Upload
votuong
View
241
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS BENTUK DAN FUNGSI TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM
FILM COMME UN CHEF KARYA DANIEL COHEN
SKRIPSI
diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata I
untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra
Program Studi Sastra Perancis
oleh
Stefanny Yuanna Putri
2311413040
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
1. I can do all things through Christ which strengtheneth me. - Philippians 4:13
2. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. - Pengkhotbah 3 : 11a
3. L’homme propose, Dieu dispose.
Persembahan: Teruntuk keluargaku yang selalu
memberiku semangat dan doa.
Untuk dosen-dosen Sastra Perancis dan
mahasiswa pembelajar Bahasa Perancis.
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan keajaiban-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Analisis Bentuk dan Jenis Tindak Tutur Direktif dalam Film
Comme Un Chef Karya Daniel Cohen.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya
dukungan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu penulis menyampaikan
terima kasih dan rasa hormat kepada:
1. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni yang telah
memberikan izin dalam penyusunan skripsi ini.
2. Dra. Rina Supriatnaningsih, M. Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing,
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang,yang memberikan
kesempatan untuk mengadakan penelitian ini.
3. Dra. Anastasia Pudjitriherwanti, M.Hum., selaku pembimbing I dan Drs.
Isfajar Ardinugroho, M.Hum., selaku pembimbing II yang telah membantu dan
membimbing saya dengan penuh kesabaran dan ketelitian, serta telah
memberikan motivasi dan kesadaran akan tanggung jawab sebagai mahasiswa
untuk mengerjakan dan segera menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Sri Rejeki Urip, M.Hum selaku dosen penguji yang telah meluangkan
waktunya untuk menguji skripsi ini dan yang telah membimbing saya dengan
penuh kesabaran dan ketelitian untuk mengerjakan dan segera menyelesaikan
skripsi ini
vii
5. Seluruh staf pengajar dan karyawan Bahasa dan Sastra Asing khususnya yang
mengajar di prodi Sastra Perancis atas bekal ilmu, bimbingan dan bantuannya.
6. Keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan dan mendukung saya dalam
keadaan apapun, serta bersedia memberikan yang terbaik untuk saya.
7. Yustinus Anggara Prasetia Adi, yang selalu memberiku semangat, memotivasi
dan selalu membuatku tersenyum.
8. Sahabat-sahabatku Nana, Meinita, Devi, Hela, Milla, Mega yang selalu
memberiku semangat. Terimakasih untuk hiburan, candaan dan kegilaan kalian
di kala stress mengerjakan skripsi. Tak lupa juga untuk adik-adik kos tercinta
Lusi dan Linda untuk segala bantuan dan semangatnya.
9. Teman-teman prodi Sastra Perancis 2013 dan Pendidikan Bahasa Perancis
2013 serta kakak angkatan maupun adik angkatan, yang selalu berbagi ilmu
dengan saya.
10. Keluarga TBKP 24, HIMA BSA 2014, HIMA BSA 2015, sebuah organisasi
dimana saya bisa belajar berbagai hal di luar akademik.
11. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu
saya dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis sadar bahwa karya ini belum sempurna, namun penulis berharap
karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang, Oktober2017
Penulis
viii
SARI
Putri, Stefanny Yuanna. 2017. Analisis Bentuk dan Fungsi Tindak Tutur Direktif dalam Film Comme Un Chef Karya Daniel Cohen. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Asing. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. Anastasia Pudjitriherwanti, M.Hum. Pembimbing II: Drs. Isfajar Ardinugroho, M.Hum., Kata Kunci: tindak tutur ilokusi, tindak tutur direktif, bentuk tindak tutur direktif,
jenis tindak tutur direktif
Dalam kehidupan sehari-hari, tindak tutur direktif sangat sering dijumpai penggunaannya, terutama dalam bahasa lisan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : (1) bentuk tindak tutur direktif dan (2) jenis tindak tutur direktif dalam film Comme Un Chef. Data dari penelitian ini adalah semua tuturan yang mengandung tindak tutur direktif bahasa Perancis dalam film tersebut.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penyediaan data menggunakan metode simak dengan teknik sadap dan teknik lanjutan yaitu teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) dan teknik catat dengan menggunakan tabel klasifikasi data. Untuk menganalisis bentuk tindak tutur direktif digunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) dan teknik lanjutan berupa teknik Baca Markah. Untuk menganalisis jenis tindak tutur direktif digunakan metode padan pragmatis dengan menggunakan teknik pilah unsur penentu (PUP) sebagai teknik dasar dan teknik hubung banding menyamakan (HBS) sebagai teknik lanjutan serta menerapkan komponen tutur SPEAKING.
Hasil penelitian ditemukan 149 data mengandung tindak tutur direktif. Dari data tersebut menunjukkan bahwa (1) bentuk tindak tutur direktif yang terdapat dalam film Comme Un Chef dapat dikalsifikasikan menjadi 3 bentuk tuturan : tuturan langsung literal berjumlah 110 data, tuturan tidak langsung literal berjumlah 37 data, tuturan tidak langsung tidak literal berjumlah 2 data. (2) jenis tindak tutur direktif dalam film Comme Un Chef ada 6 jenis yaitu: requestives 40 data, questions 9 data, requirements 79 data, prohibitives 6 data, permissives 4 data, dan advisories 11 data.
Berdasarkan hasil analisis, bentuk dan jenis tindak tutur direktif yang dominan digunakan oleh tokoh-tokoh dalam film Comme Un Chef adalah tuturan langsung literal dengan jenis requirements. Hal tersebut menunjukkan bahwa penutur cenderung mengekspresikan maksudnya secara langsung dengan kata-kata yang sesuai dengan maksud tuturannya, sehingga mitra tutur dapat memahami maksud tuturan dan melaksanakan apa yang dimaksudkan oleh penutur dengan tepat.
ix
L’analyse de la Forme Et du Type de l’Acte Directif dans Le Film Comme Un Chef de Daniel Cohen
Stefanny Yuanna Putri, Anastasia Pudjitriherwanti, Isfajar Ardinugroho Département des Langues et des Littératures Étrangères
Faculté des Langues et des Arts, Université d’État de Semarang
EXTRAIT
Dans la vie quotidienne, l’acte directif sont très souvent utilisés, en particulier dans la langue parlée. Les objectifs de cette recherche sont de décrire : (1) la forme de l’acte directif et (2) le type de l’acte directif dans le film Comme Un Chef. Les données de cette recherche sont les actes directifs français dans le film. C’est une recherche descriptive qualitative. La méthode de recueillir des données dans cette recherche est la méthode simak avec la technique sadap et les techniques avancées sont la technique SBLC (l’examinateur ne participe pas dans l’apparition des données) et la technique catat en utilisant la classification des données de table. On applique la méthode Agih en utilisant la technique Bagi Unsur Langsung (BUL) et la technique avancée est la technique Baca Markahpour analyser la forme de l’acte directif. Pour analyser le type de l’acte directif, on applique la méthode Padan Pragmatis en utilisant la technique de base est la technique Pilah Unsur Penentu et la technique avancée est la technique Hubung Banding Menyamakan avec les aspects SPEAKING. Les résultats de la recherché montrent que (1) la forme de l’acte directif dans cette recherche, Il y a 3 forme de l’acte directif : l’acte direct littéral (110 données), l’acte indirect littéral (37 données), l’acte indirect non littéral (2 données). (2) Il existe 6 types de l’actedirectif dans le film Comme Un Chef, à savoir: Le type de demander (40 données), le type de questionner (9 données), le type d’exiger (79 données), le type d’interdire (6 données), le type de permettre (4 données), et le type de conseiller (7 données). La forme et le type de l’acte directif la plus dominante dans ce film est l’acte direct littéral avec le type d’exiger. Cela signifie que les locuteurs dans le film Comme Un Chef utilisent souvent l’acte direct littéral quand ils expriment les désirs pour que l’interlocuteur comprenne bien le désir du locuteur et le fait. Les mots-clés : l’acte illocution, l’acte directif, la forme de l’acte directif, le type de l’acte directif.
x
RÉSUMÉ
Putri, Stefanny Yuanna. 2017. L’analyse De La Forme Et Du Type De L’acte Directif Dans Le Film Comme Un Chef De Daniel Cohen. Mémoire. Département des Langues et des Littératures Étrangères, Faculté des Langues et des Arts, Université d’État de Semarang.
Les mots-clés : l’acte illocution, l’acte directif, la forme de l’acte directif, le type de l’acte directif. 1. L’INTRODUCTION
En tant qu'êtres sociaux, les humains interagissent et communiquent toujours
avec le milieu environnant. Les humains ont besoin d'outils de communication
pour interagir les uns avec les autres et l'un des outils nécessaires pour
communiquer est la langue. La communication par la langue permet à chaque
personne de s'adapter à son environnement social afin de ne pas pouvoir nier que
la langue est un moyen vital de communication dans cette vie.
Dans une communication, la chose la plus importante est qu'il y a des locuteurs
et des interlocuteurs qui construisent le sens de la communication. La
communication peut bien communiquer si le locuteur peut comprendre le message
transmis. (Wijana 2009: 43).
Lorsque nous communiquons avec d'autres personnes, nous faisons des
activités ou des intentions d'envoi de messages. La communication n’est pas
seulement la transmission de la langue travers les mots, mais aussi accompagnée
d’actions et de comportements. Selon Austin dans son livre How to do things with
words (cité Wijana 1996: 23) en prononçant l’énoncé, on peut faire autre chose
xi
que dire quelque chose. Plus précisément, Rustono (1999: 31) déclare que l'acte
de parole ou de discours est l'activité de dire ou de raconter un énoncé dans un but
précis.
L'acte de parole est quand une personne communiquer avec d’autre personne, il
transmet non seulement idée ou une information, mais aussi faire des actions.
Cette action se manifeste sous forme de déclarations, de questions et de
commandes. L'acte de parole dans une phrase contient le principe de la possibilité
d'indiquer de manière incorrecte ce que signifie le locuteur (Verhaar 2001: 16).
Des actes directifs se retrouvent souvent dans la communication quotidienne,
ce qui reflète la communication de la vie des gens. Peu fréquemment, ces actes
directifs sont dissimulés, même parfois, ne sont pas jugés. Ils ne sont pas
seulement liés aux éléments de la langue elle-même, mais tiennent également
compte d'autres éléments en dehors du contexte de la langue, tels que les locuteurs
et les interlocuteurs dans un sujet de conversation, le lieu de la parole, le contexte
de la parole, etc.
L'auteur a choisi le film Comme Un Chef comme source de données dans cette
étude car, dans ce film, il existe des conversations qui peuvent être analysées pour
décrire l’acte directif. Les énoncés qui apparaissent dans ce film sont suivis ou
accompagnés de l'expression ressentie par le locuteur. En outre, l'utilisation de la
langue dans ce film n'est pas trop difficile à comprendre. Ce film est digne d'être
analyse d'un angle pragmatique qui observe la langue par des actes de parole.
xii
2. LA THEORIE
2.1 La Phrase
Selon Larousse (1997:316) phrase est groupe de mots formant un message
complet.
Et puis, Dubois (1994: 365) définit la phrase comme suit.
Selon la grammaire traditionnelle, la phrase est une unité de sens accompagnée, à l’oral, par une ligne prosodique entre deux pauses et limitée, à l’écrit, par les signes typographiques que sont, en français, la majuscule et le point. La phrase peut contenir plusieurs propositions (phrase composée et complexe).
Les Types de Phrase
Les phrases en français peuvent être divisées en 4, ce sont :
1. La Phrase Déclarative
La phrase déclarative sert à informer des informations, à déclarer des faits, à
déclarer vrai ou faux, des suppositions, et finit toujours par la ponctuation (.)
La phrase déclarative est aussi appelée phrase assertive. Phrase assertive,
opposée à la phrase interrogative et à la phrase impérative, est définie par son
statut, l’assertion. (Dubois 1994:55).
2. La Phrase Interrogative
La phrase interrogative est un type de phrase exprimant une question, qui se
distingue de la phrase assertive par l’emploi de pronoms ou de particules
spécifiques, par une intonation particulière, par un ordre différent des mots ou,
xiii
parfois, dans certaines langues, par un mode différent de l’indicatif. (Dubois 1994:
254).
3. La Phrase Impérative
Dubois (1973: 14) définit la phrase impérative comme suit :
(1) L’impératif est un mode exprimant un ordre donné à un ou plusieurs interlocuteurs (dans les phrases affirmatives) ou une défense (dans les phrases négatives). (2) En grammaire générative, l’impératif est un type de phrase (ou modalité de phrase), comme l’interrogative et l’assertion (phrase déclarative); c’est un constituant de la phrase de base qui, compatible seulement avec un sujet de deuxième personne (ou incluant une deuxième personne, comme nous), déclenche une transformation impérative; celle-ci, entre autres opérations, efface les pronoms sujet de la phrase; impératif + Vous + venez + demain, devient Venez demain.
4. La Phrase Exclamative
La phrase exclamative est en français construite sur le même modèle que la
phrase interrogative ( les adverbes et pronoms exclamatifs sont pratiquement les
mêmes que les interrogatifs : quel, combien, etc., comme étant spécifique aux
exclamations indirectes), mais elle se distingue de celle-ci par l’intonation
(transcrite par un point d’exclamation). (Dubois 1994: 190). Cette phrase est
utilisée pour exprimer des émotions telles que l'admiration, la surprise,
l'émerveillement, la joie, le bonheur.
2.2 La Pragmatique
Selon Levinson (1983: 9) la pragmatique est l'étude des relations entre le
langage et le contexte qui sont grammaticalisées ou codées dans la structure d'un
langage. Wijana (1996: 2) dit que la sémantique et la pragmatique sont des
branches de la linguistique qui examinent les significations des unités linguales.
xiv
La différence entre la sémantique et la pragmatique, est la sémantique apprend le
sens interne, tandis que la pragmatique apprend le sens externe. L'étude
pragmatique apprend le problème de l'usage de la langue dans une société
langagière et révèle comment le comportement linguistique d'une société dans la
socialisation. L'utilisation des fonctions linguistiques n'est pas seulement une
forme ou un modèle de grammaire et de vocabulaire, mais aussi dans le contexte
de son utilisation réelle dans la langue.
2.3 Le Context et L’énoncé du Composant
Le contexte est défini par Leech (cité par Nadar 2009: 6) comme «une
connaissance de base supposée partagée par le locuteur et l’interlocuteur et qui
contribue à l’interlocuteur interprétation de ce que le locuteur entend par un
énoncé donné».
Le contexte est l'arrière-plan des connaissances possédées par le locuteur et
l’interlocuteur. (Wijana 1996 :11)
Hymes (cité par Chaer 2010: 47), propose le modèle « S-P-E-A-K-I-N-G »
pour comprendre la variabilité culturelle des systèmes de communication. Ce
modèle permet la comparaison du rôle d’énoncé dans diverses sociétés. Il y a 8
composants du modèle : Setting: lieu, moment et ambiance d’énoncé.
Participants : les personnes présentes, pas juste les personnes qui parle dans la
situation (Le locuteur et l’interlocuteur). Ends(ou finalités) : le but de l’énoncé.
