Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
[Type text]
ANALISA KUALITAS HASIL PRODUKSI KERTAS
PADA PERUSAHAAN PENGHASIL KERTAS YANG
BERLOKASI BEKASI JAWA BARAT
Juliasari Prasetya, S.ST, M,T
Universitas Mitra Karya
ABSTRAK
Pada era globalisasi dan digitalisasi saat ini terasa sekali membawa dampak dalam
dunia industri, perusahaan industri kertas tidak hanya bersaing dalam skala regional
maupun nasional, melainkan skala internasional. Sehingga persaingan yang terjadi
membawa dampak pada setiap pelaku industri untuk meningkatkan nilai dari produk
yang dihasilkan. Selain itu perusahaan juga harus mampu membuat produk seusuai
dengan keinginan konsumen agar dapat memenangkan persaingan. Usaha yang dapat
dilakukan perusahaan adalah dengan meningkatkan nilai produk yang dihasilkan dengan
cara melakukan kegiatan pengendalian kualitas. Suatu kegiatan pengendalian kualitas
dipandang memiliki dampak dapat membantu perusahaan mempertahankan dan
meningkatkan kualitas produknya dengan melakukan pengendalian terhadap tingkat
kerusakan produk (product defect) sampai pada tingkat kerusakan nol (zero defect).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hasil produksi pada produk
continous form dan menganalisis faktor penyebab timbulnya cacat produk continous form
juga merumuskan langhkah-langkah pengendalian kualitas
Kata kunci : Product Defect , Zero Defect dan continues form
I.PENDAHULUAN
Pada era globalisasi dan digitalisasi saat ini terasa sekali membawa
dampak dalam dunia industri, perusahaan industri kertas tidak hanya bersaing
dalam skala regional maupun nasional, melainkan skala internasional. Sehingga
persaingan yang terjadi membawa dampak pada setiap pelaku industri untuk
meningkatkan nilai dari produk yang dihasilkan. Selain itu perusahaan juga harus
mampu membuat produk seusuai dengan keinginan konsumen agar dapat
memenangkan persaingan. Usaha yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan
meningkatkan nilai produk yang dihasilkan dengan cara melakukan kegiatan
pengendalian kualitas.
Suatu kegiatan pengendalian kualitas dipandang memiliki dampak dapat
membantu perusahaan mempertahankan dan meningkatkan kualitas produknya
dengan melakukan pengendalian terhadap tingkat kerusakan produk (product
defect) sampai pada tingkat kerusakan nol (zero defect).
Perusahaan ini adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang
jasa percetakan di Indonesia, yang menghasilkan produk percetakan salah satunya
adalah continous form. Continous form adalah lembaran kertas rangkap tiga yang
biasa digunakan dalam kegiatan perbankan atau perkantoran.
Dalam periode Juni 2018-Mei 2019 perusahaan memproduksi continous
formsebanyak 336.000 box. Dalam sebulan mampu memproduksi continous
formsebanyak 28.000 box. Satu box berisi 3000 ply. Sepanjang periode Juni 2018-
Mei 2019 terjadi cacat produk sebanyak 7.158 box.
Data produk cacat (reject) Juni 2018-Mei 2019 dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini
Gambar Grafik Jumlah Produk cacat (reject) Periode Juni 2018-Mei
2019 (Bagian Produksi 2019).
Berdasarkan data produksi periode Juni 2018-Mei 2019, masih terdapat
produksi yang cacat sebesar 2,13%. Cacat yang terjadi meliputi tinta kurang tebal,
terdapat noda, cetakan tidak presisi, cetakan tembus, produk terlipat, produk
berjamur, produk robek, dan cetakan tidak rata. Berikut jumlah keluhan cacat
produk yang terjadi pada periode Juni 2018-Mei 2019.
