_anak

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/14/2018 _anak

    1/68

    Karakteristik Sumber Penularan padaPenderita TB Paru Anak yang Berobat diPoliklinik Paru Anak RS Dr. KariadiSemarang

    TESIS

    RETNO MURTI LAlLANIM: G 3 C098024

    Diajukan untuk mernenuhl syarat menyelcsalkan ProgramPendldikan Dokter Speslalis I

    IIm u Kesehatan Anak

    PROGRAM PENDIDIKAN OOKTER SPESIALIS IBAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK. .

    FAKULTAS K EDOK TERA N UNIVERSITA S D IPONEGOROSEMARANG

    2004

  • 5/14/2018 _anak

    2/68

    Pen elitian in i dilakukan di Bagian Ilm u K eseha tan A nakFekultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RS Dr. Kariadi Semarang

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh sebutanDokter Spesialis Anak

    HASIL DAN lSI PENELITIAN INI MERUPAKAN HAK MILIKBA G IA N ILMUKESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

    Disetujui untuk diajukanSemarang, September 2004

    Mengetahui Ketua Program Studi PPDS-lengetahui Kepala BagianlK A FK UNDIP

    dr. Kamilah Budhi Rahardjani, SpAK dr. Hendriani Selina, SpA, MARSNIP: 140 090 543IP: 130 354 868

    ii

  • 5/14/2018 _anak

    3/68

    HALAMAN PENGESAHAN

    1. Judul Penelitian : Karakteristik Sumber Penularan pada Penderita TB PamAnak yang Berobat di Poliklinik Paru Anak RS Dr. KariadiSemarang

    2. Ruang lingkup3. Pelaksana :Nama penelitiNIP

    : llmu Kesehatan Anak

    : dr. Retno Mum Lalla: 140345350

    Pangkat/golongan :.Penata Muda Tingkat lllUb: Peserta PPOS - I IImu Kesehatan Anak FKUndip Semarang/SMF Kesehatan Anak RS Dr. Kariadi Semarang

    4. Subyek Penelitian. :Orang yang dicurigai sebagai sumber penularan TB Pam

    Jabatan

    anak yang berobat di Poliklinik Paru Anak RS Dr. KariadiSemarang

    5. Tempat Penelitian: Wilayah kota Semarang6. Pembimbing : 1. dr.Magdalena Sidhartani Zain, SpAK,MSc.

    2. dr. Dharminto, MMKes.7. Lama penelitian : 6 bulan8. sumber biaya : biaya sendiri

    Semarang, September 2004penelitiJB'.. c t r $ _

    ~Dr. Retno Murti LailaNIP: 140 345350Disetujui Pembimbing INIP: 130 422 788 Disetujui Pembimbing IINIP: 131832244

    dr. M. Sidhartani Zain, SpAK, MSc. dr. Dharmmto , MMKes.iii

  • 5/14/2018 _anak

    4/68

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya penulis telah berhasil menyelesaikan tugas penelitian ini. Penelitian yangberjudul " Karakteristik Sumber Penularan pada Penderita Tuberkulosis Paru Anakyang berobat di Pollklinik Paru Anak RS Dr. Kariadi Semarang" inl disusun untukmemenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis IBidang Ilmu Kesehatan Anak di fakultas Kedokteran Universitas Diponeqoro/RumahSakit Dokter Kariadi Semarang.

    Penelitian ini 'dilakukan mengingat penyakit tuberkulosis paru pada anakmasih menjadi masalah kesehatan yang utama, dan penelusuran sumber penularanbeserta karakteristik lingkungannya bersumber dan masyarakat (community based)belum banyak ditelitl, sehingga dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberisumbangan pemikiran khususnya dalam program pemberantasan penyakit.

    Tiada satu usaha apapun dapat dikerjakan tanpa bantuan orang lain, olehkarena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihakyang telah mendukung pelaksanaan penelitian hingga selesainya penyusunan tesisini.

    Pertama penulis sampaikan terima kasih kepada Prof. Ir , Eko Boediharjo, MSc selaku Rektor Universitas Diponegoro beserta jajarannya yang telah memberikankesempatan kepada penults untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Idalam Bidang Ilmu kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

    Ucapan terima kasih penulis sarnpaikan kepada dr. Anggoro DB Sachro,DTM&H, SpAK selaku Dekan Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro periode1996-2002 dan Prof. Or. Kabulrachman, SpKK selaku Dekan Fakultas KedokteranUniversitas Diponegoro periode 2002 hingga sekarang, yang telah memberikankesempatan dan mengijinkan penulis untuk belajar di Program Pendidikan DokterSpestalls 1 Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Undip/SMF Kesehatan Anak RS Dr.Kariadi Semarang.

    IV

  • 5/14/2018 _anak

    5/68

    Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Sulaiman, SpA,M Keg, selaku Direktur RS Dr. Karladl Semarang periode 1996~2000 dan dr. GatotSuharto, MARS, selaku Direktur Utama RS Dr. Kariadi Semarang periode 2000sampai sekarang, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikutiProgram Pendidikan Dokter Spesialis I di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUndip/SMF Kesehatan Anak RS Dr. Karladi Semarang.

    Kepada yang terhormar Prof. Dr. dr. Harsoyo Notoatmodlo, DTM&H, SpAKselaku Ketua Bagian IImu KesehatanAnak FK Undip/SMF Kesehatan Anak RS Dr.Kariadi Semarang periode 1997-2000 dan dr. Kamllah Budhi Rahardjani, SpAKselaku Ketua Bagian llmu Kesehatan Anak FK Undip/SMF Kesehatan Anak RS Dr.Kariadi Semarang periode 2000 sampai sekarang, penulis haturkan ucapan terimakasih atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti Program Pendidikan DokterSpesialis I di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Undip/SMF Kesehatan Anak RS Dr.Kariadi Semarang, juga atas arahan, bimbingan, saran dan dorongan kepadapenults selama mengikuti pendidikan dan menyelesaikan tugas penelitian ini.

    Ucapan terima kasih juga penulis sampalkan kepada dr. Hendriani Selina,SpA, MARS selaku Ketua Program Studl Pendidikan Dokter Spesialis I Bagian IlmuKesehatan Anak FK Undip, yang tiada henti selalu memberikan arahan, bimbingandan dorongan kepada penulis dalam belajar di Program Pendidikan Dokter SpesialisI FK Undip/SMF kesehatan Anak RS Dr. Kariadi Semarang dan dalammenyelesaikan tesis ini.

    Ucapan terima kasih yang tak terhingga kami sampaikan kepada dr.Magdalena Sidhartani Zain, SpAK, MSc selaku pembimbing J yang dengan penuhkesabaran telah memberi arahan, bimbingan, koreksi, saran, dorongan dandukungan hingga selesainya penelitian dan penyusunan tesis ini, Kepada dr.Darminto, SKM selaku pembimbing II, penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga karena atas arahan, bimbingan, koreksi dan saran beliaukhususnya dalam pengolahan dan analisis data, sehingga tesis ini tersusun.

    Ucapan terima kasih kami haturkan kepada yang terhormat para guruterkasih : Prof. Dr. Moeljono S. Trastotenojo, SpAK, Prof. Dr. dr. Haryono Suyitno,

    v

  • 5/14/2018 _anak

    6/68

    SpAK, Prof. Dr. dr. Ag. Soernantri, SpAK, Prof. Dr. dr. Lydia KH, SpAK, Prof. Dr. dr.J . Sudigbia, SpAK, Prof. Dr. Hardiman Sastrosoebroto, SpAK, Dr. dr, Tatty Ermin S,SpAK, dr. Budi Santoso, SpAK, dr. R. Rochmanadji W, SpAK, dr. Tjipta Bahtera,SpAK, dr. Soetono, SpAK (elm), dr. Soetadji N, SpA, dr. Moedrik Tarnam, SpAK, dr.H. M. Sholeh Kosim, SpAK selaku dosen wall, dr. Rudy Susanto, SpAK, dr. HerawatiJuslam, SpAK, dr. I. Hartantyo, SpA, dr. H. PW. Irawan, SpAK, MSc, dr. JC.Susanto, SpAK, dr. Agus Priyatno, SpAR, dr. Dwi Wastoro, SpAK, dr. Asrl Purwanti,SpA, MPd, dr. Bambang Sudarmanto, SpA, dr, Elly Dellana, SpA, dr. MMDEAH.Hapsari, SpA, dr. Alifiani Hikmah, SpA, dr. Mexitalia Setiawati, SpA, dr. HeruMuryawan, SpA, dr. Gatot Irawan S, $pA, dr. Anindita S, SpA, dan dr. Wistiani,SpA yang telah mernberikan bimbingan, dorongan, dan limpahan ilmu kepadapenults selama mengikuti Program Pendldikan Dokter Speslalis I Ilmu KesehatanAnak FKUndip/SMF kesehatan Anak RS Dr. Kariadi Semarang.

    Kepada seluruh ternan sejawatbaik yang telah menyelesaikan pendidikanmaupun yang sedang mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis I IlmuKesehatan Anak FK Undip/SMF Kesehatan Anak RS Dr. Kariadi Sernaranq, penulissampaikan ucapan terima kaslh atas bantuan, kerjasama, dorongan dankeceriaannya.

    Kepada segenap para medis dan karyawan Bagian/SMF Kesehatan Anak FKUndip/RS Dr. Kariadi Semarang serta semua pihak yang telah membantu dalamproses penyelesaian penelitian ini serta selama mengikuti pendidikan, penulismengucapkan terima kasih yang sebesar-besamya.

    Tak lupa penulis sampalkan ucapan terima kasih kepada KepaJa BalaiPencegahan dan Pengobatan Paru Semarang, dr. Nurhayati, SKM, beserta seluruhstafnya yang telah membantu dan bekerjasama dengan balk selama penelitian ini.

    Kepada anak-anak yang berobat di Poli Rawat Jalan Paru RS Dr. KariadlSemarang serta kedua orang tua dan keluarganya, penults menyampaikan rasahormat dan terlma kasih atas kesediaannya mengikuti penelitian ini.

    VI

  • 5/14/2018 _anak

    7/68

    Untuk para sahabatku, dr. Rini Pratiwi SpA, dr. Helmia Farida, dr. RizaSyahyuni SpA, dan suster Budi kami sampaikan terimakasih atas dorongan, bantuandan kesetiaannya.

    Rasa bakti, hormat, dan do' a serta terima kasih yang tek terhingga penulissampaikan kepada yang tercinta lbunda almarhumah Uesje dan ayahandaalmarhum drs. Murjani Dasuki, yang telah merawat, mendidik, membimbing dengansegenap kasih sayanq dan menanamkan semangat untuk selalu belajar, ramandamertua almarhum H. Moenawir dan ibunda Yulinestri yang selalu memberikansemangat dan do'a sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

    Terima kasih yang tak terhingga penulis sarnpaikan kepada suami tercintaMoharnad Panji Suseno, putra-putriku terkasih Mochammad Bayu Seto,.Mochammad Arga Wirayudha, dan Nabila Maharani, yang dengan penuh perhatianserta kesabaran telah memberikan curahan kasih, pengorbanan, pengertian,dukungan, dorongan semangat, dan do'anya sehingga dapat menjadi lentera bagipenults dalam menyelesaikan tugas ini. Tak Iupa rasa terima kasih yang dalam jugapenulis sampaikan pada mbok Siyam, mbak Diyah, dan mbak Ti yang dengan sabertelah menjaga putra-putriku manakala aku menyelesaikan tugas.

    Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidakdapat penulis sebutkan satu- persatu yang telah membantu baik rnoril maupunmaterial dalam penelitian dan penyusunan tesis ini.

    Penulis rnenyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempuma, oleh karena itusegala kritik dan saran sang~t penulis harapkan demi perbaikan dan kesempumaantesis Ini.

    Semarang, September 2004

    Penulis

    vii

  • 5/14/2018 _anak

    8/68

    DAFfAR lSI

    Halaman Judul .iLembar Pengesahan liKata Pengantar .ivDaftar isi viiiDaftar Tabel dan Gambar xAbstrak xiBab I. Pendahuluan 1.

    A. Latar Belakang 1.B. Perumusan Masalah 4.C. Tujuan Penelitian 4.D. Manfaat Penelitian 4.

    Bab II. Tinjauan Pustaka , 6.A. Batasan 6.B. Karakteristik Mikobakterium Tuberkulosis 6.C. Patogenesis 8.D. Diagnosis . . . . . .. . . . . . .. . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . .. . . . . . .. . . . . . .. . . . . . .. 11.

    1. Diagnosis TB pada Anak 11.2. Diagnosis TB Dewasa 13.

    E. Faktor Lingkungan yang Menunjang Penularan TB 14.I. Sumber Penularan / kontak TB 14.2. Perilaku Kesehatan " " 15.3. Kondisi Rumah 16.

    F. Kerangka Teori 18.G. Kerangka Konsep 19.H. Hipotesis 20.

    Bab III.Metode penelitian 2l.A. Rancangan Penelitian 21.B. Waktu dan Tempat Penelitian 21.

