28
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota Palembang Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis Oleh : Ahmad Fatoni, M.Si DIBIAYAI OLEH : MANDIRI LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI PALEMBANG Desember 2015

Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

LAPORAN PENELITIAN MANDIRI

Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk LokalYang Beredar Di Kota Palembang Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

Oleh :Ahmad Fatoni, M.Si

DIBIAYAI OLEH :MANDIRI

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATSEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI

PALEMBANGDesember 2015

Page 2: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

HALAMAN PENGESAHANLAPORAN HASIL PENELITIAN MANDIRI

1.Judul penelitian : Analisa Secara Kualitatif dan Kuantitatif Kadar KafeinDalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar Di Kota PalembangMenggunakan Spektrofotometer UV-Vis.

2. Bidang Ilmu Penelitian : Kimia Farmasi3. Ketua penelitia. Nama lengkap dan gelar : Ahmad Fatoni, M.Sib. Jenis kelamin : Laki-lakic. NIP : 197008102000121001d. Pangkat / Golongan : Pembina / IV/ae. Jabatan fugsional : Lektor Kepalaf. Fakultas / Jurusan : Farmasi

4. Jumlah tim peneliti : 0 orang5. Lokasi penelitian : Laboratorium kimia STIFI Bhakti Pertiwi6. Bila penelitian ini merupakan kerjasama kelembagaan :

a. Nama instansi : -b. Alamat : -

7. Waktu penelitian : 4 Bulan8. Biaya : MANDIRI

Palembang, Desember 2015Mengetahui,Pembantu Ketua I STIFI Bhakti Pertiwi Ketua peneliti,

Erjon, M.Kes., Apt. Ahmad Fatoni, M.SiNIP. 197008102000121001

Mengetahui,Ketua LPPM

STIFI Bhakti Pertiwi

Mauizatul Hasanah, MT.NIP. 198108082005012001

Page 3: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

viii

RINGKASAN DAN SUMMARY

Analisa Secara Kualitatif dan Kuantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal YangBeredar Di Kota Palembang Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

Ahmad FatoniSTIFI Bhakti Pertiwi Palembang

Jln. Ariodillah 3 No. 22 A Palembang

Analisis kafein yang terkandung dalam kopi bubuk lokal secara kualitatitif dankuantitatif menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui kadar kafein dalam kopi bubuk lokal yang beredar di beberapaswalayan di kota Palembang dengan metode spektrofotometri UV-Vis dan dihubungkandengan SNI 01-3542-2004 serta tinjauan secara teoritis dalam menkonsumsi kafein yangterkandung dalam kopi bubuk lokal tersebut ditinjau dari Farmakope Indonesia. Metodeyang digunakan untuk analisa kafein secara kualitatif adalah kromatografi lapis tipis danuntuk analisa secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis.

Hasil dari analisa secara kualitatif sampel 10 merek kopi bubuk lokal dengankode berturut-turut A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan J mempunyai nilai Rf antara 0,11sampai dengan 0,26. Kadar kafein (per 1 gr kopi bubuk) secara kuantitatif dari mulaisampel merek A hingga J berturut-turut adalah 10,993 mg, 11,2505 mg, 12,9965 mg,10,1220 mg, 12,2125 mg, 9,5123 mg, 18,9199 mg, 19,0070 mg, 21,4636 mg dan16,3938 mg. Jika ditinjau secara teoritis menurut Farmakope Indonesia (1995), makasampel kopi merek A hingga J masih dalam batas wajar atau tidak melebihi dosislazimnya, yaitu 300-600 mg.

Page 4: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat

dan hidayahNya maka laporan penelitian Mandiri dengan judul Analisa Secara

Kualitatif dan Kuantitatif Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Lokal Yang Beredar

Di Kota Palembang Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dapat terselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-

banyaknya kepada :

1. Bapak Drs. Noprizon, M.Kes., Apt selaku Ketua Yayasan Notari Bhakti Pertiwi

2. Bapak Ketua STIFI Bhakti Pertiwi Palembang dan stafnya.

3. Ibu ketua LPPM STIFI Bhakti Pertiwi Palembang

4. Rekan-rekan dosen di pogram studi S1 dan D3 Farmasi STIFI Bhakti Pertiwi

Palembang

Atas bantuannya, baik secara material, moril dan saran dari awal penelitian

hingga terselesainya laporan ini sehingga dapat berjalan dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi

kesempurnaan laporan penelitian ini. Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi

kita semua, amin…

Palembang, Desember 2015

Penulis

Page 5: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kopi merupakan minuman yang banyak digemari masyarakat luas dari berbagai

kalangan. Saat ini pula, kopi merupakan minuman terbesar kedua yang dikonsumsi

orang di seluruh dunia, setelah air (Sofiana, 2011). Penikmat Kopi biasanya meminum

kopi 3-4 kali dalam satu hari (Maramis, dkk., 2013). Kopi memiliki banyak manfaat

bagi kesehatan jika digunakan dalam batas wajar, seperti mengurangi derita sakit

kepala, aroma kopi menghilangkan stress, kafein kopi mencegah gigi berlubang,

melegakan penderita asma, memperkaya antioksidan tubuh, melindungi kulit, mencegah

penyakit parkinson, merangsang kerja otak, dan lain-lain (Sofiana, 2011).

Sekalipun memiliki banyak manfaat, masalah utama dari menkonsumsi kopi

adalah kadar kafein yang terkandung di dalamnya (Mulato, 2001). Kafein memang

memiliki efek farmakologis yang bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi

susunan syaraf pusat, dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk, juga

meningkatkan daya konsentrasi dan kecepatan reaksi, memperbaiki kerja otak dan

suasana jiwa, serta memperkuat kontraksi jantung. Namun pada penggunaan kafein

secara berlebihan dapat menimbulkan debar jantung, gangguan lambung, tangan

gemetar, gelisah, ingatan berkurang, dan sukar tidur (Tjay dan Rahardja, 2007).

Kafein adalah senyawa alkaloid turunan xantine (basa Purin) yang secara alami

banyak terdapat pada kopi. Pada biji kopi kafein yang terkandung berkisar1-2,5%. Pada

satu cangkir kopi dalam 100 ml mengandung 80-100 mg kafein, tergantung dari

banyaknya kopi yang digunakan (Tjay dan Rahardja, 2007).

