3
ANAFILAKSIS Batasan Anafilaksis adalah sindrom klinis yang mengancam jiwa . anafilaksis terjadi akibat sejumlah besar mediator inflamasi dilepaskan dari sel mast dn basofil sesudah paparan pada alergen pada individu yang sudah tersensitisasi sebelumnya. Reaksi anafilaktoid mirip dengan reaksi anafilaksis tetapi tidak diperantarai oleh IgE, mungkin oleh anafilaktosin seprti C3a dan C5a atau bahan yang mampu menginduksi degranulasi sel mast tanpa melalui reaksi imunologis Penyebab reaksi anafilaksis adalah: Obat (antibiotik, bahan anestetikum) Makanan (kacang tanah, kacang pohon , kerang dan lain-lain) Bahan bilogis (latex, insulin, ekstrak alergen, antiserum, produk darah, enzim) Gigitan serangga Penyebab reaksi anafilaktoid: Bahan media radiokontras Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid lain Bahan anestetikum Manifestasi Klinis dan Diagnosis Gejala dan tanda bergantung pada organ yang terkena. Awitan umumnya dalam beberapa menit sesudah paparan, dapat sangat singkat, bertahan lama atau bifasik, rekurensi terjadi beberapa jam setalahnya meskipun sudah dengan pengobatan Keluhan pasien adalah gatal seluruh badan atau merasa gelisah Gejala kulit termasuk eritema, urtikaria, dan angioderma Gejala saluran napas adalah napas tersumbat, atau sesak, disertai mata berair, rinore, bersin dan hidung tersumbat. Dapat ditemukan edema uvula, suara parau, disfonia, stridor, takipneu, dan mengi.

ANAFILAKSIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

good

Citation preview

ANAFILAKSIS

Batasan

Anafilaksis adalah sindrom klinis yang mengancam jiwa . anafilaksis terjadi akibat sejumlah besar mediator inflamasi dilepaskan dari sel mast dn basofil sesudah paparan pada alergen pada individu yang sudah tersensitisasi sebelumnya. Reaksi anafilaktoid mirip dengan reaksi anafilaksis tetapi tidak diperantarai oleh IgE, mungkin oleh anafilaktosin seprti C3a dan C5a atau bahan yang mampu menginduksi degranulasi sel mast tanpa melalui reaksi imunologis

Penyebab reaksi anafilaksis adalah:

Obat (antibiotik, bahan anestetikum)

Makanan (kacang tanah, kacang pohon , kerang dan lain-lain)

Bahan bilogis (latex, insulin, ekstrak alergen, antiserum, produk darah, enzim)

Gigitan serangga

Penyebab reaksi anafilaktoid:

Bahan media radiokontras

Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid lain

Bahan anestetikum

Manifestasi Klinis dan Diagnosis

Gejala dan tanda bergantung pada organ yang terkena. Awitan umumnya dalam beberapa menit sesudah paparan, dapat sangat singkat, bertahan lama atau bifasik, rekurensi terjadi beberapa jam setalahnya meskipun sudah dengan pengobatan

Keluhan pasien adalah gatal seluruh badan atau merasa gelisah

Gejala kulit termasuk eritema, urtikaria, dan angioderma

Gejala saluran napas adalah napas tersumbat, atau sesak, disertai mata berair, rinore, bersin dan hidung tersumbat. Dapat ditemukan edema uvula, suara parau, disfonia, stridor, takipneu, dan mengi.

Gejala kardiovaskular termasuk takikardia, aritmia, hipotensi dan pingsan.

Pasien mungkin mengeluh mual, nyeri perut kram, disertai muntah dan diare.

Dapat timbul kejang.

Gambaran yang mengancam jiwa adalah syok, edema jalan napas atas, dan obstruksi bronkial.

Laboratorium

Serum triptase meningkat

Gambaran hemokonsentrasi pada darah tepi

Bila ada keterlibatan miokardium terdapat peningkatan kadar serum kreatin kinase, aspartat aminotransferase, dan laktat dehidrogenase

Analisis gas dara menunjukkan hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis

Tata Laksana

Perawatan umum:

Bila mungkin hentikan paparan, jalan napas harus dijamin terbuka, nadi dan tekanan darah dipantau. Pasien dibaringkan dengan tungkai ditinggikan. Oksigen diberikan dengan sungkup atau kanul hidung dengan pemantauan kadar oksigen. Bila penyebabnya adalah suntikan atau gigitan binatan di ekstremitas, dilakukan pemasangan torniket proksimal terhadap lokasi, dan torniket dibuka setiap 10-15 menit. Semua perawatan umum harus diberikan secara SIMULTAN dengan Epinefrin. Epinefrin

Epinefrin konsentrasi 1:1000 dengan dosis 0,01 mg/kg BB, intramuskuler, paling ideal di anterolateral paha, maksimal 0,3 mg per kali disuntikkan . Dosis yang sama dapat diulangi dengan jarak 15-20 menit sampai 2-3 kali

Antihistamin

Difenhidramin 1-2 mg/kg maksimal 50 mg dapat disuntikkan intramuskular atau intravena. Bila diberikan intravena maka harus diberikan secara infus selama 5-10 menit untuk menghindari hipotensi. Bila ada hipotensi, penambahan ranitidin 1 mg/kg maksimal 50 mg intravena memberi efek lebih baik daripada difenhidramin saja.

Cairan

Hipotensi persisten perlu diatasi dengan perbaikan cairan intravaskular dengan infus kristaloid 20-30 ml/kg dalam 1 jam pertama.

Bronkodilator

Inhalasi 2-agonis seperti salbutamol atau albuterol berguna untuk mengatasi bronkokonstriksi

Kortikosteroid

Bila diberikan segera setelah kegawatan teratasi dapat mencegah anafilaksis bifasik. Metilprednisolon dosis 1-2 mg/kg diberikan secara intravena setiap 4-6 jam

Vasopresor

Bila hipotensi berlanjut perlu diberikan dopamin atau epinefrin

Observasi

Pasien yang anafilaksisnya sudah teratasi harus dipantau untuk mengawasi kemungkinan anafilaksis bifasik.

Pencegahan

Bahan yang menyebabkan anafilaksis wajib dihindari.

Bila penyebabnya aktivitas, bila berolahraga harus ada pendamping

Pasien yang mengalami syok anafilaksis idiopatik lebih baik diterapi dengan kortikosteroid.

Daftar Pustaka

1. Boguniewics M, Leung DYM. Allergic disorders. Dalam: Hay WW, Hayward AR, Levin MJ, Sondheimer JM, penyunting. Current pediatric diagnosis and treatment. Edisi ke-15. Toronto; McGraw-Hill:2001. h. 939-64.