23
ANALISA KASUS HUKUM KESEHATAN “MALPRAKTEK ABORSI BIDAN” KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mallpraktek Aborsi Bidan” dapat diselesaikan dengan baik. Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Pembuatan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan dan dukungan dari semua pihak oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih terutamakepada Bapak Ir. Ady Setiawan, SH, M.Kes, selaku dosen pengampu mata kuliah Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk dapat menyempurnakan makalah ini. Semogamakalah ini dapat berguna bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Semarang, April 2011

Analisa Kasus Hukum Kesehatan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisa Kasus Hukum Kesehatan

ANALISA KASUS HUKUM KESEHATAN “MALPRAKTEK ABORSI BIDAN”

KATA PENGANTAR

                                                 

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Mallpraktek Aborsi Bidan” dapat diselesaikan

dengan baik.

Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi dan Hukum

Kesehatan. Pembuatan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan dan

dukungan dari semua pihak oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima

kasih terutamakepada Bapak Ir. Ady Setiawan, SH, M.Kes, selaku dosen pengampu mata

kuliah Etika Profesi dan Hukum Kesehatan.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu 

kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk dapat

menyempurnakan makalah ini. Semogamakalah ini dapat berguna bagi pembaca pada

umumnya dan penulis pada khususnya.

 Semarang,  April 2011

Page 2: Analisa Kasus Hukum Kesehatan

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..........................................................................         i

Kata Pengantar .........................................................................        ii

Daftar Isi .................................................................................       iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang.................................................................        1

Permasalahan..................................................................        2

Tujuan Penulisan..............................................................        2 

BAB II TINJAUAN TEORI

Pengertian Aborsi.............................................................        4

B.    Penyebab Aborsi .............................................................         5

C.   Cara aborsi yang sering dilakukan .....................................         6

Jenis-jenis Aborsi ............................................................        7

Dampak Aborsi  ..............................................................        8

BAB III PEMBAHASAN

 Hasil Study Lapangan  ....................................................         9

Pembahasan Hukum .........................................................      11

Pembahasan Kasus  .........................................................      16

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan .....................................................................       18

Saran .............................................................................      18

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: Analisa Kasus Hukum Kesehatan

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Di Indonesia, akhir-akhir ini tuntutan hukum terhadap tenaga kesehatan dengan dakwaan

melakukan malpraktek makin meningkat dimana-mana, termasuk di negara kita. Ini

menunjukkan adanya peningkatan kesadaran hukum masyarakat, dimana masyarakat lebih

menyadari akan haknya. Disisi lain para tenaga kesehatan dituntut untuk melaksanakan

kewajiban dan tugas profesinya dan dengan lebih hati-hati dan penuh tanggung

jawab. Seorang tenaga kesehatan hendaknya dapat menegakkan diagnosis dengan benar

sesuai dengan prosedur, memberikan terapi dan melakukan tindakan medik sesuai dengan

standar pelayanan medik dan tindakan itu memang wajar dan diperlukan. Dinegara-negara

maju tiga besartenaga kesehatan yang  menjadi sasaran utama tuntutan ketidak layakan dalam

praktek, yaitu spesialis bedah (ortopedi, plastik dan syaraf), spesialis anestesi dan spesialis

kebidanan dan penyakit kandungan. Pada spesialis kebidanan dan kandungan salah satu

malpraktek yang dilakukan adalah aborsi.

Meski pengguguran kandungan (aborsi) dilarang oleh hukum, tetapi kenyataannya terdapat

2,3 juta perempuan melakukan aborsi(Kompas, 3 Maret 2000). Masalahnya tiap perempuan

mempunyai alasan tersendiri untuk melakukan aborsi dan hukumpun terlihat tidak

akomodatif terhadap alasan-alasan tersebut, misalnya dalam masalah kehamilan paksa akibat

perkosaan atau bentuk kekerasan lain termasuk kegagalan KB. Larangan aborsi berakibat

pada banyaknya terjadi aborsi tidak aman (unsafe abortion), yang mengakibatkan kematian.

