Upload
khumaisiyah-dimyathi
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/23/2019 AMLI B22 Mitha
http://slidepdf.com/reader/full/amli-b22-mitha 1/9
ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana hubungan jenis kelamin dan umur pada keluhan?
CTEV merupakan kelainan yang ditemukan pada neonatus. Insidensi CTEV
bervariasi bergantung ras dan jenis kelamin. Perbandingan kasus lakilaki dan perempuan!
memiliki ratio "#1.
". $pa saja penyakit pada ibu yang dapat menyebabkan kelainan pada kasus dalam masa
kehamilan?
In%eksi
3. $pa saja kelainan bentuk kaki pada neonatus?
&. $pa diagnosis kerja pada kasus?
'eorang anak lakilaki! usia 1( hari! menderita CTEV )Congenital Talipes Equinovarus*.
+. Bagaimana pato%isiologi dari diagnosis pada kasus?
Penyebab pasti dari CTEV sampai sekarang belum diketahui. Beberapa ahli
mengatakan bah,a kelainan ini timbul karena posisi abnormal atau pergeerakan yang
terbatas dalam rahim. $hli lain mengatakan bah,a kelainan terjadi karena perkembangan
embrionik yang abnormal yaitu pada saat perkembangan kaki ke arah %leksi dan eversi
pada bulan ke- kehamilan. Pertumbuhan yang terganggu pada %ase tersebut akan
menimbulkan de%ormitas dimana dipengaruhi oleh tekanan intrauterine.
e%ormitas yang terjadi berupa menonjolnya /aput os talus pada sisi dorsolateral
dengan /ollum yang lebih pendek. 0s navi/ulare bergeser ke sebelah medial /aput talus!
pergeseran ini mulai dari subluksasi sampai dislokasi yang hamper kompleks. 0leh karena
os navi/ulare berpindah ke medial! os /uboid dan /al/aneus bergeser pula ke medial dan
terjadi perubahan yang si%atnya adaptasi pada sisi lateral kaki )/al/aneus! /uboid!
metatarsal V*.
. Bagaimana '2I pada kasus?
Pada kasus ini dokter umum menegakkan diagnosis klinik berupa CTEV dan
merujuk pasien ke dr.'pB0T.
CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS (CTEV)
Congenital talipes equinovarus adalah %iksasi kaki pada posisi adduksi! supinasi dan
varus. Tulang kalkaneus! navikular! dan kuboid terrotasi ke arah medial terhadap talus! dan
tertahan dalam posisi adduksi serta inversi oleh ligamen dan tendon. 'ebagai tambahan!
tulang metatarsal pertama lebih %leksi terhadap daerah plantar.
Epidemiologi
7/23/2019 AMLI B22 Mitha
http://slidepdf.com/reader/full/amli-b22-mitha 2/9
Insidens CTEV bervariasi! bergantung dari ras dan jenis kelamin. Insidens CTEV di
$merika 'erikat sebesar 1" kasus dalam 1((( kelahiran hidup. Perbandingan kasus laki
laki dan perempuan adalah "#1. 2eterlibatan bilateral didapatkan pada 3(+(4 kasus.
KlasifikasiTerdapat banyak klasi%ikasi CTEV! belum ada yang digunakan se/ara universal.
Pembagian yang sering digunakan adalah postural atau posisional! serta fixed/rigid . Club
foot postural atau posisional bukan merupakan club foot sebenarnya. 'edangkan club foot
jenis fixed atau rigid dapat digolongkan menjadi jenis %leksibel )dapat dikoreksi tanpa
operasi* atau resisten )membutuhkan terapi operati%! ,alaupun hal ini tidak sepenuhnya
benar Ponseti*.
Beberapa jenis klasi%ikasi lain yang dapat ditemukan! antara lain! adalah klasi%ikasi
menurut Pirani! 5oldner! i6iglio! 7ospital %or 8oint iseases )78*! dan 9alker.
