15
Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN 72 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI (Capsicum annum L) PADA BEBERAPA SALURAN PEMASARAN DI KOTA MADIUN : Indah Rekyani Puspitawati 1) , Ratna Mustika Wardhani 2) 1),2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun Abstract The critical role of vegetables as food is contribution to vitamins and minerals, but it is also a source of some vegetable protein and calories. Needs or level of consumption of vegetables each year is estimated to increase by about 5.7% due to the increasing population and increasing public awareness of the importance of nutrition. To meet the needs of particular vegetable consumption is not only focused on quantity terms, but also in terms of quality, such as shape, form, fresh, interesting and not disabled. In line with government efforts to increase food production through the improvement of vegetable chili cultivation also needs to be encouraged. This is due to the chili (Capsicum annum L.) have enormous benefits in improving the quality of nutrition. Besides chili cultivation can be obtained huge profits so as to increase the income of farmers, for it is very important to note the role of marketing through the share received by farmers in each marketing channel. The purpose of this study was to determine the chili marketing channels in the area of research, to analyze the share received by farmers in several marketing channels and to analyze the efficiency of marketing of chili on several marketing channels in the study area. From the research, it can be concluded as follows: Chilli Marketing Channels in the study area consisted of three marketing channels are: Farmers Market → Large → Traders collector Wholesalers Major Retailer → Consumer Markets. Farmers Market → Traders middlemen Sleko → Retailer → Consumer Markets Sleko. Farmers Market → Traders middlemen Great Gatherer Traders Market → → Large Retailer → Consumer Markets kawak. Based on the analysis of the large number of known marketing margins, the marketing increasingly inefficient. From the analysis of the data obtained by a linear function of marketing margin is M = -765.63 + 1.63 (Pr). From the statistical test can be seen that increase in marketing margins every price rose 1.68%. To determine the efficiency of marketing in other ways it can be used elasticity analysis and analysis of market integration. Obtained from the t-test transmission elasticity = -0.81, this means that each purchase in producer prices by 1% will lead to price increase of less than 0.81% level retailers. From the analysis of market integration correlation coefficient of 0.0753, while the level of consumer price relationship is Pr = -731.25 + 1:33 (Pf). Judging from the form of this relationship leads to the conclusion that the market monopsony purchasing forms of marketing agencies thereon . Keywords: Efficiency, Marketing Margin PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan Negara tropik yang kaya dengan sayur- sayuran. Iklim di Indonesia memungkinkan mudahnya berbagai jenis sayur-sayuran tumbuh dan berkembang. Hal ini didukung oleh orientasi pembangunan pertanian yang secara total bergeser pada swasembada pangan secara total termasuk holtikultura. Peranan penting tanaman sayuran sebagai bahan pangan adalah

ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek/Jurnal Agri-tek 2013... · Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek/Jurnal Agri-tek 2013... · Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA

Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN 72

ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI (Capsicum annum L) PADA BEBERAPA SALURAN PEMASARAN

DI KOTA MADIUN :

Indah Rekyani Puspitawati1), Ratna Mustika Wardhani2) 1),2) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun

Abstract

The critical role of vegetables as food is contribution to vitamins and minerals, but it is also a source of some vegetable protein and calories. Needs or level of consumption of vegetables each year is estimated to increase by about 5.7% due to the increasing population and increasing public awareness of the importance of nutrition. To meet the needs of particular vegetable consumption is not only focused on quantity terms, but also in terms of quality, such as shape, form, fresh, interesting and not disabled. In line with government efforts to increase food production through the improvement of vegetable chili cultivation also needs to be encouraged. This is due to the chili (Capsicum annum L.) have enormous benefits in improving the quality of nutrition. Besides chili cultivation can be obtained huge profits so as to increase the income of farmers, for it is very important to note the role of marketing through the share received by farmers in each marketing channel. The purpose of this study was to determine the chili marketing channels in the area of research, to analyze the share received by farmers in several marketing channels and to analyze the efficiency of marketing of chili on several marketing channels in the study area. From the research, it can be concluded as follows: Chilli Marketing Channels in the study area consisted of three marketing channels are: Farmers Market → Large → Traders collector Wholesalers Major Retailer → Consumer Markets. Farmers Market → Traders middlemen Sleko → Retailer → Consumer Markets Sleko. Farmers Market → Traders middlemen Great Gatherer Traders Market → → Large Retailer → Consumer Markets kawak. Based on the analysis of the large number of known marketing margins, the marketing increasingly inefficient. From the analysis of the data obtained by a linear function of marketing margin is M = -765.63 + 1.63 (Pr). From the statistical test can be seen that increase in marketing margins every price rose 1.68%. To determine the efficiency of marketing in other ways it can be used elasticity analysis and analysis of market integration. Obtained from the t-test transmission elasticity = -0.81, this means that each purchase in producer prices by 1% will lead to price increase of less than 0.81% level retailers. From the analysis of market integration correlation coefficient of 0.0753, while the level of consumer price relationship is Pr = -731.25 + 1:33 (Pf). Judging from the form of this relationship leads to the conclusion that the market monopsony purchasing forms of marketing agencies thereon . Keywords: Efficiency, Marketing Margin PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara tropik yang kaya dengan sayur-sayuran. Iklim di Indonesia memungkinkan mudahnya berbagai jenis sayur-sayuran tumbuh dan

berkembang. Hal ini didukung oleh orientasi pembangunan pertanian yang secara total bergeser pada swasembada pangan secara total termasuk holtikultura.

Peranan penting tanaman sayuran sebagai bahan pangan adalah

Page 2: ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek/Jurnal Agri-tek 2013... · Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA

Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN 73

sumbangannya terhadap vitamin dan mineral, disamping itu juga beberapa sayuran merupakan sumber protein dan kalori. Kebutuhan atau tingkat konsumsi sayur-sayuran setiap tahunnya diperkirakan meningkat sekitar 5.7 % seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi. Untuk memenuhi kebutuhan khususnya konsumsi sayuran tidak hanya menitik beratkan pada segi kuantitasnya saja, melainkan juga dalam segi kwalitasnya seperti bentuk, wujud, kesegaran, menarik dan tidak cacat.