Kopi bubuk merupakan salah satu kopi yang banyak menjadi pilihan masyarakat,

baik yang lanjut usia maupun muda mudi lebih memilih kopi bubuk dibanding kopi

jenis lain karena rasanya yang khas. Oleh karena itulah banyak warung kopi yang

menjual kopi bubuk buatan lokal (Maramis dkk, 2013). Dan untuk menjamin mutu dan

keamanan kopi bubuk yang beredar di pasaran, Badan Standarisasi Nasional (BSN)

telah menetapkan standar untuk kadar kafein dalam kopi bubuk berkisar 0,45-2 % b/b

(SNI 01-3542-2004). Sehingga jika ada kopi yang mengandung kadar kafein yang

Page 6: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

2

tinggi perlu dilakukan dekafeinisasi, untuk menekan aktivitas kafein di dalam tubuh

(Sofiana, 2011).

Penetapan kadar kafein dalam beberapa produk minuman dan bukan minuman

telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan berbagai metode, seperti

penetapan kadar kafein pada minuman bersoda jenis kola secara KCKT (Levita dkk,

2004), Wanyika, dkk., (2010) menetapkan kadar kafein pada teh dan kopi instan

bermerek dengan menggunakan HPLC dan spektrofotometer UV-Vis. Tautua, dkk.,

(2014) menetapkan kadar kafein pada minuman ringan dan penambah energi dengan

metode spektrofotometri ultra violet.

Ling, dkk., (2001) menetapkan kadar kafein pada campuran kopi dengan metode

HPLC. Gebeyehu dan Bikila, (2015) menetapkan kadar kafein dan anti oksidan pada

kopi dengan metode UV-Vis. Penetapan kadar kafein pada kopi hitam dengan metode

spektrofotometri UV-Vis (Aptika, dkk., 2013), Arwangga, dkk., (2016) menetapkan

kadar kafein pada kopi dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Salihović, dkk.,

(2014) menetapkan kadar kafein dalam daun teh hijau dan hitam dengan metode UV-

Vis. Maramis, dkk., (2013) menetapkan kadar kafein pada kopi bubuk dengan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan penetapan kadar kafein pada minuman

berenergi dengan metode densitometri (Putri, 2013). Dari beberapa metode tersebut,

metode spektrofotometri merupakan metode yang relatif cepat, murah, dan mudah

pengerjaannya dalam menentukan kadar kafein (Alpdogan,dkk., 2002). Berdasarkan

uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penetapan kadar

kafein pada kopi bubuk lokal yang beredar di kota Palembang dengan metode

spektrofotometri UV-Vis.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Berapa kadar kafein dalam kopi bubuk lokal yang beredar di beberapa swalayan di

kota Palembang dengan metode spektrofotometri UV-Vis?

2. Apakah kadar kafein dalam kopi bubuk sesuai dengan SNI 01-3542-2004 yaitu

0,45-2 % b/b?

3. Bagaimana perhitungan secara teori dalam menkonsumsi kadar kafein dalam kopi

bubuk lokal tersebut ditinjau dari Farmakope Indonesia?

Page 7: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Kopi

Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi

biji tanaman kopi. Saat ini kopi merupakan komoditas nomor dua paling banyak

diperdagangkan setelah minyak bumi, dengan tingkat produksi kopi dunia setidaknya

mencapai 7 juta ton per tahun. Saat ini pula, kopi merupakan minuman terbesar kedua

yang dikonsumsi orang di seluruh dunia, setelah air. Finlandia merupakan negara yang

konsumsi per kapitanya paling tinggi, dengan rata-rata konsumsi per orang sekitar

14000 cangkir setiap tahunnya.

Kata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, yang berarti kekuatan, karena pada

awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi. Istilah ini kemudian

diadopsi oleh negara-negara lainnya melalui perubahan lafal menjadi cafe (Perancis),

caffe (Italia), kaffe (Jerman), koffie (Belanda), coffee (Inggris) dan coffea (Latin). Kata

ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (Sofiana, 2011).

Dalam penggunaan dalam batas wajar, kopi memiliki beberapa manfaat positif

bagi kesehatan, seperti mengurangi derita sakit kepala, aroma kopi menghilangkan

stress, kafein kopi mencegah gigi berlubang, melegakan penderita asma, memperkaya

antioksidan tubuh, melindungi kulit, mencegah penyakit parkinson, mencegah diabetes,

merangsang kerja otak, dan lain-lain (Sofiana, 2011).

Kopi bubuk adalah biji kopi yang disangrai (roasted) kemudian digiling, dengan

atau tanpa penambahan bahan lain dalam kadar tertentu tanpa mengurangi rasa dan

aromanya serta tidak membahayakan kesehatan (SNI 01-3542-2004). Kopi mengandung

kurang lebih 24 zat, yang terpenting adalah kafein, hidrat arang , tannin, zat zat asam,

zat zat pahit, lemak, dan minyak terbang (Tjay dan Rahardja, 2007).

1.2. Kafein

1.2.1. Struktur Kimia

Kafein mempunyai nama kimia 1,3,7- trimetil xantin atau 1,3,7- trimetil

2,6,dioksi purin. Rumus molekulnya C8H10N4O2 dengan berat molekul 194.19 dan

mempunyai struktur seperti dalam gambar 1.

Page 8: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

4

Gambar 1. Struktur kimia kafein (Depkes, 1995)

1.2.2. Sifat Fisika Kafein

Kafein berupa hablur bentuk jarum halus, mengkilat, tidak berwarna, rasa pahit,

tidak berbau, jika dipanaskan akan menyumblin tanpa penguraian pada suhu 178-180oC

dan pada tekanan 1 atm. Kafein akan larut dalam 50 bagian air, 6 bagian air suhu 80oC,

1.5 bagian air mendidih, 75 bagian alkohol, 25 bagian alkohol suhu 60oC, 6 bagian

kloroform dan 600 bagian eter. Berat molekul 194, 19 g/mol (Wilson dan Gisvold,

1982, dalam Fitri, 2008).

1.2.3. Sifat Kimia Kafein

Kafein merupakan basa lemah, tidak berbentuk garam yang stabil dan dengan

asam mineral segera terhidrolisa dalam air. Kelarutan kafein dalam air akan meningkat

dengan adanya asam organik seperti benzoat, salisilat, sinamat atau sitrat. Karena itu

bentuk campuran ini sering ditemui dalam sediaan farmasi (Clarke, 1971).

1.2.4. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja kafein pada sel saraf berkontribusi pada efek kafein tersebut.

Aktivitas sel saraf dipengaruhi oleh senyawa adenosin. Adenosin adalah senyawa

nukleotida yang berfungsi mengurangi aktivitas sel saraf saat menempel pada sel

tersebut. Senyawa kafein juga menempel pada reseptor yang sama tetapi tidak

memperlambat aktivitas sel saraf sebaliknya menghalangi adenosin untuk berfungsi.