Etiologi
Etiologi CTEV tidak diketahui pasti! beberapa teori tentang etiologi CTEV antara lain#
a. :aktor mekanik intrauteri
Teori tertua oleh 7ipokrates. ikatakan bah,a kaki bayi ditahan pada posisi
e;uinovarus karena kompresi eksterna uterus. Parker )1<"&* dan Bro,ne )1=3=*
mengatakan bah,a oligohidramnion mempermudah terjadinya penekanan dari luar
karena keterbatasan gerak %etus.
b. e%ek neuromuskular
Beberapa peneliti per/aya bah,a CTEV selalu karena adanya de%ek neuromuskular!
tetapi banyak penelitian tidak menemukan adanya kelainan histologis dan
elektromiogra%ik.
/. e%ek sel plasma primer
'etelah melakukan pembedahan pada 11 kaki CTEV dan 1& kaki normal. Irani >
'herman menemukan bah,a pada kasus CTEV! leher talus selalu pendek! diikuti rotasi
bagian anterior ke arah medial dan plantar! diduga karena de%ek sel plasma primer.
d. Perkembangan %etus terhambat
e. 7erediter
$danya %aktor poligenik mempermudah %etus terpapar %aktor%aktor eksternal! seperi
in%eksi ubella dan pajanan talidomid )9ynne dan avis*.
%. Vaskular
$tlas dkk. )1=<(* menemukan abnormalitas vaskulatur berupa hambatan vaskular
setinggi sinus tarsalis pada kasus CTEV. Pada bayi dengan CTEV didapatkan muscle
wasting di bagian ipsilateral! mungkin karena berkurangnya per%usi arteri tibialis anterior
selama masa perkembangan.
Patofisiologi
Beberapa teori mengenai patogenesis CTEV antara lain#a. Terhambatnya perkembangan %etus pada %ase %ibular
7/23/2019 AMLI B22 Mitha
http://slidepdf.com/reader/full/amli-b22-mitha 3/9
b. 2urangnya jaringan kartilagenosa talus
/. :aktor neurogenik.
Telah ditemukan adanya abnormalitas histokimia,i pada kelompok otot peroneus
pasien CTEV. 7al ini diperkirakan akibat perubahan inervasi intrauterin karena penyakit
neurologis! seperti stroke. Teori ini didukung oleh insiden CTEV pada 3+4 bayi spina
bi%ida.
d. etraksi %ibrosis sekunder karena peningkatan jaringan %ibrosa di otot dan ligamen.
Pada penelitian postmortem! Ponsetti menemukan adanya jaringan kolagen yang
sangat longgar dan dapat teregang di semua ligamen dan struktur tendon )ke/uali
$/hilles*. 'ebaliknya! tendon $/hilles terbuat dari jaringan kolagen yang sangat padat
dan tidak dapat teregang. @imny dkk. menggunakan mikroskop elektron! menemukan
mioblast pada %asia medialis yang dihipotesiskan sebagai penyebab kontraktur medial.e. $nomali insersi tendon )In/lan*
Teori ini tidak didukung oleh penelitian lain karena distorsi posisi anatomis CTEV
yang membuat tampak terlihat adanya kelainan insersi tendon.
%. Variasi iklim
obertson men/atat adanya hubungan antara perubahan iklim dengan insiden
CTEV. 7al ini sejalan dengan adanya variasi serupa insiden kasus poliomyelitis di
komunitas. CTEV dikatakan merupakan sequela dari prenatal polio-like condition. Teori
ini didukung oleh adanya perubahan motor neuron pada spinal cord anterior bayibayi
tersebut.
Diagnosis & Gambaan Klinis
Cari ri,ayat adanya CTEV atau penyakit neuromuskuler dalam keluarga. e%ormitas
serupa dapat ditemui pada mielomeningokel dan artrogriposis. Aakukan pemeriksaan
lengkap untuk mengidenti%i kasi kelainan lain. Periksa kaki bayi dalam keadaan tengkurap!
sehingga bagian plantar dapat terlihat. Periksa juga dengan posisi bayi supine untuk
mengevaluasi adanya rotasi internal dan varus. Pergelangan kaki berada dalam posisi
ekuinus dan kaki berada dalam posisi supinasi )varus* serta adduksi.