Acts sequence: les messages eux-mêmes. Keys(ou tonalites) : les caractéristiques
rythmiques (le son, le ton, etc.) des messages. Instrumentalities(ou moyens de la
xv
communication) : le langage parlé, chanté, écrit, etc. et les dialectes et niveaux de
langue. Norms of interaction an interpretation: les normes d’interaction qui
régulent la parole et l’interprétation ; ils sont influencés par les inférences
socioculturelles. Genres (ou types de discours) : les catégories par lesquelles les
membres d’une communauté classent leurs activités verbales (contes, histoires,
drôles, épopées, drames, etc.)
2.4 L’acte de Parole
L’acte de parole fait partie d'une étude pragmatique. Austin (cité par Nadar
2009 :11) a expliqué que quand quelqu'un dit quelque chose, il fait aussi quelque
chose. De plus, Chaer et Agustina (2010: 50) déclarent que l’acte de parole est des
phénomènes individuels qui sont psychologiques et la durabilité est déterminée
par les compétences linguistiques du locuteur face à une situation particulière.
L’acte de parole peut prendre la forme d'une requête, d'une interdiction, d'un
ordre, d'un compliment, d'un plaidoyer ou d'une suggestion.
Selon Searle (cité par Wijana 1996:17-19) l’acte de parole se divise en trois, ce
sont: l’acte de locution, l’acte d’llocution, et l’ acte de perlocution.
L’acte de locution
L’acte de locution est un acte de parole qui est utilisé de dire quelqu chose du
locuteur à l’interlocuteur. Le but de la parole est de donner une information à
l’allocataire.
L’acte d’illocution
L’acte d’illocution est un acte de parole qui provoque une affection de la
parole. Alors, le locuteur veut un effet de la parole. Selon Searle (cité par Rustono
xvi
1999 :37), l’acte d’illocution peut être classé en cinq types, ils sont l’acte assertif,
l’acte directif, l’acte commissif, l’acte expressif, et l’acte declaratif.
L’acte de perlocution
L’acte de perlocution est un acte de parole qui est utilisé d’influencer
l’interlocuteur. Dans ce cas, le locuteur, dans sa parole, a le but d’influencer
l’interlocuteur.
2.5 La Forme d’Acte de Parole
Selon Searle (cité par Wijana 1996: 30) classe l’acte de parole basé sur les
techniques de distribution et les interactions de signification. Il suggère qu'en
fonction de la technique de distribution ou du mode phrase, l’acte de parole peut
être classé en l’acte direct - indirect, l’acte littéral - non-littéral. Il y a 4
intersections d'acte de parole, ce sont:
a). L’acte direct littéral
L’acte direct littéral est un actedont la construction ou le type d’énoncé et
le sens d’énoncé correspond à l’intention de locuteur. Le sens d’ordre est
exprimé en type impératif, le sens de question est exprimé en type
interrogatif.
b). L’acte indirect littéral
L’acte indirect littéral est un actedont la construction ou le type d’énoncé
ne correspond pas au sens implicite d’énoncé, mais les mots qui
construisent correspondent à l’intention du locuteur. Dans ce cas,
l’intention impérative est exprimée en type déclaratif ou interrogatif.
xvii
c). L’acte direct non-littéral
L’acte direct non-littéral est un actedont la construction d’énoncé
correspond au sens implicite d’énoncé, mais les mots qui construisent ne
correspondent pas à l’intention du locuteur.
d). L’acte indirect non-littéral
L’acte indirect non-littéral est un actedont la construction et les mots
d’énoncé ne correspondent pas à l’intention du locuteur.
2.6 Le Type de L’acte Directif
Selon Ibrahim (1993:27-33) l’acte directif est un acte de parole qui est
destinée à l’interlocuteur pour faire les actions dans un énoncé. L’acte directif
peut être declaré en phrase impérative, la phrase declarative, et la phrase
interrogative. L’acte directif a six types, ils sont les Requestives, les Questions, les
Requirements, les Prohibitives, les Permissives, et les Advisories.
- Les Requestives
Les requestives sont le vouloir vient de locuteur pour l’interlocuteur de
faire ce qu’il veut.
- Les Questions
Les questions sont la demande à l’interlocuteur de donner une information.
- Les Requirements
Les requirements sont l’acte qui fait par l’interlocuteur est fondé ce que
locuteur a dit.
xviii
- Les Prohibitives
Les prohibitives sont le commande à l’interlocuteur de ne pas faire
quelque chose.
- Les Permissives
Les permissives sont la confiance du locuteur à l’interlocuteur de sorte que
l’interlocuteur fait quelque chose sur ce que locuteur a dit.
- Les Advisories
Les advisories est la confiance du locuteur que faire quelque chose est
bien pour l’interlocuteur.
3. LA METHODE DE LA RECHERCHE
L'approche utilisée dans cette recherche est descriptive qualitative. Les
données dans cette recherche sont les énoncés qui ont la forme et le type de l’acte
directif dans le film Comme Un Chef.
La méthode de recueillir des données dans cette recherche est la méthode
simak qui donne attention à l’utilisation de langue, dont la technique de base est la
sadap et les techniques avancées sont la technique Simak Bebas Libat Cakap
(l’examinateur ne participe pas dans l’apparition des données) et la technique
catat en utilisant la classification des données de table.
La méthode d'analyse des données pour identifier la forme de l’acte directif
est la méthode Agih en utilisant l'élément déterminant sous la forme de l'élément
de langage lui-même. Cette méthode est effectuée par deux techniques. Ce sont la
technique Bagi Unsur Langsung (BUL) et la technique Baca Markah. Pour
xix
analyser le type de l’acte directif, on applique la méthode Padan Pragmatis en
utilisant la technique de base est la technique Pilah Unsur Penentuet la technique
avancée est la technique Hubung Banding Menyamakan avec les aspects
SPEAKING.
4. L’ANALYSE
4.1 La Forme de L’acte Directif
4.1.1L’acte Direct Littéral
L’acte direct littéral dans le film Comme Un Chef ci-dessous:
CONTEXTE: Alexandre et ses deux assistants sont dans la cuisine. Alexandre essaie de créer un nouveau menu pour La Carte de printemps.
(1) Alexandre : Je ne ressens aucune émotion. Redonne-moi la vanille. Goûtez !
Akio : Oui, chef.
L’énoncé (1) est l’acte direct littéral qui est exprimée par la phrase
impérative. Il y a le verbe “Redonner” qui est conjugué dans la forme présent
Redonne sans sujet (Tu). Le locuteur utilise la phrase impérative pour
commander l’interlocuteur. Alexandre veut qu’Akio lui donne de la vanille
pour qu’Alexandre puisse l'ajouter à sa cuisine.
L'énoncé (1) est directement significatif pour le règne et la réaction de
l'interlocuteur parlé fait ce que dit le locuteur. Dans ce cas, le but de la
commande est livré avec la ligne de commande est un acte direct littéral. Cet
énoncé est un acte directif que le type requirements avec l’intention d’exiger.
xx
4.1.2 L’acte Indirect Littéral
L’acte indirect littéral dans le film Comme Un Chef ci-dessous:
CONTEXTE: Jacky est en train de peindre la fenêtre de la maison de la résidence et il voit les chefs des de la résidence cuisiner le cabillaud de la mauvaise façon.
(2) Jacky : Là, vous êtes en train de le bouillir. Il faut pas le bouillir. Il faut le faire au bain-marie pas plus de 10 min. Parce que, après, il perd complètement toute sa saveur. Il devient….Ouvrez-moi la fenêtre ! Comment vous préparez le cabillaud ? Titi : En bouillon dans de l’eau salée. Pourquoi ?
L’énonce (2) est une phrase "Il faut pas le bouillir". Il faut faire au bain-
marie pas plus de 10 min." qui se termine par un point. Cette phrase est
directement ou informe comment cuisiner le bon cabillaud. Mais l'intention
de transmettre n'est pas d'informer mais implique que Jacky ordonne aux
chefs de cuisiner le cabillaud au moyen d'une double ébullition et bouilli
pendant pas plus de 10 minutes. Cet énoncé a la forme d'une phrase
déclarative, mais avec l'intention de commander à un un acte directif que le
type requirements avec l’intention d'instruire.
4.1.3 L’acte Indirect Non-Littéral
L’acte indirect non-littéral dans le film “Comme Un Chef” ci-dessous:
CONTEXTE: Jacky regarde l'émission de télévision d'Alexandre à travers la fenêtre de cuisine du résident. Jacky a regardé l'émission avec les chefs de résidents. Ensuite, le chef du résident est venu et a grondé Jacky.
(3) Chef de Chantier Résidence : Tu restes combien de temps à faire cette
fenêtre ? Jacky : J’avais oublié le pinceau.
xxi
L’énoncé (3) est une phrase interrogative qui a pour but de poser quelque
chose, se terminant par un point d'interrogation (?). L’énoncé (3) est un acte
indirect non-littéral parce que le type de phrase utilisé n'est pas conforme au
but d'être exprimé. Les mots structurés dans l'énoncé sont structurellement
inclus dans la catégorie interrogative et le sens qui y est contenue comme si
seulement demandait combien de temps Jacky avait besoin de peindre une
fenêtre. Mais le but réelle de la phrase est de commander à Jacky de continuer
son travail à peindre des fenêtres. Cet énoncé est un acte directif que le type
requirements avec l’intention d’exiger.
4.2 Le Type de L’acte Directif
4.2.1 Les Requestives
CONTEXTE : Stanislas a cherché Alexandre dans la cuisine de Cargo Lagarde. Stanislas ne l'a pas trouvé et il a demandé à Jacky de dire à Alexandre de le contacter immédiatement. (4) Stanislas : Vous lui direz de m’appeler ?
Jacky : Oui.
L’énoncé (4) peut être connu que Stanislas a demandé à Jacky de dire à
Alexandre de contacter Stanislas. L’énoncé (4) est un acte directif qui a un
type requestives avec l’intention de demander car la demande de Stanislas a
été écoutée par Jacky. Cela ressort de la réaction que Jacky répond
directement aux questions Stanislas.
4.2.2 Les Questions
CONTEXTE : Jacky est en train de peindre la fenêtre de la cuisine résidence. Il voit les chefs cuisiner dans la cuisine. Jacky a demandé comment ils cuisinaient le cabillaud.
xxii
(5) Jacky : Comment vous préparez le cabillaud ? Titi : En bouillon dans de l’eau salée. Pourquoi ?
L’énoncé (5) peut être connu que l’énoncé de Jacky a demandé comment les
chefs cuisinent le cabillaud. Cet énoncé (5) est un acte directif qui a un type
questions avec l'intention de demander. Cela peut être vu à partir de la réaction de
l’interlocuteur qui effectue l'action demandée par le locuteur. Dans ce cas, l'action
prise par Titi sous la forme de fournir des informations demandées par Jacky à
travers les réponses données.
4.2.3 Les Requirements
CONTEXTE : Alexandre et 2 assistants sont dans la cuisine. Alexandre essaie de créer un nouveau menu pour La Carte du Printemps.
(6) Alexandre : Je ne ressens aucune émotion. Redonne-moi la vanille. Goûtez!
Asisten : Oui, chef. Akio : C'est très bon, chef ! Sergio : C'est fantastique, chef !
L’énoncé (6) peut être connu que Alexandre a dit à Akio et Sergio de goûter la
nourriture que la vanille a ajoutée par Alexandre. Cet énoncé (6) est un acte
directif que le type requirements avec l’intention d’exiger parce que le
commandement d'Alexandre est entendu et exécuté par Akio et Sergio. Cela peut
être vu par la réaction d'Akio et Sergio qui ont instantanément goûté la nourriture
et ont commenté le goût.
4.2.4 Les Prohibitives
CONTEXTE : Alexandre fait de la cuisine en direct dans un marché traditionnel. Il a apporté l’émission avec Jacky comme son assistant.
xxiii
(7) Jacky : Non, pas de thym. Ne touchez pas à votre chef-d’œuvre.
L’énoncé (7) que Jacky prononce à la fonction et le but d'interdire à
Alexandre de bricoler avec ses recettes. Cet énoncé (7) est un acte directif que
le type prohibitives avec l’intention d’interdire.
4.2.5 Les Permissives
CONTEXTE : Béatrice a téléphoné Jacky. Elle lui dit que Jacky est maintenant un père. Béatrice a donné l'esprit à Jacky et a permis à Jacky de terminer son travail en premier.
(8) Béatrice : Alors, fais comme si tu cuisinais pour moi. Pour ta fille aussi. Jacky : Ça y est ? J’ai une fille ? J’arrive tout de suite. Béatrice: Finis d’abord ce que tu as à faire. Jacky : T’es sûre ? Béatrice : T’inquiète pas. On t’attend. L'énoncé (8) de Béatrice est de permettre à Jacky de finir son travail en
premier. Cet énoncé est un type directif que le type permissives avec
l'intention de permettre.
4.2.6 Les Advisories
CONTEXTE : Alexandre et Jacky se dirigent vers le marché traditionnel pour un émission culinaire. Il y avait une femme qui s'est approchée d'Alexandre et a déclaré qu'elle aimait la cuisine du poulet au citron d’Alexandre.
(9) Passante marché : M. Lagarde, j’adore votre poulet au citron. Mais vous devriez mettre plus de citron. Alexandre : Vous n’avez qu’à en rajouter. Passante marché : Oui, j’y avais pas pensé.
L’énoncé (9) peut être connu qu’Alexandre a suggéré que la femme
ajoute son propre citron dans sa cuisine. L’énoncé (9) est un énoncé acte
directif que le type advisories avec l’intention de suggérer parce qu'il ressort
de la réaction de la femme qui a approuvé le conseil d'Alexandre.
xxiv
5. LA CONCLUSION
Basé sur les résultats de l'analyse de la recherche, l’auteur trouve il y a 3
formes de l’énoncé impératif, ce sont l’acte direct littéral (110 données), l’acte
indirect littéral ( 37 données), l’acte indirect non littéral (2 données). Il existe 6
types de l’acte directif dans le film Comme Un Chef, à savoir: requestives (le type
de demander) (40 données), question (le type de questionner) (9 données),
requirements (le type d’exiger) (79 données), prohibitives (le type d’interdire) (6
données), permissives (le type de permettre) (4 données), et advisories (le type de
conseiller) (7 données). La plus dominante de toute les formes des actes directifs
dans ce film est l’acte direct littéral avec le type requirements (le type d’exiger).
Cela signifie que les locuteurs dans le film Comme Un Chef utilisent souvent
l’acte direct littéral quand ils expriment les désirs pour que l’interlocuteur
comprenne bien le désir du locuteur et le fait.
6. LE REMERCIEMENT
Premièrement, je remercie Mon Dieu Jésus Christ, le tout miséricordieux. Je
remercie spécialement pour ma famille qui prie toujours pour moi et m’a motivé.
Ensuite, je remercie tous mes professeurs surtout pour les supports et les conseils.
Et finalement, je remercie également tous mes amis qui m'ont encouragé et aidé.
7. LA BIBLIOGRAPHIE
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.Jakarta : Rineka Cipta.
Dubois, Jean et all. 1994. Dictionnaire de Linguistique. Paris : Libraire Larousse
Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya : Usaha Nasional.
Larousse. 1997. Dictionnaire de Français. Paris: Larousse Bordas.
xxv
Levinson S.C. 1983. Pragmatics. United Kingdom: Cambridge University Press
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik.Semarang : CV. IKIP Semarang Press. Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-asas Linguistik Umum.Yogyakarta :Gadjah Mada
University Press Wijana I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit
Andi --------------. 2009. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisis.
