Ana Setiani

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    1/159

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    2/159

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    3/159

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    4/159

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    5/159

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    6/159

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    7/159

    i

    ABSTRAK

    Implementasi Program Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengantisipasi

    Kenakalan Siswa Di SMK Putra BangsaDepok. 

    Kata Kunci : Program Bimbingan Konseling, Kenakalan Siswa

    Skripsi, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta, 17 Mei 2013.

    Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi

     program bimbingan dan konseling dalam mengantisipasi kenakalan siswa di SMK

    Putra Bangsa Depok. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan januari-februari2013 di SMK Putra Bangsa Depok. Metode deskriptif dengan pendekatan

    kuantitatif, yaitu menganalisis dan menafsirkan data berkenaan dengan fakta,

    keadaan, variabel dan fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dandiselesaikan apa adanya. Sumber data penelitian ini adalah guru bimbingan

    konseling, kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah, dan sebagai pendukung data peneliti menyebarkan angket kepada siswa/i kelas XI SMK Putra Bangsa Depok

    dengan sampel yang diambil adalah 20% (76 orang) dari jumlah siswa 377.

    Peneliti mengambil sampel kelas XI karena adanya pemberian materi bimbingan

    konseling di kelas XI sedangkan untuk kelas X belum ada materi BK dan kelas

    XII sudah harus konsentrasi untuk menghadapi ujian nasional.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program bimbingan dan

    konseling di SMK Putra Bangsa Depok telah berjalan dan diimplementasikan

    cukup efektif dalam mengantisipasi kenakalan siswa. Walaupun masih ada

    layanan program BK yang belum dapat diimplementasikan dengan baik yaitu program layanan konseling kelompok yang berkaitan dengan keterbukaan siswa

    di sekolah khususnya dalam berdiskusi, untuk itu perlunya guru BK aktif dalam

     berdiskusi kelompok di kelas sehingga siswa merasa adanya perhatian dari guru

    BK. Sedangkan program layanan mediasi juga belum dapat diimplementasikan

    dengan baik, hal ini berkaitan dengan kerjasama pihak sekolah dengan lembaga

    lain dalam mengatasi permasalahan siswa. Untuk itu, perlunya kerjasama yang baik antara sekolah dengan lembaga lain seperti kepolisian, psikolog guna

    menanggulangi kenakalan siswa. Berkaitan dengan kenakalan siswa yang

    dilakukan di SMK Putra Bangsa Depok masih dalam tingkatan yang wajar,

    sedangkan penyelesaian masalah oleh guru BK dilakukan beberapa cara yaknidengan pengarahan, pemberian motivasi, skorsing dan juga pemanggilan orang

    tua.

    Ana Setiani (KI-MP)

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    8/159

    ii

    KATA PENGANTAR

    Bismillaahirrahmaanirraahiim

     Alhamdulillahirobbil’alamim 

    Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T yang tak pernah

     berhenti melimpahkan rahmat ridha-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

     penulis selesaikan. Shalawat teriring salam penulis curahkan kepada Nabi

    Muhammad S.A.W, sahabat, tabi’in, dan para pengikut beliau yang setia

    menjalankan ajaran-ajarannya hingga akhir zaman.

    Skripsi ini merupakan kewajiban yang harus penulis tunaikan sebagai

    mahasiswa untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi

    Manajemen Pendidikan Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan selesainya penulisan skripsi

    ini, penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

    kepada penulis baik semasa penulis berkuliah maupun semasa penulis

    menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan dan ketulusan

    hati, penulis menghaturkan terima kasih kepada:

    1.  Dra.Nurlena Rifa’i, M., Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2.  Drs.Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil., sebagai Ketua Jurusan Kependidikan

    Islam.

    3. 

    Drs.H.Mu’arif SAM, M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan,

    dan Iffah Zahriyani, S.Pd, Staf Jurusan KI-MP yang telah memberikan

    layanan akademik selama penulis menempuh perkuliahan.

    4. 

    Dr. Salman Tumanggor, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

    meluangkan waktu untuk memberikan arahan di tengah kesibukan beliau

    selama penulis menjalani penulisan skripsi.

    5.  Dr. Asril Dt. Paduko Sindo, MA., Dosen Penasehat Akademik yang telah

    memberikan saran dalam menjalani perkuliahan.

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    9/159

    iii

    6.  Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Jurusan Kependidikan Islam Program

    Studi Manajemen Pendidikan yang telah mendidik dan membimbing

     penulis dengan ketulusan, profesionalisme, dan dedikasi yang tinggi.

    7.  Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

    Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    8.  Kepala SMK Putra Bangsa Depok Bapak Ade Kurnia, M.Pd, waka 1

    Bapak Handayani, S.Pd, MM, waka 4 Ibu Eka Sulistianingsih, S.Pd dan

    staff tata usaha SMK Putra Bangsa Depok yang telah memberikan izin dan

    memfasilitasi serta meluangkan waktunya untuk melayani penulis dalam

    mencari dan menghimpun data yang diperlukan selama penulisan skripsi.

    9.  Guru Bimbingan Konseling SMK Putra Bangsa Depok Bapak M. Sholeh

    dalam membantu peneliti mendapatkan informasi mengenai program

     bimbingan dan konseling dalam mengantisipasi kenakalan siswa.

    10. Siswa/Siswi SMK Putra Bangsa Depok yang telah membantu peneliti

    untuk mendapatkan data angket implementasi program bimbingan dan

    konseling dalam mengantisipasi kenakalan siswa.

    11. 

    Teristimewa, Ayahanda Bapak H. Subardi dan Ibunda Siti Hasnah tercinta

    yang telah mendidik penulis dari buaian hingga sekarang, yang selalu

     berjuang, bekerja keras dan membantu baik moril maupun materil, hingga

     penulis dapat menyelesaikan kuliah.

    12. Teristimewa adik-adikku Dewi, Aji dan Alan, atas semangat dan motivasi

    yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini.

    13. 

    Ahmad Hudori, lelaki yang senantiasa memberikan cinta kasihnya kepada

     penulis serta mau bersabar dan selalu memberikan motivasi kepada

     penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    14. Sahabat-sahabat KI-MP B angkatan 2007 (terkhusus Imas, Yayah, Rizka,

    Eflyn, Link, Upet, Qiqi, Vida, Sari, Ari, Didik, Apang, Fajri, Jojo, Vega,

    Cuple), atas semangat, kebersamaan dan keceriaan yang tak terlupakan.

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    10/159

    iv

    15. Serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih

    atas bantuan dan motivasinya kepada penulis dalam penyusunan skripsi

    ini.

    Semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat untuk semua

     pihak yang menggeluti bidang manajemen pendidikan, minimal bagi penulis.

    Akhirnya hanya kepada Allah segala sesuatu penulis kembalikan.

    Ciputat, 24 Mei 2013

    Penulis

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    11/159

    v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ............................................................................................. i

    KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

    DAFTAR ISI ......................................................................................... v

    DAFTAR TABEL ................................................................................. vii

    BAB I : PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .......................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ................................................. 7C. Pembatasan Masalah ................................................ 7

    D. Perumusan Masalah .................................................. 7

    E. Manfaat Penelitian .................................................... 7

    F. Tujuan Penelitian ...................................................... 8

    BAB II : KAJIAN TEORI

    A. Kenakalan Siswa ...................................................... 9

    1. Pengertian Remaja ................................................ 10

    2. Pengertian Kenakalan Siswa ................................. 16

    3. Sebab-sebab Kenakalan Siswa ............................... 17

    4. Jenis-jenis Kenakalan Siswa ................................. 19

    5. Cara-cara Penanggulangan Kenakalan Siswa ........ 20

    B. Bimbingan Dan Konseling Sebagai Upaya

    Penanggulangan Kenakalan Siswa ............................ 21

    1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ................... 22

    2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling ....... 24

    3. Penyusunan Program Bimbingan dan

    Konseling ............................................................. 27

    4. Teknik Bimbingan dan Konseling ......................... 28

    5. Komponen (Struktur) Program

    Bimbingan dan Konseling ..................................... 31

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    12/159

    vi

    6. Jenis-jenis Pelayanan Bimbingan dan

    Konseling ............................................................. 35

    BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................... 38

    B. Metode Penelitian ..................................................... 39

    C. Sumber Data ............................................................. 39

    D. Instrumen Penelitian ................................................. 40

    E. Teknik Pengumpulan Data ........................................ 41

    F. Teknik Analisa Data ................................................. 42

    BAB IV : HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum SMK Putra Bangsa Depok ........... 43

    1. Sejarah Berdirinya ................................................ 43

    2. Visi dan Misi SMK Putra Bangsa Depok .............. 44

    3. Keadaan Guru, Karyawan, Siswa, Sarana dan

    Prasarana Sekolah serta Struktur Organisasi

    Sekolah .................................................................. 45

    B. Deskripsi Data dan Pembahasan Hasil Penelitian ...... 54

    1. Deskripsi Data ...................................................... 54

    2. Pembahasan Hasil Penelitian ................................ 85

    BAB V : PENUTUP

    A. Kesimpulan .............................................................. 90

    B. Saran ........................................................................ 91

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    13/159

    vii

    DAFTAR TABEL

    Tabel

    3.1 : Kegiatan Penelitian ...................................................................... 41

    3.2 : Kisi-kisi Intrumen Penelitian ........................................................ 43

    4.1 : Data Tenaga Kerja dan Pendidik (Guru) ....................................... 50

    4.2 : Keadaan Siswa SMK Putra Bangsa Depok .................................. 52

    4.3 : Sarana dan Prasarana Sekolah ...................................................... 54

    4.4 : Adaptasi Lingkungan Sekolah ...................................................... 58

    4.5 : Orientasi Kelas di Awal Tahun Ajaran Baru ................................. 59

    4.6 : Informasi Jenjang Pendidika Perguruan Tinggi ........................... 60

    4.7 : Informasi Dunia Pekerjaan ........................................................... 60

    4.8 : Membantu Menemukan dan Memahami Potensi-potensi Siswa .... 61

    4.9 : Pemilihan Jurusan ........................................................................ 62

