Upload
agusprihatono
View
586
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI KASUS
(Anak Egois)
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................ 2
C. Sasaran............................................................................... 2
D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ......................................... 3
E. Sistematika Penulisan Laporan ........................................... 3
BAB II LANDASAN TEORITIS ........................................................ 4
A. Pengertian Anak Egois ....................................................... 4
B. Ciri-Ciri Perilaku Egois...................................................... 5
C. Penyebab Sifat Egois Pada Anak ........................................ 6
BAB III IDENTIFIKASI KASUS ........................................................ 8
A. Identitas Anak.................................................................... 8
B. Riwayat Anak..................................................................... 9
BAB IV PELASANAAN BIMBINGAN KONSELING ....................... 11
A. Diagnostik Kasus ............................................................... 11
B. Treatment dan Layanan Yang Diberikan............................. 11
C. Hasil Treatment dan Layanan ............................................. 12
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 13
A. Kesimpulan........................................................................ 13
B. Saran.................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa ahli psikologi perkembangan mengatakan, masa paling penting
dalam membentuk kepribadian seseorang adalah antara 0-5 tahun. Jadi, tidak
dalam kandungan maupun setelah masa kanak-kanaknya telah lewat. Selama masa
kanak-kanak itulah dasar-dasar kepribadian ditanamkan. Anak yang dilahirkan
dengan sejumlah naluri perlu dikembangkan agar dapat hidup dengan baik dan
berguna dalam masyarakatnya. Dengan kasih sayang, perhatian, belaian,
bercakap-cakap, dan bermain dengan si kecil, secara perlahan-lahan. Selain itu,
anak juga perlu diperkenalkan pada nilai-nilai luhur dan kebiasaan yang baik.
Orangtua dan guru perlu melarang hal-hal yang tidak baik, bahkan kalau
perlu menghukum jika larangan sudah tidak mempan lagi, sesuai umur anak, dan
membimbing anak ke arah yang baik. Anak perlu dilatih untuk menghargai orang
lain dan bersikap sopan santun, sambil menerapkan moral yang tinggi di rumah.
Seperti jangan asal janji bila tidak bisa memenuhinya, jika kakaknya sedang tidur,
ajak anak main tanpa teriak-teriak atau kecilkanlah suara televisi, sambil
menyebutkan alasannya (belajar menghargai orang lain dan respek pada
kebutuhannya).
Jika orangtua terlalu sibuk, malas, terlalu mengikuti kemauan anak, atau
saling bertentangan dalam mendidik anak, anak dapat kehilangan arah, jadi
cenderung bersikap "semau gue", alias jadi egois atau mau menang sendiri.
2
Apakah sikap egois bisa diperbaiki? Jika masih kecil lebih mudah
diperbaiki, tetapi, kalau sudah remaja, apalagi dewasa, jauh lebih sukar. Seorang
psikolog dan ahli pendidik James Dobson berkata dalam bukunya Dare to
Dicipline: "Psikolog yang menghadapi remaja yang tidak mempunyai respek sama
sekali terhadap orangtuanya, sebab orangtuanya terlalu memanjakan dia sampai
membiarkan anak terus "menang", sampai tidak terkendali lagi, adalah bagai
dokter yang berhadapan dengan pasien penderita kanker ganas." Sukar diperbaiki
lagi. Untuk itulah dibutuhkan suatu penanganan secara dini untuk mengatasi sifat
egois pada anak.
B. Tujuan
Kegiatan bimbingan dan konseling untuk anak ini memiliki dua tujuan
utama. Pertama adalah sebagai sarana pembelajaran dalam melakukan bimbingan
dan konseling khususnya bagi penulis yang tengah mempelajari mata kuliah
Bimbingan Konseling Untuk Anak Usia Dini. Yang kedua, untuk membantu anak
yang menjadi sasaran bimbingan, yaitu dengan memberikan treatmen yang sesuai
dengan permasalahan yang dialaminya.
C. Sasaran
Bimbingan konseling yang dilakukan kali ini ditekankan bagi anak yang
memiliki sifat egois dan mau menang sendiri. Anak yang menjadi sasaran adalah
anak usia dini (anak TK).
3
D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan bimbingan konseling untuk anak dengan gangguan pemusatan
perhatian kali ini, dilakukan di TK Cempaka Desa Golat Kecamatan
Panumbangan. Waktu pelaksanaan pada bulan Juni 2009.
