13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Istilah narkotik sering digunakan dalam hubungannya dengan golongan obat ini, dan istilah ini merupakan istilah yang tepat karena narcosis berarti juga sebagai statu keadaan stupor atau keadaan penurunan kesadaran. Sedangkan istilah opiat dan analgesik opioid merupakan istilah yang lebih tepat, karena termasuk obat yang menghilangkan nyeri tanpa menyebabkan tidur atau kehilangan kesadaran. Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja dan efek sampingnya, Analgetika dibedakan dalam dua kelompok, yaitu : 1. Analgetika Opioid (Analgetika yang berkhasiat kuat dan bekerja pada sistem saraf pusat). Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain,golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Yang termasuk golongan obat opiod ialah : -obat yang berasal dari opium-morfin - senyawa semisintetik morfin - senyawa sintetik yang berefek seperti morfin Obat yang mengantagonis efek opioid disebut antagonis opioid. Reseptor tempat terikatnya opioid di sel otak disebut reseptor opioid. Atas dasar kerjanya 1

Analgesik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

anal gesek

Citation preview

Page 1: Analgesik

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah narkotik sering digunakan dalam hubungannya dengan golongan obat

ini, dan istilah ini merupakan istilah yang tepat karena narcosis berarti juga sebagai

statu keadaan stupor atau keadaan penurunan kesadaran. Sedangkan istilah opiat dan

analgesik opioid merupakan istilah yang lebih tepat, karena termasuk obat yang

menghilangkan nyeri tanpa menyebabkan tidur atau kehilangan kesadaran.

Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja dan efek sampingnya, Analgetika

dibedakan dalam dua kelompok, yaitu :

1. Analgetika Opioid (Analgetika yang berkhasiat kuat dan bekerja pada sistem

saraf pusat).

Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti

opium atau morfin. Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang

lain,golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa

nyeri.

Yang termasuk golongan obat opiod ialah :

-obat yang berasal dari opium-morfin

- senyawa semisintetik morfin

- senyawa sintetik yang berefek seperti morfin

Obat yang mengantagonis efek opioid disebut antagonis opioid. Reseptor

tempat terikatnya opioid di sel otak disebut reseptor opioid. Atas dasar kerjanya pada

reseptor opioid maka obat- obat yang tergolong opioid dibagi menjadi :

1. Agonis opioid menyerupai morfin, yaitu yang bekerja sebagai

agonis terutama pada reseptor µ, dan mungkin pada reseptor k ( contoh :

morfin)

2. Antagonis opioid , yaitu yang tidak memiliki aktivitas agonis

pada semua reeseptor ( contoh : nalokson)

3. Opioid dengan kerja campur :

Agonis- antagonis opioid, yaitu yang bekerja sebagai

agonis pada beberapa reseptor dan sebagai antagonis atau agonis lemah

pada reseptor lain ( contoh : nalorfin, pentazosin)

Agonis parsial (contoh : buprenorfin)

1

Page 2: Analgesik

2. Analgetika Non Opioid

Efek analgetika golongan Non opioid ini jauh lebih lemah daripada efek

analgetika opiat. Tetapi berbeda dengan opiat, golongan ini tidak menimbulkan adiksi

(ketagihan) dan tidak menimbulkan efek samping sentral yang merugikan.

Analgetika Non opioid ini bekerja pada perifer dengan sifat antipiretik, antiinflamasi

dan antirematik. Golongan analgetika ini memiliki spektrum kerja yang mirip satu

sama lain walaupun struktur kimianya berbeda-beda.

Secara umum, analgesik non opioid dapat dibagi dalam beberapa kelompok,

yaitu:

1) Turunan anilin, yaitu: fenasetin dan parasetamol.

2) Salisilat, yaitu: asetosal, salisilamida, benorilat,dan salsalat.