    4.10: Guru BK Bekerja Sama dengan Guru Bidang Study ..................... 62

    4.11: Membimbing Siswa disaat Siswa Mendapat Kesulitan Belajar ..... 63

    4.12: Penyelesaian Masalah Siswa Secara Individu ............................... 64

    4.13: Pemaggilan Siswa ke Ruang BK ................................................. 65

    4.14: Penyelesaian Masalah Bersama dengan Siswa Lainnya ............... 66

    4.15: Memberikan Materi Bimbingan dan Konseling secara Kelompok di

    Kelas ........................................................................................... 67

    4.16: Guru BK Mengadakan Diskusi dengan Para Siswa secara Terbuka di

    Sekolah ....................................................................................... 67

    4.17: Membimbing dan Membantu Siswa dalam Menyusun Jadwal

    Belajar ........................................................................................ 68

    4.18: Kunjungan ke Rumah Siswa dalam Membantu Masalah Siswa .... 69

    4.19: Layanan Konsultasi Rutin dalam Seminggu Sekali ....................... 70

    4.20: Mendatangkan Lembaga Kepolisian dan Psikolog ........................ 70

    4.21: Mendatangkan Narasumber (polisi, dokter) tentang Bahaya Narkoba

    dan Pergaulan Bebas .................................................................... 71

    4.22: Membantu Menyelesaikan Masalah dengan Siswa Lain ............... 72

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    14/159

    viii

    4.23: Pemberian Bantuan dalam Mengatasi Halangan dan Rintangan

    Perkembangan Pribadi Siswa ....................................................... 73

    4.24: Siswa Melakukan Kenakalan......................................................... 74

    4.25: Siswa Mentaati Perintah Guru ...................................................... 75

    4.26: Siswa Tidak Masuk Kelas Tanpa Keterangan ............................... 75

    4.27: Siswa Datang Terlambat ke Sekolah ............................................ 76

    4.28: Siswa Melakukan Bolos Sekolah .................................................. 77

    4.29: Siswa Merusak Sarana dan Prasarana ........................................... 77

    4.30: Siswa Suka Mencoret-coret Tembok ............................................ 78

    4.31: Suka Memeras (memalak) Teman di Sekolah ............................... 79

    4.32: Siswa Berkata Kotor di Sekolah ................................................... 79

    4.33: Membawa Senjata Tajam ke Sekolah ............................................ 80

    4.34: Siswa Berkelahi dengan Teman di Sekolah .................................. 80

    4.35: Siswa Melakukan Tawuran .......................................................... 81

    4.36: Siswa Membawa Buku-buku Porno ke Sekolah ............................ 82

    4.37: Siswa Membaca Buku-buku Porno ............................................... 82

    4.38: Siswa Merokok di Sekolah ........................................................... 83

    4.39: Siswa Meminum-minuman Keras ................................................. 84

    4.40: Siswa Menonton Film Porno ........................................................ 84

    4.41: Siswa ke Kantin Sekolah saat Pelajaran Berlangsung ................... 85

    4.42: Siswa Tidak Mengikuti Pelajaran Sampai Selesai ......................... 86

    4.43: Siswa Menggunakan Obat-obatan Terlarang ................................ 86

    4.44: Nilai Rata-rata Skor Penelitian ..................................................... 88

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    15/159

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam  

    kelangsungan hidup manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat  

    mencapai taraf hidup yang lebih baik. Segala tindakan, ucapan juga tingkah 

    laku manusia selalu dipengaruhi oleh suatu proses pendidikan. Untuk itu, 

     proses pendidikan dapat terjadi di manapun, kapanpun manusia berada.

    Sekolah merupakan satu-satunya pendidikan formal yang ditunjuk

    dalam melaksanakan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang

    telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan pendidikan, berarti berhubungan

    dengan upaya mengembangkan potensi peserta didik. Salah satu upaya yang

     perlu dilakukan adalah menerapkan program bimbingan dan konseling di

    sekolah.

    Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terusmenerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu

    yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang

    dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan

    teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai

    kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri

    maupun bagi lingkungannya1.

    1 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 9. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    16/159

    2

    Agar proses pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dialaminya

     berjalan dengan semestinya dan segala potensi yang terdapat di dalam diri

    individu bisa tersalurkan tanpa mengalami hambatan-hambatan yang berarti,

    maka setiap individu yang sedang dalam masa pertumbuhan dan

     perkembangan senantiasa membutuhkan bantuan dari seseorang yang telah

    mengerti serta memahami tentang berbagai permasalahan yang dihadapi oleh

    induvidu. Dengan demikian terlahir induvidu yang matang dan siap

    menghadapi berbagai persoalan kehidupan pribadinya maupun masyarakat.

    Bimbingan dan konseling merupakan layanan yang diberikan kepada

     peserta didik (student service) untuk membantu mengoptimalkan

     perkembangannya. Layanan bimbingan dan konseling dapat difokuskan pada

     pengembangan pribadi dan sosial, pendidikan dan pembelajaran serta

     berkenaan dengan masalah karir. Aspek pribadi dan sosial berkenaan dengan

     pemahaman dan pengembangan karakteristik, potensi dan kecakapan-

    kecakapan yang dimilikinya, baik intelektualnya, sosial, fisik motorik maupun

    afektif emosional. Aspek pendidikan dan pembelajaran berkenaan dengan

     perencanaan dan upaya-upaya penyesuaian diri dalam berbagai kegiatan

     pendidikan dan pembelajaran. Aspek pengembangan karir menyangkut

     perencanaan dan persiapan-persiapan untuk memasuki dunia kerja2. Adapun

     pelaksanaannya di SMK Putra Bangsa Depok belum secara maksimal

    diterapkan, karena keterbatasan guru BK yang terdapat di SMK Putra Bangsa

    Depok, serta kurangnya keikutsertaan orang tua dan masyarakat sekitar dalam

    melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling.

    Pelayananan bimbingan merupakan bagian integral di lembaga

     pendidikan, melalui pelayanan bimbingan ini diharapkan siswa mampu

     bertindak dan bertingkahlaku sesuai dengan tuntutan lingkungannya, baik

    lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

    2

     Zikri Neni Iska,  Pengantar Bimbingan dan Konseling , (Jakarta: Kizi Brother’s, 2011), cet.Ke-1, h. 1. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    17/159

    3

    Bimbingan dan konseling berpengaruh besar bagi pertumbuhan dan

     perkembangan siswa. Alasan ini yang menjadi pijakan bahwa bimbingan

    konseling perlu mendapatkan tempat khusus dalam sebuah pendidikan.

    Pada perkembangannya BK diperuntukkan sebagai sarana bagi peserta

    didik untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Hal tersebut

    menjadikan bimbingan dan konseling tempat untuk menumpahkan segala

     problematika yang dialami peserta didik di sekolah sehingga dapat

    menemukan solusi atas masalah yang dihadapi.

    Anak-anak yang berusia 12 atau 13 sampai dengan 19 tahun sedang

     berada dalam masa pertumbuhan, dan bila ditinjau dari segi perkembangan

     biologis yang dimaksud remaja ialah mereka yang berusia 12 sampai dengan

    21 tahun.3 

    Pada rentang usia tersebut, manusia berada dalam masa remaja. Masa

    ini juga yang membuat seorang remaja mengalami berbagai kondisi yang

    membuatnya labil. Proses peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa,

    tentu membutuhkan penyesuaian dan berlangsung dalam jangka waktu yang

    cukup lama. Peralihan tersebut bisa mempunyai dampak yang baik dan

    sebaliknya bisa juga mempunyai dampak yang buruk. Proses peralihan atau

     pubertas dianggap baik bila remaja tidak melakukan berbagai tindakan yang

    dapat menggangu orang lain maupun dirinya sendiri. Selain itu juga seorang

    remaja melakukan berbagai aktivitas yang dapat berguna baik untuk dirinya

    sendiri maupun orang lain. Sebaliknya jika proses peralihan tersebut

     berlangsung tidak baik, maka akan timbul hal-hal yang berkenaan dengan

    kenakalan remaja seperti tawuran, pergaulan bebas, tindak kriminal, dan lain

    sebagainya. Karenannya setiap individu perlu membentengi diri dari tindakan-

    tindakan negatif tersebut.

    Setiap siswa yang berada di lingkungan sekolah mempunyai latar

     belakang pendidikan keluarga yang sangat beraneka ragam. Secara tidak

    langsung siswa telah melakukan suatu tindakan yang sifatnya sebagai mahluk

    3

     Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), cet. Ke-5,h. 63-64. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    18/159

    4

    sosial, yaitu berinteraksi dengan lingkungan sekolah baik dengan sesama

    siswa di sekolah maupun dengan nilai serta norma yang berlaku di sekolah

    yang biasanya dikenal dengan istilah tata tertib sekolah. Untuk itu, siswa

    seyogianya dapat menjalankan segenap peraturan yang terdapat di sekolah dan

    mematuhi peraturan tersebut dengan penuh tanggung jawab. Namun sangat

    disayangkan dalam praktiknya banyak siswa yang melakukan tindakan-

    tindakan yang berlawanan dengan peraturan-peraturan sekolah. Adanya jenis

    kenakalan yang dilakukan siswa di sekolah seperti keluar kelas tanpa

    sepengetahuan guru pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung,

    meninggalkan sekolah sebelum waktunya, kurang bersimpati kepada guru dan

    tindakan-tindakan menyimpang lainnya yang merupakan kenyataan dari

    adanya kenakalan yang masih hidup di lingkungan sekolah.

    Kenakalan anak dapat terjadi karena kurangnya perhatian dan kasih

    sayang orang tua, guru dan lingkungan masyarakat yang kurang

    memperhatikan pendidikan, terutama pendidikan agama untuk kepentingan

    hidup anak. Orang tua sering kali lebih mementingkan pekerjaannya dan

    terlalu sibuk hingga akhirnya tidak dapat membimbing dan mengawasi anak-

    anaknya dalam pergaulan mereka.