Tulang navikular dan kuboid bergeser ke arah lebih medial. Terjadi kontraktur
jaringan lunak plantar pedis bagian medial. Tulang kalkaneus tidak hanya berada dalam
posisi ekuinus! tetapi bagian anteriornya mengalami rotasi ke arah medial disertai rotasi ke
arah lateral pada bagian posteriornya. Tumit tampak ke/il dan kosong! pada perabaan tumit
akan terasa lembut )seperti pipi*.
'ejalan dengan terapi! tumit akan terisi kembali dan pada perabaan akan terasa lebih
keras )seperti meraba hidung atau dagu*. 2arena bagian lateralnya tidak tertutup! maka
leher talus dapat dengan mudah teraba di sinus tarsalis. ormalnya leher talus tertutup oleh
tulang navikular dan badan talus. 6aleolus medialis menjadi sulit diraba dan pada
7/23/2019 AMLI B22 Mitha
http://slidepdf.com/reader/full/amli-b22-mitha 4/9
umumnya menempel pada tulang navikular. 8arak yang normal terdapat antara tulang
navikular dan maleolus menghilang. Tulang tibia sering mengalami rotasi internal.
Gambaan !adiologis
5ambaran radiologis CTEV adalah adanya kesejajaran tulang talus dan kalkaneus.
Posisi kaki selama pengambilan %oto radiologis sangat penting. Posisi anteroposterior )$P*
diambil dengan kaki %l eksi terhadap plantar sebesar 3( dan posisi tabung 3(D dari keadaan
vertikal. Posisi lateral diambil dengan kaki %leksi terhadap plantar sebesar 3(. 5ambaran
$P dan lateral juga dapat diambil pada posisi kaki dorso%leksi dan plantar%leksi penuh.
Posisi ini penting untuk mengetahui posisi relati% talus dan kalkaneus dan mengukur sudut
talokalkaneal dari posisi $P dan lateral.
5aris $P digambar melalui pusat dari aksis tulang talus )sejajar dengan batas medial*
serta melalui pusat aksis tulang kalkaneus )sejajar dengan batas lateral*. ilai normalnya
adalah antara "+&(D. Bila sudut kurang dari "(D! dikatakan abnormal. 5aris anteroposterior
talokalkaneus hampir sejajar pada kasus CTEV. 'eiring dengan terapi! baik dengan casting
maupun operasi! tulang kalkaneus akan berotasi ke arah eksternal! diikuti dengan talus yang
juga mengalami derotasi. engan demikian akan terbentuk sudut talokalkaneus yang
adekuat.
5aris lateral digambar melalui titik tengah antara kepala dan badan tulang talus sertasepanjang dasar tulang kalkaneus. ilai normalnya antara 3++(D! sedang pada CTEV
nilainya berkisar antara 3+D dan negati% 1(D.
5aris $P dan lateral talus normalnya melalui pertengahan tulang navikular dan
metatarsal pertama. 'udut dari dua sisi )$P and lateral* ditambahkan untuk menghitung
indeks talokalkaneus! pada kaki yang sudah terkoreksi akan memiliki nilai lebih dari &(D.
Pengambilan %oto radiologis lateral dengan kaki yang ditahan pada posisi maksimal
dorso%leksi adalah metode yang paling dapat diandalkan untuk mendiagnosis CTEV yang
tidak dikoreksi.
• "eapi
a. "eapi Medis
Tujuan terapi medis adalah untuk mengoreksi de%ormitas dan mempertahankan
koreksi yang telah dilakukan sampai terhentinya pertumbuhan tulang.
b. Penatalaksanaan Non#opeatif
Berupa pemasangan splint yang dimulai pada bayi berusia "3 hari. rutan koreksi
yang akan dilakukan adalah sebagai berikut#
1* $dduksi kaki depan ) forefoot *
7/23/2019 AMLI B22 Mitha
http://slidepdf.com/reader/full/amli-b22-mitha 5/9
"* 'upinasi kaki depan
3* Ekuinus
sahausaha untuk memperbaiki posisi ekuinus di a,al masa koreksi dapat
mematahkan kaki pasien! dan mengakibatkan terjadinya rockerbottom foot . Tidak boleh
dilakukan pemaksaan saat melakukan koreksi. Tempatkan kaki pada posisi terbaik yang
bisa didapatkan! kemudian pertahankan posisi ini denganmenggunakan “strapping”
yang diganti tiap beberapa hari! atau menggunakan gips yang diganti beberapa minggu
sekali. Cara ini dilanjutkan hingga dapat diperoleh koreksi penuh atau sampai tidak
dapat lagi dilakukan koreksi selanjutnya.
