Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Penguatan Komunitas Lokal Menghadapi Era Global ____________________________________________Strengthening Local Communities Facing the Global Era
P r o c e e d i n g I C S G P S C I 389
ANALISIS BRAND LOYALTY PADA KONSUMEN MEREK HANDPHONE
BLACKBERRY DAN SAMSUNG ANDROID
Bunga Rosaria Indah1, Nurul Qomariah2, Budi Santoso 1 Alumni Fakultas Ekonomi Unmuh Jember
2Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember [email protected]
3Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember
ABSTRACT This study aims to determine the level of consumer brand loyalty brand Blackberry and Samsung Android phones, and also to determine the loyalty pyramid arrangement, which includes a switcher, habitual buyers, satisfied buyer, liking the brand, and committed buyer over Blackberry and Samsung Android phone. The results of the study of 100 users of the mobile phone, the Blackberry has the most customers satisfied buyer on the level, this condition is considered good because it means 74%, Samsung Android has the most consumers on the level of liking of the brand that is equal to 80%, many consumers who like mobile phones this is because on average they have a good experience on this phone. Mobile blackberry almost perfectly formed pyramid, while the Samsung Android can be inverted pyramid form that is getting to the top of widening the circumstances in which each standard enterprise that is expected on the sale of its products. Keyword: brand loyalty consumen switcher, habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand, and committed buyer
PENDAHULUAN
Persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan-perusahaan pada saat ini semakin ketat, sehingga
menuntut manajemen perusahaan untuk lebih cermat dalam menentukan strategi bersaingnya. Hal ini
dikarenakan agar perusahaan dapat memenangkan persaingan yang dihadapi. Manajemen
perusahaan dituntut untuk dapat mendesain dan mengimplementasikan strategi pemasaran yang
mampu menciptakan, mempertahankan, dan meningkatkan kepuasan konsumennya. Konsumen yang
merasa puas maka mereka akan loyal (www.detiknet.com, Desember 2012).
Salah satu faktor penentu kesuksesan dalam menciptakan kesetiaan merek pelanggannya
adalah kepuasan terhadap kualitas yang diberikan. Kualitas produk yang baik akan menciptakan dan
mempertahankan kepuasan pelanggan sehingga konsumen yang loyal. Karakteristik konsumen yang
loyal salah satunya adalah melakukan pembelian secara terus menerus. Era globalisasi yang terjadi
saat ini menjanjikan adanya suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan khususnya yang
beroperasi di Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa, peluang untuk
berkembangnya dunia usaha baru semakin besar. Saat ini berbagai macam produk banyak dibuat dan
dipasarkan. Hal ini menyebabkan semakin ketatnya persaingan baik harga, garansi sampai dengan
pelayanan (www.pikiranrakyat.com, Desember 2012).
Persaingan yang ada saat ini telah mengarah kepada sistem perekonomian dengan mekanisme
pasar. System perekonomian ini telah memposisikan pemasar untuk selalu mengembangkan dan
merebut pangsa pasar. Salah satu aset untuk mencapai keadaan tersebut adalah merek. Merek
merupakan nama, istilah, tanda, symbol desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan sutu
Penguatan Komunitas Lokal Menghadapi Era Global ____________________________________________Strengthening Local Communities Facing the Global Era
P r o c e e d i n g I C S G P S C I 390
produk / jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Merek memegang peranan sangat penting, salah
satunya adalah menjembatani harapan konsumen pada saat kita menjanjikan sesuatu kepada
konsumen (Durianto dkk. 2001). Dengan demikian dapat diketahui adanya ikatan emosional yang
tercipta antara konsumen dengan perusahaan penghasil produk melalui merek.
Brand Equity adalah seperangkat aset yang terkait suatu merek, nama, simbol, yang mampu
menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan
maupun pada pelanggan. Dengan semakin banyaknya jumlah pemain dipasar menimbulkan
peningkatan persaingan antara merek-merek yang beroperasi dipasar. Hanya produk yang memiliki
brand equility yang akan mampu bersaing merebut dan menguasai pasar. Brand loyalty yang telah
diperkuat merupakan hal yang penting dalam merespon inovasi yang dilakukan para pesaing. Hal ini
akan menimbulkan dampak yang sangat signifikan terhadap produk yang akan dipasarkan secara
kuantitas dan kualitas. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat pula daya tariknya
untuk menggiring konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut. Dengan semakin banyak
pelanggan yang selanjutnya mengantarkan perusahaan meraih keuntungan.
Telepon seluler sebagai alat komunikasi modern semakin dirasakan manfaatnya oleh konsumen.
Komunikasi antar individu menjadi mudah dan cepat, jarak dan waktu tidaklah jadi penghalang. Hal ini
menyebabkan pasar telepon seluler berkembang dengan pesat. Berbagai macam merek ponsel
bermunculan dari yang terkenal sampai yang baru muncul. Kondisi ini mengakibatkan persaingan
persaingan di pasar telepon seluler menjadi kompetitif. Dalam kondisi pasar yang kompetitif,
preferensi, dan loyalitas pelanggan adalah kunci kesuksesan. Pemasaran saat ini merupakan
pertempuran persepsi konsumen dan tidak hanya sekedar pertempuran produk. Beberapa produk
dengan kualitas, model, karakteristik tambahan dari produk serta kualitas yang relatif sama, dapat
memiliki kinerja yang berbeda – beda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan persepsi dari produk
tersebut di benak konsumen.
Persepsi yang berbeda terhadap suatu merek dapat dibentuk atau dipengaruhi oleh strategi
pemasaran yang tepat. Strategi pemasaran yang tepat saja tidak cukup, harus juga di dukung oleh
taktik pemasaran yang memadai. Promosi sebagai salah satu unsur dari marketing mix adalah alat
yang tepat untuk mempengaruhi persepsi konsumen, terutama dalam hal pemilihan merek sehingga
timbul loyalitas merek.Kesetiaan terhadap merek atau disebut brand loyalty mempunyai tingkatan
antara lain yaitu pembeli yang suka berpindah (switcher), pembeli yang membeli karena kebiasaan
(habitual buyer), pembeli yang puas dengan biaya peralihan (satisfied buyer), pembeli yang menyukai
merek (liking the brand), serta pembeli yang komit (commited buyer).
Bisnis operator handphone merupakan salah satu bisnis yang berkembang dengan cepat
sehingga tingkat persaingan yang dihadapi cukup tinggi. Hal ini bisa dilihat dari banyak beredarnya
handphone di pasaran sebagai contoh adalah Blackberry, Samsung, Nokia, Sony Ericsson, I phone,
Tablet, Oppo, serta handphone-handphone dari cina seperti Mito dan Cross yang juga tidak mau
ketinggalan meluncurkan produk dengan bentuk dan aplikasi fiturnya yang sama. Hal seperti ini
dirasakan kian memanas, bagi para operator handphone yang penting adalah menarik pelanggan
sebanyak-banyaknya dengan menawarkan handphone smart plus iming-iming berbagai hadiah dan
fitur yang menarik.