    Lingkungan pergaulan yang terlalu bebas atau lebih mengarah kepada

    hal-hal yang negatif juga dapat mempengaruhi perilaku siswa. Jika anak

     bergaul dengan teman-teman yang malas dan terpengaruh oleh bujuk rayu

    temannya untuk melakukan hal yang negatif maka dapat berdampak pada

     pendidikan dan juga masa depannya. Oleh karena itu, perlunya pengawasan

    lebih dari orang tua, guru serta masyarakat dalam memperhatikan pergaulan

    siswa.

    Timbulnya permasalahan-permasalahan tersebut dapat disebabkan

    karena belum maksimalnya pelaksanaan program bimbingan dan konseling di

    sekolah. Masih banyak sekolah yang tidak terlalu mementingkan program

     bimbingan dan konseling dan hanya menjadikan program bimbingan dan

    konseling itu sebagai pelengkap saja yang tidak perlu penanganan yang lebih.

    Padahal program bimbingan dan konseling itu merupakan program yang

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    19/159

    5

     penting dalam penentu keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh

    karena itu, perlu adanya metode-metode penerapan program bimbingan dan

    konseling yang efektif sehingga dapat berjalan lancar dalam mendukung

     proses belajar mengajar di sekolah.

    Salah satu bentuk usaha sekolah dalam memberikan pengawasan dan

     juga bimbingan kepada para siswa adalah dengan menempatkan guru BK yang

    mempunyai kompetensi dibidangnya. Guru ini diharapkan dapat memberikan

     bimbingan kepada para siswa dalam mengatasi permasalah yang dihadapi oleh

    siswa. Keberadaan guru BK memang sangat penting, terutama dengan kondisi

     para siswa yang mempunyai banyak permasalahan seiring dengan kemajuan

    zaman. Mulai dari masalah kesulitan dalam memahami pelajaran, masalah

     pergaulan dalam lingkup sekolah, masalah dalam pergaulan lingkungan

    rumah, masalah keluarga, dan lain sebagainya. Berbagai masalah tersebut jika

    dibiarkan terus-menerus akan mempengaruhi siswa dalam belajar, sehingga

    tidak dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu saja akan menghasilkan para

    siswa yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan lembaga pendidikan

    itu sendiri.

    Agar kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan lancar,

    diperlukan adanya program bimbingan dan konseling yang baik. Salah satu

    aspek program layanan bimbingan dan konseling adalah perencanaan program

    dan pengaturan waktu pelaksanaan bimbingan dan konseling. Yang dimaksud

    dengan perencanaan adalah suatu proses yang terus menerus, yaitu dengan

    cara mengantisipasi dan menyiapkan berbagai kemungkinan atau usaha untuk

    menentukan dan mengontrol kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.4 

    Berbagai masalah yang dihadapi oleh sebagian besar siswa tidak

    semuanya dapat dilayani oleh guru-guru yang mengajarinya, karena belum

    maksimalnya layanan terhadap siswa dalam program bimbingan dan konseling

    di sekolah. Guru-guru sudah banyak tugas dalam mengajar sehingga kurang

    mampu dalam melayani semua permasalahan siswa, demikian juga denga

    4

     Ahmad Zuntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling , (Jakarta: RefikaAditama, 2006), h. 39. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    20/159

    6

    orang tua siswa yang setiap harinya sibuk dengan pekerjaannya masing-

    masing, serta kurangnya guru bimbingan dan konseling yang ada di sekolah..

    Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan melalui

    wawancara dengan guru bimbingan dan konseling, bahwa ada beberapa

     permasalahan yang terjadi di SMK Putra Bangsa seperti, absensi sekolah,

    keterlambatan, memakai seragam tidak sesuai dengan jadwal yang diberikan

    sekolah dan pelanggaran tata tertib sekolah serta perilaku siswa yang

    menyimpang akibat pergaulan bebas ataupun pengaruh dari kondisi ekonomi

    serta keluarga. Belum terlaksana dengan baik program penyuluhan di masing-

    masing kelas karena kurangnya guru bimbingan dan konseling, idealnya 1

    guru bimbingan konseling menangani 150-225 orang siswa,5 namun di SMK

    Putra Bangsa hanya terdapat 4 guru bimbingan konseling dengan jumlah siswa

    1.032 orang siswa.

    Dalam hal ini seorang guru pembimbing harus bertanggung jawab

    dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa untuk

    menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi, dan membantu

    mereka dalam memilih perbuatan baik dan buruk disekitar masyarakat yang

    sedang menghadapi kemerosotan moral, sehingga mereka tidak menyimpang

    dari berbagai faktor negatif dalam kehidupan sosial. Dari latar belakang inilah

     penulis tertarik untuk membahas kedalam judul skripsi: “IMPLEMENTASI

    PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM

    MENGANTISIPASI KENAKALAN SISWA DI SMK PUTRA BANGSA

    DEPOK ”. 

    5

     Zikri Neni Iska,  Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2011), cet.Ke-1, h. 105. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    21/159

    7

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah dapat di identifikasi beberapamasalah sebagai berikut: 

    1. Jenis kenakalan yang dilakukan siswa SMK Putra Bangsa Depok

    2. Kurangnya perhatian dari orang tua, guru dan masyarakat dalam pergaulan

    siswa

    3. Lingkungan pergaulan yang berpengaruh negatif bagi siswa

    4. Belum maksimalnya implementasi program bimbingan dan konseling di

    sekolah

    5. Belum maksimalnya layanan terhadap siswa dalam program bimbingan dan

    konseling.

    C. Pembatasan Masalah

    Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan masalah dalam skripsi

    ini, dan agar pembahasannya lebih terarah, maka penulis memberikan batasan

    masalah kepada “Implementasi program bimbingan dan konseling dalam

    mengantisipasi kenakalan siswa” 

    D. Perumusan Masalah

    Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis, maka

    masalah yang dapat dirumuskan yaitu:  “Bagaimana implementasi program

     bimbingan dan konseling dalam mengantisipasi kenakalan siswa di SMK

    Putra Bangsa Depok ?” 

    E. Manfaat Penelitian

    1.  Menambah pengetahuan peneliti tentang bimbingan dan konseling untuk

     bekal dikemudian hari sebagai tenaga pengajar yang peduli terhadap

    kebutuhan siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

    2.  Untuk menambah sumber bacaan tentang bimbingan dan konseling di

    sekolah.

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    22/159

    8

    3.  Dapat digunakan sebagai masukan untuk pengembangan sekolah, yang

    meliputi pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap siswa.

    4. 

    Menambah sumber pengetahuan tentang mengatasi kenakalan siswa di

    lingkungan sekolah.

    F.  Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui:

    1.  Kenakalan apa saja yang dilakukan siswa SMK Putra Bangsa Depok

    2. 

    Pelaksanaan program bimbingan dan konseling

    3.  Implementasi program bimbingan dan konseling dalam mengatisipasi

    kenakalan siswa di SMK Putra Bangsa Depok

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    23/159

     

    9

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Kenakalan Siswa

    Permasalahan kehidupan dan dinamika remaja tidak akan berhenti,

    karena berkaitan dengan dinamika hidup manusia di dunia ini. Kehidupan

    remaja saat ini sering dihadapkan pada berbagai masalah yang amat kompleks

    yang tentunya sangat perlu mendapat perhtian kita semua.

    Salah satu masalah tersebut adalah semakin menurunnya tatakrama

    kehidupan sosial dan etika moral remaja dalam praktik kehidupan, baik di

    rumah, di sekolah, maupun lingkungan sekitarnya, yang mengakibatkan

    timbulnya sejumlah efek negatif di masyarakat yang akhir-akhir ini makin

    merisaukan. Efek tersebut misalnya, semakin maraknya penyimpangan

    diberbagai norma kehidupan yang terwujud dalam bentuk-bentuk perilaku anti

    sosial seperti tawuran, penganiayaan, perusakan fasilitas umum, pencurian,

    serta perbuatan amoral lainnya.

    1

     Sebelum penulis membahas lebih jauh tentang berbagai penyimpangan

    yang dilakukan oleh remaja atau yang lebih dikenal dengan kenakalan remaja,

    maka penulis akan terlebih dahulu memberikan suatu pengertian tentang apa

    yang dimaksud dengan remaja dan bagaimana karakteristik yang

    sesungguhnya terdapat pada diri remaja itu sendiri.

    1

     Aat Syaf, dkk. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja(Juvenile Deliquency). Rajawali Press, h. 2. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    24/159

    10

    1.  Pengertian Remaja

    Remaja adalah sosok manusia yang unik yang berbeda dengan yanglainnya, karena keunikannya itu maka banyak para psikolog yang mencoba

    meneliti sosok remaja dari berbagai aspek kehidupannya. Dari penelitian itu

     para ilmuwan mencoba mendefinisikan remaja itu dengan berbagai versi

    sesuai dengan bidangnya. Oleh sebab itu, sampai saat ini belum ada kata

    sepakat untuk mendefinisikan istilah remaja ini. Disini penulis akan coba

    mengemukakan beberapa pengertian remaja yang dirasa cukup mewakili dan

    mendeskripsikan hakikat remaja.

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, pengertian remaja

    adalah mulai dewasa atau sudah sampai umur untuk kawin.2  Singgih D.