E. Sistematika Penulisan Laporan
Laporan Studi Kasus ini dimulai dengan Bab I Pendahuluan yang berisikan
Latar Belakang, Tujuan, Sasaran, Tempat dan Waktu Pelaksanaan serta dijelaskan
mengenai Sistematika Penulisan Laporan untuk mempermudah penjelasan dan
alur penulisan laporan.
Bab II Landasan Teoritis, yang akan memperkuat dan sebagai landasan
dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dan penulisan lapporan. Bab ini
membahas mengenai pengertian, ciri-ciri, dan penyebab sifat egois pada anak.
Bab III Identifikasi Kasus, yang akan menjelaskan identitas anak dan
riwayat perkembangan anak.
Bab IV Pelaksanaan Bimbingan Konseling, yang akan menyajikan layanan
atau tindakan (treatment) yang dilakukan beserta hasil yang diperoleh dari
treatment tersebut.
Bab VI Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan dan saran berkaitan
dengan kegiatan yang telah dilakukan.
4
BAB II
LANDASAN TEORITIS
(Anak Egois)
A. Pengertian Anak Egois
Secara alamiah sifat egois timbul pada anak usia 2 tahun karena pada usia
tersebut mereka mempunyai karakter egosentris. Mereka melihat segala sesuatu
dari sudut pandangnya dan belum mampu melihat dari kaca mata orang lain.
Sehingga seringkali jika mereka menginginkan sesuatu hal, harus dipenuhi saat itu
juga. Mereka tidak memperdulikan apakah keinginannya merugikan orang lain
atau tidak. Mereka juga tidak peduli jika orang lain menangis akibat perbuatannya
mengambil secara paksa dari orang lain. Yang penting apa yang dia inginkan dan
apa yang dia suka diperolehnya. Bahkan untuk memuluskan keinginannya, kadang
dia mengeluarkan senjata ampuh dengan menangis, berteriak bahkan berguling-
guling di lantai.
Namun sebaliknya, jika dia mempunyai sesuatu ataupun kesenangan, maka
dia enggan berbagi. Dia ingin menikmati sendiri barang yang dimilikinya. Bahkan
milik orang lain pun kadang diakui sebagai miliknya jika dia menginginkannya.
Dia tidak ingin orang lain mengganggu kesenangannya. Anak egois maunya
menang sendiri.
Michele Borba, Ed.D., dalam bukunya Don’t Give Me that Attitude!:
24 Selfish, Rude Behaviors and How to Stop Them menjelaskan bahwa anak-anak
yang selfish alias egois adalah anak-anak yang tidak senang menjadi bagian dari
sekitarnya. Mereka selalu menginginkan segala sesuatu sesuai dengan cara
5
mereka, meletakkan kebutuhan dan urusan mereka di atas yang lainnya, dan
jarang sekali mempertimbangkan perasaan orang lain. Itulah sebabnya, mereka
berusaha membuat orangtuanya percaya bahwa perasaan mereka lebih penting
dibandingkan perasaan dan kebutuhan orang lain.
Sudah tentu anak egois ini perlu disadarkan dan diperbaiki sikapnya. Anak
perlu diingatkan bahwa di samping dirinya, ada juga anak-anak lain yang sama-
sama kita cintai. Ia perlu didorong agar mengembangkan sikap-sikap baik seperti
tidak mementingkan diri sendiri, pemurah, dan penuh perhatian.
Menurut Heribertus Gunawan, anak yang egois hanya peduli dengan dirinya
sendiri, hanya berfokus pada kesejahteraan dirinya sendiri tanpa peduli orang lain.
Anak usia prasekolah umumnya masih egosentris karena dunianya masih terpusat
pada dirinya sendiri, karena merasa dirinya dan dunia sekitarnya adalah satu.
Dra. Risa Kolopaking, psikolog dari RSIA Hermina Bekasi menjelaskan
bahwa anak balita dikatakan memiliki sikap egois yang tinggi karena setiap
kegiatan yang dilakukan masih terpusat pada dirinya sendiri. Sifat individunya
masih sangat dominan. Ini terlihat dari cara dia yang selalu mendahulukan dirinya.
Begitu juga kalau ingin sesuatu dan tak dituruti, anak akan menangis. Itu yang
membuatnya disebut egois. Padahal, anak sendiri sebenarnya masih belum paham,
perbuatannya disukai atau tidak oleh orang lain.
