Upload
lybao
View
232
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS DENSITAS ENERGI KONSUMSI DAN
STATUS GIZI SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP DAYA INGAT SESAAT
PAMILA ADHI ANNISA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Densitas
Energi Konsumsi dan Status Gizi serta Pengaruhnya terhadap Daya Ingat Sesaat
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Pamila Adhi Annisa
NIM I14100064
ABSTRAK
PAMILA ADHI ANNISA. Analisis Densitas Energi Konsumsi dan Status Gizi
serta Pengaruhnya terhadap Daya Ingat Sesaat. Dibimbing oleh IKEU TANZIHA
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara densitas
energi, status gizi dan pengaruhnya terhadap daya ingat sesaat siswa sekolah dasar
di Bogor. Desain penelitian ini adalah studi cross sectional dengan purpossive
sampling 111 siswa sekolah dasar di Bogor. Uang saku, pendidikan dan
penghasilan orang tua, pengetahuan gizi, konsumsi makanan, aktivitas fisik dan
daya ingat sesaat dianalisis dengan uji chi square dan regresi logistik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh mengkonsumsi makanan
dengan nilai densitas energi yang tinggi dengan rata-rata nilai densitas energi
makanan contoh adalah 2,13 kkal/g untuk perempuan dan 1,98 kkal/g untuk laki-
laki. Uang saku dan pendidikan ibu merupakan variabel yang berhubungan
dengan densitas energi konsumsi. Sebagian besar status gizi contoh normal tetapi
27 persen contoh mengalami kegemukan. Pengetahuan gizi dan kebiasaan sarapan
merupakan variabel yang memiliki hubungan dengan status gizi. Hanya
pengetahuan gizi dan status gizi yang berpengaruh terhadap daya ingat sesaat.
Kata kunci: Densitas energi konsumsi, status gizi, daya ingat sesaat,siswa
sekolah dasar
ABSTRACT
PAMILA ADHI ANNISA. The analysis of dietary energy density, nutritional
status and their influence towards short term memory. Supervised IKEU
TANZIHA.
The aim of this study was to analyze the correlation between dietary
energy density, nutritional status and influence towards Bogor elementary
students’s short term memory. Design of this study is cross sectional study with
purpossive sampling 111 elementary school students in Bogor. Children’s
allowance, parents educational background and income, nutritional knowledge,
food consumption, physical activity and short term memory were analyzed by chi
square and logistic regression. The results showed that most of student consumed
high energy density with average of dietary energy density was 2,13 kkal/g for
girls and 1,98 kkal/g for boys. Children’s allowance and mother’s educational
were variabels that had significant correlation with dietary energy density. Most
of them had normal nutritional status but 27% of them were overweight and obese.
Nutritional knowledge and breakfast habit were variabels that had significant
correlation with nutritional status. Only nutritional knowledge and nutritional
status that has significant influence towards their short term memory
Keywords: dietary energy density, nutritional status, short term memory,
elementary school student
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
ANALISIS DENSITAS ENERGI KONSUMSI DAN
STATUS GIZI SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP DAYA INGAT SESAAT
PAMILA ADHI ANNISA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Analisis Densitas Energi
Konsumsi dan Status Gizi serta Pengaruhnya terhadap Daya Ingat Sesaat dapat
diselesaikan. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. Dr. Ikeu Tanziha,M.S selaku pembimbing akademik dan skripsi yang telah
membimbing dan memberikan arahan dalam kegiatan akademik dan
penulisan skripsi ini.
2. Reisi Nurdiani,S.P, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak
membantu dan memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
3. Bakhrun (ayah), Eliza (ibu) dan RilaSakli Annisa (kakak), serta seluruh
keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya selama ini.
4. Kerabat dan orang terdekat (Valendra Granitha Shandika Puri dan
Rhadityo Bhaskoro Arbarim) yang telah banyak membantu dalam
pengolahan data dan yang selalu memberikan semangat, motivasi dan
selalu membantu dalam pembuatan makalah ilmiah ini.
5. Penghargaan penulis sampaikan kepada rekan-rekan Gizi Masyarakat 2010
(Ridhat, Wilda, Fara, Defika, Isna, Bibah, Oci, Mimi, Maryam, Kaka,
Raida, Nizaf, Emir, Ahmad Fauzi dan Ade cucu), teman teman enumerator
dan teman-teman satu perjuangan lainnya.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
memberikan bantuan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Pamila Adhi Annisa
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
KERANGKA PEMIKIRAN 2
METODE PENELITIAN 4
Desain , tempat dan waktu penelitian 4
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 4
Jenis dan cara pengumpulan data 4
Pengolahan dan Analisis Data 5
Definisi Operasional 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Gambaran Umum Sekolah 8
Konsumsi Pangan dan Tingkat Kecukupan Gizi 9
Densitas Energi Konsumsi 13
Status Gizi 18
Daya Ingat Sesaat 22
Faktor yang Berpengaruh terhadap Daya Ingat Sesaat 29
SIMPULAN DAN SARAN 30
Simpulan 30
Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 36
RIWAYAT HIDUP 48
DAFTAR TABEL
1 Variabel, data, jenis data, dan cara pengumpulan data 5
2 Pengkategorian variabel penelitian 6 3 Sebaran makanan yang sering dikonsumsi contoh 9 4 Sebaran contoh berdasarkan kategori kebiasaan sarapan 10
5 Rata rata nilai densitas energi makanan dan kontribusinya
terhadap densitas energi konsumsi 13
6 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan densitas energi konsumsi 14
7 Sebaran contoh berdasarkan kategori uang saku dan densitas energi
konsumsi 15
8 Sebaran contoh berdasarkan kategori karakteristik keluarga dan
densitas energi konsumsi 16
9 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi dan
densitas energi konsumsi 17
10 Sebaran contoh berdasarkan kategori aktivitas fisik
dan densitas energi konsumsi 18
11 Sebaran contoh berdasarkan kategori uang saku dan status gizi 19
12 Sebaran contoh berdasarkan kategori pendidikan orang tua
dan status gizi 19
13 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi dan status gizi 20
14 Sebaran contoh berdasarkan kategori aktivitas fisik dan status gizi 21
15 Sebaran contoh berdasarkan kategori densitas energi konsumsi
dan status gizi 21
16 sebaran contoh berdasarkan kategori kebiasaan sarapan dan status gizi 22
17 Statistik skor daya ingat sesaat contoh 23
18 Sebaran contoh berdasarkan kategori daya ingat sesaat 23
19 Sebaran contoh berdasarkan kategori uang saku dan daya ingat sesaat 24
20 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi dan daya ingat
sesaat 25
21 Sebaran contoh berdasarkan kategori aktivitas fisik dan daya ingat
sesaat 26
22 Sebaran contoh berdasarkan kategori densitas energi konsumsi
dan daya ingat sesaat 27
23 Sebaran contoh berdasarkan kategori status gizi dan daya ingat sesaat 27
24 Sebaran contoh berdasarkan kategori kebiasaan sarapan dan
daya ingat sesaat 28
25 Sebaran contoh berdasarkan kategori kebiasaan sarapan
dan pengambilan daya ingat sesaat 29
26 Hasil uji regresi logistik terhadap daya ingat sesaat 29
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir kerangka pemikiran 3 2 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi, protein,
lemak dan karbohidrat 11 3 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan Fe dan vitamin C 12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Pengisian kuesioner penelitian 36 2 Wawancara Contoh 36 3 Pengisian kuesioner daya ingat sesaat 36 4 Pengukuran BB menggunakan timbangan 36 5 Uji Statistik korelasi Chi square dengan densitas energi konsumsi 36 6 Uji Statistik korelasi Chi square dengan status gizi 36 7 Uji Statistik korelasi Chi square dengan daya ingat sesat 37 8 Test statistics pengambilan daya ingat sesaat 37 9 Uji regresi logistik 37
10 Kuesioner penelitian 38
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anak usia sekolah merupakan golongan usia yang membutuhan makanan
dengan jumlah dan kualitas lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Tingginya
asupan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan aktivitas fisik anak
sekolah. Selain itu juga untuk melindungi anak terhadap penyakit infeksi dan
menular (Harper, Brady & Judy 2009). Asupan zat gizi dari makanan yang
dikonsumsi selain harus makanan yang bergizi juga harus memenuhi syarat
beragam dan berimbang. Yang dimaksud dengan bergizi, beragam dan berimbang
(3B) adalah keanekaragaman bahan pangan baik sumber karbohidrat, protein
maupun vitamin dan mineral yang bila dikonsumsi dalam jumlah berimbang dapat
memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan. Terdapat tiga kata kunci dalam
pengertian 3B, yaitu keseimbangan antar asupan zat gizi dengan kebutuhan,
berimbangnya jumlah antar kelompok pangan dan berimbangnya jumlah antar
waktu (Kementan 2010).
Sedangkan permasalahan yang masih sering dijumpai di Indonesia adalah
masing seringnya konsumsi makanan yang tidak seimbang baik dari segi kuantitas
maupun kualitas. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 prevalensi penduduk usia
≥10 tahun mengkonsumsi makanan berisiko masih cukup tinggi yaitu makanan
dan minuman berpemanis (53,1%) dan makanan berlemak (40,7%). Berdasarkan
data di atas dapat dikatakan bahwa terdapat kecenderungan anak di Indonesia
masih sering mengkonsumsi makanan dengan nilai densitas energi tinggi.
Makanan dengan nilai densitas energi tinggi biasanya ciri cirinya merupakan
makanan sumber karbohidrat sederhana yang ditambahkan gula dan lemak
sehingga cenderung lezat , murah, dan banyak disukai.
WHO(2000) menyatakan terdapat hubungan antara konsumsi makanan
densitas energi tinggi dengan kejadian obesitas. Berdasarkan data Riskesdas tahun
2013 secara nasional di Indonesia prevalensi masalah kegemukan pada anak usia
5-12 tahun masih tinggi yaitu sebesar 18,8 persen. Kecenderungan kegemukan
yang dialami anak usia 5-12 tahun bukanlah permasalahan yang dapat
dikesampingkan. Karena kegemukan pada usia dini dapat berakibat pada resiko
timbulnya berbagai penyakit degeneratif pada saat dewasa dan diduga dapat
berpengaruh pada fungsi kognitif anak.
Menurut Triatma (1999) salah satu fungsi kognitif anak adalah
kemampuan mengingat dan dipengaruhi salah satunya oleh asupan gizi. Astina
(2012) juga menyatakan adanya hubungan antara status gizi dengan daya ingat
sesaat walaupun banyak faktor yang ikut berpengaruh dalam keterkaitan hal
tersebut. Diantaranya adalah peningkatan penyerapan sejumlah mineral tertentu
misalnya penyerapan zat besi atau kalsium yang penting peranannya dalam
pembentukan ion penghantar impuls syaraf untuk pembentukan memori. Daya
ingat dibagi menjadi dua, yaitu daya ingat jangka pendek (short term memory) dan
daya ingat jangka panjang (long term memory). Daya ingat sesaat adalah
kemampuan intelektual yang berhubungan dengan aspek aspek komplek dari
keterampilan kognitif dan termasuk dalam komponen short term memory
(Davidoff 1988). Oleh karena itu, asupan zat gizi makro maupun mikro perlu
2
diperhatikan baik jumlah maupun jenisnya karena diduga memiliki dampak
langsung maupun tak langsung terhadap perkembangan otak dan status gizi. Efek
jangka panjangnya salah satunya berhubungan dengan daya ingat.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah dalam penelitian kali
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran pola konsumsi pangan siswa sekolah dasar di Kota
Bogor.
2. Bagaimana densitas energi konsumsi berhubungan dengan status gizi
siswa sekolah dasar di Kota Bogor.
3. Bagaimana pengaruh hubungan densitas energi makanan dan status gizi
terhadap daya ingat sesaat siswa sekolah dasar di Kota Bogor.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan densitas
energi konsumsi dan status gizi serta pengaruhnya terhadap daya ingat sesaat
siswa sekolah dasar di Kota Bogor sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini
adalah :
1. Menganalisis konsumsi pangan siswa sekolah dasar di Kota Bogor.
2. Menganalisis densitas energi konsumsi siswa sekolah dasar di Kota Bogor.
3. Menganalisis status gizi siswa sekolah dasar di Kota Bogor.
4. Menganalisis daya ingat sesaat siswa sekolah dasar di Kota Bogor.
5. Menganalisis faktor faktor yang berpengaruh terhadap daya ingat sesaat
siswa sekolah dasar di Kota Bogor.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai
gambaran pola konsumsi dan densitas energi makanan yang dikonsumsi oleh
siswa sekolah dasar di kota Bogor. Hasil tersebut akan memberikan gambaran
bahwa hal tersebut berpengaruh terhadap status gizi dan kaitannya dengan
kemampuan mengingat siswa. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian bagi orang tua
dan pihak terkait untuk lebih memperhatikan konsumsi makanan siswa sekolah
dasar agar memenuhi syarat makanan bergizi, beragam dan berimbang.
KERANGKA PEMIKIRAN
Gizi yang tidak seimbang serta derajat kesehatan yang rendah akan
menghambat pertumbuhan otak sehingga menurunkan kemampuan otak dalam
3
menyimpan dan merekonstruksi informasi. Kuantitas dan kualitas konsumsi
makanan yang baik dengan salah satunya dengan memenuhi syarat bergizi,
beragam dan berimbang akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan kemampuan otak terutama peranannya dalam pembentukan dan
pemeliharaan sistem syaraf pusat. Bukan hanya kuantitasnya saja, namun kualitas
dan keseimbangannya dengan zat gizi lain juga perlu diperhatikan. Tidak hanya
mementingkan kalori, namun juga mementingkan asupan zat gizi lainya yang
penting bagi kebutuhan gizi siswa sekolah dasar. Makanan yang bernilai densitas
energi yang tinggi pada umumnya rendah akan kandungan gizi lainnya. Sehingga
hal ini akan mempengaruhi keseimbangan asupan gizi yang diasup siswa dan
dapat berefek kepada kemampuan kognitif siswa. Dengan membiasakan
mengkonsumsi makanan yang bergizi, beragam dan berimbang status gizi akan
cenderung dalam keadaan normal dan mengakibatkan daya ingat sesaat siswa pun
pun akan baik.
Konsumsi Pangan
Densitas energi konsumsi
Daya Ingat Sesaat
Pengetahuan Gizi
Status anemia
Status gizi
Genetik
Aktivitas fisik
Karakteristik Contoh:
(Usia, Jenis Kelamin, Berat badan,
Tinggi Badan)
Karakteristik Keluarga:
(Besar Keluarga, Penghasilan
Orang tua, Pendidikan orang tua)
Status kesehatan
Tingkat Kecukupan: Energi, Protein,
Lemak, Karbohidrat, Fe, Vitamin C
Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran
Keterangan:
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang diteliti
= hubungan yang tidak diteliti
4
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study pada tiga sekolah
dasar di Kota Bogor. Sekolah tersebut adalah Sekolah Dasar Negeri Pengadilan
05, Sekolah Dasar Negeri Pajajaran 01, dan Sekolah Dasar Negeri Batutulis 02.