    Gunarsa mengatakan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa anak

    kemasa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai

     persiapan memasuki masa dewasa.3 

    Istilah adolescent   atau remaja itu sendiri berasal dari bahasa latin

    adolescere  yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescent   seperti

    yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup

    kemantapan mental, emosional, sosial dan fisik. Secara psikologi masa remaja

    adalah usia pada saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia

    dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua

    melainkan berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya

    mengenai hak.4 

    Masa remaja menurut M. Alisuf Sabri adalah “suatu periode peralihan, yaitu

    masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, suatu masa perubahansikap dan perilakunya, usia bermasalah yang sering terjadi dan sulit diatasi

    oleh remaja, karena disebabkan mereka merasa dirinya mandiri sehingga

    mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, masa dimana remaja tidak

    realistik karena mereka cenderung untuk memandang kehidupan atau melihat

    2 Daniel Haryono & Desi Damayanti,  Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, (Jakarta:

    Media Pustaka Phoenix, 2008), cet. Ke- 3, h. 713. 3  Singgih D. Gunarsa dan Ny, Singgih D. Gunarsa,  Psikologi Remaja,  (Jakarta: PT. BPK

    Gunung Mulia, 1983), h. 16-17. 4

      Elizabeth B. Hurlock,  Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 206. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    25/159

    11

    dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan

    sebagaimana adanya.5 

    Masa ini sering disebut juga sebagai masa “ strum and drang ” karena

    anak itu emosinya timbul dengan cepat, sehingga menimbulkan kemauan-

    kemauan yang keras. Ia mulai sadar tentang dirinya sendiri dan ingin

    melepaskan dirinya dari segala bentuk kekangan dan berontak terhadap

    norma-norma yang berlaku yang kiranya tak dikehendakinya.6 

    Sarlito Wirawan mendeskripsikan tentang permulaan remaja sebagai

     berikut: “permulaan masa remaja ditandai dengan kematangan seksual, dalam

    arti organ-organ seksualnya sudah dapat berfungsi sepenuhnya untuk

    mengembangkan keturunan. Pada remaja putri tandanya mulai mengalami

    menstruasi, sedangkan pada remaja putra air maninya sudah cukup matang.7 

    Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

    remaja adalah mahluk yang akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi

    dewasa dengan segala bentuk perubahan baik dari segi fisik, mental psikologi,

    emosional maupun perkembangan pribadi dan sosialnya menuju perubahan

    yang berarti bagi dirinya dan bagi lingkungan masyarakatnya pada masa yang

    akan dating. Sedangkan untuk batas usia seseorang yang dikatakan remaja

    yaitu antara 13-21 tahun.

    a.  Ciri-ciri Remaja

    Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa masa remaja adalah

    masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

    Dalam kondisi seperti inilah terlihat bahwa remaja itu masih labil.

    5 M. Alisuf Sabri,  Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu,

    1997), cet. Ke-2, h. 160-162. 6  Sahilun A Nasir,  Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja,

    (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), cet. Ke-1, h. 64. 7

     Sarlito Wirawan Sarwono,  Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), cet.Ke-8, h. 32. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    26/159

    12

    Keadaan labil ini yang biasa terlihat dari ciri-ciri khas remaja itu

    sendiri yang membedakan mereka dari kanak-kanak dan orang dewasa.

    Ciri-ciri khas remaja antara lain:

    1)  Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja

    awal yang dikenal sebagai masa  strom & stress.  Peningkatan

    emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon

    yang terjadi pada masa remaja.2)

     

    Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan

    seksual. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahaninternal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi

    maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan

     proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.3) 

    Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan

    orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi

    dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik

    yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung

     jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkanuntuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih

     penting.4)

     

    Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa

    kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa.

    5)  Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan

    yang terjadi. Disatu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisilain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan ini,

    serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung

     jawab ini.8 

    b.  Karakteristik Perkembangan Remaja

    Sejak di dalam kandungan hingga lahir, seorang individu tumbuh

    menjadi anak remaja atau dewasa. Hal ini berarti terjadi proses perubahan

     pada diri setiap individu. Aspek-aspek perubahan yang dialami oleh setiap

    individu meliputi fisik, kognitif maupun psikososialnya.

    Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan

    individu, antara lain:

    1) 

    Faktor-faktor dalam diri individu sendiri meliputi faktor-faktor

    endogen, faktor endogen ini sudah ada sejak saat kelahiran, bahkan

    sejak permulaan pertumbuhan benih menjadi janin, sehingga disebut

    8

     Yudrik Jahja,  Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), cet. Ke-1, h.235-236. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    27/159

    13

    faktor hereditas (keturunan) yang langsung diwarisi anak dari orang

    tua, dan juga faktor konstitusi.

    2) 

    Faktor-faktor berasal dari luar individu meliputi faktor-faktor eksogen,yang terdiri dari faktor lingkungan, makanan, dan belajar.9 

    Masa remaja merupakan salah satu diantara masa rentangan

    kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat.

    Dalam jangka 3-4 tahun sosok remaja tumbuh sehingga tinggi badannya

    menyamai tinggi badan orang tuanya. Namun pertumbuhan fisik yang

    terjadi tidak stabil, semua pertumbuhan jasmani yang cepat itu dapat

    menimbulkan kegoncangan emosi, kecemasan dan kekhawatiran. Bahkan

    kepercayaan kepada agama yang telah tumbuh pada masa sebelumnya

    mungkin pula mengalami kegoncangan karena merasa kecewa pada

    dirinya.

    Pada masa ini mulai timbul dorongan-dorongan dan keinginan-

    keinginan untuk memuaskan seksual. Seiring dengan norma yang berlaku

    dalam masyarakat maupun agama mereka tidak dapat secara langsung

    memuaskan dorongan serta keinginannya diluar perkawinan, oleh karena

    itu mereka mencari jalan lain seperti berkhayal, menonton film porno dan

    sebagainya.

    Pertumbuhan fisik yang cepat terjadi pada remaja awal lambat laun

    menurun ketika memasuki remaja akhir. Hurlock mengemukakan bahwa

    anak laki-laki memulai pertumbuhan pesatnya lebih lambat daripada anak

     perempuan, pertumbuhan laki-laki berlangsung lebih lama, sehingga pada

    saat matang biasanya laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.10

     

    Diantara pertumbuhan-pertumbuhan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan

    tubuh, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi, dan tanda-tanda seksual

    sekunder yang tumbuh, yakni mulai terlihatnya penonjolan pada otot-otot

    dada, tumbuhnya jakun, serta mulai tumbuhnya bulu di sekitar kemaluan

    9  Panuut Panuju & Ida Umami,  Psikologi Remaja,  (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya,

    1999), cet. Ke-1, h. 69-73. 10

      Elizabet B. Hurlock,  Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 210. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    28/159

    14

    dan ketiak. Sedangkan pada wanita mulai tumbuh payudara, pinggul serta

    tumbuh bulu di sekitar kemaluan dan ketiak.

    Secara kognitif, tingkat kecerdasan remaja berkembang pesat dan

    telah dapat berpikir abstrak dan membuat hipotesis. Ia sudah dapat

    memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan dapat

    mengambil kesimpulan dari suatu pertanyaan. Menurut Piaget, tahap

     perkembangan kognisi telah mencapai tahapan  formal operational.  Oleh

    sebab itu, remaja sudah dapat berpikir secara abstrak tentang keadaan

    dilingkungannya dan dapat juga memprediksikan kehidupannya di masa

    yang akan datang. Dalam tahapan perkembangan ini, kognisi remaja

    dipengarihi oleh faktor skema dan adaptif. Skema adalah pola yang teratur

    yang melatarbelakangi suatu tingkah laku. Sedangkan adaptif adalah

     penyesuaian terhadap lingkungan yang berhubungan dengan tujuan dan

     perjuangan hidup.11

     

    Perubahan fisik terutama organ-organ seksual dan pertumbuhan

    kelenjar yang terjadi pada usia remaja serta tekanan sosial yang tinggi

    menimbulkan intensitas emosi remaja meninggi, bahkan dapat dikatakan

     puncak emosional. Pada masa remaja awal, perkembangan emosinya

    menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang kuat terhadap berbagai

     peristiwa atau situasi. Emosinya bersifat negatif dan temperamental sepert i

    mudah tersinggung dan marah serta mudah murung dan sedih. Walaupun

    demikian, pada umumnya dari tahun ke tahun terjadi kematangan perilaku

    emosional. Dan pada masa remaja akhir dapat mengendalikan emosinya

    serta mencapai kematangan emosi. Ciri-ciri kematangan emosi yang

    terjadi pada remaja diantaranya adalah penilaian secara kritis terhadap

    situasi lebih didahulukan sebelum bereaksi secara emosional. Untuk itu,

    remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang situasi yang dapat

    menimbulkan reaksi emosional.

    11

     Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), cet.Ke-15, h. 96. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    29/159

    15

    Luapan-luapan emosi yang tinggi pada masa remaja, jika tidak

    terkendali dapat menimbulkan tingkah laku yang melanggar nilai-nilai

    agama dan moral yang merupakan salah satu sumber kenakalan remaja.

    Oleh sebab itu dimensi moral dan agama sangat penting dalam jiwa

    remaja. Nilai-nilai moral dan agama dapat tumbuh dan berkembang

    melalui pengalaman dan interaksi sosial dengan orang tua, guru, orang

    yang lebih dewasa ataupun teman sebayanya.

    c.  Kebutuhan dan Tugas Perkembangan Remaja

    Manusia mempunyai banyak kebutuhan yang mendorong untuk

     berbuat atau bertingkah laku. Bentuk kebutuhan itu diantaranya adalah

    kebutuhan biologis, kebutuhan religious, dan kebutuhan individual.

    Kebutuhan-kebutuhan ini menuntut untuk untuk dipenuhi, jika tidak

    terpenuhi akan timbul kebutuhan lain yang menciptakan tingkah laku yang

    agresif dalam pemenuhannya.

    Pemenuhan kebutuhan biologis seperti makan minum, bernafas dan

    sebagainya itu penting, sebab tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut

    mengakibatkan kematian. Selain itu pemenuhan kebutuhan psikologis-

    sosiologis akan menimbulkan hilangnya keinginan untuk hidup dan akan

    mempercepat kematian.

    Kebutuhan remaja sebagaimana kebutuhan manusia lainnya dibagi

    menjadi dua golongan besar, yaitu:

    1)  Kebutuhan fisik jasmaniah, merupakan kebutuhan pertama yang

    disebut juga dengan kebutuhan primer, seperti makan dan minum, seksdan sebagainya. Jika kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak terpenuhi,

    akan hilang keseimbangan fisiknya.