Kafein mengikat senyawa adenosin di otak, sehingga dampaknya aktivitas otak

meningkat dan menyebabkan hormon efinefrin atau adrenalin disebar. Hormon tersebut

akan menaikkan detak jantung, meninggikan tekanan darah, menambah penyaluran

darah ke otot-otot, dan mengeluarkan glukosa dari hati (Kuschingsky dan Lullman,

1973).

1.2.5. Farmakodinamik

Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos , terutama otot polos bronchus,

merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan diuresis. Pada jantung,

4

Gambar 1. Struktur kimia kafein (Depkes, 1995)

1.2.2. Sifat Fisika Kafein

Kafein berupa hablur bentuk jarum halus, mengkilat, tidak berwarna, rasa pahit,

tidak berbau, jika dipanaskan akan menyumblin tanpa penguraian pada suhu 178-180oC

dan pada tekanan 1 atm. Kafein akan larut dalam 50 bagian air, 6 bagian air suhu 80oC,

1.5 bagian air mendidih, 75 bagian alkohol, 25 bagian alkohol suhu 60oC, 6 bagian

kloroform dan 600 bagian eter. Berat molekul 194, 19 g/mol (Wilson dan Gisvold,

1982, dalam Fitri, 2008).

1.2.3. Sifat Kimia Kafein

Kafein merupakan basa lemah, tidak berbentuk garam yang stabil dan dengan

asam mineral segera terhidrolisa dalam air. Kelarutan kafein dalam air akan meningkat

dengan adanya asam organik seperti benzoat, salisilat, sinamat atau sitrat. Karena itu

bentuk campuran ini sering ditemui dalam sediaan farmasi (Clarke, 1971).

1.2.4. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja kafein pada sel saraf berkontribusi pada efek kafein tersebut.

Aktivitas sel saraf dipengaruhi oleh senyawa adenosin. Adenosin adalah senyawa

nukleotida yang berfungsi mengurangi aktivitas sel saraf saat menempel pada sel

tersebut. Senyawa kafein juga menempel pada reseptor yang sama tetapi tidak

memperlambat aktivitas sel saraf sebaliknya menghalangi adenosin untuk berfungsi.

Kafein mengikat senyawa adenosin di otak, sehingga dampaknya aktivitas otak

meningkat dan menyebabkan hormon efinefrin atau adrenalin disebar. Hormon tersebut

akan menaikkan detak jantung, meninggikan tekanan darah, menambah penyaluran

darah ke otot-otot, dan mengeluarkan glukosa dari hati (Kuschingsky dan Lullman,

1973).

1.2.5. Farmakodinamik

Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos , terutama otot polos bronchus,

merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan diuresis. Pada jantung,

4

Gambar 1. Struktur kimia kafein (Depkes, 1995)

1.2.2. Sifat Fisika Kafein

Kafein berupa hablur bentuk jarum halus, mengkilat, tidak berwarna, rasa pahit,

tidak berbau, jika dipanaskan akan menyumblin tanpa penguraian pada suhu 178-180oC

dan pada tekanan 1 atm. Kafein akan larut dalam 50 bagian air, 6 bagian air suhu 80oC,

1.5 bagian air mendidih, 75 bagian alkohol, 25 bagian alkohol suhu 60oC, 6 bagian

kloroform dan 600 bagian eter. Berat molekul 194, 19 g/mol (Wilson dan Gisvold,

1982, dalam Fitri, 2008).

1.2.3. Sifat Kimia Kafein

Kafein merupakan basa lemah, tidak berbentuk garam yang stabil dan dengan

asam mineral segera terhidrolisa dalam air. Kelarutan kafein dalam air akan meningkat

dengan adanya asam organik seperti benzoat, salisilat, sinamat atau sitrat. Karena itu

bentuk campuran ini sering ditemui dalam sediaan farmasi (Clarke, 1971).

1.2.4. Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja kafein pada sel saraf berkontribusi pada efek kafein tersebut.

Aktivitas sel saraf dipengaruhi oleh senyawa adenosin. Adenosin adalah senyawa

nukleotida yang berfungsi mengurangi aktivitas sel saraf saat menempel pada sel

tersebut. Senyawa kafein juga menempel pada reseptor yang sama tetapi tidak

memperlambat aktivitas sel saraf sebaliknya menghalangi adenosin untuk berfungsi.

Kafein mengikat senyawa adenosin di otak, sehingga dampaknya aktivitas otak

meningkat dan menyebabkan hormon efinefrin atau adrenalin disebar. Hormon tersebut

akan menaikkan detak jantung, meninggikan tekanan darah, menambah penyaluran

darah ke otot-otot, dan mengeluarkan glukosa dari hati (Kuschingsky dan Lullman,

1973).

1.2.5. Farmakodinamik

Kafein mempunyai efek relaksasi otot polos , terutama otot polos bronchus,

merangsang susunan saraf pusat, otot jantung, dan meningkatkan diuresis. Pada jantung,

Page 9: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

5

kadar rendah kafein dalam plasma akan menurunkan denyut jantung, sebaliknya kadar

kafein yang lebih tinggi menyebabkan tachicardi, bahkan pada individu yang sensitif

mungkin menyebabkan aritmia yang berdampak kepada kontraksi ventrikel yang

premature. Pada pembuluh darah, kafein menyebabkan dilatasi pembuluh darah

termasuk pembuluh darah koroner dan pulmonal, karena efek langsung pada otot

pembuluh darah. Sirkulasi Otak, Resistensi pembuluh darah otak naik disertai

pengurangan aliran darah dan PO 2 di otak, ini diduga merupakan refleksi adanya

blokade adenosine oleh Xantin (Katzung,1995).

Pada sistem kardiovaskular, kafein memiliki efek kronotropik (frekuensi kontraksi

jantung) dan inotropik (kekuatan kontraksi jantung) positif pada jantung, pada

konsentrasi rendah terjadi peningkatan rilis katekolamin yang disebabkan

penghambatan reseptor adenosin prasinap sehingga konsumsi minuman yang

mengandung kafein biasanya dapat meningkatkan ketahanan vaskular perifer dan

tekanan darah. Kafein dapat menstimulasi pusat vasomotor dan stimulasi langsung

miokard, sehingga akan menyebabkan kenaikan tekanan darah (Tan dan Kirana, 1984).