Tabel Keluhan pelanggan 2018
No Keluhan Jumlah (box)
1 Tinta kurang tebal 24
2 Terdapat noda 20
3 Cetakan tidak presisi 16
4 Cetakan tembus 8
5 Produk terlipat 57
6 Produk berjamjur 17
7 Produk robek 7
8 Cetakan tidak rata 11
Total 160
Cacat produk yang dominan terjadi adalah produk terlipat, tinta kurang
tebal, terdapat noda, produk berjamur, cetakan tidak presisi, cetakan tidak rata,
cetakan tembus dan produk robek. Meskipun standar opersaional kegiatan
pengendalian kualitas sudah dibakukan. Namun, pada pelaksanaannya belum
diterapkan dengan baik oleh para karyawan/operator. Contohnya, ketika
memeindahkan gulungan kertas harus menggunakan lifter, namun pada
pelaksanaannya karyawan/operator tersebut masih melakukannya dengan cara
manual. Kurangnya sikap disiplin karyawan/operator terhadap aturan yang
diterapkan perusahaan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
produk cacat. Selain itu sanksi yang diberikan kepada karyawan/operator yang
melanggar aturan, tidak diberikan sanksi yang tegas. Oleh karena itu diperlukan
suatu metode pengendalian kualitas yang tepat agar dapat menekan jumlah produk
cacat (reject) yang terjadi.
Kualitas merupakan suatu nilai tambah dari sebuah produk atau jasa. Pengertian
dan definisi kualitas sangat beragam dan bersifat relatif sehingga definisi dari
kualitas memliki banyak kriteria dan bergantung pada konteksnya jika dilihat dari
sisi konsumen, secara subjektif orang mengatakan kualitas merupakan sesuatu
yang cocok dengan selera (fitness for use)dan dapat memberikan manfaat pada
pemakai (measure of utility and usefulness). Selain itu kualitas produk dapat
terkait dengan keandalan, daya tahan, kemurnian, waktu yang tepat, penampilan,
integritasnya dan individualitasnya.
Mengemukakan kualitas diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu
barang atau hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan
tujuan untuk apa barang atau hasil tersebut dibutuhkan. Menurut American
Society For Quality, Kualitas adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk
atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan yang terlihat maupun yang
tersamar. Mengatakan kualitas suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi dan sifat
suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen
dengan memuaskan sesuai dengan nilai uang yang telah dikeluarkan.
Walaupun tidak ada definisi mutu yang diterima secara universal, tetapi dari
beberapa definisi terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam unsur-unsur berikut:
1. Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
2. Mutu mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan.
3. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah.
Mengatakan terdapat delapan dimensi kualitas untuk mengalisis kualitas suatu
produk adalah sebagai berikut:
a. Kinerja (performance).
Kesesuaian produk dengan fungsi utama atau karakteristik utama
produk. Misal gambar jernih pada televisi.
b. Ciri-ciri atau Keistimewaan tambahan (feature).
Karakteristik tambahan, fasilitas atau fitur pelengkap siuatu produk
yang membedakan dengan produk lain. Contohnya menu freeze
pada televisi.
c. Kehandalan (reliability).
Konsisitensi kinerja suatu produk dan kehandalan produk yang
memungkinkan kepercayaan konsumen terhadap produk.
d. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesification).
Spesifikasi dan standar industri, serta sejauh mana karakteristik
selain operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan.
e. Daya tahan (durability)
Masa daya guna atau ketahanan produk, mencakup masa garansi
dan perbaikan.
f. Kemampuan melayani (serviceability).
Pertanggungjawaban atas permasalahan-permasalahan produk dan
keluhan konsumen terhadap produk, serta kemudahan memperoleh
perbaikan dan komponen pengganti.
g. Estetika (estethic).
Bagaimana suatu produk dirasakan dan didengarkan. Berbagai
karakteristik yang berhubungan dengan psikologis produsen,
penyalur dan konsumen sebagai daya tarik produk.
h. Ketetapan kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).
Kinerja yang telah dicapai dan kesuksesan yang diraih seperti
pencapaian target penjualan, kepuasan konsumen dan lain-lain yang
menyebabkan reputasi perusahaan yang baik dan menghasilkan
fanatisme konsumen terhadap merek.