Yogyakarta: Yuma Pustaka
xxvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii
PENGESAHAN .................................................................................................... iii
PERNYATAAN .................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v
PRAKATA ............................................................................................................ vi
SARI .................................................................................................................... viii
EXTRAIT ............................................................................................................. ix
RESUMÉ ................................................................................................................. x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xxvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xxix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Batasan Masalah ............................................................................. 8
1.3. Rumusan Masalah .......................................................................... 9
1.4. Tujuan Penelitian............................................................................ 9
1.5. Manfaat Penelitian.......................................................................... 9
1.6. Sistematika Penulisan .................................................................. 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 13
2.2. Landasan Teori ............................................................................. 15
2.2.1. Kalimat ............................................................................... 16
xxvii
2.2.2. Pragmatik ............................................................................ 20
2.2.3. Konteks ............................................................................... 22
2.2.4. Komponen Tutur ................................................................. 23
2.2.2. Tindak tutur ........................................................................ 25
2.3.2. Jenis Tindak Tutur Ilokusi .................................................. 31
2.2.3. Bentuk-Bentuk Tindak Tutur ............................................. 36
2.2.4. Jenis Tindak Tutur Direktif ............................................... 43
2.2.8. Film .................................................................................... 49
2.3. Simpulan....................................................................................... 51
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian .................................................................. 53
3.2. Data dan Sumber Data ................................................................. 54
3.3. Metode dan Teknik Penyediaan Data .......................................... 54
3.4. Metode dan Teknik Analisis Data ................................................ 56
3.5. Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data...................... 57
BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Analisis ................................................................................ 62
4.2. Pembahasan .................................................................................. 62
4.2.1. Bentuk Tuturan Direktif ..................................................... 63
4.2.1.1. Tindak Tutur Langsung Literal ....................................... 63
4.2.1.2. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ............................. 66
4.2.1.3. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal .................. 68
4.2.2. Jenis Tindak Tutur Direktif ................................................ 70
xxviii
4.2.2.1. Requestives ...................................................................... 70
4.2.2.2. Questions ......................................................................... 74
4.2.2.3. Requirements ................................................................... 78
4.2.2.4. Prohibitives ..................................................................... 81
4.2.2.5. Permissives ...................................................................... 85
4.2.2.6. Advisories ........................................................................ 88
BAB 5 PENUTUP
5.1. Simpulan ...................................................................................... 93
5.2. Saran ............................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 96
LAMPIRAN
xxix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alexandre Lagarde meminta Stanislas untuk membaca kembali
kontrak kerja………………………………………………………....6 Gambar 2. Jacky mengetuk jendela dan memerintah salah satu koki untuk
membuka jendela ……………………………………………………7
Gambar 3. Diagram Tindak Tutur……………………………………………....52 Gambar 4. Alexandre dan 2 asistennya berada di dapur……………………......63 Gambar 5. Alexandre meminta Stanislas membaca kembali kontrak kerja
Alexandre …………………………………………….……………..65 Gambar 6. Jacky memberitahu cara memasak ikan kod yang benar kepada para
koki di panti jompo………………………………………………….66 Gambar 7. Stanislas membicarakan menu baru di Cargo
Lagarde…………………………………………………..………….67 Gambar 8. Kepala panti jompo menegur Jacky karena Jacky tidak mengerjakan
pekerjaannya………………………………………………………...69 Gambar 9. Alexandre sedang membicarakan tentang masalah penyuplai bahan
makanannya kepada Marco di pasar tradisional …………………......…......71 Gambar 10. Stanislas datang ke dapur Cargo Lagarde dan meminta Jacky untuk
memberitahu Alexandre untuk segera menghubunginya ........…..72 Gambar 11.Pelanggan kafe menanyakan menu baru kepada Jacky ……...….… 74 Gambar 12. Jacky bertanya bagaimana cara para koki memasak ikan kod....…..76 Gambar 13. Alexandre dan 2 asistennya berada di dapur …………………......78 Gambar 14 Jacky mulai memberi komando kepada para koki. ……………..….80 Gambar 15.Alexandre dan Jacky sedang melaksanakan siaran langsung acara
memasak…………………………………………………………….82 Gambar 16.Alexandre dan Jacky sedang melakukan siaran langsung acara
memasak…………………………………………………………….83
xxx
Gambar 17. Alexandre memperkenalkan Jacky kepada para koki di Cargo Lagarde..............................................................…………………….85
Gambar 18. Béatrice menelpon Jacky ..............................................……………87 Gambar 19. Alexandre menyarankan Amandine untuk mengambil jus lemon.....89 Gambar 20. Seorang pejalan kaki sedang menyapa Alexandre dan berkomentar
tentang masakan Alexandre ...............................................................91
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dan berkomunikasi
dengan lingkungan di sekitarnya. Manusia membutuhkan alat komunikasi untuk
berinteraksi satu sama lain, salah satu alat yang dibutuhkan untuk berkomunikasi
adalah bahasa. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan tiap orang untuk
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosialnya sehingga tidak dapat
dipungkiri bahwa bahasa merupakan sarana komunikasi yang vital dalam hidup
ini.
Bahasa menurut Kridalaksana (2008:24) merupakan sistem lambang bunyi
yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Sebenarnya untuk berkomunikasi juga
dapat dilakukan dengan cara lain, misalnya dengan isyarat, lambang atau kode
tertentu lainnya.
Sebagai alat berkomunikasi dan alat interaksi yang hanya dimiliki manusia,
maka bahasa memiliki dua aspek penting dalam pengkajiannya. Aspek tersebut
yakni aspek internal dan aspek eksternal. Aspek internal menyangkut struktur
intern dari bahasa itu, seperti struktur fonologi, struktur morfologi dan sintaksis.
Aspek eksternal berarti bahasa berkaitan erat dengan faktor-faktor yang berada di
luar bahasa atau pemakaian bahasa oleh para penuturnya di dalam kelompok-
kelompok sosial masyarakat (Chaer 2010:1).
2
Hal yang paling penting dalam sebuah komunikasi adalah terdapat penutur
dan lawan tutur yang bersama-sama membangun makna komunikasi agar
komunikasi berjalan dengan baik sehingga lawan bicaranya dapat memahami
pesan yang disampaikan (Wijana 2009:43).
Saat berkomunikasi dengan individu lain, kita melakukan kegiatan
penyampaian pesan atau maksud. Komunikasi tidak hanya dengan penyampaian
bahasa melalui kata-kata tetapi juga disertai dengan tindakan maupun perilaku.
Menurut Austin dalam bukunya How to do things with words (dikutip Wijana
1996:23) bahwa di dalam mengutarakan tuturan, seseorang dapat melakukan
sesuatu selain mengatakan sesuatu. Lebih jelasnya, Rustono (1999:31)
menyatakan bahwa tindak tutur atau tindak ujar (speech acts) adalah aktivitas
mengujarkan atau menuturkan tuturan dengan maksud tertentu.
Tindak tutur adalah ketika seseorang berkomunikasi, ia tidak hanya
menyampaikan proposisi atau informasi tetapi juga melakukan tindakan (action).
Tindakan ini dapat diwujudkan dalam bentuk pernyataan, pertanyaan, dan
perintah. Tindak tutur dalam suatu kalimat mengandung prinsip adanya
kemungkinan untuk menyatakan secara tidak tepat apa yang dimaksud oleh
penutur (Verhaar 2001:16). Hal ini berkaitan dengan strategi untuk membuat
mitra tutur melakukan dan tidak melakukan sesuatu sesuai dengan isi ujaran yang
disampaikan. Misalnya ketika seorang ibu menunjukkan tempat sampah kepada
anaknya yang masih kecil sambil mengatakan “Adik buangnya di sini saja ya!”,
hal tersebut mempunyai maksud bahwa tuturan ibu tersebut agar si anak tidak
3
membuang sampah sembarangan, tetapi agar si anak membuang sampah di tempat
sampah.
Searle dalam Speech Act : An Essay in the philosophy of language, membagi
secara pragmatis tindak tutur menjadi tiga, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur
ilokusi dan tindak tutur perlokusi (Wijana 1996:17). Yang pertama adalah tindak
tutur lokusi, yang merupakan tindak tutur untuk mengatakan sesuatu. Tindak tutur
ilokusi adalah sebuah tuturan yang berfungsi untuk mengatakan atau
menginformasikan sesuatu, selain itu juga dapat dipergunakan untuk melakukan
sesuatu. Tindak tutur perlokusi adalah suatu tuturan yang diutarakan oleh
sesorang seringkali mempunyai daya pengaruh atau efek bagi yang
mendengarkannya.
Selain pembagian tindak tutur menurut klasifikasi Searle, Wijana
mengklasifikasikan tindak tutur berdasarkan teknik penyampaian dan interaksi
makna. Wijana (1996:30) mengemukakan bahwa berdasarkan teknik
penyampaiannya atau modus kalimatnya, tindak tutur dapat diklasifikasikan
menjadi tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal,
tindak tutur tidak literal, dan interseksi berbagai tindak tutur tersebut.
Tindak tutur ilokusi digolongkan ke dalam lima macam jenis tuturan (Rustono
1999 : 37) yang masing-masing memiliki maksud komunikatif. Jenis tindak tutur
ilokusi yaitu antara lain asertif (assertives), direktif (directives), ekspresif
(expressives), komisif (commissives), dan deklarasi (declaration). Dari kelima
jenis ilokusi tersebut, direktif adalah salah satu tindak tutur yang menarik untuk
4
diteliti. Hal tersebut dikarenakan direktif mengekspresikan sikap penutur terhadap
tindakan yang akan dilakukan mitra tutur (Ibrahim 1993:27).
Tindak tutur direktif juga sering ditemukan dalam komunikasi sehari-hari
yang merupakan refleksi komunikasi kehidupan masyarakat. Tidak jarang tindak
tutur direktif ini disampaikan secara tersamar bahkan terkadang terdengar tidak
memerintah. Tuturan-tuturan tersebut tidak hanya berkaitan dengan unsur bahasa
itu sendiri, namun juga memperhitungkan unsur-unsur lain di luar konteks bahasa,
seperti penutur dan mitra tutur dalam sebuah topik pembicaraan, tempat
berlangsungnya tuturan, konteks tuturan dan lain sebagainya.
Fenomena tindak tutur direktif selain ditemukan dalam kegiatan komunikasi
sehari-hari, juga ditemukan di dalam percakapan sebuah film.Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, film adalah lakon (cerita) dalam gambar hidup, artinya
film dimainkan dengan adegan-adegan, setting tempat, dan pembicaraan tertentu
yang merupakan bagian dari konteks tuturan, sehingga dapat berperan penting
dalam memahami maksud sebuah tuturan. Percakapan di dalam film sebagian
besar menggunakan bahasa yang relatif pendek dan pada umumnya
mencerminkan situasi yang terjadi saat penutur mengucapkan tuturan tersebut.
Sehingga pengkajian mengenai tindak tutur dalam film akan lebih mudah
dibandingkan dengan teks fiksi.
Film merupakan salah satu media pembelajaran bahasa dan budaya yang
menarik. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman juga telah mengalami
perkembangan. Film telah memberikan manfaat bagi kehidupan bermasyarakat.
Film sebagai cermin pencitraan suatu budaya, kehidupan sosial dan pariwisata.
5
Film dapat memperdengarkan dialog-dialog dan mengenalkan kebudayaan
Perancis berdasarkan visual yang ditampilkan. Dalam penelitian ini peneliti
mengambil tuturan yang terjadi dalam film Comme Un Chef karya Daniel Cohen
karena di dalamnya banyak terdapat tindak tutur direktif yang menarik untuk
diteliti lebih dalam.
Film Comme Un Chef adalah karya Daniel Cohen, film yang bergenre komedi
yang diproduksi oleh Gaumont TF1 Films Production tahun 2012. Film tersebut
berdurasi 85 menit. Film ini menceritakan tentang seorang chef handal di restoran
ternama bernama Alexandre Lagarde yang sedang dalam masa krisis, dikarenakan
posisinya sebagai chef utama di restoran tersebut terancam oleh si pemilik
restoran yang menginginkan Alexandre untuk tidak terus-terusan menyajikan
makanan klasik bercita rasa tinggi yang memakan biaya mahal untuk membeli
bahan bakunya. Si pemilik restoran menginginkan masakan molekul yang sedang
menjadi tren hidangan berkelas di Perancis. Hingga akhirnya Alexandre bertemu
dengan Jacky Bonnot, seorang chef muda yang mempunyai posisi sama dengan
Alexandre, mempunyai selera tinggi dalam menyajikan sebuah makanan tapi tidak
ada tempat yang mau menerimanya. Maka mereka berdua berjuang untuk
mempertahankan restoran Alexandre Lagarde agar tidak kehilangan bintang dan
bisa menghidangkan makanan modern tanpa menghilangkan ciri khas makanan
klasik bercita rasa tingginya. Adapun beberapa contoh bentuk tuturan yang
mengandung tindak tutur direktif dalam film Comme Un Chef adalah sebagai
berikut :
6
Gambar 1 :Alexandre Lagarde meminta Stanislas untuk membaca kembali
kontrak kerjanya. (1) Stanislas : “Tu pourras continuer à faire ta belle cuisine de
tradition” (Kamu bisa terus memasak masakan tradisional
terbaikmu) Alexandre L. : “ Le Cargo Lagarde porte mon nom” ( Cargo Lagarde memakai namaku) Stanislas : “Mais, il est à nous, ton nom. On te l’a acheté. Et tu nous
coûtes trop cher. Tu rapportes pas assez.” ( Tapi itu bergantung kami, namamu. Kami sudah
membelinya darimu. Dan kami membayarmu sangat mahal. Kamu tidak punya cukup laporan)
Alexandre L. : “Je suis invivable, Stanislas. Relis mon contrat.” ( Aku tak bisa dipecat, Stanislas. Baca kembali
kontrakku)
Pada contoh tuturan (1) tuturan terjadi di ruang kerja Stanislas. Peristiwa yang
terjadi adalah Stanislas akan memindahkan Alexandre Lagarde ke Orlèans jika
Alexandre Lagarde tidak dapat menyajikan makanan modern. Tetapi Alexandre
Lagarde menolaknya karena Le Cargo Lagarde memakai namanya. Tuturan
Alexandre Lagarde “Relis mon contrat” merupakan tuturan yang disampaikan
secara langsung dan termasuk dalam jenis tindak tutur requestives dengan maksud
7
meminta. Maksud meminta yang dimaksud adalah agar Stanislas membaca
kembali kontrak kerja Alexandre Lagarde.
Gambar 2 : Jacky mengetuk jendela dan memerintah salah satu koki untuk
membuka jendela.
(2) Moussa : “Il y a quelqu’un qui frappe là” ( Ada sesorang yang mengetuk di sana)
Jacky : “Comment vous préparez le cabillaud ?” ( Bagaimana kamu menyiapkan ikan kod ?) Chang : “Il veut quoi ?” ( Dia mau apa ?) Jacky : “ Le cabillaud. Vous le préparez comment?” ( Ikan kod. Kamu menyiapkannya bagaimana ?) Moussa : “Quoi ? On comprend pas. Qoui ?” ( Apa ? Kami tidak mengerti. Apa ?) Jacky : “Vous êtes en train de le bouillir. Il faut pas le bouillir. Il faut le
faire au bain-marie pas plus de 10min. Parceque après il perd complètement toute sa saveur. Il devient complètement……. Ouvrez-moi la fenêtre !”
