21
Aliran seni dari zaman ke zaman Zaman prasejarah Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan mereka. Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan karena lukisan atau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding- dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan seni keramik. Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi

Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

Citation preview

Page 1: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

Aliran seni dari zaman ke zaman

Zaman prasejarah

Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar.

Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak

ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah mulai

membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan

bagian-bagian penting dari kehidupan mereka.

Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini disebabkan

karena lukisan atau gambar sangat mudah dibuat. Sebuah lukisan

atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang

sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu

teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua

adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu

menyemburnya dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral

berwarna.

Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding

gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini

memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk

berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni

patung dan seni keramik.

Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar

seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam pendidikan seni

rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan dwi-matra

(dua dimensi, dimensi datar). Seiring dengan perkembangan

peradaban, nenek moyang manusia semakin mahir membuat

bentuk dan menyusunnya dalam gambar, maka secara otomatis

karya-karya mereka mulai membentuk semacam komposisi rupa

dan narasi (kisah/cerita) dalam karya-karyanya.

Page 2: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah

manusia, binatang, dan obyek-obyek alam lain seperti pohon, bukit,

gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari obyek yang digambar tidak

selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat

dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap obyeknya.

Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk

yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli.

Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang

menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor

banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam obyek menjadi

berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di

daerahnya. Pencitraan ini menjadi sangat penting karena juga

dipengaruhi oleh imajinasi. Dalam perkembangan seni lukis,

imajinasi memegang peranan penting hingga kini.

Pada mulanya, perkembangan seni lukis sangat terkait dengan

perkembangan peradaban manusia. Sistem bahasa, cara bertahan

hidup (memulung, berburu dan memasang perangkap, bercocok-

tanam), dan kepercayaan (sebagai cikal bakal agama) adalah hal-

hal yang mempengaruhi perkembangan seni lukis. Pengaruh ini

terlihat dalam jenis obyek, pencitraan dan narasi di dalamnya. Pada

masa-masa ini, seni lukis memiliki kegunaan khusus, misalnya

sebagai media pencatat (dalam bentuk rupa) untuk

diulangkisahkan. Saat-saat senggang pada masa prasejarah salah

satunya diisi dengan menggambar dan melukis. Cara komunikasi

dengan menggunakan gambar pada akhirnya merangsang

pembentukan sistem tulisan karena huruf sebenarnya berasal dari

simbol-simbol gambar yang kemudian disederhanakan dan

dibakukan.

Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok

masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan waktu

untuk menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai

mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan

Page 3: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak

lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai

menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan

terus melakukan hal itu sehingga mereka menjadi semakin ahli.

Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan

pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong

menjadi kegiatan seni.

Seni lukis zaman klasik

Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:

Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)

Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota

Pompeii),

Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin

bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat

berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran

bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-

kata dalam banyak hal. Selain itu, kemampuan manusia untuk

menetap secara sempurna telah memberikan kesadaran pentingnya

keindahan di dalam perkembangan peradaban.

Seni lukis zaman pertengahan

Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman

pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu

pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang bisa

menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya,

seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan realitas.

Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan

realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa

dikategorikan "bagus".

Page 4: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi.

Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan

manusia mendorong perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur

bentuk yang "benar" dari benda).

Namun sebagai akibat pemisahan ilmu pengetahuan dari

kebudayaan manusia, perkembangan seni pada masa ini

mengalami perlambatan hingga dimulainya masa renaissance.

Seni lukis zaman Renaissance

Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak

sekali ahli sains dan kebudayaan (termasuk pelukis) yang

menyingkir dari Bizantium menuju daerah semenanjung Italia

sekarang.

Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze

terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni membuat sinergi

keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan

baru Eropa.

Seni Rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni

zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun

sebagai alat baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas

oleh Turki.

Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh

Eropa hingga Eropa Timur.

Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini adalah:

Tomassi

Donatello

Leonardo da Vinci

Michaelangelo

Raphael

Page 5: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

Art Nouveau

Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam

banyak hal. Barang-barang dibuat dengan sistem produksi massal

dengan ketelitian tinggi. Sebagai dampaknya, keahlian tangan

seorang seniman tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan

kehalusan buatan mesin.

Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak

mungkin dicapai oleh produksi massal (atau jika bisa, akan biaya

pembuatannya menjadi sangat mahal). Lukisan, karya-karya seni

rupa, dan kriya diarahkan kepada kurva-kurva halus yang

kebanyakan terinspirasi dari keindahan garis-garis tumbuhan di

alam.