Lokasi dipilih secara purposif dikarenakan sekolah tersebut terpilih sebagai bagian
dari subjek penelitian lintas Fakultas yang berjudul ”Peningkatan Kesehatan
Masyarakat melalui Interactive Breakfast-Nutrition Learning Content
Management System Berbasis Mobile untuk Siswa Sekolah Dasar” (Rahmaniah et
al. 2013). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2013.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
Contoh dalam penelitian ini adalah siswa kelas 6 dari tiga sekolah dasar
yang terpilih dengan pertimbangan bahwa pada usia ini anak berada pada tingkat
perkembangan kognitif masa konkrit operasional sehingga sudah mulai kooperatif
untuk pelaksanaan penelitian. Usia tersebut juga sedang dalam tahap pertumbuhan
menuju usia remaja awal dan termasuk kelompok usia rawan yang membutuhkan
asupan zat gizi yang cukup. Pemilihan dilakukan secara purpossive sampling
dengan penentuan jumlah responden minimal dihitung berdasarkan rumus
Lemeshow et al. (1997)
Keterangan
n : Jumlah contoh minimum
z 1-α2
: Tingkat kepercayaan 95% = 1.96
p :Proporsi obesitas anak usia 5-12 tahun sebesar 18,8% atau 0.188
d : Ketepatan penelitian = 0.1
Total contoh minimal dalam penelitian ini adalah 59 contoh dan akhirnya
terpilih 111 contoh dengan pengacakan kelas di tiap sekolah dasar. Dari setiap
kelas diambil seluruh populasi untuk dijadikan sampel dalam penelitian kali ini.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung menggunakan
kuesioner kepada siswa maupun orang tua dan melalui pengukuran tinggi badan
dan berat badan secara langsung. Data sekunder diperoleh melalui data arsip
sekolah. Data primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik contoh,
pengetahuan gizi, konsumsi pangan dan aktivitas fisik diperoleh dengan cara
wawancara langsung dengan contoh sedangkan karakteristik keluarga diperoleh
dengan pengisian kuesioner oleh orang tua contoh. Berat badan contoh diukur
menggunakan timbangan digital dan untuk tinggi badan diukur menggunakan
microtoise. Pengukuran daya ingat sesaat contoh diperoleh dengan cara
5
pengambilan secara langsung yang dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada
pukul 09.00 dan pukul 11.00 Berikut Tabel 1 menjelaskan jenis dan cara
pengumpulan data secara rinci.
Tabel 1 Variabel, data, jenis data, dan cara pengumpulan data
No. Variabel data Jenis data Cara pengumpulan data
1. Gambaran umum sekolah
- Keadaan umum sekolah
Data
sekunder Arsip sekolah
2. Karakteristik contoh
- Usia, jenis kelamin dan
uang saku
- Berat badan
- Tinggi badan
Data primer
- Kuesioner dengan
wawancara
- Pengukuran langsung
dengan timbangan injak
digital
- Pengukuran langsung
dengan microtoise
3. Karakteristik keluarga
- Besar keluarga
- Pendidikan orang tua
- Penghasilan orang tua
Data primer
Kuesioner dengan cara
pengisian langsung oleh
orang tua contoh
4. Pengetahuan gizi Data primer
10 pertanyaan seputar gizi
seimbang
5. Konsumsi sehari
- Konsumsi pangan
- Kebiasaan sarapan
- Tingkat kecukupan
energi dan zat gizi
Data primer
- Pengisian kuisioner
(FFQ dan Recall 2x24 jam)
- Kuisioner dengan
wawancara
- Hasil Food Recall 2x24
jam
6. Densitas energi konsumsi Data primer Data rata-rata konsumsi
sehari dengan metode Food
Recall 2x24 jam
7. Aktivitas fisik Data primer Kuesioner
9 Daya ingat sesaat Data primer Tes daya ingat
menggunakan metode dalam
Astina (2012)
Pengolahan Data dan Analisis Data
Data primer yang diperoleh melalui pengisian kuesioner dan pengukuran
dianalisis secara statistik dan deskriptif, sedangkan data sekunder yang diperoleh
melalui data arsip sekolah dianalisis secara deskriptif. Proses pengolahan data
meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis. Data diolah dengan
menggunakan program komputer Microsoft Excell 2007. Data berat badan dan
tinggi badan diolah menggunakan WHO Anthro Plus. Data konsumsi pangan
dengan metode Food Frequency Questionnaire (FFQ) 2x24 jam diolah
menggunakan program Nutrisurvey 2007 untuk mengetahui kebiasaan konsumsi
pangan. Sedangkan data konsumsi hasil olahan 2x 24 jam food recall diolah
6
menggunakan program Nutrisurvey 2007 dan mengkonversikan jumlah zat gizi
merujuk pada daftar konversi bahan makanan(DKBM 2004). Cara pengkategorian
variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian
No Variabel Kategori pengukuran Sumber
1 Usia 10, 11, 12, 13 tahun
2 Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan
3 Uang saku <Rp 5000/hari
Rp5000-Rp 15000/hari
≥Rp 15000/hari
4 Status gizi
Severe obese (≥3 SD)
Obese (+2 SD ≤ z-score<+3 SD)
Overweight (+1 SD ≤ z-score <+2 SD)
Normal (-2 SD < z-score < +1 SD)
Thinness (-2 SD ≤ z-score < -3 SD)
Severe thinness (≤-3 SD)
WHO
(2007)
5 Besar keluarga Keluarga kecil (≤4 orang)
Keluarga sedang (5-7 orang)
Keluarga besar (≥8 orang)
BKKBN
(2005)
6 Pendidikan orang tua ≤ Lulusan SMA
> Lulusan SMA
7 Penghasilan orang
tua
≤ Rp 2.500.000,00
>Rp 2.500.000,00
8 Pengetahuan gizi Baik (>80%)
Sedang(60-80%)
Kurang(<60%)
Khomsan
(2000)
9 Tingkat kecukupan
energi, protein,
lemak dan
karbohidrat
Defisit tingkat berat (<70% AKG)
Defisit tingkat sedang
(70-79% AKG)
Defisit tingkat ringan
(80-89% AKG)
Normal (90-119% AKG)
Kelebihan (≥120% AKG)
Depkes
(1996)
dalam
Sukandar
(2007)
10 Tingkat kecukupan
Fe dan Vitamin C
Kurang <77%
Cukup >77%
Gibson
(2005)
11 Kebiasaan konsumsi
pangan
Frekuensi
Sering (>17 kali/minggu)
Jarang (14-16 kali/minggu)
Tidak pernah
Jenis
Pangan sumber energi
Protein hewani
Kelompok lain lain
7
No Variabel Kategori pengukuran Sumber
12
Densitas energi
konsumsi
Laki laki
Rendah <1,7 kkal/g
Sedang 1,7-2,1 kkal/g
Tinggi >2,1 kkal/g
Perempuan
Rendah <1,6 kkal/g
Sedang 1,6-2,0 kkal/g
Tinggi >2,0 kkal/g
Jason et.al
(2006)
13 Densitas energi
makanan
Very low energy density (ED< 0,6
kkal/g),
Low energy density (0,6<ED<1,5
kkal/g),
Medium energy density (1,5<ED<4
kkal/g)
High energy density (ED>4 kkal/g).
Rolls &
Bernett
(2000)
14 Kebiasaan sarapan Selalu (7 kali/minggu)
Tidak selalu (<7 kali/minggu)
15 Aktivitas Fisik Ringan
Sedang
Berat
FAO
/WHO/
UNU(2001)
16 Daya Ingat Sesaat Baik : >rata rata skor daya ingat
Kurang:<rata rata skor daya ingat
Ohoiwutun
(2012)
Hubungan antara uang saku, karakteristik keluarga (besar keluarga,
pendidikan orang tua, penghasilan orangtua), pengetahuan gizi, kebiasaan
sarapan, aktivitas fisik dengan densitas energi konsumsi, status gizi dan daya ingat
sesaat maupun hubungan ketiganya dianalisis dengan uji korelasi chi square.
Perbedaan penurunan skor daya ingat sesaat pada bagi masing masing kelompok
sarapan dibedakan dengan uji beda Man Whitney, sedangkan faktor faktor yang
berpengaruh terhadap daya ingat sesaat siswa sekolah dasar di Kota Bogor
dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik. Uji regresi logistik digunakan
untuk melihat seberapa besar peluang atau kecenderungan variabel independent
berpengaruh terhadap variabel dependet. Uji Signifikansi dilakukan dengan
mencari nilai p-value dan Confidence Interval (CI). Hubungan antar variabel
dikatakan signifikan apabila nilai OR berada diantara selang lower-upper, nilai
OR tidak sama dengan satu, nilai satu tidak ada diantara selang Confidence
Interval (CI) dan nilai p<0.05
Definisi Operasional
Densitas energi konsumsi adalah asupan energi total per hari (dalam kkal)
dibagi dengan berat makanan total yang dikonsumsi (dalam gram).
Status gizi adalah keadaan contoh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan,
dan penggunaan zat gizi dalam waktu yang lama yang dinyatakan dalam
satuan Indeks Massa Tubuh (IMT/U) untuk usia 10-13 tahun.
8
Daya ingat sesaat adalah kemampuan seseorang untuk menangkap, mengkode,
menyimpan dan mengungkap kembali sebuah informasi baru, sesudah itu
informasi segera diterima dalam jangka waktu maksimal 18 detik.
Siswa sekolah dasar adalah anak usia sekolah yang berumur 10–13 tahun yang
duduk di kelas 6 dan menjadi unit percobaan dalam penelitian.
Tingkat kecukupan adalah perbandingan antara jumlah zat gizi yang dikonsumsi
siswa terhadap angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan untuk anak
usia sekolah (7- 13 tahun).
Tingkat perkembangan Kognitif adalah tahapan yang menjelaskan bagaimana
anak beradaptasi dengan dan menginterprestasikan obyek dan kejadian-
kejadian di sekitarnya. Tingkat perkembangan kognitif dibagi menjadi 4
tingkatan yaitu periode sensori(0-2 tahun), praoperasional (2-7 tahun),
operasional konkrit (7-12 tahun) dan operasional formal (12-14 tahun)
(Piaget 1983)
Besar keluarga adalah banyak anggota keluarga dalam satu rumah tangga
Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh
atau ditamatkan orang tua.
Penghasilan orang tua adalah total penghasilan orang tua selama sebulan.
Uang saku adalah uang harian/mingguan/bulanan yang diberikan oleh orangtua
kepada anaknya yang terutama diperuntukan untuk membeli makanan
jajanan di sekolah atau di sekitar sekolah.
Aktivitas fisik adalah informasi seluruh jenis dan lama kegiatan yang melibatkan
fisik (tubuh) dan diperoleh melalui recall 2x24 jam (1 hari sekolah dan 1
hari libur). Tingkat aktivitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu
sedentary atau gaya hidup kurang aktif (1.40 ≤ PAL≤ 1.69), Aktif atau
gaya hidup cukup aktif (1.70 ≤ PAL ≤ 1.99) dan gaya hidup sangat aktif
(2.00 ≤ PAL ≤ 2.40) (WHO/FAO/UNO 2001).
Densitas Energi Makanan adalah perbandingan antara kandungan energi (dalam
kkal) dibagi dengan berat makanan total yang dikonsumsi (dalam gram)
per bahan pangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sekolah Dasar
Sekolah dasar yang dijadikan contoh dalam penelitian kali ini merupakan
sekolah dasar yang berakreditasi baik dan unggulan di Kota Bogor. Sekolah Dasar
Negeri Pengadilan 05 berlokasi di jalan Pengadilan nomor 10, Sekolah Dasar
Negeri Pajajaran 01 berlokasi di jalan Raya Pajajaran nomor 26, dan Sekolah
Dasar Negeri Batutulis 02 berlokasi di jalan Batutulis nomor 137 kota Bogor.
Kegiatan belajar mengajar untuk kelas 6 berlangsung pada hari Senin hingga
Jumat berkisar antara 4 hingga 6 jam dimulai pukul 07.00 sampai dengan pukul
13.00 WIB. Selain kegiatan belajar mengajar ketiga sekolah juga menyediakan
kegiatan ekstrakurikuler guna mewadahi dan mengembangkan bakat, kreatifitas
dan minat contoh.
9
Konsumsi Pangan dan Tingkat Kecukupan Zat gizi
Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan merupakan jumlah pangan secara tunggal maupun
beragam yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosiologis. Definisi ini
menunjukkan bahwa konsumsi pangan dapat diketahui dari aspek jenis pangan
yang dikonsumsi seseorang dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Kedua
informasi ini sangat penting dalam menghitung jumlah zat gizi yang dikonsumsi
oleh seseorang (Kusharto dan Sa’adiyah 2012). Data konsumsi pangan dalam
penelitian kali digolongkan menjadi dua yaitu makanan pokok dan jajanan yang
biasa dikonsumsi contoh didasarkan oleh data 2x24 jam food recall dan Food
Frequency Questionnaire. Berikut Tabel 3 menjelaskan daftar bahan makanan
yang paling sering dikonsumsi oleh contoh yang dijadikan contoh penelitian.
Tabel 3 Sebaran makanan yang sering dikonsumsi contoh
Kelompok
Pangan Jenis Pangan g/hari Frekuensi/minggu
Densitas
energi
Sumber
energi
Nasi 131.3 17 1,46
Mie 40.8 4 3,7
Protein
hewani
Telur Ayam 27.8 5 1,73
Ayam 23.2 4 1,88
Lain lain
Goreng-gorengan 66.8 10 3,4
Teh Gelas 127 5 5,33
Biskuit 55.7 5 4,6
Coklat 43 2 2,4
Pangan sumber energi yang sering dikonsumsi contoh adalah nasi dan mie.
Masing masing jenis makanan tersebut memiliki nilai densitas energi yaitu
sebesar 1,46 dan 3,70. Mie memiliki rasa yang gurih dan mengenyangkan, hal
inilah yang menjadi alasan contoh cukup sering mengkonsumsi mie. Biasanya
contoh mengkonsumsi mie bersama nasi dan telur tanpa sayur atau mie dengan
nasi tanpa telur dan sayur. Konsumsi cara yang demikian kurang tepat, karena mie
instan belum dapat dianggap makanan lengkap (wholesome food) dan belum
mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Mie yang terbuat dari
tepung terigu mengandung karbohidrat dalam jumlah besar, tetapi sedikit protein,
vitamin dan mineral. Mie instan dapat memenuhi kebutuhan gizi hanya jika ada
penambahan sayuran dan sumber protein. Jenis sayuran yang dapat ditambahkan
adalah wortel, sawi, tomat, kol atau tauge. Sumber proteinnya dapat berupa telur
daging, ikan, tempe atau tahu (Ratnasari 2012).
Protein hewani yang dominan dikonsumsi oleh contoh adalah telur dan
ayam dengan nilai densitas energi sebesar 1,73 dan 1,88. Rata rata konsumsi telur
yang dikonsumsi oleh contoh sebesar 27.8 g/hari. Nilai ini mendekati nilai standar
yang ditetapkan oleh Kementrian Pertanian (2012) yaitu sebesar 28.8 g/kap/hari.