Perusahaan membutuhkan suatu cara yang tepat agar dapat menghasilkan kualitas
yang baik pada produk yang dihasilkannya serta menjaga konsistensinya agar
dapat sesuai dengan kebtutuhan pelanggan yaitu dengan menerapkan sistem
pengendalian kualitas (quality control) dalam kegiatan produksinya. Pengendalian
kualitas perlu dilakukan mulai dari sebelum proses produksi berjalan, saat proses
produksi berjalan hingga proses produksi berakhir dengan menghasilkan sebuah
produk. Pengendalian kualitas dilakukan agar perusahaan dapat mengahsilkan
produk yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Pengendalian kualitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar
kegiatan produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang
direncanakan dan apabila terjadi penyimpangan makan penyimpangan tersebut
dapat dikoreksi sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai. Dan pengendalian
kualitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk memantau aktivitas kinerja yang
sebenarnya yang dilakukan telah sesuai dengan yang direncanakan.
jadi, dapat disampaikan bahwa pengendalian kualitas adalah suatu teknik, cara,
metode, aktivitas, atau kegiatan yang terencana yang dilakukan untuk mencapai,
mempertahankan dan meningkatkan kualtas produk agar sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan dan dapat memenuhi kepuasan pelanggan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.HASIL
Seiring dengan berkembangannya potensi manufakturkertas, prosfek manufaktir
kertas Indonesia dan persaingan dengan PT. Kertas/ pabrik yg memproduksi
kertas lain di Indonesia. Saat ini pabrik kertas Fajar Surya Wisesa Tbk (Fajar
Paper) memproduksi berbagai macam produk kertas, bahkan hampir semua jenis
manufaktur kertas sudah dapat di produksi untuk kebutuhan industri kertas, pabrik
kertas ataupun pengguna kertas untuk lokal kertas Indonesia ataupun kebutuhan
kertas di luar Indonesia.
Perusahaan kertas ini mengolah, mendesain, mengembangkan, memproduksi
berbagai macam produk cetakan dan juga kompon kertas untuk industri kertas
ataupun industri lainnya.Dengan pengalaman cukup, produk kertas yang di
hasilkan oleh dapat di sesuaikan berbagai macam kebutuhan kertas industri,
mesin industri ataupun aplikasimanufaktur kertas dibidang lain sesuai dengan
permintaan pelanggan.
Proses Produksi yang dilakukan terdiri dar tiga tahap, yaitu tahap pracetak
(prepress), tahap cetak (press) dan tahap pascacetak (postpress). Tahapan
produksi yang terjadi saling mempengaruhi dan berkaitan. Kualitas output pada
tahap pracetak (prepress) mempengaruhi kualitas output tahap cetak (press).
Begitu puka pada tahap pascacetak, kualitas output yang dihasilkan ditentukan
pada tahap cetak (pres).
Input pada tahap pracetak (prepress) berupa file naskah, film, plate, cairan
fixer&developer, cairan gom dan korektor plate. Output tahap pracetak (prepress)
berupa plate cetak yang kemudian dijadikan acuan atau master pada tahap cetak
(press). Tahap cetak (press) mendapatkan input berupa plate cetak, tinta dan
kertas. Output yang dihasilkan berupa lembaran kertas continous form. Tahap
terakhir adalah tahap pascacetak (postpress) mendapatkan input berupa kertas
yang telah dicetak dan di-lem. Tahap ini menghasilkan output berupa lembar
continous form yang sudah memiliki berbentuk tiga ply (rangkap) yang siap untuk
di packing dan siap dikirm ke konsmen.