    2) 

    Kebutuhan mental rohaniah, kebutuhan ini yang membedakan manusia

    dengan mahluk allah lainnya. Yang terpenting dari kebutuhan yang bersifat mental rohaniah adalah kebutuhan akan agama, kebutuhan

    akan kasih sayang dan rasa kekeluargaan, kebutuhan akan rasa aman,

    kebutuhan akan penyesuaian diri, kebutuhan akan kebebasan,

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    30/159

    16

    kebutuhan akan pengendalian diri, kebutuhan akan penerimaan

    sosial.12 

    Selain kebutuhan-kebutuhan remaja, mereka pun mempunyai tugas

     perkembangan yang harus mereka penuhi. Menurut Havirghurst, tugas

     perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode

    tertentu dalam kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa

     bahagia dan akan membawa ke arah keberhasilan dalam menjalankan tugas-

    tugas perkembangan berikutnya. Akan tetapi kalau gagal akan menimbulkan

    rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menbghadapi tugas-tugas berikutnya.13

     

    2.  Pengertian Kenakalan Siswa

    Salah satu masalah pendidikan yang sulit pemecahannya dewasa ini

    adalah masalah kenakalan remaja, sebabnya adalah karena masalah itu amat

    kompleks sehingga sukar untuk dianalisis dari salah satu segi saja. Masalah

    kenakalan remaja erat hubungannya dengan keadaan rumah tangga,

    lingkungan masyarakat, dan bahkan keadaan sekolah yang tidak teratur dapat

     pula menjadi sumber kenakalan itu.

    Menurut Sarlito, bahwa “kenakalan remaja adalah perilaku yang

    menyimpang dari kebiasaan atau melanggar hukum”.14 

    Kenakalan remaja adalah remaja yang sering berkelompok yang

    menyebabkan terganggunya orang yang tinggal disekelilingnya baik pada

    siang hari maupun malam hari sewaktu orang sedang istirahat, menimbulkan

    keributan yang mengganggu ketenangan suasana dan melanggar tata

    kesopanan bertetangga.15 

    Berbeda dengan definisi tersebut, B. Simanjuntak yang memberikan

    tinjauan secara sosiokultural tentang arti  juvenile delinquency yaitu “suatu

    12  Panut Panuju & Ida Umami,  Psikologi Remaja,  (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya,

    1999), cet. Ke-1, h. 27-39. 13  Elizabet B. Hurlock,  Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

     Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), h. 9. 14

     Sarlito Wirawan Sarwono,  Psikologi Remaja,  (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012),Cet. Ke-15, h. 256. 

    15

     Singgih D. gunarsa dan Ny. Singgih D. gunarsa,  Psikologi Remaja,  (Jakarta: BPK GunungMulia, 2000), cet. Ke-13, h. 29. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    31/159

    17

     perbuatan disebut delinquent,  apabila perbuatan-perbuatan tersebut

     bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia

    hidup, atau suatu perbuatan yang anti-sosial dimana di dalamnya terkandung

    unsur-unsur arti-normatif”.16 

    Definisi di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Fuad

    Hasan, yaitu “perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh remaja tersebut

    menjadi dua bagian, yaitu kenakalan sosiologis dan kenakalan individual”.

    Apabila anak memusuhi seluruh konteks kemasyarakatan kecuali konteks

    kemasyarakatannya sendiri dapat dipandang sebagai kenakalan sosiologis.

    Dalam kondisi tersebut kebanyakan anak tidak merasa bersalah bila

    merugikan orang lain, yang penting tidak merugikan kelompoknya sendiri.

    Sedangkan bentuk kenakalan individual adalah anak memusuhi semua orang,

     baik tetangga, kawan, maupun saudara, bahkan termasuk orang tuanya

    sendiri.17

     

    Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kenakalan

    remaja adalah perbuatan yang dilakukan oleh remaja yang bertentangan

    dengan norma-norma, baik norma agama, susila, atau norma yang berlaku

    dalam masyarakat dan dapat merugikan dirinya serta orang lain. Jika

     perbuatan melanggar hukum itu dilakukan oleh orang dewasa, maka

    dinamakan kejahatan, namun apabila dilakukan oleh anak-anak itu tidak

    termasuk tindakan melanggar hukum sehingga tidak dikenakan sangsi hukum

    secara formal, tetapi tindakannya disebut dengan kenakalan.

    3. 

    Sebab-sebab Kenakalan Siswa

    Ada beberapa faktor yang memyebabkan kenakalan remaja, selain

    faktor pribadi karena adanya perkembangan fisik yang membuat jiwa remaja

    terguncang, faktor lingkungan tempat tinggalnya pun memiliki pengaruh yang

    16  Sudarsono,  Kenakalan Remaja; Prevensi, Rehabilitasi, dan Reosialisasi,  (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2004), cet. Ke-4, h. 10. 17  Ibid., h. 14. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    32/159

    18

    sangat besar terhadap perilaku remaja. Pada dasarnya kenakalan siswa

    dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:

    a. 

    Factor internal adalah hal-hal yang bersifat dari dalam diri siswa itu

    sendiri, baik sebagai akibat dari perkembangan atau pertumbuhan maupun

    akibat dari suatu jenis penyakit mental/kejiwaan yang ada dalam diri siswa

    itu sendiri.

     b.  Factor eksternal adalah factor yang bersumber dari luar diri pribadi siswa

    yang bersangkutan, antara lain:

    a.  Keadaan Keluarga

    Sebagian besar anak dibesarkan oleh keluarga, disamping itu

    kenyataan menunjukkan bahwa di dalam keluargalah anak mendapatkan

     pendidikan dan pembinaan pertama kali. Karena itu, perilaku orang tua

    sangat berpengaruh terhadap perkembangan si anak. Tindakan criminal

    yang dilakukan oleh orang tua atau salah satu anggota keluarga dapat

    memperngaruhi jiwa anak.

    b.  Keadaan Sekolah

    Ajang pendidikan kedua bagi anak-anak setalah keluarga adalah

    sekolah. Selama dalam proses pembinaan, penggemblengan dan

     pendidikan sekolah biasanya terjadi interaksi antara sesama siswa, dan

    antara siswa dengan pendidik. Proses interaksi tersebut dalam

    kenyataannya bukan hanya memiliki aspek sosiologi yang positif saja,

    akan tetapi juga membawa akibat lain yang juga memberi dorongan bagi

    anak remaja di sekolah untuk menjadi nakal.

    c. 

    Keadaan Masyarakat

    Keadaan masyarakat dan kondisi lingkungan dalam berbagai corak

    dan bentuk akan berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung

    terhadap anak-anak remaja, dimana mereka hidup berkelompok.

    Ringkasnya pengaruh lingkungan yang buruk ditambah dengan kontrol

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    33/159

    19

    diri dan kontrol sosial yang semakin melemah, dapat mempercepat

     pertumbuhan gang anak delinkuen.18 

    4.  Jenis-jenis Kenakalan Siswa

    Pada umumnya kenakalan siswa dapat digolongkan dalam dua

    kelompok yang besar, sesuai kaitannya dengan norma hukum, yakni:

    a.  Kenakalan yang bersifat a-moral dan tidak diatur dalam Undang-Undang

    sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran umum.

     b. 

    Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai

    dengan Undang-Undang dan hukum yang berlaku dengan perbuatan

    melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa.19 

    Kenakalan siswa di sekolah merupakan salah satu bentuk dari dua

    golongan tersebut, yaitu kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial tidak

    diatur dalam Undang-Undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan

     pelanggaran hukum, dari pengumpulan kasus mengenai kenakalan yang

    dilakukan oleh remaja dan pengamatan murid disekolah lanjutan maupun

    mereka yang sudah putus sekolah dapat dilihat adanya gejala:

    a.  Berbohong, memutarbalikan kenyataan dengan tujuan menipu orang ataumenutupi kesalahan.

     b.  Membolos, pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak

    sekolah.

    c.  Kabur, meninggalkan rumah tanpa ijin orang atau menentang keinginan

    orang tua.

    d. 

    Keluyuran, pergi sendiri maupun berkelompok tanpa tujuan, dan mudah

    menimbulkan perbuatan iseng yang negatif.

    e.  Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain.f.

     

    Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk.

    g.  Berpesta pora semalam suntuk tanpa pengawasan.

    h.  Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan mempergunakan bahasa yang

    tidak sopan.

    i.  Secara berkelompok makan di rumah makan, tanpa membayar atau naik

     bis tanpa membeli karcis.

    18 Kartini Kartono,  Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja (PT Raja Grafindo Persada 2005),

    cet. Ke-6, h. 78. 19

     Singgih D. Gunarsa,  Psikologi Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2000), cet. Ke-13, h.31. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    34/159

    20

     j.  Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri baik dengan tujuan kesulitan

    ekonomi maupun tujuan lainnya.

    k. 

    Berpakaian tidak pantasdan minum-minuman keras atau menghisap ganjasehingga merusak dirinya maupun orang lain.20 

    5.  Cara-cara penanggulangan Kenakalan Siswa

    Adapun cara yang dilakukan dalam upaya mengatasi kenakalan remaja

    sebagaimana yang dikemukakan oleh seorang kriminologi, Soedjono

    Dirdjosisworo, S.H., yang dikutip Sudarsono dalam bukunya “Kenakalan

    Remaja”, mengemukakan bahwa asas umum dalam pengulangan kejahatan

    yang banyak dipakai oleh Negara-negara maju, yaitu:

    a.  Cara moralistik, dilaksanakan dengan penyebaran ajaran agama dan moral,

     perundang-undangan yang baik dan sarana-sarana lain yang dapat

    mengekan nafsu untuk berbuat kejahatan.

     b.  Cara abolisionistik, berusaha memberantas, mengurangi kejahatan dengan

    memberantas sebab musababnya, umpamanya diketahui bahwa factor

    tekanan ekonomi (kemelaratan) merupakan salah satu penyebab kejahatan,maka usaha untuk mencapai kesejahteraan untuk mengurangi kejahatan

    yang disebabkan oleh faktor ekonomi merupakan cara abolisionistik.21

     

    Prioritas utama dalam mengatasi kenakalan remaja adalah mencegah

    dengan cara memadai dan imprehensif. Adapun cara mencegah kenakalan

    remaja dengan melakukan tindak-tindak preventif dan penanggulangan secara

    kuratif.

    a.  Tindakan Preventif,  yakni segala tindakan yang bertujuan mencegah

    timbulannya kenakalan-kenakalan. Tindakan preventif yang dilakukan

    antara lain berupa meningkatkan kesejahteraan keluarga, perbaikan

    lingkungan, membentuk badan kesejahteraan anak-anak.