1.2.6. Farmakokinetik

Kafein cepat diabsorbsi setelah pemberian oral, rektal atau parenteral. Sediaan

bentuk cair atau tablet tidak bersalut akan diabsorpsi secara cepat dan lengkap. Kafein

didistribusikan keseluruh tubuh, melewati plasenta dan masuk ke air susu ibu. Volume

distribusi kafein adalah antara 400 dan 600 ml/kg eliminasi kafein terutama melalui

metabolisme dalam hati. Sebagian dieksresikan bersama urin dalam bentuk utuh. Kafein

didalam plasma akan mencapai konsentrasi maksimum pada waktu 1 jam dan waktu

paruh plasma kofein antara 3-7 jam, nilai ini akan menjadi 2 kali lipat pada wanita

hamil tua dan wanita yang menggunakan pil kontrasepsi jangka panjang. Pada penderita

sirosis hati ( pembentukan jaringan ikat di jaringan hati ) atau udem paru akut,

kecepatan eliminasi berlangsung lambat sekitar 60 jam, dan untuk bayi premature waktu

paruhnya 50 jam (Katzung, 1995; Tan dan Kirana, 1984).

1.3. Proses Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu cara untuk memisahkan campuran beberapa zat kimia

menjadi komponen-komponen yang terpisah. Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu dengan pelarut air dan dengan pelarut organik. Untuk melakukan

proses ekstraksi secara sempurna, pemilihan pelarut harus selektif dan terbaik untuk

Page 10: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

6

bahan yang akan diekstraksi, dan pelarut tersebut harus terpisah dengan cepat setelah

pengocokan.

Pemilihan pelarut untuk ekstraksi dilakukan berdasarkan kepolaran zat, untuk zat-

zat yang polar hanya larut dalam pelarut polar dan zat-zat non polar hanya larut dalam

pelarut non polar. Bahan- bahan organik tidak selalu larut dalam air, oleh karena itu

dapat dipisahkan menggunakan corong pemisah (Djamal, 2010).

1.4. Spektrofotometri UV-Vis

1.4.1. Teori Spektrofotometri UV

Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada besarnya nilai

absorbsi suatu zat terhadap radiasi sinar elektromagnetik. Prinsip kerja spektrofotometri

adalah dengan menggunakan spektrofotometer yang pada umumnya terdiri dari unsur-

unsur seperti sumber cahaya, monokromator, sel untuk tempat zat yang diperiksa,

dektektor, penguat arus, dan alat pencatat.

Pengukuran serapan dapat dilakukan pada daerah ultraviolet ( panjang gelombang

190 nm – 350 nm) atau pada daerah cahaya tampak yaitu pada panjang gelombang

350 nm – 780 nm. Penggunaan spektrofotometri ultraviolet dan sinar tampak pada

senyawa organik umumnya berdasarkan transisi n – atau – * dan memerlukan

adanya gugus kromofor di dalam molekul (Day dan Underwood, 1999).

Menurut Dachriyanus (2004) dinyatakan bahwa spektrofotometri UV-Vis adalah

pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang

diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang

cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih

tinggi.

Spektrofotometri UV-Vis pada umumnya digunakan untuk:

1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan ausokrom

dari senyawa organik.

2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang

maksimum suatu senyawa.

3. Mampu menganalisa senyawa organik secara kuantitatif dengan menggunakan

hukum Lambert-Beer.

1.4.2. Penggunaan Spektrofotometri UV-Vis

Analisa Kualitatif

Page 11: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

7

Analisa kualitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis hanya dipakai untuk

data sekunder atau data pendukung. Pada analisa kualitatif dengan metode kualitatif

dengan metode spektrofotometri UV-Vis yang dapat ditentukan ada dua yaitu :

pemeriksaa kemurnian spektrum UV-Vis dan penentuan panjang gelombang

maksimum.

Analisa Kuantitatif

Analisa kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis dapat digolongkan

atas tiga macam pelaksanan pekerjaan yaitu : analisa kuantitatif zat tunggal, analisa

kuantitatif campuran dua macam zat (analisi dua komponen), dan analisa kuantitatif

campuran tiga macam zat atau lebih (analisis multi komponen).

Analisa kuantitatif zat tunggal dilakukan pengukuran harga A pada panjang

gelombang maksimum atau dilakukan pengukuran %T pada panjang gelombang

minimum, karena perubahan absorbanuntuk setiap satuan konsentrasi adalah paling

besar pada panjang gelombang maksimum, sehingga diperoleh kepekaan analisis yang

maksimal, selain itu pita serapan di sekitar panjang gelombang maksimum datar dan

pengukuran ulang dengan kesalahan yang kecil dengan demikian akan memenuhi

hukum Lambert-Beer.

Page 12: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

8

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kadar kafein dalam kopi bubuk lokal yang beredar di beberapa

swalayan di kota Palembang dengan metode spektrofotometri UV-Vis dan

dihubungkan dengan SNI 01-3542-2004.

2. Tinjauan secara teoritis dalam menkonsumsi kafein yang terkandung dalam kopi

bubuk lokal tersebut ditinjau dari Farmakope Indonesia.

3.2. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti mendapatkan pengalaman dan pembelajaran tentang cara

menganalisis kadar kafein dalam kopi bubuk lokal yang dijual di kota Palembang

secara spektrofotometri UV-Vis

2. Dapat menjadi salah satu rujukan bagi penelitian selanjutnya.

Page 13: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

9

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2015 di

Laboratorium Penelitian STIFI Bhakti Pertiwi Palembang.

4.2.Alat dan Bahan

4.2.1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah spektrofotometer UV-Vis

Mini Shimadzu 1240, alat destilasi, neraca analitik, chamber, lampu UV 254, beker

gelas, labu ukur, corong pisah, corong gelas, pipet volumetri, lampu Bunsen dan

peralatan pendukung lainnya.

4.2.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kafein baku standar,

kloroform (CHCl3), aquadestilasi, natrium karbonat (Na2CO3), dan kopi bubuk A, B, C,

D, E, F, G, H, I, dan J.

4.3. Metodologi Penelitian

4.3.1. Pengambilan Sampel

Sampel penelitian adalah seluruh kopi bubuk produksi lokal yang beredar di

beberapa swalayan di kota Palembang, yaitu di Diamond PTC, Lotte Mart, dan JM.

Sampel yang digunakan sebanyak sepuluh sampel. Pengambilan dan pengumpulan

sampel ini dilakukan dengan teknik total sampling. Menurut Sugiyono (2007) total

sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel. Jika sampel yang ditemukan memiliki merk yang sama, maka diambil

satu macam yang mewakili.

4.3.2. Penyiapan Larutan Baku Standar

Sejumlah 20 mg standar kafein ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam labu

ukur 100 ml, dilarutkan dengan aquades lalu dicukupkan sampai tanda batas dengan

aquades dan dikocok homogen, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 200

ppm, larutan ini disebut larutan induk baku standar.