Perusahaan menetapkan standar mutu untuk produk yang dihasilkan. Standar
mutu tersebut menjadi acuan dalam memproduksi produk sebelum di
distribusikan ke konsumen. Pada tahap pascacetak (postpress) dilakukan
pengecekan terhadap produk yang telah di produksi. Perusahaan menetapkan
standar mutu untuk produk continous form agar menjaga kualitas produk yang
dihasilkan. Penentu yang digunakan dalam standar mutu dibagi menjadi empat
kriteria, yaitu kesesuaian ukuran, tingkat kerapihan, daya tahan produk dan
kualitas cetak. Standar mutu yang pertama adalah keseuaian produk. Produk yang
dihasilkan harus sesuai dengan keinginan pelanggan.Tingkat kerpaihan dilihat
dari apakah hasil pemotongan bahan baku, terjadi lipatan atau kebersihan produk
yang dihasilkan. Daya tahan produk yang dihasilkan ditentukan kualitas bahan
baku yang digunakan. Kualitas cetak ditentukan dar tingkat kecerahan tinta,
kombinasi warna kertas dengan tinta dan kualitas tinta yang digunakan.
Produk yang dihasilkan dinyatakan cacat (reject) apabila produk tersebut tidak
memenuhi standar mutu yang telah ditentukan, produk yang dinyatakan (reject)
tidak akan di distribusikan ke konsumen. Produk reject yang dihasilkan sebagai
limbah dan kemudian dijual ke pengepul barang bekas.
Keluhan Pelanggan A Tbk 2018
No Keluhan Jumlah Persentase (%)
1
2
3
4
Tinta kurang tebal
Terdapat noda
Cetakan tidak presisi
Cetakan tembus
24
20
16
8
15
12,5
10
5
Total 160 100
Tabel CTQ
Keluhan CTQ Jumlah (box)
Terdapat noda
Terlipat
Kerapihan Produk 84
Tinta kurang tebal
Cetakan tidak presisi
Cetakan tembus
Kualitas Cetak
59
Produk berjamur Daya tahan produk 17
- Kesesuian ukuran 0
Total 160
Produk reject Juni 2018-Mei 2019
Bulan Kesesuaian
ukuran
Tingkat
kerapihan
Daya tahan
produk
Kualitas
cetak
Total
cacat
Total
produksi
Juni 0 380 300 20 700 28.000
Juli 0 320 270 30 620 28.000
Agustus 0 364 156 36 556 28.000
September 0 328 172 23 523 28.000
Oktober 0 384 215 27 626 28.000
November 0 311 240 24 575 28.000
Desenber 0 340 298 32 670 28.000
Januari 0 336 234 25 595 28.000
Febuari 0 274 278 26 578 28.000
Maret 0 280 189 20 489 28.000
April 0 368 203 19 590 28.000
Mei 0 377 237 22 636 28.000
Total cacat
(reject)
0 4.062 2.792 304 7.158 336.000
Total Defect 7.158
Defect per Unit (DPU) = = = 0,0213035
Jumlah Output 336.000
Total Defect
DPMO = x 1.000.000
Total Opportunity
7.158
= x 1.000.000
336.000 x 4
= 5.325
Cause and Effect Diagram (Fishbone Diagram)
Berdasarkan diagram pareto tingkat cacat continous form adalah tingkat kerapihan
produk, daya tahan produk dan kualitas cetak. Dalam melakukan analisa sumber
ketiga cacat tersebut, alat yang digunakan adalah cause and effect diagram atau
diagram tulang ikan. Diagram tulang ikan membagi 5 (lima) faktor yang
mempengaruhi terjadinya produk cacat yaitu, man (manusia), machine (mesin),
material (bahan baku), method (metode) dan environment (lingkungan).
Kriteria tingkat kerapihan produk, daya tahan produk dan kualitas cetak telah
ditentukan sebagai penyebab produk cacat. Langkah selanjutnya adalah
melakukan analisa untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
setiap kriteria penyebab produk cacat tersebut dengan menggunakan diagram
tulang ikan. Berikut diagram tulang ikan untuk kerapihan produk disajikan pada
Gambar berikut ini.
Diagram tulang ikan kriteria kerapihan produk
Berdasarkan diagram tulang ikan pada gambar di atas dapat dilihat bahwa faktor
penyebab tingginya cacat kriteria kerpaihan produk adalah:
Faktor Manusia, Kurang terampilnya karyawan dalam bekerja, Adanya karyawan
yang tidak mengikuti standar kerja perusahaan, Kurang teliti dalam bekerja,
Kecerobohan karyawan dalam bekerja, Kurang memiliki pengalaman sehingga
tingkat kesalahan yang dilakukan masih tinggi.