    VlIl

  • 5/14/2018 _anak

    9/68

    C. Populasi dan Sarnpel Penelitian 21.1. Populasi Penelitian 21.

    a. Kriterla Inklusi 21.b. Kriteria eksklusi 22.

    2, Sampel Penelitian , , 22.D. Variabel Penelitian , , ,.22.E. Definisi Operasional dan Cara PengukuranVariabel 23.F. Instrumen Penelitian , , .. ~ " 27.G. Pengumpulan Data , , , 27.H. Analisis Data , 28.

    Bab IV.Hasil Penelitian 29.A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 29.B. Karakteristik Subyek Penelitian , 30.C. Analisis BivariatKarakteristik Subyek Penelitian .. , 36.

    Bab V. Pembahasan 45.Bab Vl. Kesimpulan dan saran , , , 52.Daftar Pustaka , 54.Lampiran

  • 5/14/2018 _anak

    10/68

    DAFTAR TABEL DAN GAM BAR

    A. Daftar TabelTabel 1. Sebaran penderita TB paru anak menurut janis kelamin, tingkat soslal

    ekonomi keluarga, pendidikaan orang tua, dan kaarakteristik tempattinggalnya.

    Tabe12. Karakteristik subyek menurutjenis kelaamin, umur, dan hubungandengan penderita TB paru anak,

    Tabe13. Karakteristik SP yang teridentifikasi di lingkungan tempat tinggalpenderita TB paru anak.

    Tabel4. Karakterisstik tempat kontak penderita TB paru anak dengan SP.Tabel5. Sebaran subyek menurut diagnosis, hubungannya dengan penderita TB

    pam anak dan tempat kontak dengan lokasi tempat tinggal.Tabel6. Sebaran SP yang teridentifikasi menurut pengetahuan, persepsi, sikap

    dan kebiasaan dengan lokasi tempat tinggal.Tabel 7. Sebaran SP menurut pengetahuan, persepsi, sikap dan kebiasaan

    dengan tingkat sosial ekonomi keluarga.Tabel8. Kebiasaan meludah didalam rumah tempat kontak dengan

    pendidikan dan pengetahuan tentang T6.Tabel9. Kebiasaan menutup mulut saat batuk dengan pendidikan dan

    pengetahuan tentang TB.TabellO. Sebaran lokasi tempat kontak dengan kondisi rumah.

    B. Dafar GambarGambar 1. Mycobacterium tuberculosis (M.TB)Gambar 2. Patogenesis tuberkulosisGambar 3. Alur Deteksi Dini Tuberkulosis AnakGambar 4. Gejala tuberkulosis dewasa.

    x

  • 5/14/2018 _anak

    11/68

    Karakteristik Sumber Penularan pada Penderita TOParu Anak yangBerobat di Pdliklinik Paru Anak RS Dr. Kariadi Semarang

    Retno M. laila, M.Sidhartani, DhannintoAbstrakLatar Belakang Tuberkulosis (TB} masih merupakan masalah utama kesehatanmasyarakat eli Indonesia. TB Primer anak dapat menjadi sebab kematian dan kecacatan.Setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA positif. Anakbiasanya tertular dari sumber infeksi yang umumnya TB dewasa. Dengan meningkatnyakejadian TB dewasa maka jumlah anak terinfeksi TB dan berpenyakit TB juga meningkat.Faktor lingkungan, khususnya slrkulasi dan kebiasaan yang buruk menunjang transmisi.Penelitian tentang sumber penularan (SP) TB telah banyak dilakukan, tetapl penelitiantentang penelusuran SP secara aktif pada penderita TB paru anak beserta karakterlstiklingkungannya dengan populasi yang berasal dari masyarakat (community based) belumbanyak dllekuken.Tujuan Penelitian : Mengetahui adanya sumber penularan serta unsur karakteristikIingkungan yang menunjang terjadinya infeksi TB pada anak.Rancangan Penelitian :Merupakan penelitian epidemiologi analitik (observasional) yangdilakukan secara belah lintang.Lokasi Penelitian :Wilayah kota Semarang, di lingkungan tempat tinggal penderita TBanak,Subyek PeneJitian : Orang dewasa yang diduga sebagai kontak dari penderita TB paruanak yang berobat di Poliklinik Paru RS Dr. Kariadi Semarang bulan September 2003sampai dengan Februari 2004Analisis Data: Data diolah dan dianalisis baik uni dan bivariat dengan menggunakanprogram SPSS 11. 5Hasll : Diteliti 80 subyek dari Iingkungan penderita TB Paru anak. Didapatkan 63 (78,8%)SP yang berada di area desa maupun kota wilayah kota Semarang, laki-laki lebih banyakdaripada perempuan, urnur terbanyak kurang dati 50 tahun. Di desa maupun elikota tidekterdapat perbeclaan sebaran antara SP dari keluarga atau bukan keluarqa (p=l,OOO), tetapiterdapat perbedaan tempat kontak : di kota lebih sering elirumah anak, meski secara statistiktidak berbeda bennakna (p=0,340}. SP di kota lebih banyak yang memiliki pengetahuancukup tentang TB (p=0,114), persepsi lebih menyadaTi akan sakitnya (p=0,979), tetapibelum meneari pengobatan (p=0,129), meskipun seeara statistik tidak berbeda bermekana.Kebiasaan kurang balk yang menunjanq transmisi TB lebih banyak dilakuken oleh SP didese, namun dilakukan juga oleh sebagian besar SP di kota, meski seeara statlstik tidakberbeda bennalma (p=0,214). SP dari kalangan sosial- ekonomi rendah lebih banyak yangmempunyai pengetahuan cukup (p=0,783), SP dari tingkat sosial- ekonomi rendahmaupun menengah- atas lebih banyak yang menyadari akan sakitnya (p= 0,856), sikapbelum berobat lebih banyak pada kalangan sosiel- ekonomi rendah, dengan (p=0,482).Kebiasaan kuranq balk lebih jarang dilakukan kalangan menengah- etas (p=0,226).Kebiasaan yang kurang baik yang rnenunjang transmisi TB secara statistik tidak berbedabennakna menurut tingkat pendidikan maupun penqetahuan SP tentang TB. Dl kota,rumah tempat kontak lebih banyak yang mempunyai kepadetan hunian kurang padat (p=0,282), luas ventilasi lebih banyak yang kurang (p=O,306) dan suhu udara lebih tinggi(p=0,683) meskipun semua secara statistik tidak berbeda bennakna. lntensitas cahaya dankelembaban udara di kota dan di desa tidak jauh berbeda.

    xi

  • 5/14/2018 _anak

    12/68

    Kesimpulan : Dengan penelusuran SP secara aktif dapat ditemukan 78,8% SP di rumahmaupun di lingkungan tempat tinggal anak dan tidak berbeda antara SP keluarga danbukan keluarga. Terdapat perbedaan karakteristik SP meliputi pengetahuan tentang TB,persepsi akan sakitnya, sikap terhadap pengobatan, dan keblasean SP menurut lokasitempat tinggaJ dan tingkat sosial ekonomi keluarga, namun secara statistik tidak berbedabermakna. Di kota lebih banyak tempat kontak dengan lingkungan kurang baik khususnyamenyangkut luas ventilasi dan suhu udara.

    Kata Kuncl : Tuberkulosis, sumber penularan, karakteristik lingkungan

    XI I

  • 5/14/2018 _anak

    13/68

    Characteristics of contact of children with pulmonary tuberculosis treatedat Pediatric Pulmonary Clinic Dr.Karladl Hospital.

    Reb10 M. Lalla, M.Sldhartanl, DhannintoAbstractBackground : Tuberculosis (TB) is still a main problem in Indonesia. Primary TB inchildren can be fatal or lead to disability. There are 130 new cases with positive acid-fast-baccili (AFB) in every 100.000 Indonesian. Children are usually infected from adult TB. Theincreasing incidence of adults TB lead to increasing TB infection and disease in children.Environment, especially bad circulation and behaviour, is associated with transmission.There are a few studies of TB contact and transmission, but community based study ofactive contact tracing and characteristics of the environment associated with transmission isseldom done.Objective : to trace contact of children with TB and understand the environmentalcharacteristic which associate with TB transmission.Method: Analitical epidemiology study with cross- sectional approach.Location: In the environment of the children's house, in Semarang.Subject: Adults suspected as TB contact of children with TB from September 2003 -February 2004.Data analysis: Data were analysed by uni and bivariate analysis using SPSS 11.5.Results: Eighty TB suspect adults were enrolled. There are 63 (78,8%) TB contact in ruraland urban area of the child's environment in Semarang. Male and less than 50 years oldpredominates. There W

  • 5/14/2018 _anak

    14/68

    ~. BAB IPENDAHULUAN

    A . L ATAR BELAKANGTuberkulosis (TB} merupakan masalah kesehatan masyarakat dan

    merupakan faktor penting tingginya angka morblditas dan mortalitas di beberapaneqara.' TB primer pada anak kurang membahayakan masyarakat karenakebanyakan tidak menular, tetapi bagi anak itu sendiri cukup berbahaya oleh karenadapat timbul TB ekstra torakal yang serinqkali menjadi sebab kematianmenimbulkan cacat, misalnya TB Meningitis, infeksi telinga, ginjal, TB tulang dansendL2,3

    Dewasa lni sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi TS, ada sekitar 8 jutapenderita baru TB di seluruh dunia dan hampir 3 juta orang yang meninggal setiaptahunnya ekibat penyakit ini. Paling sedikit satu orang akan terinfeksi TS setiapdetik, dan setiap 10 detik akan ada satu orang yang mati aklbat TS di dunia. TBmembunuh hampir lebih dari satu juta wanita setahunnya, angka inl lebih tinggi darikematian wanita akibat proses kehamilan dan persalinan, dan TB membunuh100.000 anak setiap tahunnya. Sampai saat ini tidak ada satu negarapun di duniaini yang telah bebas tuberkulosis. Angka kejadian penyakit TB sering dihubungkandengan keadaan sosial dan kemiskinan di suatu daerah.v"

    Di Indonesia, TB hingga saat ini masih merupakan masalah utama kesehatanmasyarakat. Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT 1995} TBmerupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler danpenyakit saluran pernapasan pad a semua kelompok usia, dan nomor satu darigolongan penyakit infeksL67 Diperkirakan 95% penderita TS berada di negaraberkembang. Pada tahun. 1999 WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 583.000kasus baru TB dengan kematian sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan setiap100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TS paru BTA positlf."Angka kejadian dan prevalensi TS anak dl Indonesia belum ada. Hal lni karena

  • 5/14/2018 _anak

    15/68

    sulitnya diagnosis TB anak." Oi Jawa Tengah sendiri pada tahun 2001 tercatat32.556 penderita TB Paru klinis anak."

    Penularan T8 biasanya terjadi karena menghirup udara yang mengandungMycobacterium tuberculosis (M. TB). Selanjutnya kuman akan menyebar melaluialiran darah dan limfe, melalul saluran napas atau menyebar langsung ke organlain.'? 11, 12 Oaya penuiaran infeksi TB ditentukan oleh konsentrasi M. TB di paru danpenyebarannya di udara sekitar penderita dengan T8. Pada penderita denganjumlah kuman banyak yang tampak pada pemeriksaan mikroskoplk spesimensputum (BTA +) merupakan penderita paling infeksius. Penderita denganpemeriksaan mikroskopik sputum negatif (BTA -) biasanya kurang infeksius danpenyakit lebih ringan dibanding penderita dengan sputum BTA (+); adapun padakasus TB ekstra pulmoner hampir tidak infeksius kecuali bila kasus tersebut jugamenderita T8 peru."

    Anak biasanya tertular dari sumber infeksi yang umumnya TB dewasa. Faktorlingkungan, khususnya sirkulasi yang buruk menunjanq transmisi.'?' 11 Akbar menelitibayi dan anak yang kontak dengan penderita TB dewasa dengan BTA (+) dandidapatkan bahwa bayi dan anak yang kontak di rumah mempunyai risiko tinggiuntuk terjadinya infeksi TB, khususnya pada anak yang tidur dalam satu kamar."Sementara itu, Miller dkk mendapatkan adanya tes tuberkulin positif, yang berartianak terinfeksi TB, pada anak yang menumpang dalam satu pesawat dengan kontakT8. Ventilasi yang buruk dan jumlah penumpang yang banyak (crowded)merupakan faktor risiko penularan TB.14

    Kuman T8 mati pada paparan matahari Jangsung, oleh karen a itumengurangi kepadatan penduduk, ventilasi dan pencahayaan yang cukup sertakebiasaan menjemur pakaian, handuk dan selimut dapat mengurangi risikopenularan. Selain itu kebiasaan menutup mulut saat batuk, tidak meludah disembarang tempat dan segera memeriksakan diri dan berobat bila dicurigaimenderita T8 merupakan upaya pencegahan yang penting.2,1l Kuswantoromengemukakan bahwa adanya riwayat kontak dengan anggota keluarga atautetangga yang menderita TB, tingkat pengetahuan ibu tentang T8 dan faktor

    2

  • 5/14/2018 _anak

    16/68

    lingkungan seperti kepadatan hun ian dan suhu merupakan faktor risiko kejadian TBpada enak." ,"

    Tujuan Jangka Panjang Program Penanggulangan Tuberkulosis ialahmenurunkan angka kesakitan dan angka kernatian penyakit TB dengan caramemutuskan rantai penularan, sehingga penyakit TB tidak lagi merupakan masalahkesehatan masyarakat Indonesia."