Betapa pentingnya fungsi handphone dan internet dalam kehidupan manusia, muncul suatu
inovasi baru dalam teknologi komunikasi yakni smartphone yaitu suatu alat komunikasi layaknya
handphone namun memiliki kegunaan yang hampir menyamai fungsi komputer. Sehingga smartphone
biasa diistilahkan sebagai komputer kecil. Sejak kemunculannya smartphone begitu menarik perhatian
Penguatan Komunitas Lokal Menghadapi Era Global ____________________________________________Strengthening Local Communities Facing the Global Era
P r o c e e d i n g I C S G P S C I 391
masyarakat. Karena fungsi yang didapatkan dari smartphone memudahkan masyarakat dalam
berinteraksi tidak hanya memudahkan dalam berkomunikasi juga memudahkan untuk mengakses
internet.
Terciptanya smartphone tidak hanya berdasar akan kebutuhan masyarakat akan internet,
namun adanya kesadaran bahwa handphone saat ini menjadi barang penting bagi masyarakat bahkan
menjadi kebutuhan kehidupan masyarakat yang semakin mobilitas. Mobilisasi masyarakat pun
semakin praktis dengan kehadiran smartphone lebih memudahkan masyarakat dalam melakukan
komunikasi atau mengakses internet.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Manajemen Pemasaran
Kotler (2001) menatakan bahwa manajemen pemasaran merupakan proses perencanaan dan
pelaksanaan dari perwujudan pembentukan harga, promosi, distribusi barang, dan jasa, dan gagasan untuk
menciptaan pertukaran dengan kelompok sasaran. Sedangkan Swasta dan Sukotjo (1998) menyatakan bahwa
manajemen pemasaran adalah suatu system keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan
kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa pemasaran adalah suatu aktivitas yang komplek
dengan tujuan memuaskan dan memenuhi kebutuhan konsumen, mengacu pada suatu kegiatan, yaitu interaksi
antara pembeli dan menjual dalam suatu hubungan transaksi untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia yang
semakin komplek. Pengertian tersebut dapat dikatakan pula bahwa dalam penawaran barang dan jasa pada
konsumen tidak terlepas dari produk yang bersangkutan sebagai salah satu bagian dari bauran pemasaran
(marketing mix) yaitu meliputi : produk, harga, distribusi, dan promosi.
Konsep Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler (2001) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah sejauh mana kinerja
yang diberikan oleh sebuah produk sepadan dengan harapan pembeli. Jika kinerja produk yang
dirasakan konsumen sama dengan atau lebih besar harapannya maka konsumen akan merasa puas,
dan sebaliknya apabila kinerja produk kurang yang diharapkan, maka pembelinya tidak puas. Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen merupakan suatu tingkatan dimana
kebutuhan, keinginan, dan harapan dari pelanggan akan dapat terpenuhi atau terlampaui melalui
suatu transaksi yang akan mengakibatkan pembelian ulang atau kesetiaan yang terus berlanjut.
Kesetiaan yang berlanjut dari pelanggan sangat diharapkan oleh perusahaan.
Merek
Aaker (1991) menyatakan bahwa merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol, desain,
ataupun kombinasinya yang mengidenttifikasi suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan. Identifikasi tersebut juga berfungsi untuk membedakannya dengan produk yang
ditawarkan oleh pesaing. Lebih jauh, merek sebenarnya merupakan nilai tangible dan intangible yang
terwakili dalam sebuah merek dagang yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di
pasar bila diatur dengan tepat.
Penguatan Komunitas Lokal Menghadapi Era Global ____________________________________________Strengthening Local Communities Facing the Global Era
P r o c e e d i n g I C S G P S C I 392
Merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature, manfaat dan jasa
tertentu kepada pembeli. Merek terbaik akan memberikan jaminan kualitas. Dengan demikian merek
mempunyai peranan yang penting dan merupakan aset prestisius bagi perusahaan. Dalam kondisi
pasar yang kompetitif, preferensi dan loyalitas pelanggan adalah kunci kesuksesan. Terlebih lagi pada
kondisi sekarang, nilai suatu merek yang mapan sebandingdengan realitas makin sulitnya menciptakan
suatu merek
Loyalitas Pelanggan
Loyalitas pelanggan diyakini sebagai muara terakhir perjalanan pemasaran. Loyalitas
pelanggan merupakan target pemasar yang sesunguhnya, namun untuk mencapainya sejumlah
persoalan multidimensional menghadang. Istilah kesetiaan pelanggan belakangan melengkapi
popularitas kesetiaan merek. Kedua istilah dunia pemasaran ini sesungguhnya tidak dapat dipisahkan,
karena loyalitas pelanggan tentunya terhadap merek tertentu, bukan beberapa merek sekaligus.
Loyalitas pelanggan sudah menjadi pemikian banyak perusahaan karena efeknya yang sangat
besar bagi kelangsungan usaha. Kotler (2001) mengatakan bahwa rata-rata perusahaan akan
kehilangan setengah pelanggannya dalam waktu kurang dari 5 tahun. Namun perusahaan-perusahaan
dengan tingkat kesetiaan terhadap merek yang tinggi akan kehilangan kurang dari 20 % pelanggannya
dalam 5 tahu. Dengan demikian, merupakan tugas perusahaan dan perjuangan para pemasar untuk
menciptakan pelanggan-pelanggan yang setia.
Dulu orang menganggap bahwa tujuan utama pemasar ialah mencapai kepuasan maksimal
pelanggan, namun tujuan seperti itu sudah bergeser karena yang lebih penting justru loyalitas.
Perusahaan yang memiliki bisnis pelanggan yang loyal sama artinya dengan memperoleh kepastian
meraih pendapatan di masa depan. Pelanggan yang loyal diharapkan tetap melakukan transaksi di
waktu mendatang. Beberpa keuntungan lain dapat diperoleh dari kehadiran pelanggan loyal. Sebagai
contoh, memiliki pelanggan yang loyal dalam jumlah yang cukup akan meminimallisasi biaya mencari
konsumen baru. Pasalnya, pemasar tidak perlu melakukan usaha besar seperti menggaet pelanggan
baru untuk menjalin komunikasi lewat berbagai media periklanan yang bertarif mahal, tetapi cukup
dengan cara-cara yang sudah dikenali satu dengan yang lain. Dengan demikian biaya untuk menarik
pelanggan baru bisa ditekan atau dialihkan untuk kepentingan lain yang lebih mendesak. Besarnya
biaya dibutuhkan untuk mencari pelanggan baru tak bisa dianggap sepele karena dari waktu ke waktu,
biaya ini akan semakin mahal. Selain itu biaya, masih banyak keuntungan lain bila punya bisnis
pelanggan yang loyal. Misalnya, menjalin bisnis dengan pelanggan loyal pasti terasa lebih mudah dan
cepat. Karena perusahaan sudah mengenali kebiasaan dan preferensi pelanggan. Komunikasi dengan
pelanggan bisa terjalin lebih lancar. Pelanggan loyal dapat menjadi dasar positif untuk melakukan jual-
beli merek, memperluas merek, menciptakan switching cost untuk kompetitor, serta memperkuat
bargaining power di hadapan para distributor. Ada korelasi antara loyalitas dan profit, karena asal-
muasalnya dari customer value. Kalau customer loyalty tinggi, biasanya profit juga tinggi.