3) Penghambat prostaglandin/antiinflmasi non steroid (AINS), yaitu: diklofenak,

fenklofenak, fenoprofen, ibuprofen, ketoprofen, naproksen, asam tioprofenat,

indometasin, sulindak, tolmetin, asam mefenamat, piroksikam dan tenoksikam.

4) Turunan asam antranilat, yaitu: asam niflumat, glafenin, dan floktafenin.

5) Turunan pirazolon, yaitu: aminofenazon, propifenazon, oksifenbunazon dan

metamizol.

2

Page 3: Analgesik

PETHIDINE

Sinonim:

Isonipecaine,Meperidine

Chemical data

Formula C15H21N O 2 

Mol.

weight247.33

Pharmacokinetic data

Bioavailab

ilityvariable

Protein

binding65-75%

Metabolis

mLiver

Half life 3-5 hours

Excretion Renal

Therapeutic considerations

Pregnancy

cat. C(AU) C(US)

Legal

statusS8(AU) Class

A(UK) Schedule II(US)

Routes oral, IV, IM

3

Rumus kimia Pethidine

Page 4: Analgesik

Pethidine adalah obat analgesic ( pereda nyeri) juga sebagai obat anti

spasmodic,dimana obat ini akan membantu relaksasi. Sebenarnya pethidine ini mirip

dengan morphin karena merupakan bentuk sintetis dari morphin

Kelas obat

Narcotic agonist analgesic

4

Page 5: Analgesik

Mekanisme Kerja Pethidine

Bekerja agonist spesifik pada reseptor opioid di CNS untuk produksi

analgesia,euphoria,sedasi. Reseptor ini menghasilkan efek yang sama pada dari

peptida opioid endogen seperti enkephalin,endofrin dan dinorfin.

Efek dari Pethidine

1. Menghilangkan rasa nyeri(oral, parenteral)

2. Tindakan Preoperasi, pemberian anesthesia, untuk menolong persalinan

(parenteral)

Kontraindikasi Pethidine

1. hypersensitivitas terhadap narkotik

2. diare karena keracunan

3. Bronchial asthma, COPD, cor pulmonale, respiratory depression,

anoxia

4. Kyphoscoliosis

5. Acute alcoholism

6. Increased intracranial pressure

7. Pregnancy

Efek merugikan Pethidine

CNS: pusing, rasa malas, sedation, euphoria, dysphoria, delirium, insomnia,

agitation, anxiety, ketakutan, halusinasi, disorientation, mengantuk, lethargy,

gangguan mental dan fisik, koma, perubahan perasaan, capek, sakit kepala,

tremor, convulsions, miosis, visual disturbances, menekan reflex batuk

GI: Nausea, vomiting, mulut kering, anorexia, konstipasi, spasme saluran

empedu, meningkatkan motilitas colon pada pasien dengan ulkus colon kronis

CV: wajah kemerahan, kolaps sirkulasi perifer, tachycardia, bradycardia,

arrhythmia, palpitations, kaku dinding dada, hypertension, hypotension,

orthostatic hypotension, syncope

5

Page 6: Analgesik

GU: spasm uretra, spasm sphincter dari vesica urinaria, retensi urine, oliguria,

antidiuretic, mengurangi libido

Kulit: Pruritus, urticaria, laryngospasm, bronchospasm, edema

Local: iritasi jaringan dan induration (SC injection)

Bahaya utama : depresi pernapasan, apnea, depresi sirkulasi, gagal napas,

shock, gagal jantung

Lainnya: berkeringat, ketergantungan secara psikologis.

FARMAKODINAMIK

Pemakaian obat ini akan menimbulkan beberapa efek pada beberapa tempat, antara

lain :

Susunan saraf pusat akan menimbulkan efek analgesia, sedasi , euforia,

depresi napas dan efek sentral lain.

1. Analgesia

Efek analgetik mulai timbul 15 menit setelah pemberian oral dan

mencapai puncak dalam 2 jam. Akan tetapi pemberian subkutan atau

intramuskulus akan memberi efek lebih cepat yakni dalam 10 menit,

mencapai puncak dalam waktu 1 jam dan masa kerjanya 3- 5 jam.