Sebagai komoditas perdagangan, tanaman sayuran mempunyai sifat spesifik, yaitu mudah sekali mengalami kerusakan baik oleh pengaruh fisik, mekanik maupun biologi. Kerusakan yang dialami tanaman sayuran selain dapat menyebabkan perubahan penampilan menjadi kurang menarik, ternyata juga dapat menyebabkan rusaknya sayuran selain dapat menyebabkan perubahan penampilan menjadi kurang menarik, ternyata juga dapat menyebabkan rusaknya beberapa macam zat yang terkandung di dalamnya, sehingga menurunkan nilai gizinya. Proses kerusakan ini bersifat progresif, artinya akan menjadi semakin besar sejalan dengan waktu dan tidak dapat dihentikan oleh usaha-usaha tertentu.

Sejalan dengan upaya pemerintah dalam peningkatan produksi pangan melalui tanaman sayuran maka peningkatan budidaya cabai juga perlu digalakkan. Hal ini disebabkan cabai (Capsicum annum L.) mempunyai manfaat yang sangat besar dalam peningkatan mutu gizi masyarakat. Selain itu budidaya cabai dapat diperoleh keuntungan yang besar sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Disamping gejala umum yang terjadi dalam usaha sayur-sayuran khususnya cabai adalah sifat musiman. Konsekuensi dari keadaan tersebut dapat

mengakibatkan melimpahnya hasil produksi pada waktu tertentu yang diikuti oleh penurunan harga. Selain itu tanaman sayur khususnya cabai mempunyai sifat yang khas yaitu : (1) Kecocokan iklim menyebabkan terkonsentrasinya produksi pada daerah tertentu: (2) Unit produksi tersebar luas.

Dalam meningkatkan produksi tanaman cabai , maka perlu diperhatikan juga proses pemasarannya, karena komoditi yang diproduksi dikatakan tidak efisien (biaya per unit tinggi), maka harga per unit juga tinggi sehingga akan sulit dipasarkan. Sebaliknya, kegiatan pemasaran yang tidak efisien menyebabkan bagian petani (farmer’s share) menjadi kecil, yang pada gilirannya tidak akan merangsang peningkatan produksi lebih lanjut Upaya pendistribusian hasil-hasil pertanian kepada konsumen diperlukan adanya lembaga pemasaran. Lembaga pemasaran yang terkait dalam pemasaran cabai melakukan beberapa fungsi pemasaran baik penyimpanan, mengolah, mengangkut, dan lainnya, yang pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut memerlukan biaya dan setiap lembaga pemasaran akan mengambil keuntungan keseluruhan biaya dan keuntungan pemasaran akan berpengaruh terhadap harga di tingkat produsen dan konsumen. Dalam pemasaran tanaman sayuran, terutama cabai sebagai salah satu produk pertanian, masih kurang efisien, yaitu kurang adinya pembagian keuntungan. Hal ini tergambar dari sangat rendahnya harga produk sayuran Cabai di tingkat pengusaha produsen sayuran, terutama pengusaha sayuran sekala kecil atau besar.

Dalam kegiatan berusaha tani aspek pemasaran memegang peran penting untuk melihat berhasil tidaknya usaha yang dikerjakan. Aspek pemasaran itu adalah kegiatan untuk mendistribusikan hasil produksi

Page 3: ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek/Jurnal Agri-tek 2013... · Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA

Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN 74

ke tangan konsumen dengan harga yang layak. Untuk melakukan pemasaran diperlukan manajemen yang baik agar pengusaha mendapatkan keuntungan yang diharapkan.

Dalam proses pemasaran , semakin efisien kerja lembaga – lembaga pemasaran, maka semakin menguntungkan bagi semua pihak. Bagi konsumen efisien dapat berakibat harga lebih murah dengan tingkat pelayanan yang sama. Bagi para produsen dapat berakibat bertambahnya bagian keuntungan yang diterima. Bagi lembaga pemasaran efisien memberikan kemungkinan untuk menentukan biaya agar keuntungan lebih besar. Dalam kegiatan pemasaran melibatkan satu atau beberapa lembaga pemasaran sebagai penyelenggara pemasaran, menyelurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir dan menjalankan fungsi – fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Untuk meningkatkan efisiensi pemasaran, lembaga – lembaga melakukan koordinasi melaksanakan fungsi – fungsi pemasaran . Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan bertujuan: - Untuk mengetahui saluran

pemasaran cabai yang ada di daerah penelitian.

- Untuk menganalisa share yang diterima petani pada beberapa saluran pemasaran.

- Untuk menganalisa efisiensi pemasaran cabai pada beberapa saluran pemasaran di daerah penelitian.

Kerangka Pemikiran Pemasaran adalah suatu proses

menyampaikan barang dari produsen kepada konsumen melalui saluran tertentu dan aktifitas-aktifitasnya yang sesuai dengan barang tersebut. Sasaran akhir setiap usaha dalam bidang pemasaran adalah untuk memuaskan kebutuhan pembeli dan

penjual (Winardi, 2001). Kegiatan pemasaran dimasyarakat mulai muncul setelah kegiatan produksi tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga, akan tetapi bertujuan untuk mencari keuntungan tersebut biasanya seseorang melakukan beberapa kegiatan untuk mendapatkan tambahan nilai meliputi: (1) Penciptaan kegunaan tempat; (2) Penciptaan kegunaan waktu; (3) Penciptaan kegunaan bentuk.