Faktor Mesin, Setting mesin yang dilakukan tidak sesuai, sehingga kinerja mesin
kurang optimal, Keadaan mesin yang kotor. Mesin terlalu berdebu, berpasir atau
terdapat benda-benda asing lainnya, Ketidaksempurnaan pada proses cetak akibat
pemasangan silinder yang tidak presisi dapat menyebabkan mesin berhenti
Methode
Setting temperatur terlalu rendah
Setting speed
terlalu cepat
Machine
Speed cepat
Tarikan part tidak stabil Cooling bath rusak
Temperatur rendah
Dies mesin rusak
Ukuran Produk tidak sesuai spec
Pengecekan hanya di awal proses
Reject Diameter Under
Material Man
Tampilan kompond tidak baik
Material kompond
keras
beroperasi atau menjadi macet, Komponen aus. Hal ini menyebabkan proses
produksi terhambat atau bahkan terhenti akibat adanya komponen yang telah
usang.
Faktor Material, Kualitas bahan yang tidak baik. Menyebabkan kertas mudah
rusak ketika dipotong, diangkut atau ketika dipindahkan. Hal ini mempengaruhi
tingkat kerapihan produk yang dihasilkan, Bahan baku kotor. Apabila kertas yang
digunakan kotor, maka produk yang dihasilkan juga pasti akan gagal. Kotornya
kertas dapat disebabkan oleh noda, pasir, debu dan benda-benda asing lainnya
yang masuk ke dalam proses produksi,
Faktor Metode, Proses yang dilakukan tidak mengikuti prosedur dan standar yang
diterapkan perusahaan, Ketidaksempurnaan pada proses pracetak. Sehingga plate
yang dihasilkan terdapat titik-titik noda. Hal ini yang akan terjadi pada produk
nantinya.
Faktor penyebab kriteria cacat produk mudah rusak dapat dilihat pada diagram
tulang ikan pada Gambar dibawah ini.
Gambar Diagram tulang ikan kriteria daya tahan produk
Methode
Setting temperatur terlalu rendah
Setting speed
terlalu cepat
Machine
Speed cepat
Tarikan part tidak stabil
Cooling bath rusak
Temperatur rendah
Dies mesin rusak
Ukuran Produk tidak sesuai spec
Pengecekan hanya di awal proses
Reject Diameter Under
Material Man
Tampilan kompond tidak baik
Material kompond
keras
Faktor Manusia, Kesalahan pemilihan bahan baku. Kertas yang memiliki kualitas
yang rendah akan menghasilkan produk yang berkualitas rendah pula. Produk
akan menjadi terlalu basah setelah proses produksi berjalan. Hal ini akan
mempengaruhi daya tahan produk, Kesalahan pemilihan tempat penyimpanan.
Storage atau tempat penyimpanan yang kurang tepat akan menyebabkan produk
menjadi cepat rusak. Keadaan terlalu lembab akan menyebabkan produk
ditumbuhi jamur, apabila Storage terlalu panas akan menyebabkan produk
menjadi kering.
Faktor Mesin, Silinder terlalu panas. Silinder merupakan komponen yang penting
dalam mesin cetak. Apabila tidak dipasang dan di setting dengan tepat, silinder
menjadi cepat panas. Silinder yang terlalu panad akan menyebabkan tinta yang di
distribusikan ke kertas pun menjadi tidak optimal, selain itu dapat membuat kertas
menjadi kering, Tinta terlalu tebal. Tinta yang dicetak kedalam kertas dengan
tingkat ketebalan yang tinggi menyebabkan produk yang terlalu basah atau
lembab. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya jamur pada produk.
Faktor Material, Kualitas bahan yang tidak baik menyebabkan hasil cetakan
menjadi kurang baik pula. Produk dapat menjadi terlalu basah atau terlalu kering,
Bahan yang terlalu basah akan menyebabkan tumbuhnya jamur pada kertas yang
akan dugunakan. Hal ini dapat menurunkan kualitas bahan baku yang digunakan.