Aborsi memang erat kaitanya dengan hak asasi manusia, disatu sisi dikatakan bahwa setiap

wanita berhak atas tubuh dan dirinya dan berhak untuk menjalani kehidupan reproduksi dan

kehidupan seksual yang sehat, aman, serta bebas dari paksaan. Namum, disatu sisi lagi janin

yang ada dalam kandungan juga berhak untuk terus hidup dan berkembang. Dua hal tersebut

memang saling bertentangan satu sama lain karena menyangkut dua kehidupan. Jika aborsi

yang dilakukan adalah aborsi krminalis tentu saja hal tersebut sangat bertentangan dengan

hak asasi manusia. Dalam Undang-Undang HAM juga diatur mengenai perlindungan anak

sejak dari janin karena sekalipun seorang ibu mempunyai hak atas tubuhnya sendiri tetapi

tetap saja harus kita ingat bahwa hak asasi yang dimiliki setiap orang tetap dibatasi oleh

Undang-Undang. Tetapi ketika seorang ibu harus menggugurkan kandungannya dengan

indikasi kedaruratan medis yang dideteksi dapat mengancam nyawa ibu atau janin, secara hak

Page 4: Analisa Kasus Hukum Kesehatan

sasai manusia dapat dibenarkan karena si ibu tersebut juga punya hak untuk hidup dan

mempertahankan kehidupannya.

B.    PERMASALAHAN

Mengapa kasus aborsi masih banyak dilakukan tenaga kesehatan khususnya oleh bidan dan

apa sajakah pasal-pasal yang mengatur aborsi?

C.    MANFAAT PENULISAN

1.  Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan terutama yang berkaitan

dengan malpraktek aborsi.

2.  Memahami permasalahan yang berkaitan dengan malpraktek aborsi serta upaya- upaya

untuk mencegahnya.

Memahami tuntutan hukum terhadap malpraktek aborsi.

Page 5: Analisa Kasus Hukum Kesehatan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Aborsi (LBH APIK Jakarta, 2010)

Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute for Social, Studies

and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai penghentian

kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus),

sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.

Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia (Prof. Dr. JS. Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar Harapan,

Jakarta, 1996) abortus didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus

sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang

dikandung itu).

Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya

janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin

masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa kehamilan).

Secara medis, aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan

mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar kandungan secara mandiri.

Tindakan aborsi mengandung risiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai standar

profesi medis (Akhmadi, 2009)

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”.

Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat

hidup di luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi

kesempatan untuk bertumbuh.

Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam

keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat

dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari

tindakan medis tertentu itu, hanya disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis

tertentu.

Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan tertentu untuk

menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan).

B. Penyebab Aborsi (Akhmadi, 2009)

Page 6: Analisa Kasus Hukum Kesehatan

Adapun penyebab melakukan tindakan aborsi tanpa rekomendasi medis adalah:

a.  Ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah. Perlu dipikirkan oleh pihak sekolah

bagaimana supaya tetap dipertahankan sekolah meski sedang hamil kalau terlanjur.

b.  Belum siap menghadapi orang tua atau memalukan orang tua dan keluarga. Hal ini juga

perlu legawa orang tua karena psikologis anak sangat besar.

c.  Malu pada lingkungan sosial dan sekitarnya.

d.  Belum siap baik mental maupun ekonomi untuk menikah dan mempunyai anak.

e.  Adanya aturan dari kantor bahwa tidak boleh hamil atau menikah sebelum waktu tertentu

karena terikat kontrak.

f.   Tidak senang pasangannya karena korban perkosaan.  