Dalam rangka memperlancar arus barang dari produsen ke konsumen salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan adalah bagaimana seorang produsen menentukan saluran pemasaran sebab hal ini akan mempengaruhi tinggi rendahnya harga yang diterima produsen. Saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan produsen untuk menyampaikan barang atau komoditi kepada konsumen, dimana didalamnya terlihat lembaga pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran ini dalam proses penyampaian barang atau komoditi akan mengeluarkan biaya-biaya serta akan meraih keuntungan. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran meliputi biaya penyimpanan, biaya transportasi, biaya sortasi, biaya timbang dan biaya bongkat muat serta biaya lainnya. Dengan uraian diatas jelas bahwa lembaga pemasaran ingin memperoleh minimal sama dengan biaya yang dikeluarkannya atau bahkan ingin memperoleh keuntungan yang besar dengan cara menekan harga ditingkat petani.

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah

Penentuan ini dilakukan dengan mengambil daerah penelitian di wilayah Kota Madiun. Dipilihnya Kota Madiun sebagai lokasi penelitian disamping dengan pertimbangan bahwa Kota Madiun merupakan salah satu daerah yang ikut memproduksi

Page 4: ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek/Jurnal Agri-tek 2013... · Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA

Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN 75

cabai , juga karena sangat potensial dalam usaha pengembangan komoditi cabai . Selain pelaku pemasaran diambil dari pelaku yang terlibat langsung dalam pemasaran Cabai secara “Snow ball Method ‘ . Metode Penentuan Jumlah Sampel

Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan metode Snow ball Sampling, yaitu suatu tehnik pengambilan sampel dimana sampel yang pertama (petani produsen) akan menentukan sampel berikutnya.

Metode Snow ball Sampling ini digunakan untuk menentukan pengambilan sampel pada lembaga pemasaran yang melakukan fungsi pemasaran cabai. Penelitian ini dilakukan di 3 (tiga) lokasi pasar , yaitu :Pasar Besar , Pasar kawak, dan Pasar Sleko , sampel yang ada di pasar terdiri dari pedagang tengkulak , pedagang pengumpul dan pengecer . Sedangkan penentuan jumlah petani

contoh dilakukan dengan menggunakan metode acak sederhana dari Pasar yang terpilih. Metode Analisa Data Saluran pemasaran

Untuk mengetahui saluran pemasaran menggunakan analisa deskriptif dengan analisa tabulasi. Efisiensi pemasaran

Untuk mengetahui efisiensi pemasaran, salah satu metode yang digunakan adalah analisa Margin pemasaran selain itu dapat pula digunakan analisa Elastisitas transmisi harga dan analisa Integrasi pasar. Analisa tersebut menggunakan rumus : a. Analisa margin pemasaran

Margin pemasaran dapat dihitung dengan mengurangkan harga yang diterima petani produsen/kg dengan harga yang dibayarkan konsumen/kg, dengan menggunakan persamaan :

Mp = Pr – Pf Dimana :

Mp = Margin pemasaran Pr = Harga ditingkat konsumen Pf = Harga ditingkat produsen

SK1 = K1

x 100% Pr – Pf

Ki = PJi – Pbi – Bjini=1

Dimana : SK1 = Share keuntungan Lembaga Pemasaran Ke i Ci = 1 petani; I = 2 tengkulak, dan

seterusnya. Ki = Keuntungan Lembaga Pemasaran ke i Pji = Harga jual lembaga ke i Pbi = Harga beli lembaga ke i Bij = Biaya pemasaran lembaga ke I dari berbagai jenis biaya mulai dari biaya ke j = 1 sampai ke h Share biaya lembaga pemasaran ke I adalah :

Sbi = Bi

x 100% Pr – Pf

Berdasarkan margin tersebut maka akan dapat diketahui : 1. Perbandingan share keuntungan

dari masing-masing lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran apakah merata atau tidak merata.

2. Perbandingan share keuntungan dengan biaya pemasarannya.

Untuk mengetahui hubungan antara margin dengan harga eceran digunakan persamaan linear

: M = a + b . Pr

Page 5: ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek/Jurnal Agri-tek 2013... · Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA

Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN 76

Dimana : = M = Margin pemasaran a = Interseb b = Koefisien regresi a = M – b . Pr

( ∑Pr ) ( ∑M )

B = N

∑Pr2 – ( ∑Pr )2/n Untuk mengetahui signifikasi atau tidak nilai a dilakukan uji t, yaitu :

: b = 0 : b ≠ 0

t hitung = A

Sa Dimana : 1

Sa = n – 2 ∑(M–M)2 – b ∑(Pr–Pr) – (M–M) (∑Pr2)

n ∑ (Pr – Pr)2 Kaidah uji : - Jika t hitung ≤ t tabel ; terima Ho

- Jika t hitung > t tabel ; terima Hi Untuk mengetahui signifikasi atau tidak b, dilakukan uji t, yaitu :

: b = 0 : b ≠ 0

t hitung = B

Sb Dimana : 1

∑(M–M)2 – b ∑(Pr–Pr) – (∑Pr2)

Sb = n – 2

∑ (Pr – Pr)2 b. Analisa Elastisitas Tranmisi Harga

Untuk mengetahui elastisitas transmisi harga ditingkat petani

dengan elastisitas harga ditingkat pengecer dapat dicari dengan rumus :

Pr = a Pfµ Log Pr = log a 𝛿 Pr

= 0 + 𝛿 Pf

Pr Pr

µ = 1

x Pr

(1–b) pf Harga µ di uji dengan t test sebagai berikut :

- Jika µ = 1 ; terima Ho - Jika µ ≠ 1 ; terima Hi

t hitung = µ – 1

Seb Dimana Seb dapat dicari seperti

mencari Sb dengan melogaritmakan terlebih dahulu harga Pf dan Pr. Kaidah uji: -Jika t hitung ≤ t tabel ; terima Ho

- Jika t hitung > t tabel ; terima Hi

Apabila Elastisitas Transmisi harga kurang dari 1, artinya perubahan harga sebesar 1% ditingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga kurang dari 1% ditingkat petani.