Faktor Metode, Metode yang digunakan tidak tepat. Contohnya ketika
mengangkat bahan baku atau produk jadi harus menggunakan lifter tidak boleh
mengangkat secara manual dengan tangan, Terlalu lama disimpan. Bahan baku
ataupun Produk jadi tidak bisa disimpan terlalu lama. Hal ini dapat menyebabkan
produk menjadi rusak, terlipat, sobek, berjamur dan lain-lain.
Faktor Lingkungan, Suhu ruang terlalu tinggi. Kondisi lingkungan yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan produk ataupun bahan baku menjadi kering sehingga
menurunkan kualitas atau bahkan dapat menjadi rusak, Suhu ruang terlalu rendah.
Kondisi lingkungan yang terlalu rendah dapat mengakibatkan munculnya jamur.
Hal ini dapat menyebabkan bahn baku dan produk jadi menjadi rusak, Sedangkan
faktor penyebab kriteria kualitas cetak dapat dilihat pada diagram tulang ikan pada
Gambar dibawah ini.
Gambar Diagram tukang ikan kriteria kualitas cetak
Berdasarkan diagram tulang ikan pada Gambar dapat dilihat bahwa faktor
penyebab kriteria kualitas cetak adalah:
Faktor Manusia, Karyawan kurang terampil dalam membuat plate cetak
yang menjadi acuan cetak pada proses cetak (press). Plate yang dihasilkan
naskah cetaknya kurang tebal. Hal ini menyebabkan hasil cetakan yang
Methode
Setting temperatur terlalu rendah
Setting speed
terlalu cepat
Machine
Speed cepat
Tarikan part tidak stabil
Cooling bath rusak
Temperatur rendah
Dies mesin rusak
Ukuran Produk tidak sesuai spec
Pengecekan hanya di awal proses
Reject Diameter Under
Material Man
Tampilan kompond tidak baik
Material kompond
keras
dihasilkan kurang tebal pula. Selain itu, plate jadi sering diganti karena
masalah yang tercetak di plate menjadi hilang.
Faktor Mesin, Mesin berdebu dan kotor. Hal ini menyebabkan tinta yang
tercetak terlapisi debu atau benda asing lainnya (pasir, kerikil, dll).
Cetakan yang dihasilkan menjadi tidak sempurna dam produk yang
dihasilkan tidak halus. Baik tinta bocor. Kebocoran tinta mempengaruhi
kualitas cetak, menyebabkan terjadinya bercak pada produk, Setting mesin
yang tidak tepat, menyebabkan kualitas produk tidak maksimal, hasil
cetakan menjadi terlalu tebal atau terlalu tipis,
Faktor Material, Kualitas bahan yang tidak baik menyebabkan hasil
cetakan menjadi kurang baik pula. Produk dapat menjadi terlalu basah atau
terlalu kering, Bahan yang terlalu basah akan menyebabkan tumbuhnya
jamur pada kertas yang akan digunakan. Hal ini dapat menurunkan
kualitas bahan baku yang digunakan.
Tabel Bobot RPN kriteria daya tahan produk
Penyebab potensial RPN %Total %Kumulatif
Lingkungan 172 39,359 39,359
Bahan baku 165 37,757 77,116
Mesin 100 22,883 100,000
Gambar Diagram Pareto Bobot RPN Kriteria Daya Tahan Produk
Berdasarkan diagram pareto pada Gambar diketahui bahwa penyebab yang
dominan kriteria daya tahan produk adalah faktor lingkungan. Faktor bahan baku
dan mesin berturut-turut menjadi faktor yang dominan setelah bahan baku dan
mesin.