Posisi kaki yang sudah terkoreksi ini kemudian dipertahankan selama beberapa
bulan. Tindakan operati% harus dilakukan sesegera mungkin saat tampak kegagalan terapikonservati%! yang antara lain ditandai dengan de%ormitas menetap! de%ormitas berupa
rockerbottom foot ! atau kembalinya de%ormitas segera setelah koreksi dihentikan.
'etelah penga,asan selama minggu biasanya dapat diketahui apakah jenis
de%ormitas CTEV mudah dikoreksi atau resisten. 7al ini dikon%i rmasi menggunakan -
ra! dan dilakukan perbandingan penghitungan orientasi tulang. Tingkat kesuksesan
metode ini 11+<4.
Metode Ponseti
6etode ini dikembangkan dari penelitian kadaver dan observasi klinik oleh dr.
Igna/io Ponseti dari niversitas Io,a. Aangkahlangkah yang diambil#
1* e%ormitas utama pada kasus CTEV adalah adanya rotasi tulang kalkaneus ke arah
intenal )adduksi* dan %l eksi plantar pedis. 2aki dalam posisi adduksi dan plantar
pedis mengalami %leksi pada sendi subtalar. Tujuan pertama adalah membuat kaki
dalam posisi abduksi dan dorso%leksi. ntuk mendapatkan koreksi kaki yang optimal!
tulang kalkaneuharus bisa dengan bebas dirotasikan ke ba,ah talus. 2oreksi
dilakukan melalui lengkung normal persendian subtalus! dapat dilakukan dengan /ara
meletakkan jari telunjuk operator di maleolus medialis untuk menstabilkan kaki!
kemudian mengangkat ibu jari dan diletakkan di bagian lateral kepala talus! sementara
melakukan gerakan abduksi pada kaki depan dengan arah supinasi.
"* Cavus kaki akan meningkat bila kaki depan berada dalam posisi pronasi. $pabila ada
pes cavus! langkah pertama koreksi kaki adalah mengangkat metatarsal pertama
dengan lembut untuk mengoreksi /avusnya. 'etelah terkoreksi! kaki depan dapat
diposisikan abduksi seperti pada langkah pertama.
7/23/2019 AMLI B22 Mitha
http://slidepdf.com/reader/full/amli-b22-mitha 6/9
3* 'aat kaki dalam posisi pronasi! dapat menyebabkan tulang kalkaneus berada di ba,ah
talus. $pabila hal ini terjadi! tulang kalkaneus tidak dapat berotasi dan menetap pada
posisi varus! /avus akan meningkat. 7al ini dapat menyebabkan terjadinya bean-
s"aped foot . Pada akhir langkah pertama! kaki akan berada pada posisi abduksi
maksimal! tetapi tidak pernah pronasi.
&* 6anipulasi dikerjakan di ruang khusus setelah bayi disusui. 'etelah kaki
dimanipulasi! selanjutnya dipasang long leg cast untuk mempertahankan koreksi yang
telah dilakukan. 5ips dipasang dengan bantalan seminimal mungkin! tetapi tetap
adekuat. Aangkah selanjutnya adalah menyemprotkan tingtur benFoin ke kaki untuk
melekatkan kaki dengan bantalan gips. r. Ponsetti lebih memilih memasang bantalan
tambahan sepanjang batas medial dan lateral kaki! agar aman saat melepas gipsmenggunakan gunting gips. 5ips yang dipasang tidak boleh sampai menekan ibu jari
kaki atau mengobliterasi ar/us transversalis. Posisi lutut berada pada sudut =(D selama
pemasangan gips panjang. 0rang tua bayi dapat merendam gips ini selama 3(&+
menit sebelum dilepas. 5ips dibelah dua! dilepas menggunakan gergaji berosilasi
)berputar*! kemudian disatukan kembali. 7al ini untuk mengetahui perkembangan
abduksi kaki depan! selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui dorso%l eksi serta
koreksi yang telah di/apai oleh kaki ekuinus.