Page 6: ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek/Jurnal Agri-tek 2013... · Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA

Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN 77

Apabila Elastisitas Transmisi harga sama dengan 1, maka perubahan harga sebesar 1% ditingkat pengecer akan mengakibatkan perubahan harga sebsar 1% ditingkat petani.

Apabila Elastisitas Transmisi harga lebih dari 1, maka perubahan harga sebesar 1% ditingkat pengecer mengakibatkan perubahan harga lebih besar dari 1% ditingkat pengecer.

Analisa Integrasi Pasar

Analisa ini digunakan untuk melihat perilaku pasar, terdapat dua pendekatan integrasi yaitu

pendekatan integrasi vertikal dan horizontal. Integrasi horizontal digunakan untuk melihat apakah mekanisme harga pada tingkat pasar yang sama, berjalan serempak atau tidak. Alat ukur yang digunakan adalah koefisien korelasi antara pasar yang satu dengan pasar yang lainnya. Korelasi ini menunjukkan keeratan antara harga suatu komoditi pertanian disuatu daerah dengan harga komoditi pertanian di daerah lain. Tinggi rendahnya angka koefisien korelasi (r) menunjukkan tingkat Integrasi pasar tersebut. Koefisien korelasi dapat dihitung dengan rumus :

(∑Pr.M) -

(∑Pr) (∑M)

r = N

(∑Pr2) – (Pr2/n (M2) – (∑M)2/n

Integrasi vertikal digunakan untuk melihat keadaan pasar antara pasar lokal, kecamatan ataupun pasar nasional. Analisis ini mampu menjelaskan kekuatan tawar menawar

antara petani dengan lembaga pemasaran. Tinigkat Integrasi pasar yang satu dengan pasar yang lainnya dianalisa dengan regresi sederhana yaitu :

Pr = a + b Pf

Berdasarkan persamaan diatas dapat disimpulkan : Jika b < 1 ; Mengarah pada pasar monopoli penjualan dari lembaga pemasaran dengan tingkat pasar yang satu dengan yang diatasnya. Jika b = 1 ; Pasar berjalan bersaing sempurna. Jika b < 1 ; Mengarah pada pasar monopsoni pembelian dari lembaga pemasaran yang diatas. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Saluran Pemasaran Dan Perilaku Lembaga Pemasaran

Saluran pemasaran Dalam proses mengalirnya barang dari petani produsen kepada

konsumen akhir, hampir selalu melibatkan lembaga pemasaran yang nantinya akan membentuk saluran pemasaran. Sampai saat ini pola pemasaran buncis secara formal belum ada. Saluran pemasaran yang berjalan sekarang adalah saluran pemasaran tradisional. Petani produsen menjual hasilnya ke tengkulak. Tengkulak lalu mengirim hasil langsung ke pedagang pengumpul untuk diteruskan ke pasar-pasar kecil, sebagai pengecer yang akhirnya sampai ke konsumen atau dapat pula petani produsen langsung menjual hasilnya ke pengecer setempat. Saluran pemasaran tersebut dapat digambarkan :

Page 7: ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek/Jurnal Agri-tek 2013... · Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA

Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN 78

Berdasarkan hasil penelitian di

lapangan, maka aktifitas pemasaran Cabai dapat dibedakan menjadi 3 saluran pemasaran: I. Petani pedagang pengumpul

Pasar Besar pedagang Pengecer Pasar Besar Konsumen

II. Petani pedagang tengkulak Pasar Sleko pengecer Pasar Sleko konsumen

III. Petani pedagang tengkulak Pasar Besar pedagang pengumpul Pasar Besar pengecer Pasar Kawak konsumen

Saluran pemasaran I Pada saluran pemasaran I,

komoditas cabai dari petani akan dijual kepada pedagang pengumpul yang ada di pasar Besar dan kemudian akan dijualbelikan kepada pengecer di pasar Besar. Pedagang Pengumpul hanya ada pada waktu pagi hari dan bertempat di luar pasar tanpa ada bangunan pelindung seperti didalam pasar, sedang pengecer ada pada waktu pagi sampai sore dan bertempat di dalam pasar

Saluran pemasaran II Pada saluran pemasaran II

komoditas sayuran Cabai dari petani akan dijual kepada pedagang tengkulak yang sekaligus pedagang pengumpul yang ada di Pasar Sleko dan akan dijual belikan kepada pedagang pengecer I yang ada di Pasar sleko pula. Sehingga konsumennya kebanyakan adalah masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar Pasar Sleko. Setelah Cabai sampai di pasar, maka pedagang pengumpul mempunyai tempat sendiri untuk menjual Cabai pada pengecer atau pedagang besar. Apabila sudah terjadi kesepakatan harga maka terjadilah transaksi jual beli yang dilakukan antara pedagang pengecer atau pedagang besar. Dalam pasar tidak terdapat standart harga dimana penentuan tinggi rendahnya harga dipengaruhi atau tergantung dari banyak sedikitnya persediaan komoditas Cabai dan jumlah permintaan. Cabai yang ada di pasar tidak pernah disimpan terlalu lama sampai harga naik, melainkan langsung dijual sesuai dengan kesepakatan harga mengingat sifat sayur-sayuran umumnya tidak tahan lama, sehingga untuk menghindari kerugian para pedagang pengumpul

Petani

Tengkulak

Pengumpul

Pengecer

Konsumen

Pengecer

Pengumpul

Pengecer

Tengkulak

Page 8: ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek/Jurnal Agri-tek 2013... · Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA

Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN 79

yang ada di pasar tersebut langsung menjualnya, berapapun harganya. Hal ini akan mengurangi resiko kerugian petani, dalam hal jumlah panerimaan dan pendapatan. Walaupun masing-masing timbangan yang digunakan belum tentu standart bagi petani atau produsen menentukan uang dalam waktu mendesak dapat langsung pinjam pada pedagang, baik pedagang tengkulak maupun pedagang pengumpul, dengan syarat pada saat panen nanti petani menjual hasil pada mereka. Peminjaman semacam ini akan berpengaruh terhadap harga jual produksi petani produsen.