    Semarang merupakan daerah yang terbagi menjadi daerah persawahan danbukan persawahan. Jumlah penduduk tahun 2002 sebesar 1.350.005 jiwa, denganpertumbuhan penduduk tidak tinggi. Mata pencaharian penduduknya adalah sektorinformal, buruh industri, buruh bangunan, PNS/ABRI dan petanL Menurut geografis,kota Semarang terdiri dari daerah kota, pinggiran kota yang mengalami pengkotaandan desa. Desa mempunyai ciri mata pencaharian agraris, sedangkan kota lebihheterogen balk secara struktura! maupun dernografi.l" 17

    Poli Paru Anak RS Dr~Kariadi Semarang merupakan PoB Rawat Jalan yangmelayani penderita anak dengan penyakit paru. Jumlah kunjungan penderita selama3 tahun mulai tahun 2000 sampai dengan 2002 sebanyak 30.465 kunjungan danpengunjung yang paling besar adalah penderita TB paru anak yaitu 94,35% dariseluruh kunjungan."Selama ini telah dilakukan berbagai upaya penemuan penderita TB,terutama dalam upaya pemutusan rantai penularan. Penemuan penderita dilakukansecara pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada merekayang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasiftersebut dldukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatanmaupun masyarakat ( passive promotive case finding ). 4 Oalam upaya untukmengelola penderita secara komprehensif, guna menelusuri siapa sumber penularan(SP) TB pada anak yang berobat di Poll Paru Anak RS Dr. Kariadi Semarangdilakukan anamnesis yang mendalam dengan orang tua anak. Kepada merekadiberikan edukasi tentang TB dan disarankan untuk melakukan pemeriksaan bagikeluarga, terutama orang dewasa yang tinggal dalam satu rumah ke Poli PenyakitDalam atau pelayanan kesehatan lain, misalnya Balai Pencegahan dan Penqobatan

    J

  • 5/14/2018 _anak

    17/68

    Penyakit Paru (~P4) Se,marang. Dalam 3 bulan terakhir, PoU Paru Apak RS Dr.Kariadi Semarang dikunjungi oleh 78 penderita baru T8 paru anak dan penelusurankontak TB melalui anamnesis didapatkan 28 anak dengan SP .18

    Berbagai penelitian tentang TB telah banyak dilakukan, namun penelitianmengenai ditemukannya SP secara aktif beserta karakteristik Iingkungan yangmendukung penularan TB pada anak dengan populasi yang berasal dari masyarakat(community based) belum banyak dilakukan, sehingga penelitian ini dilakukan.

    B. PERUMUSAN MASALAH1. Apakah dapat ditemukan SP T8 di lingkungan tempat tinggal penderitaTB paru anak yang diobati di Poli Paru Anak RS Dr. Kariadi Sernarang dilingkungan pedesaan dan perkotaan ?

    2. Adakah karakteristik tertentu dari faktor lingkungan yang mendukungterjadinya penularan TB pada penderita T8 peru anak yang berobat diPoli Pant Anak RS Dr. Kariadi Semarang?

    C. TUJ()AN PENELITIAN1. Untuk rnengetahui adanya SP T6 di lingkungan penderita T8 paru anakyang berobat di PoU Paru Anak RS Dr. Kariadi Semarang, balk dilingkungan pedesaan maupun perkotaan.

    2. Mengetahui unsur lingkungan, baik manusia dewasa yang menderita T8dengan pendidikan, pengetahuan, persepsi, sikap dan perilakunyamaupun lingkungan ekstemalnya sebagai karakteristik lingkungan yangmendukung terjadinya penularan T6 pada penderita T8 paru anak yangberobat di Poli Paru Anak RS. Dr. Kariadi Semarang.

    D. MANFAAT PENELITIAN1. Pendidikan (Ilmu Pengetahuan)

    Menambah wawasan tentang TB pada anak don dewasa khususnyatentang penelusuran SP T8 anak dan karakteristlk lingkungan

    4

  • 5/14/2018 _anak

    18/68

    eksternal sebagai faktor yang mendukung kejadian penularan TS paruanak.

    2. Penelitian Memberikan masukan bagi pengembangan penelitian tentang SP dankarakteristiknya serta lingkungan ekstemal penderita TB paru anak diIndonesia.

    3. Pelayanan Kesehatan Mernacu upaya penemuan penderita T8 dewasa dan anak dalam

    upaya meningkatkan keberhasilan program pananggulangan TBdengan cara mernutus rantai penularan T8.

    Membantu usaha pencegahan terjadinya reinfeksi pada penderita TBparu anak.

    Membantu usaha perbaikan linqkungan dan perilaku masyarakatsebagai salah satu upaya untuk memutus rantai penularan T8.

    5

  • 5/14/2018 _anak

    19/68

    BAH IITINJAUAN PUSTAKA

    A.BATASANTB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium

    tuberculosis tipe humanus. Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh melaluiudara pemafasan ke dalam paru, kemudian dapat menyebar dari paru ke bagiantubuh lain melalui sistem peredaran darah, sistem saluran Iimfe, saluran pemafasan(bronkus) atau penyebaran Iangsung ke alat-alat tubuh lainnya. Berdasarkan organyang terkena TS dapat dibagi menjadi :

    1. TS pulmoner, yang merupakan bentuk penyakit yang paling seringterjadi dengan lebih 80% kasus. Jenis ini merupakan satu-satunyabentuk yang infeksius.

    2. TS ektrapulmoner, merupakan TS yang mengenai organ diluar paru,yang paling sering adalah pleura, kelenjar limfe, spinal, sendi, salurankencing, sistem saraf atau abdomen.P 11, 12

    Berdasarkan riwayat terjadinya TS terdapat 2 macam :1. TS Primer, yaitu infeksi TS yang terjadi saat seseoranq terpaparpertama kali dengan kuman TS.

    2. TB Pasca Primer, yaitu TB yang terjadi setelah beberapa bulan atautahun sesudah infeksi primer, misalnya karen a daya tahan tubuhmenurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi buruk. Ciri khas dari TBpasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinyakavitas atau efusi pleura?

    B . KARAKTERIST IK M IKOBAKTERIUM TUBERKULOSIS (M .TB)Mikobakterium tergolong dalarn kelompok kuman gram positif, tidak

    bergerak, aerob dan tersusun tunggal, berbentuk batang lurus atau agak melengkungdengan ukuran panjang berkisar antara 0,8 - 5 mikron, tebal antara 0,2 - 0,5

    6

  • 5/14/2018 _anak

    20/68

    mikron, dan mengandung banyak lemak, asam lemak serta zat lilin sehingga tahanterhadap asam, gangguan kimia maupun gangguan fisikoM. TB juga mengandungbeberapa macam protein yang menyebabkan reaksi tuberkulin, dan pembentukanberbagai macam antibodi serta sitokin.2,19 Kuman ini akan tumbuh optimal padasuhu 37C dengan pH optimal pada 6,4 sampai 7,0.20 Kuman TB mati padapaparan matahari langsung atau pemanasan 70C selama 5 menit atau pemanasan60C se1ama20menit.2,11

    (a)

    I J T~ .

    ~ i " ~"~~:'. \-~ ,

    (b)Gambar 1. Mikobakterium tuberlrulosis (M.TB) (a] dalam makrofag manusia, (b) di

    sputum."

    7

  • 5/14/2018 _anak

    21/68

    Kuman ini tidak menqhasilkan endotoksin maupun eksotoksin, sulit sekali diwarnaikarena adanya zat Iilin pada dinding sel, tetapi sekali terwamai maka ia akanmenahan zat warne dengan balk sekali dan tidak dapat dilunturkan walaupundengan asam dan alkohol, alkalis dan dehidrasi; oleh karena itu M. TB disebutsebagai basil tahan asam (BTA). M. TB ini dapat diwarnai dengan menggunakanpewama yang melarutkan lilin sambil clilakukan pemanasan. ]2,19,22.23

    Mikobakterium tahan hidup di udara kering maupun dalam keadaan dinginbahkan dapat hidup bertahun-tahun dalam lemari es. Hal ini terjadi karena kumandalam keadaan dorman. Dari keadaan dorman ini kurnan dapat bangkit kembaliy~mg menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagaiparaslt intraseluler, yaitu di dalam sitoplasma makrofag.2,19.21 Waktu pembelahankuman antara 18 - 24 jam sedangkan isolasi kuman memerlukan waktu 4 - 6minggu.19

    C. PATOGENESISPenularan TS biasanya melalui udara, yaitu dengan inhalasi droplet nucleus

    yang mengandung basil TB. Droplet nucleus ukuran 1 - 5 mikron yang dapatmelewati atau menembus sistem mukosilier saluran nafas sehingga dapat mencapaidan bersarang di bronkiolus dan alveolus. Karena didalam tubuh pejamu belum adakekebalan awal, hal ini memungkinkan basil TS tersebut berkembang biak danmenyebar melalui saluran limfe dan aliran dereh+"

    Oi dalam alveolus terjadi reaksi inflarnasi non spesifik, M.TB akandifagositosis oleh makrofag alveolus dan dibunuh, tetapi kalau M. TB yang dihirupvirulen dan makrofag alveolus lemah maka M. TB akan berkembang biak danmenghancurkan makrofag. Monosit dan makrofag dari darah akan ditarik secarakemotaksis kearah M, TS kemudian memfagositosis M. TB tetapi tidak dapatmembunuhnya. Makrofag dan M.TB membentuk tuberkel yang mengandung sel-selepitheloid, makrofag yang menyatu, (sel raksasa Langerhans) dan limfosit. Tuberkelakan rnenjadi tuberkuloma dengan nekrosis dan fibrosis di dalamnya dan mungkinjuga terjadi kalsifikasi. Lesi pertama di alveolus (lokus primer) menjalar ke kelenjar

    8

    __~ 0__ ' . ~ _ L .

  • 5/14/2018 _anak

    22/68

    limfe hilus dan terjadi infeksi kelenjar limfe, yang bersarna-sarna dengan limfangitisakan membentuk kompleks primer. Dari kelenjar Iimfe M. TB dapat menyebarmelalui saluran limfe dan saluran darah ke organ-organ lainnya seperti hepar, lien,otak, tulang dan ginjal, atau ke bagian lain dari paru-paru. Basil TB dapat langsungmenyebabkan penyakit di organ-organ tersebut atau hidup dorman dalam makrofagjaringan dan dapat menyebabkan TB aktif bertahun-tahun kemudian. Tuberkeldapat hHang denqan resolusi, berkalsiflkasi membentuk kompleks Ghon, atau terjadinekrosis dengan masa kiju yang dibentuk dad makrofag. Masa kiju dapat mencairdan M. TB dapat berkembang biak ekslraseluler sehingga dapat meluas di jaringanparu dan terjadi pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis dan dapat juga menyebarsecara bertahap menyebabkan 1esidi organ-organ lainnya atau TS milier. Di dalamorgan tersebut akan terjadi pemrosesan dan transfer antiqen ke limfosit},5,6,10.24

    Ada jaringan dan organ tubuh yang resisten terhadap basil TS. Basil TSdapat bersarang di sumsum tulang, hepar dan limfe tetapi tidak selalu dapatberkembang blak dengan balk. Basil TB di lapangan atas paru, ginjal, tulang danotak lebih mudah berkembang biak terutama sebelum imunitas spesifik terbentuk.Imunitas spesifik yang terbentuk biasanya cukup kuat untuk menghambatperkernbangbiakan basil TB lebih lanjut. Oengan demikian lesi TB akan sembuh dantidak ada tanda dan gejala klinis. Pada sebagian kasus imunitas spesifik yangterbentuk tidak cukup kuat sehingga terjadi penyakit TB dalam 12 bulan setelahinfeksi dan pada sebaqlan penderita TB terjadi setelah 1ebih dari 12 bulan setelahinfeksi.5,10

    Pada individu normal respon imunologik terhadap infeksi tuberkulosis cukupmemberi perlindungan terhadap infeksi berikutnya. Pada kurang 1ebih 10% individuyang terkena infeksi TS akan menderita penyakit TB dalam beberapa bulan ataubeberapa tahun setelah infeksi. Risiko tejadinya infeksi tergantung pada intensitasterpaparnya dan sistem imun individu (pejamu) yimg bersangkutan. 2,10,12

    9

  • 5/14/2018 _anak

    23/68

    Inhalasi Droplet NucleiB erisi M . Tuberculosis

    Droplet nuclei ::::;5J .! menembuslapisan mukosilier

    l Tidak ada infeksi 1 1 4 I ~ 1 - _ -IL-.. _ _ .I . . . Dro ple t n u cle l > 1OuM uk osa sa lu ran n afas a tas in tak\" R ea ksi in fla m asi n ons p es if ik a lv e o lu s

    Basil TB dalammakrofag alveolusPenyebaran limfogen lokalPenyebaren herna togen

    5 0 / 0-10 m inggu ,

    Respons imuns elu le r ga ga l a ta uinadekua t

    TB-aktif(penyakit)Makrofag aktifMembunuh/menghambatbasil TBReaktivasi

    1 1 1 1 unisasi rnenurunatau gagalT B- in ak tif m u ngk inrnasih ada basil TB

    Gambar 2 : Patogenesis tuberkulosis(diambil dari Rahajoe, 199410)

    10

  • 5/14/2018 _anak

    24/68

    ,Pada anak kornplikasi biasanya terjadi pada 5 tahun pertama setelah infeksi,terutama 1 tahun pertama. Menurut Wallgreenada 3 bentuk dasar dari TB paruanak yaitu penyebaran limfohematogen dengan 0,5 - 3% menjadi TB milier ataumeningitis TB yang biasanya terjadi 3 - 6 bulan setelah infeksi primer. Tuberkulosisendobronkial (lesi segmental karena pembesaran kelenjar regional) terjadibelakangan. TB tulang dan sendi terjadi pada 5 - 10% anak yang terinfeksi dantimbul setelah 1 tahun. TB ginjal biasanya 5 - 2 5 tahun setelah infeksi primer,2,25

    D. DIAGNOSIS

    1. Diagnosis TBC Anak.Sesuai hasil kesepakatan bersama pertemuan para ahli pulmonologi anak diMedan 5 April 2003, diagnosis TB Anak yang paling tepat adalah ditemukannyabasil TB dad bahan yang diambil dari pasien misalnya sputum, bilasan lambung,biopsi dan lain-lain. Pada anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehinqqa sebagianbesar diagnosis TB anak didasarkan gambaran klinis, uji tuberkulin dan gambaranradiologis seperti yang terangkum dalam alur deteksi dini dan rujukan TB anak."