Konsumsi ini perlu dijaga agar stabil dan mencapai nilai capaian untuk tahun
10
2015 berdasarkan Roadmap Diversifikasi Pangan 2010-2015 yaitu sebesar 32.5
g/kap/hari.
Untuk kelompok pangan lain lain sebagian besar contoh dalam penelitian
kali ini mengkonsumsi jajanan sebagai selingan dan berkontribusi terhadap
konsumsi sehari hari contoh. Jajanan yang sering dikonsumsi contoh adalah
goreng- gorengan, teh gelas, biskuit dan coklat. Jenis gorengan yang biasa
dikonsumsi contoh adalah bakwan dengan nilai densitas energi yang cukup tinggi
diantara jenis gorengan lainnya yaitu sebesar 3,40. Untuk minuman kemasan
contoh lebih sering mengkonsumsi teh gelas dengan rata rata nilai densitas energi
sebesar 5,33. Jenis biskuit yang biasa dikonsumsi contoh sebagai jajanan memiliki
nilai densitas energi sebesar 4,60.
Gizi yang tidak seimbang dan derajat kesehatan yang rendah dapat
menghambat pertumbuhan otak sehingga dapat menurunkan kemampuan otak
dalam mengolah informasi yang didapat. Keadaan gizi yang baik didukung oleh
kebiasaan makan yang baik yaitu salah satunya dengan tidak melewatkan sarapan.
Cueto & Chinen (2008) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sarapan,
peningkatan diet, dan peningkatan performance cognitive. Berikut Tabel 4 yang
menggambarkan sebaran kebiasaan sarapan contoh .
Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan kategori kebiasaan sarapan
Kebiasaan
Sarapan
Jenis Kelamin Total
Laki laki Perempuan
n % n % N %
Tidak Selalu 14 12,61 13 11,71 27 24,32
Selalu 25 22,52 59 53,15 84 75,68
Total 39 35,14 72 64,86 111 100
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (75,68%) melakukan
sarapan dan hanya sedikit contoh (24,32%) yang tidak selalu sarapan. Sarapan
pagi diantaranya memiliki manfaat jika dilakukan setiap hari diantaranya adalah
sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk
meningkatkan kadar glukosa darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin
normal, maka semangat dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak
positif untuk meningkatkan produktifitas (Kral 2011). Menu sarapan sebaiknya
mengandung sumber karbohidrat, protein, tinggi serat, dan rendah lemak (Latifah
2010). Sedangkan jenis sarapan yang biasa dikonsumsi oleh contoh yaitu nasi
goreng, roti, telur, mie goreng dan bubur ayam.
Jenis bahan pangan dari makanan yang dicerna dalam tubuh juga
mempengaruhi kadar glukosa darah seseorang. Kadar glukosa dalam darah ini lah
yang akan mempengaruhi efisiensi aktivitas fisik maupun mental karena
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sumber energi untuk beraktifitas.
Menurut Williams (1995), makanan yang mengandung karbohidrat tinggi seperti
nasi akan meningkatkan secara cepat kadar glukosa darah namun pada umumnya
hanya berlangsung dalam satu jam. Sehingga sarapan yang baik seharusnya
mengandung karbohidrat namun jenis nya adalah karbohidrat kompleks seperti
roti dan serealia yang juga mengandung tinggi serat dan rendah lemak. Karena
akan merangsang glukosa dan mikro nutrient dalam otak untuk menghasilkan
energi. Sehingga dapat memacu otak agar dapat memusatkan pikiran untuk belajar
11
dan memudahkan penyerapan pelajaran dan daya ingat nya menjadi lebih baik dan
konsisten.
Tingkat Kecukupan Zat Gizi
Penilaian untuk mengetahui tingkat kecukupan zat gizi dilakukan dengan
membandingkan antar konsumsi zat gizi aktual dengan kecukupan gizi yang
dianjurkan sesuai dengan angka kecukupan gizi sehingga diperoleh rasio antara
konsumsi dengan kecukupan yang dinyatakan dalam persen. Angka kecukupan
gizi (AKG) adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus dipenuhi dari
makanan untuk mencukupi hampir semua orang sehat. Hardinsyah dan Tambunan
(2004) mengartikan Angka Kecukupan Energi (AKE) adalah rata-rata tingkat
konsumsi energi dari pangan yang seimbang dengan pengeluaran energi pada
kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat) dan tingkat kegiatan fisik
agar hidup sehat dan dapat melakukan kegiatan ekonomi dan sosial yang
diharapkan. Selanjutnya Angka Kecukupan Protein (AKP) dapat diartikan rata-
rata konsumsi protein untuk menyeimbangkan protein yang hilang ditambah
sejumlah tertentu, agar mencapai hampir semua populasi sehat (97.5%) di suatu
kelompok umur, jenis kelamin, dan ukuran tubuh tertentu pada tingkat aktivitas
sedang. Sebaran tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat contoh
yang dijadikan dalam penelitian kali ini dijelaskan pada Gambar 2 dibawah ini.
Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi, protein, lemak
dan karbohidrat
Rata rata konsumsi energi contoh berjenis kelamin laki laki pada penelitian
kali ini sebesar 2034 kkal sedangkan perempuan 2088 kkal. Angka ini sudah
mendekati dengan angka kecukupan yang dianjurkan yaitu 2100 kkal untuk laki
laki dan 2000 kkal untuk perempuan. Kecukupan energi pada sebagian besar
contoh berada dalam keadaan normal, laki laki (10,81%) dalam kisaran normal
begitu pula dengan perempuan (18,02%). Untuk protein, rata rata contoh berjenis
kelamin laki laki mengkonsumsi protein lebih sedikit dibanding perempuan yaitu
49,85 g sedangkan perempuan sebesar 57,28 g. Namun secara keseluruhan baik
contoh yang berjenis kelamin laki laki (16,22%) dan perempuan (18,02%) berada
0
20
40
60
80
100
lak
i la
ki
per
emp
uan
lak
i la
ki
per
emp
uan
lak
i la
ki
per
emp
uan
lak
i la
ki
per
emp
uan
energi protein Lemak karbohidrat
10,81 16,22 18,02 18,02 15,32
24,32
13,51
36,94
Defisit berat
Defisit sedang
Defisit ringan
Normal
Diatas angka kebutuhan
12
dalam kisaran normal. Berbeda dengan energi dan protein, kecukupan lemak
sebagian besar contoh melebihi diatas angka kebutuhan. Rata rata contoh berjenis
kelamin laki laki mengkonsumsi lemak sebesar 58,14 g sedangkan contoh berjenis
kelamin perempuan rata rata mengkonsumsi lemak sebanyak 68,38 g. Contoh
berjenis kelamin laki laki (15,32%) dan perempuan (24,32%) melebihi diatas
angka kebutuhan. Begitu pula dengan tingkat kecukupan karbohidrat contoh
berjenis kelamin laki laki (13,51%) dan perempuan (36,94%) memiliki tingkat
kecukupan melebihi diatas angka kecukupan yang dianjurkan dengan rata rata
konsumsi sebesar 484 g untuk laki laki dan permepuan 614,74 g.
Selain energi, protein, lemak dan karbohidrat vitamin dan mineral
merupakan zat gizi mikro yang juga diperlukan oleh tubuh walaupun dalam
jumlah yang sedikit. Tingkat kecukupan vitamin dan mineral dikategorikan
menjadi 2, yaitu kurang (tingkat kecukupan < 77%) dan cukup (tingkat kecukupan
> 77%) (Gibson 2005). Tingkat kecukupan Fe dan Vitamin C terhadap kebutuhan
contoh dijelaskan pada Gambar 3 dibawah .
Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan Fe dan vitamin C
Gambar 3 menunjukkan sebagian besar contoh sudah dalam kategori
cukup untuk tingkat kecukupan Fe, baik contoh berjenis kelamin laki laki
(22,52%) dan perempuan (34,32%). Dengan rata rata asupan Fe yang diasup
contoh yaitu sebesar 12,9 g untuk laki laki dan sebesar 13,8 g untuk perempuan.
Hal berbeda untuk tingkat kecukupan vitamin C. Contoh berjenis kelamin laki laki
(27,93%) dan perempuan (50,45%) berada dalam kategori kurang. Dengan rata
rata konsumsi untuk contoh berjenis kelamin laki laki sebesar 29,86 g dan 37,28 g
untuk contoh berjenis kelamin perempuan.
Tingkat kecukupan energi, protein dan zat gizi adalah komponen yang
menggambarkan pemenuhan kebutuhan zat gizi secara umum yang diperlukan
bagi tubuh. Secara langsung masalah gizi dipengaruhi oleh tidak cukupnya
konsumsi energi, protein dan zat gizi lain serta adanya infeksi kesehatan (Nahak
& Lewi 2012). Konsumsi energi dan protein yang kurang dalam waktu tertentu
akan menyebabkan kurang gizi dan akan menganggu untuk proses pertumbuhan
dan perkembangan kesehatan (Pertiwi 2012). Berlaku sebalikya, bila konsumsi
energi dan protein sudah mencukup angka kecukupan tentunya akan berdampak
baik pula bagi proses pertumbuhan dan perkembangan. Tingkat kecukupan Fe
yang baik dan dalam kisaran normal merupakan salah satu upaya menghindarkan
siswa dari defisiensi anemia yang sering berujung pada kejadian anemia pada
anak usia sekolah dasar. Tingkat kecukupan Fe yang baik juga merupakan salah
0
20
40
60
80
100
Laki laki perempuan Laki laki perempuan
Fe Vitamin C
27,93
50,45
22,52 34,23
7,21 14,41
kurang
cukup
13
satu faktor yang mendukung terpenuhinya daya ingat sesaat yang baik bagi siswa
skeolah dasar.
Densitas Energi Konsumsi
Perhitungan densitas energi konsumsi diperoleh melalui total energi
makanan sehari yang diasup dibagi dengan berat makanan sehari (Avihani 2013).
Masing masing makanan mempunyai nilai densitas energi masing masing.
Dihitung dengan cara membagi kandungan kalori masing masing makanan dengan
berat nya. Untuk nilai densitas energi makanan diklasifikasikan menjadi 4
golongan yaitu very low energy density (ED< 0,6 kkal/g), low energy density
(0,6<ED<1,5 kkal/g), medium energy density (1,5<ED<4 kkal/g) dan high energy
density (ED>4 kkal/g). Makanan yang tergolong tinggi nilai densitas energinya
contohnya adalah cokelat, selai coklat, selai kacang, keripik kentang, mayonaise
dll. Sedangkan kelompok makanan yang tergolong rendah nilai densitas energinya
adalah kelompok sayur sayuran dan buah buahan(Rolls& Barnett 2000).
Meskipun beberapa makanan padat energi sehat, namun ternyata lebih banyak
dipilih dan dikonsumsi contoh. Makanan padat energi yang sehat contohnya
adalah kacang kacangan , biji bijian, alpukat, telur, kentang dan susu. Makanan
padat energi yang tidak sehat disebut makanan padat energi rendah gizi (Energy
dense, nutrient-poor foods (EDNP)). EDNP dikategorikan menjadi 5 jenis yaitu
visible fat (margarin, mentega, minyak, krim, saus dressing, gajih, steak,osis dan
makanan yang digoreng), sweeteners (gula, sirup, permen, minuman manis),
dessert (biskuit, pie, kue, pastry, donat, eskrim, milkshake, puding, kue keju);
snack asin( keripik kentang, keripik jagung, tortilla) dan lain lain (kopi, teh, kaldu,
saus tomat, saus sambal) (Ashima 2000). Berikut Tabel 5 yang menggambarkan
kontribusi terbesar densitas energi makanan terhadap asupan densitas energi
konsumsi sehari contoh.
Tabel 5 Rata rata nilai densitas energi makanan dan kontribusinya terhadap
densitas energi konsumsi
No Kelompok Pangan Densitas energi
makanan
Kontribusi terhadap nilai
densitas energi konsumsi
1 Makanan pokok 2,2 11,44
2 Pangan hewani 2,96 15,39
3 Kacang kacangan 2,48 12,90
4 Sayur 0,36 1,87
5 Buah 0,64 3,33
6 Jajanan :
Makanan 4,79 24,91
Minuman 5,8 30,16
Total 19,23 100
Makanan dengan densitas energi tinggi sebagian besar berasal dari
kelompok minuman jajanan yang dikonsumsi contoh (30,16%) dan sumber
pangan hewani (15,39%), sedangkan kelompok sayur (1,87%) dan buah buahan
14
(3,33%) merupakan kelompok jenis pangan yang memiliki nilai densitas energi
terkecil (Nuzrina & Wiyono 2010). Dari hasil penelitian kali ini dapat diketahui
bahwa dari 57 jenis bahan makanan yang dikonsumsi oleh 11 contoh yang
memiliki densitas energi tertinggi adalah jerohan (9.02 kkal/ gram), diikuti dengan
minuman bersoda (7,7) dan yang memiliki densitas energi terendah adalah
ketimun (0.08 kkal/ gram). Selain itu dapat diketahui juga bahwa bahan makanan
dengan densitas energi tinggi. Pangan hewani dan kelompok jajanan yang
menyumbang nilai densitas energi konsumsi yang cukup tinggi pada umumnya
kelompok makanan tersebut diolah dengan cara digoreng atau deep fried.
Fenomena konsumsi makanan dengan densitas energi tinggi seperti fast
food dan minuman bergula telah menjadi kebiasaan dan trend bagi remaja dan
anak usia sekolah. Konsumsi makanan dengan densitas energi tinggi secara
berlebih secara langsung dapat mempengaruhi peningkatan IMT (Ashima 2008).
Berikut Tabel 6 yang menjelaskan sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan
densitas energi konsumsi.
Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan densitas energi konsumsi
Jenis
Kelamin
Densitas energi konsumsi Total
Tinggi Sedang Rendah
n % n % n % N %
Laki Laki 22 19,82 10 9,01 7 6,31 39 35,14
Perempuan 46 41,44 14 12,61 12 10,81 72 64,86
Total 68 61,26 24 21,62 19 17,12 111 100
Sebagian besar contoh (41,44%) berjenis kelamin perempuan
mengkonsumsi makanan dengan nilai densitas energi tinggi dibandingkan laki-
laki (19,82%). Ditunjukkan dengan rata-rata nilai densitas energi makanan pada
perempuan (2,13 kkal/g) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (1,98 kkal/g).
Umumnya konsumsi makanan dengan nilai densitas energi tinggi ini berasal
jajanan yang diasup oleh contoh. Beberapa makanan ringan atau jajanan yang
dikonsumsi oleh contoh terkategorikan jajanan tidak sehat, tinggi kalori, tinggi
natrium, dan tinggi lemak. Belum lagi makanan ringan yang mengandung
pemanis buatan, pengawet makanan, dan yang belum terdaftar di BPOM..