Sejarah seni lukis di Indonesia

Seni lukis modern Indonesia dimulai dengan masuknya penjajahan

Belanda di Indonesia. Kecenderungan seni rupa Eropa Barat pada

zaman itu ke aliran romantisme membuat banyak pelukis Indonesia

ikut mengembangkan aliran ini. Awalnya pelukis Indonesia lebih

sebagai penonton atau asisten, sebab pendidikan kesenian

merupakan hal mewah yang sulit dicapai penduduk pribumi. Selain

karena harga alat lukis modern yang sulit dicapai penduduk biasa.

Raden Saleh Syarif Bustaman adalah salah seorang asisten yang

cukup beruntung bisa mempelajari melukis gaya Eropa yang

dipraktekkan pelukis Belanda.

Raden Saleh kemudian melanjutkan belajar melukis ke Belanda,

sehingga berhasil menjadi seorang pelukis Indonesia yang disegani

dan menjadi pelukis istana di beberapa negera Eropa.

Page 6: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama

seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun

tidak melalui tahapan yang sama.

Era revolusi di Indonesia membuat banyak pelukis Indonesia beralih

dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke arah

"kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam

Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab

dianggap menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh

ideologi komunisme yang populer pada masa itu. Para pelukis

kemudian beralih kepada potret nyata kehidupan masyarakat kelas

bawah dan perjuangan menghadapi penjajah.

Selain itu, alat lukis seperti cat dan kanvas yang semakin sulit

didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke bentuk-bentuk

yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.

Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan

pemaksaan ideologi komunisme membuat pelukis pada masa

1950an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari

kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai.

Lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat

propaganda, namun lebih sebagai sarana ekspresi pembuatnya.

Keyakinan tersebut masih dipegang hingga saat ini.

Perjalanan seni lukis kita sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad

XXI ini, terasa masih terombang-ambing oleh berbagai benturan

konsepsi.

Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran

keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme

yang membuahkan seni alternatif atau seni kontemporer, dengan

munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan

“Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus

perguruan tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul

Page 7: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

berbagai alternatif semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997.

Bersama itu pula seni lukis konvensional dengan berbagai gaya

menghiasi galeri-galeri, yang bukan lagi sebagai bentuk apresiasi

terhadap masyarakat, tetapi merupakan bisnis alternatif investasi.

Aliran seni lukis

Surrealisme

Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk

yang sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk

mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah

setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi

tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk

aslinya.

Kubisme

Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap

objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan

sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah

Pablo Picasso.

Romantisme

Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern

Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan

kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya.

Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar

belakang lukisan.

Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan

Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi

dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini

adalah Raden Saleh.

Page 8: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

Aliran lain

Ekspresionisme

Impresionisme

Fauvisme

Neo-Impresionisme

Realisme

Naturalisme

De Stijl

Abstraksi

Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan.

Teknik abstraksi yang berkembang pesat seiring merebaknya seni

kontemporer saat ini berarti tindakan menghindari peniruan objek

secara mentah. Unsur yang dianggap mampu memberikan sensasi

keberadaan objek diperkuat untuk menggantikan unsur bentuk yang

dikurangi porsinya.

Pelukis Indonesia

Affandi

Agus Djaya

Barli Sasmitawinata

Basuki Abdullah

Djoko Pekik

Dullah

Hendra Gunawan

Herry Dim

Jeihan

Kartika Affandi

Lee Man Fong

Otto Djaya

Popo Iskandar

Raden Saleh

Page 9: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

S. Sudjojono

Srihadi

Sri Warso Wahono

Trubus

Macam - Macam Aliran Seni Lukis dan Pengertian nya

Naturalisme Yaitu suatu bentuk karya seni lukis (seni rupa) dimana

seniman berusaha melukiskan segala sesuatu sesuai dengan nature

atau alam nyatan, artinya disesuaikan dengan tangkapan mata kita.

Supaya lukisan yang dibuat benar – benar mirip atau persis dengan

nyata, maka susunan, perbandingan, perspektif, tekstur, pewarnaan

serta gelap terang dikerjakan seteliti mungkin, setepat –setepanya.

di dalam seni rupa adalah usaha menampilkan objek realistis

dengan penekanan seting alam. Hal ini merupakan pendalaman

labih lanjut dari gerakan realisme pada abad 19 sebagai reaksi atas

kemapanan romantisme.