( Kalian sedang merebusnya. Seharusnya tidak direbus. Itu harus dilakukan dengan cara perebus ganda tidak lebih dari 10 menit. Karena setelah itu, rasanya benar-benar menjadi tawar. Hal ini benar-benar…..Bukakan saya jendela !)
Konteks dari tuturan (2) adalah pada saat mengecat jendela dapur panti jompo ,
Jacky Bonnot melihat para koki sedang memasak ikan kod. Jacky mengetuk
jendela dan menanyakan bagaimana cara para koki memasak ikan kod. Tuturan
8
“Ouvrez-moi la fenêtre!” termasuk jenis tindak tutur direktif requirements
dengan maksud memerintah yang disampaikan secara langsung dengan
menggunakan bentuk kalimat imperatif. Jacky Bonnot menyuruh salah satu dari
koki untuk membuka jendela agar Jacky bisa masuk ke dalam dan membantu para
koki memasak ikan kod.
Penulis memilih film Comme Un Chef sebagai sumber data dalam penelitian
ini karena di dalam film tersebut terdapat percakapan-percakapan yang dapat
dianalisis untuk mendeskripsikan tuturan imperatif. Tuturan yang muncul diikuti
atau bersamaan dengan ekspresi yang dirasakan oleh pembicara. Selain itu
penggunaan bahasa di dalam film ini tidak terlalu sulit untuk dipahami. Film ini
layak untuk dikaji dari sudut pragmatik yang mengamati bahasa melalui tindak
tutur yang diujarkan.
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini diperlukan adanya batasan
masalah, supaya sistematis dan fokus pada topik yang akan dikaji. Dengan
demikian, penelitian ini dibatasi pada dua permasalahan sebagai berikut :
1. Bentuk tindak tutur direktif yang terdapat dalam film Comme Un Chef
karya Daniel Cohen.
2. Jenis tindak tutur direktif yang terdapat dalam film Comme Un Chef karya
Daniel Cohen.
9
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa sajakah bentuk tindak tutur direktif yang terdapat dalam film Comme
Un Chef karya Daniel Cohen ?
2. Apa sajakah jenis tindak tutur direktif yang terdapat dalam film Comme
Un Chef karya Daniel Cohen ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif yang terdapat dalam film
Comme Un Chef karya Daniel Cohen.
2. Mendeskripsikan jenis tindak tutur direktif yang terdapat dalam film
Comme Un Chef karya Daniel Cohen.
1.5 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis, berikut adalah perincian manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mendukung, memperjelas, dan
menyempurnakan teori tentang tindak tutur atau kemungkinan menemukan
10
sebuah teori baru, serta memperkaya khazanah pengetahuan tentang kajian ilmu
bahasa, khususnya mengenai tindak tutur direktif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pembelajar Bahasa Perancis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
pembelajar bahasa Perancis tentang ilmu kebahasaan dalam kajian
pragmatik, khususnya tentang tindak tutur direktif.
b. Bagi Kepustakaan Jurusan Bahasa dan Sastra Asing
Diharapkan penelitian ini dapat menambah kepustakaan dengan media
(Skripsi) dalam bidang makrolinguistik pragmatik, khususnya
mengenai tindak tutur direktif, yang dapat menunjang mata kuliah
Pragmatik.
c. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan tentang kajian
pragmatik khususnya tentang tindak tutur direktif dan dapat
mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan.
1.6 Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan dalam penyusunan skripsi, penulis membuat sistematika
penulisan skripsi sebagai berikut :
BAGIAN AWAL
Pada bagian ini memuat sampul berjudul, lembar berlogo, judul dalam,
persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan, motto dan
11
persembahan, abstrak, resumé, prakata, daftar isi, daftar gambar, dan
sebagainya.
BAGIAN INTI
Pada bagian ini teridri dari 5 bab yaitu :
BAB 1. PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang memaparkan latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II. LANDASAN TEORI
Bab ini memaparkan tentang tinjauan pustaka serta landasan teori yang
digunakan sebagai pedoman penulisan skripsi yakni pendekatan pragmatik
yang meliputi : kalimat, pragmatik, konteks dan komponen tutur, tindak
tutur, jenis tindak tutur ilokusi, bentuk-bentuk tindak tutur, jenis tindak
tutur direktif, dan film .
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang pendekatan penelitian, data dan sumber data, metode
dan teknik penyediaan data, metode dan teknik analisis data, metode dan
teknik penyajian hasil analisis data.
BAB IV. ANALISIS DATA
Bab ini memaparkan hasil analisis data yaitu bentuk dan jenis tindak tutur
direktif dalam film Comme Un Chef.
BAB V. PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan saran.
12
BAGIAN AKHIR
Pada bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran.
13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan dibahas perihal tinjauan pustaka dan beberapa teori
yang peneliti gunakan dalam melakukan penelitian skripsi ini.
2.1 Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menggali informasi dari penelitian-
penelitian sebelumnya sebagai bahan perbandingan. Selain itu peneliti juga
menggali informasi dari buku-buku, jurnal-jurnal, dan penelitian yang relevan
dalam rangka mendapatkan informasi yang ada sebelumnya tentang teori yang
berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori ilmiah.
Penelitian yang pertama dari Kristle Priskila, mahasiswa Universitas Negeri
Yogyakarta dengan judul Bentuk dan Fungsi Tindak Tutur Direktif Pada Komik
Lucky Luke Volume 22 Les Dalton Dans Le Blizzard Karya Morris dan G.
Roscinny (2014). Penelitian ini membahas tentang bentuk dan jenis tindak tutur
direktif dalam komik. Hasil analisis penelitian ini adalah ditemukannya bentuk
tindak tutur direktif langsung literal (52 data), tindak tutur direktif tidak langsung
literal (17 data), tindak tutur direktif langsung tidak literal (2 data) dan tindak
tutur direktif tidak langsung tidak literal (6 data). Fungsi tindak tutur direktif
terdiri dari requestives (19 data), questions (3 data), requirements (42 data),
prohibitives (2 data), permissives (4 data) dan advisories (7 data). Persamaan
dengan penelitian ini adalah keduanya membahas tentang tindak tutur direktif.
Perbedaan dari kedua penelitian ini terdapat pada objek penelitiannya, yaitu
14
penelitian ini menggunakan film, sedangkan penelitian tersebut menggunakan
komik.
Penelitian yang kedua dari Dewi Retno Wulandari, mahasiswa Univeristas
Negeri Yogyakarta dengan judul Tindak Tutur Direktif Dalam Film Ernest Et
Célestine Karya Daniel Pennac (2017). Dalam penelitian ini ditemukan tindak
tutur direktif yang berjumlah 57 data, hasil tersebut dapat diklasifikasikan
menjadi: (1) tindak tutur direktif langsung literal berjumlah 34 data, dengan jenis:
a) Requestives 15 data; b) Questions 3 data, c) Requirements 11 data, d)
Prohibitives 3 data, e) Permissives 1 data, dan f) Advisories 1 data, (2) tindak
tutur direktif langsung tidak literal berjumlah 2 data yang semuanya berjenis
prohibitives, (3) tindak tutur direktif tidak langsung literal berjumlah 16 data
dengan jenis: a) Requestives 11 data, b) Requirements 1 data, c) Prohibitives 2
data, dan d) Advisories 2 data, dan (4) tindak tutur direktif tidak langsung literal
berjumlah 5 data dengan jenis: a) Requestives 11 data, dan b) Requirements 2
data. Persamaan dengan penelitian ini adalah keduanya membahas tentang tindak
tutur direktif. Perbedaan dari kedua penelitian ini terdapat pada objek
penelitiannya, yaitu penelitian ini menggunakan film Comme Un Chef, sedangkan
penelitian tersebut menggunakan film Ernest Et Célestine.
Penelitian-penelitian di atas merupakan sumber referensi penulis dalam
meneliti tindak tutur direktif. Terdapat persamaan dan perbedaan pada penelitian
ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Persamaan yang paling signifikan
dalam penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tindak tutur direktif. Perbedaan
15
antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada sumber data yang
diambil.
Berdasarkan pencarian penulis, penelitian dengan menggunakan sumber data
film Comme Un Chef karya Daniel Cohen sudah pernah dilakukan di universitas
di Indonesia. Pertama adalah penelitian dari Rully Pratama, mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul Bentuk Dan Fungsi Deiksis Dalam
Film Comme Un Chef Karya Daniel Cohen (2016). Penelitian ini mengkaji
tentang bentuk dan fungsi deiksis di dalam film. Data dalam penelitian ini berupa
kalimat yang di dalamnya terdapat leksikon deiksis.
Penelitian kedua adalah Fungsi Tindak Tutur Ekspresif Dalam Film Comme
Un Chef Karya Daniel Cohen (2016) oleh Widia Reningtyas, mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini membahas tentang fungsi-fungsi
tindak tutur ekspresif di dalam film. Data penelitian ini adalah semua kata, frasa
dan kalimat yang mengandung tuturan ekspresif.
Perbedaan dengan dua penelitian tersebut adalah tentang masalah yang dikaji.
Dalam penelitian ini penulis mengkaji tentang bentuk dan fungsi tuturan
imperatif, sehingga penelitian dengan judul Analisis Bentuk Dan Jenis Tindak
Tutur Dalam Film Comme Un Chef Karya Daniel Cohen belum pernah dilakukan.
2.2 Landasan Teoritis
Pada sub bab ini akan dipaparkan beberapa teori dari para ahli yang terdapat
dalam pelbagai sumber sebagai acuan dalam skripsi ini. Teori – teori tersebut
mencakup teori kalimat, teori pragmatik, teori konteks dan komponen tutur, teori
16
tindak tutur, teori bentuk-bentuk tindak tutur, teori jenis tindak tutur direktif, dan
tentang film.
2.2.1 Kalimat
Kridalaksana (2008:103) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif
berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial
terdiri dari klausa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kalimat adalah kesatuan ujar yang
mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan.
Larousse (1997:316) menjelaskan bahwa phrase est groupe de mots formant
un message complet. Kalimat adalah kelompok kata yang membentuk pesan
lengkap.
Dubois (1994: 365) mendefinisikan kalimat sebagai berikut.
Selon la grammaire traditionnelle, la phrase est une unité de sens accompagnée, à l’oral, par une ligne prosodique entre deux pauses et limitée, à l’écrit, par les signes typographiques que sont, en français, la majuscule et le point. La phrase peut contenir plusieurs propositions (phrase composée et complexe). Menurut tata bahasa tradisional, kalimat adalah satuan makna yang diiringi, secara lisan, oleh garis prosodi anatar dua jeda dan terbatas, secara tertulis, oleh tanda-tanda tipografi yang ada dalam bahasa Perancis, huruf capital dan titik.Kalimat bisa berisi beberapa proposisi (kalimat majemuk dan kompleks)
Dubois (1994:365) menambahkan bahwa dalam kalimat juga terkandung
suatu makna atau maksudnya. Kalimat dalam bahasa Perancis dapat dibedakan
menjadi 4 yaitu :
17
1. Kalimat Berita (La Phrase Déclarative)
Kalimat berita disebut juga kalimat asertif.Kalimat asertif, bertentangan
dengan kalimat interogatif dan kalimat imperatif, didefinisikan oleh statusnya,
penegasan. (Dubois 1994:55)
Kalimat berita berfungsi untuk memberikan informasi, menyatakan fakta,
benar, salah, asumsi, dan selalu diakhiri dengan tanda baca titik (.)(Dubois
1994:130). Berikut ini adalah contoh kalimat berita dalam bahasa Perancis.
(3) “Jean ne veut pas partir” “Jean tidak ingin pergi.”
(Gardes-Tamine, Joëll, 1998: 34)
Kalimat pada contoh tuturan (3) merupakan sebuah pernyataan tentang
ketidakikutan Jean. Dengan demikian, jelas bahwa kalimat itu merupakan kalimat
deklaratif.
2. Kalimat Tanya (La Phrase Intérrogative)
Kalimat tanya adalah kalimat yang mengungkapkan jenis pertanyaan yang
berbeda dari kalimat asertif dengan menggunakan kata ganti atau partikel tertentu,
nada tertentu, urutan kata yang berbeda, atau kadang-kadang dalam beberapa
bahasa oleh modus yang berbeda dari indikatif. (Dubois 1994: 254).
Kalimat tanya dapat dibedakan menjadi dua, yakni (1) kalimat interogatif
total dan kalimat interogatif parsial. Kalimat interogatif total adalah kalimat
interogatif yang membutuhkan jawaban Oui (iya atau sudah), Non (tidak, bukan
atau belum), atau Si (iya atau tentu saja). Kalimat interogatif total digunakan
untuk menanyakan keseluruhan informasi yang terdapat dalam
pertanyaan.Lazimnya, kalimat interogatif total digunakan untuk menanyakan
18
kesetujuan atau ketidaksetujuan mitra tutur. Adapun kalimat interogatif parsial
adalah kalimat interogatif yang dimaksudkan untuk menanyakan sebagian
informasi yang terkandung dalam pernyataan. Kata tanya yang digunakan dalam
kalimat interogatif parsial meliputi kata tanya bagaimana (comment), dimana (où),
mengapa (pourquoi), berapa (combien), kapan (quand), siapa (qui), apakah
(qu’est-ce que). Berikut ini adalah contoh kalimat tanya dalam bahasa Perancis.
(4) La serveuse :“Qu’est-ce que vous prenez” Pelayan : “Anda mau pesan apa?” Fanny :“Une Parisinenne.” Fanny : “Satu porsi menu parisienne”.
(5) Sarah :“Mélissa, Florent! Mardi, il y a le casting d’une nouvelle comédie musicale. Vous êtes intéressés?”
Sarah :“Mélissa, Florent! Hari Selasa, ada casting komedi musical baru. Apakah kalian tertarik?”
Mélissa :‘Ah, oui.” Melisa : “Ah, iya”
(Girardet. J, 2008: 35, 58)
Percakapan (4) terjadi di sebuah restoran. Fanny baru tiba di restoran. Setelah
ia duduk, pelayan datang menghampirinya untuk menanyakan makanan yang
ingin dipesannya. Pelayan menggunakan kalimat interogatif parsial karena tuturan
tersebut mengharapkan jawaban yang hanya merupakan sebagian dari informasi
yang terkandung dalam pernyataan, yaitu makanan yang ingin dipesan Fanny.
Tuturan (5) terjadi ketika Sarah, Mélissa dan Florent sedang jalan-jalan di jalan
Champ-Élysées. Sarah mendapatkan informasi bahwa akan diadakan casting
komedi musikal baru. Kemudian, ia bertanya ke Mélissa dan Florent, apakah
mereka ikut casting tersebut. Sarah menggunakan kalimat interogatif total karena
tuturan tersebut mengharapkan jawaban iya atau tidak.
19
3. Kalimat Perintah (La Phrase Impérative)
Dubois (1973: 14) mendefinisikan kalimat perintah sebagai berikut
(1) L’impératif est un mode exprimant un ordre donné à un ou plusieurs interlocateurs (dans les phrases affirmatives) ou une défense (dans les phrases negatives). (2) En grammaire générative, l’impératif est un type de phrase (ou modalité de phrase), comme l’interrogative et l’assertion (phrase déclarative); c’est un constituant de la phrase de base qui, compatible seulement avec un sujet de deuxième personne (ou incluant une deuxiéme personne, comme nous),declenche une transformation impérative; celle-ci, entre autres opérations, efface le pronoms sujet de la phrase; impératif + Vous + venez + demain,devient Venez demain.