Tingginya nilai densitas energi makanan pada contoh berjenis kelamin perempuan
dikarenakan perempuan lebih banyak mengkonsumsi makanan dengan nilai
densitas energi tinggi seperti gorengan, es krim, coklat dan fast food sehingga
dapat meningkatkan nilai densitas energi makanan yang diasup. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian sebelumnya (Dewi 2013) menyebutkan perempuan lebih
sering mengkonsumsi fast food sedangkan laki-laki lebih sering mengkonsumsi
makanan dengan densitas energi rendah seperti buah dan sayur. Konsumsi lemak
secara berlebih menyebabkan peningkatkan nilai densitas energi makanan,
sedangkan konsumsi cukup serat dapat menurunkan densitas energi makanan. Hal
inilah yang menyebabkan pada perempuan nilai densitas energinya lebih tinggi
walaupun asupan energinya lebih rendah dibandingkan laki-laki
Uang saku
Syafitri et al. (2009) menyebutkan bahwa lebih dari separuh siswa
mengalokasikan uang saku untuk keperluan membeli makanan jajanan (68,00%).
15
Hanya 8% siswa yang mengalokasikan uang sakunya untuk keperluan transportasi.
Sebesar 12 % siswa mengalokasikan uang sakunya untuk menabung. Oleh karena
itu, uang saku dianggap berpengaruh terhadap pengalokasian pembelian makanan
yang diasup contoh selama di sekolah. Makanan jajanan seringkali lebih banyak
mengandung unsur karbohidrat dan hanya sedikit mengandung protein, vitamin
atau mineral. Oleh karena itu makanan jajanan tidak dapat menggantikan sarapan
pagi atau makan siang. Anak-anak yang banyak mengkonsumsi makanan jajanan
perutnya akan merasa kenyang karena padatnya kalori atau tingginya nilai
densitas energi makanan yang masuk kedalam tubuh. Sementara gizi seperti
protein, vitamin dan mineral masih sangat kurang (Khomsan 2006). Sebaran uang
saku berdasarkan densitas energi konsumsi contoh terdapat pada Tabel 7 dibawah
ini.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kategori uang saku dan densitas energi
konsumsi
Uang saku
Densitas energi konsumsi
p Tinggi Sedang Rendah
n % n % n %
≤5000 7 6,31 5 4,50 3 2,70
0.044 5001-15000 59 53,15 19 17,12 16 14,41
≥15001 2 1,80 0 0 0 0
Total 68 61,26 24 21,62 19 17,12
Berdasarkan Tabel 7 pada penelitian kali ini sebagian besar contoh
memiliki uang saku Rp 5000,00– Rp 15.000,00/hari dan mengkonsumsi makanan
dengan nilai densitas energi makanan tinggi (53,15%). Hasil ini tidak jauh
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryaalamsyah (2009)
menyebutkan bahwa rata-rata uang saku siswa sekolah dasar di Bogor adalah Rp
5000-10000 per harinya. Dengan jajanan yang dikonsumsi oleh contoh sebagian
besar merupakan makanan dengan nilai densitas energi tinggi seperti gorengan
dan makanan minuman kemasan. Hal ini dikarenakan selain harganya lebih
terjangkau juga lebih memberikan rasa nikmat dan kenyang yang identik dengan
makanan bernilai densitas energi tinggi.
Hasil uji korelasi chi square menunjukkan adanya hubungan antara uang
saku dengan asupan densitas energi contoh (p=0.044). Penelitian ini didukung
oleh penelitian Drewnowski & Darmon (2005) yang menyatakan bahwa makanan
makanan yang lebih sehat dan memiliki densitas energi rendah cenderung lebih
mahal dibandingkan bahan makanan yang tinggi densitas energinya seperti
manisan dan makanan berlemak. Hal ini hampir serupa dengan yang terjadi di
Indonesia dimana makanan sehat seperti buah buahan yang bisa dijadikan
konsumsi jajanan oleh anak sekolah harganya lebih mahal dibandingkan jajanan
yang dijajakan di sekolah seperti gorengan ataupun makanan minuman
berpemanis seperti es campur, arum manis dll. Bagi contoh dengan uang jajan
yang dalam rentang sedang yaitu Rp 5000,00 – Rp 15.000,00/hari akan cenderung
membeli makanan dengan cita rasa kenyang namun murah yang identik dengan
makanan bernilai densitas energi tinggi.
16
Karakteristik keluarga
Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri khas yang dimiliki oleh masing-
masing keluarga contoh. Dalam penelitian kali ini karakteristik keluarga yang
dimaksud seperti besar keluarga, pendidikan dan penghasilan orang tua.
Karakteristik keluarga diduga berperan positif terhadap tingginya nilai densitas
energi makanan yang diasup oleh contoh. Walaupun beberapa ada yang memiliki
keterkaitan hubungan langsung maupun tidak. Sebaran contoh berdasarkan
kategori karakteristik keluarga dan densitas energi makanan sehari yang diasup
oleh contoh dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kategori karakteristik keluarga dan densitas
energi konsumsi
Karakteristik
keluarga
Densitas energi konsumsi
p Tinggi Normal Rendah
n % n % n %
Besar Keluarga
Kecil 65 58,56 22 19,82 18 16,22 0.539 Sedang 3 2,70 2 1,80 1 0,90
Besar 0 0,00 0 0 0 0
Total 68 61,26 24 21,62 19 17,12
Penghasilan Orang Tua
≤ Rp.2.500.000 36 32,43 10 9,01 12 10,81 0.939
>Rp. 2.500.000 32 28,83 14 12,61 7 6,31
Total 68 61,26 24 21,62 19 17,12
Pendidikan Ayah
Lulusan ≤ SMA 45 40,54 16 14,41 10 9,01 0.392
Lulusan >SMA 23 20,72 8 7,21 9 8,11
Total 68 61,26 24 21,62 19 17,12
Pendidikan Ibu
Lulusan ≤ SMA 51 45,95 18 16,22 14 12,61 0.008
Lulusan >SMA 17 15,32 6 5,41 5 4,50
Total 68 61,26 24 21,62 19 17,12
Besar keluarga mempengaruhi pengeluaran pangan. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pendapatan per kapita dan pengeluaran pangan menurun
dengan peningkatan besar keluarga (Sanjur 1982). Besar keluarga yang tergolong
kecil akan memungkinan semakin baik kualitas makanan yang dikonsumsi oleh
suatu keluarga. Hal ini dikarenakan pembagian porsi makanan akan makin
seimbang di dalam sebuah keluarga. Namun hasil penelitian ini menunjukkan
sebagian besar keluarga contoh merupakan keluarga kecil dan mengkonsumsi
makanan dengan nilai densitas energi sehari yang tinggi (58,56%). Hasil uji
korelasi chi square tidak menunjukkan hubungan antara besar keluarga dengan
densitas energi konsumsi contoh (p>0.05).
Penghasilan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas
makanan yang dikonsumsi. Keluarga dengan penghasilan terbatas akan kurang
dapat memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat
gizi dalam tubuhnya (Fikawati & Syafiq 2007). Dapat dilihat dari Tabel 8 bahwa
penghasilan orang tua contoh sebagian besar kurang dan sama dengan Rp
17
2.500.000,00/bulan dan mengkonsumsi makanan dengan nilai densitas energi
yang tergolong tinggi (32,43%). Hal ini sejalan dengan penyataan Soekirman
(2000) yang menyatakan bahwa tingginya penghasilan akan mencerminkan
kemampuan untuk membeli bahan pangan. Rendahnya penghasilan maka akan
menunjukkan kecenderungan kurangnya kemampuan membeli bahan pangan.
Secara teoritis terdapat hubungan positif antara penghasilan dengan jumlah
permintaan pangan sehingga konsumsi makanan baik jumlah maupun mutunya
dipengaruhi oleh penghasilan keluarga. Dengan penghasilan yang tidak tergolong
tinggi maka menjadi wajar bila konsumsi makanan yang dikonsumsi contoh tidak
seimbang. Namun hasil uji korelasi chi square tidak menunjukkan adanya
hubungan antara penghasilan orangtua dengan densitas energi konsumsi contoh
(p>0.05).
Sebagian besar ayah (40,54%) dan ibu (45,95%) contoh merupakan lulusan
≤ SMA dan memiliki nilai densitas energi konsumsi sehari yang tergolong tinggi,
yang berarti kurang seimbang dalam asupan makanannya. Hasil uji korelasi chi
square menunjukkan hasil korelasi yang positif (p=0.008) pada hubungan
pendidikan ibu dengan densitas energi konsumsi contoh. Dengan pendidikan ibu
yang baik ibu menjadi lebih baik dalam memberikan pengertian, memperbaiki
pola asuh makan dan mengenalkan pendidikan gizi sedini mungkin kepada anak.
Hal ini tentu akan mempengaruhi makanan yang dikonsumsi contoh yang berasal
dari rumah. Ibu menjadi lebih selektif dan lebih pandai untuk memilih makanan
sehat yang dikonsumsi contoh di rumah. Penelitian ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Madanijah (2004) yang menyebutkan bahwa terdapat
hubungan positif antara pendidikan ibu dengan pengetahuan gizi, kesehatan, dan
pengasuhan anak yang baik dengan status gizi anak.
Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih
makanan. Dengan pengetahuan gizi yang baik memungkinkan seseorang akan
semakin baik pula memilih makanan yang akan dikonsumsi. Kurang cukupnya
pengetahuan tentang gizi dan kesalahan dalam memilih makanan dalam jangka
panjang akan berpengaruh terhadap status gizi. Berikut Tabel 9 yang
menggambarkan sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi dan densitas energi
konsumsi.
Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi dan densitas
energi konsumsi
Pengetahuan
gizi
Densitas energi konsumsi
p Tinggi Sedang Rendah
n % n % n %
Kurang 0 0 0 0 0 0
0.739 Sedang 17 15,32 8 7,21 5 4,50
Baik 51 45,95 16 14,41 14 12,61
Total 68 61,26 24 21,62 19 17,12
Berdasarkan Tabel 9 sebagian besar contoh (45,95%) mempunyai
pengetahuan gizi baik namun masih memiliki nilai densitas energi konsumsi yang
tergolong tinggi. Hasil uji korelasi chi square juga menunjukkan tidak adanya
18
hubungan positif antara pengetahuan gizi dan densitas energi contoh(p>0.05). Hal
ini dapat dijelaskan karena pengetahuan gizi yang baik tidak selalu mendasari
pilihan makanan yang bergizi, hal ini masih dipengaruhi oleh kebiasan dan
kemampuan daya beli (Rauf et al 2010).
Aktivitas fisik Pada penelitian ini aktivitas fisik contoh diukur dengan melihat nilai PAR
(Physical Activity Ratio) yang diperlukan untuk menentukan tingkat aktivitas
fisik berupa Physical Activity Level (PAL). Aktivitas ringan adalah melakukan
aktivitas dalam waktu yang lama untuk kegiatan dalam posisi berdiri, diam atau
duduk tanpa disertai beban, aktivitas sedang diantaranya adalah melakukan
aktivitas berdiri dalam waktu lama dengan membawa beban ringan, sedangkan
aktivitas berat diantaranya adalah mencangkul, dan berjalan kaki dalam jarak yang
jauh dengan beban yang berat (Nadhiroh & Suryaputra 2012). Berikut Tabel 10
yang konsumsi.
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kategori aktivitas fisik dan densitas energi
konsumsi
Aktivitas Fisik
Densitas energi konsumsi
p Tinggi Sedang Rendah
n % n % n %
Ringan 50 45,05 14 12,61 14 12,61
0.67
2
Sedang 12 10,81 3 2,70 3 2,70
Berat 6 5,41 7 6,31 2 1,80
Total 68 61,26 24 21,62 19 17,12
Dari Tabel 10 maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar contoh
digolongkan memiliki aktivitas fisik ringan dan mengasup makanan dengan nilai
densitas energi yang tergolong tinggi (45,05%). Hasil uji korelasi chi square tidak
menunjukkan adanya hubungan antara kategori aktivitas fisik dengan nilai
densitas energi konsumsi contoh. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang menjelaskan hubungan antara densitas energi dengan aktivitas fisik dan IMT.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif antara densitas
energi dengan IMT pada remaja, namun tidak ada hubungan secara langsung
antara densitas energi dengan aktifitas fisik (Dewi 2013).
Status Gizi
Supariasa et al. (2001) menyatakan status gizi adalah keadaan seseorang
yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi dari
makanan dalam jangka waktu yang lama. Dengan menilai status gizi seseorang
atau sekelompok orang maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok
orang tersebut status gizinya normal atau tidak. Banyak faktor yang berhubungan
dengan status gizi seseorang baik faktor sosial ekonomi maupun bukan sosial
ekonomi. Berikut merupakan penjelasan yang menjelaskan hubungan beberapa
faktor dengan status gizi.
19
Uang saku
Uang saku yang relatif tinggi dapat mengakibatkan anak suka jajan yang
berlebihan sehingga meningkatkan resiko mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat.
Makanan jajanan anak sekolah perlu mendapat perhatian karena pada beberapa
penelitian diketahui bahwa makanan jajanan masih jauh dari nilai gizi yang
diharapkan dapat disumbangkan dan dikhawatirkan mempengaruhi status gizi
anak. Berikut Tabel 11 yang menggambarkan sebaran contoh berdasarkan
kategori uang saku dan status gizi
Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kategori uang saku dan status gizi
Uang saku
Status gizi
p Sangat
kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas
n % n % n % n % n %
≤5000 0 0 1 0,90 11 9,91 1 0,90 2 1,80
0.634 5001-15000 1 0,90 1 0,90 64 57,66 18 16,22 10 9,01
≥15001 0 0 0 0 2 1,80 0 0 0 0
Total 1 0,90 2 1,80 77 69,37 19 17,12 12 10,81
Kebiasaan konsumsi jajanan yang kurang sehat lama kelamaan dapat
berpengaruh pada status kesehatan dan juga bisa berpengaruh pada status gizi
(Afandi 2012). Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan tersebut, dapat dilihat dari
Tabel 11 sebagian besar contoh (57,66%) memiliki uang saku berada di kisaran
Rp 5000,00 – Rp 15.000,00/ hari dan memiliki status gizi normal. Hasil uji
korelasi chi square juga tidak menunjukkan adanya hubungan antara uang saku
dan status gizi contoh pada penelitian kali ini (p>0.05).
Karakteristik keluarga Pendidikan orang tua pada penelitian kali ini dianggap sebagai variabel
karakteristik keluarga yang berhubungan dengan status gizi contoh. Semakin
tinggi tingkat pendidikan diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi
yang dimilikinya akan lebih baik. (Fikawati & Syafiq 2007). Berikut Tabel 12
yang menjelaskan sebaran pendidikan orang tua berdasarkan status gizi contoh.