4.3.3. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Page 14: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

10

Penentuan panjang gelombang serapan maksimum dilakukan dengan cara

memipet 10 ml larutan induk baku standar ke dalam labu ukur 100 ml, lalu dilarutkan

dengan aquades sampai tanda batas, sehingga diperoleh larutan baku 20 ppm. Kemudian

diukur serapannya pada panjang gelombang antara 270-300 nm.

4.3.4. Penentuan Kurva Kalibrasi

Kurva kalibrasi dilakukan dengan membuat serangkaian larutan baku standar

dengan konsentrasi 0, 10, 20, 30 dan 40 ppm. Dengan cara dipipet masing-masing

sejumlah 0, 5, 10, 15 dan 20 ml ke dalam labu ukur 100 ml, lalu dilarutkan dengan

aquades sampai tanda batas. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang

serapan maksimum dan sebagai blangko digunakan aquades.

4.3.5. Preparasi Sampel (Alpdogan,dkk., 2002 dan Fitri, 2008)

Sejumlah 2 gram sampel kopi dimasukkan ke dalam beker gelas dan dilarutkan

dengan aquades mendidih sebanyak 100 ml, disaring, lalu filtrat ditambah 2 gram

Na2CO3, lalu dipanaskan sampai setengah campuran, didinginkan, dan dimasukkan ke

dalam corong pisah, dan diekstraksi dengan kloroform berturut–turut sebanyak 25 ml

sebanyak empat kali, lalu filtrat ditampung dalam erlenmeyer. Kemudian pelarut

kloroform diuapkan dengan alat destilasi sehingga didapat ekstrak kafein. Ekstrak

kafein yang dihasilkan selanjutnya dimasukan ke dalam labu ukur 100 ml dan

dilarutkan dengan aquades sampai tanda batas. Kemudian dilakukan pengenceran

dengan cara dipipet 2 ml larutan tersebut ke dalam labu ukur 50 ml dan dilarutkan

dengan aquades sampai tanda batas.

4.3.6. Identifikasi Kafein Hasil Ekstraksi (Budiman, dkk., 2015)

Diambil cuplikan kafein sampel dan kafein baku standar dalam pelarut kloroform.

Ditotolkan pada plat GF254, dimasukan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan dengan

fase gerak kloroform-etanol (99:1). Kemudian kromatogram dilihat di bawah lampu

ultraviolet pada panjang gelombang 254 nm.

4.3.7. Penetapan Kadar Kafein (Fitri, 2008)

Larutan sampel akan diukur serapannya pada panjang gelombang serapan

maksimum, kemudian serapan dicatat. Konsentrasi kafein akan ditentukan berdasarkan

persamaan regresi dari kurva kalibrasi standar.

Kadar kafein dalam sampel dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

Kadar kafein (mg/g) = ( / ) ( )( )

Page 15: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

11

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil

5.1.1. Identifikasi Kafein Hasil Ekstraksi

Identifikasi kafein hasil ekstraksi dari kopi bubuk dilakukan dengan

membandingkan dengan kafein baku standar dengan cara kromatografi lapis tipis

(KLT). Pengembang yang digunakan adalah kloroform : etanol (v/v : 99:1), jarak

pengembangan 4,5 cm. Terlihat hasil noda kafein hasil ekstraksi pada kopi bubuk

sejajar dengan baku pembanding dengan nilai Rf seperti terlihat pada tabel 1 dan

gambar pada lampiran 1.

Tabel 1. Nilai Rf kafein pada berbagai sampel kopi bubuk

Sampel Rf Sampel Rf Kafein Baku Standar

A 0,26

0,25B 0,25

C 0,25

D 0,17

0,17E 0,19

F 0,17

G 0,13

0,11H 0,13

I 0,11

J 0,13 0,11

5.1.2. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Penentuan panjang gelombang serapan maksimum dari kafein dilakukan dengan

menggunakan larutan standar kafein pada konsentrasi 20 ppm dan diukur absorbansinya

pada panjang gelombang antara 270-300 nm, dan hasil pengukuran ini diperoleh

panjang gelombang maksimum pada 285 nm dengan nilai absorbansi 0,355 seperti

terlihat pada gambar 2 dan tabel 2.

Page 16: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

12

Gambar 2. Kurva absorbansi larutan kafein baku standar

Tabel 2. Data absorbansi dari kurva serapan maksimum

5.1.3. Penentuan Kurva Kalibrasi dan Persamaan Garis Regresi

Penentuan linieritas kurva kalibrasi kafein baku standar dengan pelarut aquades

dilakukan pada konsentrasi 0, 10, 20, 30, dan 40 ppm dan diukur pada panjang

gelombang maksimum 285 nm. Aquades digunakan sebagai blangko dan didapat hasil

seperti terlihat pada tabel 3.

Setelah diperoleh hasil pengukuran absorbansi untuk larutan standar kafein

maka absorbansi dialurkan terhadap konsentrasi (ppm) larutan standar kafein untuk

mendapatkan kurva kalibrasi berupa garis linier dan didapat persamaan regresi seperti

gambar 3.

Page 17: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

13

Tabel 3. Absorbansi larutan standar kafein berbagai konsentrasi pada panjang

gelombang 285 nm

Konsentrasi Kafein (ppm) Absorbansi

0,0 0,000

10,0 0,193

20,0 0,352

30,0 0,480

40,0 0,574

Gambar 3. Kurva kalibrasi larutan kafein baku standar

Dari hasil pembuatan kurva kalibrasi kafein baku standar seperti dalam gambar 3

diperoleh hubungan yang linier antara konsentrasi dan serapan dengan koefisien

korelasi (r) = 0,991 dan persamaan garis regresi Y = 0,01435X + 0,0328.