CTQ
Efek
keraguan
potensial
Media
keraguan
potensial
Penyebab
potensial
O
S
D
RPN
Keterangan
Tabel FMEA kriteria kualitas cetak
Untuk memfokuskan peningkatan kualitas, prinsip Pareto dugunakan dalam
memprioritaskan penyebab-penyebab dari jenis kriteria kualitas cetak. Bobot
penyebab-penyebab dari kriteria kerapihan produk pada tabel FMEA
dikelompokkan dan kemudian dibuat diagram Pareto dengan menggunakan
software Minitab 15.
Tabel RPN Kriteria Kualitas Cetak
Penyebab potensial RPN %Total %Kumulatif
Karyawan 90 34,221 34,221
Mesin 75 28,517 62,738
Terlalu
tebal/tipis
Kinerja
mesin yang
tidak
optimal
5
3
5
71
Memberikan
pelatihan kepada
karyawan
Kualitas
Cetak
Hasil
Cetak
Tidak
Sempurna
Pembuatan
yang kurang
rapi
5
6
3
90
Melakukan
pemeliharaan
supplier secara
selektif
Tidak merata
Terdapat
debu dan
kotoran
5
2
5
40
Menerapkan
metode 5S
Bahan yang
digunakan
terlalu
lembab
(basah)
4
4
3
48
Melakukan
pemeliharaan
supplier secara
selektif
Lingkungan 50 19,011 81,750
Bahan baku 48 18,251 100,000
Gambar Diagram Pareto Bobot RPN Kriteria Kualitas Cetak
B.PEMBAHASAN
Berdasarkan fishbone diagram dan diagram pareto pada kriteria daya tahan
produk, didapatkan penyebab potensial terbesar yang mempengaruhi peningkatan
kualitas kriteria daya tahan produk. Penyebab potensial tersebut adalah
lingkungan, bahan baku dan mesin.
Permasalahan potensial yang mempengaruhi peningkatan kualitas merupakan
hambatan yang harus diselesaikan agar kegiatan produksi operasi dapat berjalan
optimal. Usulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
a. Survey Supplier lain.
b. Memberikan fasilitas air conditioning.
c. Perawatan komponen mesin continous form secara berkala.
Berdasarkan fishbone diagram dan diagram pareto pada kriteria kualitas cetak,
didapatkan penyebab potensial terbesar yang mempengaruhi peningkatan kualitas
kriteria kualitas cetak. Penyebab potensial tersebut adalah karyawan, lingkungan,
bahan baku dan mesin.
Permasalahan potensial yang mempengaruhi peningkatan kualitas merupakan
hambatan yang harus diselesaikan agar kegiatan produksi operasi dapat berjalan
optimal. Usulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
a. Memberikan training pada karyawan/operator.
Training diberikan pada karyawan/operator yang bertugas
membuat plate cetak agar plate cetak yang dihsilkan sesuai standar. Selain
itu memberi bimibngan kepada karyawan junior.
b. Perawatan komponen mesin continous form secara berkala.
Preventive maintenance wajib dilakukan agar dapat meminimalisir
keruskan yang terjadi pada mesin produksi. Kegiatan ini tidak saja
melibatkan bagian maintenance, tetapi juga operator sebagai pengguna
langsung mesin produksi dengan menerapkan 5S. Selain itu dilakukan
inspeksi terhadap komponen mesin yang digunakan agar kinerja masih
dapat berjalan secara maksimal.
c. Menerapkan konseo 5S
5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke) adalah cara untuk
meningkatkan produktivitas dengan melakukan kegiatan menata tempat
kerja. Karena lingkungan kerja yang nyaman dan teratur dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang tinggi di perusahaan. 5S
merupakan urutan dalam menata tempat kerja, yang merupakan tanggung
jawab semua pekerja, mulai dari CEO sampai Clreaning Service. Setiap
pekerja bertanggung jawab melakukan penataan tempat kerja kearah
yang lebih baik, dan ini harus menjadi budaya perusahaan. Salah satu
metode pengendalian kualitas yang cukup populer penggunaannya adalah
metode six sigma. Konsep dasar six sigma adalah usaha terus menerus
untuk mencegah product defect. Six sigma dapat memberikan solusi
mengenai permasalahan pengendalian kualitas dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif sehingga dapat memberikan gambaran atas
peningkatan kualitas produk secara terukur, tidak hanya pemberian solusi
kualitatif mengenai peningkatan kualitas produk yang dihasilkan.