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kategori pendidikan orang tua dan status
gizi
Pendidikan
orang tua
Status gizi
Sangat
kurus Kurus Normal Gemuk Obese
p n % n % n % n % n %
Pendidikan ayah
≤lulusan SMA 1 0,90 1 0,90 54 48,65 11 9,91 4 3,60
0.288 >Lulusan SMA 0 0 1 0,90 23 20,72 8 7,21 8 7,21
Total 1 0,90 2 1,80 77 69,37 19 17,12 12 10,81
Pendidikan ibu
≤lulusan SMA 1 0,90 2 1,80 59 53,15 13 11,71 8 7,21
0.440 >Lulusan SMA 0 0 0 0 18 16,22 6 5,41 4 3,60
Total 1 0,90 2 1,80 77 69,37 19 17,12 12 10,81
20
Tingkat pendidikan, khususnya tingkat pendidikan wanita mempengaruhi
derajat kesehatan. Terdapat hubungan positif antara pendidikan ibu dengan
pengetahuan gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak. Sebagian besar ibu (74,77%)
merupakan lulusan kurang dari Sekolah Menengah Atas dan memiliki anak yang
normal status gizinya (52,25%). Hasil uji korelasi chi square tidak menunjukkan
adanya hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi contoh. (p>0.05).
Pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap
informasi. Namun seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu kurang
memiliki pengetahuan tentang gizi, karena meskipun berpendidikan rendah tetapi
apabila orang tersebut rajin mendengarkan dan melihat informasi mengenai gizi
maka pengetahuan gizinya akan lebih baik (Zuraida 2013).
Pengetahuan gizi Cukupnya pengetahuan gizi contoh dapat berhubungan dengan tersedianya
fasilitas bacaan dan fasilitas informasi yang ada di sekolah yang menunjang para
contoh untuk selalu mengakses informasi terkini. Pendidikan formal merupakan
faktor utama yang mempengaruhi pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan
tentang gizi dan kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin
mudah menyerap informasi gizi dan kesehatan sehingga pengetahuan gizi dan
kesehatan akan semakin baik. Berikut Tabel 13 yang menggambarkan sebaran
contoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi dan status gizi.
Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi dan status gizi
Pengetahuan
gizi
Status gizi
p Sangat
kurang Kurang Normal Gemuk Obesitas
n % n % n % n % n %
Kurang 0 0 0 0 5 4,50 0 0 1 0,90
0.047 Sedang 0 0 1 0,90 27 24,32 5 4,50 6 5,41
Baik 1 0,90 1 0,90 45 40,54 14 12,61 5 4,50
Total 1 0,90 2 1,80 77 69,37 19 17,12 12 10,81
Dapat disimpulkan dari Tabel 13 bahwa sebagian besar contoh memiliki
tingkat pengetahuan gizi yang baik dan memiliki status gizi yang normal
(40,54%). Hasil uji korelasi chi square menunjukkan hubungan dua variabel ini
(p=0.047). Prayitno (2013) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan gizi seseorang
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam memilih makanan, yang
menentukan mudah atau tidaknya dalam memahami manfaat kandungan gizi dari
makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi yang baik diharapkan memengaruhi
konsumsi makanan yang baik sehingga dapat menuju status gizi yang baik pula.
Aktivitas fisik
Konsumsi berlebih bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami gizi lebih. Faktor lain yang dapat
mengakibatkan seseorang mengalami gizi lebih adalah kurangnya aktivitas fisik.
Salah satu bentuk aktifitas fisik yang dapat dilakukan di sekolah oleh anak adalah
melalui pelajaran pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani inilah yang dapat
memberi kesempatan contoh untuk aktif dan dalam jangka panjang dapat menjadi
21
strategi untuk mengurangi angka obesitas di masa mendatang(Carison et al.2008).
Berikut Tabel 14 yang menggambarkan sebaran status gizi contoh berdasarkan
aktvitas fisik yang dilakukan.
Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan kategori aktivitas fisik dan status gizi
Aktivitas
fisik
Status gizi
p Sangat
kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas
n % n % n % n % n %
Ringan 0 0 2 1,80 57 51,35 11 9,91 8 7,21
0.440 Sedang 1 0,90 0 0 9 8,11 6 5,41 2 1,80
Berat 0 0 0 0 11 9,91 2 1,80 2 1,80
Total 1 0,90 2 1,80 77 69,37 19 17,12 12 10,81
Dapat dilihat pada Tabel 14 sebagian besar contoh memiliki status gizi
normal dengan aktivitas fisik yang dilakukan tergolong aktivitas fisik ringan
(51,35%). Hasil dari uji korelasi chi square dapat diketahui bahwa tidak terdapat
hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi (p>0,05). Hasil ini sejalan
dengan hasil penelitian Carison et al.(2008). di Skotlandia bahwa tidak terdapat
hubungan antara olahraga dengan IMT. Hal ini dapat terjadi contohnya seperti
orang dengan tingkat olahraga yang tinggi akan memiliki massa otot yang lebih
besar, hal ini dapat terlihat seperti orang tersebut obesitas padahal bukan obesitas.
Densitas energi konsumsi
Konsumsi makanan dengan densitas energi yang tinggi secara berlebihan
berkontribusi dalam peningkatan asupan energi total dan turut menyebabkan
keseimbangan energi yang positif. Kebiasaan senang mengkonsumsi makanan
dengan densitas energi yang tinggi memungkinkan tubuh memperoleh tambahan
energi sehingga tanpa disadari asupan energi ke dalam tubuh melebihi kebutuhan
dan dampaknya berupa bertambahnya timbunan lemak dan memudahkan
terjadinya obesitas. Berikut Tabel 15 yang menggambarkan sebaran contoh
berdasarkan kategori densitas energi konsumsi dan status gizi.
Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan kategori densitas energi konsumsi dan
status gizi
Densitas
energi
konsumsi
Status gizi
p Sangat
kurus
Kurus
Normal
Gemuk
Obesitas
n % n % n % n % n %
Tinggi 0 0 1 0,90 45 40,54 11 9,91 11 9,91
0.634 Sedang 1 0,90 1 0,90 17 15,32 4 3,60 1 0,90
Rendah 0 0 0 0 15 13,51 4 3,60 0 0
Total 1 0,90 2 1,80 77 69,37 19 17,12 12 10,81
Berdasarkan Tabel 15 diatas terlihat bahwa sebagian besar contoh
mempunyai nilai densitas energi konsumsi tinggi namun memiliki status gizi yang
normal (40,54%). Hasil uji korelasi chi square juga tidak menunjukkan hubungan
antara densitas energi yang dikonsumsi dengan status gizi (p>0.05). Menurut
22
Drewnowski (2004) hal tersebut dapat terjadi dikarenakan walaupun densitas
energi makanan tinggi berhubungan positif dengan total energi yang diasup dan
dengan presentase energi yang berasal dari lemak, asupan densitas energi
makanan yang tinggi ini belum dapat dibuktikan berkorelasi dengan kejadian
overweight, hal ini bisa dikarenakan adanya faktor perancu lainnya yaitu umur
dan energi ekspenditur yang dilakukan dalam sehari.
Kebiasaan sarapan
Pencapaian status gizi tiap individu berbeda beda bergantung dari perilaku
makan yang dimiliki. Perilaku makan yang baik salah satunya dengan tidak
melewatkan sarapan. Sarapan menjadi suatu kegiatan penting sebelum melakukan
berbagai macam aktivitas pada hari tersebut dan memiliki efek jangka panjang
terhadap status gizi. Melewatkan sarapan juga dapat berisiko menjadi obesitas dan
memiliki gangguan kesehatan (Rampersaud 2005). Berikut Tabel 16 yang
menggambarkan sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan dan hubungannya
dengan status gizi.
Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan kategori kebiasaan sarapan dan status gizi
Kebiasaan
sarapan
Status Gizi
p Sangat
kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas
n % n % n % n % n %
Tidak selalu 0 0 0 0 15 13,51 9 8,11 3 2,70
0.028 Selalu 1 0,90 2 1,80 62 55,86 10 9,01 9 8,11
Total 1 0,90 2 1,80 77 69,37 19 17,12 12 10,81
Sebagian besar contoh selalu melakukan kegiatan sarapan dan memiliki
status gizi yang normal (55,86%). Hasil uji korelasi chi square juga menunjukkan
adanya hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi contoh (p=0.028).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anne et
al.(2006) pada siswa Sekolah Menengah Atas di sebuah distrik pedesaan bagian
selatan Norwegia. Penelitian diikuti oleh 54 responden berusia 15 tahun dibagi
menjadi dua kelompok terdiri dari kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberi
intervensi sarapan di sekolah selama 4 bulan) dan kelompok intervensi (kelompok
yang diberi intervensi sarapan di sekolah selama 4 bulan), hasilnya adalah
kelompok intervensi memiliki Indeks Massa Tubuh yang lebih baik setelah diberi
intervensi sarapan dibandingkan dengan kelompok control (Anne et al. 2006).
Daya Ingat Sesaat
Pengukuran daya ingat sesaat dapat dilakukan dengan dua cara (Seifort &
Hoffnung 1997 dalam Kustiyah 2005) yaitu mengenali kembali (recognition
memory) dan mengingat kembali (recall memory). Pada recognition memory
seseorang hanya membandingkan stimulus atau isyarat yang diberikan dengan
pengalaman atau pengetahuan yang sebelumnya dia peroleh. Sedangkan pada
recall memory yang terjadi sebaliknya, seseorang diminta untuk mengingat
kembali informasi dengan memberikan rangsangan atau isyarat tertentu. Misalnya
23
seseorang diminta untuk mengingat nomor telepon temannya tanpa melihat nomor
tersebut kembali. Recall umumnya lebih sulit dibandingkan dengan recognition,
akan tetapi dalam perkembangannya menunjukkan pola yang sama yaitu
mengalami perubahan sesuai dengan pertambahan umur.
Metode dasar yang digunakan untuk mengukur daya ingat sesaat kali ini
adalah serial recall dengan alat bantu daftar kata. Metode serial recall subyek
diminta untuk mengingat kembali informasi tanpa memberikan rangsangan atau
isyarat tertentu secara berurutan. Berikut Tabel 17 yang menyajikan hasil statistik
dari skor daya ingat sesaat contoh.
Tabel 17 Statistik skor daya ingat sesaat contoh
Statistika Skor daya ingat sesaat
Awal Akhir
Mean 5,69 5,23
Std.Deviasi 0,94 1,45
Minimum 1 1
Maximum 6 6
Tabel 17 menjelaskan bahwa nilai minimum skor daya ingat sesaat adalah
1 yang berarti contoh hanya mengingat satu kata yang benar dari 6 kata yang
harus diingat contoh pada masing masing waktu pengambilan dan nilai 6 bila
semua kata tersebut dijawab benar oleh contoh. Skor daya ingat sesaat contoh
dibagi menjadi dua kali waktu pengambilan yaitu awal pengambilan atau DIS
awal yaitu pukul 09.00 WIB dan pada akhir pengambilan atau DIS akhir yaitu
pukul 11.00 WIB. Pukul 09.00 WIB dipilih sebagai representasi daya ingat sesaat
pagi hari sehabis contoh melakukan sarapan sedangkan pukul 11.00 WIB dipilih
sebagai waktu yang merepresentasikan daya ingat sesaat contoh diwaktu siang
hari sebagai efek dari aktivitas yang sudah dilakukan contoh hampir setengah hari
dan untuk melihat apakah ada efek dari konsumsi jajanan yang diasup contoh
selama istirahat terhadap daya ingat sesaat contoh. Rata rata skor daya ingat sesaat
contoh adalah 5,69 di awal dan 5,23 di akhir pengambilan daya ingat sesaat.
Pengkategorikan daya ingat sesaat digolongkan menjadi dua yaitu daya ingat
sesaat kurang bila kurang dari rata rata skor daya ingat sesaat, berlaku sebaliknya
untuk pengkategorian daya ingat sesaat baik (Ohoiwutun 2012). Maka bila dilihat
dari skor daya ingat sesaat awal dan akhir siswa dapat dikatakan bahwa sebagian
besar contoh berada dalam daya ingat sesaat yang baik pada pengambilan awal
dan akhir. Berikut Tabel 18 yang menggambarkan sebaran contoh berdasarkan
daya ingat sesaat.
Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan kategori daya ingat sesaat
Daya ingat sesaat Awal Akhir
N % N %
Baik 98 88,29 81 72,97
Kurang 13 11,71 30 27,03
Total 111 100 111 100
Tabel 18 menunjukkan sebagian besar contoh baik pada awal pengambilan
yaitu pada pukul 09.00 (88,29%) dan pada akhir pengambilan yaitu pada pukul
24
11.00 (72,97%). Terjadi penurunan jumlah contoh yang mempunyai daya ingat
sesaat baik dari pengambilan awal ke pengambilan akhir sekitar 16 persen. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Seifort dan Hoffnung (1997) bahwa jenis informasi
yang masuk pada memori jangka pendek anak-anak biasanya terbatas hanya dapat
mengingat tiga digit dan pada umumnya daya ingat sesaat dan konsentrasi yang
baik pada waktu pagi hari, bila siang hari aktivitas fisik mulai meningkat akan
terjadi kecenderungan penurunan daya ingat sesaat. Oleh karena itu hal ini dapat
menjelaskan mengapa skor daya ingat sesaat contoh lebih baik pada waktu awal
pengamibilan dibandingkan dengan skor akhir pengambilan. Hal yang
berhubungan dengan daya ingat sesaat contoh dijelaskan pada penjelasan dibawah
ini.
Uang saku
Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga
yang diberikan pada anak untuk keperluan di sekolah. Jajanan anak sekolah sangat
beresiko terhadap cemaran biologis atau kimiawi yang menganggu kesehatan.
Selain itu, jajanan yang biasa dijual di warung kurang memperhatikan
keseimbangan gizi dan kebersihan. Bila sudah bepengaruh pada status gizi anak
maka akan berdampak pula pada kemampuan kognitif anak. Sebaran contoh
berdasarkan uang saku dan daya ingat sesaat dijelaskan pada Tabel 19.
Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan kategori uang saku dan daya ingat sesaat
Uang saku DIS kurang DIS baik
p n % n %
≤5000 4 3,60 11 9,91
5000-15000 23 20,72 71 63,96 0.962
>15000 2 1,80 0 0
Total 29 26,13 82 73,8739
Konsumsi dan kebiasaan jajan anak turut mempengaruhi kontribusi dan
kecukupan energi dan zat gizi dan dapat berujung pada status gizi anak (Syafitri
2009). Status gizi dalam jangka waktu panjang akan mempengaruhi kemampuan
kognitif anak salah satunya daya ingat. Tabel 19 menunjukkan bahwa uang saku
contoh berada pada rentang Rp 5000,00 – Rp 15.000,00/hari dengan daya ingat
sesaat yang tergolong baik (63,96%). Dengan uang jajan contoh yang tergolong
cukup akan menunjang untuk terpenuhinya asupan gizi contoh sehingga
diharapkan memiliki hubungan positif dengan daya ingat sesaat contoh. Namun
setelah dilakukan uji korelasi tidak ditemukan adanya hubungan diantara
keduanya (p>0.05).
Konsumsi jajanan atau selingan pada anak anak memang memiliki efek
yang baik pada daya ingat sesaat contoh. Namun yang perlu dijadikan perhatian
dalam hal ini, konsumsi jajanan yang berlebihan juga belum tentu memberikan
efek yang baik pada status gizi contoh. Karena jajanan yang biasa dijajakan dan
dikonsumsi siswa belum memenuhi syarat keamanan pangan. Konsumsi makanan
yang belum terjamin keamanannya bukan tidak mungkin akan menimbulkan
penyakit dan akan berefek pada status gizi contoh. Oleh karena itu lebih baik
contoh mengkonsumsi bekal dari rumah yang dibuatkan dari rumah sebagai
25
konsumsi jajanannya. Karena selain mengurangi uang saku contoh, makanannya
pun lebih terjamin keamanannya.