Loyalitas pelanggan diindikasikan dalam beberapa dimensi. Pertama, kemauan membayar harga
lebih. Kalau konsumen mau membayar harga lebih, hal ini menjadi satu indikasi loyalitasnya tinggi.
Kedua, pembelian berulang. Konsumen yang loyal pada produk tertentu pasti terus memakai dan
membelinya, meski dipasar muncul banyak merek baru. Ketiga, punya komitmen dan rasa memiliki
yang tinggi terhadap produk.
Penguatan Komunitas Lokal Menghadapi Era Global ____________________________________________Strengthening Local Communities Facing the Global Era
P r o c e e d i n g I C S G P S C I 393
Brand Loyalty
Menurut Durianto dkk. (2004) brand loyalty merupakan suatu ukuran keterikatan pelanggan
kepada sebuah merek. Seorang pelanggan yang loyal kepada suatu merek tidak akan dengan mudah
memindahkan pembeliannya ke merek lain walaupun terjadi perubahan pada merek tersebut. Bila
loyalitas pelanggan terhadap suatu merek meningkat, maka kerentanan kelompok pelanggan tersebut
dari ancaman dan serangan merek produk pesaing dapat dikurangi.
Dalam kaitannya dengan brand loyalty suatu produk, didapati adanya tingkatan brand loyalty,
yaitu (Durianto. dkk, 2004):
a. Switcher (berpindah-pindah)
Pelanggan yang berada pada tingkat ini mempunyai ciri membeli suatu produk karena harganya
murah sehingga dapat dikatakan pembeli yang tidak loyal.
b. Habitual Buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan)
Pembeli yang berada dalam tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas
dengan merek produk yang dikonsumsi atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan
dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Pembelian dilakukan berdasarkan atas kebiasaan
mereka selama ini.
c. Satisfied Buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)
Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek
tersebut, meskipun demikian mungkin saja mereka memindahkan pembeliannya ke merek lain
dengan menanggung switching cost (biaya peralihan) yang terkait dengan waktu, uang, atau
resiko kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek.
d. Liking The Brand (pembeli yang menyukai merek)
Pembeli dalam kategori ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut.
e. Commited Buyer (pembeli yang komit)
Pembeli ini merupakan tingkat teratas dalam mereka mempunyai suatu kebanggaan menjadi
pengguna suatu merek. Merek tersebut sangat penting bagi mereka baik dari segi fungsinya,
maupun ekspresi mengenai siapa mereka sebelumnya. Pada tingkatan ini, salah satu
aktualisasinya ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek
tersebut kepada pihak lain.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey, di mana dalam penelitian survei populasi penelitian
biasanya besar jumlahnya, sehingga peneliti harus terlebih dahulu menentukan sampel penelitian
dengan menggunakan teknik-teknik penentuan sampel yang tersedia. Menurut Singarimbun dan
Effendy (1989) penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai data pokok. Salah satu keuntungan utama dari penelitian survey
adalah mungkinnya pembuatan generalisasi untuk populasi yang besar hingga peneliti perlu
menentukan sampel penelitian dengan menggunakan teknik pengumpulan sampel yang tersedia.
Penguatan Komunitas Lokal Menghadapi Era Global ____________________________________________Strengthening Local Communities Facing the Global Era
P r o c e e d i n g I C S G P S C I 394
Populasi dan Teknik Sampling
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri antara objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Pada penelitian ini anggota populasi adalah pengguna handphone Blackberry dan
Samsung Android yang berada di Kalangan Mahasiswa Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas
Muhammadiyah Jember. Pada penelitian ini digunakan sampel non random sampling dengan
teknik accidental sampling yaitu hanya anggota populasi dalam hal ini adalah pengguna Blackberry dan
Samsung Android yang dijumpai selama periode pengumpulan data yang dijadikan sebagai sampel
penelitian, karena menurut Soeratno dan Lincolin (1995) bahwa dalam penentuan jumlah sampel
sebenarnya tidak ada aturan yang tegasberapa jumlah sampel yang harus diambil dari populasi yang
tersedia. Pengumpulan data yang diperoleh responden sebanyak 50 untuk Blackberry dan 50 untuk
Samsung Android.
Definisi Operasional Variabel
Sesuai dengan masalah yang diangkat, variable yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi
variable brand loyalty produk yang diteliti (Blackberry dan Samsung Android) adalah sebagai berikut :
a. Variabel Tingkatan Brand loyalty
1) Switcher
Pelanggan yang berada pada tingkat ini mempunyai ciri membeli suatu produk karena
harganya murah, sehingga dapat dikatakan pembeli yang tidak loyal. Variable ini dihitung
berdasarkan jawaban “sering” dan “selalu”.
2) Habitual Buyer
Pelanggan yang berada pada tingkat ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas
dengan merek produk yang dikonsumsi atau setidaknya mereka tidak mengalami
ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Penelitian ini dilakukan
berdasarkan kebiasaan. Variabel ini dihitung berdasarkan jawaban “setuju” dan “sangat
setuju”.
3) Satisfied Buyer
Pembeli dalam tingkat ini masuk dalam kategori puas bila mereka mengkonsumsi merek
tersebut, meskipun demikian mereka bisa memindahkan pembeliannya ke merek lain dengan
menanggung switching cost (biaya peralihan) yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko
kinerja yang melekat dengan tindakan mereka beralih merek. Variable ini dihitung
berdasarkan jawaban “setuju” dan “sangat setuju”.
4) Liking The Brand
Pembeli pada tingkat ini merupakan pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek
tersebut. Variable ini dihitung berdasarkan jawaban “setuju’ dan “sangat setuju”.
5) Commited Buyer
Pembeli ini merupakan tingkatan teratas dalam mempunyai suatu kebanggan menjadi
pengguna suatu merek. Pada tingkat ini, salah satu aktivitasnya ditunjukkan dengan tindakan
mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain,. Variabel ini dihitung berdasarkan
Penguatan Komunitas Lokal Menghadapi Era Global ____________________________________________Strengthening Local Communities Facing the Global Era
P r o c e e d i n g I C S G P S C I 395
jawaban “setuju” dan “sangat setuju”.
b. Variabel Brand Loyalty konsumen merupakan suatu ukuran keterkaitan konsumen pada sebuah
merek (kesetiaanterhadap merek).
Metode Analisis
Menghitung Rata-Rata dan Standard Deviasi
Untuk mengetahui ukuran pemusatan dan ukuran keragaman tanggapan responden
(Durianto, dkk, 2004).