Salah satu perupa naturalisme di Amerika adalah William Bliss

Baker, yang lukisan pemandangannya dianggap lukisan realis

terbaik dari gerakan ini. Salahs atu bagian penting dari gerakan

naturalis adalah pandangan Darwinisme mengenai hidup dan

kerusakan yang telah ditimbulkan manusia terhadap alam.

Daftar Pelukis Naturalisme :

§ Soeboer Doellah

Page 10: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

§ William Bliss Baker

§ Raden Saleh

§ Hokusai

§ Affandi

§ Fresco Mural

§ Basuki Abdullah

§ William Hogart

§ Frans Hail

Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek

dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari

tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu. Maknanya

bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa unruk

memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal

yang buruk sekalipun. Pembahasan realisme dalam seni rupa bisa

pula mengacu kepada gerakan kebudayaan yang bermula di

Perancis pada pertengahan abad 19. Namun karya dengan ide

realisme sebenarnya sudah ada pada 2400 SM yang ditemukan di

kota Lothal, yang sekarang lebih dikenal dengan nama India.

Realisme sebagai gerakan kebudayaan

Realisme menjadi terkenal sebagai gerakan kebudayaan di Perancis

sebagai reaksi terhadap paham Romantisme yang telah mapan di

pertengahan abad 19. Gerakan ini biasanya berhubungan erat

dengan perjuangan sosial, reformasi politik, dan demokrasi.

Realisme kemudian mendominasi dunia seni rupa dan sastra di

Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat di sekitar tahun 1840 hingga

1880. Penganut sastra realisme dari Perancis meliputi nama Honoré

Page 11: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

de Balzac dan Stendhal. Sementara seniman realis yang terkenal

adalah Gustave Courbet dan Jean François Millet.

Realisme dalam seni rupa

Perupa realis selalu berusaha menampilkan kehidupan sehari-hari

dari karakter, suasana, dilema, dan objek, untuk mencapai tujuan

Verisimilitude (sangat hidup). Perupa realis cenderung mengabaikan

drama-drama teatrikal, subjek-subjek yang tampil dalam ruang yang

terlalu luas, dan bentuk-bentuk klasik lainnya yang telah lebih

dahulu populer saat itu.

Dalam pengertian lebih luas, usaha realisme akan selalu terjadi

setiap kali perupa berusaha mengamati dan meniru bentuk-bentuk

di alam secara akurat. Sebagai contoh, pelukis foto di zaman

renaisans, Giotto bisa dikategorikan sebagai perupa dengan karya

realis, karena karyanya telah dengan lebih baik meniru penampilan

fisik dan volume benda lebih baik daripada yang telah diusahakan

sejak zaman Gothic.

Kejujuran dalam menampilkan setiap detail objek terlihat pula dari

karya-karya Rembrandt Barbizon School memusatkan pengamatan

lebih dekat kepada alam, yag kemudian membuka jalan bagi

berkembangnya impresionisme. Di Inggris, kelompok Pre-Raphaelite

Brotherhood menolak idealisme pengikut Raphael yang kemudian

membawa kepada pendekatan yang lebih intens terhadap realisme.

yang dikenal sebagai salah satu perupa realis terbaik. Kemudian

pada abad 19, sebuah kelompok di Perancis yang dikenal dengan

nama

Teknik Trompe l'oeil, adalah teknik seni rupa yang secara ekstrim

memperlihatkan usaha perupa untuk menghadirkan konsep

realisme.

Daftar pelukis realisme terkenal

Page 12: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

· Karl Briullov

· Ford Madox Brown

· Jean Baptiste Siméon Chardin

· Camille Corot

· Gustave Courbet

· Honoré Daumier

· Edgar Degas

· Thomas Eakins

· Nikolai Ge

· Aleksander Gierymski

· William Harnett

· Louis Le Nain

· Édouard Manet

· Jean-François Millet

· Ilya Yefimovich Repin

Pengertian Ekspresionisme yaitu aliran seni lukis yang

mengutamakan kebebasan dalam bentuk dan warna untuk

mencurahkan emosi atau perasaan.

Ekspressionisme adalah kecenderungan seorang seniman untuk

mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional. Ekspresionisme

bisa ditemukan di dalam karya lukisan, sastra, film, arsitektur, dan

Page 13: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

musik. Istilah emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis emosi

kemarahan dan depresi daripada emosi bahagia.

Pelukis Matthias Grünewald dan El Greco bisa disebut ekspresionis.