Pengetahuan Gizi Tingkat pengetahuan gizi dapat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi.
Semakin baik tingkat pengetahuan gizi diharapkan semakin baik pula status
gizinya. Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengetahuan tentang
kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tepat mengenai
kontribusi gizi dari makanan akan menimbulkan permasalahan gizi yang dapat
merugikan kecerdasan dan produktivitas. Tabel 20 merupakan tabel yang
menjelaskan sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi dan daya ingat
sesaat.
Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan gizi dan daya ingat
sesaat
Pengetahuan
gizi
DIS Kurang DIS Baik p
n % n %
Kurang 0 0 0 0
0.046 Sedang 18 16,22 12 10,81
Baik 11 9,91 70 63,06
Total 29 26,13 82 73,87
Tabel 20 menunjukkan pada kelompok subjek daya ingat sesaat kurang
sebagian besar contoh (16,22%) memiliki pengetahuan gizi sedang, sedangkan
pada kelompok daya ingat sesaat yang baik pada umumnya memiliki pengetahuan
gizi yang baik (63,06%). Pengetahuan gizi sangat erat hubungannya dengan baik
buruknya kualitas gizi dari rnakanan yang dikonsumsi. Pengetahuan gizi yang
baik akan mempengaruhi pemilihan makanan, pemililihan makanan yang baik
akan memenuhi kebutuhan gizi. Pengetahuan gizi, sikap terhadap gizi, dan
keterampilan gizi secara bersama sama akan menentukan perilaku gizi. Dengan
pemahaman tentang pengetahuan gizi yang baik diharapkan seseorang dapat
memilih makanan yang dikonsumsi nya. (Afandi 2012). Gizi yang baik akan
mempengaruhi daya ingat sesaat yang baik bagi contoh. Penelitian kali ini
menunjukkan semakin baik pengetahuan gizi contoh semakin baik pula daya ingat
sesaat nya. Hasil uji korelasi pun menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara pengetahuan gizi dengan daya ingat sesaat (p=0.046)
Aktivitas fisik
Riset yang dilakukan Podulka (2006) memperlihatkan bahwa program
pendidikan jasmani yang didesain dan diimplementasikan dengan baik dapat
mendorong anak aktif secara fisik dan memperlihatkan efek positif pada nilai
akademis, termasuk fungsi kognitifnya. Kondisi aerobik yang baik memiliki efek
yang baik bagi fungsi memori karena dianggap mempunyai pengaruh pada lobus
frontalis yaitu suatu area otak yang berhubungan dengan kemampuan konsentrasi
dan mengingat (Podulka, 2006). Berikut Tabel 21 yang menyajikan sebaran
tingkat aktivitas fisik contoh berdasarkan daya ingat sesaatnya.
26
Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan kategori aktivitas fisik dan daya ingat sesaat
Aktivitas
fisik
DIS Kurang DIS Baik p
n % n %
Ringan 16 14,41 62 55,86
0.251 Sedang 5 4,50 13 11,71
Berat 8 7,21 7 6,31
Total 29 26,13 82 73,87
Sebagian besar contoh memiliki aktivitas fisik dalam kategori ringan dan
memiliki daya ingat sesaat baik (55,68%). Namun ada beberapa contoh (6,31%)
yang melakukan aktivitas fisik berat memiliki daya ingat sesaat yang baik.
Aktivitas ringan yang dilakukan oleh contoh antara lain seperti membaca buku,
menonton TV atau bermain game. Sedangkan aktivitas berat yang dilakukan
contoh seperti berlari, melompat,bermain sepak bola dan berenang. Hasil uji
korelasi chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara aktivitas
fisik dengan daya ingat sesaat (p>0.05).
Sebagian besar contoh yang tergolong memiliki aktivitas fisik ringan
memiliki daya ingat sesaat yang baik. Hal ini kurang sejalan dengan teori yang
dikemukakan Podulka (2006) yang menyatakan bahwa dengan rutin melakukan
aktifitas fisik atau olahraga selama 30 menit maka akan terjadi perubahan positif
di otak. Sehingga terjadi proses neurogenesis yang lebih baik terutama di
hipokampus sebagai pusat memori, suplai oksigen dan glukosa ke otak dan
berpengaruh baik bagi kemampuan mengingat contoh. Sehingga seharusnya
contoh yang memiliki daya ingat sesaat baik didominasi oleh contoh yang
tergolong melakukan aktivitas fisik berat bukan aktivitas fisik ringan. Hal ini bisa
terjadi kemungkinan dikarenakan contoh yang sebagian besar tergolong dalam
melakukan aktivitas ringan diantaranya sering bermain game dan membaca buku.
Kemungkinan kedua aktivitas ini juga memicu otak untuk mendapat rangsangan
lebih baik sehingga dapat mengingat lebih baik dibandingkan contoh yang
melakukan aktivitas fisik berat. Oleh karena itu dalam penelitian kali ini contoh
yang sebagian besar daya ingat sesaatnya baik termasuk contoh yang melakukan
akitivitas fisik ringan.
Densitas energi konsumsi
Makanan yang dikonsumsi sebaiknya bukan hanya mengandung tinggi
energi saja tetapi mengandung perbandingan yang proporsional dengan zat gizi
lainnya. Makanan dengan jumlah energi yang tinggi menurut teori memang baik
untuk daya ingat sesaat contoh, namun akan lebih baik bila jumlah tersebut
proporsional kadarnya. Karena bila dalam waktu yang lama dikhawatirkan akan
berpengaruh pada status gizi contoh. Berikut Tabel 22 yang menggambarkan
sebaran contoh berdasarkan kategori densitas energi dan daya ingat sesaat.
27
Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan kategori densitas energi konsumsi dan daya
ingat sesaat
Densitas energi
konsumsi
DIS Kurang DIS Baik p
n % n %
Tinggi 14 12,61 54 48,65
0.684 Sedang 9 8,11 15 13,51
Rendah 6 5,41 13 11,71
Total 29 26,13 82 73,87
Sebagian besar contoh memiliki daya ingat sesaat yang baik dan
mengkonsumsi makanan dengan nilai densitas energi yang tinggi (48,65%).
Mengkonsumsi makanan dengan nilai densitas energi tinggi berarti contoh
mengkonsumsi makanan yang belum cukup proporsional antara kalori dengan zat
gizi yang lain (Avihani 2013). Tingginya konsumsi pangan sumber karbohidrat
identik dengan tingginya konsumsi makanan dengan nilai densitas energi yang
tinggi. Hal ini memiliki efek yang positif terhadap daya ingat sesaat contoh.
Makanan tinggi karbohidrat akan cepat menaikkan kadar glukosa contoh. Kadar
glukosa yang baik akan berpengaruh terhadap daya ingat sesaat contoh. Namun
setelah diuji hubungan korelasi chi square tidak menunjukkan hasil yang positif
(p>0.05).
Status Gizi Daya ingat anak merupakan suatu proses yang terjadi di otak tentunya
sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan organ otak dan bagaimana stimulasi dan
rangsangan diberikan agar otak dapat berkembang optimal menjalankan fungsinya.
Keadaan gizi sejak janin dalam kandungan sampai bayi lahir dan usia dini perlu
terus dipertahankan secara optimal sampai anak usia sekolah, karena akan
berpengaruh pada perkembangan otak. Gizi yang tidak seimbang, gizi buruk, serta
derajat kesehatan yang rendah akan menghambat pertumbuhan otak, dan pada
gilirannya akan menurunkan kemampuan otak dalam mencatat, menyerap,
menyimpan, memproduksi dan merekonstruksi informasi. Dapat dilihat pada
Tabel 23 adanya kecenderungan bahwa contoh dengan status gizi normal dan
memiliki daya ingat sesaat baik. Sebaran status gizi contoh berdasarkan daya ingat
sesaat disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan kategori status gizi dan daya ingat sesaat
contoh
Status Gizi DIS Kurang DIS Baik
p n % n %
Sangat Kurus 0 0 1 0,90
0.034
Kurus 0 0 2 1,80
Normal 21 18,92 56 50,45
Gemuk 5 4,50 14 12,61
Obesitas 3 2,70 9 8,11
Total 29 26,13 82 73,87
28
Tabel 23 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh memiliki status gizi
yang normal dan daya ingat sesaat yang baik (50,45%). Berdasarkan hasil korelasi
chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan daya
ingat sesaat contoh pada contoh penelitian ini (p=0.034). Hal ini sejalan dengan
pernyataan Pollit dan Gossin (1989) yang telah menelaah sembilan studi yang
menghubungkan indikator antropometrik dengan indikator sekolah. Indikator
antropometri yang digunakan adalah tinggi badan terhadap umur (TB/U), berat
badan terhadap umur (BB/U) dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB).
Indikator sekolah adalah prestasi sekolah, umur waktu masuk sekolah, IQ, daya
ingat dan tugas-tugas kognitif. Semua studi dilaporkan bahwa terdapat hubungan
signifikan antara indikator status gizi dengan tes skor kognitif atau prestasi
sekolah.
Kebiasaan sarapan
Sarapan adalah menu makanan pertama yang dikonsumsi seseorang.
Biasanya orang makan malam sekitar pukul 19:00 dan baru makan lagi paginya
sekitar pukul 06:00. Berarti selama sekitar 10-12 jam mereka puasa. Dengan
adanya puasa itu, cadangan gula darah (glukosa) dalam tubuh seseorang hanya
cukup untuk aktivitas dua sampai tiga jam di pagi hari. Tanpa sarapan seseorang
akan mengalami hipoglikemia atau kadar glukosa di bawah normal. Hipoglikemia
mengakibatkan tubuh gemetaran, pusing, sakit dan kurang berkonsentrasi. Hal ini
dikarenakan terjadi akibat dari kekurangan glukosa yang merupakan sumber
energi bagi otak (Wiharyanti 2006). Berikut Tabel 24 yang menggambarkan
kebiasaan sarapan berdasarkan daya ingat sesaat contoh.
Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan katgeori kebiasaan sarapan dan daya ingat
sesaat
Kebiasaan
Sarapan
DIS Kurang DIS Baik p
n % n %
Tidak Selalu 8 7,21 19 17,12
0.028 Selalu 21 18,92 63 56,76
Total 29 26,13 82 73,87
Tabel 24 menunjukkan sebagian besar contoh selalu melakukan sarapan
dan memiliki skor daya ingat sesaat yang baik (56,76%). Dari hasil uji korelasi chi
square juga menunjukkan hasil yang positif terhadap kedua variabel ini. Hasil ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arijanto et al.(2008) yang
menyatakan bahwa berdasarkan uji Fisher exact probability dapat dibuktikan
adanya hubungan antara kebiasaan sarapan dengan daya ingat sesaat siswa kelas
VI SDN Pranti Kabupaten Sidoarjo. Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan
oleh Bagwel (2008) menunjukkan bahwa pada dua kelompok populasi dengan
kebiasaan sarapan yang rutin pada satu kelompok dan kebiasaan sarapan yang
tidak rutin pada kelompok lainnya dites menggunakan tes daya ingat yaitu dengan
cara memberikan 8 (delapan) kata-kata yang sering ditemui oleh kedua kelompok
tersebut untuk dihafal selama lima menit, kemudian menuliskannya kembali
dalam waktu satu menit. Hasil dari tes tersebut didapatkan nilai rata-rata yang
29
lebih tinggi pada kelompok dengan kebiasaan sarapan rutin dibandingkan dengan
kelompok yang kebiasaan sarapannya tidak rutin.
Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan kategori kebiasaan sarapan dan
pengambilan daya ingat sesaat
Kebiasaan
Sarapan
Awal Akhir
p DIS
Kurang DIS Baik DIS Kurang DIS Baik
n % n % n % n %
Tidak selalu 1 0,90 26 23,42 10 9,01 17 15,32
0.620 Selalu 12 10,81 72 64,86 20 18,02 64 57,66
Total 13 11,71 98 88,29 30 27,03 81 72,97
Dari Tabel 25 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar contoh selalu
melakukan sarapan dan memiliki skor daya ingat sesaat yang baik, baik pada awal
pengambilan daya ingat sesaat (88,29%) dan juga pada pengambilan daya ingat
sesaat akhir (72,97%). Contoh yang selalu sarapan mengalami penurunan daya
ingat sesaat dari di waktu awal pengambilan dan di akhir pengambilan sebesar 7,2
persen sedangkan contoh yang tidak selalu sarapan mengalami penurunan sebesar
8,1 persen. Contoh yang selalu sarapan mengalami penurunan daya ingat yang
lebih sedikit dibandingkan contoh yang tidak selalu melakukan sarapan. Namun
dari hasil uji beda menunjukkan contoh yang selalu sarapan tidak memiliki
perbedaan nyata penurunan daya ingat sesaatnya dibandingkan dengan contoh
yang tidak selalu melakukan sarapan (p>0.05). Hal ini dikarenakan pada waktu
pengambilan daya ingat sesaat akhir contoh sudah melewati waktu istirahat.
Sebagian contoh mengkonsumsi jajanan pada waktu istirahat tersebut, sehingga
contoh mendapat tambahan energi untuk berkonsentrasi pada waktu berikutnya.
Oleh karena itu tidak ditemukan adanya perbedaan nyata antara pengambilan DIS
awal maupun DIS akhir.
Faktor faktor yang berpengaruh terhadap Daya Ingat Sesaat
Hasil analisis korelasi chi square menunjukkan beberapa variabel
berhubungan dengan daya ingat sesaat. Lalu faktor tersebut diuji lanjut dengan
regresi logistik dan menghasilkan beberapa faktor yang mempengaruhi daya ingat
sesaat diantaranya adalah pengetahuan gizi dan status gizi. Berikut Tabel 26 yang
menggambarkan hasil uji regresi logistik.
Tabel 26 Hasil uji regresi logistik terhadap daya ingat sesaat
Variabel P OR 95% CI
Pengetahuan Gizi 0.046 2.631 1.016-6.813
Status Gizi 0.034 1.262 1.255-7.687
Contoh yang memiliki pengetahuan gizi yang baik berpeluang memiliki
daya ingat sesaat lebih baik 2.631 kali dibandingkan dengan contoh yang
memiliki pengetahuan gizi kurang. Pada nilai selang CI : 1.016-6.813 tidak
terdapat angka 1 (95% CI : 1.016-6.813), maka pengetahuan gizi yang tinggi
30
merupakan faktor protektif terhadap daya ingat sesaat yang baik bagi contoh
penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan gizi yang lebih baik memiliki
pengaruh lebih baik terhadap daya ingat sesat contoh pada penelitian kali ini.
Sejalan dengan penelitian Astina (2012) yang juga menunjukkan bahwa
pengetahuan gizi memiliki pengaruh terhadap status gizi.