(1) Imperatif adalah modus yang menyatakan perintah yang ditujukan kepada satu atau lebih mitra tutur (dalam kalimat affirmatif) atau sebuah larangan (dalam kalimat negatif). (2) Dalam tata bahasa generatif, imperatif merupakan jenis kalimat (atau modus kalimat seperti kalimat tanya dan kalimat berita. Konstituen dasar pembentuk kalimat imperatif yang sesuai hanyalah subjek persona kedua (atau yang mengacu persona kedua seperti nous. Cara lainnya adalah dengan melesapkan pronomina subjek pada kalimat (imperatif + vous + venez + demain menjadi Venez demain.
Berikut ini adalah contoh kalimat perintah dalam bahasa Perancis.
(6) Fanny :“Bertrand, écoute!” Fanny :“Bertrand, dengar!” Bertrand :“Qu’est-ce qu’il y a?” Bertrand : “Ada apa?” Fanny :“J’entends quelque chose.” Fanny :“Aku mendengar sesuatu”
(Girardet. J, 2008: 67)
Percakapan (6) dituturkan oleh Fanny kepada Bertrand saat ia mendengar
suara yang aneh ketika hendak beranjak tidur. Fanny bermaksud membangunkan
Bertrand dan menyuruhnya mengecek suara aneh dari luar kamarnya. Kata écoute
berasal dari verba écouter dalam bentuk konjugasi modus imperatif ditujukan
pada subjek persona kedua (Bertrand). Kalimat tersebut memiliki subjek tu
20
apabila dikonstruksikan dalam bentuk kalimat deklaratif “Bertrand, tu écoutes.”.
Tetapi dalam kaidah tata bahasa Perancis, terdapat pelesapan pronomina subjek
apabila kalimat perintah tersebut diwujudkan dalam modus imperatif seperti pada
contoh tuturan (6). Kalimat pada tuturan (6) mengandung maksud perintah.
4. Kalimat Seru (La Phrase Exclamative)
Kalimat seru adalah, dalam bahasa Perancis, yang dibangun dengan model
yang sama dengan kalimat interogatif (kata keterangan dan kata ganti seru sama
praktisnya dengan interogatif: apa, bagaimana, dll, spesifik untuk seruan tidak
langsung). Yang terakhir dengan intonasi (ditranskripsi dengan sebuah tanda
seru): Betapa salahnya! Berapa banyak yang belum kembali! Bagaimana dia bisa
melakukan itu? (Dubois 1994: 190). Kalimat ini digunakan untuk menyatakan
emosi, seperti rasa kagum, kaget, takjub, heran, suka cita, kebahagiaan.
(7) Claudia :“Alors, voici le salon.” Claudia : “Lalu, inilah ruang tamunya” Fanny :“Oh, vous avez de belles lampes!” Fanny :“Oh, Kalian punya lampu-lampu yang indah!”
(Girardet. J, 2008: 66)
Claudia sedang menunjukkan ruangan-ruangan yang ada di rumahnya.
Tuturan (7) “Oh, vous avez de belles lampes!” disampaikan oleh Fanny kepada
Claudia ketika Claudia menunjukkan ruang tamunya. Fanny terpukau dengan
pernak-pernik hiasan lampu yang ada rumah di ruang tamu milik Claudia. Tuturan
tersebut merupakan kalimat seru untuk menyatakan kekagumannya.
2.2.2 Pragmatik
Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang berkembang
pada abad ke-20. Secara historis, pragmatik merupakan suatu kajian yang berawal
21
dari pandangan filsuf Charles Morris di tahun 1938 tentang bentuk umum dari
dari ilmu lambang atau yang biasa disebut dengan semiotika. Morris membagi
semiotika menjadi tiga cabang, yaitu sintaksis, semantik, dan pragmatik.
(Levinson 1983:1)
Levinson (1983: 9) memberi pengertian pragmatik bahwa “Pragmatics is the
study of those relations between language and context that are grammaticalized,
or encoded in the structure of a language” yang berarti “pragmatik merupakan
studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya, konteks yang
dimaksud tergramatisasi, dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari
struktur bahasanya”.
Menurut Leech (1993: 1), pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang
semakin dikenal pada masa sekarang ini, walaupun pada kira-kira dua dasa warsa
yang silam, ilmu ini jarang atau hampir tidak pernah disebut oleh para ahli bahasa.
Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnya para linguis, bahwa upaya untuk
menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa
didasari pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan
dalam komunikasi. Leech (1993: 8) juga mengartikan pragmatik sebagai studi
tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations).
Wijana (1996: 2) mengatakan bahwa semantik dan pragmatik adalah cabang-
cabang ilmu bahasa yang menelaah makna-makna satuan lingual, hanya saja
semantik mempelajari makna secara internal, sedangkan pragmatik mempelajari
makna secara eksternal.
22
Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu
bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia, pada dasarnya
sangat ditentukan oleh konteks situasi yang mewadahi bahasa itu. Dengan kata
lain, pragmatik terkait langsung dengan fungsi utama bahasa, yaitu sebagai alat
komunikasi. Kajian pragmatik membahas permasalahan pemakaian bahasa di
dalam suatu masyarakat bahasa, mengungkap bagaimana perilaku berbahasa suatu
masyarakat dalam bersosialisasi, penggunaan fungsi bahasa tidak sekedar dengan
bentuk atau pola tatabahasa dan kosakatanya, tetapi juga pada konteks
penggunaannya yang sebenarnya dalam bahasa.
2.2.3 Konteks
Dalam setiap tuturan yang terjadi dalam suatu percakapan, penutur selalu
memperhitungkan kepada siapa ia berbicara, di mana, mengenai masalah apa dan
dalam suasana bagaimana serta harus memperhatikan konteks maupun situasi.
Konteks sangatlah penting dan merupakan bagian yang tidak boleh diabaikan
dalam kajian pragmatik khususnya dalam penelitian tindak tutur atau
tuturan.Kajian pragmatik selalu berkaitan dengan masalah perilaku pemakaian
bahasa dalam konteks, dan dalam analisisnya tidak boleh lepas dari konteks
tempat kemunculan data.
Konteks didefinisikan oleh Leech sebagaimana dikutip Nadar (2009:6)
sebagai “background knowledge assumed to be shared by s and h and which
contributes to h’s interpretation of what s means by a given utterance”. Latar
belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga
lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur
23
pada waktu membuat tuturan tertentu”) (s berarti speaker “penutur”; h berarti
hearer “lawan tutur”).
Berdasarkan gagasan yang disampaikan oleh Leech, pakar bahasa lain seperti
Wijana sebagaimana dikutip Rahardi (2005:50) menyatakan bahwa konteks yang
semacam itu lazim disebut dengan konteks situasi tutur (speech situational
contexts). Konteks situasi tutur dalam pragmatik mencakup aspek-aspek seperti
yang berikut : (1) penutur dan lawan tutur, (2) konteks tuturan, (3) tujuan tuturan,
(4) tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan (5) tuturan sebagai produk
tindakan verbal.
Konteks adalah hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan fisik dan sosial
sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh
penutur dan lawan tutur dan yang membantu lawan tutur menafsirkan makna
tuturan. Konteks secara pragmatik dapat dipandang sebagai konteks yang antara
lain meliputi identitas partisipan, parameter waktu dan tempat peristiwa
pertuturan. Pemahaman konteks dalam berkomunikasi sangat Menentukan
timbulnya komunikasi yang baik, lancar, dan jelas. Hal tersebut, menjadikan
konteks sebagai faktor penentu dalam memahami maksud mitra tutur, karena
tidak ada salah pengertian yang ditimbulkan baik oleh kosakata, tatabahasa,
maupun bahasa non-verbal yang digunakan.
2.2.4 Komponen Tutur
Dalam satu peristiwa tutur diperlukan beberapa aspek atau komponen tutur.
Aspek-aspek yang terdapat dalam suatu peristiwa tutur itulah yang disebut sebagai
24
komponen tutur. Komponen tutur tidak lepas dari suatu peristiwa tutur. Peristiwa
tutur diartikan sebagai peristiwa interaksi linguistik yang terdiri dari dua pihak
yaitu penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu tempat
dan situasi tertentu.
Berkaitan dengan komponen tutur, penutur dan lawan tutur ditegaskan bahwa
lawan tutur adalah orang yang menjadi sasaran tuturan dari penutur. Lawan tutur
harus dibedakan dari penerima tutur yang bisa saja merupakan orang yang
kebetulan lewat dan mendengar pesan, namun bukan orang yang disapa. Tujuan
tuturan adalah maksud penutur mengucapkan sesuatu atau makna yang dimaksud
penutur dengan mengucapkan sesuatu. Tuturan dalam kajian pragmatik dapat
dipahami sebagai suatu bentuk tindak tutur selain juga sebagai produk suatu
tindak tutur.
Dell Hymes sebagaimana dikutip Chaer (2010:47), seorang pakar
sosiolinguistik mengatakan bahwa peristiwa tutur harus memenuhi delapan
komponen atau bila dirangkai menjadi akronim SPEAKING. Kedelapan
komponen itu adalah: S= Setting and Scene, P= Participants, E= Ends: purpose
and goal, A= Act sequence, K= Key: tone or spirit of act, I= Instrumentalities, N=
Norms of interactions and interpretation, G= Genres
(a) Setting dan Scene, setting yaitu tempat dan waktu dari sebuah tindak tutur
yang pada umumnya berhubungan dengan keadaan fisik, sedangkan mengacu
pada suasana hati.
(b) Participantsmengacu pada pihak-pihak yang terlibat dalam percakapan,
seperti penutur, mitra tutur, dan pendengar.
25
(c) Ends mengacu pada maksud atau tujuan yang ingin dicapai dari sebuah
tuturan.
(d) Acts of sequences merupakan proses atau tahap-tahap dari sebuah tindakan
yang mencakup bentuk dan isi pesan termasuk kata-kata yang digunakan dan
hubungan antara apa yang diucapkan dengan topik yang dibicarakan.
(e) Keys mengacu pada nada bicara, sikap, cara bicara, dan penjiwaan saat
mengucapkan sesuatu.
(f) Instrumentalities mengacu pada bentuk atau gaya berbicara seperti
menggunakan kalimat baku, informal lisan atau tulisan.
(g) Norms adalah peraturan sosial yang berlaku saat terjadinya tuturan.
(h) Genres mengacu pada jenis tuturan dapat berbentuk puisi, pantun, narasi,
pidato, ceramah, dialog dan lain-lain
2.2.5 Tindak Tutur
Istilah tindak tutur dalam bahasa Perancis disebutkan dengan istilah acte de
parole. Dalam berkomunikasi terdapat aktivitas antarpeserta tutur supaya terjalin
komunikasi. Aktivitas itu disebut sebagai tindak tutur. Dalam setiap tindak tutur
terkandung maksud dari penutur kepada mitra tutur. Kajian mengenai tindak tutur
tersebut dibahas dalam pragmatik. Teori tindak tutur (speech act theory) pertama
kali disampaikan oleh filsuf berkebangsaan Inggris, John L. Austin pada tahun
1955 di Universitas Harvard. (Nadar 2009:11)
Austin sebagaimana dikutip Nadar (2009:11) mengungkapkan bahwa pada
dasarnya pada saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu.
26
Misalnya pada waktu seseorang mengatakan “I apologize for coming late” maka
orang tersebut tidak hanya mengucapkan tetapi juga melakukan tindakan meminta
maaf.
Selain itu, Chaer dan Agustina (2010: 50) menyatakan bahwa tindak tutur
adalah gejala individual yang bersifat psikologis dan berlangsungnya ditentukan
oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.Tindak
tutur dapat berwujud permohonan, larangan, perintah, pujian, umpatan atau
anjuran.
Searle sebagaimana dikutip Wijana (1996: 17-19) menjelaskan bahwa dalam
praktik penggunaan bahasa terdapat 3 (tiga) macam tindak tutur, yaitu : 1) tindak
lokusi (locutionary act), 2) tindak ilokusi (illocutionary act), dan 3) tindak
perlokusi (perlocutionary act) disebut juga the act of affecting someone.
2.2.5.1 Tindak Lokusi
Rustono (1999:35) menyatakan bahwa tindak lokusi adalah tindak tutur
yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu. Hal yang sama juga
diungkapkan oleh Wijana (1996:17) tindak lokusi adalah tindak tutur untuk
menyatakan sesautu. Tindak tutur ini disebut sebagai The Act of Saying
Something. Tindak lokusi adalah tindak tutur yang paling mudah untuk
diidentifikasikan karena dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan
yang tercakup dalam situasi tutur (Wijana 1996:18). Berikut adalah contoh
tindak lokusi dalam bahasa Indonesia :
(8) Ikan paus adalah binatang menyusui. (Wijana, 2009 : 21)
27
Tuturan (8) di atas diutarakan oleh penuturnya semata-mata hanya untuk
menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi
untuk mempengaruhi mitra tuturnya. Informasi yang diutarakan pada kalimat (8)
adalah jenis binatang ikan paus. Tindak lokusi dalam bahasa Perancis
ditunjukkan pada contoh di bawah ini.
(9) Martine Aubrey est une femme politique française. Martine Aubrey adalah seorang politikus wanita asal Perancis
(Girardet, 2002:11)
Tuturan (9) disampaikan oleh penuturnya untuk menginformasikan sesuatu
tanpa mempengaruhi mitra tuturnya. Penutur hanya menginformasikan bahwa
seseorang bernama Martine Audrey adalah politikus wanita berkebangsaan
Perancis. Dalam hal ini penutur tidak membutuhkan jawaban atau respon dari
mitra tutur.
2.2.5.2 Tindak Ilokusi
Wijana (1996:18) menyatakan bahwa tindak ilokusi adalah sebuah
tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan
sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu.
Nadar (2009:14) menyatakan bahwa tindak ilokusi berbeda dengan tindak
lokusi yang hanya bertujuan untuk menyampaikan sesuatu, tindak ilokusi
bermakna akan apa yang ingin dicapai oleh penutur saat menuturkan sesuatu.
Jika tindak lokusi sering dianggap kurang penting dalam kajian tindak tutur
maka berbeda dengan tindak ilokusi yang dapat dikatakan sebagai tindak
terpenting dalam kajian dan pemahaman tindak tutur. Hal tersebut didukung
oleh pernyataan Wijana (1996:19) bahwa tindak ilokusi adalah tindak yang
28
sangat sukar diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan
siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan dimana tindak tutur itu terjadi dan
sebagainya. Tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami tindak
tutur.
Searle sebagaimana dikutip oleh Rustono (1999:37) mengklasifikasikan
tindak tutur ilokusi itu ke dalam lima macam bentuk tuturan yaitu (1)
representatif, (2) direktif, (3) ekspresif, (4) komisif, (5) deklarasi.
Berikut contoh tindak ilokusi dalam bahasa Indonesia :
(10) Saya tidak dapat datang (Wijana, 1996:18)
Tuturan (10) di atas bila diutarakan oleh seseorang kepada temannya yang
baru saja merayakan ulang tahun, tidak hanya berfungsi untuk menyatakan
ketidakhadirannya, tetapi untuk melakukan sesuatu, yaitu meminta maaf.
