Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PADA PERSEPSI UMKM
TERHADAP PEMBIAYAAN PLS DI JAWA TENGAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh:
SUKMA NUGRAHA PRASETYA
B100170137
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
i
ii
iii
1
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PADA PERSEPSI UMKM TERHADAP
PEMBIAYAAN PLS DI JAWA TENGAH
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya,berbagi resiko,dukungan
bisnis,kehilangan kendali,akses ke hutang konvensional,kesesuaian
keuangan,tahap pengembangan,keyakinan agama,keyakinan normative,efikasi
diri,kondisi fasilitasi terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS pada UMKM di
Jawa Tengah.Pengumpulan data melalui kuesioner. Analisis data dalam penelitian
ini menggunakan Smart PLS versi 3.0. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan teknik pengujian data
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi outer model yang terdiri dari
convergent validity, discriminant validity, composite reliability, cronbanch’s alpha
dan uji multikolinearitas serta inner model yang terdiri dari coefficient
determination, goodness of fit, uji effect size (f2), Normed fit index dan pengujian
hipotesis. Hasil penelitian ini variabel 1)Biaya berpengaruh terhadap niat
menggunakan pembiayaan PLS, 2) Berbagi risiko berpengaruh terhadap niat
menggunakan pembiayaan PLS, 3) Dukungan bisnis tidak berpengaruh terhadap
niat menggunakan pembiayaan PLS,4) Kehilangan kendali berpengaruh terhadap
niat menggunakan pembiayaan PLS,5) Akses ke hutang konvensional berpengaruh
terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS,6) Kesesuaian keuangan tidak
berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS,7) Tahap pengembangan
berpengaruh terhadap kesesuaian keuangan,8) Keyakinan agama tidak berpengaruh
terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS,9) Keyakinan normatif tidak
berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS,10) Efikasi diri tidak
berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS,11) Kondisi fasilitas
berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS,12) Tahap
pengembangan tidak berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS
melalui kesesuaian keuangan.
Kata Kunci: biaya,berbagi resiko,dukungan risnis, kehilangan kendali, akses
kehutang konvensional, kesesuaian keuangan,tahap
pengembangan, keyakinan agama, keyakinan normative, efikasi
diri, kondisi fasilitasi, niat menggunakan pembiayaan PLS
Abstract
This study aims to analyze costs, risk sharing, business support, loss of control,
access to conventional debt, financial compatibility, stage of development, religious
beliefs, normative beliefs, self-efficacy, facilitation conditions on the intention to
use PLS financing on MSMEs in Central Java. data through a questionnaire. Data
analysis in this study used Smart PLS version 3.0. The sampling technique in this
study uses purposive sampling and data testing techniques used in this study include
the outer model consisting of convergent validity, discriminant validity, composite
reliability, cronbanch's alpha and multicollinearity tests as well as the inner model
consisting of coefficient determination, goodness of fit, effect size test (f2), Normed
fit index and hypothesis testing. The results of this study are variables 1) Cost
2
affects the intention to use PLS financing, 2) Risk sharing affects the intention to
use PLS financing, 3) Business support does not affect the intention to use PLS
financing, 4) Loss of control affects the intention to use PLS financing, 5) Access
to conventional debt affects the intention to use PLS financing, 6) Financial
conformity has no effect on the intention to use PLS financing, 7) The development
stage affects financial suitability, 8) Religious beliefs have no effect on the intention
to use PLS financing, 9) Normative beliefs have no effect on the intention to use
PLS financing, 10) Self-efficacy has no effect on the intention to use PLS financing,
11) The condition of the facility affects the intention to use PLS financing, 12) The
development stage has no effect on the intention to use PLS financing through
financial suitability.
Keywords: cost, risk sharing, business support, loss of control, access to
conventional debt, financial compliance, development stage, religious
beliefs, normative beliefs, self efficacy, facilitation conditions,
intention to use PLS financing
1. PENDAHULUAN
Kegiatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu
bidang usaha yang dapat berkembang dan konsisten dalam perekonomian nasional
dan menjadi wadah yang baik bagi pencipta an lapangan pekerjaan yang produktif
(Ribeiro, 2014). UMKM mempunyai peran yang sangat strategis dalam
pembangunan ekonomi, selain itu UMKM juga berperan dalam pendistribusian
hasil pembangunan. Keberadaan sektor UMKM bukan hanya dianggap sebagai
tempat penampungan sementara bagi para pekerja yang belum masuk ke sektor
formal, tetapi juga sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi (Putra, 2016).
Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi yang memiliki berbagai jenis
sentra kreatif memiliki peran besar sebagai model acuan bagi provinsi lain dalam
pengembangan UMKM (Lauria et al., 2014). Di Jawa Tengah sendiri memiliki
berbagai jemis usaha di bidang UMKM yang tersebar di berbagai kota di Provinsi
Jawa Tengah seperti kota Semarang, Solo, Purwodadi, Salatiga dan lain-lain. Sektor
usaha kecil dan menengah yang ada di Jawa Tengah yaitu seperti industri, pertanian
dan perikanan, perdagangan, pariwisata dan lain-lain. Bidang usaha yang banyak
dikembangkan UMKM di Jawa Tengah yaitu bidang makanan dan minuman karena
di bidang makanan dan minuman sangat mudah dijalankan dan mudah diterima oleh
masyarakat di Jawa Tengah. Tercatat ada 394.009 usaha kecil dan menegah yang
3
ada di Jawa Tengah yang terdiri atas 39.125 usaha kecil dan 354.884 usaha
menengah.
Perkembangan UMKM di Jawa Tengah khususnya diharapkan dapat
memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya
penanggulangan masalah-masalah tersebut di atas. Banyaknya hambatan UMKM
dalam mengakses sumber-sumber pembiayaan dari lembaga-lembaga formal
menjadi permasalahan bagi pengembangan UMKM (Adawiyah, 2014). Untuk
memberikan solusi dalam permodalah yang di hadapi oleh UMKM, maka perlu
adanya kerja sama antara UMKM yang ada di Indonesia dengan lembaga
perbankan, guna menunjang pendanaan untuk proses produksi dari UMKM
tersebut. Pembiayaan yang di berikan lembaga perbankan sebagai alternatif solusi
pendanaan yang mudah, cepat, terhindar dari rentenir, dan yang paling utama
adalah berdasarkan ketentuan sistem bagi hasil, atau yang popular dikenal sebagai
Profit and Loss Sharing (PLS).
Dalam sistem PLS harga modal ditentukan secara bersama. Price of capital
dan enterpreneurship merupakan kesatuan integratif yang secara bersama-sama
harus diperhitungkan dalam menentuka harga. Dalam perjanjian bagi hasil yang
disepakati adalah proporsi pembagian hasil dalam ukuran persentase atas
kemungkinan hasil produktifitasnya (Yahya & Agunggunanto, 2012). Kaidah bagi
hasil adalah memberikan legalitas orang melakukan aktifitas ekonomi baik secara
individu maupun kelompok dengan kerjasama, serta mengambil keuntungan atau
bagi hasil dari aktivitas tersebut. Inti dari investasi bagi hasil pada dasarnya adalah
terletak pada kerjasama yang baik antara pemilik modal dengan pengusaha.
Kerjasama ekonomi harus dilakukan dalam semua lini kegiatan ekonomi, yaitu:
produksi, distribusi barang maupun jasa. Melalui kerjasama antara pemilik modal
atau uang dengan pengusaha pemilik keahlian atau keterampilan tenaga dalam
pelaksanaan unit-unit ekonomi atau proyek usaha, kedua belah pihak yang bermitra
tidak akan mendapatkan bunga, tetapi mendapatkan bagi hasil atau profit sharing
dari kegiatan ekonomi yang disepakati bersama.
Minat pengusaha UMKM untuk menggembangkan usahanya dengan
mengajukan pembiayaan pada lembaga keuangan tergolong masih kecil. Siklus
4
usaha yang sangat sederhana dan ruang lingkup yang kecil dimana kegiatannya
hanya membeli barang dari pemasok, kemudian menjualnya kepada konsumen
tanpa diproses lebih lanjut dan jumlahnya pun juga tidak banyak. Padahal menurut
Kreitner dan Kinicki (2001) pengetahuan seseorang akan mempengaruhi perilaku
dan keputusannya. Untuk mendorong pengusaha kecil menggunakan pembiayaan
PLS, perlu dilakukan upaya untuk memetakan pengetahuan mereka dalam hal
sistem bagi hasil, serta upaya perbaikannya sehingga mampu meningkatkan
kualitas pembuatan keputusan usahanya.
Berbagai model yang dikembangkan dalam berperilaku oleh pengusaha
UMKM di antaranya Theory of Planned Behavior (TPB) oleh Ajzen dan Fishbein.