2. Sedasi, euforia dan eksitasi

Pada dosis ekuianalgesik, sedasi yang terlihat sama dengan sedasi pada

morfin. Berbeda dengan morfin, dosis toksik meperidine kadang- kadang

menimbulkan perangsangan SSP misalnya termor, kedutan otot dan

konvulsi. Dimana efek ini disebabkan oleh metabolitnya yaitu

normeperidine. Pemberian meperidine pada pasien yang menderita nyeri

atau cemas akan menimbulkan euforia.

3. Saluran Napas

Dimana menimbulkan depresi napas sama kuat dengan morfin dan

mencapai puncaknya dalam 1 jam setelah suntikan IM. Kedua obat ini

menurunkan kepekaan pusat napas terhadap CO2 dan mempengaruhi

pusat yang mengatur irama napas dalam pons.

4. Efek neural lain

Pemberian secara sistemik menimbulkan anestesia kornea,dengan

akibatnya menghilangkan reflex kornea. Tetapi tidak mempengaruhi

diameter pupil dan reflex pupil.

6

Page 7: Analgesik

Sistem kardiovaskuler

Dapat menaikkan kadar CO2 darah akibat depresi napas; kadar CO2 yang tinggi

ini menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak sehingga timbul kenaikkan

tekanan cairan serebrospinal

Otot polos

* saluran cerna

Efek spasmogenik meperidin terhadap lambung dan usus kecil lebih lemah

daripada morfin. Menimbulkan spasme saluran empedu. Karena tidak

menimbulkan konstipasi sekuat morfin sehingga tidak berguna untuk

pengobatan simtomatik diare

* otot bronkus

Dalam dosis besar menimbulkan bronkokonstriksi

* ureter

Menyebabkan peristaltik ureter berkurang karena disebabkan berkurangnya

produksi urin akibat dilepaskannya ADH dan berkurangnya laju filtrasi

glomerulus

* uterus

Dosis terapi yang diberikan sewaktu partus tidak memperlambat kelangsungan

partus dan tidak mengubah kontraksi uterus. Meperidin tidak menganggu

kontraksi atau involusi uterus pasca persalinan dan tidak menambah frekuensi

pendarahan pasca persalinan

FARMAKOKINETIK

Absorpsi meperidin setelah cara pemberian apapun berlangsung baik. Akan tetapi

kecepatan absorpsi mungkin tidak teratur setelah suntikan IM. Kadar puncak dalam

plasma dicapai dalam 45 menit.

Setelah pemberian secara oral,sekitar 50% obat mengalami metabolisme lintas

pertama dan kadar maksimal dalam plasma tercapai dalam 1-2 jam.

Setelah pemberian intravena,kadarnya dalam plasma menurun secara cepat dalam 1-2

jam pertama,kemudian penurunan berlangsung dengan lambat.

Kurang lebih 60 % meperidine dalam plasma terikat protein. Metabolismenya

berlangsung didalam hati. Pada manusia meperidine mengalami hidrolisis menjadi

asam meperidinat yang kemudian sebagian mengalami konjugasi. N-demetilasi

7

Page 8: Analgesik

menghasilkan normeperidin, yang kemudian dihidrolisis menjadi asam

normeperidinat, dan seterusnya asam ini dikonjugasi pula. Masa paruh meperidin ± 3

jam.

Antrain

Antrain atau zat yang mmpunyai nama lain metamizole [2,3-dihydro-1,5-

dimethyl-3-oxo-2-phenyl-1H-pyrazol-4-yl methylamino] methanesulfonate.

Metamizole adalah analgesik non-opiad yang sangat efektif jika dibandingkan

dengan dipyrone, analgin, dan novalgin, dan memiliki efek samping seperti derivat

pirazolone. Belakangan ini metamizole dalam pemakaiannya dikombinasikan dengan

agen spasmolitik.selain memiki efek analgesik yang kuat, obat ini ternyata juga

memiki efek antipiretik dan spasmolitik, tanpa pengaruh pada anticholinergiknya.