Contoh yang memiliki status gizi yang normal berpeluang memiliki daya
ingat sesaat lebih baik 1.262 kali dibandingkan dengan contoh yang memiliki
status gizi tidak normal. Pada nilai selang CI 1.255-7.687 tidak terdapat angka 1
(95% CI : 1.255-7.687), maka status gizi normal juga merupakan faktor protektif
daya ingat sesaat yang baik bagi contoh penelitian. Penelitian sebelumnya juga
telah banyak dilakukan menunjukkan bahwa status gizi memiliki keterkaitan yang
cukup konsisten dengan daya ingat sesaat (Astina 2012). Selain itu, menurut
Astina (2012) terdapat banyak faktor protektif daya ingat sesaat pada usia sekolah
dasar yang salah satunya adalah status gizi dan status anemia individu. Seseorang
yang memiliki status gizi dan status anemia yang baik akan berpengaruh positif
pada daya ingat sesaat contoh. Namun pada penelitian kali ini tidak diteliti
bagaimana hubungan lebih lanjut status anemia mempengaruhi daya ingat sesaat
contoh.
Dengan uji regresi logistik yang telah dilakukan juga didapatkan
persamaan garis yaitu:
[
]
y = Daya ingat sesaat
x1= pengetahuan gizi
x2 = status gizi
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pangan sumber energi yang selalu dikonsumsi contoh adalah nasi dan mie.
Sedangkan protein hewani yang dominan dikonsumsi oleh contoh antara lain telur
dengan rata rata konsumsi sebesar 27.8 g/hari. Sedangkan untuk pangan kelompok
jajanan didominasi seperti minuman dari berbagai merek biskuit, permen dan
coklat. Sebagian besar contoh (75,68%) melakukan sarapan, dengan kecukupan
energi pada sebagian besar contoh berada dalam keadaan normal, laki laki
(10,81%) dalam kisaran normal begitu pula dengan perempuan (18,02%). Untuk
protein baik contoh yang berjenis kelamin laki laki (16,22%) dan perempuan
(18,02%) juga berada dalam kisaran normal. Berbeda dengan energi dan protein,
kecukupan lemak sebagian besar contoh melebihi diatas angka kebutuhan. Contoh
berjenis kelamin laki laki (15,32%) dan perempuan (24,32%) melebih diatas
angka kebutuhan. Begitu pula dengan tingkat kecukupan karbohidrat contoh baik
laki laki (13,51%) dan perempuan (36,94%) yang melebihi diatas angka
kecukupan yang dianjurkan. Untuk zat gizi mikro, tingkat kecukupan Fe contoh
31
sudah berada dalam kondisi cukup (53,15% ) hanya vitamin C contoh saja yang
masih dalam kondisi kurang (78,48%).
Sebagian besar contoh berjenis kelamin perempuan (41,44%) dan
mengkonsumsi makanan dengan nilai densitas energi tinggi lebih banyak
dibandingkan laki-laki (19,82%). Rata rata densitas energi konsumsi juga lebih
tinggi ditunjukkan oleh contoh berjenis kelamin perempuan (2,13 kkalg/)
dibandingkan laki-laki (1,98 kkal/g). Uang saku (p=0.044) dan pendidikan ibu
(p=0.008) merupakan variabel yang berhubungan positif dengan tingginya
densitas energi konsumsi sesuai dengan uji korelasi chi square.
Sebagian besar contoh memiliki status gizi normal dan memiliki hubungan
dengan beberapa variabel diantaranya adalah pengetahuan gizi (p=0.047) dan
kebiasaan sarapan (p=0.028). Contoh yang memiliki pengetahuan gizi yang baik
akan memiliki status gizi normal. Contoh yang rutin melakukan sarapan juga akan
memiliki status gizi yang normal dibandingkan contoh yang tidak rutin melakukan
sarapan. Densitas energi konsumsi yang diduga akan berhubungan dengan status
gizi contoh namun pada penelitian kali ini tidak menunjukan adanya hubungan
positif dengan status gizi, begitu pula dengan aktivitas fisik contoh.
Sedangkan untuk daya ingat sesaat walaupun terjadi penurunan sebesar
0,46 point pada pengambilan awal ke pengambilan akhir tetapi sebagian besar
contoh sebagian besar memiliki daya ingat sesaat yang baik. Faktor faktor yang
berhubungan dengan daya ingat sesaat adalah pengetahuan gizi, status gizi dan
kebiasaan sarapan. Namun setelah diuji lanjut regresi logistik hanya pengetahuan
gizi (p=0.012) dan status gizi(p=0.042) yang berpengaruh pada daya ingat sesaat
contoh. Dari hasil uji regresi logistik diketahui pengetahuan gizi (OR) = 2.631
(95% CI : 1.016-6.813) dan status gizi (OR) = 1.262 (95% CI: 1.255-7.687)
memiliki pengaruh dengan daya ingat sesaat. Didapatkan kesimpulan bahwa
status gizi yang normal dan pengetahuan gizi yang baik merupakan faktor
protektif daya ingat sesaat yang baik bagi contoh penelitian.
Saran
Sudah seharusnya konsumsi anak diperhatikan sesuai dengan prinsip
seimbang baik secara kualitas maupun kuantitas. Peran keluarga juga diharapkan
dapat lebih memahami pentingnya pengaturan makanan yang seimbang bagi anak.
Pemberian penyuluhan kepada anak juga dinilai penting dilakukan terkait
pengetahuan tentang gizi seimbang dan pentingnya konsumsi sayur dan buah
untuk menetralisir konsumsi energi dan makanan berlemak berlebih yang selama
ini diasup contoh. Hasil yang kurang siginifikan pada penelitian kali ini
dimungkinkan terjadi karena biasnya metode pengambilan data konsumsi contoh.
Pemilihan metode penilaian konsumsi pangan dan penilaian aktifitas fisik untuk
penilaian variabel densitas energi dan aktifitas fisik seharusnya mungkin akan
lebih baik jika diambil secara food record dan IPAQ.
32
DAFTAR PUSTAKA
Afandi 2012.Pengaruh Peer Group Support Terhadap Perilaku Jajanan Sehat
Siswa Kelas 5 SDN Ajung 2 Kalisat Jember. Indonesian Journal of
Community Health Nursing.ISSN : Vol. 1(1): 10
Anne S, Sigrunn H, Ingebjorg A, Gaute J, Margaretha H. 2006. Changes in
dietary pattern in 15 year old adolescents following a 4 month dietary
intervention with school breakfast – a pilot study. Nutrition Journal 5:33.
Arijanto et.al. 2008. Hubungan antara Kebiasaan Sarapan dengan prestasi belajar
yang dicapai dalam bidang IPA,IPS, Olahraga, total nilai dan daya ingat
pada contoh kelas VI SDN Pranti Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
[Laporan Penelitian]. Surabaya (ID):Fakultas Kedokteran Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.
Ashima K Kant et al.2008.Association of breakfast energy density with diet
quality and body mass index in American adults: National Health and
Nutrition Examination Surveys, 1999–2004. Am J Clin Nutr 88:1396–404.
Astina Junaida.2012. Pengaruh Status Gizi dan Status Anemia terhadap Daya
Ingat Sesaat siswa di SDN Pasanggrahan 1, Kabupaten Purwakarta.. Jurnal
Gizi dan Pangan :7(2):103-110.
Avihani Rizka Dyah Ayu . 2013 . Densitas energi makanan dan hereditas sebagai
faktor resiko hipertensi obesitik pada remaja awal.Journal of Nutrition
College. 2(1):69-75.
[DEPKES] Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan RI . 2007. Laporan
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional . Jakarta: Depkes RI.
Bagwel E Susan.2008.The Relationship Between Breakfast and School
Performance [internet]. [diunduh 2014 Mei 23]. Terdapat pada:
http://clearinghouse.missouriwestern.edu/manuscripts/202.asp
[BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.2013.2-5
Pendapatan keluarga. BKKBN [Internet]. [dunduh 2013 Des 30]. Tersedia
pada: www.bkkbn.go.id
[BPOM RI] Badan Pengawa Obat dan Makanan. 2009. Pangan Jajanan Anak
Sekolah. Jakarta : Edisi II.
Carison, Susan A, Fulton, Janet E, Lee ,&Sarah M. 2008. Physical Education and
academic achievement in elementary school: Data form the early childhood
Longitudinal Study. Am J Public Health, Vol 98, No.4
Cueto S and Chinen M. 2008. Educational Impact of a School Breakfast
Programme in Rural Peru. International Journal of Educational
Development 28 : 132-148.
Davidoff Linda L. 1988. Psikologi Suatu Pengantar. Edisi 2, Jilid 1(Mari Juniati,
Penerjemah). McGraw-Hill, Erlangga, Jakarta.
[DEPKES] Departemen Kesehatan. 1996. Pedoman Praktis Pemantauan Gizi
Orang Dewasa. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
[DEPKES] Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 2010. Daftar Komposisi
Bahan Makanan. Bhratara Press, Jakarta.
Dewi Ulfah Puspita. 2013. Hubungan Antara Densitas Energi Dan Kualitas Diet
Dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Remaja. Semarang.[skripsi].
33
Semarang (ID): Program studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran, Universitas
Diponegoro.
Drewnowski A,Darmon N. 2005. The economics of obesity: dietary energy
density and energy cost.Am J Clin Nutr;82(suppl):265S–73S.
Drewnowski A, Specter SE. 2004. Poverty and obesity: the role of energy density
and energy costs. Am J Clin Nutr 2004;79:6 –16.
FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requirement, Report of a Joint
FAO/WHO/UNU Expert Consultation. Rome 17-24 October.
Fikawati S, Syafiq A. 2007. Konsumsi kalsium pada remaja. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Gibson.2005.Principles of Nutritional Assesment..New York.: Oxford University
Press.
Hardinsyah, Tambunan V, 2004. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Serat
Makanan, Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta :67-69.
Harper L, Brady D, Judy D. 2009. Pangan, Gizi dan Pertanian. Suhardjo,
penerjemah.Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Food, Nutrition and
Agriculture.
Jason H. Ledikwo, et.al.2006. Dietary Energy Density is Associated with Eergy
Intake and Weight Status in US Adults. Am J Clin Nutr ;83:1362-8.
[KEMENTAN] Kementrian Pertanian.2010. Pedoman Pangan bergizi beragam
berimbang. [internet]. [diunduh pada 2014 Juli 15]. Tersedia pada :
http://cybex.deptan.go.id
[KEMENTAN] Kementrian Pertanian. 2012. Roadmap Diverifikasi Pangan
Tahun 2010-2015. Jakarta : Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian
RI
Khomsan A. 2000. Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.
Khomsan A. 2006. Solusi Makanan Sehat. Jakarta:Raja grafindo Persada.
Kral TVE, LM Whiteford, M Heo.2011. Effects Of Eating Breakfast Compared
With Skipping Breakfast On Ratings Of Appetite And Intake At
Subsequent Meals In 8- To 10-Y-Old Children. Journal of the American
Clinical Nutrition.1(2):33-37.
Kusharto C , Sa’addiyah. 2012. Diktat Penilaian Konsumsi Pangan. Bogor:
Jurusan Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Kustiyah L. 2005. Kajian Pengaruh Intervensi Makanan Kudapan Terhadap
Peningkatan Kadar Glukosa Darah Dan Daya Ingat Anak Sekolah Dasar.
[disertasi]. Bogor: Program Studi Gizi Masyarakat Dan Sumberdaya
Keluarga, Institut Pertanian Bogor.
Latifah M.2010 Impact Of Breakfast Eating Pattern On Nutritional Status,
Glucose Level, Iron Status In Blood, And Test Grade Among Upper
Primary School Girls In Riyadh City, Saudi Arabia. Pakistan Journal Of
Nutrition 9 (2): 106-111.
Lemeshow S, Hosmer DW, Janelle, Lwanga SK. 1997. Besar Sampel dalam
Penelitian Kesehatan.Pramono D,penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
34
Madanijah S, Syarief H, Karyadi D, Aunuddin, Patmonodewo S. 2004. Model
Pendidikan “GI-PSI-SEHAT” (Nutrition-Psychosocial-Health) for Mothers,
The Mother Behaviour, and Educational Environment of Children under
two years. Media Gizi dan keluarga [internet]. [diunduh 2014 Jan 1]; 29(2):
1-13. Terdapat pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/41880.
Nadhiroh Siti Rahayu, Suryaputra Kartika. 2012. Perbedaan Pola Makan Dan
Aktivitas Fisik Antara Remaja Obesitas Dengan Non Obesitas. Makara
Kesehatan. 16 (1) : 45-50.
Nahak Landalinus,Lewi Jutomo. 2012. Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu, Gejalan
Penyakit infeksi dan tingkat kecukupan zat gizi terhadap pertumbuhan
baduta di wilayah kerja Puskesmas Noemuti. Jurusan Gizi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Jurnal UNDANA.Vol.1, No.1:
1-7.
Nuzrina Rachmanida, Wiyono Sugeng. 2010. Biaya Bahan Makanan, Densitas
Energi Makanan Dan Status Gizi Wanita Pedagang Pasar Kebayoran Lama
Jakarta Selatan. Jurnal Gizi Vol.2 No.1:75-79.
Ohoiwutun Maria K.2012.Pengaruh jenis kudapan terhadap daya ingat sesaat
contoh SDN 1 Pasanggarahan Purwakarta[Tesis].Bogor (ID): Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Pertiwi, Lucky Juliana.Hubungan Angka Kecukupan Gizi dan Pengetahuan
Tentang Gizi dengan Status Gizi Balita di Desa 2012. Jurnal Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjajaran. Bandung.[internet] [diunduh 2014
Mei 1]; 1(2): 1-13.
Piaget J. 1983. Handbook of Child Psychology. 4th edition. Vol. 1. New York:
Wiley
Podulka, Dwan. Pivarnik , james M&Wornack ,C.J. 2006. Effect of Physcial
education and activity levels on academis achievement in children. Med.
Sci. Sport Exerc.,Vol .38 , pp.1515-1519.
Pollit E, Gossin L. 1989. The impact of poor nutrition and desease on educational
outcome. UNESCO Meeting, Stockholm, Sweden.
Prayitno et al. 2013. Perbedaan Status Gizi Anak SD Kelas IV dan V Di SD
Unggulan (06 Pagi Makasar) dan SD Non Unggulan (09 Pagi Pinang Ranti)
Kecamatan Makasar Jakarta Timur Tahun 2012 Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
5(1); 22-25.
Rahmaniah M, Tanziha I, Firman I, Herdiani Y.2013. Peningkatan kesehatan
masyarakat melalui interactive breakfast-nutrition learning content
management system berbasis mobile untuk siswa sekolah dasar.[Tesis]
Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Rampersaud, Pereira, M. A., Girard, B. L., Adams, J., & Metzl, J. D. 2005.
Breakfast Habits, Nutritional Status, Body Weight, and Academic
Performance in Children and Adolescents. Journal of the American Dietetic
Association, 105(5), 743-760.