Adapun  penyebab lain dari kejadian aborsi ini antara lain adalah

a.  Faktor ekonomi, di mana dari pihak pasangan suami isteri yang sudah tidak mau

menambah anak lagi karena kesulitan biaya hidup, namun tidak memasang kontrasepsi, atau

dapat juga karena kontrasepsi yang gagal.

b.  Faktor penyakit herediter, di mana ternyata pada ibu hamil yang sudah melakukan

pemeriksaan kehamilan mendapatkan kenyataan bahwa bayi yang dikandungnya cacat secara

fisik.

c.  Faktor psikologis, di mana pada para perempuan korban pemerkosaan yang hamil harus

menanggung akibatnya. Dapat juga menimpa para perempuan korban hasil hubungan saudara

sedarah (incest), atau anak-anak perempuan oleh ayah kandung, ayah tiri ataupun anggota

keluarga dalam lingkup rumah tangganya.

d.  Faktor usia, di mana para pasangan muda-mudi yang masih muda yang masih belum

dewasa & matang secara psikologis karena pihak perempuannya terlanjur hamil, harus

membangun suatu keluarga yang prematur.

e.  Faktor penyakit ibu, di mana dalam perjalanan kehamilan ternyata berkembang menjadi

pencetus, seperti penyakit pre-eklampsia atau eklampsia yang mengancam nyawa ibu.

f.   Faktor lainnya, seperti para pekerja seks komersial, ‘perempuan simpanan’, pasangan

yang belum menikah dengan kehidupan seks bebas atau pasangan yang salah satu/keduanya

sudah bersuami/beristri (perselingkuhan) yang terlanjur hamil.

C. Cara aborsi yang sering dilakukan (Akhmadi, 2009):

Page 7: Analisa Kasus Hukum Kesehatan

a.    Manipulasi fisik, yaitu dengan cara melakukan pijatan pada rahim agar janin terlepas dari

rahim. Biasanya akan terasa sakit sekali karena pijatan yang dilakukan dipaksakan dan

berbahaya bagi oragan dalam tubuh.

b.    Menggunakan berbagai ramuan dengan tujuan panas pada rahim. Ramuan tersebut

seperti nanas muda yang dicampur dengan merica atau obat-obatan keras lainnya.

c.    Menggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril yang dapat mengakibatkan infeksi.

Tindakan ini juga membahayakan organ dalam tubuh.

D. Jenis-jenis Aborsi (Poole 2004)

a.  Missed abortion

Pada kasus missed abortion, kematian janin terjadi tanpa adanya pengeluaran dari hasil

konsepsi. Alasan mengapa janin yang meninggal tidak keluar masih belum jelas. Biasanya

didahului dengan tanda dan gejala abortus imminensyang kemudian menghilang spontan atau

menghilang setelah pengobatan. Tes kehamilan menjadi negatif, tanda-tanda kehamilan tidak

ada, dan denyut jantung janin tidak dapat terdeteksi.

b.  Abortus terapeutik

Abortus yang dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu atas pertimbangan

kesehatan wanita, dimana apabila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya.

Misalnya pada wanita dengan kelainan jantung. Dapat juga dilakukan atas pertimbangan

kelainan janin yang berat.

c.  Abortus septik

Abortus spontan dapat diikuti dengan komplikasi infeksi. Infeksi dapat terjadi akibat tindakan

abortus yang tidak sesuai dengan prosedur (misalnya oleh dukun). Infeksi yang terjadi pada

umumnya endometritis, yang  bisa berkembang menjadi parametritis dan peritonitis.

d.  Abortus berulang

Abortus berulang adalah abortus yang terjadi sebanyak 3 kali atau lebih pada 3 bulan pertama

kehamilan. Abortus berulang primer terjadi pada wanita yang belum pernah memiliki anak

yang hidup sebelumnya. Abortus berulang sekunder adalah abortus yang terjadi pada wanita

yang sebelumnya sudah pernah memiliki anak lahir hidup.

E. Dampak Aborsi (Akhmadi, 2009)

a.  Pendarahan sampai menimbulkan shock dan gangguan neurologis/syaraf di kemudian hari,

akibat lanjut perdarahan adalah kematian.