Brand Switching Patern Matrix
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya perpindahan merek.
Pro T = - 1
1Ln
Atx
ALxx 100 % x t
Keterangan :
Pro T = Kemungkinan tingkat perpindahan merek
ALx = Konsumen yang tetap setia terhadap merek X,
Atx = Total konsumen yang diteliti dari merek X, dan
T = Banyak penelitian
Semakin besar nilai Pro T yang diperoleh, diperkirakan tingkat loyalitasnya pelanggan semakin
mengecil.
Piramida Brand Loyalty
Untuk mengetahui tingkatan-tingkatan konsumen penggunaan produk (Blackberry dan Samsung
Android). Piramida brand loyalty dapat digunakan sebagai berikut :
a. Piramida brand loyalty pertama menggunakan keadaan dimana suatu produk belum mempunyai
brand equity yang kuat, dilihat dari jumlahswitcher yang
mempunyai porsi terbesar.
b. Piramida yang berikut ini menggambarkan merk yang telah mempunyai brand
Equityyang kuat, sehingga mempunyai bentuk segitiga terbalik, yaitu semakin keatas semakin
melebar sehingga diperoleh jumlah commited buyer yang lebih besar dari pada switcher
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Mengisi Pulsa
Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat maka responden yang mengisi pulsa sebanyak satu
kali dalam 1 periode sebesar 40 % atau 20 responden. Untuk responden yang mengisi pulsa lebih dari
satu kali dalam satu periode adalah sebesar 24 % atau sebanyak 12 responden. Untuk responden yang
tidak pernah mengisi pulsa dalam hal ini adalah responden yang tidak menggunakan blackberry untuk
paket data sebesar 36 % atau sebanyak 18 orang.
Penguatan Komunitas Lokal Menghadapi Era Global ____________________________________________Strengthening Local Communities Facing the Global Era
P r o c e e d i n g I C S G P S C I 396
Berdasarkan hasil perhitungan dari survey kepada responden yang mengisi pulsa sebanyak satu
kali dalam 1 periode adalah sebesar 62 % atau sebanyak 31 responden. Untuk responden yang mengisi
pulsa lebih dari satu kali dalam satu periode adalah sebesar 38 % atau sebanyak 19 responden.
Responden Samsung Android dalam penelitian ini tidak ada yang tidak pernah mengisi pulsa dalam
satu periode dalam arti semua responden pernah mengisi pulsa dalam satu periode.
Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Memilih Serta Alasan Berpindah Merek Handphone
Blackberry Dan Samsung Android
Berdasarkan hasil perhitungan statistik dapat dilihat bahwa alasan utama responden memilih
handphone Blackberry adalah harga murah sebesar 46 % atau 23 responden, tarif murah sebesar 26 %
atau sebanyak 13 responden, mengikuti trend 2 % atau 1 responden, layanan/fitur sebesar 10 % atau
10 responden, dan yang memilih karena mudah pengaplikasiannya adalah sebesar 6 % atau 3
responden. Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat bahwa alasan utama responden memilih
Samsung Android adalah harga murah sebesar 24 % atau 12 responden, tarif murah sebesar 24 % atau
12 responden, megikuti trend sebesar 6 % atau 3 responden, layanan/fitur sebanyak 46 % atau 23
responden, dan tidak ada yang memilih karena mudah pengaplikasiannya. Selain alasan di atas
ternyata ada 34 % atau sebanyak 17 responden yang mempunyai motif lain dalam memilih
handphone blackberry diantaranya adalah : model yang elegan (3 responden), keypad yang
mempermudah untuk mengetik (2 responden), handphone yang berbeda pertama kali muncul (2
responden), handphone yang bentuknya unik (1 responden), sama dengan pacar (2 responden), via
bbm dan chating lainnya murah jika sama-sama menggunakan blackberry (2 responden), emotion-
emotion lucu atau autoteks yang ada pada bbm (1 responden), dan tidak disebutkan (4 responden).
Sedangkan untuk responden Samsung Android hanya ada 7 orang atau sebesar 14 % yang mempunyai
motif lain dalam memilih handphone tersebut. Motif itu diantaranya handphone dengan beragam
aplikasi (1 responden), kemampuan akses data /browsing lebih cepat dari handphone lainnya (1
responden), sama dengan pacar atau keluarga (3 responden), dan untuk keperluan pribadi sebanyak
(2 responden).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 responden Blackberry, alasan mereka berpindah
merek sebagian besar adalah karena harga murah (44 %), kedua tarif murah (28 %), ketiga mengikuti
trend (12 %), keempat layanan/fitur (8 %), dan mudah pengaplikasiannya (8 %). Hasil penelitian
menunjukkan alasan responden handphone Samsung Android berpindah merek sebagian besar adalah
karena harga murah (40 %), tarif murah (20 %), mengikuti trend (20 %), layanan/fitur (20 %), dan
mudah pengaplikasiannya (0 %).
Analisis Data
Rentang Skala
Pada bagian ini akan dijelaskan hasil analisis masing-masing tingkatan brand loyalty (loyalitas
merek) dari handphone Blackberry dan Samsung Android. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rentang skala adalah 0,8.
Analisis Brand Loyalty
Berikut ini akandianalisis kondisi brand loyalty dari handphone Blackberry dan Samsung Android.
Hasil dari perhitungan terhadap semua tingkatan brand loyalty dirangkum dalam satu kesatuan
berbentuk piramida brand loyalty dan kemudian dikuatkan dengan analisis brand switching matrix
Penguatan Komunitas Lokal Menghadapi Era Global ____________________________________________Strengthening Local Communities Facing the Global Era
P r o c e e d i n g I C S G P S C I 397
atau matrik perpindahan merek akan dihitung kemungkinan perpindahan merek dari satu merek ke
merek yang lain atau Pro T (possibility rate of transition). Berikut ini adalah brand loyalty.
Analisis Switcher (pembeli yang suka berpindah merek)
Switcher adalah responden yang menjawab “sangat sering” dan “sangat sering sekali”.
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui nilai rata-rata sebesar 2,647 sehingga masuk dalam kategori
cukup yang megindikasikan responden handphone Blackberry memiliki kecenderungan cukup besar
untuk berpindah ke merek lain. Dalam hal ini ada 32 % responden yang termasuk dalam kategori
switcher kemungkinan terjadinya penyimpangan sebesar 0,837 yang artinya akan mencapai batas atas
3,484 yang berarti bahwa perilaku responden handphone Blackberry maksimal akan cenderung sangat
sering berpindah merek, sedangkan batas bawah 1,81 yang artinya perilaku responden handphone
Blackberry minimal akan cenderung tidak sering berpindah merek. Dari ulasan diatas dapat diperoleh
informasi bahwa responden Blackberry berada dalam rentang mulai dari kategori tidak sering
berpindah merek sampai dengan sangat sering berpindah merek. Dan ini menunjukkan bahwa
responden handphone Blackberry memiliki kecenderungan switcher yang cukup besar.
