin).

b) Tusukan kulit/ darah perifer

1) Oleskan alkohol 70% pada ujung jari ( jari manis)

2) Stelah alkohol kering, tusuk segera ujung jari dengan blood lancet yang

sudah terpasang pada auto lancet

3) Darah yang pertama keluar dihapus dengan kapas kering

Page 9: Albumin Diah Ayu

4) Darah yang keluar selanjutnya digunakan untuk pemeriksaan yang

diinginkan

c) Cara mendapatkan serum

1) Darah yang sudah diendapkan disentrifius dengan kecepatan 1500 sampai

3000 rpm selama 5 sampai 10 menit

2) Pipet bagian yang atas ( serum) dengan hati-hati kedalam tabung reaksi.

Hindari terjadi hemolisis

Page 10: Albumin Diah Ayu

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Nama Albumin Keterangan

Siti Rohma Hidayati 4,1 g/dl Normal

4.2 Pembahasan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil kadar

albumin praktikan adalah 3,7 g/dl. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa

kadar albumin praktikan normal dimana berada pada kisaran 3,3 -4,5 g/dl. Kadar

albumin responden normal disebabkan karena asupanan nutrisi yang mengandung

albumin masih tetap terjaga dan tidak terjadinya kehilangan albumin dalam

jumlah besar dalam pembuangan (ekskresi), sehingga berbagai resiko penyakit

masih rendah (Suprayitno, 2009).

Albumin merupakan protein yang paling berlimpah dalam plasma darah

hingga mencapai sekitar 60% dari total plasma protein. Fungsi utama dari serum

albumin adalah sebagi pemeliharaan tekanan osmotik koloid, transportasi ligan

dan konstitusi asam amino rendah (Suprayitno, 2009).

Serum kadar albumin biasanya digunakan dalam menilai status gizi, dengan

kurang dari 3,5 g/dl konsentrasi serum albumin dianggap sebagai

Page 11: Albumin Diah Ayu

“hipoalbuminemia”. Kadar serum albumin yang rendah terkait dengan rendahnya

status kesehatan. Penurunan kadar serum albumin dari kisaran normal dikaitkan

dengan penurunan massa otot, dan kekuatan otot, mengakibatkan gangguan

kesehatan rendah (Suprayitno, 2009).

Menurut Iwan S. Handoko (2005) hipoalbuminemia dapat di sebabkan oleh

masukan protein yang rendah, pencernaan atau absorpsi protein yang tak adekuat

dan peningkatan kehilangan protein yang dapat ditemukan pada pasien dengan

kondisi medis kronis dan akut. Pada kondisi tersebut albumin yang berkurang

akan mengganggu metabolisme kalsium dalam tubuh dan akan terjadi

penimbunan cairan dalam jaringan (edema) misalnya terjadi pembengkakan di

kedua kaki, atau bisa terjadi penimbunan cairan dalam rongga tubuh misal di

perut yang di sebut ascites. Selanjutnya, keadaan ini juga akan berhubungan

dengan fungsi mempertahankan sel dalam sirkulasi dan jika kondisinya ekstrim

akan berpengaruh pada fungsi pengantaran zat gizi ke dalam jaringan

(Suprayitno, 2009).

Terapi hipoalbuminemia dapat di lakukan dengan pemberian diet ekstra

putih telur atau ekstrak albumin dari bahan makanan yang mengandung albumun

dalam kadar yang cukup tinggi. Penderita hipoalbuminemia dapat di berikan BSA

(Body Serum Albumer) dan diberikan bahan makanan seperti ikan gabus yang

dimana kandungan protein dalam ikan gabus ternyata paling tinggi, yaitu 25 %

dengan kadar lemak yang sangat rendah (Oktarianti, 2010).

Page 12: Albumin Diah Ayu

Keadaan albumin yang tidak normal juga jika kadar albumin > 5 g/dl yang

di sebut hiperalbumin. Peningkatan kadar albumin dapat disebabkan karena

dehidrasi, muntah yang parah dan diare berat. Hal ini akan menyebabkan gagal

ginjal bila terjadi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun karena kehabisan

natrium sehingga tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan. Hal ini dapat di atasi dengan cara:

1. Memberikan diet tinggi kalori dan rendah protein

2. Mengoptimalkan dan mempertahankan keseimbangan cairan dan garam yaitu

dengan cara melakukan pengawasan melalui berat badan, urin dan pencatatan

keseimbangan cairan (masukan melebihi keluaran sekitar 500 ml).

3. Kontrol hipertensi

4. Menghindari masukan kalium yang besar (dibatasi hingga 60 mmol/hari).

(Rusli, 2011)

Page 13: Albumin Diah Ayu

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Albumin merupakan protein yang paling berlimpah dalam plasma darah

hingga mencapai sekitar 60% dari total plasma protein. Fungsi utama dari

serum albumin adalah sebagi pemeliharaan tekanan osmotik koloid,

transportasi ligan dan konstitusi asam amino.

2. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil kadar albumin

praktikan adalah 4,1 g/dl. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar

albumin praktikan normal dimana berada pada kisaran 3,3 - 4,5 g/dl.

3. Penilaian kadar serum albumin juga dapat digunakan untuk mengukur resiko

terjadinya penyakit gagal ginjal kronik (CKD), dimana anak-anak dengan

penyakit ginjal kronis (CKD) beresiko kekurangan gizi energi protein.

5.2 Saran

Disarankan kepada praktikan agar melakukan percobaan dengan hati-hati

dan lebih memperhatikan prosedur kerja dengan baik untuk mendapatkan hasil

yang lebih maksimal.

Page 14: Albumin Diah Ayu

DAFTAR PUSTAKA

Mohamed, Nagah AA and HM Hamad. 2012. Serum Creatinine,Albumin and Urine Protein in Hypertensive Patiens.

Obia, O., ZM Ofuya, C Obiandu, dan J Nnadi. 2012. A Study of Calcium, Albumin, and Alkaline Phosphatase in Select Populations Niger, Delta Region of Nigeria.

Rusli et all, 2011, http://terapi_albumin_type.pdf (diakses pada 25 Februari 2013) Sirajuddin, S., Nurhaedar J., & Rahayu I. (2012). Penuntun Praktikum. Universitas Hasanuddin:

Makassar.

Supariasa, IDN., Bachyar B., & Ibnu F. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC: Jakarta10.

Supriasa, I Dewa Nyoman., Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar. 2012. Penilaian Status Gizi.

Suprayotno, Eddy, 2011, Potensi Serum Albumin, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.