Page 8: Analisa Kasus Hukum Kesehatan

b.  Infeksi alat reproduksi yang dilakukan secara tidak steril. Akibat dari tindakan ini adalah

kemungkinan remaja mengalami kemandulan di kemudian hari setelah menikah.

c.   Risiko terjadinya ruptur uterus (robek rahim) besar dan penipisan dinding rahim akibat

kuretasi. Akibatnya dapat juga kemandulan karena rahim yang robek harus diangkat

seluruhnya.

d.  Terjadinya fistula genital traumatis, yaitu timbulnya suatu saluran yang secara normal

tidak ada yaitu saluran antara genital dan saluran kencing atau saluran pencernaan.

                            

Page 9: Analisa Kasus Hukum Kesehatan

BAB III

PEMBAHASAN

A.    Hasil Study Lapangan

Judul : Remaja Aborsi Tewas Usai Disuntik Bidan

Kasus:

Minggu,18 Mei 2008 20:00 WIB

KEDIRI - Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi Kediri. Novila Sutiana (21), warga

Dusun Gegeran, Desa/Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, Jawa Timur, tewas setelah berusaha

menggugurkan janin yang dikandungnya. Ironisnya, korban tewas setelah disuntik obat

perangsang oleh bidan puskesmas.

Peristiwa naas ini bermula ketika Novila diketahui mengandung seorang bayi hasil

hubungannya dengan Santoso (38), warga Desa Tempurejo, Kecamatan Wates, Kediri.

Sayangnya, janin yang dikandung tersebut bukan buah perkawinan yang sah, namun hasil

hubungan gelap yang dilakukan Novila dan Santoso.

Santoso sendiri sebenarnya sudah menikah dengan Sarti. Namun karena sang istri bekerja

menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Hongkong, Santoso kerap tinggal sendirian di

rumahnya. Karena itulah ketika bertemu dengan Novila yang masih kerabat bibinya di

Ponorogo, Santoso merasa menemukan pengganti istrinya. Ironisnya, hubungan tersebut

berlanjut menjadi perselingkuhan hingga membuat Novila hamil 3 bulan.

Panik melihat kekasihnya hamil, Santoso memutuskan untuk menggugurkan janin tersebut

atas persetujuan Novila. Selanjutnya, keduanya mendatangi Endang Purwatiningsih (40),

yang sehari-hari berprofesi sebagai bidan di Desa Tunge, Kecamatan Wates, Kediri.

Keputusan itu diambil setelah Santoso mendengar informasi jika bidan Endang kerap

menerima jasa pengguguran kandungan dengan cara suntik.

Pada mulanya Endang sempat menolak permintaan Santoso dan Novila dengan alasan

keamanan. Namun akhirnya dia menyanggupi permintaan itu dengan imbalan Rp2.100.000.

Kedua pasangan mesum tersebut menyetujui harga yang ditawarkan Endang setelah turun

menjadi Rp2.000.000. Hari itu juga, bidan Endang yang diketahui bertugas di salah satu

puskesmas di Kediri melakukan aborsi.

Metode yang dipergunakan Endang cukup sederhana. Ia menyuntikkan obat penahan rasa

nyeri Oxytocin Duradril 1,5 cc yang dicampur dengan Cynaco Balamin, sejenis vitamin B12

Page 10: Analisa Kasus Hukum Kesehatan

ke tubuh Novila. Menurut pengakuan Endang, pasien yang disuntik obat tersebut akan

mengalami kontraksi dan mengeluarkan sendiri janin yang dikandungnya.

"Ia (bidan Endang) mengatakan jika efek kontraksi akan muncul 6 jam setelah disuntik. Hal

itu sudah pernah dia lakukan kepada pasien lainnya," terang Kasat Reskrim Polres Kediri

AKP Didit Prihantoro di kantornya, Minggu (18/5/2008).