    20  Ibid., h. 31-32. 21

     Sudarsono,  Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1989), cet.Ke-1, h. 89. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    35/159

    21

    b.  Tindakan Kuratif, yakni memperbaiki akibat perbuatan nakal, terutama

    induvidu yang telah melakukan perbuatan tersebut. Tindakan kuratif bagi

    usaha penyembuhan anak delinkuen berupa memberiakan latihan bagi para

    remaja untuk hidup teratur, memperbanyak lembaga latihan kerja dengan

     program kegiatan pembangunan.22 

    Menurut hemat penulis problem kenakalan remaja dapat diminimalisir

    dengan memberikan ruang gerak kepada remaja dalam mengikutsertakan atau

    menyalurkan mereka dalam aktivitas-aktivitas yang bernilai positif.

    B. Bimbingan dan Konseling Sebagai Upaya Penanggulangan

    Kenakalan Siswa

    Setiap individu yang sedang mengalami proses perkembangan menuju

    arah kematangan, senantiasa didalam hidupnya selalu memiliki permasalahan

    yang secara alamiah dihadapi oleh setiap individu, hal tersebut karena ia

    dibekali potensi dalam dirinya yang telah siap untuk menuju kematangan.

     Namun ada sebagian individu yang mengalami permasalahan dan sulit untuk

    dapat mengatasinya, oleh karena itu dibutuhkan bimbingan yang dapat

    menuntunnya dalam bersikap serta menghadapi setiap permasalahan tersebut.

    Dalam bersikap individu tersebut membutuhkan bimbingan dari orang

    yang lebih mengetahui permasalahan yang dihadapinya, maka dalam hal ini

    setiap individu memerlukan pembimbing yang mengerti akan dirinya. Apabila

    terjadi kesalahan dalam bertindak maka individu tersebut membutuhkan

    konselor yang dapat menyelesaikan permasalahannya.

    22

     Kartini Kartono,  Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja (PT Raja Grafindo Persada 2005),cet. Ke-6, h. 95-97. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    36/159

    22

    1.  Pengertian Bimbingan dan Konseling

    a. 

    Pengertian BimbinganBimbingan merupakan terjemahan dari  guidance  yang didalamnya

    tergandung beberapa makna yaitu menunjukkan, membimbing, menuntun

    ataupun membantu. Sesuai dengan  istilahnya, maka secara umum bimbingan

    dapat diartikan sebagai bantuan atau  tuntunan. Namun, meskipun demikian

    tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan.

    Definisi bimbingan yang pertama dikemukakan dalam Year’s Book of

    Education 1955 yang menyatakan bahwa, bimbingan adalah suatu prosesmembantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan

    mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan

    kemanfaatan sosial.23

     

    Menurut Tolbert, bimbingan adalah seluruh program atau semua

    kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan pada

    membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana

    serta melalukan penyesuain diri dalam semua aspek kehidupannya sehari-hari.

    Bimbingan merupakan layanan khusus yang berbeda dengan bidang

     pendidikan lainnya.24 

    Sedangkan menurut Rachman Natawidjaja sebagaimana dikutip oleh

    Syamsu Yusuf, mengartikan bimbingan sebagai:

    Suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara

     berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya,

    sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,

    sesuai dengan tuntutan masyarakat dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,

    masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapatmenikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti

    kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu

    mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.25

     

    23 A.Hallen, Bimbingan dan Konseling , (Jakarta: Ciputat Press, 2005), cet. Ke-3, h. 3. 

    24 Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), cet. Ke-

    1, h. 1. 25

      Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan,  Landasan Bimbingan & Konseling,  (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005), cet. Ke-1, h. 6. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    37/159

    23

    Dari definisi-definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

     bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara

     berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah

    mendapat latihan khusus, dimaksudkan agar individu dapat memahami

    dirinya, lingkunganya serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri

    dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara

    optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat pada

    umumnya.

    b.  Pengertian Konseling

    Konseling merupakan inti dalam bimbingan, ada yang menyatakan

     bahwa konseling merupakan “jantungnya” bimbingan. Sebagai kegiatan inti

    atau jantungnya bimbingan, praktik bimbingan bisa dianggap belum ada

    apabila tidak dilakukan konseling.

    Istilah konseling yang diadopsi dari bahasa Inggris “counseling ” di

    dalam kamus artinya dikaitkan dengan kata “counsel ” memiliki beberapa arti,

    yaitu nasihat (to obtain counsel ), anjuran (to give counsel ), dan pembicaraan

    (to take counsel ). Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis berarti

     pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaran dengan bertukar pikiran.26 

    Sedangkan konseling menurut Feltham dan Dryden sebagaimana

    dikutip oleh John Mcleod adalah

    Sebuah profesi yang dicari oleh orang yang berada dalam tekanan atau dalam

    kebingungan, yang berhasrat berdiskusi dan memecahkan semua itu dalam

    sebuah hubungan yang lebih baik terkontrol dan lebih pribadi dibandingkan pertemanan, dan mungkin lebih simpatik/tidak memberikan cap tertentu

    dibandingkan dengan hubungan pertolongan dalam praktik medis tradisional

    atau setting psikiatrik.27

     

    26 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah; Berbasis Integrasi, (Jakarta:

    PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 21-22. 27

     John Mcleod, Pengantar Konseling; Teori dan Studi Kasus, (Jakarta: Prenada Media Group,2008), cet. Ke-2, h. 7-8. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    38/159

    24

    Adapun konseling menurut Donald G. Mortenson dan Alan M.

    Schmuller adalah suatu proses hubungan seorang dengan seorang, dimana

    yang seorang dibantu oleh orang lainnya untuk meningkatkan pengertian dan

    kemampuannya dalam menghadapi masalahnya.28 

    Berdasarkan pengertian konseling tersebut, dapat dipahami bahwa

    konseling merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh konselor yang

    dilakukan secara khusus dengan cara tatap tatap muka dengan konseling guna

    mengatasi masalah yang dihadapinya.

    2.  Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling

    Pentingnya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat

    dilihat dari beberapa fungsi bimbingan dan konseling bagi perkembangan

     pribadi siswa sebagai mahluk sosial yang senantiasa brsosialisasi dengan

    masyarakat baik di sekolah maupun di luar sekolah.

    Fungsi bimbingan dan konseling itu sendiri yaitu menempati bidang

     pelayanan siswa dalam keseluruhan proses kegiatan pendidikan. Dalam

    hubungan ini, bimbingan dan konseling berfungsi memberikan layanan pada

    siswa agar dapat berkembang menjadi pribadi mandiri. Dan dalam

     pelaksanaannya, bimbingan dan konseling memiliki berbagai fungsi.

    Menurut Dr. Syamsu Yusuf dan Dr. A. Juntika Nurihsan

    mengemukakan bahwa Bimbingan dan Konseling dalam membantu individu

    memiliki fungsi Pemahaman, Preventif (pencegahan), Pengembangan,

    Perbaikan (penyembuhan), Penyaluran, Adaptasi, dan Penyesuaian.29 

    28 Dewa Ketut Sukardi,  Pengantar Teori Konseling; Suatu Uraian Ringkas,  (Jakarta: Ghalia

    Indonesia, 1985), cet. Ke-2, h. 12. 29

      Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan,  Landasan Bimbingan & Konseling , (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005), cet. Ke-1, h. 16. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    39/159

    25

    Wardati, M.Pd dan Mohammad Jauhar, S.Pd lebih lanjut menjelaskan

     bimbingan dan konseling di sekolah memiliki beberapa fungsi antara lain:

    a. 

    Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu

    konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungannya.

     b.  Fungsi preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konseloruntuk mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan

     berupaya untuk mencegahnya supaya tidak dialami oleh konseli.

    c.  Fungsi penuntasan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang

    mengahasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh

     peserta didik.

    d.  Fungsi pengembangan atau pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan

    konseling yang menghasilkan terpeliharanya dan terkembangnya berbagai

     potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangandirinya secara mantap dan berkelanjutan.

    e.  Fungsi kuratif, yakni membantu para peserta didik agar mereka dapatmemecahkan masalah yang dihadapinya.

    f.  Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifatkuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada

    konseli yang telah mengalami masalah.

    g.  Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam

    membantu konseli memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan atau

     program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang

    sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.

    h. 

    Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan,

    kepala sekolah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan

    kebutuhan konseli.i. 

    Fungsi penyesuian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam

    membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya

    secara dinamis dan konstruktif.

     j. 

    Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu

    konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir,

     berperasaan dan bertindak.

    k. 

    Fungsi fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalammencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selarasdan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.

    l.  Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untukmembantu konseli supaya menjaga diri dan mempertahankan situasi

    kondusif yang telah tercipta dalam dirinya.30 

    30

     Wardati dan Mohammad Jauhar, Implementasi Bimbingan & Konseling di Sekolah, (Jakarta:Prestasi Pustakarya, 2011), cet. Ke-1, h. 20-24. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    40/159

    26

    Melalui fungsi-fungsi yang telah dijabarkan di atas, dapat

    disimpulkan bahwa fungsi bimbingan dan konseling adalah untuk membantu

    siswa dalam menjalani proses perkembangan yang kadang kala muncul

     permasalahan-permasalahan baru yang belum pernah dihadapi oleh siswa.

    Tidak jarang siswa merasa kebingungan dan membutuhkan bantuan dari

    orang yang lebih tahu cara penyelesaian masalah yang dihadapi tersebut. Jika

    fungsi tersebut telah terlaksana dengan baik, maka siswa akan mampu

     berkembang secara wajar dan mantap menuju aktualisasi diri secara optimal.