Daftar Pelukis Ekspresionisme dari abad 20 yang tergolong adalah:

· Jerman: Heinrich Campendonk, Emil Nolde, Rolf Nesch, Franz

Marc, Ernst Barlach, Wilhelm Lehmbruck, Erich Heckel, Karl

Schmidt-Rottluff, Ernst Ludwig Kirchner, Max Beckmann,

August Macke, Elfriede Lohse-Wächtler, Ludwig Meidner, Paula

Modersohn-Becker, Gabriele Münter, dan Max Pechstein.

· Austria: Egon Schiele dan Oskar Kokoschka

· Russia: Wassily Kandinsky dan Alexei Jawlensky

· Netherlands: Charles Eyck, Willem Hofhuizen, Jaap Min, Jan

Sluyters, Jan Wiegers dan Hendrik Werkman

· Belgia: Constant Permeke, Gust De Smet, Frits Van den Berghe,

James Ensor, Floris Jespers, dan Albert Droesbeke.

· Perancis: Gen Paul dan Chaim Soutine

· Norwegia: Edvard Munch

· Swiss: Carl Eugen Keel

· Indonesia: Affandi

Page 14: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

kubisme adalah sebuah gerakan modern seni rupa pada awal abad

ke-20 yang dipelopori oleh Picasso dan Braque. Prinsip-prinsip dasar

yang umum pada kubisme yaitu menggambarkan bentuk objek

dengan cara memotong, distorsi, overlap, penyederhanaan,

transparansi, deformasi, menyusun dan aneka tampak. Gerakan ini

dimulai pada media lukisan dan patung melalui pendekatannya

masing-masing

pada kubisme, bentuk –bentuk karyanya menggunakan bentuk –bentuk geometri (segitiga, segiempat, kerucut, kubus, lingkaran dan sebagainya) seniman kubisme sering menggunakan teknik kolase, misalnya menempelkan potongan kertas surat kabar, gambar –gambar poster dan lain- lain.

Kubisme sebagai pencetus gaya nonimitative muncul setelah Picasso dan Braque menggali sekaligus terpengaruh bentuk kesenian primitif, seperti patung suku bangsa Liberia, ukiran timbul (basrelief) bangsa Mesir, dan topeng-topeng suku Afrika. Juga pengaruh lukisan Paul Cezanne, terutama karya still life dan pemandangan, yang mengenalkan bentuk geometri baru dengan mematahkan perspektif zaman Renaisans. Ini membekas pada keduanya sehingga meneteskan aliran baru.

Istilah "Kubis" itu sendiri, tercetus berkat pengamatan beberapa kritikus. Louis Vauxelles (kritikus Prancis) setelah melihat sebuah karya Braque di Salon des Independants, berkomenmtar bahwa karya Braque sebagai reduces everything to little cubes (menempatkan segala sesuatunya pada bentuk kubus-kubus kecil. Gil Blas menyebutkan lukisan Braque sebagai bizzarries cubiques (kubus ajaib). Sementara itu, Henri Matisse menyebutnya sebagai susunan petits cubes (kubus kecil). Maka untuk selanjutnya dipakai istilah Kubisme untuk memberi ciri dari aliran seperti karya-karya tersebut.

Perkembangan awal

Dalam tahap perkembangan awal, Kubisme mengalami fase Analitis yang dilanjutkan pada fase Sintetis. Pada 1908-1909 Kubisme segera mengarah lebih kompleks dalam corak yang kemudian lebih sistematis berkisar antara tahun 1910-1912. Fase awal ini sering diberi istilah Kubisme Analitis karena objek lukisan harus dianalisis.

Page 15: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

Semua elemen lukisan harus dipecah-pecah terdiri atas faset-fasetnya atau dalam bentuk kubus.

Objek lukisan kadang-kadang setengah tampak digambar dari depan persis, sedangkan setengahnya lagi dilihat dari belakang atau samping. Wajah manusia atau kepala binatang yang diekspos sedemikian rupa, sepintas terlihat dari samping dengan mata yang seharusnya tampak dari depan.

Pada fase Kubisme Analitis ini, para perupa sebenarnya telah membuat pernyataan dimensi keempat dalam lukisan, yaitu ruang dan waktu karena pola perspektif lama telah ditinggalkan.