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui nilai rata-rata sebesar 2,167 sehinga masuk dalam
kategori jelek, yang mengindikasikan responden handphone Samsung Android memiliki
kecenderungan sedikit untuk berpindah ke merek lain. Dalam hal ini ada 8 % responden yang
termasuk dalam kategori switcher kemungkinan terjadinya penyimpangan sebesar 0,663 yang artinya
akan mencapai batas atas 2,8 yang berarti bahwa perilaku responden handphone Samsung Android
maksimal akan cenderung sangat sering berpidah merek, sedangkan batas bawah 1,504 yang artinya
perilaku responden handphone Samsung Android minimal akan cederung tidak sering berpindah
merek. Dari ulasan diatas dapat diperoleh informasi bahwa responden handphone Samsung Android
berada dalam rentang mulai dari kategori tidak sering berpindah merek sampai dengan sangat sering
berpindah merek. Dan ini menunjukkan bahwa responden handphone Samsung Android memiliki
kecenderungan switcher yang kecil.
Analisis Habitual Buyer
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka dapat diketahui nilai rata-rata sebesar
2,375 sehingga masuk dalam kategori jelek, yang mengindikasikan responden handphone Blackberry
merasa tidak seutju bahwa keputusan pembelian handphone tersebut karena kebiasaan. Dalam hal ini
ada 10 % responden yag termasuk dalam kategori habitual buyer kemungkinan tejadinya penyimpanga
sebesar 0,493 yang artinya akan mencapai batas atas 2,868 yang berarti bahwa perilaku responden
handphone Blaackberry maksimal akan cenderung membeli karena kebiasaan, sedangkan batas bawah
1,882 yang artinya perilaku responden handphone Blackberry minimal akan cenderung tidak membeli
karena kebiasaan. Dari ulasan diatas dapat diperoleh informasi bahwa responden handphone
Blackberry berada dalam rentang mulai dari kategori tidak setuju sampai dengan sangat setuju. Dan ini
menunjukkan bahwa responden handphone Backberry memiliki kecenderungan habitual buyer yang
kecil. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahui nilai rata-rata sebesar 2,296
sehingga masuk dalam kategori jelek, yang mengindikasikan responden handphone Samsung Android
merasa tidak setuju bahwa keputusan pembelian handphone tersebut karena kebiasaan. Dalam hal ini
ada 12 % responden yang termasuk dalam kategori habitual buyer kemungkinan terjadinya
penyimpangan sebesar 0,534 yang artinya akan mencapai batas atas 2,83 yang berarti bahwa perilaku
responden handphone Samsung Android maksimal akan cenderung membeli karena kebiasaan,
sedangkan batas bawah 1,762 yang artinya perilaku responden handphone Samsung Android minimal
Penguatan Komunitas Lokal Menghadapi Era Global ____________________________________________Strengthening Local Communities Facing the Global Era
P r o c e e d i n g I C S G P S C I 398
akan cenderung tidak membeli karena kebiasaan. Dari ulasan diatas dapat diperoleh informasi bahaa
responden handphone Samsung Android berada dalam rentang mulai dari kategori tidak setuju sampai
dengan sangat setuju. Dan ini meunjukkan bahwa responden handphone Samsung Android memiliki
kecenderungan habitual buyer yang kecil.
Analisis Satisfied Buyer
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui nilai rata-rata sebesar 3,514 sehingga masuk dalam
kategori baik, yang mengindikasikan responden handphone Blackberry merasa puas dengan merek
tersebut. Dalam hal ini ada 74 % responden yang termasuk dalam kategori satisfied buyer
kemungkinan terjadinya penyimpangan sebesar 0,485 yang artinya akan mencapai batas atas 3,999
yang berarti bahwa perilaku responden handphone Blackberry maksimal akan cenderung puas untuk
membeli produk tersebut, sedangkan batas bawah 3,029 yang artinya perilaku responden handphone
Blackberry minimal akan cenderung tidak puas untuk membeli produk tersebut. Dari ulasan diatas
dapat diperoleh informasi bahwa responden handphone Blackberry berada dalam rentang mulai dari
kategori ragu-ragu sampai dengan setuju. Dan ini menunjukkan bahwa responden handphone
Blackberry memiliki kecenderungan satisfied buyer yang cukup besar. Berdasarkan perhitungan
yang telah dilakukan maka dapat diketahui nilai rata-rata sebesar 3,648 sehingga masuk dalam
kategori baik, yang mengindikasikan responden handphone Samsung Android merasa puas dengan
merek tersebut. Dalam hal ini ada 78 % responden yang termasuk dalam kategori satisfied buyer
kemungkinan terjadinya penyimpangan sebesar 0,451 yang artinya akan mencapai batas atas 4,099
yang berarti bahwa perilaku responden handphone Samsung Android maksimal akan cenderung puas
untuk membeli produk tersebut sedangkan batas bawah 3,197 yang artinya perilaku responden
handphone Samsung Android minimal akan cenderung tidak puas untuk membeli produk tersebut.
Dari ulasan diatas dapat diperoleh inforrmasi bahwa responden handphone Samsung Android berada
dalam rentang mulai dari kategori ragu-ragu sampai dengan setuju dan ini menunjukkan bahwa
responden handphone Samsung Android memiliki kecenderungan satisfied buyer yang cukup besar.
Analisis Liking of the Brand
Perhitungan liking of the brand ini adalah jika responden menjawab “setuju” dan “sangat
setuju”. Dari hasil perhitungan dapat diketahui nilai rata-rata sebesar 3,368 sehingga masuk dalam
kategori baik, yang mengindikasikan responden handphone Blackberry meyukai merek tersebut.
Dalam hal ini ada 62 % responden yang termasuk dalam kategori liking of the brand kemungkinan
terjadinya penyimpangan sebesar 0,541 yang artinya akan mencapai batas atas 3,909 yang berarti
bahwa perilaku responden handphone Blackberry maksimal akan cenderung menyukai merek dalam
membeli produk tersebut, sedangkan batas bawah 2,827 yang artinya perilaku responden handphone
Blackberry minimal akan cenderung tidak menyukai merek dalam membeli produk tersebut. Dari
ulasan diatas dapat diperoleh informasi bahwa responden handphone Blackberry berada dalam
rentang mulai dari kategori jelek sampai dengan cukup. Dan ini menunjukkan bahwa responden
handphone Blackberry memiliki kecenderungan liking of the brand yang cukup besar.
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui nilai rata-rata sebesar 3,729 sehingga masuk dalam
kategori baik yang mengindikasikan responden handphone Samsung Android meyukai merek tersebut.