Selain dalam bahasa Indonesia, tindak ilokusi juga dapat dinyatakan dalam
bahasa Perancis seperti pada contoh di bawah ini:
(11) Bertrand : Attendez. J’ai réservé la semaine dernière.J’ai votre confirmation. “Tunggu.Saya telah melakukan reservasi minggu kemarin.Saya telah menerima konfirmasi anda”.
La réceptionniste :Je peux voir ? “Bisa saya lihat ?”
Bertrand :Tenez. (Il fait voir la confirmation à la Réceptionniste) “Ini silakan”. (Dia menunjukkan konfirmasinya pada
resepsionis) (Girardet & Pecheur, 2008:58)
Tuturan (11) terjadi di sebuah rumah makan dan diungkapkan oleh
seorang pelayan kepada pelanggannya untuk menanyakan bukti reservasi.
Pada tuturan (11) La réceptionniste mengatakan “Je peux voir ?” tidak
29
semata-mata untuk bertanya apakah pelanggan tersebut bisa melihat bukti
reservasi, tetapi juga bermaksud agar pelanggannya menunjukkan atau
memberikannya. Hal tersebut ditunjukkan oleh reaksi yang diberikan
Bertrand yaitu Bertrand memperlihatkan bukti konfirmasi reservasinya
kepada La réceptionniste.
2.2.5.3 Tindak Perlokusi
Tindak perlokusi adalah tindakan untuk mempengaruhi lawan tutur (Nadar
2009:15). Menurut Wijana (1996:19) sebuah tuturan yang diutarakan oleh
seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force), atau
efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara
sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak tutur yang
pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur disebut dengan
tindak perlokusi. Tindak ini disebut the act of affecting someone. Contoh
tindak tutur perlokusi terdapat pada tuturan berikut:
(12) “Rumahnya jauh” (Wijana, 1996: 20)
Jika tuturan (12) disampaikan oleh salah satu anggota suatu perkumpulan
kepada ketua perkumpulan.Tuturan (12) mempunyai makna ilokusi secara
tidak langsung bahwa orang yang rumahnya jauh tersebut tidak dapat terlalu
aktif dalam organisasi. Sedangkan efek perlokusi yang diharapkan adalah
agar ketua tidak memberikan terlalu banyak tugas kepada orang yang
rumahnya jauh tersebut. Adapun contoh dalam bahasa Perancis adalah
sebagai berikut :
30
(13) Les citoyens : Nous voulons qu’il y ait des pistes pour les vélos ! il faut que vous développiez les transports en commun ! Il faut que vous recrutiez des policiers ! “Kami ingin ada banyak jalur untuk sepeda. Anda harus mengembangkan transportasi umum dan merekrut polisi”
Le candidat de Maire :Je dis qu’il y aura 40 km de pistes pour vélos. N’oubliez pas que nous développerons les transports en commun. Je sais que l’insécurité augmente. “Saya berkata bahwa akan ada 40 km jalur untuk sepeda, jangan lupa, bahwa kami akan mengembangkan transportasi umum serta keamanan akan meningkat”.
(Girardet & Pecheur, 2008 :144)
Tuturan (13) diungkapkan oleh seorang calon walikota yang sedang
berkampanye di sebuah gedung dan mendengar keinginan warga. Perlokusi
dari tuturan (13) adalah Le candidat de Maire mengatakan “Je dis qu’il y
aura 40 km de pistes pour vélos. N’oubliez pas que nous développerons les
transports en commun. Je sais que l’insécurité augmente” untuk
mempengaruhi les citoyens agar memilihnya pada pemilihan kota nanti.
Selain perlokusi, tuturan tersebut juga merupakan bentuk tindak tutur lokusi
yang bertujuan untuk menyatakan suatu informasi bahwa akan nada 40 km
jalur untuk sepeda, akan ada pengembangan transportasi umum serta
peningkatan keamanan.
Dari contoh tersebut maka dapat diketahui bahwa dalam suatu tuturan, di
dalamnya dapat terkandung lokusi saja, ilokusi saja atau perlokusi saja.
Namun tidak menutup kemungkinan suatu tuturan mengandung dua atau
bahkan ketiganya sekaligus.
31
2.2.6 Jenis Tindak Tutur Ilokusi
Tindak ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan
fungsi tertentu pula. Lebih jelas lagi Searle yang dikutip oleh Rustono
(1999:37- 40) membuatklasifikasi dasar tuturan yang membentuk tindak tutur
ilokusi menjadi lima jenis, yaitu representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan
deklarasi.
2.2.6.1 Tindak Tutur Representatif
Tindak tutur representatif juga disebut tindak asertif.Tindak tutur
representatif merupakan tindak yang mengikat penuturnya pada kebenaran
yang diujarkan (Rustono 1999:38). Yang termasuk dalam jenis tindak tutur
representatif adalah menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan,
menunjukkan, menyebutkan, memberikan, kesaksian, berspekulasi. Berikut
contoh tindak tutur representatif :
(14) Un homme : Qu’est-ce que c’est ? De la viande ? “Apakah itu ?daging ?”
Un cuisinier :Non, ce n’est pas de la viande, c’est du poisson ! “Tidak, ini bukan daging, ini ikan”
(Girardet & Pecheur, 2008 : 56)
Tuturan (14) terjadi di sebuah acara pesta kebun antara tamu undangan
(Un homme) dan koki (Un cuisinier) ketika tamu undangan (Un homme)
sedang melihat koki (Un cuisinier) memasak. Tuturan “Non, ce n’est pas de
la viande, c’est du poisson !” diutarakan Un cuisinier untuk menyampaikan
informasi tentang kebenaran kepada Un homme ketika ia menanyakan tentang
masakan yang di masak oleh un cuisinier. Un cuisinier memberitahukan
kepada Un homme bahwa yang dimasak tersebut bukan daging melainkan
32
ikan. Tuturan tersebut disebut sebagai tindak tutur representatif karena
bertujuan untuk memberitahukan kebenaran bahwa yang dimasak oleh koki
tersebut adalah ikan bukan daging.
2.2.6.2 Tindak Tutur Direktif
Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya
agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu
(Rustono 1999:38). Tuturan-tuturan memaksa, mengajak, meminta,
menyuruh, menagih, mendesak, memohon, menyarankan, memerintah,
memberikan aba-aba, menantang, termasuk ke dalam jenis tindak tutur
direktif. Berikut contoh tindak tutur direktif dalam bahasa Perancis :
(15) Romain : “Alors qu’est-ce que je dois faire?” Lalu, apa yang harus aku lakukan ?
Camille : M’aider à transporter le ficus. Menolongku untuk membawakan tanaman ini. (Girardet 2002:138)
Dalam tuturan (15) Camille menghendaki Romain untuk melakukan
tindakan sesuai dengan keinginannya. Penutur menyuruh agar mitra tutur
membantunya membawakan tanaman. Tindak tutur yang bertujuan untuk
menyuruh mitra tutur untuk melakukan keinginan penutur merupakan tindak
tutur direktif.
2.2.6.3 Tindak Tutur Ekspresif
Tindak tutur eksprsif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya
agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal disebutkan di dalam
tuturan (Rustono 1999:39). Yang termasuk dalam tindak tutur ekspresif
33
adalah memuji, mengucapkan terimakasih, mengkritik, mengeluh,
menyalahkan, mengucapkan selamat, menyanjung. Contoh tindak tutur
ekspresif dalam bahasa Perancis :
(16) Lucas :Alors, Sarah. Qui va avoir le rôle de Quasimodo ? “Baiklah Sarah. Siapa yang akan mendapatkan peran Quasimodo?”
Sarah : Je suis désolée, Lucas … “Maafkan aku, Lucas…”
Lucas :Vous préférez Florent ? “Kau memilih Florent?”
Sarah :Oui. “Ya”
Lucas :Dommage. (Il chante) «Je me voyais déjà en haut de l’affiche…» “Sayang sekali).(Ia bernyanyi) «aku telah melihat diriku di poster”
(Girardet & Pecheur, 2008 : 27)
Tuturan (16) terjadi di sebuah kantor antara Sarah dan Lucas ketika sedang
mendiskusikan tentang pameran teater yang akan mereka buat. Lucas
mengatakan “Dommage” (Sayang sekali) kepada Sarah ketika ia mengetahui
Sarah yang merupakan guru musik tidak memilihnya untuk berperan sebagai
Quasimodo dalam teater musikalnya dan memilih Florent. Dalam tuturan
tersebut Lucas mengungkapkan kekecewaannya terhadap pilihan Sarah.
Dengan demikian tuturan (16) merupakan mengandung tuturan ekspresif
karena bermakna memberitahukan sikap psikologisnya berupa pernyataan
kekecewaan.
2.2.6.4 Tindak Tutur Komisif
Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penutur untuk
melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya (Rustono 1999:40).
Yang termasuk dalam tindak tutur komisif adalah berjanji, bersumpah,
34
mengancam, menyatakan kesanggupan, berkaul, dan menawarkan. Contoh
tindak tutur komisif adalah sebagai berikut :
(17) Paul :Dimanche, je fais une randonnée dans la forêt de Fontainebleau. Mais tu peux venir.Il y a Odile et Oliver. “Pada hari minggu, aku akan jalan-jalan ke hutan Fontanaibleau, tapi kamu bisa ikut.Ada Odile dan Oliver”.
Élise :Je ne sais pas . . . “Aku tidak tahu…”
Paul :On part à 9 heures et on rentre à 18 heures. “Kami berangkat jam 9.00 dan pulang jam 18.00”
Élise :Ok, d’accord, je viens. “Baiklah, aku ikut”
(Girardet & Pecheur, 2008 :179)
Tuturan (17) terjadi ketika Élise ingin bertemu dengan Paul dan kemudian
meneleponnya untuk bertanya apakah mereka bisa bertemu. Pada tuturan
(17), Paul mengatakan “Dimanche, je fais une randonnée dans la forêt de
Fontainebleau. Mais tu peux venir. Il y a Odile et Oliver” (Pada hari minggu,
aku akan jalan-jalan ke hutan Fontanaibleau, tapi kamu bisa ikut. Ada Odile
dan Oliver) kepada Élise. Paul juga memberitahukan kapan keberangkatan
dan kepulangan mereka ketika Élise ragu apakah ia bisa ikut atau tidak. Dan
kemudian Élise berkata “Ok, d’accord, je viens” (Baiklah, aku ikut) untuk
menyetujui ajakan tersebut. Tindakan Élise yang menyetujui ajakan Paul
membuat ia terikat pada apa yang ia sebutkan dalam tuturannya. Pada tuturan
(17) Élise membuat janji bahwa ia akan ikut Paul pada hari minggu ke hutan
fontainebleau bersama Odile dan Oliver. Dengan demikian tuturan (17)
merupakan tindak tutur komisif karena tindakan Élise telah melakukan apa
yang ia katakan kepada Paul.
35
2.2.6.5 Tindak Tutur Deklarasi
Rustono (1999:40) menjelaskan bahwa tindak tutur deklarasi merupakan
tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status,
keadaan, dsb) yang baru.Tuturan-tuturan dengan maksud mengesahkan,
memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, mengablkan,
mengangkat, menggolongkan, mengampuni, memaafkan, termasuk ke dalam
tindak tutur deklarasi. Contoh tindak tutur deklarasi adalah :
(18) Quelqu’un dans le forum : quel est pour vous le meilleur moment de la journée ? “Kapankah waktu terbaik sepanjang hari menurut anda ? ”
Kriss :C’est le soir avec mon homme. On prépare le repas.On se raconte la journée. On est bien ensemble.
“Ketika malam bersama suamiku.Kami mempersiapkan makan.Kami menceritakan aktifitas kami dalam sehari.Kami benar-benar bersama”.
(Girardet & Pecheur, 2008:62)
Tuturan (18) terjadi antara Quelqu’un dans le forum (seseorang yang
sedang melakukan survei di dalam sebuah forum internet) dan Kriss. Pada
tuturan (18), Kriss mengatakan “C’est le soir avec mon homme. On prépare
le repas.On se raconte la journée. On est bien ensemble” (Ketika malam
bersama suamiku. Kami mempersiapkan makan.Kami menceritakan aktifitas
kami dalam sehari. Kami benar-benar bersama) kepada Quelqu’un dans le
forum. Tuturan (18) merupakan tindak tutur deklaratif karena pada dialog itu,
Kriss menciptakan sesuatu yang baru yaitu dengan menentukan waktu yang
terbaik menurutnya dalam sehari, sehingga pada waktu yang lain, seperti pada
siang atau pagi hari menurut Kriss bukanlah waktu yang terbaik
36
2.2.7 Bentuk Tindak Tutur
Searle sebagaimana dikutip oleh Wijana (1996:30) mengemukakan bahwa
berdasarkan teknik penyampaiannya atau modus kalimatnya, tindak tutur dapat
diklasifikasikan menjadi tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak
tutur literal, tindak tutur tidak literal, dan interseksi berbagai tindak tutur tersebut.
Jenis-jenis tindak tutur ini akan dijelaskan berikut ini:
2.2.7.1 Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung
Secara formal, berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat
berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif).
Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberitakan sesuatu
(informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk
menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan (Wijana, 1996:30).
Tindak tutur langsung merupakan tindak tutur dimana penutur menuturkan tuturan
secara langsung. Artinya, jika penutur menuturkan tuturan dengan menggunakan
kalimat berita untuk memberitakan sesuatu, kalimat tanya untuk menanyakan
sesuatu dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, maka tuturan yang
dihasilkan merupakan tuturan langsung. Sebaliknya, jika kalimat tersebut
digunakan untuk menyatakan maksud lain maka tuturan yang dihasilkan
merupakan tuturan tidak langsung.
Berikut ini contoh-contoh tuturan langsung menggunakan kalimat perintah:
(19) “Ambilkan baju saya!”.
Tuturan (19) tersebut merupakan tuturan direktif yang dituturkan secara
langsung kepada mitra tutur yang bertujuan untuk menyuruh mitra tutur untuk
37
mengambilkan bajunya, sedangkan contoh tindak tutur langsung dalam bahasa
Perancis sebagai berikut:
(20) “Dépéchez-vous le temps est terminé!” “Cepatlah waktunya sudah berakhir!."
Tuturan (20) tersebut merupakan tindak tutur direktif yang dituturkan secara
langsung dengan kalimat perintah yang diucapkan oleh seorang guru kepada
siswanya yang menyuruh siswa untuk segera mengumpulkan lembar ujiannya
karena waktu sudah habis untuk mengerjakan tesnya.
Di samping itu, perintah dapat diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat
tanya agar orang yang diperintahkan tidak merasa diperintah. Bila hal itu terjadi,
terbentuklah tindak tutur tidak langsung (indirect speech act). Contoh tindak tutur
tidak langsung dapat dilihat dalam kalimat (21) di bawah ini:
(21) “Ada makanan di almari.”
Tuturan (21), bila diucapkan kepada seorang teman yang membutuhkan
makanan, dimaksudkan untuk memerintahkan lawan tuturnya mengambil
makanan yang ada di lemari yang dimaksud, bukan sekedar untuk
menginformasikan bahwa di lemari ada makanan. Contoh tindak tutur tidak
langsung dalam bahasa Perancis sebagai berikut:
(22) “Je voudrais un belle robe.” Saya menginginkan rok yang bagus.