    1 1

  • 5/14/2018 _anak

    25/68

    ALUR DETEKSI DINI DAN RUJUKAN TB ANAKHal-hal yang mencurignkan TB:

    1. Riw ayat kon tak erat dengan pasien TB spu tum BTA (+)2. Reaksi ce pa t B C G, yaitu t imbu l k eme ra h an d i lo ka si suntikan dalam 3-7 had setelah B CG3. Berat badan turun tanpa sebab jelas, a tau berat badan kurang yang tidak naik dalam 1 bulanm esk ipu n suda h de nga n pe na nga na n gizi (failu re to th riv e)4. Dem am lam a a tau beru lang, tanpa sebab yang jelas5. B atuk lam a, lebih dad 3 minggu6. Pembesaran kelanjar Iirnfe superfisialis yang spesifik7 . Skrofidoderma8. Konjungtivi t is fliktenularis9. Uji tubcrku lin yang posilir(;;: 10 1 1 1 1 1 1 )10. Gam baran foto Ron tuen suuestif TB

    Diberi OATObservasi 2 bulan

    PerhatianB ila te rd ap at ta nd a- te nd a b ah ay a se pe rti: K ejang K esadaran m enurunII K aku k udu kA ta u ta nd a la in se pe rti

    Benjolan di pllnggung Pincang, Fenornena papan caturRuiuk RS

    Memburuk / t e t ap

    TB k eb al o ba t (MOR)

    Rujuk ke RS

    Evaluasi ulang di Rumah Sakit Rujukan: Gejala Klinis Uji Tuberkulin F oto Ron tgen Pemeriksaan mikrobiologi da n serologis Pem eriksaan patologi anatom iP rosedu r diagn osis dan ta talak san a ya ng sesua i den ganp ro se du r d i R S y an g b ersa ng ku ta n.

  • 5/14/2018 _anak

    26/68

    2. Diagnosis TB DewasaBerdasarkan Hasil Kesepakatan Persatuan Dokter Paru Indonesia (POPI)

    tentang Pedoman Penatalaksanaen TB Paru, diagnosis TB dapat ditegakkanberdasarkan : a. Gejala klinik, dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: 1) gejala utama :batuk terus menerus sarnpai 3 minggu atau lebih, 2) gejala tambahan, yang seringdijumpai : dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada, dangejaJa sistemik : demam meriang lebih dari satu bulan, malaise, keringat malam,anoreksia, berat baden menurun. 7,20b. Pemeriksaan BTA secara pada pemeriksaan dahak sewaktui, pagi, sewaktu (SPS)secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positlf apabila sedikitnya dua daritiga spesimen BTA hasilnya positif, Bila hanya satu spesimen yang positif perludiadakan pemeriksaan lebih Ianjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahakSPS diulang. Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif, diberikan antibiotikspektrum luas (misalnya kotrimoksasol atau amoksisilin) selama 1- 2 minggu. Bilatidak ada perubahan namun gejala klinis tetap mencurigakan TB pernerlksaan dahakSPS diulang. Bila hasilnya negatif lakukan foto rontgen dada."

    r s s r S~UTlJl,1. .Gambar 3. Gejala TB dewasa (diambil dari Crofton")

    1 3

  • 5/14/2018 _anak

    27/68

    E. FAKTOR LINGKt)NGAN YANG MENUNJANG PENULARAN TBSelain faktor nutrisi, status lrnunisasi dan daya tahan tubuh pejamu, faktor

    lingkungan dan perllaku juga berpengaruh pada proses penularan TB paru,":"Ungkungan atau sering disebut sebagai ekosistem. Lingkungan di area

    perkotaan berbeda dengan pedesaan dalam geografis maupun demografisnya.Grunfeld dalam Oaldjoeni mendefinisikan kota sebagai suatu tipe pemukiman yangsecara nasional kepadatan penduduknya tinggi, struktur mata pencahariannya non-agraris, tata guna lahannya bervariasi, dan gedung-gedung dibangun dengan rapet,Di kota kehidupan mesyarakatnya heterogen, banyak terjadi perubahan sosial dankebiasaan hidup. Sebaliknya, desa disebut sebaqai tempat pertanian basah,mengembangkan struktur ekonomi agraris, dengan masyarakat yang masih kuatkehidupan beragamanya. Oesa di sekitar kota minta pemenuhan kebutuhannya olehkota."Lingkungan yang berpengaruh terhadap penularan TB pacta anak adalah :

    1. Sumber Penularan (SP)/kontak TB.Penularan tuberkulosis tergantung oleh konsentrasi mikro organisme didalam

    paru dan penyebarannya di udara di sekitar penderita tuberkulosis tersebut.Penderita TBe paru dengan sejumlah besar mikro organisme yang tampak padagambaran mikroskopik (sputum BTA positif ) merupakan kasus yang palmqinfeksius. Mereka menghembuskan mikro organlsme ke udara pada saat batuk,tertawa, atau bersin, Percikan ludah tersebut kemudian mengering menjadi dropletnuclei yang mengandung mikro organisme dan bertahan di udara selama beberapajam. Droplet nuclei kemudian terhirup oleh orang disekitamya. Penularan palingtinggi terhadap orang yang tinggal satu rumah atau yang kontak secara erat.2.7Terdapatnya anak yang menderita TB Primer dalam suatu keluarga haruslah dicariSPnya; dan bila belum diketahui, perlu dilakukan pemeriksaan pada orang yangdiduga sebagai kontak di lingkungan temp at tinggal anek." Selain di lingkunganrumah, penularan juga dapat melalui guru dl sekolah atau sopir dalam satukendaraan. Anak-anak dengan TB primer tidak infeksius karena mereka tidak

    14

  • 5/14/2018 _anak

    28/68

    membatukkan kuman T8.2,2 4 Penelitian di Bostwana tahun 1999 menjelaskanbahwa transmisi T8 dipengamhi oleh : intensltas paparan dengan SP, yaitudiperoleh hasil tuberkulin positif pada anak-anak yang kontak erat terutama dalamsatu rumah dengan penderita T 1 3 aktif, derajat berat penyakit SP, tidak berbedaantara SP laki-lakl dan perempuan. 29 Rathi dkk melakukan penelitian di Pakistandan mendapatkan anggota keluarga yang kontak dengan SP di daerah pedesaanterdapat prevalensi tinggi infeksi TB melalui tes tuberkulin; buruknya kondisiperumahan berkontribusi dalam terjadinya infeksi. SP dengan jenis kelamin laki-laki

    "dan pendidikan formal rendah, belum menikah, umur diatas 25 tahun, dengansputum BTA +, memiliki risiko tinggi untuk menularkan T8.282. Perilaku kesehatan

    Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon sese orang(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistempelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Respon atau reaksi manusiadapat bersifat pasif ( pengetahuan, persepsi dan sikap ) dan respon aktif ( tindakanyang nyata atau practice) .27,34 Perilaku terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimanamanusia berespon baik secara pasif maupun aktif sesuai dengan tingkat pencegahanpenyakit, yaitu : perilaku terhadap peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (healthprornotion behaviour), perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour), perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan ( health seeking behaviour ),dan perilaku sehubungan pernulihan kesehatan ( health rahabilitation behaviour ).Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan terwujud dalarn pengetahuan,persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas kesehatan. Perilaku terhadap makananyakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan;adapun perilaku terhadap lingkungan kesehatan ( environmental health behaviour)merupakan respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatanmanusia, diantaranya : perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yangmeliputi ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.27,

    15

  • 5/14/2018 _anak

    29/68

    Seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa rncnqetahui terlebihdahulu makna stimulus yang diterima. Namun perilaku yang didesari pengetahuanakan lebih langgeng, sehingga pengetahuan atau kognitif merupakan domain yangsangat penting untuk terbcntuknya tindakan seseorang ( overt behaviour) :27.34

    Penularan TB sangat erat dengan perilaku manusia. Penderita TB dewasasaat batuk dapat menyemburkan kuman melalui percikan dahak ke udara disekitarnya di dalam rumah, sebagian besar akan menempel di lantai dan sebagiantetap beterbangan di udara sehingga dapat terhisap oleh orang yang berada didalam ruangan yang sarna. Kebiasaan meludah atau membuang kunyahantembakau juga merupakan cara penularan kuman TB terhadap anggota keluargalain. 2,1.2,24

    2. Kondisi rumahTempat tinggal (papan) rnerupakan kebutuhan pokok bagi setiap masyarakat,

    sama pentingnya, meskipun berbeda fungsinya, dengan dua unsur kebutuhan dasarlainnya, yaitu pakaian ( sandang ) dan makanan {pangan }.Dari kondisi Iingkungantempat tinggal dapat terlihat tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dankondisi lingkungan yang sehat.30,31 Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagaitempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga; sedangkan perumahanadalah kelompok rurnah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal ataulingkungan hunian dilengkapi dengan sarana prasarana Iingkungan.30.32

    Rumah dlkatakan baik dan aman, jika kualitas bangunan dan lingkungandibuat dengan serasi. Adapun rumah y

  • 5/14/2018 _anak

    30/68

    b. ventilasi cukup, yaitu minimalluas jendela/ ventilasi adalah 10% dari luas lantai,karena ventilasi mempunyai fungsi : 1). menjaga agar aliran udara di dalam rumahtetap segar, sehingga keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tetapterjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yangberarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat, 2).menjaga agar udara di ruanqan rumah selalu tetap dalam kelembaban ( humidity)yang optimum. Kelembaban yang optimal ( sehat ) adalah sekitar 40 - 70%,kelembaban yang lebih dari 70% akan berpengaruh terhadap kesehatan penghunirumah. Kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya prosespenguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakanmedia yang baik untuk bakteri - bakteri patogen ( penyebab penyakit ), dan 3).membebaskan udara ruangan dari bakteri - bakterl, terutama bakteri patogen,karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawaoleh udara akan selalu mengalir.c. cahaya matahari cukup, tidak lebih dan tidak kurang, dimana cahaya matahari inldapat diperoleh dari ventilasi maupun jendela/genting kaca. Suhu udara yang idealdalarn rumah antara 18 - 30C.32 Suhu optimal pertumbuhan bakteri sangatbervariasi, M. TB turnbuh optimal pada suhu 37C. Paparan sinar matahari selama5 menit dapat membunuh M. TB. Bakteri tahan hidup pada tempat gelap, sehinggaperkembangbiakan bakteri Iebih banyak di rumah yang gelap.2,27d. Luas bangunan rumah cukup, yaitu Iuas lantai bangunan rumah hams cukupsesuai dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding denganjurnlah penghuninya akan menyebabkan berjubel ( over crowded ). Rumah yangterlalu padat penghuninya tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnyakonsumsi O2 juga bila selah satu anggota keluarga ada yang terkena infeksi akanmudah menular kepada anggota keluarga yang lain." Kepadatan hunian ditentukandengan jumlah karnar tidur dibagi dengan jumlah penghuni ( sleeping density ),dinyatakan dengan nilai : baik, bila kepadatan lebih atau sama denqan 0,7, cukup,bila kepadatan antara 0,5 - 0,7, dan kuranq bila kepadatan kurang dari 0,5.33

    17

    .r, _. ,... ._, . _. -. c ' , _ - . - . ~ -

  • 5/14/2018 _anak

    31/68

    c5~v . . .'" ~ f - l >l) ~~ C ' : : I~ ~\. . . . . .s Vl a, ,E= ;:JQ) 'U) . . : > : : . .t n & l i 3 ~.. . ' " " ; }' . . '

    s : :oL . r . l'-. .