Petani atau produsen di daerah penelitian kebanyakan menjual Cabai ke pedagang tengkulak hal ini disebabkan: Petani masih harus mengeluarkan biaya lagi untuk keperluan pemasarannya seperti biaya transportasi, biaya tenaga kerja, biaya timbang dan yang lainnya. Oleh karena itu petani merasa keberatan, sehingga petani lebih suka menjual melalui pedagang tengkulak atau pengumpul yang dirasa lebih mudah dan cepat mencukupi kebutuhan. Petani tidak berani menanggung resiko apabila melakukan pemasaran sendiri. Baik resiko kerusakan maupun resiko tidak laku. Petani kurang mengerti sistem informasi pasar yang berlaku, terutama informasi harga sayuran di pasaran. Petani perlu cepat memperoleh pendapatan dari hasil panen berupa

uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Saluran pemasaran III

Pada saluran pemasaran III, komoditas sayuran buncis dari petani akan dijual kepada pedagang tengkulak yang berasal dari Pasar Besar dan pedagang tengkulak tersebut akan menjual ke pedagang pengumpul yang ada di Pasar Besar, dan selanjutnya pedagang pengumpul akan menjual ke pedagang besar atau ke pengecer I yang berjualan di Pasar Kawak. Pada saluran ini melibatkan banyak lembaga pemasaran sehingga terbentuk rantai pemasaran yang panjang.

Analisa Efisiensi Pemasaran Analisa margin pemasaran

Dari hasil penelitian di lapang, maka pemasaran Cabai dapat dianalisa efisiensinya, salah satu cara untuk mengetahui efisiensi pemasaran yaitu dengan analisa margin pemasaran. Margin total adalah penjumlahan dari margin yang terdapat pada masing-masing tingkat lembaga pemasaran. Besarnya margin pemasaran pada berbagai saluran pemasaran berbeda-beda. Perbedaan besarnya margin tersebut disebabkan oleh panjang pendeknya saluran pemasaran, perbedaan biaya aktifitas pemasaran maupun tingkat keuntungan.

Margin, distribusi margin dan share lembaga pemasararn pada berbagai saluran pemasaran dan masing-masing tingkat pemasaran dapat dilihat dari tabel , berikut ini :

Page 9: ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek/Jurnal Agri-tek 2013... · Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA

Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN 80

Tabel 1. Margin, Distribusi margin dan Share pemasaran Cabai Saluran Pemasaran I (Petani - pengumpul Pasar Besar - pengecer Pasar Besar - konsumen )

NO Lembaga Rp/kg Distribusi

Margin (%) Share (%)

1.

2.

Petani - harga jual Pengumpul - Harga beli - B. transport - B. Penyusutan - Keuntungan - Harga jual Pengecer - Harga beli - B. transport - B. Penyusutan - Keuntungan - Harga jual

400

400

16.67 26.67 56.66 500

500 5 60 35

600

8.33 13.33 28.33

2.5 30

17.5

66.67

66.67 2.78 4.44 9.44

83.33

83.33 0.83

10.00 5.84 100

Margin : 200

Sumber : Data diolah, Pada tabel 1, menunjukan saluran

pemasaran I yaitu saluran pemasaran dimana komoditas dari petani kemudian dijual kepada pedagang pengumpul yang berasal dari Pasar Besar. Pengumpul ini biasanya melakukan transaksi di rumah petani. Pengumpul akan menjual ke pasar pada pengecer lain ataupun pada konsumen. Pedagang pengumpul hanya ada pada waktu pagi hari saja. Pada saluran pemasaran I menunjukan bagian yang diterima petani (farmer share) sebesar harga beli pedagang pengumpul yaitu sebesar 60. 67%. Pedagang pengumpul membeli komoditas Cabai dari petani dengan harga Rp 400,-/kg. Dan oleh pedagang pengumpul dijual ke pengecer lain atau konsumen dengan harga Rp 500,-/kg. Margin pemasaran antara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer lain sebesar Rp 100,-, margin pemasaran tersebut didistribusikan untuk biaya transport dan biaya penyusutan masing-masing sebesar 8.34% dan 13.34%. Sedangkan share untuk masing-masing biaya tersebut

adalah 2.78% dan 4.44%. Keuntungan yang diterima pengumpul sebesar Rp 58.86,-/kg yang didistribusi margin sebesar 28.33% dan share keuntungan sebesar 9.44%.

Pengecer membeli Cabai dari pedagang pengumpul yang ada hanya pada pagi hari atau dengan istilah "pasar pagi". Pengecer ini biasanya bertempat didalam pasar dan buka sampai sore. Pengecer membeli cabai dari pedagang pengumpul dengan harga Rp 500.-/kg dan menjual ke konsumen dengan harga Rp 600,-/kg. Margin pemasaran antara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer adalah Rp 100,-margin pemesaran tersebut didistribusikan untuk biaya kuli angkat/transport sebesar 2.5% dan biaya penyusutan sebesar 30%, dalam hal ini pedagang pengumpul menghadapi resiko penyusutan lebih tinggi dari pengecer . Untuk share masing-masing biaya tersebut adalah 0.83% dan 10%. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer sebesar Rp 35,-/kg yang distribusi marginnya 17.5% dan share keuntungan sebesar 5.84%.

Page 10: ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek/Jurnal Agri-tek 2013... · Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA

Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN 81

Tabel 2. Margin, Distribusi margin dan Share pemasaran Cabai . Saluran Pemasaran II petani - tengkulak Pasar Sleko - pengecer Pasar sleko - konsumen )

No Lembaga Rp/kg Distribusi Margin (%)

Share

1. 2. 3.