Dalam hal ini ada 80 % responden yang termasuk dalam kategori liking of the brand kemungkinan
terjadinya penyimpangan sebesar 0,408 yang artinya akan mencapai batas atas 4,137 yang berarti
bahwa perilaku responden handphone Samsung Android maksimal akan cenderung menyukai merek
dalam membeli produk tersebut, sedangkan batas bawah 3,321 yang artinya perilaku responden
Penguatan Komunitas Lokal Menghadapi Era Global ____________________________________________Strengthening Local Communities Facing the Global Era
P r o c e e d i n g I C S G P S C I 399
handphone Samsung Android minimal akan cenderung tidak menyukai merek dalam membeli produk
terebut. Dari ulasan diatas dapat diperoleh informasi bahwa responden handphone Samsung Android
berada dalam rentang mulai dari kategori cukup sampai baik. Dan ini menunjukkan bahwa handphone
Samsung Android memiliki kecenderungan liking of the brand yang besar.
Analisis Committed Buyer
Yang tergolong commited buyer adalah responden yang menjawab “setuju” dan “sangat
setuju”. Dari hasil perhitungan dapat diketahui nilai rata-rata sebesar 3,227 sehingga masuk dalam
kategori baik yang mengindikasikan responden handphone Blackberry memiliki komitmen dalam
membeli produk tersebut. Dalam hal ini ada 52 % responden yang termasuk dalam kategori
committed buyer kemungkinan terjadinya penyimpangan sebesar 0,713 yang artinya akan mencapai
batas atas 3,94 yang berarti bahwa perilaku responden handphone Blackberry maksimal akan
cenderung memiliki komitmen dalam membeli produk tersebut, sedangkan batas bawah 2,514 yang
artinya perilaku responden handphone Blackberry minimal akan cenderung tidak memiliki komitmen
dalam membeli produk tersebut. Dari ulasan diatas dapat diperoleh informasi bahwa
handphone Blackberry berada dalam rentang mulai dari kategori cukup sampai baik. Dan ini
menunjukkan bahwa responden handphone Blackberry memliki kecenderungan committed buyer
yang cukup besar.
Bedasarkan perhitungan dengan analisis statistic dapat diketahui nilai rata-rata sebesar 3,435
sehingga masuk dalam kategori baik, yang megindikasikan responden handphone Samsung Android
memiliki komitmen dalam membeli produk tesebut. Dalam hal ini ada 62 % responden yang termasuk
dalam kategori committed buyer kemungkinan terjadinya penyimpangan sebesar 0,569 yang artinya
akan mencapai batas atas 4,004 yang berarti bahwa perilaku responden handphone Samsung Android
maksimal akan cenderung memiliki komitmen dalam membeli produk tersebut, sedangkan batas
bawah 2,866 yang artinya perilaku responden handphone Samsung Android minimal akan cenderung
tidak memiliki komitmen dalam membeli produk tersebut. Dari ulasan diatas diperoleh informasi
bahwa responden handphone Samsung Android berada dalam rentang mulai dari kategori cukup
sampai baik. Dan ini menunjukkan bahwa responden handphone Samsung Android memiliki
kecenderungan committed buyer yang cukup besar.
Brand Switching Pattern Matrix
Informasi yang telah diperoleh dapat dikuatkan oleh hasil analisis brand switching pattern
matrix atau matrik perpindahan merek yang didapat dari tabulasi kuesioner. Berdasarkan
perhitungan yang diperoleh dari 50 responden handphone Blackberry, didapatkan 25 orang akan
tetap memakai handphone tersebut, 5 orang akan berpindah ke handphone Samsung Android, dan
20 orang yang akan berpindah ke handphone lain, seperti Oppo atau handphone-handphone produk
cina cross dan mito. Dari hasil kuesioner dapat dikethui beberapa alasan mereka berpindah merek
adalah, banyaknya handphone-handphone baru yang bermunculan yang meyamai aplikasi blackberry,
browsing internet lambat, dan ada juga yang berpindah ke handphone lain karena harganya lebih
murah. Untuk responden handphone Samsung Android didapatkan 40 dari 50 responden yang akan
tetap memaai handphone tesebut. Alasan mereka adalah karena handphone Samsung Android dapat
memuaskan kebutuhan mereka, browsing data yang cepat dan aplikasi yang memadai, dan ada juga
yang bepindah merek karena memang untuk kebutuhan pribadi. Berdasarkan perhitungan
dapat juga dilihat bahwa tingkat kemungkinan perpindahan merek pada handphone Blackberry lebih
besar yaitu 6,931 % dari pada Samsung Android yang mempunyai kemungkian perpindan merek
Penguatan Komunitas Lokal Menghadapi Era Global ____________________________________________Strengthening Local Communities Facing the Global Era
P r o c e e d i n g I C S G P S C I 400
22,31 %. Dilihat dari presentase yang tidak loyal dan attrition rate juga menghasilkan kesimpulan
yang sama dengan urutan yang sama. Alasan yang menyebabkan responden berpindah merek adalah
seperti dapat dilihat pada gambar 4.6 sebelumya bahwa alasan responden berpindah merek
handphone antara lain karena harga murah (44 %), kedua tarif murah (28 %), ketiga mengikuti trend
(12 %), keempat layanan/fitur (8 %), dan mudah pengaplikasiannya (8 %).
Piramida Brand Loyalty
Setelah semua elemen dari brand loyalty dihitung maka dapat dirangkum dalam satu kesatuan
berbentuk piramida brand loyalty. Bentuk piramida yang terbentuk cenderung ideal yaitu segitiga
terbalik, sedangkan bentuk piramida yang normal perlu diwaspadai oleh pihak manajemen produk
yang bersangkutan. Selanjutnya untuk menganalisis bentuk piramida dari masing-masing merek yang
diteliti maka berikut ini adalah bentuk piramida brand loyalty dari handphone Blackberry dan Samsung
Android. Berdasarkan perhitungan terlihat bahwa brand loyalty merek handphone Blackberry sudah
cukup baik karena piramidanya berbentuk segitiga terbalik, maksudnya semakin ke atas semakin
melebar. Namun sayangnya pada tingkat liking of the brand (62 %) dan committed buyer (52 %)
jumlahnya sedikit berkurang dibandingkan dengan satisfied buyer (74 %). Hal ini merupakan suatu
masalah yang harus dipecahkan oleh pihak manajemen Blackberry sebagai produsen.
Berdasarkan perhitungan statistik bisa dilihat bahwa piramida brand loyalty Samsung Android
sudah cukup baik. Namun seperti halnya pada handphone Blackberry, tingkat committed buyer (62 %)
megalami penurunan. Sedangkan pada tingkat liking of the brand (80 %), satisfied buyer (78 %),
habitual buyer (12 %), dan switcher (8 %) sudah membentuk piramida yang melebar ke atas. Perlu
adanya pemecahan pada tingkat committed buyer agar dapat ditingkatkan.
Pembahasan
Pembahasan Tingkat Brand Loyalty Handphone Blackberry dan Samsung Android
Dari hasil kuesioner yang disebarkan diperoleh data bahwa responden handphoneBlackberry
mempunyai konsumen pada tingkat commited buyer sebesar 52 %, sedangkan pada handphone
samsung androidmempunyai konsumenpada tingkat commited buyer sebesar 62 %. Ini menunjukkan
perbedaan antara kedua handphone tersebut pada tingkat commited buyeryang lebih tinggi pada
handphone samsung android. Sehingga samsung android hampir membentuk piramida terbalik,
sedangkan blackberry hampir membenuk piramida secara sempurna.