+* saha mengoreksi CTEV dengan paksaan mela,an tendon $/hilles yang kaku dapat
mengakibatkan patahnya kaki tengah )midfoot * dan berakhir dengan terbentuknya
de%ormitas berupa rockerbottom foot . 2elengkungan kaki abnormal )cavus* harus
diterapi terpisah seperti pada langkah kedua! sedangkan posisi ekuinusnya harus dapat
dikoreksi tanpa menyebabkan patahnya kaki tengah.
'e/ara umum dibutuhkan &- kali pemasangan gips untuk mendapatkan abduksi
kaki maksimum. 5ips diganti tiap minggu. 2oreksi )usaha membuat kaki dalam
posisi abduksi* dapat dianggap adekuat bila aksis paha dan kaki sebesar (D 'etelah
dapat di/apai abduksi kaki maksimal! kebanyakan kasus membutuhkan tenotomi
perkutaneus tendon $/hilles se/ara aseptis. aerah lokal dianestesi dengan kombinasi
lignokain topikal dan in%iltrasi lidokain lo/al minimal. Tenotomi dilakukan dengan
/ara membuat irisan menggunakan pisau Beaver )ujung bulat*. Auka pas/aoperasi
ditutup dengan jahitan tunggal menggunakan benang yang dapat diabsorpsi.
Pemasangan gips terakhir dilakukan dengan kaki berada pada posisi dorso%l eksi
maksimum! kemudian gips dipertahankan hingga "3 minggu.
7/23/2019 AMLI B22 Mitha
http://slidepdf.com/reader/full/amli-b22-mitha 7/9
* Aangkah selanjutnya setelah pemasangan gips adalah pemakaian sepatu yang
dipasangkan pada lempengan ennis Bro,n. 2aki yang bermasalah diposisikan
abduksi )rotasi ekstrem* hingga -(D! kaki sehat diabduksi &+D. 'epatu ini juga
memiliki bantalan di tumit untuk men/egah kaki terselip dari sepatu. 'epatu
digunakan "3 jam sehari selama 3 bulan! kemudian dipakai saat tidur siang dan
malam selama 3 tahun.
-* Pada 1(3(4 kasus! tendon tibialis anterior dapat berpindah ke bagian lateral
kunei%ormis saat anak berusia 3 tahun. 7al ini membuat koreksi kaki dapat bertahan
lebih lama! men/egah adduksi metatarsal dan inversi kaki. Prosedur ini diindikasikan
pada anak usia ""!+ tahun! dengan /ara supinasi dinamik kaki. 'ebelum operasi!
pasangkan long leg cast untuk beberapa minggu.$. "eapi %peatif
Insisi
Beberapa pilihan insisi! antara lain#
− Cincinnati# berupa insisi transversal! mulai dari sisi anteromedial )persendian
navikularkunei%ormis* kaki sampai ke sisi anterolateral )bagian distal dan medial
sinus tarsal*! dilanjutkan ke bagian belakang pergelangan kaki setinggi sendi
tibiotalus.
− Insisi Turco curvilineal medial/posteromedial # insisi ini dapat menyebabkan luka
terbuka! khususnya di sudut vertikal dan medial kaki. ntuk menghindari hal ini!
beberapa operator memilih beberapa jalan! antara lain#
a* Tiga insisi terpisah G insisi posterior arah vertikal! medial! dan lateral
b* ua insisi terpisah G curvilinear medial dan posterolateral.
$ksis longitudinal talus dan kalkaneus harus dipisahkan sekitar "(D dari proyeksi
lateral. 2oreksi yang dilakukan kemudian dipertahankan dengan pemasangan ka,at di
persendian talokalkaneus! atau talonavikular atau keduanya. 7al ini juga dapat
dilakukan menggunakan gips. Auka paska operasi tidak boleh ditutup paksa. Auka dapat
dibiarkan terbuka agar membentuk jaringan granulasi atau nantinya dapat dilakukan
/angkok ) graft * kulit.