B. Ciri-ciri Perilaku Egois
Pada anak usia prasekolah perilaku egois bila sekali-sekali muncul masih
dapat dikatakan wajar, tetapi bila dilakukan dalam frekuensi dan intensitas yang
6
tinggi digolongkan pada perilaku bermasalah. Ciri-ciri perilaku egois yang
melebihi batas normal/bermasalah diantaranya adalah sebagai berikut :
• Anak kurang mampu mengontrol diri/emosi, cenderung agresif;
• Harga diri dan empati kurang berkembang;
• Memiliki sikap penuntut;
• Kualitas hubungan sosialnya buruk, sulit menjalin relasi dengan anak lain;
• Memandang orang lain secara negatif;
• Sering merebut mainan / barang yang dipegang oleh temannya;
• Enggan untuk berbagi kesenangan, mainan, atau makanan dengan orang lain;
• Suka merajuk atau menangis / merengek-rengek jika keinginannya tidak
segera dituruti.
C. Penyebab Sifat Egois Pada Anak
Penyebab perilaku egois biasanya karena perlakuan dan pola asuh orang
tua/pengasuh yang tidak tepat (misalnya kasih sayang orang tua yang berlebihan
atau kurang, sikap orang tua yang permisif, tidak menanamkan disiplin, moral dan
tanggung jawab yang diperlukan anak sebagai pengarah dalam berperilaku). Sifat
egois bukanlah sifat bawaan atau keturunan, tapi masalah pembiasaan.
Perkembangan sosial seorang anak dipengaruhi oleh lingkungannya, baik dari
orang tua maupun orang-orang di sekitarnya. Berikut beberapa faktor mengapa
anak bersifat egois :
• Perhatian yang berlebihan. Pemujaan kepada anak secara berlebihan membuat
orang tua memanjakan anak dengan cara memenuhi segala keinginannya.
Sehingga anak terbiasa mendapatkan apapun tanpa usaha dan perjuangan
7
terlebih dahulu. Anak juga tidak terbiasa mengembangkan rasa toleransi dan
sabar kepada orang lain. Anak tidak diajari untuk menunda kepuasan atau
mendapatkan sesuatu sebagai hadiah dari usaha yang keras. Kemudahan
mendapatkan sesuatu tanpa perlu usaha membuat anak mengambil kesimpulan
bahwa ia bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan dengan mudah saat itu
juga.
• Perlindungan yang berlebihan. Dalam menunjukkan rasa sayang kepada anak,
seringkali orang tua memberi perlindungan yang berlebih dari berbagai
macam kegagalan dan kesalahan. Rasa kekhawatiran yang mendalam juga
membuat orangtua menghindarkan anak mereka dari pekerjaan-pekerjaan
yang sebenarnya bisa dilakukan anak seusianya. Karena khawatir baju anak
kotor, orang tua menyuruh pembantu untuk selalu menyuapi makan. Karena
khawatir diganggu teman di taman, orang tua menyuruh pengasuh untuk
selalu berada di dekat sang anak dan siap melayani. Maka anak akan terbiasa
menyuruh-nyuruh orang seperti yang telah dicontohkan orang tuanya, bahkan
untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana yang sebenarnya bisa dia lakukan.
• Anak yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus (misalnya anak yang
sering sakit-sakitan), sering kali mendapatkan perhatian khusus. Jika tidak
hati-hati anak seperti ini bisa tumbuh menjadi anak yang egois, karena dia
menganggap semua harus dipusatkan pada dia. Itulah sebabnya salah satu ciri
juga anak-anak yang egois adalah dia menganggap diri sebagai kasus khusus,
artinya keinginannya harus didahulukan sebab dia merupakan kasus
perkecualian.
8
BAB III
IDENTIFIKASI KASUS
A. Identitas Anak
a. Data Anak
Nama : Fitri Lisnawati
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : Ciamis, 24 September 2004
Anak ke : 1
Agama : Islam
Nama Sekolah : TK Cempaka Desa Golat
Kelas : A
Alamat : Desa Golat
b. Data Orangtua
Nama Ayah (kandung) : Imam Buchori
TTL : Ciamis, 5 April 1980
Agama : Islam
Pendidikan : STM
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Golat
Nama Ibu (kandung) : Ai Neni
TTL : Ciamis, 10 Oktober 1981
Agama : Islam
Pendidikan : SMEA
9
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Golat
B. Riwayat Anak
a. Riwayat Kelahiran
Kehamilan
Mengalami keguguran sebelumnya ? Tidak
Merasa bingung/ sedih/ kesal karena : Tidak
Anak tergolong yang diinginkan ? ya/ tidak/ tidak tahu : Ya
Kelahiran
Umur kandungan : Cukup
Saat kelahiran : Biasa dengan cara : operasi sesar
Tempat kelahiran : Di rumah sakit
Ditolong oleh : dokter
Berat badan bayi : 2,9 Kg Panjang badan bayi : ……......