Perbedaan dasar model yang mengacu pada TPB dengan model lainnya, model
dasar TPB dianggap lebih baik dan kompleks dalam menjelaskan perilaku
berwirausaha. TPB merupakan teori yang cukup berpengaruh dalam menjelaskan
dan memprediksi suatu tingkah laku (behavior). Menurut TPB, faktor penentu dari
suatu tingkah laku adalah niat (intention), Berdasarkan uraian latar belakang
penelitian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
Analisis factor-faktor Pada Persepsi UMKM Terhadap Pembiayaan PLS di Jawa
Tengah.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan dalam
penelitian adalah data primer, yaitu data yang diperoleh peneliti dari penyebaran
kuesioner langsung kepada responden. Populasi penelitian ini adalah seluruh
pemilik-manajer UKM di Jawa Tengah yang berumur di atas 18 tahun. Sampel
penelitian ini ditentukan dengan Teknik purposive sampling. Metode analisa data
analisis SEM (Structural Equation Modeling) berbasis komponen atau variance
yaitu aplikasi software Partial Least Square (PLS).
5
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Analisis Data
Gambar 1. Hasil Uji Outer Model
Tabel 1. R Square Coefficient Determination
R
Square
R
Square
Adjuste
d
Kesesuaian Keuangan (X6) 0.170 0.164
Niat untuk Menggunakan
Pembiayaan PLS (Y) 0.623 0.596
Hasil hasil pada Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai R square lebih dari 0 (nol),
yaitu 0,623. Maka dapat disimpulkan bahwa model mempunyai Nilai koefisien
determinasi
Tabel 2. Q Square Predictive Relevance
SSO SSE Q Square
Niat untuk Menggunakan
Pembiayaan PLS (Y) 0.630 0.547 0.867
6
Hasil hasil pada Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai Q square lebih dari 0
(nol), yaitu 0,867. Maka dapat disimpulkan bahwa model mempunyai nilai
predictive relevance yang baik.
Tabel 3. Effect Size (f 2)
Kesesuaian
Keuangan
(X6)
Niat untuk
Menggunakan
Pembiayaan
PLS (Y)
Akses ke Hutang Konvensional
(X5) 0.049
Berbagi Risiko (X2) 0.030
Biaya (X1) 0.032
Dukungan Bisnis (X3) 0.024
Efikasi Diri (X9) 0.060
Kehilangan Kendali (X4) 0.044
Kesesuaian Keuangan (X6) 0.022
Keyakinan Agama (X7) 0.053
Keyakinan Normatif (X8) 0.035
Kondisi Fasilitas (X10) 0.334
Tahap Pengembangan (X6a) 0.205
Berdasarkan hasil pada Tabel 3 menunjukkan bahwa Effect Size (f 2) pada
konstruk yang memiliki nilai di bawah 0.15 dimana termasuk dalam kategori yang
memiliki pengaruh menengah pada tataran struktural adalah konstruk variabel
biaya, berbagi risiko, dukungan bisnis, kehilangan kendali, akses ke hutang
konvensional, kesesuaian keuangan, keyakinan agama, keyakinan normatif dan
efikasi diri. Kemudian pada konstruk yang memiliki nilai di bawah 0.35 dimana
termasuk dalam kategori yang memiliki pengaruh besar pada tataran struktural
adalah konstruk variabel kondisi fasilitas dan tahap pengembangan.
3.2 Uji Hipotesis
Tabel 4. Uji Hipotesis (Pengaruh Langsung)
Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
T Statistics
(|O/STDEV|)
P
Values
Akses ke Hutang
Konvensional
(X5) -> Niat
untuk
Menggunakan
0.201 0.183 0.102 1.982 0.048
7
Pembiayaan PLS
(Y)
Berbagi Risiko
(X2) -> Niat
untuk
Menggunakan
Pembiayaan PLS
(Y)
0.244 0.244 0.113 2.158 0.031
Biaya (X1) ->
Niat untuk
Menggunakan
Pembiayaan PLS
(Y)
0.239 0.236 0.124 1.925 0.045
Dukungan Bisnis
(X3) -> Niat
untuk
Menggunakan
Pembiayaan PLS
(Y)
0.092 0.078 0.102 0.900 0.369
Efikasi Diri (X9) -
> Niat untuk
Menggunakan
Pembiayaan PLS
(Y)
0.080 0.083 0.057 1.390 0.165
Kehilangan
Kendali (X4) ->
Niat untuk
Menggunakan
Pembiayaan PLS
(Y)
0.227 0.239 0.099 2.284 0.023
Kesesuaian
Keuangan (X6) ->
Niat untuk
Menggunakan
Pembiayaan PLS
(Y)
-0.013 -0.027 0.055 0.228 0.820
Keyakinan
Agama (X7) ->
Niat untuk
Menggunakan
Pembiayaan PLS
(Y)