IV.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. Berdasarkan pengumpulan data yang sudah dilakukan di lokasi
penelitian maka dapat diketahui terdapat 3 tahapan yang terjadi pada
proses produksi yaitu pracetak (prepress), cetak(press)danpascacetak
(postpress). Kemudian berdasarkan analisa dengan diagram pareto
diantara ke 3 tahapan produk reject yang ada yaitu pada mesin yang
merupakan reject terbanyak dengan persentase 75%.
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya cacat produk
diantaranya adalah faktor manusia yang meliputi kurangnya kontrol
dari operator dalam pembuatan produk, faktor mesin yaitu tidak
normalnya mesincontinous form dan pemasangan silinder yang
kurang tepat yang digunakan dalam membuat produk, faktor metode
yaitu setting temperatur yang terlalu rendah dan setting speed yang
terlalu cepat. faktor material yang kurang baik kualitasnya saat
digunakan, dimana faktor mesin merupakan faktor utama penyabab
kegagalan reject berdasarkan pengukuran metode FMEA.
c. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan usulan rekomendasi
perbaikan untuk mengurangi reject pada kriteria kerapihan produk
yaitu, perawatan komponen mesin continous form secara berkala,
memberika training kepada karyawan dan operator dan sosialisasikan
proyek Six Sigma . Usulan rekomendasi perbaikan untuk mengurangi
reject pada kriteria daya tahan produk yaitu, survey supplier lain,
memberikan fasilitas air conditioning. Usulan rekomendasi perbaikan
untuk mengurangi reject pada kriteria kualitas cetak yaitu,
memberikan training pada karyawan dan operator, menrapkan
konsep5S.
DAFTAR PUSTAKA
1. Assuari S. 2010. Manajemen Operasi dan Produksi. Jakarta (ID) : LP FE
UI.
2. Assuarui S.2012. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Revisi. Jakarta.
Lembaga Penerbit FE UI.
3. Brue G. 2013. Six Sigma for Managers. Jakarta (ID). PT. Media Global
Edukasi. Cendrawati NI. 2013. Rancangan Pengendalian Mutu dengan
Metode Six SigmaPada divisi Spinning PT. Unitex, Tbk Bogor [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
4. Febriani R. 2010. Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Pendukung
Pengendalian Kualitas dengan metode Six Sigma Process Improvement
(SSPI) pada PT. Kabelindo Murni, Tbk. [skripsi]. Jakarta (ID): Bina
Nusantara.
5. Gasperz V. 2013. Lean Six Sigma for Manufacturing and Service
Industries (Terjemahan). Jakarta (ID). PT. Gramedia Pustaka Utama.
6. Gasperz V. 2013. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balance
Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah.
Jakarta (IFD). PT. Gramedia Pustaka Utama.
7. Heizer dan Render. 2013. Operation Management (Manajemen Operasi)
Edisi ketujuh. Jakarta (ID). Salemba Empat.
8. Juran JM. 2010. Juran’s Quality Handbook 5thedition. New York (USA).
The McGraw-Hill companies, Inc.
9. Kotler P. 2010. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium jilid 1 & 2.
Jakarta. PT. Prehalindo
10. Latief. 2014,. Penerapan Six Sigma untuk Peningkatan Kualitas Produk
Bimoli Classic (Studi Kasus: PT. Sinar Abadilim Ivomas Pratama–Bitung
). [skripsi]. Universitas Diponegoro.
11. Nasution NM. 2012. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta (ID). Ghilma
Indonesia.
12. Pande. 2011. The Six Sigma Way. Yogyakarta. Andi Offset.
13. Prawirasentono S. Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad
21 “ Kiat Membangun Bisnis Kompetitif”. Jakarta (ID). Bumi Aksara.
14. Syukron dna Kholil. 2019. Six Sigma Quality for Bussiness Improvement.
Yogyakarta (ID). Graha Ilmu.