5.1.4.Penetapan Kadar Kafein pada Kopi Bubuk

Data hasil pengukuran absorbansi dan hasil perhitungan kadar kafein pada 10

sampel kopi bubuk dapat dilihat pada tabel 4.

y = 0,01435x + 0,0328R² = 0,991

00,10,20,30,40,50,60,7

0 10 20 30 40 50

Absorban

Konsentrasi

Page 18: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

14

Tabel 4. Absorbansi dan kadar kafein pada berbagai sampel kopi bubuk

No SampelAbsorbansi

(Y)

Konsentrasi

(X) (ppm)

Kadar Kafein pada

Kopi Bubuk dalam 1 g *

mg % b/b

1 A 0,159 8,7944 10,9930 1,10

2 B 0,162 9,0004 11,2505 1,13

3 C 0,182 12,9965 12,9965 1,30

4 D 0,149 8,0976 10,1220 1,01

5 E 0,173 9,7700 12,2125 1,22

6 F 0,142 7,6098 9,5123 0,95

7 G 0,250 15,1359 18,9199 1,89

8 H 0,251 15,2056 19,0070 1,90

9 I 0,278 17,1709 21,4636 2,15

10 J 0,221 13,1150 16,3938 1,64

*perhitungan kadar ada di lampiran 3

5.2. Pembahasan

5.2.1. Ekstraksi Sampel

Pemisahan kafein dari kopi bubuk dilakukan dengan metode ekstraksi. Proses

ekstraksi, pertama dilakukan penyeduhan dengan air mendidih sebanyak 100 ml, karena

menurut Wilson & Gisvold (1982) dalam Fitri, 2008), kafein larut dalam 1,5 bagian air

mendidih. Diharapkan kafein yang terlarut dapat mencapai jumlah optimum. Hasilnya

kemudian dilakukan penyaringan, filtrat kemudian ditambahkan Na2CO3, penggunaan

Na2CO3 untuk mengikat tanin yang terlarut. Setelah itu dipekatkan dengan cara

dipanaskan sampai setengahnya dan didinginkan.

Langkah selanjutnya dilakukan ekstraksi dengan menggunakan 25 ml pelarut

kloroform sebanyak empat kali dalam corong pisah, pemilihan pelarut kloroform karena

kafein mudah larut dalam kloroform (Depkes, 1995), dan menurut Wilson dan Gisvold

(1982) dalam Fitri, (2008), kafein larut dalam 6 bagian kloroform. Menurut Djajanegara

(2009) dinyatakan bahwa,kloroform dapat melarutkan senyawa alkaloid. Kafein

merupakan alkaloid, maka dengan penambahan kloroform akan memudahkan pelarutan

kafein. Untuk ekstraksi kafein dapat juga digunakan pelarut benzen dan etil asetat,

Page 19: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

15

namun karena beberapa pertimbangan seperti harga, toksisitas, dan kelarutan, maka

kloroform lebih aman dan murah untuk digunakan, selain karena memiliki titik didih

yang rendah (Soraya, 2008).

Sebanyak 25 ml kloroform dimasukkan ke dalam corong pisah, dikocok, dan

terjadi dua lapisan, lapisan bawah yang merupakan lapisan kloroform yang mengandung

kafein dikeluarkan dan ditampung. Larutan kafein diuapkan pelarutnya dengan

menggunakan alat destilasi vakum langsung sehingga diperoleh ±5 ml dan ditampung di

dalam vial, diuapkan kembali sampai didapat kristal kafein. Kristal kafein yang

diperoleh dilarutkan dengan aquades hingga 100 ml untuk digunakan pada penetapan

kadar dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Larutan 100 ml tersebut, dilakukan

pengenceran karena terlalu pekat untuk diukur pada alat spektrofotometer UV-Vis,

pengenceran dilakukan dengan cara dipipet sebanyak 2 ml ke dalam labu ukur 50 ml,

lalu ditambahkan air sampai tanda batas, sehingga diperoleh faktor pengenceran 25.

5.2.2. Identifikasi Kafein Hasil Ekstraksi

Pada pemeriksaan kemurnian kafein hasil ekstraksi dilakukan dengan cara

kromatografi lapis tipis (KLT) pada plat silika gel GF254 dengan fase gerak kloroform :

etanol (v/v = 99 : 1), kemudian dilihat di bawah lampu UV 254 dan dibandingkan

dengan kafein baku standar. Hasil yang diperoleh menunjukan noda kafein hasil

ekstraksi sejajar dengan kafein baku standar seperti telihat pada lampiran 1. Namun

terjadi perbedaan Rf yang didapat dengan Rf pada literatur yaitu 0,65 (Harborne, 1987).

Menurut Mulja dan Suharman (1995) untuk pengujian kualitatif pada KLT

dilakukan dengan cara membandingkan dengan baku pembanding dan nilai Rf tidak

terlalu penting, hal ini disebabkan daya adsorbsi keaktifan fase diam tidak tentu karena

pembuatan fase diam dilakukan dengan berbagai macam cara. Selain itu, hal ini dapat

terjadi karena proses penjenuhan dan penggunaan eluen yang berbeda.

5.2.3. Penetapan Kadar Kafein dengan Spektrofotometri UV-Vis

Pada penelitian ini penetapan kadar kafein pada kopi bubuk dilakukan dengan

menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Pemilihan metode spektofotometri

UV-Vis karena metode ini merupakan metode yang relatif cepat, murah, dan mudah

pengerjaannya (Alpdogan, dkk., 2002).

Penetapan kadar kafein dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis, terlebih

dahulu dilakukan penentuan panjang gelombang absorbansi maksimum dari kafein,

Page 20: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

16

tujuannya untuk mendapatkan panjang gelombang yang memberikan serapan terbesar

yang selanjutnya digunakan untuk penentuan kurva kalibrasi dan penetapan kadar

kafein pada sampel. Dari pengukuran didapat panjang gelombang yang memberikan

serapan maksimum pada panjang gelombang 285 nm, hasil yang diperoleh berbeda

dengan literatur yaitu 273 nm, hal ini mungkin dapat terjadi karena pengaruh matrik dan

penggunaan alat yang berbeda (Nersyanti, 2006).

Pada penentuan kurva kalibrasi, pengukuran absorbansi dilakukan pada berbagai

konsentrasi kafein, yaitu 0, 10, 20, 30, dan 40 ppm, data absorbansi yang diperoleh

dialurkan terhadap konsentrasi dan didapat persamaan regresi Y = 0,01435X + 0,0328,

dengan nilai r = 0,991, kriteria penerimaan koefisien korelasi adalah r ≥ 0,95 (Shargel

dan Andrew, 1988). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kadar kafein pada sepuluh

merk kopi bubuk lokal dalam 1 gram berturut-turut mempunyai kadar kafein 10,993

mg, 11,2505 mg, 12,9965 mg, 10,1220 mg, 12,2125 mg, 9,5123 mg, 18,9199 mg,

19,0070 mg, 21,4636 mg dan 16,3938 mg.

Jika dibuat dalam % (b/b) maka pada setiap 1 gram kopi bubuk 10 sampel tersebut

mengandung berturut-turut 1,10%, 1,13%, 1,30%, 1,01%, 1,22%, 0,95%, 1,89%,

1,90%, 2,15% dan 1,64% kadar kafein. Dari sepuluh sampel kopi bubuk lokal, sembilan

di antaranya memenuhi syarat SNI 01-3542-2004 yaitu antara 0,45-2 % (b/b),

sedangkan satu di antaranya tidak memenuhi karena melebihi dari 2 %, yaitu pada

sampel I sebesar 2,15%.