Ratnasari Dewi Kristina.2012.Gambaran Kebiasaan Konsumsi Mie Instan Pada
Anak Usia 7-12 Tahun [skripsi]. Semarang(ID) : Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
35
Rauf et al.2010. Pengetahuan Gizi, Pola Makan Dan Status Gizi Contoh SMP
Negeri 4 Tompobulu Kabupaten Bantaeng. Media Gizi Pangan, Vol. IX,
Edisi 1, Januari – Juni 2010.42-48. Rolls, B. & Barnett, R.A. 2000. Volumetrics: Feel full on fewer calories. New York:
Harper Collins. Sanjur. 1982. Social and Culture Perspective in Nutrition. New Jersey:
Englewood Cliffts, prentice hall.
Seifort KL, Hoffnung RJ. 1997. Child and Adolescent Development. Houghton
Zifflin Company. New York.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Sukandar D. 2007. Studi sosial ekonomi, aspek pangan, gizi dan sanitasi petani
sawah beririgasi di Banjar Jawa Barat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Supariasa IDN, B Bakri, I Fajar. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Suryaalamsyah II. 2009. Konsumsi fast food dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan kegemukan anak sekolah di SD Bina Insani Bogor [Tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Syafitri Y, Syarief H, dan Baliwati YF. 2009. Kebiasaan jajan contoh sekolah
dasar (studi kasus di SDN Lawanggintung 01 Kota Bogor). Jurnal Gizi dan
Pangan 4(3): 167-175.
Triatma B. 1999. Pengaruh Kudapan PMT-AS Terhadap Glukosa Darah dan Daya
Ingat Sesaat Anak sekolah di Karyasari, Leuwliang [tesis] Bogor(ID):Ilmu
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB.
Institut Pertanian Bogor.
[WHO] World Health Organization. 2000. Obesity: Preventing and Managing the
Global Epedemic. Geneva: WHO Technical Report Series.
[WHO] World Health Organization. 2007. Measuring Change in Nutrition Status.
Geneva.
Wiharyanti Rooslain. 2006. Anak Yang Sarapan Daya Ingatnya Lebih Baik.
[internet]. [diunduh 2014 Juni 1]; Terdapat pada: www.bernas.co.id
Williams, M.H. 1995. Nutrition for Fitness and Sport (4th ed.). Broken & Bench
Mark Pub.Madison
Zuraida Nuris Rakhmawati.2013.Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan
Perilaku Pemberian Makanan Anak Usia 12-24 bulan.[Skripsi]
Semarang(ID): Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
36
LAMPIRAN
Lampiran 5 Uji Statistik korelasi Chi square dengan densitas energi konsumsi
Variabel yang diteliti p
Uang Saku 0.044
Besar Keluarga 0.539
Penghasilan Orang Tua 0.939
Pendidikan Ayah 0.392
Pendidikan Ibu 0.008
Pengetahuan Gizi 0.739
Aktivitas Fisik 0.672
Lampiran 6 Uji Statistik korelasi Chi square dengan status gizi
Variabel yang diteliti p
Uang Saku 0.634
Pendidikan Ayah 0.288
Pendidikan Ibu 0.440
Pengetahuan Gizi 0.047
Aktivitas Fisik 0.440
Kebiasaan Sarapan 0.028
Densitas Energi Makanan 0.634
Lampiran 2 Wawancara
Contoh
Lampiran 3 Pengisian
kuesioner daya ingat sesaat
Lampiran 1 Pengisian
kuesioner
Lampiran 4 Pengukuran BB
menggunakan timbangan
37
Lampiran 7 Uji Statistik korelasi Chi square dengan daya ingat sesat
Variabel yang diteliti p
Uang Saku 0.962
Pengetahuan Gizi 0.046
Aktivitas Fisik 0.251
Densitas Energi Makanan 0.684
Status Gizi 0.034
Kebiasaan Sarapan 0.028
Lampiran 8 Test statistics pengambilan daya ingat sesaat
Skor penurunan daya
ingat sesaat
Mann Whitney U 1.653E3
Wilcoxon W 4.734E3
Z -0.956
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.620
Lampiran 9 Uji regresi logistik
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 121.561a .052 .076
Independent Variabel : Status Gizi dan Pengetahuan Gizi
Dependent Variabel : Daya Ingat Sesaat
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
95,0% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step 1a PENGGIZ 1.133 .462 6.012 1 .046 2.631 1.016 6.813
STATUSGIZI .002 .497 .000 1 .034 1.262 1.255 7.687
Constant -1.999 1.244 2.585 1 .108 .135
a. Variable(s) entered on step 1: PENGGIZ, STATUSGIZI.
38
Lampiran 9 Kuesioner penelitian
KUESIONER SISWA
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Isilah dengan huruf kapital. Jawaban yang jujur sangat membantu untuk
keberhasilan penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi Anda.
Sheet 1: Cover
Nama Lengkap : ________________________________________
Usia : ____________________________________ tahun
Tempat/tanggal Lahir : ________________________________________
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Asal SD : 1.SD .......................................................................
No. Telepon Rumah/HP : ________________________________________
Sheet 2: Data IDV
A. Data Karakteristik Individu
1.Saya adalah anak ke ________ dari _________ orang bersaudara
sekandung.
2. Uang saku per hari saya sebanyak Rp ________________________
Sheet 3: Data KLRG
B. Data Karakteristik Keluarga
1.Berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah
a) 1-4 orang
b) 5-6 orang
c) > 7 orang
2.Nama orang tua
Nama Ayah : ________________________________________
Nama Ibu : ________________________________________
3.Pekerjaan orang tua
Pekerjaan Ayah : ________________________________________
Pekerjaan Ibu : ________________________________________
4.Pendidikan orang tua
Pendidikan Ayah : _______________________________________
Pendidikan Ibu : _______________________________________
5. Pendapatan orang tua per bulan
Pendapatan Ayah : _______________________________________
Pendapatan Ibu : _______________________________________
Tanggal Pengisian : ________________________________________
Pengumpulan Data :
Nama Enumerator* : ________________________________________
39
Keterangan: - Pendidikan orang tua: (0) Tidak sekolah; (1) SD/Sederajat; (2)
SMP/Sederajat; (3) SMA/Sederajat; (4) Diploma/Akademi; (5)
Sarjana/Pascasarjana.
- Pekerjaan orang tua: (0) Tidak Bekerja; (1) PNS/ABRI/POLRI; (2)
Peagawai Swasta; (3) Wiraswasta; (4) Buruh/petani; (5) Ibu rumah tangga;
(6) Lainnya, sebutkan…
Sheet 4: Data PGTHN
C. Data Pengetahuan Gizi Siswa
Nama / Kelas : __________________________________________________
Beri tanda silang (x) pada jawaban yang kamu anggap benar. Pikirkan baik-baik
sebelum kamu menjawab.
Catatan: Hasil tes ini TIDAK akan berpengaruh pada nilaimu di Sekolah.
1. Makanan tinggi serat adalah
a. Daging sapi
b. Ayam
c. Sayuran hijau
2. Serat berfungsi sebagai
a. Memperlancar buang air besar
b. Memperlancar buang air kecil
c. Memperlancar buang air besar dan kecil
3. Makanan tinggi lemak adalah
a. Jeroan
b. Jeruk
c. Kangkung
4. Fungsi lemak dalam tubuh adalah
a. Mencegah penyakit gondok
b. Mencegah sariawan
c. Sebagai cadangan energi
5. Fungsi lemak dalam makanan adalah
a. Memberikan rasa gurih dan renyah
b. Pengawet makanan
c. Pewarna makanan
6. Lemak nabati berasal dari
a. Tumbuhan
b. Hewan
c. Bakteri
7. Berikut merupakan contoh lemak hewani
a. Telur
b. Tempe
c. Alpukat
8. Kegiatan tidur terdiri dari
a. Tidur malam
b. Tidur pagi dan tidur siang
c. Tidur siang dan tidur malam
9. Yang merupakan aktivitas fisik ringan adalah
a. Bersepeda
40
b. Bermain sepak bola
c. Duduk santai
10. Yang merupakan aktivitas fisik berat adalah
a. Bemain sepak bola
b. Mengepel
c. Berjalan
Sheet 5: Data KSPN
D.Recall Konsumsi Pangan
CONTOH:
Hari Libur (5 /09/2013)
Waktu Jenis Makanan Bahan Makanan Jumlah yang dikonsumsi
URT gr*
Pagi
(06.00-10.00)
NASI GORENG NASI 1 PIRING
TELUR CEPLOK TELUR 1 BUTIR
SAYUR KACANG KACANG
PANJANG 4 SENDOK MAKAN
Selingan
(10.00-12.00)
ROTI COKLAT ROTI 1 BUNGKUS
COKLAT PASTA 1 SENDOK MAKAN
Siang
(12.00-16.00)
NASI NASI 1 PIRING
TEMPE BACEM TEMPE 1 POTONG
SAYUR BAYAM BAYAM 1/2 MANGKUK
KECIL
IKAN GORENG IKAN MUJAIR 1 POTONG
BUAH PEPAYA PEPAYA 1 POTONG
URT= Ukuran Rumah Tangga): piring, mangkok, piring kecil, gelas,
bungkus, sendok makan, sendok teh, cangkir, tusuk, bungkus, potong, porsi,
buah.
*= tidak perlu diisi oleh responden.
Hari Libur (Minggu) ( / /2013)
Waktu Jenis Makanan Bahan Makanan
Jumlah yang
dikonsumsi
URT gr*
Pagi
(06.00-10.00)
Selingan
(10.00-12.00)
41
Siang (12.00-
16.00)
Selingan
(16.00-19.00)
Malam
(19.00-21.00)
Selingan
(21.00-tidur)
URT= Ukuran Rumah Tangga): piring, mangkok, piring kecil, gelas,
bungkus, sendok makan, sendok teh, cangkir, tusuk, bungkus, potong, porsi,
buah.
*= tidak perlu diisi oleh responden.
Hari Sekolah ( / /2013)
Waktu Jenis Makanan Bahan Makanan
Jumlah yang
dikonsumsi
URT gr*
Pagi
(06.00-10.00)
Selingan
(10.00-12.00)
42
Siang (12.00-
16.00)
Selingan
(16.00-19.00)
Malam
(19.00-21.00)
Selingan
(21.00-tidur)
URT= Ukuran Rumah Tangga): piring, mangkok, piring kecil, gelas,
bungkus, sendok makan, sendok teh, cangkir, tusuk, bungkus, potong, porsi,
buah.
*= tidak perlu diisi oleh responden.
Sheet 6: Data FFQ
E. Data FFQ Sehari
No Bahan Makanan Frekuensi (kali)
Keterangan*
(S / R /T) Sehari Seminggu Sebulan
1 Sumber Energi
Nasi
Mie
Bihun
Kentang
Singkong/ubi
Sereal
Jagung
Roti
Biskuit
Lainnya,
sebutkan ………………
……….
43
2 Protein Hewani
Lele
Mujair
Mas
Bawal
Ikan asin
Kembung
Udang/makanan laut
Daging sapi
Daging ayam
Daging kambing
Hati sapi
Hati ayam
Telur ayam
Telur bebek
Susu kental manis
Susu sapi
Keju
Lainnya,
sebutkan ………………
……….
4 Protein Nabati
Kacang kedelai
Kacang hijau
Kacang merah
Kacang bogor
Kacang tanah
Kacang polong
Tempe
Tahu
Oncom
Susu kedelai
Lainnya,
sebutkan ………………
……….
5 Sayur-sayuran
Bayam
Kangkung
Daun singkong
Wortel
Kool
Kembang kool
Ketimun
Sawi
Brokoli
Tomat
Tauge
Lainnya,
sebutkan ………………
……….
6 Buah-buahan
Jeruk
Pepaya
44
Apel
Mangga
Sirsak
Pisang
Jambu biji
Alpukat
Lainnya,
sebutkan ………………
……….
7 Lain Lain
Gorengan tempe
Bakwan goring
Pisang goring
Risoles
Santan
Mentega
Margarin
Coklat
Jeroan
Teh manis
Jeruk manis
Nutrisari
Fruit tea
Coca-cola
Teh gelas
Teh kotak
Ale-ale
Teh sisri
Keterangan* : Pembelian di sekolah (S), Dibawa dari rumah (R), pemberian teman (T)
Sheet 7: Data AKFS
F.Aktifitas Fisik
CONTOH:
(Hari Libur)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
5.00 SHALAT MANDI SARAPAN
6.00 MEMBACA BERANGKAT SEKOLAH
Hari/Tanggal : ................... (Hari Libur)
(menit) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
5.00
6.00
7.00
8.00
Petunjuk Pengisian:
Responden mengisi semua jenis kegiatan yang dilakukan selama 1x24 jam sehari sebelum
dilakukan wawancara, misalnya: wawancara pada hari Selasa, maka responden menulis semua
kegiatan yang dilakukan pada hari Senin dari bangun tidur pagi sampai tidur malam.
45
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
Hari/Tanggal : ................... (Hari Sekolah)
(menit)
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
Ja
m
Ja
m
46
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
47
Sheet 8. Kuisioner Daya Ingat Sesaat
G. Daya Ingat Sesaat
Daya Ingat Sesaat
Kata yang diberikan pada Pengambilan pertama yaitu:
mangga, kucing, melati , Indonesia , cilok , ibu.
Kata yang diberikan pada pengambilan kedua yaitu:
adik , kamboja , ayam, batagor, jambu , India.
Lembar jawab Daya Ingat Sesaat Siswa
Nama :
Kelas :
Nama enumerator :
Asal Sekolah :
I. Periode waktu pertama
1.
2.
3.
4.
5.
6.
II.Periode waktu yang kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
48
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di DKI Jakarta pada tanggal 09 Juni 1992. Penulis merupakan
anak kedua dari dua bersaudara, putri dari pasangan Bakhrun dan Ibu Eliza.
Pendidikan Menengah Atas ditempuh penulis di SMAN 1 Purwokerto tahun 2007-
2010. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas
Ekologi Manusia , Departemen Gizi Masyarakat melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif
dalam beberapa organisasi kemahasiswaan yaitu bendahara divisi Pengembangan
Sumber Daya Manusia (2011-2012), exchange participant AIESEC IPB(2013-2014)
dan anggota Badan Konsultasi Gizi IPB (2013-2014). Penulis juga pernah menjadi
koordinator expo divisi acara Nutrition Fair 2013 dan divisi humas dan publikasi
Indonesian Ecology Expo 2012.
Pada bulan Maret 2014 penulis mengikuti Internship dietetic (ID) di Rumah
Sakit Pusat Kanker Nasional Dharmais, Jakarta. Penulis pernah menjadi asisten
praktikum mata kuliah Sosiologi Umum untuk mahasiswa Tingkat Persiapan
Bersama(2012-2013) dan mata kuliah Konsultasi Gizi tahun ajaran 2013/2014.
Penulis juga merupakan penerima beasiswa PPA dari Direktorat Pendidikan Tinggi
(DIKTI) pada tahun 2011 dan Beasiswa Sobat Bumi Pertamina Foundation tahun
2012 hingga tahun 2014. Penulis juga pernah melakukan presentasi karya tulis
ilmiahnya di International Conference on Youth 2013 di Kuala Lumpur Malaysia
yang dibiayai full oleh Kalbe Nutritionals dan Pertamina Foundation.