Celakanya, hanya berselang dua jam kemudian, Novila terlihat mengalami kontraksi hebat.

Bahkan ketika sedang dibonceng dengan sepeda motor oleh Santoso menuju rumahnya,

Novila terjatuh dan pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit. Apalagi organ intimnya

terus mengelurkan darah.

Warga yang melihat peristiwa itu langsung melarikannya ke Puskemas Puncu. Namun karena

kondisi korban yang kritis, dia dirujuk ke RSUD Pare Kediri. Sayangnya, petugas medis di

ruang gawat darurat tak sanggup menyelamatkan Novila hingga meninggal dunia pada hari

Sabtu pukul 23.00 WIB.

Petugas yang mendengar peristiwa itu langsung menginterogasi Santoso di rumah sakit.

Setelah mengantongi alamat bidan yang melakukan aborsi, petugas membekuk Endang di

rumahnya tanpa perlawanan. Di tempat praktik sekaligus rumah tinggalnya, petugas

menemukan sisa-sisa obat yang disuntikkan kepada korban. Saat ini Endang berikut Santoso

diamankan di Mapolres Kediri karena dianggap menyebabkan kematian Novila.

Lamin (50), ayah Novila yang ditemui di RSUD Pare Kediri mengaku kaget dengan

kehamilan yang dialami anaknya. Sebab selama ini Novila belum memiliki suami ataupun

pacar. Karena itu ia meminta kepada polisi untuk mengusut tuntas peristiwa itu dan

menghukum pelaku.

Akibat perbuatan tersebut, Endang diancam dengan pasal 348 KUHP tentang pembunuhan.

Hukuman itu masih diperberat lagi mengingat profesinya sebagai tenaga medis atau bidan.

Selain itu, polisi juga menjeratnya dengan UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992. Belum

diketahui secara pasti sudah berapa lama Endang membuka praktik aborsi tersebut. (Hari Tri

Wasono, 2008)

B.    Pembahasan Hukum

Aborsi menurut pandangan hukum di Indonesia :

1)   Menurut KUHP dinyatakan bahwa ibu yang melakukan aborsi, dokter atau bidan atau

dukun yang membantu melakukan aborsi, dan orang yang mendukung terlaksananya aborsi

akan mendapat hukuman.

Pasal 229

Page 11: Analisa Kasus Hukum Kesehatan

1.  Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita ataumenyuruhnya supaya diobati,

dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya

dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling

banyak empat puluh ribu rupiah.

2.  Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan

perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau

juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.

3.  Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pekerjaannya maka

dapat dicabut haknya untuk melakukan pekerjaanitu.

Pasal 346

Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh

orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347

1.  Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita

tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

2.  Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling

lama lima belas tahun.

Pasal 348

1.  Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita

dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

2.  Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana

penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349

Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal

346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan

dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah

dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana

kejahatan dilakukan.

Pasal 535

Page 12: Analisa Kasus Hukum Kesehatan

Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk menggugurkan

kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara

terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat,

sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan

atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan:

1.     Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain,

diancam hukuman empat tahun.

2.     Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa

persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati

diancam 15 tahun

3.     Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila

ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara.

4.     Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter,

bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak

untuk praktek dapat dicabut.

2)    Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik

Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan :

Pasal 15

1.  Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau

janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

2.  Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan :

a.  berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;

b.  oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan

sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli;

c.   dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya;

d.  pada sarana kesehatan tertentu.

Pasal 80

Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang

tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2),

Page 13: Analisa Kasus Hukum Kesehatan

dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak

Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

3)    Pembaharuan Undang - Undang Kesehatan yaitu UU No.36 tahun 2009 Tentang

Kesehatan, dijelaskan pula tentang aborsi.