Switching cost itu bukan hanya harga handphone yang murah, tetapi harga paket data dan
fiturnya yang berpengaruh cukup besar. Konsumen berpendapat bahwa menggunakan paket data
selama satu periode dengan harga yang terjangkau jika dibandingkan dengan setiap hari kita harus
pergi ke internet, sehingga mereka tertarik untuk membeli handphone tersebut. Hal ini dikuatkan oleh
hasil perhitungan frekuensi responden mengisi pulsa dalam satu periode yaitu sebesar 36 % atau 18
orang yang jumlahnya hampir sama dengan jumlah switcher, dimana handphone yang pulsanya tidak
digunakan untuk paket data hanya bisa digunakan untuk sms dan telefon saja seperti halnya
handphone-handphone lain.
Pada tingkat habitual buyer, ternyata banyak responden handphone Blackberry yang tidak
setuju bahwa alasan mereka membeli handphone tersebut hanya karena kebiasaan. Hal ini bisa dilihat
dari nilainya, yaitu 10 % atau 5 dari 50 responden. Smartphone merupakan suatu produk yang
berkembang dengan cepat, sehingga konsumen akan lebih cermat dan teliti dalam
mempertimbangkannya sebelum melakukan pembelian ulang.
Penguatan Komunitas Lokal Menghadapi Era Global ____________________________________________Strengthening Local Communities Facing the Global Era
P r o c e e d i n g I C S G P S C I 401
Untuk tingkat satisfied buyer, responden handphone Blackberry yang berada pada tingkat ini
adalah sebesar 74 % atau 37 responden. Responden memang merasa puas dengan merek handphone
ini, selain itu mereka sudah mendapatkannya. Namun banyak responden yang masih merasa ragu
bahwa merek tersebut benar-benar telah sesuai dengan kebutuhan mereka, karena dengan semakin
berkembangnya teknologi komunikasi, maka kebutuhan mereka akan terus bertambah.
Pada tingkat liking of the brand, responden handphone Blackberry mempunyai nilai sebesar 62
% atau 31 responden. Nilai ini cukup baik karena berarti banyak yang menyukai merek ini. Konsumen
yang menyukai merek biasanya akan berusaha untuk selalu melakukan pembelian kembali karena
mereka telah mempunyai pengalaman yang baik dengan merek tersebut.
Pada tingkat committed buyer, yaitu responden yang benar-benar mempunyai komitmen
terhadap handphone Blackberry adalah sebesar 52 % atau 26 dari 50 responden, nilai ini semakin
menurun dari tingkat sebelumnya, dimana akan menjadi suatu masalah bagi perusahaan yang harus
segera dicari solusinya.
Untuk menjawab mengapa pada angka satisfied buyer dan liking of the brand nilainya menjadi
lebih besar dibanding dengan nilai committed buyer. Hal ini terjadi karena satisfaction is not enough,
artinya jika konsumen puas, tidak berarti dia loyal. Ketika konsumen masih melihat produk atau merek
lain untuk switching (walaupun dia masih memakai atau belum beralih produk), kosumen jenis ini bisa
dibilang tidak loyal. Pada handphone Blackberry ini bisa dilihat dari hasil kuesioner yang hampir 74 %
menjawab bahwa mereka membeli handphone tersebut bukan karena kebiasaan, namun mereka
masih melihat produk lain ketika membeli atau mengisi pulsa. Mereka juga terus mencari informasi
tentang produk lain sehingga mereka bisa memilih yang terbaik.
Pada konsumen handphone Samsung Android mempunyai konsumen paling banyak pada
tingkat liking of the brand yaitu sebesar 80 %, banyak konsumen yang menyukai handphone ini karena
rata-rata mereka mempunyai pengalaman yang baik tentang handphone ini. Hal ini dinilai sangat baik
karena berarti banyak yang menyukai handphone tersebut, sedangkan pada tingkat satisfied buyer (78
%) atau 39 dari 50 responden. Responden yang puas rata-rata dikarenakan kemudahan mereka dalam
memperoleh handphone tersebut dan beberapa keuntungan lain yang ditawarkan pada handphone
ini.
Pada tingkat committed buyer (62 %) yang meskipun ada dibawah liking of the brand, yaitu 80
%, nilainya juga cukup baik yaitu diatas 50 % jauh dari nilai switcher yang cuma 8 %. Pada tingkat ini
masih ada 18 % responden yang masih ragu-ragu apakah mereka benar-benar bangga karena telah
menggunakan handphone tersebut. Hal ini juga perlu mendapatkan perhatian yang cukup besar dari
perusahan smartphone agar konsumen merasa tidak ragu dan bangga meggunakan handphone
Samsung Android.
Pada tingkat habitual buyer, yaitu 12 % atau 6 responden jumlahnya dinilai masih kurang karena
konsumen masih akan tetap mencari informasi tentang kartu lain dan dapat mempertimbangkannya.
Namun jika dibandingkan dengan jumlah switcher nilainya masih lebih baik. Untuk tingkat habitual
buyer, satisfied buyer, liking of the brand, dan committed buyer perlu kiranya untuk dapat ditingkatkan
sehingga piramida brand loyaltyhandphone Samsung Android dapat terbentuk secara sempurna
dimana semakin ke atas semakin melebar seperti piramida terbalik.
Penguatan Komunitas Lokal Menghadapi Era Global ____________________________________________Strengthening Local Communities Facing the Global Era
P r o c e e d i n g I C S G P S C I 402
Pembahasan Kemungkinan Terjadinya Perpindahan Merek Pada Handphone Blackberry dan Samsung
Android
Handphone Blackberry kemungkinan perpindahan merek cukup tinggi, yaitu 69,31 % yang
beraarti dimasa yang akan datang banyak konsumen handphone ini yang akan berpindah merek.
Perpindahan ini disebabkan beberapa faktor yaitu karena harga murah (44 %), kedua tarif murah (28
%), ketiga mengikuti trend (12 %), keempat layanan/fitur (8 %), dan mudah pengaplikasiannya (8 %).
Untuk konsumen handphone Samsung Android nilai Pro T yang dimiliki adalah sebesar 22,31 %.
Hal ini menunjukkan bahwa handphone Samsung Android mempunyai harapan untuk mempunyai
konsumen yang loyal dibuktikan dengan kecilnya nilai Pro T, yaitu 22,31%. Namun tetap harus
diwaspadai agar nilai Pro T tersebut bisa di turunkan ketingkat yang paling rendah.
Hasil ini didukung pula bahwa 0 % atau dari 50 rsponden tidak ada yang tidak pernah mengisi
pulsa, yang beratri bahwa banyak responden handphone ini yang loyal. Namun angka Pro T tersebut
masih harus ditekan lagi hingga mencapai nilai terkecil dimana berarti pula bahwa akan ada kenaikan
jumlah committed buyer.