5.2.4. Perhitungan secara teori kadar kafein dalam satu cangkir kopi

Biasanya seseorang menkonsumsi kopi bubuk dalam satu kali penyajian berkisar

±6 gram dalam satu cangkir, sehingga jika dilihat dari sampel kopi bubuk A, B, C, D, E,

F, G, H, I dan J yang telah diteliti, dalam satu cangkir terdapat kafein berturut-turut

65,9580 mg, 67,5030 mg, 77,9790 mg, 60,7320 mg, 73,2750 mg, 57,0738 mg,

113,5194, 114,0420 mg, 128,7816 mg, dan 98,3628 mg.

Jika ditinjau dari Farmakope Indonesia (1995) jika mengkonsumsi kopi 3-4 kali

sehari, maka kopi bubuk lokal yang telah diteliti mempunyai kadar kafein yang masih

dalam batas wajar atau tidak melebihi dosis lazimnya, yaitu 300-600 mg (perhitungan

pada lampiran 4).

Page 21: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

17

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kadar kafein dalam 1 gram pada sampel

kopi bubuk lokal merek A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan J berturut-turut sebesar

10,993 mg, 11,2505 mg, 12,9965 mg, 10,1220 mg, 12,2125 mg, 9,5123 mg,

18,9199 mg, 19,0070 mg, 21,4636 mg, dan 16,3938 mg atau jika dibuat dalam

persen (b/b) maka setiap 1 gram kopi bubuk lokal mengandung kadar kafein

berturut-turut 1,10%, 1,13%, 1,30%, 1,01%, 1,22%, 0,95%, 1,89%, 1,90%,

2,15%, dan 1,64%.

2. Dari sepuluh sampel kopi bubuk lokal, sembilan di antaranya memenuhi syarat

SNI 01-3542-2004 yaitu dengan kadar kafein antara 0,45-2 % b/b, sedangkan

satu di antaranya tidak memenuhi karena melebihi dari 2 %, yaitu sebesar

2,15%.

3. Secara teori, kadar kafein dalam satu cangkir kopi bubuk lokal (per 6 gram /

sekali sajian) A, B, C, D, E, F, G, H, I, dan J berturut-turut adalah 65,9580 mg,

67,5030 mg, 77,9790 mg, 60,7320 mg, 73,2750 mg, 57,0738 mg, 113,5194,

114,0420 mg, 128,7816 mg, dan 98,3628 mg. Jika menkonsumsi kopi bubuk

tersebut sebanyak 3-4 kali sajian dalam satu hari maka kadar kafein masih

masuk dosis lazim ditinjau dari Farmakope Indonesia, yaitu 300-600 mg.

5.2. Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penetapan kadar pada beberapa

sampel tersebut dengan metode yang lain, seperti metode HPLC, Densitometri,

dan lain-lain.

2. Untuk penelitian selanjutnya juga dapat ditentukan kadar kafein pada minuman

atau makanan yang mengandung kafein, seperti teh dan coklat.

Page 22: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

18

DAFTAR PUSTAKA

Alpdogan, G., Karabina, K., Sungur, S. 2002. Derivative SpectrofotometricDetermination of Caffeine In Some Beverages. Turkish Journal of Chemistry,Vol. 26 : 295-302.

Aptika, N.M.D., Tunas, I.K dan Sutema, I.A.M.P., 2015, Analisis Kadar Kafein padaKopi Hitam di Bukian Gianyar Menggunakan Spektrofotometer UV-VisChemistry Laboratory, Vol. 2 No. 1 : 30-37.

Budiman, H., Rahmawati, F. Dan Sanjaya, F., 2015, Isolasi dan Identidikasi AlkaloidPada biji Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl. Ex De Will) dengan CaraKromatografi Lapis Tipis, www.ejournal.stikesmukla.ac.id/index.php/cerata/article/.../7 (diakses 15 Desember2015)

Clarke, E. G. C. 1971. Isolation and Identification of Drugs. London : ThePharmaceutical Press.

Dachriyanus. 2004. Analisa Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Andalas UniversityPress, Padang.

Day, R.A and Underwood, A.L. 1999. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi VI. Erlangga.Jakarta.

Djajanegara, I., 2009. Pemakaian Sel HeLa dalam Uji Sitotoksisitas Fraksi Kloroformdan Etanol Ekstrak Daun Annona squamosal. Jurnal Ilmu KefarmasianIndonesia, 7(1), 7-11.

Departemen Kesehatan, Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia (Edisi IV). Jakarta :Departemen Kesehatan RI.

Djamal, R. 2010. Prinsip-prinsip Dasar Isolasi dan Identifikasi. Padang : UniversitasBaiturrahmah.

Fitri, N. S. 2008. Pengaruh Berat dan Waktu Penyeduhan terhadap Kadar Kafein dariBubuk Teh. Skripsi. Universitas Sumatera Utara (tidak dipublikasikan).

Gebeyehu, B.T., and, Bikila, S.L.B., 2015, Determination of Caffeine Content andAntioxidant Activity of Coffee, American Journal of Applied Chemistry Vol.3(2): 69-76.

Harborne, J. B. 1983. Metode Fitokimia (Terbitan kedua). Bandung : Penerbit ITB.

Katzung, B. G. 1995. Farmakologi Dasar dan Terapi (Edisi VI). Jakarta : EGC.

Kuschinsky, G., Lullman, H. 1973. Textbook of Pharmacology. London : AcademicPress.

Page 23: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

19

Levita, J., Mutakin, Hasanah, U. 2004. Identifikasi Kadar Kafein dalam BeberapaProduk Minuman Ringan Bersoda Jenis Kola Kemasan Kaleng yang Beredar diJatinangor dengan Metode Kromatografi Cair Kerja Tinggi (KCKT). MajalahIlmiah Farmasi Farmaka, Vol. 2 : 53-57.

Ling, L.S., Daud, N.I.N and Hassan, O., 2001, Determination Of Coffee Content InCoffee Mixtures, Malaysian Journal of Analytical Sciences, Vol. 7, No.2 : 327-332

Maramis, R. K., Citraningtyas, G., Wehantouw F. 2013. Analisis Kafein dalam KopiBubuk di Kota Manado Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. PharmaconJurnal Ilmiah Farmasi, Vol 2, No.4 : 122-128.