    " \ ,.\ . . . .(Ij , . ! : . : : :(f) c " : ' J((j 8~ . . . . I : :'"lj t':$c o 0-f- o : l .r-

    oUc o. . . . . . 'N(f) ' 6 0o

  • 5/14/2018 _anak

    32/68

    (Ij ~r .n sO~ . . . 2'"0 ~ iOc o 0.f- ro

    f-

    . .~ ~ I L

    . () . . .

  • 5/14/2018 _anak

    33/68

    G. HIPOTESIS

    1. Terdapat perbedaan penernuan SP pada penderita T8 paru anak antaradaerah perdesaan dan perkotaan.2. Terdapat perbedaan karakter SP yang meliputi pendidikan, pengetahuantentang T8, persepsi tentang sakitnya, sikap terhadap pengobatan dankebiasaan dalam meludah dan tidak menutup mulut saat batuk di dalamrumah tempat kontak antara SP yang di desa dan di kota.

    3. Terdapat perbedaan karakter lingkungan yang meliputi kepadatan hunian,luas ventilasi, intensitas cahaya, suhu dan kelembaban udara di tempatkontak antara di desa dan di kota.

    20

  • 5/14/2018 _anak

    34/68

    BAB IIIM ETODOLOGI PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian

    Rancangan penelitian ini adalah observasional yang dllekukan secara belahlintang.

    B. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian dilakukan di lingkungan temp at tinggal penderita TB Paru anakyang berobat di Poli Paru Anak RS. Dr. Kariadi Semaranq, selama 6 bulan(September 2003 - Februari 2004)

    c. Populasi dan Sampel Penelitian"1. Populasi Penelitian

    Populasi penelitian ini adalah orang dewasa di lingkungan tempat tinggalpenderita TB paru anak yang berobat di Poli Paru Anak RS. Dr. Kariadi Semarangpada bulan September 2003 - Februari 2004.

    Kriteria inklusi :1) Orang dewasa yang tinggal dalam satu rumah dengan penderita TB

    anak yang berobat di Poli Paru Anak RS Dr. Kenedi Semarang bulanSeptember 2003 sampai dengan Februari 2004 yang dicurigai menderitaTB .

    2) Orang dewasa yang tinggal berdekatan dan sering melakukan kontakintens dengan penderita TB paru anak yang berobat di PoB Paru Anak

    21

  • 5/14/2018 _anak

    35/68

    RS Dr. Kariadi dan dicurigai menderita TB atau telah didiagnosis TBoleh dokter.

    3} Bersedia ikut dalarn penelitian dan tempat tinggal terjangkau.Kriteria eksklusi :1} Sumber penularan yang telah mendapat terapi atau yang sudah

    dinyatakan sembuh dari TB2} Sumber penularan tinggaVpindah dl kota lain

    2. Sampel Penelitian.Rumus yang dipakai adalah rumus sampel untuk observasi pada

    populasi yang terbatas (limited) :

    N. Za .2 p. qn = ------------------------------

    d2 (N-1) + 20.2 P . qn = perkiraan jumlah sampelN =jumlah populasiex= derajat kepercayaan (O,OS)d =penyimpangan yang ditoleransi (0,1)Jumlah sampel penelitian ini : 74 -7 80

    Pada semua penderita TB paru anak yang baru didiagnosis di PoUParu AnakRS. Dr. Kariadi Semarang selama bulan September 2003 - Februari 2004, dilakukanwawancara terhadap orang tua/ pengasuh mengenai kemungkinan adanya SP yangmemenuhi kriteria inklusi secta dimintakan persetujuan (informed consent) untukdilakukan wawancara di rumahnya sekaligus dilakukan pengukuran variabel yangdiperlukan, sampai jumlah sampel terpenuhi, yaitu 80 sampel.

    D. Variabel PenelitianVariabel bebas penelitian ini adalah :

    Kepadatan hunian rumah

    22

  • 5/14/2018 _anak

    36/68

    Luas ventilasi rumahIntensitas cahaya matahari di dalarn rumahSuhu udara di dalam rumahKelembaban udara di dalam rumahPendidikanPengetahuan tentang TB.Persepsi dan sikapSosial ekonomi keluarga ,Kebiasaan anggota keluarga dewasa meludah dan tidak menutup mulutsaat batuklbersin di dalam rumah

    Variabel tergantung adaleh variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas,yaitu : Sumber Penularan yang teridentifikasiE. Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel.

    1. Penderita TB Paru anak adalah anak-anak yang telah didiagnosismenderita TB Paru dan sedang berobat di PoU Paru Anak RS Dr.Kariadi Semarang bulan September 2003 sampai Februari 2004.Tercatat sebanyak 424 anak.

    2. Jenis ke1amin adalah keadaan kelamin dibedakan Iakl-laki danperernpuan.

    3. Tingkat sosial ekonomi adalah keadaan sosial ekonomi keluarga dad anakdan subyek peneUtianCara mengukur : menilai dengan menggunakan Scoring System ofSodo-economic Level Bistok Saing et al. melalui wawancara denganibu dan pengamatan pada keluarga dari subyek penelitian.Kategori : rendah, menengah, dan atasSkala : Ordinal

    4. Sumber Penularan (SP) adalah orang dewasa yang sering kontak dengan

    23

  • 5/14/2018 _anak

    37/68

    anak, tinggal dalam satu rumah atau tinggal di tetangga dekat tempatanak sering bermain yang sudah dinyatakan menderita TB (BTA +dan/atau klinis).

    5. Keadaan rumah adalah kondisi rumah yang menjadi tempat tinggal subyekpenelitian menurut jenis/bahan bangunannya,Cara mengukur : pengamatan terhadap fisik bangunan rumah yangditempati subyek.Kategori;

    o permanen lantai semen/tegel, dinding tembok & atapgenting/seng/asbes

    o semi permanen ; lantai semen/tegel, dinding kayu atau sebagiantembok dan atap genteng/seng/asbes.

    o tidak permanen lantai tanah, dinding kayu/barnbu. atapgentenglseng/asbes.Skala: Ordinal

    6. Tingkat kepadatan human adalah jumlah kamar tidur yang disediakanuntuk penghuni rumah (sleeping density).Cara mengukur : membandingkan jumlah kamar tidur dengan jumlahpenghuni pada rumah subyek penelitian.Kategori : sangat padat =0,5; cukup padat= 0,5 - 0,7;

    dan kurang padat= 0,7Skala: ordinal

    7. Luas ventilasi adalah luas seluruh jendela dan lubang angin yang berfungsiuntuk pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari ke dalamrumah. Luas ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan minimal 10%dari luas lantai dengan ukuran meter persegi (m").

    24

  • 5/14/2018 _anak

    38/68

    Cara mengukur : mengukur dan membandingkan luas seluruh jendeladan lubanq angin serta luas lantai di dalam rumah,Kategori : kurang 10% dan 10% atau lebih,Skala: Nominal

    8. lntensitas pencahayaan alam adalah intensitas cahaya matahari yangmasuk ke dalam rumah pada siang hari yang eerah pukul 12.00 -14.00 dengan satuan lux. Intensitas pencahayaan alarn yangmemenuhi syarat kesehatan minimal 60 lux.Caw mengukur : alat luxmeter diletakkan pada bidang dater di tengahruangan rumah tempat kontak dengan ketinggian 50 - 100 em darilantai pada siang hari yang cerah antara pukul 12.00 - 14.00,kemudian diukur intensitas cahaya matahari yang masuk (lux)Kategori : kurang 60 lux dan 60 Luxatau lebih.Skala: Nominal

    9. Kelembaban.udara adalah besamya kelembaban udara dalam rumah padasiang had: antara pukul 12.00 - 14.00 dengan satuan persen (%).KeLembaban udara dalam rumah yang memenuhi syarat kesehatanberkisar 40 - 70%.Cara mengukur : dengan alat termohigrometer yang diletakkan diruang tempat kontak.Kategori : kurang 40%, 40 -70%, dan lebih 70%.Skala : Ordinal

    10. Suhu udara adalah tingginya temperatur udara dalam rumah pada sianghari antara pukul 12.00 - 14.00 dengan satuan derajat Celcius (OC) .Suhu udara dalam rumah yang memenuhi syarat kesehatan berkisar18 - 30C.

    25

  • 5/14/2018 _anak

    39/68

    Cara mengukur : pada siang hari pukul12.00 - 14.00 ruang keluargasubyek penelitian diukur suhunya dengan alat termohigrometer.Kategori : kurang 18C, 18 - 30C, dan lebih 30C.Skala : Ordinal

    11. Kebiasaan meludah di dalam rumah adalah adanya kebiasaan anggotakeluarga anak atau sumber penularan untuk mengeluarkan dahak danmembuangnya illlantai dalam rumah.Cara mengukur : wawancara dengan penghuni rumah.

    Kategori :o pemah: seringkali / selalu meludah di dalam rumaho tidak pemah : sarna sekali tidak rneludah di dalam rumah

    Skala: Nominal

    12. Kebiasaan menutup mulut saat batuk/bersin adalah kebiasaan anggotakeluarga anak atau sumber penularan untuk tidak menutup mulutpada saat batuk atau bersin-bersin.Cara mengukur : wawancara dengan penghuni rumah.

    Kategori:o selalu : selalu menutup mulut saat batuk/berslno Tidak pemah : sama sekali tidak pemah menutup mulut pada saat

    batuk/bersln.Skala: Nominal

    13. Pengetahuan tentang T8 adalah pengetahuan pengasuh utama anakatau orang yang dicurigai sebagai sumber penularan penyakit T8secara umum, seperti : penyebab penyakit T8, cara penularan T8,apakah TB merupakan penyakit yang dapat diobati, dan apakah TBdapat d,icegah.Cara pengukuran : dilakukan wawancara

    26

  • 5/14/2018 _anak

    40/68

    Kategori :o Pengetahuan cukup dapat menjawab dengan benar 3 pertanyaanatau lebih

    o Pengetahuan kurang : dapat menjawab dengan benar 2 pertanyaanatau kurangSkala: Nominal

    F. Instrumen PenelitianKuesioner yang digunakan untuk wawancara dengan ibu/pengasuh utama

    anak dan orang yang dicurigai sebagai sumber penularan yang pemah digunakanoleh Kuswantoro pada penelitian TB di BP4 Purwokerto, Kabupaten Banyumas danCilacap pada tahun 2002 dengan hasil cukup valid dan reliabel, rol meteran, lux-meter, termohigrometer.

    G. Pengumpulan DataData yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :

    1. Data Sekunder, didapat dari buku laporan harian penderita yangberobat di Poliklinik Pam Anak RS Dr. Kariadi Semarang dancatatan medik, data kependudukan, data kesehatan lingkungandan profit kesehatan dari sektor terkait.

    2. Data Primer, diperoleh dengan survei observasional, pengamatan,panqukuran langsung dan kuesioner, dan pemeriksaan fisik untukmemperoleh :

    a. Data anak : identitas anak, orang tua dan keluargadidapatkan dari wawancara dengan orang tua ataupengasuh utama.

    b. Data subyek identitas, tingkat sosial ekonomi,pendidikan, pengetahuan tentang TB, persepsi dan sikapdiperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner.

    c. Data lingkungan fisik :

    27

  • 5/14/2018 _anak

    41/68

    Luas ventilasi, intensitas pencahayaan alam, suhudan kelembaban udara dalam ruang keluargadidapatkan dari pengukuran langsung.

    Kepadatan hunian didapatkan mela lu i observasilangsung.

    d. Data lingkungan non flsik dan kebiasaan seharl-herl Kebiasaan anggota keluarga yang tinggal di rumah

    anak maupun di tempat kontak dan tingkatpengetahuan ibu atau pengasuh utama didapatmelalui wawancara.

    e. Data fisik dan laboratorium orang yang dicurigai sebagaisumber penularan Dengan wawancara, pemeriksaan fisik dan

    laboratorium yang dilakukan di BP 4 Semarang.H. Analisis Data

    Setelah data diperoleh kemudian dilakukan editing (untuk pengecekankelengkapan data, kesinambungan data dan keseragaman data sehingga data dapatterjamin). Langkah selanjutnya dllakukan koding untuk memudahkanpengolahannya termasuk dalam pemberian skor, daan dilanjutkan dengan tabulasi.Kemudian data dianalisis dengan menggunakan komputer program SPSS (Statistical Programme for Social Science) 11,5 imeliputi :

    1. Analisis univariat dengan membuat distribusi frekwensi : Karakteristik umum, meliputi : jenis kelamin, pendidikan dan Iokasi

    tempat tinggal anak. Jenis kelamln, umur, pendidikan,pengetahuan tentang TB secara umum, persepsi, sikap, tingkatsosial ekonomi keluarga orang yang dicurigai sebagai sumberpenularan, keadaan lingkungan tempat tinggaJkebiasaan meludahdi dalam rumah, kebiasaan menutup mulut saat batuk/bersin.