    Sedangkan tujuan bimbingan dan konseling sebenarnya sudah dapat

    dilihat dari pengertian bimbingan konseling itu sendiri, yaitu untuk

    membantu siswa memahami dirinya sendiri sehingga sanggup mengarahkan

    diri dan bertingkah laku yang wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan

    lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

    Menurut Syahril dan Riska Ahmad, yang dikutip oleh Zikri Neni Iska,

    ada lima hal yang akan dicapai dalam usaha bimbingan dan konseling di

    sekolah, yaitu:

    a. 

    Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungan, hal ini dapat dilakukan

    dengan mengenal konsep diri dalam menghadapi permasalahan pribadi

    dan lingkungan, sehingga dapat terbentuk pribadi yang mampu mengenalkemampuan dirinya yang berupa kekuatan dan kelemahannya.

     b.  Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan

    dinamis, artinya diharapkan peserta didik dapat menerima dirinya dalam

    keadaan apa adanya yang ada pada dirinya sendiri dengan ikhlas dan

    menjadi keadaan diri yang diterimanya itu sebagai diri yang dapat

    dikembangkan.

    c. 

    Untuk dapat mengambil keputusan sendiri, artinya apabila seseorang telahdapat mengenali dirinya dan menerima keadaannya, maka ia mampu

    untuk mengambil sebuah keputusan yang efektif dan bertanggung jawab

    dalam menghadapi sesuatu atau sesuatu yang terjadi pada dirinya.d.  Untuk dapat mengarahkan diri sendiri, artinya pribadi seseorang dapat

    mengarahkan dirinya sendiri sesuai dengan bakat dan minat setelahmampu mengenal dirinya sendiri dan mampu menerima keadaannya.

    e.  Untuk dapat mewujudnkan diri sendiri, mewujudkan diri dapat juga

     berarti menemukan kepercayaan diri, sehingga pribadi yang telah dapat

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    41/159

    27

    mewujudkan diri tersebut akan mampu untuk meraih prestasi dan

     bersikap terhadap lingkungannya.31 

    Sedangkan menurut H. Prayitno dan Erman Amti, yang dikutip oleh

    Hamdani bahwa bimbingan dan konseling memiliki dua tujuan, yakni terdiri

    atas tujuan umum dan tujuan khusus.

    a.  Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah membantu siswa agarmencapai perkembangan secara optimal sesuai dengan bakat,

    kemampuan, minat, dan nilai-nilai, serta terpecahkannya masalah yangdihadapinya.

     b.  Tujuan khusus bimbingan dan konseling langsung terkait pada arah

     perkembangan klien dan masalah-masalah yang dihadapi, baikmenyangkut perkembangan maupun kehidupannya.32 

    Dari beberapa tujuan bimbingan dan konseling yang dikemukakan di

    atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan dan konseling pada

    hakekatnya adalah untuk membantu individu agar dapat mencapai

     perkembangan yang lebih optimal di dalam kehidupannya dan tidak salah

    langkah dalam mengambil keputusan serta dalam proses perkembangan yang

    sedang dialaminya.

    3.  Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling

    Kegiatan penyusunan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah

     perlu dipersiapkan dengan baik. Persiapan penyusunan program bimbingan

    dan penyuluhan di sekolah adalah merupakan seperangkat kegiatan yang

    dilakukan melalui berbagai bentuk survei untuk mengidentifikasi tujuan,

    kebutuhan, kemampuan sekolah serta persiapan sekolah untuk melaksanakan

     program bimbingan.

    31 Zikri Neni Iska,  Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: KIZI Brothers, 2011), cet.

    Ke-1, h. 20-22. 32

     Hamdani, M.A, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), cet. Ke-1,h. 99. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    42/159

    28

    Dalam bimbingan dan konseling di sekolah terdapat beberapa jenis

     program yang ada, yaitu:

    a. 

    Program tahunan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh

    kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah dan

    madrasah.

     b.  Program semesteran, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh

    kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.

    c. 

    Program bulanan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh

    kegiatan satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.

    d. 

    Program mingguan, yaitu program pelayanan konseling meliputi seluruh

    kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.

    e.  Program harian, yaitu program pelayanan konseling yang dilaksanakan

     pada hari-hari tertentu dalam satu minggu, program harian merupakan

     jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (SATLA)

    dan satuan kegiatan pendukung (SATKUNG) konseling.33 

    4. 

    Teknik Bimbingan dan Konseling

    Menurut I.Djumhur dan Moh.Surya dalam bukunya bimbingan dan

     penyuluhan di sekolah mengatakan bahwa teknik bimbingan memerlukan

     pendekatan-pendekatan yaitu pendekatan secara kelompok dan pendekatan

    secara individu. Pendekatan secara kelompok disebut juga group guidance dan

     pendekatan secra individu disebut individu counseling .34 

    a.  Bimbingan Kelompok

    Teknik ini dipergunakan dalam membantu siswa atau sekelompok

    murid dalam memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan

    kelompok. Masalah yang dihadapi mungkin bersifat kelompok, yaitu yang

    dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual sebagai anggota

    kelompok.

    33  Wardati dan Mohammad Jauhar,  Implementasi Bimbuingan & Konseling di Sekolah, 

    (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2011), cet. Ke-1, h. 107. 34

     I. Djumhur dan Moh. Surya,  Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah,  (Bandung, CV. Ilmu,1998), h. 106. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    43/159

    29

    Beberapa bentuk bimbingan kelompok menurut I.Djumhur dan

    Moh.Surya dalam bukunya bimbingan dan penyuluhan di sekolah:

    1)   Home Room ProgramYaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru

    dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunyasecara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk

     pertemuan antara guru dengan murid diluar jam pelajaran untuk

    membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.

    2)   Field Trip (Karya Wisata)

    Karya wisata atau field trip berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau

    metode mengajar, selain itu juga berfungsi sebagai salah satu teknik dalam

     bimbingan kelompok. Dengan karya wisata murid mendapat kesempatan

    meninjau obyek-obyek yang menarik dan mereka mendapat informasiyang lebih baik dari obyek itu. Disamping itu murid-murid mendapat

    kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok,misalnya dalam berorganisasi, kerjasama, tanggung jawab,

    mengembangkan bakat dan cita-cita yang ada.

    3)   Diskusi Kelompok

    Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akan

    mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama.

    Setiap murid mendapat kesempatan untuk menyumbangkan pikiran

    masing-masing dalam memecahkan suatu masalah.

    4) 

     Kegiatan Kelompok

    Kegiatan kelompok dapat merupakan teknik yang baik dalam

     bimbingan karena kelompok memberikan kesempatan kepada individuuntuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu

    yang lebih jika dilakukan dalam kelompok. Untuk mengembangkan bakat -bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan dapat dilakukan

    melalui kegiatan kelompok. Dengan kegiatan ini setiap anak mendapat

    kesempatan untuk menyumbangkan pikirannya juga dapat

    mengembangkan rasa tanggung jawab.

    5)  Organisasi Murid

    Organisasi murid baik dalam lingkungan sekolah maupun luar

    sekolah, dapat merupakan salah satu teknik dalam bimbingan kelompok.melalui organisasi ini banyak masalah-masalah yang sifatnya individualmaupun kelompok dapat diselesaikan. Dalam organisasi murid

    mendapat kesempatan untuk belajar mengenai berbagai aspek kehidupansocial.

    6)  Sosiodrama

    Dalam kesempatan ini individu akan menghayati secara langsung situasi

    masalah yang dihadapinya, dari pementasan itu kemudian diadakan

    diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalahnya.

    7) 

     Psikodrama

    Jika sosiodral-na merupakan teknik untuk memecahkan masalahmasalah

    sosial, maka psikodrama adalah teknik untuk memecahkan masalah

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    44/159

    30

     psikis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan

    tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi

    atau dihindarkan. Kepada sekelompok murid dikemukakan suatu ceritayang didalamnya tergambarkan adanya suatu ketegangan psikis yang

    dialami oleh individu. Kemudian murid-murid diminta untuk memainkan

    di muka kelas, bagi murid yang mengalami ketegangan, permainan dalam peranan itu dapat mengurangi ketegangannya.

    8)   Remedial Teaching

     Remedial teaching  atau pengajaran remedial  yaitu bentuk pengajaran yang

    diberikan kepada seorang murid untuk membantu memecahkan kesulitan

     belajar yang dihadapinya.  Remedial   ini mungkin berbentuk penambahan

     pelajaran, pengulangan kembali, latihan-latihan, penekanan aspek-aspek

    tertentu, tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami

    murid. Cara ini merupakan salah satu teknik memberikan bimbingan yangdapat diberikan secara kelompok atau individual tergantung kesulitannya.

    Jika kesulitan itu dirasakan oleh suatu kelompok maka diberikansecara kelompok, sedangkan jika hanya dialami oleh seorang murid

    saja maka diberikan secara individuil. 35

     

    b.  Bimbingan Individu

    Konseling atau penyuluhan merupakan salah satu teknik pemberian

     bantuan secara individual dan secara langsung berkomunikasi. Dalam teknik

    ini pemberian bantuan dilakukan dengan hubunganya yang bersifat  face to

     face relat ionsh ip   atau hubungan empat mata yang dilaksanakan

    dengan wawancara antara konselor dengan kasus Masalah yang

    dipecahkan melalui teknik counseling  ini ialah masalah-masalah yang sifatnya

     pribadi.

    Dalam konseling hendaknya counselor   bersikap penuh simpati dan

    empati. Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang

    sedang dirasakan oleh kasus (counselee). Dan empati artinya berusaha

    menempatkan diri dalam situasi diri counselee dengan segala masalah-

    masalah yang dihadapinya. Dengan sikap ini counselee akan memberikan

    kepercayaan yang sepenuhnya kepada counselor. Dan ini sangat membantu

    keberhasilan dalam counseling.

    35  Ibid ., h. 107-109. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    45/159

    31

    Pada umumnya menurut I. Djumhur dan Moh. Surya dikenal ada tiga

    teknik khusus dalam konseling, yaitu :

    1)   Di rective Counseling , yaitu teknik konseling dimana yang paling

     berperan ialah konselor , konselor berusaha mengarahkan konseli

    sesuai dengan masalahnya.2)

     

    Con-directive Counseling , teknik ini kebalikannya dari teknik di atas, yaitu

    semuanya berpusat pada konseli. konselor hanya menampung pembicaraa,

    yang berperanan ialah konseli. konseli bebas bicara sedangkan konselor

    menampung dan. mengarahkan.