Mulato, S. 2001. Pelarutan Kafein Biji Robusta dengan Kolom Tetap menggunakanPelarut Air. Jakarta : Pelita Perkebunan.

Mulja, M. Dan Suharman. 1995. Analisis Intrumental. Surabaya : Airlangga UniversityPress

Nersyanti. F. 2006. Spektrofotometri Derivatif Ultraviolet untuk Penentuan KadarKafein dalam Minuman Suplemen dan Ekstrak teh. (Skripsi). Bogor : IPB (tidakdipublikasikan)

Putri, D. 2013. Analisis Kadar Kofein dalam Sediaan Minuman Berenergi denganMetode TLC-Scanner (Densitometri). Skripsi. Palembang : STIFI Bhakti Pertiwi(tidak dipublikasikan).

Salihović, M., Šapčanin, A., Pazalja, M., Alispahić, A., Dedić, A and Ramić, E., 2014,Determination of Caffeine in Different Comercialy Available Green and BlackTeas, Bulletin of the Chemists and Technologists of Bosnia and Herzegovina Vo.43 : 1-4

Shargel, L., dan Andrew, B. C. Y. 1998. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan(Edisi II). Surabaya : Airlangga University Press

Sofiana, N. 2011. 1001 Fakta Tentang Kopi. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.

Soraya, N. 2008. Isolasi Kafein dari Limbah Teh Hitam CTC Jenis Powdery secaraEkstraksi. Skripsi. Bogor : IPB (tidak dipublikasikan)

Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Standar Nasional Indonesia. 2004. Biji Kopi. SNI 01-3542-2004

Tan, H.T.dan Kirana R. 1984. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaannya dan EfekSampingnya ( Edisi IV). Jakarta : Pangeran Jayakarta.

Page 24: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

20

Tautua, A., Martin, W.B. and Diepreye, E.R.E., 2014, Ultra-violet SpectrophotometricDetermination of Caffeine in Soft and Energy Drinks Available in Yenagoa,Nigeria, Advance Journal of Food Science and Technology 6(2): 155-158

Tjay, T.H dan Rahardja, K. 2007. Obat-obat penting, khasiat, penggunaan, dan efek-efek sampingnya (edisi IV). Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Wanyika, H.N., Gatebe, E.G., Gitu, L.M.,, Ngumba, E.K. and Maritim, C.W., 2010,Determination of caffeine content of tea and instant coffee brands found in theKenyan market, African Journal of Food Science Vol. 4(6) : 353 – 358.

Page 25: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

21

Lampiran 1. Bercak noda kafein pada sampel kopi bubuk dan Kafein Baku

Standar

Gambar 1. Hasil Uji Kualitatif kadar kafein pada berbagai sampel kopi bubuk dan

kafein standar dengan KLT di bawah lampu UV-254

Page 26: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

22

Lampiran 2. Data Absorbansi Larutan Kafein pada berbagai Sampel Kopi Bubuk

pada Panjang Gelombang 285 nm

Tabel 1. Data absorbansi larutan kafein pada berbagai sampel kopi bubuk pada panjang

gelombang 285 nm

No Sampel Absorbansi Absorbansi Rata-rata (Y)

1 A

0,157

0,1590,160

0,160

2 B

0,161

0,1620,161

0,164

3 C

0,180

0,1820,184

0,183

4 D

0,148

0.1490,150

0,148

5 E

0,175

0,1730,173

0,170

6 F

0,140

0,1420,144

0,144

7 G

0,251

0,2500,251

0,249

8 H

0,251

0,2510,251

0,251

9 I

0,277

0,2780,281

0,275

10 J

0,222

0,2210,222

0,219

Page 27: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

23

Lampiran 3. Perhitungan kadar kafein pada 10 sampel kopi bubuk

Persamaan regresi : Y = 0,01435X + 0,0328

Dimana : Y = nilai absorbansi rata-rata

X = konsentrasi

Sampel A

Diketahui Y = 0,159

Maka X = , ,, = 8,7944 ppm = 8,7944 mg/L

Kadar (b/b) = ( )=, ,

= , = 10,993 mg/ g

% kafein dalam 1 gram kopi = , x 100% = 1,10% (b/b)

Dengan menggunakan perhitungan diatas maka untuk sampel B hingga J diperoleh

seperti dalam tabel 3.

Tabel 3. Nilai absorbansi dan kadar kafein pada berbagai sampel kopi bubuk

No SampelAbsorbansi

(Y)

Konsentrasi

(X) (ppm)

Kadar Kafein pada

Kopi Bubuk dalam 1 g

mg % b/b

1 A 0,159 8,7944 10,9930 1,10

2 B 0,162 9,0004 11,2505 1,13

3 C 0,182 12,9965 12,9965 1,30

4 D 0,149 8,0976 10,1220 1,01

5 E 0,173 9,7700 12,2125 1,22

6 F 0,142 7,6098 9,5123 0,95

7 G 0,250 15,1359 18,9199 1,89

8 H 0,251 15,2056 19,0070 1,90

9 I 0,278 17,1709 21,4636 2,15

10 J 0,221 13,1150 16,3938 1,64

Page 28: Analisa Secara Kualitatif Dan Kuantitatif Kadar Kafein ... · PDF fileKata kopi berasal dari bahasa Arab qahwah, ... ini kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi (S

24

Lampiran 4. Perhitungan secara teori kadar kafein dalam satu cangkir kopi

Jika dalam satu cangkir terdapat kopi bubuk berkisar ±6 gram dalam satu kali

sajian, maka jumlah konsumsi kopi dalam satu hari adalah 3-4 kali sajian dan

perhitungan dihitung sebanyak 4 kali sajian.

Sampel A

Kadar kafein dalam satu cangkir = Kadar kafein (mg/g) x 6 g

= 10,993 mg/g x 6 g = 65,9580 mg

Kadar kafein dalam satu hari = 65,9580 mg x 4 = 263,832 mg

Dengan menggunakan perhitungan diatas maka untuk sampel B hingga J

diperoleh seperti dalam tabel 4.

Tabel 4. Perhitungan teoritis kadar kafein dalam 4 kali penyajian/hari.

No. Kode sampel Kadar kafein dalam 1 kalipenyajian @ 6 gram kopibubuk (mg)

Kadar kafein dalam 4 kalipenyajian (mg)/hari.

1 A 65,9580 263,832

2 B 67,5030 270,012

3 C 77,9790 311,916

4 D 60,7320 242,928

5 E 73,2750 293,100

6 F 57,0738 228,295

7 G 113,5194 454,078

8 H 114,0420 456,168

9 I 128,7816 515,126

10 J 98,3628 393,451