Tuturan di atas bila diutarakan oleh seorang anak kepada orang tuanya, tidak
sekedar memberi informasi bahwa dia sedang menginginkan rok yang bagus,
tetapi secara tidak langsung tuturan tersebut juga mengandung maksud agar orang
tuanya membelikan rok yang diingankan oleh penutur (anak). Sedangkan apabila
tuturan (22) diutarakan kepada penjaga toko pakaian, tuturan tersebut
38
mengandung maksud agar penjaga toko mengambilkan rok yang akan dibeli oleh
penutur.
2.2.7.2 Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal
Selain pembagian tindak tutur langsung dan tidak langsung, Wijana juga
membagi menjadi tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal berdasarkan
maksud dan makna kata yang menyusunnya. Tindak tutur literal (literal speech
act) adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang
menyusunnya, sedangkan tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah
tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna
kata-kata yang menyusunnya.
Untuk lebih jelasnya Wijana (1996:32) memberikan contoh kalimat berikut:
(23) “Radionya keraskan! Aku ingin mencatat lagu itu.” (24) “Radionya kurang keras. Tolong keraskan lagi.Aku mau belajar.”
Tuturan (23) mempunyai maksud bahwa penutur benar-benar menginginkan
lawan tuturnya untuk mengeraskan (membesarkan) volume radio untuk dapat
secara lebih mudah mencatat lagu yang diperdengarkannya, tuturan (23) adalah
tindak tutur literal. Sebaliknya, tuturan (24) mempunyai maksud bahwa penutur
sebenarnya menginginkan lawan tutur mematikan radionya, tuturan (24) adalah
tindak tutur tidak literal, karena maksud dan ucapan saling bertolak belakang.
2.2.7.3 Interseksi Berbagai Jenis Tindak Tutur
Apabila tindak tutur langsung dan tidak langsung disinggungkan
(diinterseksikan) dengan tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal, akan
didapat tindak-tindak tutur berikut ini:
39
a). Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) adalah tindak tutur
yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud
pengutaraanya. Maksud memerintah dapat disampaikan dengan kalimat perintah
(imperatif), memberitakan dengan kalimat berita (deklaratif), menananyakan
sesuatu dengan kalimat tanya (interogatif). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam tuturan (25) berikut ini:
(25) “Buka mulutmu!”
Konteks pada tuturan (25) yaitu seorang dokter meminta pasiennya untuk
membuka mulut supaya pemeriksaan dapat dilakukan secara optimal. Tuturan
(25) termasuk ke dalam kategori tindak tutur langsung literal. Penutur
menggunakan kalimat imperatif ketika meminta mitra tuturnya untuk membuka
mulut sehingga tuturan ini termasuk tuturan langsung. Secara semantis makna
kata-kata penyusun kalimat tersebut sesuai dengan apa yang dimaksudkan yaitu
penutur mengatakan “Buka mulutmu!” kepada mitra tutur untuk membuka
mulutnya, sehingga tuturan ini disebut tuturan literal.
Sedangkan tidak tutur langsung literal dalam dalam bahasa Perancis dapat
dilihat dalam contoh (26) berikut:
(26) “Vous! Sonnez la cloche.” “Anda ! Tolong bunyikan loncengnya‟
Tuturan (26) diucapkan oleh penutur kepada mitra tutur saat keadaan darurat
ketika seseorang terluka diakibatkan karena jebakan yang dibuat anak-anak.
Tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif yang dituturkan secara langsung
literal karena makna yang disampaikan penutur sama dengan maksud penutur.
Begitu juga dengan tindak tutur direktif yang disampaikan secara langsung
40
menggunakan kalimat imperatif ‟Sonnez la cloche!’’ (Tolong bunyikan
loncengnya!). Penutur menyuruh mitra tutur untuk membunyikan lonceng
sekolah.
b). Tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalah
tindak tutur yang diungkapkan dengan kalimat yang tidak sesuai dengan maksud
pengutaraanya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang
dimaksudkan penutur. Dalam tindak tutur ini maksud memerintah diutarakan
dengan kalimat berita atau kalimat tanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam
tuturan (27) dan (28) berikut ini:
(27) “Lantainya kotor.”
Konteks dalam tuturan (27) seorang ibu rumah tangga berbicara dengan
pembantunya, tuturan tersebut tidak hanya berisi informasi tetapi mengandung
maksud memerintah yang diungkapkan secara tidak langsung dengan kalimat
berita yaitu menyuruh untuk membersihkan lantainya yang sudah sangat kotor.
(28) Homme 1 :Vous ne pouvez pas arrêter de chanter ? C’est très énervant ! “Tidak bisakah kau berhenti menyanyi ?itu sangat mengganggu!”
Homme 2 : (Il arrête de chanter) Oh, excusez moi, je ne faisais pas attention. (Ia berhenti menyanyi) “Oh, maafkan saya, saya tidak
memperhatikan” (Giradet & Pecheur, 2008 :181)
Tuturan (28) di sebuah ruang tunggu dan diungkapkan oleh seseorang kepada
orang lain yang sedang bernyanyi dengan nada yang keras tanpa memperhatikan
lingkungan sekitarnya yang merasa terganggu dengan nyanyiannya tersebut. Pada
tuturan (28), homme 1 mengatakan “Vous ne pouvez pas arrêter de chanter ?
C’est très énervant ” karena merasa terganggu dengan nyanyian homme 2.
41
Tuturan tersebut merupakan bentuk tuturan tidak langsung karena penutur untuk
meminta mitra tuturnya berhenti bernyanyi menggunakan tipe kalimat interogatif,
dan tuturan tersebut merupakan bentuk literal karena makna kata penyusunnya
sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh penutur yaitu maksud meminta
mitra tutur untuk berhenti bernyanyi karena itu sangat mengganggu dengan
mengatakan “Vous ne pouvez pas arrêter de chanter ? C’est très énervant ”.
c). Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech act) adalah
tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud
tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama
dengan maksud penuturnya. Contoh:
(29) “Kalau makan biar kelihatan sopan, buka saja mulutmu!”
Tuturan (29) merupakan tindak tutur langsung tidak literal karena pada tuturan
tersebut penutur sebenarnya mempunyai maksud menyuruh lawan tuturnya yang
mungkin dalam hal ini anaknya, atau adiknya untuk menutup mulut sewaktu
makan agat terlihat sopan. Sedangkan contoh tindak tutur langsung tidak literal
dalam bahasa Perancis sebagai berikut:
(30) Barbara: Bonjour Pierre. Assieds-toi! Tu prends un café avec nous? “Pagi Pierre. Silahkan duduk! Kamu mau minum kopi dengan kami?”
Pierre :Ah oui, je veux bien. “Ah iya, aku mau.”
Barbara :Écoute, Pierre! Ça ne va pas! “Dengar, Pierre! Itu tidak benar!”
Pierre :Qu’est-ce qui ne va pas? “Apa yang tidak benar?”
Barbara :Quand tu téléphones à tes amis, il ne faut pas utiliser mon portable!
“Saat kamu menelepon teman-temanmu, seharusnya kamu tidak menggunakan ponselku!”
(Girardet, 2002:58)
42
Konteks dari tuturan (30) di atas adalah Pierre mengundang teman-temannya
ke apartemennya menggunakan telepon Barbara. Barbara tidak menyukai
perbuatan Pierre sehingga dia melarang Pierre menggunakan telponnya untuk
menghubungi teman-temannya. Tuturan “Écoute, Pierre!”,yang diucapkan oleh
Barbara digunakan untuk memberikan perintah (dalam sebuah kalimat imperatif)
kepada Pierre. Selanjutnya, Barbara mengatakan “Ça ne va pas!”, yang
dimaksudkan untuk menegur Pierre bahwa jika Pierre ingin menghubungi teman-
temannya, Pierre seharusnya tidak menggunakan ponsel Barbara. Hal tersebut
didukung oleh pernyataan Barbara selanjutnya melalui tuturan “Quand tu
telephones à tes amis, il ne faut pas utiliser mon portable!. Berdasarkan
penjelasan di atas, disimpulkan bahwa tuturan bercetak tebal merupakan tindak
tutur langsung tidak literal karena tipe kalimat imperatif digunakan untuk
memerintah, sedangkan makna dari kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki
kesamaan makna yang sesuai dengan maksud dari penuturnya.
d). Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect nonliteral speech act)
adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat
yang tidak sesuai dengan maksud yang hendak diutarakan. Contoh :
(31) “Apakah radio yang pelan seperti itu dapat kau dengar?”
Tuturan (31) merupakan tindak tutur tidak langsung tidak literal dengan
maksud untuk menyuruh mitra tutur mengecilkan atau mematikan volume
radionya yang diutarakan dalam modus kalimat tanya secara tidak langsung
karena mitra tutur beranggapan bahwa sebenarnya suara radio itu sangat keras dan
secara tersirat ia meminta untuk mengecilkan atau mematiakn radionya dengan
43
cara secara tidak langsung menggunakan kalimat tanya. Sedangkan tindak tutur
langsung tidak literal dalam bahasa Perancis dapat dilihat dari contoh berikut:
(32) Odile :Tu nous prépares quoi ? Un plat irlandais ? “Apa yang sedang kau masak untuk kami ? Makanan Irlandia?”
Patrick :On a dit : pas de filles dans la cuisine. “Sudah dikatakan : tak ada perempuan di dapur”
Odile :Ça va. Je m’en vais.(Elle sort de la cuisine) “Baiklah, aku pergi”.
(Girardet & Pecheur, 2008 : 19)
Tuturan (32) terjadi di dapur ketika Patrick sedang mempersiapkan makanan
dan Odile datang untuk melihat apa yang sedang dimasak. Pada tuturan (32),
Patrick menyatakan maksudnya untuk melarang Odile masuk ke dapur dengan
mengatakan “On a dit : pas de filles dans la cuisine” dan kemudian Odile
memberikan reaksi dengan meninggalkan dapur. Tuturan tersebut merupakan
bentuk tindak tutur tidak langsung tidak literal karena menggunakan kalimat
berita untuk menanyakan suatu perintah dan maksud yang yang ingin disampaikan
Patrick tidak sesuai dengan apa yang diucapkan yaitu maksud untuk melarang
Odile masuk ke dapur dengan mengatakan “On a dit : pas de filles dans la
cuisine”.
2.2.8 Jenis Tindak Tutur Direktif
Tuturan direktif ini seringkali kita jumpai dalam percakapan sehari-hari.
Untuk mengutarakan maksud perintah dari seorang penutur kepada mitra tutur,
dapat menggunakan berbagai cara seperti penggunaan bahasa yang halus,
memerintah secara langsung, dengan pertanyaan, memohon, menuntut, melarang,
dan memberi nasihat.
44
Menurut Ibrahim (1993 : 27) tindak tutur direktif mengekspresikan sikap
penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh mitra tutur. Tetapi, direktif
juga bisa mengekspresikan maksud penutur (keinginan, harapan) sehingga ujaran
atau sikap yang diekspresikan dijadikan alasan untuk bertindak oleh mitra tutur.
Selanjutnya ia mengklasifikasikan jenis tindak tutur direktif menjadi enam jenis
yaitu permintaan (requestives), pertanyaan (questions), perintah (requirements),
larangan (prohibitives), pemberian ijin (permissives), dan nasihat (advisories).
2.2.8.1 Requestives
Tuturan requestives merupakan tuturan yang mengekspresikan keinginan
penutur sehingga mitra tutur melakukan sesuatu.Selain itu requestives juga
mengekspresikan maksud penutur agar mitra tutur menyikapi keinginan yang
terekspresikan ini sebagai alasan untuk bertindak. Yang termasuk dalam
requestives ini antara lain: meminta, mengemis, memohon, menekan,
mengundang, mendoa, mengajak, dan mendorong. Contoh requestives dalam
bahasa Perancis adalah sebagai berikut :
(33) Sylvie :Allô, Jérôme? Halo, Jérôme?
Jérôme :Sylvie! Comment vas-tu? Sylvie! Apa kabar?
Sylvie :Assez bien. Dis moi, tu connais bien Gilles Daveau, toi? Cukup baik.Katakan padaku, kau kenal Gilles Daveau?
Jérôme :Daveau? Oui, je le connais.Pourquoi? Daveau?Ya, aku mengenalnya.Kenapa?
Sylvie :Je voudrais le rencontrer. Tu peux nous inviter chez toi? Aku ingin bertemu dengannya.Kamu bisa mempertemukan kami?
Jérôme :D’accord, mais pas de scandale, hein? Oke, tapi jangan buat masalah!
Sylvie :Jérôme, tu me connais. Jérôme, kau tahu aku.
(Girardet, 2002:90)
45
Konteks dari tuturan (33) di atas adalah percakapan yang terjadi antara Jérôme
dan Sylvie. Percakapan antara mereka terjadi melalui telepon. Sylvie menanyakan
kepada Jérôme apakah ia mengenal sangat baik Gilles Daveau atau tidak. Jérôme
menjawab bahwa ia mengenalnya dengan sangat baik. Setelah mengetahui
hubungan antara Jérôme dan Gilles Daveau, ia meminta Jérôme untuk
mempertemukan dirinya dengan Gilles Daveau. Tuturan “Tu peux nous inviter
chez toi?”, merupakan jenis tindak tutur direktif requestive dengan fungsi
meminta, yaitu Sylvie meminta Jérôme untuk mempertemukan dirinya dengan
Gilles Daveau.
2.2.8.2 Questions
Questions (pertanyaan) merupakan request (permohonan) dalam suatu
kasus yang khusus, khusus dalam pengertian bahwa apa yang dimohon oleh
penutur adalah agar mitra tutur memberikan informasi tertentu. Yang termasuk
dalam fungsi questionsini antara lain: bertanya, berinkuiri, dan menginterogasi.
Berikut adalah contoh questions dalam bahasa Perancis :
(34) Kamel :… Tu n’as pas une petite faim ? “… Kau tak merasa sedikit lapar ? ”
Clémentine :Je meurs de faim. “Aku hampir mati kelaparan ”
Kamel :Qu’est-ce que te ferait plaisir comme restau ? “Restauran mana yang kau suka ?”
Clémentine : Celui-là ira très bien “Yang di sana sepertinya bagus”.
Kamel et Clémentine : (Ils vont au restau ) (mereka pergi ke restauran)
(Girardet & Pecheur, 2008 :66)
Konteks dari tuturan (34) adalah Kamel dan Clémentine setelah mereka
melakukan casting. Pada tuturan Kamel mengatakan “Qu’est-ce que te ferait
plaisir comme restau ?” agar Clémentine memberikan informasi tentang restauran
46
mana yang dia suka dan Clémentine memberikan reaksi berupa jawaban “Celui-là
ira très bien” sambil menunjuk ke arah restauran yang dia suka. Dialog tersebut
merupakan contoh bentuk tindak tutur direktif berjenis questionsyang
dimaksudkan untuk bertanya.
2.2.8.3 Requirements
Tindak requirements menunjukkan bahwa ketika mengucapkan suatu
tuturan, penutur menghendaki mitra tutur untuk melakukan suatu perbuatan.
Dalam tindak requirements, ujaran yang dituturkan penutur mengandung
alasan penuh bagi mitra tutur untuk melakukan tindakan itu dengan kata lain
penutur memiliki kewenangan dan alasan agar mitra tutur melakukan apa yang
ia perintahkan. Yang termasuk tindak requirements antara lain meliputi
memerintah, menghendaki, mengkomando, menuntut, mendikte, mengarahkan,
menginstruksikan, mengatur, mensyaratkan.Berikut contoh requirement dalam
bahasa Perancis:
(35) Pierre :“Assieds-toi!” “ Duduklah!”