Pembahasan Tentang Gambaran Piramida Brand Loyalty Handphone Blackberry dan Samsung Android
Bentuk tingkatan brand loyalty untuk handphone Blackberry adalah hampir berbentuk
piramida, yaitu semakin keatas semakin mengecil, akan tetapi nilai habitual buyer masih lebih kecil
daripada switcher sehingga tidak dapat disebut membentuk piramida secara sempurna.
Unttuk handphone Samsung Android, tingkatan brand loyaltynya adalah hampir membentuk
piramida terbalik, yaitu semakin keatas semakin melebar, akan tetapi nilai commited buyer ternyata
lebih kecil daripada tingkatan-tingkatan sebelumnya sehingga belum dapat disebut membentuk
piramida terbalik secara sempurna.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut:
a. Handphone Blackberry mempunyai tingkatan brand loyalty yaitu switcher sebesar 32 % atau
sebanyak 16 orang dari 50 rsponden, habitual buyer sebesar 10 % atau 5 orang dari 50 responden,
satisfied buyer 74 % atau 37 orang, liking of the brand 62 % atau 31 orang, dan committed buyer
sebesar 52 % atau 26 orang. Ketidak seimbangan jumlah habitual buyer yang ada di bawah
switcher, liking of the brand dan committed buyer yang semakin menurun merupakan masalah
yang perlu dipecahkan oleh pihak produsen dalam hal ini Blackberry agar nilai tersebut diatas
mempunyai porsi sempurna membentuk piramida terbalik. Sedangkan untuk handphone Samsung
Android tingkatan brand loyalty yaitu switcher sebesar 8 % atau sebanyak 4 orang dari 50
responden, habitual buyer sebesar 12 % atau 6 orang dari 50 responden, satisfied buyer 78 % atau
39 orang, liking of the brand 80 % atau 40 orang, dan committed buyer sebesar 62 % atau 31
orang.
b. Kemungkinan terjadinya perpindahan merek pada handphone Blackberry cukup besar dilihat dari
nilai Pro T yaitu sebesar 69,31 %, dan untuk handphone Samsung Android, kemungkinan terjadinya
perpindahan merek adalah sebesar 23.31 %.
Penguatan Komunitas Lokal Menghadapi Era Global ____________________________________________Strengthening Local Communities Facing the Global Era
P r o c e e d i n g I C S G P S C I 403
c. Tingkatan-tingkatan brand loyalty pada handphone Blackberry hampir membentuk piramida
secara sempurna, sedangkan pada handphone Samsung Android hampir membentuk piramida
terbalik.
Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian mengenai analisis loyalitas merek pada
handphone Blackberry dan Samsung Android ini adalah:
a. Memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan kepuasan pelanggan dengan cara
meningkatkan nilai produk dan menghadirkan pengalaman konsumsi yang mengesankan. Intinya
merupakan akumulasi pengalaman pelanggan ketika berhubungan dengan channel penjualan,
mengkonsumsi produk, serta pelayanan staf perusahaan.
b. Untuk mempertahankan (retention) konsumen/pelanggan agar tetap loyal bisa dilakukan dengan
banyak cara, misalnya dengan customer bonding (mengikat konsumen), yaitu melalui financial
bonding (mengikat konsumen/pelanggan dengan memberikan program yang lebih ke arah
keuangan, seperti tarif bonus paket data, layanan dan fitur terbaru, promo atau undian berhadiah)
atau bisa juga dengan emotional bonding (menciptakan program yang menyentuh sisi emosional
pelanggan dengan membuat club marketing program atau frequency marketing program, seperti
memberi poin untuk berlangganan paket data, setiap pembelian pulsa untuk berlangganan paket
data nantinya akan ditukar dengan hadiah.
c. Memberi imbalan atas loyalitas pelanggan yang dalam hal ini perusahan dapat memberikan
imbalan berupa hadiah atau reward lainnya.
d. Memberikan pelayanan yang ekstra kepada pelanggan.
e. Menjaga stabilitas harga pada tingkat pegecer atau counter-counter agar harga produk tidak
jatuh/turun yang akan dapat merugikan pihak perusahaan.
f. Bagi peneiliti dimasa yang akan datang hendaknya menambah jumlah responden untuk masing-
masing kriteria konsumen pada brand loyalty agar didapat hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David, 1991. Managing Brand Equity Service. New York: Maxwell, Macmillan. Canada inc.
Cellular Show, Artikel Internet www.pikiranrakyat.com Tanggal akses September 2013.
Dajan, Anto, 1992. Pengantar Metode Statistik Jilid1. Jakarta : LP3ES
Durianto, Darmadi, Sugiarto dan T. Sitinjak, 2004. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas Merek.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Engel, James, dkk. 1994. Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara.
Fenomena Penggunaan Handphone, Atikel Internet www.detiknet.com. Taggal akses September 2013.
Hasan, M Ikbal, 1999. Pokok-Pokok Materi Statistik, Jakarta : Bumi Aksara.
Info Produk smartphone. www.smartphone.co.id. Tanggal akses September 2013.
Ivvany, Nessia, 2004. Analisis Elemen-Elemen Ekuitas Merek (Brand Equity) pada produk deterjen bubuk Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Kotler, Philip, 2001. Marketing Management. New Jersey : Prentice Hall International Inc.
Penguatan Komunitas Lokal Menghadapi Era Global ____________________________________________Strengthening Local Communities Facing the Global Era
P r o c e e d i n g I C S G P S C I 404
Lawfer, R Manzie, 2004. Why Customer Come Back, New Jersey: Caarer Press.
Lincoln, A dan Soeratno. 1993. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi Dan Bisnis.Yogyakarta: BPFE.
Rangkuty, Freddy, 2002. The Power of Brand: Tekhnik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek Plus Analisis Kasus Dengan SPSS. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Reicheld, F Frederick, 2000. Harvard Business Review. Harvard Business: School Press.
Rosana, Silvani, 2002. Analisis Loyalitas Merek (Brand Loyalty) pada Produk Pasta Gigi di Kalangan Mahasiswa Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Jember.
Santoso, Singgih, 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik.Jakarta: PT. Elektro Media Komputindo.
Singarimbun, Masri, dan Sofyan Effendi. 1995. Metodologi Penelitian Survey.Jakarta: LP3ES.
Soeratno, dan Lincolin Arsyad, 1995. Metodologi Penelitian: Untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogykarta: UPPAMPYKPN.
Sudarmadi, 2007. Membangun Loyalitas Pelanggan. Artikel Internet: www.swa.co.id. Tanggal akses September 2013.
Swasta, Basu, dan Sukotjo W Ibnu, 1998. Pengantar Bisnis Modern. Libeti.
Tjiptono, Fandi, 1997. Prinsip-prinsip Total Quality Service. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Telekomunikasi Indonesia, Artikel Internet www.studiohp.com. Tanggal akses September 2013.
Umar, Husein, 2001. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.