b. Riwayat Makanan
Menetek ibu hingga umur : 20 bulan
Minum susu kaleng dari umur : 20 bulan hingga sekarang
Kualitas makanan : Cukup
Kuantitas makanan : Cukup
Kesukaran pemberian makanan berupa : ...........
c. Riwayat Perkembangan Fisik
Telungkup : ........ bulan; duduk : ........ bulan; berdiri : ........ bulan;
berjalan : ........ bulan
10
Berbicara kata-kata pertama : ........bulan
Berbicara dengan kalimat lengkap : ........bulan
Kesulitan dalam berbahasa : .......... Bulan
Kesulitan dalam gerak : ........... bulan
Riwayat kesehatan : ...........
Anak mudah sakit : ...........
Pernah dirawat selama: ........... karena sakit : ...........
Memiliki penyakit yang sering kambuh: ...........
d. Faktor Sosial dan Personal
Hubungan dengan saudara (kandung/ tiri/ angkat) : ..........
Hubungan dengan teman : Kurang
Hobi : ...........
Minat : ...........
Aktivitas rekreasi : Bermain
Sikap orangtua terhadap anak : Baik
Penerimaan dan tanggungjawab : Cukup
Sikap terhadap masalah belajar : Cukup
e. Riwayat Pendidikan
Masuk TK umur : 4 tahun
Kesulitan / Masalah Anak : Egois / Mau menang sendiri
Bantuan yang pernah diterima anak : Belum
Sikap anak terhadap guru : cukup
Sikap anak terhadap sekolah : Cukup
11
BAB IV
PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING
A. Diagnostik Kasus
Dari observasi yang dilakukan, kasus ini memperlihatkan berbagai tanda-
tanda sifat egois dan mau menang sendiri. Seringkali anak merebut paksa mainan
yang sedang digunakan oleh temannya.
B. Treatment dan Layanan Yang Diberikan
Dalam studi kasus kali ini beberapa bentuk treatment/layanan yang penulis
lakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan berpedoman pada pendapat
Charles E. Schaefer, Ph.D dan Howard L. Millman, Ph.D. dalam bukunya ”How
to Help Children with Common Problems”, yaitu sebagai berikut :
a. Mengajarkan empati dengan role playing.
Boneka tangan atau boneka biasa bisa dimanfaatkan sebagai alat yang efektif
untuk menarik perhatian anak, sambil menyampaikan pesan-pesan yang
tersembunyi dalam cerita, seperti empati pada orang lain, berbagi, bersabar,
mengantri, tidak memaksakan kehendak, tidak menang sendiri, menghargai
orang lain, dan nilai-nilai yang lain.
b. Memberi contoh, bicara dan perilaku peduli.
Mendorong orang tua untuk menjadi teladan bagi anaknya. Usahakan agar
anak melihat saat orangtua / guru membantu orang tidak mampu, memberi
makan pada pengemis, dan berbagi pada tetangga. Dengan demikian mereka
12
akan belajar bahwa di sekitarnya ada orang-orang yang membutuhkan
bantuan.
c. Menunjukkan akibat negatif dari sifat egois.
Sampaikan pesan dalam bahasa yang sederhana. Katakan dalam bahasa yang
positif seperti :”Kalau kamu senang merebut, teman-teman tidak mau lagi
bermain denganmu.” Anak-anak paling tidak senang kehilangan teman. Jadi
tunjukkan akibatnya jika dia berlaku egois.
d. Beri penguatan terhadap tindakan anak yang tidak mementingkan diri sendiri.
Kita harus buka mata pasang telinga untuk memergoki sebanyak mungkin
‘momen prestasi’ anak : misalnya saat ia mau menemani adiknya bermain,
saat ia bersedia meminjamkan mainannya pada temannya, dll. Jangan lupa
menjelaskan perbuatan mana yang merupakan momen prestasi anak, agar anak
memahami kebaikan apa yang telah ia lakukan dan dampaknya Misalnya,
“Dengar nggak adik tertawa waktu kamu bilang mau menemaninya bermain?