Bila pada pereiode analitis Braque maupun Picasso masih terbelenggu dalam kreativitas yang terbatas, berbeda pada fase Kubisme Sintetis. Kaum Kubis tidak lagi terpaku pada tiga warna pokok dalam goresan-goresannya. Tema karya-karya mereka pun lebih variatif. Dengan keberanian meninggalkan sudut pandang yang menjadi ciri khasnya untuk beranjak ke tingkat inovatif berikutnya.

Perkembangan karya kaum Kubis selanjutnya adalah dengan perhatian mereka terhadap realitas. Dengan memasukkan guntingan-guntingan kata atau kalimat yang diambil dari suratpaper colle. kabar kemudian direkatkan pada kanvas sehingga membentuk satu komposisi geometris. Eksperimen tempelan seperti ini lazim disebut teknik kolase atau

Daftar Pelukis Kubisme :

Paul Cezane

Pablo Picasso

George Braque

Metzinger

Albert Glazez

But Mochtar

Moctar Apin

Fajar Sidik

Andre Derain

Page 16: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

Fauvisme adalah suatu aliran dalam seni lukis yang berumur cukup pendek menjelang dimulainya era seni rupa modern. Nama fauvisme berasal dari kata sindiran "fauve" (binatang liar) oleh Louis Vauxcelles saat mengomentari pameran Salon d'Automne dalam artikelnya untuk suplemen Gil Blas edisi 17 Oktober 1905, halaman 2.

Kepopuleran aliran ini dimulai dari Le Havre, Paris, hingga Bordeaux. Kematangan konsepnya dicapai pada tahun 1906.

Fauvisme adalah aliran yang menghargai ekspresi dalam menangkap suasana yang hendak dilukis. Tidak seperti karya impresionisme, pelukis fauvis berpendapat bahwa harmoni warna yang tidak terpaut dengan kenyataan di alam justru akan lebih memperlihatkan hubungan pribadi seniman dengan alam tersebut.

Konsep dasar fauvisme bisa terlacak pertama kali pada 1888 dari komentar Paul Gauguin Paul Sérusier : kepada

"How do you see these trees? They are yellow. So, put in yellow; this shadow, rather blue, paint it with pure ultramarine; these red leaves? Put in vermilion."

"Bagaimana kau menginterpretasikan pepohonan itu? Kuning, karena itu tambahkan kuning. Lalu bayangannya terlihat agak biru, karena itu tambahkan ultramarine. Daun yang kemerahan? Tambahkan saja vermillion."

Segala hal yang berhubungan dengan pengamatan secara objektif dan realistis, seperti yang terjadi dalam lukisan naturalis, digantikan oleh pemahaman secara emosional dan imajinatif. Sebagai hasilnya warna dan konsep ruang akan terasa bernuansa puitis. Warna-warna yang dipakai jelas tidak lagi disesuaikan dengan warna di lapangan, tetapi mengikuti keinginan pribadi pelukis.

Penggunaan garis dalam fauvisme disederhanakan sehingga pemirsa lukisan bisa mendeteksi keberadaan garis yang jelas dan kuat. Akibatnya bentuk benda mudah dikenali tanpa harus mempertimbangkan banyak detail.

Pelukis fauvis menyerukan pemberontakan terhadap kemapanan seni lukis yang telah lama terbantu oleh objektivitas ilmu pengetahuan seperti yang terjadi dalam aliran impresionisme, meskipun ilmu-ilmu dari pelukis terdahulu yang mereka tentang tetap dipakai sebagai dasar dalam melukis. Hal ini terutama terjadi pada masa awal populernya aliran ini pada periode 1904 hingga 1907.

Pengaruh

Page 17: Aliran Seni Dari Zaman Ke Zaman

Pengaruh awal dari aliran ini mungkin sekali didapat dari rintisan yang dimulai oleh karya-karya Paul Cezanne, Gustave Moreau, Paul Gauguin, maupun Vincent van Gogh. Meskipun pelukis tersebut tidak melibatkan diri kepada gerakan fauvisme dan berbeda era dengan dimulainya aliran ini, namun karyanya menjadi acuan bagi pelukis muda yang nantinya akan menjadi pelukis fauvis.

Meskipun hanya berumur pendek, aliran fauvisme menjadi tonggak konsep seni rupa modern berikutnya.

Daftar Pelukis Fauvisme :

· Henri Matisse

· André Derain

· Georges Braque

· Albert Marquet

· Henri Manguin

· Charles Camoin

· Henri Evenepoel

· Jean Puy

· Maurice de Vlaminck

· Raoul Dufy

· Othon Friesz

· Georges Roua