    2. Analisis bivariat untuk mengetahui tingkat hubungan tiap variabel, dengantabulasi silang menggunakan uji chi-square.

    28

  • 5/14/2018 _anak

    42/68

    BAB IVHASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Lokasi PenelitianPenelitian dilakukan di Poliklinik Paru RS. Dr. Kariadi Semarang selama 6

    bulan mulai September 2003 hingga Februari 2004 untuk mendapatkan data anakyang telah didiagnosis TB Paru dan sedang diobati meliputi identitas anak dantempat tinggalnya untuk dikunjungL Setelah diperoleh persetujuan orang tua untukikut serta dalam penelitian, dllakukan kunjungan rurnah ke tempat tinggaJ anak diwilayah kota Semarang dan bila diperlukan dilakukan kunjungan ke tempat yangdiduga sebagai tempat kontak yang berdekatan dengan rumah enak.

    Poli Rawat Jelen Paru Anak RS Dr. Kariadi Semarang merupakan PoU Parurujukan balk dari dalam lingkungan RS. Dr. Kariadi yaitu dari Poli Rawat Jalan laindan pasca perawatan maupun rujukan dari Puskesmas dan Tempat PelayananKesehatan lain di wilayah Jawa Tengah. Jumlah kunjungan penderita selama 3tahun dari tahun 2000 hingga 2002 sebanyak 30.465 kunjungan dengan kunjunganterbanyak yaitu 94,35% adalah penderita TB paru."Kota Semarang merupakan Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah, terletak didaerah pesisir utara Jawa Tengah, dengan luas wilayah 373,70 km", terdiri dari36,58 km2 ( 9,79% ) tanah sawah 337,1 km2 (90,21 % ) bukan tanah sawah. Secaraadministratif terbagi atas 16 wilayah kecamatan dan 177 kelurahan. Dilihat darikepadatan penduduknya, kecamatan Mijen dan Tugu mempunyai jumlah pendudukterkecil, yaitu dibawah 1000 orang tiap krrf , karena daerah tersebut dikembangkansebagai daerah pertanian dan kawasan industrl. Untuk daerah pusat kota,kecamatan yang terpadat penduduknya adalah kecamatan Semarang Tengahdengan 14.944 orang tiap km" . Jumlah penduduk kota Semarang tahun 2002tercatat sebesar 1.350.005 jiwa dengan pertumbuhan penduduk selama tahun 2001sebesar 2,09%. Dalam kurun waktu 5 tahun ( 1998 - 2002 ), kepadatan pendudukcenderung naik seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Penyebaran penduduk

    29

  • 5/14/2018 _anak

    43/68

    di masing - rnasing kecamatan belum mereta, dimana di kecamatan SemarangTengah sebagai wilayah terpadat, sedangkan kecamatan Mijen merupakan wilayahyang kepadatannya paling rendah. 16

    Dalam bidang kesehatan, kota Semarang memiliki berbagai saranapelayanan kesehatan, seperti Rumah Sakit baik milik pemertntah maupun swastasebanyak 13 buah, Puskesrnassebanyak 56 buah, 3 buah Rumah Sakit Ibu danAnak, Posyandu berjumlah 1.363 buah dan rnasih terdapat sarana pleyanankesehatan lain. Upaya pencegahan penyakit dan cara hidup sehat lebih diutamakandaripada pengobatan. Untuk itu, Pemerintah Daerah ( Dinas Kesehatan ) telahmeleksanakan berbagai macam program imunisasi pada masyarakat yaitu BCG,Polio, OPT, dan Cempak.v "

    B. Karakteristik Subyek Penelitian

    Pada penelitian ini diikutkan 80 oranq dewasa yang diduga paling kuatsebagai sumber penularan TB pada 80 anak yang telah didiagnosis TB dan sedangmenjalani pengobatan di Poli Rawat Jalan Paru Anak RS. Or. Kariadi Semarang,sebagai subyek penelitian. Diagnosis T8 pada anak ditegakkan berdasakan riwayatklinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan roentgen paru serta PPO 5TU atau BCG tes. Adapun TB dewasa diidentifikasi melalui riwayat penyakit,pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang laboratorium darah dan sputum BTA,dan roentgen paru.

    Subyek penelitian ini tinggal dalam satu rumah dengan anak atau di rumahtetangga yang berdekatan dengan anak dimana anak sering bermain, di wilayahkota Semarang. Gambaran tentang karakteristik anak dapat dilihat pada tabel 1.

    30

  • 5/14/2018 _anak

    44/68

    Tabell. Sebaran pendarita TB paru anak menurut jenis kelamin, status sosialekonomi keluarga, pendidikan orang tua, dan karakteristik lingkungantempat tinggalnya.

    No. Karakteristlk Katagori Frekuensi Persentase(%)

    1. Jenis kelamin ~Laki -laki 39 48,8~PeremRuan 41 51,32. Tingkat sosial eko- ~rendah 23 28,8nomi - menengah 37 46,3- atas 20 25,03. Pendidikan ayah - buta huruf 1 1,3-SO 7 8,8-SMP 17 21,3

    -SMA 32 40,0- 03/ P.Tinggi 23 28.,84. Pendidikan ibu - buta huruf 0 0-so 13 16,3-SMP 21 26,3-SMA 37 46,3- 0 3 / P. Tinggi 9 11,31. Lokesi rumah - pedesaan 15 18,8- pinggiran kota 55 68,8- tengah kota 10 12,5

    2. Bahan bangunan - tak permanen 13 16,3- semi pemlanen 25 31,3- perrnanen 42 52,53. Kepadatan hunian - sangat padat 0,5 ) 22 27,5

    (sleeping density) - cukup padat (0,5-0,7) 6 7,5- kurang padat (> 0,7) 52 65,04. Luas ventilasi - kurang 10%) 58 72,5- cukup (z 10% ) 22 27,55. Intensitas cahaya - kurang ( < 60 l U X ) 0 0matahari - cukUQ_~ 60 lux) 80 1006. Suhu udara ruang- - rendah 18C) 0 0an. - sedang (18- 30C) 30 37,5- tinggi ( > 30C) 50 62,57. Kelembaban udara - rendah ( 70%) 48 60,0

    3]

  • 5/14/2018 _anak

    45/68

    Melalui tabel 1 diatas dapat terlihat perbandingan laki-laki dan perempuantidak jauh berbeda. Tingkat sosial ekonomi dinilai dengan skor Bistok Saing yangtelah dirnodifikasi yang meliputi lokasi tempat tinggal, kepemilikan rumah, bangunanrumah, sumber air minum, penerangan malam han, kepemilikan barang kekayaan,pendidikan ayah, pendidfkan ibu, pendapatan per bulan, dan jumlah anak dalamkeluarga. Tingkat sosial ekonomi keluarga subyek yang paling banyak pada tingkatmenengah (46,3%).

    Pandidikan orang tua paling banyak adalah tamat sekolah menengah atas(lanjut) namun rnasih cukup banyak orang tua yang hanya bersekolah di sekolahdasar, bahkan terdapat 1 orang (1,3%) yang buta huruf.

    Seperti diketahui, Semarang terdiri dari daerah perkotaan, idustri danpertanian. Berdasarkan lokasi tempat tinggal palinq banyak anak tinggal di daerahperkotaan (80,3%). Adapun 18,8% anak tinggal di daerah pedesaan. Sebagianbesar anak tinggal dalam bangunan permanen (52,5%) dan semi permanen (31,3%)dengan tingkat hunian (sleeping density) kurang padat (65%), namun luas lubangventilasi kurang (72,5%). Intensitas matahari rumah anak semuanya cukup, adapunsuhu udara dalam rumah paling banyak adalah tinggi (62,5% ) demikian jugadengan kelembabannya (60,0%).

    Pada penelitian ini wawancara pertama kali dilakukan dengan orang tua atausaudara serumah yang mengasuh anak. Selanjutnya bila orang yang diduga sebagaisumber penularan TB pada anak dan telah diwawancarai bukan orang tua atausaudara serumah yang mengasuh anak, selanjutnya dilakukan wawancara keduadengan orang yang diduga sebagai sumber penularan yang berdomisili di tempatyang berdekatan dengan rumah anak. Subyek adalah orang yang diduga kuatsebagai sumber penularan TB pada anak, bisa orang tua, saudara atau orang lainyang sering kontak dengan anak.

    Karakteristik subyek, yang meliputi Jenis kelemln, umur, serta hubungansubyek dengan penderita TB paru anak yang berobat di Poli Pam anak RS. Dr.Kariadi Semarang selama 6 bulan ( September 2003 hingga Februari 2004) tampakpada tabel 2 berikut ini.

    32

  • 5/14/2018 _anak

    46/68

    Tabe12. Karakteristik subyek menurutjenis kelamin, umur, dan hubungan denganpenderita TB paru anak.

    No. Karakteristik Katagori Frekuensi Persentase(%)l. Jenis kelamin - Lakl -laki 49 61,3- Perempuan 31 38,82. Umur -.::;50 tahun 54 67,5

    - > 50 tahun 26 ?2,53. Hubungan derigan Ibu 10 12,5anak Ayah 26 32 ,Q

    Kakek/nenek 21 26,3Saudara tiri 1 1,3Pembantu 8 10,0Paman/bibi 5 6,3Tetangga 9 11,3

    Subyek lebih banyak yang beIjenis kelamin laki-laki (61,3%) dibandingpertempuan, dengan usia terbanyak (67,5%) s 50 tahun. Ayah merupakan orangyang paling banyak diduga sebagai sumber penularan (SP) TB (26,3%), kemudiankakek/nenek (21%) dan, ibu (12,5%).Sebanyak 80 orang dewasa yang diduga sebagai SP tersebut kemudiandilakukan serangkaian pemeriksaan guna mengidentifikasi, apakah didapatkanpenderita TB dewasa di lingkungan anak yang menderita TB pam. Berdasarkanpemeriksaan didapatkan 63 orang (78,8%) penderita TB dengan BTA + dan/atauklinis TB, adapun 21,3% bukan T8.

    Karakteristik SP yang teridentifikasi, yang meliputi jenis kelamin, tingkatpendidikan, dan status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat pada tabel 3.

    33

  • 5/14/2018 _anak

    47/68

    TabeI 3. Karakteristik SP yang teridentifikasi di lingkungan tempat tinggal penderitaTB paru anak

    No. Karakteristlk Katagori Frekuensl Persentase(%)

    1. Jenis kelamin - Lakl -laki 40 63,5- Perempuan 23 36,52. Pandidlkan - buta huruf 2 3,2-s o 23 36,5-SMP 9 14,3-SMA 22 34,9- 03/ P.Tinooi 7 11,13. Status sosial ekonorni - rendah 21 33,3keluarga - menengah 24 38,0- etas 18 28,5

    4. Pengetahuan tentang - tahu 39 61,9TB secara limurn - tidak tahu 24 38,05.. Persepsi tentang sa- - menyadari sakitnya 26 41,2kitnya - tidak menyadari 37 58,7sakitnva6. Sikap terhadap sakit- - sudah berobat 17 26,9nya - belum berobat 46 73.0

    SP yang teridentifikasi sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (63,5%),adapun pendidikan yang paling banyak tingkat SO (36,5%). Tingkat ekonomikeIuarga menengah merupakan yang terbanyak (38,0%), diikuti kemudian olehyang bertingkat sosial ekonomi rendah (33,3%). Bila dilihat dari persepsi SP tentangsakitnya, sebagian besar SP (Q8,7%) tidak menyadari akan sakitnya dan sikap yangdtlakukan oleh sebagian besar SP sehubungan dengan sakltnya, belum berobat(73,0%).

    Suatu tempat diduga sebagai tempat kontak anak dengan SP, apabila tempattersebut merupakan tempat dimana anak serinqberhubungan dengan SP. Tempatkontak bisa di rumah anak atau ill rumah dimana anak sering bermain. Tabel 4.berikut menggambarkan karakteristik tempat kontak anak dengan SP.

    34

  • 5/14/2018 _anak

    48/68

    Tabe14. Karakteristik tempat kontak penderita T8 paru anak dengan SP.

    No. Karakteristik Katagori Frekuensi Persentase(%)

    1. Lokasl rumah - pedesaan 11 17,4- pinggiran kota 45 71,4- tengah kota 7 11,1

    : 3 . Kepadatan hunian - sangat padat 0,5 ) 2 2 34,9(sleeping density) - cukup padat (0,5-0,7) 6 9,5- kurang padat (> 0,7) 35 55,5

    4. Luas vantilasl - kurang 10%) 40 63,5- cukup (2 10% ) 23 36,5

    5. Intensitas cahaya - kurang ( < 60 lux) 2 3,2matahari - cukup ( 260 lux) 61 96,86. Suhu udara ruang- - sedang (18- 30) 28 44,4an. - tinggi ( > 30C) 35 5q,6

    7. Kelembaban udara - sedang (40-70%) 28 39;7ruanoan - tinggi (> 70%) 35 60,38. Kebiasaan orang -pemah 52 82,5dewasa meludah di - tidak pemah 11 17,4tempat kontak

    9. Kebiasaan orang - tidak selalu 50 79,3dewasa menutup - selalu 13 20,6mulut saat batuk

    Tabel 4 dlatas menggambarkan lokasi tempat kontak terbanyak di pinggirankota (71,4%), kepadatan hunian (sleeping density) paling tinggi adalah kategorikurang padat (> 0,7) yaitu 55,5%. Sebagian besar tempat kontak rnempunyai luasventilasi kurang (63,5%). Intensitas cahaya matahari di temp at kontak paling banyakdengan intensitas cukup (96,8%). Suhu maupun kelembaban udara e l l tempatkontak yang paling banyak adalah suhu tinggi (55,6%) dan kelembaban tinggi(60,3%). Kebiasaan meludah di dalarn ruangan di tempat kontak maupun kebiasaantidak menutup mulut saat batuk merupakan sebagian bentuk perilaku kesehatan,terutama dalam kaitannva dengan proses penyebaran penyakit tuberkulosis. Oisebagian besar tempat kontak, orang dewasa pemah meludah di dalam ruangan(82,5%) dan tidak selalu menutup mulut pada saat batuk (79,3%).