Petani Harga jual Tengkulak Harga beli B. transport B. timbang Retribusi Bongkar muat Keuntungan Harga jual Pengecer I Harga beli B. transport B. penyusutan Keuntungan Harga jual

350

350

13.33 1.00 0.33 6.00

129.34 500

500 5 40

105 650

4.44 0.33 0.11 2.00 43.11

2.5 13.33

35

53.85

53.85 2.05 0.15 0.05 0.92 19.9 76.92

76.92 0.77 6.15 16.15 100

Margin 300

Sumber : Data diolah. Pada tabel 2. menunjukan saluran

pemasaran II yaitu saluran pemasaran dimana komoditas Cabai dari petani kemudian dijual kepada tengkulak atau pengumpul dari Pasar Sleko dan oleh tengkulak dijual langsung ke pengecer yang ada di Pasar Sleko. Hal ini karena jumlah komoditas Cabai sedikit sehingga dijual langsung ke pengecer.

Pada saluran pemasaran II menunjukan bagian yang diterima petani (farmer share) sebesar 53.85%. Pedagang tengkulak atau pengumpul membeli Cabai dari petani dengan harga Rp 350,-/kg. Pedagang tengkulak menjual Cabai ke pengecer dengan harga Rp 500,-/kg. Sehingga margin pemasaran antara pedagang tengkulak dan pengecer sebesar Rp 150,-, margin pemasaran ini didistribusikan untuk biaya transport, biaya timbang, bongkar muat, retribusi yang masing-masing sebesar 4.44%,

0.33%, 0.11% dan 2%. Share untuk masing-masing biaya adalah 2.05%, 0.15%, 0.05% dan 0.92%. keuntungan yang diperoleh pedagang tengkulak sebesar 129.34/kg dengan distribusi margin 43.11% dan share keuntungan sebesar 19.9%.

Pedagang pengecer membeii buncis dari tengkulak dengan harga Rp 500,-/kg dan menjual ke konsumen dengan harga Rp 650,-/kg. Margin pemasaran antara pengecer dan konsumen sebesar Rp 150,-, margin pemasaran ini didistribusikan untuk biaya transport dan biaya penyusutan yang masing-masing sebesar 2.5% dan 13.33%. Dan share untuk biaya-biaya tersebut adalah 0.77% dan 6.15%. Keuntungan yang diperoleh pengecer yaitu sebesar Rp 105,-, dengan distribusi margin sebesar 35% dan share keuntungan sebesar 16.15%

Page 11: ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek/Jurnal Agri-tek 2013... · Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA

Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN 82

.Tabel 3. Margin, Distribusi margin dan Share pemasaran Cabai Saluran Pemasaran III ( petani - tengkulak Pasar Besar - Pengumpul Pasar Besar - Pengecer Pasar Kawak - konsumen )

No Lembaga Rp/kg Distribusi Margin (%)

Share (%)

1. 2. 3. 4.

Petani Harga jual Tengkulak Harga beli B. transport B. timbang Retribusi Keuntungan Harga jual Pengumpul Harga beli Sortasi & Pengepakan Bongkar muat Keuntungan Harga jual Pengecer I Harga beli B.transport B.penyusutan Keuntungan Harga jual

300

300

10.00 1.3 0.33

88.34 400

400 3. 33 6.00 190 600

600 6.25

26.67 117.06

750

2.22 0.3 0.07 0.2

0.74 1.33

42.22

1.39 5.93

26.46

42.67

42.67 1.33 0.18 0.04

11.78 53.33

53.33 0.44 0.8

25.33 80

80

0.83 3.56

15.61 100

Margin 450

Surnber : Data diolah.

Pada tabel 3, menunjukan saluran pemasaran III yaitu saluran pemasaran yang terjadi dimana komoditas Cabai dari petani kemudian dijual kepada tengkulak yang berasal dari Pasar Besar, oleh tengkulak akan dijual ke pedagang pengumpul yang ada di Pasar Besar dan oleh pedagang pengumpul dijual ke pengecer-pengecer pasar sekitar Kota Madiun. Dalam hal ini komoditas cabai yang ada di pedagang tengkulak dalarn jurnlah yang banyak, kurang lebih 10 kwintal sehingga untuk menghindari resiko tidak laku maka tengkulak menjual pada pedagang pengumpul.

Pada saluran pemasaran III menunjukan bahwa share yang diterima petani sebesar 42.67%. Pedagang tengkulak membeli Cabai

dari petani dengan harga Rp 300,-/kg dan dijual ke pedagang pengumpul dengan harga Rp 400,-/kg. Margin pemasaran antara pedagang tengkulak dan pedagang pengumpul sebesar Rp 100,-, margin pemasaran ini akan didistribusikan untuk biaya transport, biaya timbang dan retribusi, masing-masing sebesar 2.22%, 0.3%, 0.07%. Sedang share masing-masing biaya sebesar 1.33%, 0.18%, 0.04%. Keuntungan yang diperoleh pedagang tangkulak adalah ftp 68 34,-/kg dengan distribusi margin 0.2% dan share keuntungan sebesar 11.78%.

Pedagang pengumpul membeli cabai dari pedagang tengkulak dengan harga Rp 400,-/kg dan menjual ke pengecer dengan harga Rp 600,-. Margin pemasaran antara pedagang pengumpul dan pengecer

Page 12: ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek/Jurnal Agri-tek 2013... · Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA

Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN 83

adalah sebesar Rp 200,-. Margin pemasaran ini didistribusikan untuk biaya sortasi dan pengepakan sebesar 0.74%, biaya bongkar muat sebesar Rp 1.33S dengan share biaya sebesar 0.44% dan 0.8%. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul dari pemuatan sebesar Rp 190,-/kg dengan distribusi margin sebesar 42.22% dan share keuntungan sebesar 25.33%.