Pasal 75

1.     Setiap orang dilarang melakukan aborsi.

2.     Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan:

a.     indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang

mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat

bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di

luar kandungan; atau

b.     kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban

perkosaan;

c.      Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui

konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan

yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.

d.     Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 76

Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:

a.    Sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir,

kecuali dalam hal kedaruratan medis;

b.    oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki

sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;

c.    dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;

d.    dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan

e.    penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 77

Page 14: Analisa Kasus Hukum Kesehatan

Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung

jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 194

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama

10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

C.   Pembahasan Kasus

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia abortus didefinisikan sebagai terjadi keguguran

janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak

menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).

Aborsi yang dilegalkan diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

1992 tentang Kesehatan Pasal 15, sedangkan Pembaharuan Undang - Undang Kesehatan

yaitu UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, dijelaskan pula pada Pasal 75 ayat 2 dan

pasal 76.

Pada kasus di atas dijelaskan  bahwa terjadi suatu aborsi tetapi jenis aborsi illegal. Kasus

diatas berawal dari pasangan yang melakukan hubungan gelap (perselingkuhan) yang

mengakibatkan sang wanita hamil, Pria dan wanita sepakat untuk menggugurkan kandungan

yang berumur 3 bulan itu ke bidan. Bidan menyanggupi untuk melakukan aborsi tersebut

dengan imbalan Rp 2.000.000,00.

Semua ahli madya kesehatan wajib mengucap sumpah janji ketika lulus dari pendidikan.

Salah satu isi sumpah janji tersebut yaitu untuk melaksanakan tugas sabaik-baiknya menurut

undang-undang yang berlaku.  Tetapi pada kasus ini bidan E melanggar sumpah tersebut.

Bidan dengan sengaja dan adanya niat memberikan suntikan oxytocin duradril 1,5 cc yang

dicampur dengan cynano balamin. Hal ini mengakibatkan perdarahan hebat pada wanita

tersebut dan berakhir dengan kematian.

Kasus aborsi di atas termasuk kasus pidana, karena adanya aduan dari ayah korban yang

meminta kepada polisi untuk mengusut tuntas peristiwa itu dan menghukum pelaku. Kasus

ini mengakibatkan bidan E terjerat pasal 348 KUHP tentang pembunuhan daan melanggar

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 atau pada Undang-undang yang

baru yaitu Undang-undang Kesehatan No 36 tahun 2009.

Page 15: Analisa Kasus Hukum Kesehatan

Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 bidan E bisa dijerat

dengan Pasal 80 dengan ketentuan dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun

dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), sedangkan

menurut pembaharuan Undang Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 dijerat dengan

pasal 194 dengan ketentuan dipidana dengan penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

BAB IV

PENUTUP

A.   Kesimpulan

Malpraktik aborsi yang tidak aman dan ilegal masih banyak dilakukan di sekitar kita, bahkan

oleh tenaga kesehatan sekalipun. Sebagai contoh dari kasus di atas, diketahui bahwa seorang

bidan dengan sengaja telah melakukan praktik aborsi kepada salah satu pasiennya, dimana

bidan itu sadar betul kalau tindakan tersebut adalah bukan kewenangannya. Tindakan aborsi

mengandung risiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai standar profesi medis.

Risiko yang mungkin timbul antara lain, perdarahan, infeksi pada alat reproduksi, rupture

uteri, bahkan bisa sampai terjadi kematian. Pasal-pasal yang mengatur tentang tindakan

aborsi pun tidak sedikit, dengan berbagai ancaman hukuman, namun hal ini tidak

menyurutkan niat para oknum tenaga medis untuk tetap melakukan praktik aborsi yang ilegal.

B.   SARAN

Semua tenaga kesehatan, baik dokter, bidan ataupun yang lainnya harus memahami betul

apa-apa yang menjadi kewenangannya dan apa-apa pula yang bukan menjadi kewenangan

dari profesinya. Peraturan per Undang-undangan yang telah disusun sedemikian rupa dan

diadakan pembaharuan, janganlah hanya dianggap sebagai peraturan tertulis semata, namun

harus di patuhi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.