Penatalaksanaan dengan operasi harus mempertimbangkan usia pasien #
1* Pada anak kurang dari + tahun! koreksi dapat dilakukan hanya melalui
prosedur jaringan lunak.
7/23/2019 AMLI B22 Mitha
http://slidepdf.com/reader/full/amli-b22-mitha 8/9
"* ntuk anak lebih dari + tahun! membutuhkan pembentukan ulang
tulangHbon! res"aping )misal! eksisi dorsolateral dari persendian kalkaneokuboid
prosedur ill,yn EvansJ atau osteotomi tulang kalkaneus untuk mengoreksi varus*.
3* $pabila anak berusia lebih dari 1( tahun! dapat dilakukan tarsektomi
lateralis atau arthrodesis. 7arus diperhatikan keadaan luka pas/aoperasi. 8ika
penutupan kulit sulit dilakukan! lebih baik dibiarkan terbuka agar dapat terjadi reaksi
granulasi! untuk kemudian memungkinkan terjadinya penyembuhan primer atau
sekunder. apat juga dilakukan pen/angkokan kulit untuk menutupi de%ek luka
operasi. Perban hanya boleh dipasang longgar dan harus diperiksa se/ara reguler.
Follow-u Pasien
Pin untuk %iksator biasanya dilepas setelah 3 minggu. 'atelah itu! tetap diperlukan perban yang dipasangkan dengan sepatu ennis Bro,n selama 1" bulan.
Komplikasi
a. In%eksi )jarang*
b. 2ekakuan dan keterbatasan gerak# kekakuan yang mun/ul a,al berhubungan dengan
hasil yang kurang baik.
/. ekrosis avaskular talus# sekitar &(4 kejadian nekrosis avaskular talus mun/ul pada
teknik kombinasi pelepasan medial dan lateral.
d. 0verkoreksi yang mungkin karena#
− pelepasan ligamen interoseum dari persendian subtalus− erpindahan tulang navikular yang berlebihan ke arah lateral
− adanya perpanjangan tendon.
Diagnosis anding
a. Postu!"l #lu$%oot
Terjadi karena posisi %etus dalam uterus. 8enis abnormalitas kaki ini dapat dikoreksi
se/ara manual. #ostural clubfoot memberi respons baik pada pemasangan gips serial
dan jarang relaps.
b. Metatas's add'$t's (ata' )a's*
'uatu de%ormitas tulang metatarsal saja. $orefoot mengarah ke garis tengah tubuh! atau berada pada aposisi adduksi. $bnormalitas ini dapat dikoreksi dengan manipulasi dan
pemasangan gips serial.
Pognosis
2urang lebih +(4 kasus CTEV bayi baru lahir dapat dikoreksi tanpa tindakan
operati%. Teknik Ponseti )termasuk tenotomi tendon $/hilles* dilaporkan memiliki tingkat
kesuksesan sebesar <=4. Peneliti lain melaporkan rerata tingkat kesuksesan sebesar 1(
3+4. 'ebagian besar kasus melaporkan tingkat kepuasan -+=(4! baik dari segi
penampilan maupun %ungsi kaki.
7/23/2019 AMLI B22 Mitha
http://slidepdf.com/reader/full/amli-b22-mitha 9/9
7asil memuaskan didapatkan pada kurang lebih <14 kasus. :aktor utama yang
mempengaruhi hasil %ungsional adalah rentang gerakan pergerakan kaki! yang dipengaruhi
oleh derajat pendataran kubah dari tulang talus. Tiga puluh delapan persen pasien CTEV
membutuhkan tindakan operati% lebih lanjut )hampir dua pertiganya adalah prosedur
pembentukan ulang tulang*. erata tingkat kekambuhan de%ormitas men/apai "+4!
dengan rentang 1(+(4. 7asil terbaik didapatkan pada anakanak yang dioperasi pada usia
lebih dari 3 bulan )biasanya dengan ukuran lebih dari < /m*.