Pedagang pengecer membeli cabai dari pedagang pengumpul dengan harga Rp 600,-/kg dan menjual ka konsumen dengan harga Rp 750,-/kg. Margin pemasaran antara pengecer dan konsumen sebesar Rp 150,-. Margin tersebut didistribusikan untuk biaya transport sebesar 1.39% dan biaya penyusutan sebesar 5.93%. Dengan share biaya masing-masing sebesar 0.83% dan 3.56% Keuntungan yang diperoleh pengecer dari penjualan sebesar Rp 117.08, -/kg dengan distribusi margin 26.46% dan share keuntungan sebesar 15.61%.

Dari uraian saluran pemasaran diatas bahwa saluran pemasaran III kurang efisien jika dibandingkan dengan saluran pemasaran II, hal ini bisa terjadi karena rantai pemasaran pada saluran pemasaran III lebih panjang sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membawa hasil produksi cabai ke paasar lebih besar dibanding saluran pemasaran II. Saluran pemasaran yang paling efektif dari ketiga saluran pemasaran adalah saluran pemasaran I, namun demikian hanya sedikit petani yang melakukan pemasaran Cabai melalui saluran ini penyebabnya adalah petani tidak mau menanggung resiko tidak laku akibat kurangnya info harga sehingga ada kekuatiran petani yang mungkin perlu adanya tambahan biaya bila akan melakukan pemasaran sendiri.

Meskipuri saluran pemasaran I lebih efisien dari saluran pemasaran II, tetapi saluran pemasaran II yang

Paling banyak diminati oleh petani, hal ini disebabkan saluran ini tidak begitu merepotkan petani karena petani tidak perlu memikirkan harga untuk melakukan pemasaran. Petani pada saluran pemasaran ini juga tidak perlu kuatir kalau produk buncis tidak laku, karena bila petani membawa sendiri produk ke pasar masih ada kemungkinan produk tidak terjual. Disamping itu pada umumnya petani ingin cepat memperoleh pendapatan berupa uang yang segera dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Dari uraian pemasaran diatas dapatlah dijelaskan, share keuntungan dari ketiga saluran pemasaran menunjukan bahwa makin pendek saluran pemasaran, makin besar distribusi margin pada tiap-tiap tingkat lembaga pemasaran. Dengan demikian dapat dikatakan semakin pendek saluran pemasaran, semakin sulit biaya yang dikeluarkan sehingga semakin besar keuntungan yang diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran.

Perbedaan keuntungan yang didapatkan lembaga pemasaran yang berbeda dengan harga yang berbeda disebabkan oleh besarnya biaya yang harus dikeluarkan adalah sama besarnya. Untuk itu ditempat penelitian besarnya keuntungan akan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya harga yang berlaku pada pemasaran cabai. Dari beberapa saluran pemasaran menunjukan bahwa saluran pemasaran I yang paling efisien, kerena share harga jual yang diterima petani paling tinggi dan besarnya total margin pemasaran paling sedikit.

Untuk mengetahui hubungan antara margin pemasaran dengan harga eceran, akan diduga dengan fungsi linier sederhana. Dari hasil perhitungan didapat hasil pada tabel berikut ini.

Page 13: ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek/Jurnal Agri-tek 2013... · Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA

Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN 84

Tabel 4. Analisa Regresi Antara Margin Pemasaran Dengan Harga Eceran

Variabel Koefisien Regesi

Standart Error

t-hitung t-tabel

95% 99%

Margin Konstanta

1.63 -765.63

0.033 48.642 2.95 2.13

Sumber : Data Diolah

Hasil pengujian diatas menunjukan bahwa harga b = 1.63 berpengaruh nyata pada taraf signifikasi 95% <0.05K) dan 99% (0.01%), artinya setiap harga kenaikan margin pemasaran (M) sebesar 1.63%. Harga a = -765.63 tidak berpengaruh nyata pada taraf signifikasi 95% dan 99%. Dari hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa tipe margin pemasaran di daerah penelitian adalah tipe linear, artinya harga ditingkat pengecer akan mempengaruhi harga di tingkat petani produsen. Hal ini dapat ditunjukan dengan nilai a dan b = 0.

Pengujian harga a menggunakan uji dua arah sebab hipotesa alternatif ada pada daerah hipotesa nol, yaitu lebih kecil atau lebih besar dari nol. Sedangkan pengujian satu arah digunakan untuk menguji harga b sebab hipotesa alternatif ada pada satu arah dari hipotesa nol, yaitu lebih besar dari nol, artinya tidak diharapkan ada hubungan yang negatif antara margin pemasaran dengan harga eceran (Pr).

Dari analisa yang terdapat pada tabel 10 menunjukan bahwa pada taraf signifikasi 5% naupun 1% pemasaran merupakan fungsi linear dari harga eceran. Analisa elastisitas transmisi harga

Hasil analisa data menunjukan bahwa besarnya elastisitas transmisi harga (µ) adalah sebesar - 0.81 yang berarti setiap perubahan harga di tingkat produsen sebesar 1% akan mengakibatkan perubahan harga kurang dari 0.81% di tingkat pengecer. Dari hasil penelitian dengan t-test, yaitu apakah besarnya transmisi harga = 1 atau ≠ 1, ternyata diperoleh t-hitung sebesar -54.85. Selanjutnya

diuji dengan uji dwi arah diperoleh t-tabel (95%) sebesar 2.95 dan t-tabel (99%) sebesar 2.13. Ini berarti pada taraf signifikasi 5% dan 1% harga elastisitas transmisi harga berpengaruh nyata dan hipotesa Hi dapat diterima. Dengan elastisitas transmisi = 1 dapat dikatakan bahwa pasar bersaing sempurna. Namun walaupun demikian belum dapat dikatakan pasar benar bersaing sempurna karena masih perlu diteliti aspek-aspek yang tercakup dalam organisasi pasar yaitu : a) struktur pasar, b) perilaku pasar, dan c) penampilan pasar. Analisa Integrasi pasar

Untuk menganalisa mekanisme pembentukan harga cabai ditingkat produsen dipengaruhi oleh harga ditingkat konsumen. Alat analisa yang digunakan adalah dengan harga koefisien korelasi (r). Hasil analisa data antara pasar ditingkat petani dengan pasar ditingkat konsumen diperoleh koefisien korelasi 0.0753. Hal ini berarti keeratan harga cabai antara daerah lain sebesar 0.0753. Semakin mendekati angka 1 maka makin erat. Adapun hubungan antara harga ditingkat petani dengan harga ditingkat konsumen adalah Pr = -731,25 + 1.33Pf.