Tristan : “Oui, merci.” “iya, terimakasih.”
Girardet (2002:59)
Tuturan (35) mengekspresikan keinginan penutur agar mitra tutur dengan
memerintahkan kepada mitra tutur untuk duduk. Penutur memiliki tujuan agar
mitra tutur melakukan keinginannya. Tuturan (35) memiliki fungsi requirements
yaitu memerintah.
2.2.8.4 Prohibitives
Tindak prohibitives merupakan tindak perintah atau suruhan dari penutur
supaya mitra tutur tidak mengerjakan atau melakukan sesuatu. Dalam hal ini
47
penutur memiliki alasan agar mitra tutur tidak melalukan apa yang penutur
larang. Tindak prohibitives antara lain meliputi melarang, membatasi. Contoh
untuk prohibitivesdalam bahasa Perancis adalah sebagai berikut :
(36) Anne-sophie : C’est faux. Je les trouve très bien, tes cheveux, et ça me fait plaisir de te revoir, ma petite Dilou. Itu salah.Aku menemukannya sangat bagus, rambutmu, dan menyenangkan melihatmu lagi, Dilou kecilku.
Odile : Ne m’appelle pas Dilou. Louis ne le supporte pas. Jangan memanggilku Dilou.Louis tidak menyukainya.
(Girardet, 2008 : 18) Tuturan (36) terjadi antara Anne-sophie dan Odile.Mereka adalah kawan lama
yang sudah lama tidak pernah bertemu lalu memutuskan untuk berlibur
bersama.Saat bertemu, Anne-sophie menemukan Odile sudah sangat berubah
penampilannya, tidak seperti dulu.Dan saat bercerita Anne-sophie memanggil
Odile dengan sebutan kecilnya dulu “Dilou‟ namun Odile melarangnya karena
pasangannya tidak suka. Tuturan (36) menyatakan keinginan penutur yang
melarang mitra tutur memanggilnya dengan panggilan saat mereka kecil dulu.
Dengan demikian, tuturan (36) merupakan jenis tidak tutur direktif prohibitives.
2.2.8.5 Permissives
Dalam permissives ini, seorang penutur mengeskpresikan kepercayaan dan
maksud kepada mitra tutur supaya mitra tutur percaya bahwa tuturan yang
diungkapkan oleh penutur mengandung alasan yang cukup bagi mitra tutur
untuk merasa bebas melakukan sesuatu.Alasan yang jelas untuk menghasilkan
permissives adalah dengan mengabulkan permintaan izin atau melonggarkan
pembatasan yang sebelumnya dibuat terhadap tindakan tertentu.Seperti halnya
requirement, bukan sikap yang diekspresikan penutur yang diharapkan
membentuk alasan bagi mitra tutur, tetapi ujaran si penutur. Yang termasuk
48
dalam permissives antara lain:menyetujui, membolehkan, memberi wewenang,
menganugerahi, mengabulkan, membiarkan, mengijinkan, melepaskan,
memaafkan, memperkenankan. Berikut adalah contoh permissives dalam
bahasa Perancis :
(37) Louis : Moi, je peux peut-être t’aider? Bisakah aku membantumu?
Patrick :Si tu veux. Tien, tu me coupes les truffes? Jika kamu mau.Maukah kamu memotong truffle?
Louis : Je les coupe comment? Bagaimana aku memotongnya?
Patrick : En tranches fines Iris tipis-tipis.
(Girardet, 2008 : 19)
Tuturan (37) terjadi di dapur antara Louis dan Patrick.Louis yang saat itu
melihat Patrick sedang mempersiapkan makanan bertanya apakah mungkin ada
yang bisa dilakukan untuk membantu Patrick.Patrick yang tidak keberatan
mempersilahkan Louis mengerjakan sesuatu. Tuturan (37) menyatakan keinginan
penutur untuk membolehkan mitra tutur melakukan apa yang bisa dikerjakan
untuk membantunya. Dengan demikian, tuturan (37) termasuk jenis tindak tutur
direktif permissives.
2.2.8.6 Advisories
Jenis tindak tutur direktif yang berupa advisories adalah jenis tindak tutur
direktif yang diekspresikan oleh penutur bukanlah keinginan agar mitra tutur
melakukan tindakan tertentu, melainkan kepercayaan bahwa melakukan
sesuatu hal tersebut merupakan hal yang baik dan merupakan kepentingan
mitra tutur. Akibat dari tindak tutur ini adalah adanya alasan khusus sehingga
tindakan yang disarankan merupakan gagasan yang baik. Yang termasuk dalam
49
advisories adalah menasehatkan, memperingatkan, menkonseling,
mengusulkan, menyarankan, mendorong. Berikut adalah contoh advisories
dalam bahasa Perancis :
(38) Cédric : Celui-ci n’est pas mal... celui-là, non, il est trop jeune... lui non plus. C’est celui qui a fait la pub pour la boisson Punchy..ce blond serait bien. Qu’est-ce que tu en penses? Yang ini, tidak terlalu baik..yang itu, tidak, dia terlalu muda... dia tidak lebih. Ini yang telah membuat pub untuk minuman Punchy... yang berambut pirang ini baik.Bagaimana menurutmu?
Julien :Moi, celui que je préfère, c’est ce brun, Kamel. C’est lui qui a le plus de personnalité. Aku, yang aku lebih suka adalah yang berambut soklat.Dia punya kepribadian yang paling baik.
(Girardet, 2008 : 66)
Tuturan (38) terjadi dalam kru casting di sebuah produksi film. Mereka
sedang mendiskusikan aktor yang akan bermain dalam garapan mereka. Penutur
meminta saran kepada mitra tutur untuk memilih siapa yang paling baik diantara
para aktor yang sudah mereka casting sebelumnya.Kemudian Julien menyarankan
untuk memilih seorang gadis berambut coklat bernama Kamel. Tuturan (38)
menyatakan keinginan penutur menyarankan aktor yang sebaiknya dipilih untuk
bermain dalam teater mereka. Dengan demikian, tuturan (38) termasuk jenis tindak
tutur direktif advisories.
2.2.9 Film
Definisi film menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ; 1. Selaput tipis
yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif yang kemudian akan
menjadi sebuah potret atau untuk gambar positif yang akan dimainkan di bioskop
; 2. Film adalah lakon (cerita) gambar hidup.
Film menurut UU 8/1992 tentang Perfilman adalah karya cipta seni dan
budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat
50
berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video,
piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala
bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses
lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan
dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya;
Menurut Effendy (1986 : 239) film diartikan sebagai hasil budaya dan alat
ekspresi kesenian. Film sebagai komunikasi massa merupakan gabungan dari
berbagai teknologi seperti fotografi dan rekaman suara, kesenian baik seni rupa
dan seni teater sastra dan arsitektur serta seni musik.
Film Comme Un Chef adalah sebuah film bergenre komedi. Film ini
bercerita tentang Jacky Bonnot, seorang pecinta gastronomi.Ia bermimpi untuk
menjadi sukses dan mempunyai restoran sendiri. Dia bekerja dari satu restoran
kecil ke restoran kecil lainnya.Dia selalu berusaha untuk menyuguhkan masakan
yang berkualitas dan bercitarasa tinggi, namun sayangnya masakannya tak
diterima baik oleh pelanggan restoran yang merupakan kelas bawah Perancis
sehingga dia harus berkali-kali dipecat.
Mengingat situasi keuangannya yang tidak baik, ditambah lagi istrinya yang
sedang hamil, Jacky terpaksa melakukan pekerjaan sambilan di luar dunia masak-
memasak. Di sisi lain Alexandre Lagarde sedang mengalami masa sulit, dia
adalah seorang koki ternama di Perancis dan penanggung jawab restoran bintang
tiga. Dia terus didesak oleh perusahaan pemilik restorannya karena dia terancam
kehilangan sebuah bintang dan ditambah dia juga kewalahan karena harus
51
membuat La Carte du Printemps (Menu Musim Semi) tapi dia tak punya ide sama
sekali makanan baru apa yang harus dia ciptakan.
Jacky dahulu belajar memasak pertama kali menggunakan resep-resep
Alexandre sampai akhirnya dia hafal di luar kepala semua detail resep Alexandre
sedangkan Alexandre sendiri lupa detail resep-resepnya itu. Akhirnya mereka
bertemu secara tidak sengaja, karena Alexandre membutuhkan asisten di
restorannya diapun meminta Jacky untuk melakukan magang.Meskipun tidak
dibayar karena masa percobaan, tapi karena dunia kuliner adalah passionnya dan
Alexandre adalah seorang koki ternama Perancis, akhirnya Jacky menerima
tawaran itu dan menyembunyikan pekerjaan barunya dari istrinya. Kisah Jacky
dan Alexandre pun dimulai di mana mereka berdua akan menghadapi berbagai
masalah bersama dan masalah mereka masing-masing.
2.3 Simpulan
Dari penjelasan mengenai tuturan imperatif di atas, maka didapat diagram
berikut :
52
Gambar 3. Diagram Tindak Tutur
Diagram di atas merupakan penjabaran dari ruang kajian yang melingkupi
tindak tutur direktif. Dalam menganalisis sumber data, peneliti menggunakan
teori dari Searle untuk menentukan bentuk-bentuk tindak tutur. Untuk
mendeskripsikan jenis tindak tutur direktif peneliti menggunakan teori dari
Ibrahim.
Tindak Tutur
Tindak Lokusi
Tindak Ilokusi
Representatif
Direktif
Requestives
Questions
Requirements
Prohibitives
Permissives
Advisories
Ekspresif
Komisif
Deklarasi
Tindak Perlokusi
93
BAB V
PENUTUP
Setelah menganalisis film Comme Un Chef, bagian terakhir dari penulisan skripsi
ini adalah bab V yang memuat Simpulan dan Saran. Simpulan berisi tentang ulasan
dan hasil akhir yang diambil dari analisis tuturan dalam film pada bab sebelumnya,
sedangkan saran membahas tentang rekomendasi peneliti berdasarkan hasil dari
simpulan tersebut.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai bentuk dan jenis tindak tutur direktif
dalam film Comme Un Chef karya Daniel Cohen, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Tindak tutur direktif yang ditemukan dalam film Comme Un Chef karya Daniel
Cohen berjumlah 149 data yang terdiri dari 3 bentuk tuturan yaitu : 1) tindak tutur
langsung literal (73,9%) berjumlah 110 data, 2) tindak tutur tidak langsung literal
(24,8%) berjumlah 37 data, dan 3) tindak tutur tidak langsung tidak literal (1,3%)
berjumlah 2 data. Dalam penelitian ini tidak ditemukan bentuk tindak tutur
langsung tidak literal. Bentuk tuturan yang paling sering digunakan dalam film
Comme Un Chef adalah tindak tutur langsung literal. Hal tersebut dikarenakan
penutur dalam film Comme Un Chef saat memerintah menggunakan kalimat
langsung dan kata-kata yang diucapkan sesuai dengan maksud dan makna
94
tuturannya sehingga mitra tutur memahami dan melakukan apa yang diinginkan
oleh penutur dengan baik.
2. Jenis tindak tutur direktif yang ditemukan dalam Comme Un Chef karya Daniel
Cohen berjumlah 149 data dan ditemukan 6 jenis: requestives (27%) berjumlah 40
data, questions (6%) berjumlah 9 data, requirements (53%) berjumlah 70 data,
prohibitives (4%) berjumlah 6 data, permissives (2,7%) berjumlah 4 data, dan
advisories (7,4%) berjumlah 11 data. Jenis tindak tutur direktif yang paling banyak
ditemukan dalam film Comme Un Chef karyaDaniel Cohen adalah jenis
requirements .
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis yang dirangkum dalam simpulan di atas, maka
rekomendasi peneliti adalah sebagai berikut :
1. Bagi Pengajar atau Dosen, tindak tutur direktif merupakan sebagian kecil dari ilmu
kajian pragmatik, akan tetapi penambahan wawasan kepada mahasiswa mengenai
bentuk-bentuk dan jenis tindak tutur direktif dirasa perlu karena cakupan tindak
tutur direktif yang sederhana merupakan susunan penting dalam situasi tutur.
2. Bagi mahasiswa, khususnya para pembelajar Bahasa Perancis hendaknya
meningkatkan pengetahuan dan wawasan kebahasaan tentang ilmu pragmatik,
terutama tentang kajian tindak tutur, khususnya bentuk dan jenis tindak tutur
direktif dalam bahasa Perancis karena di dalamnya memungkinkan terdapat
berbagai bentuk dan jenis selain yang disebutkan di dalam penelitian ini.
95
3. Bagi calon peneliti, dengan adanya penelitian mengenai tindak tutur direktif dalam
film Comme Un Chef, diharapkan mampu menggugah rasa ingin tahu calon
peneliti untuk mengkaji permasalahan dengan lebih luas dan mendalam misalnya
tentang kesantunan imperatif bahasa Perancis, prinsip kerjasama, impliaktur, dsb
yang tidak diteliti dalam penelitian ini sehingga pada penelitian-penelitian
selanjutnya bisa lebih bervariatif.
96
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina.2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.Jakarta : Rineka Cipta.
Dubois, Jean et all. 1994. Dictionnaire de Linguistique. Paris : Libraire Larousse
Dubois, Jean et René Lagane. 2005. Larousse Livres de Bord Grammaire.Paris : Libraire Larousse
Effendy, Onong Uchjana. 1986. Televisi Siaran, Teori dan Praktek. Bandung :
Alumni
Gardes-Tamine, Joëlle. (1998). La Grammaire. Phonologie, morphologie, lexicologie. Paris: Armand Colin.
Girardet, Jacky & Jacques Pécheur. 2004. Campus I Méthode de Français. Paris :
CLE International. -----------. 2008. Écho 1 : Méthode de Français. Paris : CLE International.
Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya : Usaha Nasional.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik : Edisi Keempat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Larousse. 1997. Dictionnaire de Français. Paris: Larousse Bordas.
Leech, Geoffrey. 1983. Principles of Pragmatics. United States of America : Longman
Levinson S.C. 1983. Pragmatics. United Kingdom: Cambridge University Press
Moleong, Lexy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muaya, Krsitle Priskila. 2014. Bentuk dan Fungsi Tindak Tutur Direktif Pada Komik Lucky Luke Volume 22 Les Dalton Dans Le Blizzard Karya Morris dan G. Roscinny. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Pratama, Rully. 2016. Bentuk Dan Fungsi Deiksis Dalam Film Comme Un Chef
Karya Daniel Cohen. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
97
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik : Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta : Erlangga.
Reningtyas, Widia. 2016. Fungsi Tindak Tutur Ekspresif Dalam Film Comme Un Chef Karya Daniel Cohen. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Wulandari, Dwi Retno. 2017. Tindak Tutur Direktif Dalam Film Ernest Et
Célestine Karya Daniel Pennac. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik.Semarang : CV. IKIP Semarang Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press
Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-asas Linguistik Umum.Yogyakarta :Gadjah Mada University Press
Wijana I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Andi
--------------. 2009. Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisis.Yogyakarta: Yuma Pustaka
Internet
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/filmdiakses pada tanggal 10 Juni 2017 09.30
https://kbbi.web.id/modus diakses pada tanggal 8 September 2017 14.00