    35

  • 5/14/2018 _anak

    49/68

    c. Analisis Bivariat Karakteristik Subyek Penelitian1. Lokasi tempat tinggaJ subyekTaber 5. Sebaran subyek menurut diagnosis, hubungannya dengan penderita

    TB paru anak dan tempat kontak dengan lokasi tempat tinggal.

    Lokasi tempat tinggalNo. Karakteristik Kategori Desa Kota Total K- test1. Diagnosis SP - SP positif 11 52 63 p= 0,827(SP teridentifikasi) (73,3%) (80,0%) (78,8%)

    - SP negatif 4 13 17(SP tidak teriden- (26,7% ) (20,0% ) (21,3%)tf ikasi)15 65 80(lQO ,O %) (lO O ,O %) (100,0% )

    2. Hubungan SP - keluarga 12 52 64 p= 1,000dengan anak (80,0% ) (80,0% ) (80,0% )- bukan keluarga 3 13 16(20,0% ) (20,0% ) (20,0% )

    15 35 80(100,0% ) (100,0% ) (100,0% )3. Tempat kon tak - rumah anak 12 60 72 p=O,340SP dengan anak (80,0% ) (92,3% ) (90,0%)

    - rumah SP 3 5 8(20,0% ) (7,7% ) (10,O % l15 65 8 0(100,0% ) (100,0% (100,0%)

    Melalui tabel 5. dapat kita lihat bahwa hasil diagnosis pada subyekdidapatkan, bahwa SP yang teridentifikasi (SP+) lebih banyak baik di kota yaitu80,0% dan di desa (73,3%), meskipun secara statistik tidak terdapat hubungan yangbennakna (p=827). Huhungan SP dengan anak yang menderita TB, baik di kotamaupun di desa lebih banyak yang merupakan hubungan keluarga, sehingga tidakterdapat perbedaan bermakna secara statistik (p=l,OOO). Rumah anak lebih banyaksebagai tempat kontak pada daerah perkotaan (92,3%), demikian juga dengandaerah pedesaan (80,0%), meskipun secara statistik tidak terdapat hubungan yangbermakna (p=O,340).

    36

  • 5/14/2018 _anak

    50/68

    2. Karakteristik SP yang teridentifikasiTabel6. Sebaran SP yang teridentifikasi menurut pengetahuan, persepsl, slkap dan

    kebiasaan dengan lokasi tempat tinggal.Lokasi tempat tinggal

    No. Karakteristik Kategori Desa Kota Total K- testl. Penget ahuan TB - cukup tahu 4 35 39 p=O,114secara umum (10,3%) (89,7%) (100,0%)

    - tidak tahu 7 17 24(29,2%) (70,8%) (100,0%)11 52 63(17,5%) (82,5%) (10Q,0%)

    2. Persepsi terhadap - menyadari 4 22 26 p=0,979sakitnya (15,4%) (84,6%) (10Q,O%)

    - tidak menyadari 7 30 37(18,9%) (81,1%) (100,0%)11 52 63(17,5%) (82,5%) (100,0%)3. Sikap terhadap - sudah berobat 5 12 17 p=O,129

    sakitnya (29,4%) (70,6%) (100,0%)- belum berobat 6 40 46

    (13,0%) (87,0%) (100,0%)1 '1 5 2 63(17,5%) (82,5%) (100,0%)

    4. Kebiasaan - pernah 11 41 52 p=0,214meludah didalam (21,2%) (78,8%) (100,0%)rumah kontak

    - tidak pernah 0 11 11(0%) (100,0%) (100,0%)11 52 63(17,5%) (82,5%) (100,0%)

    5. Kebiasaan - tldak selalu 10 40 50 p=O,528menutup mulut (20,0%) (80,0%) (100,0%)saat batuk - selalu 1 12 13(7,7%) (92,3%) (100,0%)11 52- 63

    (17,5%) (82,5%) (100,0%)

    Gambaran yang tampak pada tabel 6. menunjukkan bahwa 35 dari 52 SPyang tinggal di kota (67,3%) lebih banyak yang tahu tentang penyakit TB,sedangkan 7 dari 11 (63,6%) SP yang di desa lebih banyak yang kurang tahu,namun secara statistik tidak terdapat hubungan bermakna (p=O,114). Dl kota,

    37

  • 5/14/2018 _anak

    51/68

    persepsi SP lebih banyak yang tidak menyadari akan sakitnya (57,7%), di desa jugabanyak yang tidak menyadari akan sakitnya (63,6%), walaupun secara statistik tidakdldapatkan perbedaan yang bermakna antara yang di desa dan di kota (p=O,979).SP yang di kota lebih banyak yang belum berobat (76,9%), SP di desa juga banyakyang belum berobat (54,5%). adapun SP yang sudah berobat di kota (23,0%), didesa (45,5%). SP yang belum berobat leblh banyak yang di kota, meskipunp=0,129.

    Bila dilihat dari asal tempat tinggal SP kebiasaan meludah di dalarn rumahtempat kontak tidak bermakna secara statistik, yaitu p=O,214, namun bila diamati,kebiasaan tersebut pemah dilakukan oleh seluruh $P di desa (lOO%) dan sebagianbesar SP di kota (78,8%). Demikian juga dengan kebiasaan menutup mulut saatbatuk, yang di desa lebih beser SP yang mempunyai kebiasaan untuk tidak menutupmulut saat batuk (90,9%), di kota juga lebih banyak SP yang tidak menutup mulutsaat batuk (76,9%), meskipun secara statistik belum bermakna antara yang di desadan di kota. (p=O,528).

    38

  • 5/14/2018 _anak

    52/68

    Tabel 7. Sebaran ~P menurut pengetahuan, persepsi, sikap dan kebiasaan dengantingkat soslal ekonomi keluarga.

    Sosial ekonomi Total x 2 - testNo. Karakteristik Kategori keluarga SP

    rendah menengah-atas1. Pengetahuan TB - cukup tahu 14 25 39 p=O,783secara umum (35,9%) (64,1%) (100,0%)

    - tidak tahu 7 17 24(29,2%) (70,8%) (100,0%)21 42 63(33,3%) (66,7%) (100,0%)

    2. Persepsi SP - menyadari 9 17 26 p=0,856terhadap sakitnya (34,6%) (65,4%) (100,0%)

    - tidak menyadari 12 25 37(32,4%) (67,6%) (100,0%)21 42 63(33,3%) (66,7%) (100,0%)

    3. Sikap terhadap - sudah berobat 4 13 17 p=0,482sakitnya (23,5%) (76,5%) (100,0%)

    - belum berobat 17 29 46(37,0%) (63,0%) (100,0%)21 42 63(17,5%) (82,5%) (100,0%)4. Kebiasaan - pernah 19 33 52 p=0,411

    meludah didalam (36,5%) (63,5%) (100,0%)rumah kontak

    - tidak pernah 2 9 11(18,2%) (81,8%) (100,0%)21 42 63(33,3%) (66,7%) (100,0%)

    5. Kebiasaan - tidak salalu 19 31 50 p=0,226menutup rnulut (38,0%) (62,0%) (100,0%)saatbatuk

    - selalu 2 11 13(15,4%) (84,6%) (100,0%)21 42 63(33,3%) (66,7%) (100,0%)

    Pada SP yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah lebih banyak yangcukup tahu daripada yang tidak tahu tentang penyakit TB (66,6%); SP dengantingkat sosiel ekonomi menengah ke atas juga lebih banyak yang tahu tentang TB

    39

  • 5/14/2018 _anak

    53/68

    (59,5%). Namun dari uji statistik tidak bermakna (p=O,783). Sebagian besar SPbalk dengan tingkat ekonomi menengah- atas (59,5%) maupun rendah (57,1%),memiliki persepsi tidak menyadari akan penyakitnya, dengan p=0,856. Pada SPdengan 1;ingkatsosial ekonomi menengah- atas lebih banyak yang memiliki sikapbelum berobat (29 dari 42 atau 69,0%), demikian juga pada SP dengan tingkatsosial ekonomi rendah (17 dari 21 atau 80,9% SP), meski secara statistik tidakberbeda bermakna dengan p=0,482. Menurut perilaku kesehatan yang menyangkutkebiasaan SP meludah di dalam ruang tempat kontak, SP yang berasal dari tingkatsosial ekonomi menengah-atas (78,5%) maupun rendah (90,4%) memiliki kebiasaanpernah meludah di ruang tempat kontak, p=O,44l. Mengenai kebiasaan SPmenutup mulut saat batuk, diantara SP yang mempunyai tingkat sosial ekonomimenengah- atas maupun rendah lebih didominasi oleh kebiasaan untuk tidakmenutup mulut saat :batuk (73,8% dan 90,4%), meskipun tidak bermakna secarastatistik, dengan p=0,226.

    Untuk mengetahui apakah praktek perilaku kesehatan, terutama dalamkebiasaan untuk meludah di sembarang temp at di dalam ruangan dan tidakmenutup rnulut saat batuk ada hubungannya dengan tingkat pendidikan SP danpengetahuan tentang TB secara umum SP, lihat tabe18 berikut.

    40

  • 5/14/2018 _anak

    54/68

    Tabe19. Pengetahuan TB secara umum SP dengan kebiasaan tidak menutup mulutsaat batuk di tempat kontak,

    Kebiasaanmenutup mulutNo. Karakteristik Kategori saat batuk di Total ,fRtesttemp at kontak

    selalu tldakselalu1. Pendidikan SP - dasar 27 7 34 p=l ,OOO(79,4%) (20,6%) (100,0%)

    - lanjut 23 6 29(79,3%) (20,7%) (100,0%)50 13 24(79,4%) (20,Q%) (100,0%)

    2. Pengetahuan TB - cukup tahu 29 10 39 p=0,352secara umum (74,4%) (25,6%) (100,0%)- tidak tahu 21 3 24(87,5%) (12,5%) (100,0%)

    50 13 63(82,5%) (20,6%) (100,0%)

    Seialu menutup mulut saat batuk di tempat kontak dilakukan oleh sebagianbesar SP yang mempunyai tingkat pendidikan dasar, kebiasaan tidak selalu menutupmulut saat batuk lebih banyak (53,8%) juga dilakukan pleh SP dengan tingkatpendidikan dasar, uji statistik tidak menunjukkan perbedaan bermakna, denganp= 1,000. Kebiasa.an untuk selalu menutup mulut saat batuk di tempat kontak jugamenunjukkan lebih banyak dari SP yang memiliki pengetahuan TB secara umumcukup (58,0%), kebiasaan tidak selalu menutup mulut saat batuk juga banyakdilakukan oleh SP dengan pengetahuan kurang, p=0,3S2.

    Desa dan kota merupakan lingkungan yang berbeda balk secara geografimaupun demografinya. Untuk mengetahui apakah lokasi tempat kontak, yaitu didaerah pedesaan atau perkotaan mempunyai perbedaan dalam masalahkarakteristik lingkungan dalam kaitannya dengan TB, lihat tabell0.

    42

  • 5/14/2018 _anak

    55/68

    Tabe18. Sebaran kebiasaan SP meludah di tempat kontak menurut pendidikan danpengetahuan SP tentang TB secara umum.

    Kebiasaanmeludah di rumahNo. Karakteristik Kategori kontak Total K-testpernah tidakpernah

    1. Pendidikan SP - dasar 28 6 34 p=1,OOO(82,4%) (17,6%) (100,0%)-Ianjut 24 5 29(82,8%) (17,2%) (100,0%)52 11 63(82,5%) (17,5%) (100,0%)

    2. Pengetahuan TB - cukup tahu 32 7 39 p=1,000secara umum (82,1%) (17,9%) (100,0%)- tldak tahu 20 4 24

    (83,3%) (16,7%) (100,0%)52 11 63(82,5%) (17,5%) (100,0%)

    Tergambar pada tabel diatas, bahwa kebiasaan pemah meludah di dalamrumah tempat kontak lebih banyak yang dilakukan oleh SP dari tingkat pendidikandasar (53,8%). SP yang tidak pemah rneludah di rurnah tempat kontak juga lebihbanyak yang memiliki pendidikan dasar (54,4%), secara uji statistik tidak terdapatperbedaan bermakna (p=1,000) . Demikian juga dalam kaitannya dengan tingkatpengetahuan tentang TB, dimana kebiasaan meludah di tempat kontak baik yangpemah maupun tidak pemah rnelakukan lebih banyak yang memiliki pengetahuancukup. Uji statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna (p=1,000).