Melihat bentuk hubungan tersebut maka diperoleh harga b = 1.33. Harga b ini berarti pasar mengarah pada bentuk monopsoni pembelian dari lembaga pemasaran, atau dengan kata lain lembaga pemasaran memegang peranan sebagai penentu harga. Koefisien korelasi yang rendah menunjukan struktur pasar bersaing tidak sempurna. Hal ini disebabkan : a) Tidak ada pegangan petani dalam standarisasi, b) Menyoloknya

Page 14: ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek/Jurnal Agri-tek 2013... · Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA

Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN 85

perbedaan harga jual, c) Keterikatan petani kepada lembaga pemasaran yang memberi modal atau fasilitas lain. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kota Madiun maka dapat disimpulkan sebagai berlkut : 1. Saluran pemasaran Cabai di

daerah penelitian terdiri dari tiga saluran pemasaran yaitu :Petani → Pedagang pengumpul Pasar Besar → Pedagang Pengecer Pasar Besar → Konsumen Petani → Pedagang tengkulak Pasar Sleko → Pengecer Pasar Sleko → Konsumen Petani → Pedagang tengkulak Pasar Besar → Pedagang Pengumpul Pasar Besar → Pengecer Pasar kawak→ Konsumen

2. Saluran yang banyak dilalui oleh lembaga-lembaga pemasaran yaitu saluran pemasaran I dan II, hal ini karena petani tidak mau menanggung resiko pemasaran.

3. Fungsi-fungsi pemasaran Cabai yang dilakukan oleh lembaga pemasaran berbeda-beda pada tiap saluran pemasaran. Dan secara urnum fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan meliputi : a) transportasi b) penimbangan. c) bongkar muat, d) sortasi dan pengepakan e) penyusutan, dan f) retribusi.

4. Besar kecilnya margin pemasaran berpengaruh terhadap bagian (farmer share) yang diterima petani. Semakin besar margin pemasaran semakin kecil share yang diterima petani, dan semakin kecil margin pemasaran semakin besar share yang diterima petani.

5. Efisiensi Pemasaran dapat ditinjau dari pandang pendeknya saluran pemasaran, semakin panjang saluran pemasaran semakin tidak tercapai efisiensi pemasaran, hal ini karena biaya yang dikeluarkan

makin tinggi, dan keuntungan yang diambil oleh lembaga pemasaran akan makin banyak. Dan sebaliknya semakin pendek saluran pemasaran, makin sulit biaya yang dikeluarkan dan keuntungan tidak akan terbagi dengan lembaga pemasaran lain.

6. Berdasarkan analisa diketahui semakin besar jumlah margin pemasaran, maka pemasaran makin tidak efisien. Dari analisa data diperoleh fungsi linear margin pemasaran adalah M = -765.63 + 1.63(Pr). Untuk mengetahui efisiensi pemasaran dengan cara lain dapat digunakan analisa elastisitas harga dan analisa integrasi pasar. Dari uji-t didapat elastisitas transmisi = -0.81, ini berarti perubahan harga ditingkat produsen akan mengakibatkan perubahan harga kurang dari 0.81% ditingkat pengecer. Dari analisa integrasi pasar diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.0753, adapun hubungan harga ditingkat konsumen adalah Pr = -731,25 + 1.33(Pf).

7. Bentuk hubungan tersebut disimpulkan bahwa pasar mengarah pada bentuk monopsoni pembelian dari lembaga pemasaran yang diatasnya.

Saran Dari hasil penelitian pemasaran

Cabai di Kota Madiun maka diajukan saran sebagai berikut : Melihat fluktuasinya harga Cabai, maka petani diharapkan mengetahui info harga di pasar agar dapat memanen Cabai dalam waktu yang tepat dengan harga yang lebih baik. Perlu adanya penyuluhan terhadap petani agar dalam menjual hasil panennya hendaklah memilih saluran pemasaran yang sesuai dengan jumlah hasil panen. Peranan policy maker sangat diperlukan sebagai pengatur kebijakan dalam harga dan penciptaan iklim produksi yang baik.

Page 15: ANALISA EFISIENSI PEMASARAN KOMODITI CABAI …unmermadiun.ac.id/repository_jurnal_penelitian/Jurnal Agritek/Jurnal Agri-tek 2013... · Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA

Agri-tek Volume 14 Nomor 1 Maret 2013 ANALISA EFISIENSI PEMASARAN 86

DAFTAR PUSTAKA Swasta Bashu ,B.1999 , Azaz – asas

Marketing , Liberty Yogjakarta . Rahardi, F . 2003 . Agribisnis

Tanaman Sayur , Penebar Swadaya , Jakarta.

Soekartawi ,2003 .Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran hasil Pertanian ,Teori Dan Aplikasinya , Rajawali , Jakarta.

Juli Hidayati , 2002 , Analisa Efisiensi Pemasaran pada Beberapa saluran Pemasaran , Fakultas Pertanian , Universitas Muhammadiyah Malang .

Soekartawi ,2003 . Agribisnis Teori Dan Aplikasinya , Raja Grafindo Persada , Jakarta

Diana Titis H , 2011 , Tiada Henti Panen Cabai ( Panduan Budidaya Cabai Sepanjang Musim di sawah dan Pot ) , Trimedia Pustaka , Yogjakarta

Winardi , 2001 , Aspek – aspek Bauran Pemasaran., Mandar Maju , Bandung.