Kamu membuat adik gembira!” Penguatan juga bisa berupa ucapan terima
kasih. “Terima kasih ya, sudah meminjamkan mainan pada adik.”
C. Hasil Treatment dan Layanan
Dari serangkaian treatment / bimbingan yang diberikan, anak sudah
menunjukkan suatu perubahan positif seperti berikut :
• Anak sesekali sudah mau berbagi / meminjamkan mainannya;
• Anak sudah jarang merebut barang / mainan temannya;
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
• Pada anak usia prasekolah perilaku mau menang sendiri / egois bila sekali-
sekali muncul masih dapat dikatakan wajar, tetapi bila dilakukan dalam
frekuensi dan intensitas yang tinggi digolongkan pada perilaku bermasalah.
• Ciri-ciri perilaku egois mau menang sendiri yang melebihi batas
normal/bermasalah terlihat dari perilaku anak yang kurang mampu mengontrol
diri/emosi, cenderung agresif, harga diri dan empati kurang berkembang,
memiliki sikap penuntut, dan kualitas hubungan sosialnya buruk.
• Penyebab perilaku egois biasanya karena perlakuan dan pola asuh orang
tua/pengasuh yang tidak tepat (kasih sayang orang tua yang berlebihan atau
kurang, sikap orang tua yang permisif, tidak menanamkan disiplin, moral dan
tanggung jawab yang diperlukan anak sebagai pengarah dalam berperilaku).
• Penanganan yang diperlukan bagi anak yang mau menang sendiri adalah
mengajar dan melatihkan perilaku yang diinginkan, yaitu bisa kontrol diri,
menunda keinginan, menerima kekecewaan, menumbuhkan empati dan harga
diri, dan kata hati. Pemberian kasih sayang, perhatian dan pujian dalam
takaran yang cukup dan waktu yang tepat.
B. Saran
Untuk menangani sifat egois pada anak orang tua sebaiknya :
• Menjadi teladan bagi anak dengan perilaku sehari-hari yang toleran dan peduli
dengan sekitar.
14
• Memberi penguatan pada anak untuk perubahan perilaku anak, sekalipun
sedikit. Contoh: ”Subhanallah, puteri ummi sekarang mau meminjamkan
mainan ke teman-temannya”.
• Menjelaskan alasan mengapa ada anak yang tidak disukai oleh teman-
temannya dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Contoh: “Kasihan ya,
si Andi, teman-temannya jarang yang main ke rumahnya lagi, karena Andi tak
mau berbagi mainan.
• Menghindari melabel/mencap anak secara negatif. Contoh : ”Kamu ini pelit
banget, sih”.
• Tidak memanjakan anak dan menuruti segala kemauannya dengan dasar
ungkapan sayang.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Rangkuman Mata Kuliah: PGTK2404 Penanganan Anak
Berkelainan (Anak dengan Kebutuhan Khusus). http://pustaka.ut.ac.id/
Anonim. 2008. Rangkuman Mata Kuliah: PGTK2103 Metode Pengembangan
Sosial Emosional. http://pustaka.ut.ac.id/
Anonim. 2005. Artikel: Egoisnya Anakku. http://www.parentsguide.co.id/
Deliana, Srimaryati dan Sutadi Rusda Koto. 1994. Permasalahan Anak TK.
Semarang : FIP IKIP Semarang.
Heribertus Gunawan. 27 Desember 2007. Artikel: Deteksi Dini Masalah Anak
Usia Pra Sekolah. http://sanmariannkatekese.blogspot.com/2007/12/deteksi-
dini-masalah-anak-usia-pra.html
Lara Fridani, S.Psi, M.Psych. 23 Maret 2009. Artikel: Mengatasi Anak Egois.
http://www.mutiara-hati.com/mengatasi-anak-egois.html
Rodin Daulat, 15 Desember 2001. Artikel: Mencegah Si Kecil Tak Jadi Egois.
Jakarta: Tabloid Nakita Nomor 141, Tahun III.
Suryadi, Drs. 2007. Cara Efektif Memahami Perilaku Anak Usia Dini.
Singgih D. Gunarsa, Dra. 1978. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta : BPK
Gunung Mulia.