    3)   Elective Counseling , yaitu campuran dari kedua teknik diatas.

    Sedangkan langkah-langkah yang ditempuh dalarn counseling ialah:

    a) 

    Menentukan masalah. b)  Pengumpulan data.

    c)  Analisa data.d)

     

    Diagnosa atau menetapkan latar belakang masalah.

    e)  Prognosa atau menetapkan langkah bantuan yang akan diambil.f)

     

    Terapi yaitu pelaksanaan bantuan.

    g)  Dan evaluasi dan follow-up, yaitu untuk melihat hasil yang telah

    ditempuh.36

     

    5.  Komponen (Struktur) Program Bimbingan dan Konseling

    Struktur program bimbingan dan konseling dikategorikan dalam empat

    komponen program, yaitu layanan dasar, layanan responsif, layanan

     perencanaan individual, dan dukungan sistem. Masing-masing komponen itu

    dijelaskan sebagai berikut:

    a.  Layanan dasar

    Layanan dasar bimbingan merupakan layanan bantuan bagi

    individu melalui kegiatan-kegiatan yang disajikan secara sistematis, dalam

    rangka membantu individu mengembangkan potensinya secara optimal.

    Strategi yang dapat digunakan pada layanan dasar adalah melalui strategi

    klasikal dan dinamika kelompok. Pada dasarnya, layanan dasar ini

    ditujukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar pada individu yang

     bersangkutan, sehingga akan memenuhi tugas-tugas perkembangan setiap

    individu.

    36 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah, h. 110. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    46/159

    32

    Untuk strategi klasikal dalam memberikan layanan dasar, seorang

    konselor perlu mempersiapkan apa saja yang hendak disampaikan karena

    diberikan secara klasikal. Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain:

    1)  Materi yang akan disampaikan disesuaikan dengan subjek yang akan

    diberikan layanan (TK, SD, SMP, SMA,/K, PT, dan/atau masyarakat

    umum).

    2)  Metode atau strategi dalam menyampaikan materi layanan.

    3) 

    Waktu dalam memberikan layanan.

    4)  Jumlah peserta atau subjek yang akan diberikan layanan.

    5) 

    Lokasi atau tenmpat berlangsungnya pemberian layanan.

    Selain itu, ada pula strategi dengan dinamika kelompok. Dalam

    strategi ini, hal yang harus diperhatikan adanya aktivitas kelompok. Tugas

    konselor dalam strategi ini adalah memerhatikan aktivitas kelompok,

    apakah dalam kelompok tersebut ada anggota yang tidak mau diajak kerja

    sama antaranggota kelompok atau ada dominansi pada kelompok. Materi

    layanan dalam dinamika kelompok tidak terlalu mengikat. Materi bisa

    ditentukan oleh konselor, salah satu anggota dalam kelompok, ataupun

    ditentukan bersama-sama antara konselor dan semua anggota kelompok.

    b.  Layanan responsif

    Layanan responsif merupakan layanan bantuan bagi para siswa

    yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan pertolongan

    dengan segera (immediate needs and concerns). Layanan ini bertujuan

    untuk membantu siswa dalam memenuhi kebutuhannya yang dirasakan

     pada saat ini, atau para siswa yang dipandang mengalami hambatan

    (kegagalan) dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya.

    Indikator dari kegagalan itu berupa ketidakmampuan untuk menyesuaikan

    diri atau perilaku bermasalah.37  Layanan ini lebih bersifat preventif atau

    mungkin kuratif. Strategi digunakan adalah konseling individual,

    konseling kelompok, dan konsultasi. Isi layanan responsif ini adalah:

    37

      Mamat Supriatna,  Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi; Orientasi Dasar Pengembangan Profesi Konselor, (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2011), cet. Ke-1, h. 67. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    47/159

    33

    1)  Bidang pendidikan

    2)  Bidang belajar

    3) 

    Bidang sosial

    4)  Bidang pribadi

    5) 

    Bidang karir

    6)  Bidang tata tertib sekolah

    7)  Bidang narkotika dan perjudian

    8) 

    Bidang perilaku seksual

    9)  Bidang kehidupan lainnya.38

     

    c.  Layanan perencanaan individual

    Menurut Yusuf, layanan perencanaan individual dapat diartikan

    sebagai layanan bantuan kepada individu agar mampu membuat dan

    melaksanakan perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan

    kekuatan dan kelemahan dirinya. Perencanaan individual meliputi rencana

     pendidikan, karier, dan sosial pribadi sehingga rencana tersebut

    diharapkan dapat diimplementasikan oleh individu bersangkutan sesuai

    dengan kemampuan.

    Startegi yang digunakan dalam layanan perencanaan individual

    adalah konsultasi dan konseling. Isi layanan ini meliputi bidang

     pendidikan, bidang karier, dan bidang social pribadi. Menurut Gysbers,

    strategi dalam layanan perencanaan individual, meliputi sebagai berikut:

    1)   Individual appraisal,  individu dimintta oleh konselor untuk

    menginterpretasi bakat, minat, keterampilan, dan prestasi yang ada

    dalam dirinya sendiri.

    2)   Individual advisement, konselor meminta individu yang bersangkutan

    untuk mempertimbangkan pendidikan, karier, sosial, dan pribadi.

    Kemudian, cara individu tersebut untuk merealisasikan.

    38

     Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan & Konseling, (Bandung, PT RefikaAditama, 2005), cet. Ke-1, h. 33-34. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    48/159

    34

    3)  Transition planning,  konselor bekerja sama dengan guru lain

    membantu individu untuk membuat rencana apakah akan melanjutkan

    sekolah, bekerja, atau mengikuti training/kursus.

    4)   Follow up, konselor bekerja sama dengan pihak guru yang lain untuk

    menindaklanjuti dari data yang diperoleh kemudian dievaluasi.

    d.  Dukungan sistem

    Dukungan sistem adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang

     bertujuan memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program

     bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan professional,

    hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasihat,

    masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan

     pengembangan.

    Dukungan sistem ini merupakan komponen layanan dan kegiatan

    manajemen yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada

    individu, atau memfasilitasi kelancaran perkembangan individu. Strategi

    yang dapat digunakan dalam dukungan sistem ini antara lain sebagai

     berikut:

    1) 

    Penelitian dan pengembangan, yaitu mengevaluasi program bimbingan

    dan konseling, menindaklanjuti setiap siswa, serta memperbaiki tujuan

     program bimbingan dan konseling.

    2)  Pengembangan profesioanal, yaitu meningkatkan keterampilan dan

    wawasan/pengetahuan dari seorang konselor. Misalnya, dengan

    mengikuti seminar, pelatihan, dan pertemuan dalam organisasi profesi.

    3) 

    Pengelolaan program, meliputi rencana dan mengelola kegiatan

     program bimbingan dan konseling yang komprehensif.39 

    39

      Hamdani,  Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), cet. Ke-1, h.188. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    49/159

    35

    6.  Jenis-jenis pelayanan bimbingan dan konseling

    Dalam proses bimbingan dan konseling terdapat kegiatan pelayananyang diberikan kepada siswa atau kliennya, adapun beberapa layanan dalam

     bimbingan dan konseling sebagai berikut:

    a.  Layanan orientasi40

     

    Layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru

    atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya.

     b.  Layanan informasi

    Memberikan pemahaman kepada individu yang berkepentingan tentang

     berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan,

    atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.

    c. 

    Layanan penempatan dan penyaluran

    Layanan ini diberikan kepada siswa atau klien agar memperoleh

     penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan

     penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, atau jurusan/program studi,

    ekstra kulikuler yang sesuai dengan potensi dan mengembangkan dirinya

    sesuai dengan minat dan bakatnya).

    d.  Layanan konseling perorangan

    Layanan yang diberikan secara tatap muka antara konselor dengan klien

    atau siswa yang membahas berbagai masalah yang dialami klien.

    e.  Layanan penguasaan konten

    Merupakan layanan bantuan kepada individu (siswa) baik sendiri maupun

    dalam kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu

    melalui kegiatan belajar.

    f. 

    Layanan bimbingan kelompok

    Layanan yang memberikan bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa)

    melalui kegiatan kelompok.

    g.  Layanan konseling kelompok

    40

     Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995),cet. Ke-1, h. 93. 

  • 8/18/2019 Ana Setiani

    50/159

    36

    Merupakan Suatu upaya pembimbing atau konselor membantu

    memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing

    anggota kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai

     perkembangan yang optimal.

    h. 

    Layanan konsultasi

    Merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor kepada

    klien atau siswa yang memungkinkannya memperoleh wawasan,

     pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani

    kondisi klien atau siswa.

    i. 

    Layanan mediasi

    Layanan yang diberikan terhadap dua pihak atau lebih yang sedang

     bermusuhan.41 

    Layanan dalam bimbingan dan konseling merupakan suatu hal yang

    tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bimbingan dan konseling, karena

     pelayanan merupakan mengenai tindakan apa yang akan dilakukan atau

    diberikan oleh konselor terhadap klien/siswa atas apa yang menjadi kebutuhan

    ataupun masalah yang dihadapi oleh siswa.

    Pelaksanaan layanan ini merupakan barometer dari keberadaan

     bimbingan dan konseling dalam suatu lembaga pendidikan, karena dari

     pelaksanaan layanan-layanan inilah para siswa dapat merasakan sejauh mana

     peran bimbingan dan konseling itu dapat berjalan dengan baik atau tidak

    dalam permasalahan para siswa.

    Selain serangkaian layanan yang dijelaskan di atas, terdapat juga

    kegiatan yang bertujuan untuk mendukung kegiatan pelayanan bimbingan dan

    konseling tersebut. Adapun kegiatan pendukungnya sebagai berikut:

    1)  A