Efek spasmolitik bekerja pada otot polos seperti spincter oddi, tractus urinarius,

kantung empedu seperti efek yang ditimbulkan oleh butilscopolamine. Tidak seperti

pada aspirin dan NSAIDs lainnya obat ini tidak memiliki efek anti inflamasi. Obat ini

tidak berefek pada CNS, kardiovaskular, ginjal dan fungsi metabolisme, namun

memiki efek pada proses agregasi platelet (efek yang serupa pada aspirin).

Metamizole merupakan prodrug yang tidak efektif sebelum dikonversi kedalam

bentuk aktif metabolisme yaitu (4-methylaninoantipyrine and 4-aminoantipyrine)

dalam tubuh. Metamizole sangat mudah diabsorbsi saat berada di usus halus dalam

bentuk aktif metabolisme, sehingga obat tidak dijumpai pada aliran darah. Metabolit

aktif memliki konsekuensi inefektif metabolit yang mencakup hubungan dengan

derivat asetil, yaitu acetylation phenotypes. Pada terapi, metamizole dapat digunakan

sebagai sebagai analgesik, nyeri pasca operasi, Patients Controlled Analgesia (PCA),

nyeri akibat kanker, nyeri yang spesifik seperti nyeri akibat trauma, nyeri miokard

infark, trauma craniocerebral dan diagnosa invasif. Pada nyeri neuromuscular, sakit

kepala dan migran, efek spasmolitiknya berhubungan dengan efek analgesik yang

kuat yang berguna pada serangan akibat kolik. Saat ini metamizole digunakan sebagai

antipiretik pada anak-anak dan dewasa. Dengan efek samping yang sangat minimal.

Saat metamizole dikonsumsi bersamaan dengan cyclosporine kandungan kedua obat

ini sangat terkontrol dalam pembuluh darah.

8

Page 9: Analgesik

Pada pemberian antrain tidak memerlukan dosis yang sangat tinggi

dibandingkan dengan jenis obat-obatan lainnya, contohnya clozapine, dimana obat ini

memiliki kecepatan 50 kali lebih tinggi dalam memicu agranulocytosis. Akan tetapi

pada saat yang sama meningkatkan resiko dalam pemakaian obat tersebut dan apabila

dosis berlebihan akan menyebabkan efek analgesik yang berlebihan terutama untuk

obat alternatif lainnya seperti aspirin, paracetamol, dan ibuprofen.

Keterangan mengenai Antrain

Nama : Antrain

Generik : Natrium Metamizol

Indikasi : Untuk menghilangkan nyeri terutama kolik dan setelah

operasi

Kontra indikasi :

Gangguan jiwa berat, kecenderungan perdarahan, porfiria, hipersensitif

terhadap derivat Pirazolon.

Hamil dan menyusui.

Tekanan darah kurang dari 100 mmHg.

Bayi berusia kurang dari 3 bulan atau dengan berat badan kurang dari

5kg.

Perhatian :

Monitor fungsi hati dan hitung darah pada penggunaan jangka

panjang atau terus-menerus.

Riwayat gangguan formasi darah, kerusakan fungsi hati atau

ginjal.

Tidak boleh digunakan untuk nyeri otot pada flu, reumatisme,

lumbago (sakit pinggang), bursitis, sindroma bahu-lengan.

Usia lanjut, epilepsi, penyakit hati, ginjal dan kardiovaskuler,

depresi pernapasan, miasternia gravis, reaktifitas silang dengan Aspirin.

Interaksi obat : Klorpromazin, Simetidin, Alkohol, dan depressan susunan

saraf pusat lainnya.

Efek Samping :

9

Page 10: Analgesik

Mengantuk, amnesia, ketergantungan obat, pandangan kabur, hipotensi,

agranulositosis, reaksi alergik.

10