    41

  • 5/14/2018 _anak

    56/68

    TabellO. Sebararilokasl tempat kontak dengan kondisi rumah.

    Lokasi tempatkontakNo. Karakteristik Kategori Desa Kota Total x?-test

    1. K ep a d ata n - sangat - cukup 7 21 28 p=D,0282hunian [sleeping padat (25,0%) [75,0%) (100,0%)density)- kurang padat 4 31 35(11,4%) (88,6%) (100,0%)11 52 63(17,5%) (82,5%) (100,0%)

    2. Luas ventilasi - kurang 5 35 40 p=O,306(12,5%) (87,5%) (100,0%)- cukup 6 17 23

    (26,1%) (73,9%) (100,0%)11 52 63(17,5%) (82,5%) (100,0%)3. Intensitas cahaya - kurang 0 2 2 p=l,OOOmatahari (100,0%) (100,0%)

    - cukup 11 50 61(18,0%) (82,0%) (100,0%)11 52' 63(17,5%) (82,5%) (100,0%)

    4. Kelembaban -sedang 4 21 25 p= l ,OOOudara (16,0%) (84,0%) (100,0%)- tinggi 7 31 38

    (18,4'7'0) (81,6%) (100,0%)11 52 63(17,5%) (82,5%) (100,0%)5. Suhu udara - sedang 6 22 28 p=0,683(21,4%) (78,6%) (100,0%)

    - tinggi 5 3Q 35(14.3%) (85,7%) (100,0%)11 52 63(17,5%) (82,5%) (100,0%)

    Di kota lebih banyak temp at kontak dengan kepadatan hunian kurang padat(59,6%), sedangkan di desa lebih banyak kepadatan huniannya sangat-cukup padat(63,6%), namun uji beda tidak menunjukkan ada hubungan bermakna secarastatistik (p=O,282) . Di kota lebih banyak tempat kontak dengan lues ventilasi kurang(67,3%); di desa lebih banyak yang memiliki luas ventilasi cukup (54,4%), meskipun

    43

  • 5/14/2018 _anak

    57/68

    tidak berbeda bermakna secara statistik (p=Q,306). Balk di desa maupun di kota,tempat kontak lebih banyak yang memperoleh intensitas cahaya matahari cukup(p= 1,000). Tempat kontak yang berlokasi di kota lebih banyak yang memiliklkelembaban udara yang tinggi (59,6%), demikian juga dengan tempat kontak yangberada di desa (63,6%), secara statistik tidak berbeda bermakna, dengan p= 1,000.Di daerah perkotaan, lebih banyak tempat kontak yang memiliki suhu udara yangtinggi(57,6%), di desa lebih banyak yang bersuhu udara sedang (54,5%)' meskidalam uji statistik nilal p=0,69$ .

    44

  • 5/14/2018 _anak

    58/68

    BAS VPEMBAHASAN

    Dari 80 anak yang menderita TB paru dan sedang diobati di RS. Dr. KariadiSemarang menunjukkan jenis kelamin anak tidak banyak berbeda antara Iaki-lakidan perempuan. Setelah dilakukan kunjungan rumah untuk mencari adanya sumberpenularan didapatkan bahwa lebih banyak anak-anak yang bertempat tinggal dikota, yaitu di pinggiran kota dan pusat kota, daripada yang tinggal di desa. Sesuaidengan data yang diperoleh dari pengukuran geografi dan demografi, kotaSemarang terdiri dari sebagian kecil saja (9,79%) daerah persawahan denganpenyebaran penduduk yang belum merata, dimana daerah Semarang Tengahmemiliki jumlah penduduk terpadat dan daerah Mijen merupakan daerah yangkepadatannya paling rendah." Penelitian di India, tahun 2003, didapatkan bahwaanak-anak yang tinggal di kota secara berrnakna mempunyai risiko lebih tinggimenderita TB daripada mereka yang tinggal di desa.35,36

    Pendidikan orang tua paling banyak adalah tingkat sekolah menengah atas.Sosial ekonomi keluarga didominasl oleh tinqkat sosial ekonomi menegah- atas(46,3%), diikuti rendah (28,8%). Menurut data ketenagakerjaan, sekitar 68,25%penduduk kota Semarang berusia produktif (15-64 tahun), sehingga angka bebantanggungan yang berarti 1 orang penduduk usia produktif menanggung 2 - 3 orangpenduduk usia tidak produktif." Menurut Enarson TB merupakan penyakitterbanyak yang menyerang negara dengan penduduk yang berpenghasilan rendah."Scsial ekonomi yang rendah akan rnenyebabkan kondisi kepadatan hunian yangtinggi dan buruknya lingkungan; selain i t u . masalah kurang gizi dan rendahnyakemampuan untuk rnendapatkan pelayanan kesehatan yang layak juga menjadiproblem bagi golongan sosial ekonomi rendah." Kepadatan hunian di tempat tinggalpenderita TB paru anak paling banyak (65%) adalah tingkat kepadatan rendah (c -0,7). Suhu tinggi diatas 30% didapat pada 62,5% dari seluruh rumah dan intensitascahaya matahari cukup dimiliki oleh seluruh rumah, namun sebagian besar (72,0%)

    45

  • 5/14/2018 _anak

    59/68

    mempunyai ventilasi kurang dari 10% dan lebih banyak rumah yang memilikikelembaban tinggi (60%). Suhu di dalam rumah erat kaitannya dengan ventilasi dankepadatan penghuni. Rumah dengan ventilasi yang kurang, apalagi denganpenghuni yang padat dan suhu yang tinggi akan berpengaruh pada kejadian T8paru. Ventilasi rumah berfungsi untuk mengeluarkan udara yang tercemar, baik C02maupun bakteri. Tidak tersedianya sistem ventilasi yang baik dalam rumah makinmembahayakan kesehatan jika di dalam rumah tersebut terdapat surnber penularanTB.2,32

    Setelah dllekukan pelacakan melalui wawancara dengan ibu/pengasuh utamaanak dan melakukan pengamatan langsung, subyek sebagai orang dewasa yangdiduga kuat sebagai sumber penularan anak dipilih. Subyek pada penelitian lniditemukan laki-Iaki (61,3%) dan perempuan (38,8%)% dengan usia paling banyakkurang atau sarna dengan 50 tahun. Ayah merupakan subyek yang paling banyak.Setelah subyek dilakukan serangkaian pemeriksaan didapatkan 63 SP yangteridentifikasi (TB dengan BTA + dan/atau klinis T8), dimana yang berada di kotalebih banyak yang teridentifikasi, demikian juga dengan yang tinggal di desa,meskipun demikian hal ini tidak bennakna secara statistik (p=O,827). MenurutCrofton, T8 paru lebih banyak terjadi pada lakl-Iaki pada usia pertenqahan." Suatupenelitian di Wuhan, China didapatkan penderita T8 paling banyak adalah laki-lakiberusia 20 - 40 tahun. Didapat TB dengan BTA + (45,8%), T8 dengan BTA -(53%) dan yang tidak terdiagnosis TB 1,2%.1

    Hubungan SP dengan anak paling banyak adalah keluarga, yaitu ayah,kakek/nenek dan ibu, dan menurut lokasi baik yang di kota maupun di desa tidakberbeda dengan uji beda p= 1,000. Rumah anak sebagai tempat kontak antara SPdengan anak baik yang di desa maupun di kota lebih banyak, walaupun p=O,340(tidak bennakna secara statistik). Berarti hal ini selaras clengan penelitian Vidal yangmendapatkan prevalensi dan insidensi tinggi 1'B terdapat pada keluarga yangterdapat sumber penularan. Pada mikroepidemik (keluarga dengan 2 orang ataulebih yang menderita T8) lebih banyak dijumpai kasus infeksi T8 beru." Sementaraltu, Akbar di Medan menemukan bahwa Bayi dan anak dengan SP + terutama

    46

  • 5/14/2018 _anak

    60/68

    dengan BTA (+) mempunyai risiko tinggi tertularnya TS terutama bila tidur dalamsatu kamar .13 :

    SP yang tinggal di kota lebih banyak yang cukup memiliki pengetahuantentang TB secara umum. SP yang tinggal di desa banyak yang tidak tahu mengenaiTB, namun demikian hal ini tidak bennakna secara statistik (p=O,114), Cukupnyapengetahuan tentang SP oleh masyarakat kota mungkin disebabkan oleh semakinbanyaknya tempat pelayanan kesehatan dan media, balk media visual ataupunsuara, yang memberikan informasi kesehatan. Dalam kaitannya dengan sosialekonomi keluarga, SP dari sosial ekonomi keluarga menengah- atas maupun rendahlebih banyak yang memiliki pengetahuan cukup tentang TB, nilai p=O,783. Hal inimenggambarkan bahwa mungkin tingkat sosial ekonomi saja tidak menjamin bahwaseseorang akan mempunyai pengetahuan yang cukup, demikian jugi;l.pengetahuanyang cukup bila tanpa diikuti dengan memahami secara lebih dalam, mengaplikasi,menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi akan tidak berpengaruh pada sikapdan perilakunya,27.34

    Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yangakan diambil merupakan tindakan praktek tingkat pertama, dan ini diartikan sebagaipersepsi." Mann dalam AVNar menjelaskan bahwa salah satu komponen kognitifadalah persepsi, yang seringkali dlsamakan dengan pandangan (opinij." SP yang dikota maupun di desa lebih banyak yang memiliki persepsi bahwa ia tidak menyadariakan sakitnya, p=O,979. Menurut tingkat sosial ekonomi SP, dari tingkat sosialekonomi menengah- atas maupun rendah lebih banyak yang tidak menyadari akansaki1nya. Secara statistik hal ini tidak berbeda bermakna (p=O,856). Sikapmerupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatustimulus atau obyek. Sikap SP yang dinilai terhadap sakitnya meliputi 2 hal, yaituadanya. keinginan berobat (sudah berobat) atau belum (belum bcrobat). Dari sikapSP yang di desa maupun di kota lebih banyak yang belum berobat, meskipun darihitungan statistik tidaklah bermakna (p=O,129). SP yang dari sosial ekonomimenengah- atas lebih banyak yang belum berobat, demikian juga dengan SP daritingkat sosial ekonomi rendah (p=O,482). Sikap seseorang dipengaruhi oleh

    47

  • 5/14/2018 _anak

    61/68

    berbagai faktor, seperti : pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggappenting, pengaruh budaya, media masa, Iembaga pendidikan atau keagamaan danfaktor emosional." Ahli psikologi, Skinner dalam A,zwar menekankan pengaruhlingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang.Kepribadian tidak lain adalah pola perilaku konsisten yang menggambarkanreinforcement (penguatan) yang kita alami. Rita memiliki pola sikap dan perilakutertentu karena kita rnendapat reinforcement untuk sikap dan perilaku kita tersebut.:3 4 Berbagai faktor yang saling berpengaruh terhadap sikap seseorang terhadappengobatan inilah yang mungkin dapat menjelaskan mengapa balk SP dengantingkat sosial ekonomi menengah- atas maupun rendah yang memiliki latar belakangyang bermacam-macam tersebut lebih banyak memiliki sikap belum berobat.

    SP yang berada di kota maupun di desa sama- sama lebih banyak yangmempunyai kebiasaan pemah meludah di dalam ruangan di tempat kontak. Dalamuji statistik hal ini tidak bermakna secara statistik (p=O,214). Sehubungan dengantingkat sosial ekonomi SP, balk yang memiliki tingkat sosial ekonomi menegah- atasmaupun rendah juga lebih banyak yang mempunyai kebiasaan pemah meludah ditempat kontak (p=0,411). SP yang di kota maupun di desa lebih banyak yangmempunyai kebiasaan untuk tidak menutup mulut saat batuk, meski p=0,528 (tidakberbeda bermakna secara statistik). Demikian pula bila ditinjau dari segi tingkatsosial ekonomi, SP dengan sosial skonomi menengah- atas maupun rendah Iebihbanyak yang tidak menutup mulut saat batuk, dengan p=O,226. Perilaku dan gejalaperilaku yang tempak pada kegiatan organisme dipengaruhi baik oleh hereditas danlingkungan. Hereditas merupakan modal untuk perkembangan perilaku makhluktersebut untuk selanjutnya, sedangkan lingkungan merupakan kondisi ataumerupakan Iahan untuk perkembangan perilaku tersebut." Penularan T8 paruterbanyak melalui 'droplet' , dalam satu semburan batuk atau melakukanpembicaraan selama 5 menit dangan SP sudah mampu mernproduksi 3000 unitkuman." Kebiasaan yang kurang baik dari SP batk di desa maupun di kota baik daritingkat ekonomi menengah- atas maupun rendah untuk menyemburkan dropletdengan meludah mungkin disebabkan oleh budaya daerah setempat, misalnya

    48

  • 5/14/2018 _anak

    62/68

    mengunyah kinang dan rnembuangnya, seperti yang terjadi pada masyarakat desadi China yang juga mernlliki angka kejadian TB yang tinggL

    Persepsi dan sikap merupakan dua hal yang erat kaitannya, yang