-0.044 -0.055 0.071 0.617 0.538
Keyakinan
Normatif (X8) ->
Niat untuk
Menggunakan
0.048 0.062 0.067 0.722 0.470
8
Pembiayaan PLS
(Y)
Kondisi Fasilitas
(X10) -> Niat
untuk
Menggunakan
Pembiayaan PLS
(Y)
0.486 0.468 0.099 4.907 0.000
Tahap
pengembang
(X6A) ->
Kesesuaian
Keuangan (X6)
0.412 0.439 0.060 6.928 0.000
Tahap
pengembang
(X6A) -> Niat
untuk
Menggunakan
Pembiayaan PLS
(Y)
-0.005 -0.012 0.024 0.213 0.831
Tabel 5. Uji Hipotesis (Pengaruh Tidak Langsung)
Origin
al
Sampl
e (O)
Samp
le
Mean
(M)
Standar
d
Deviati
on
(STDE
V)
T
Statistics
(|O/STD
EV|)
P
Value
s
Tahap
pengembang
(X6A) ->
Kesesuaian
Keuangan (X6) ->
Niat untuk
Menggunakan
Pembiayaan PLS
(Y)
0.058 0.063 0.036 1.593 0.112
3.3 Pembahasan
3.3.1 Pengaruh Biaya terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa biaya berpengaruh terhadap niat
menggunakan pembiayaan PLS. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai t statistik
sebesar 1,925 yang lebih besar dari t tabel yaitu 1,64. Maka, hipotesis pertama
9
dalam penelitian ini diterima, yang berarti semakin mudah biaya modal yang
diperoleh, maka akan mampu meningkatkan niat menggunakan pembiayaan PLS.
Artinya pelaku UMKM yang sudah bisa menggunakan biaya modal secara efektif
dan efesien, dan jika kegiatan ini terus dilakukan, maka pelaku UMKM akan
mengalami peningkatan usaha. Dengan usaha yang terus meningkat, maka akan
memperoleh keuntungan. Di sinilah peran pembiayaan PLS, sehingga pembiayaan
PLS sudah mampu mendorong kemajuan pelaku UMKM, sehingga sikap yang
ditunjukkan oleh para pelaku UMKM sangat responsif. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian dari Badaj dan Radi (2017) yang menyatakan bahwa biaya
berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS.
3.3.2 Pengaruh Berbagi Risiko terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa berbagi risiko berpengaruh
terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai
t statistik sebesar 2,158 yang lebih besar dari t tabel yaitu 1,64. Maka, hipotesis
kedua dalam penelitian ini diterima, yang berarti bahwa persepsi dalam berbagi
resiko dan cukupnya pengetahuan serta informasi yang tersedia dengan baik akan
membentuk sugesti yang positif mengenai pembiayaan PLS, sehingga akan
meningkatkan kepercayaan dan menumbuhkan intense/niat para pelaku UMKM
dalam menggunakan pembiayaan PLS. Dengan berbagi risiko tidak berarti
mengurangi tingkat kegawatan risiko, tetapi hanya memindahkan ke pihak lain dan
harus disadari bahwa pada akhirnya dampak risiko tetap pada pemangku risiko
utama. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Badaj dan Radi (2017)
yang menyatakan bahwa berbagi risiko berpengaruh terhadap niat menggunakan
pembiayaan PLS.
3.3.3 Pengaruh dukungan bisnis terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa dukungan bisnis tidak
berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS. Hal tersebut dibuktikan
dengan nilai t statistik sebesar 0,900 yang lebih kecil dari t tabel yaitu 1,64. Maka,
hipotesis ketiga dalam penelitian ini ditolak, yang berarti bahwa masih banyak
pelaku usaha UMKM yang belum terbuka dengan kondisi atau keadaannya, terlebih
dengan minimnya rekan bisnis yang menjadikan tersumbatnya aliran informasi
10
tentang adanya pembiayaan PLS, sehingga dengan kurang terdukungnya akses
terhadap pembiayaan PLS menjadikan pelaku usaha UMKM lebih memandang
pembiayaan konvensional. Seharusnya melalui dukungan dan keterlibatan rekanan
bisnis memegang peran penting dalam keberhasilan implementasi kegiatan bisnis.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Badaj dan Radi (2017) yang
menyatakan bahwa dukungan bisnis tidak berpengaruh terhadap niat menggunakan
pembiayaan PLS.
3.3.4 Pengaruh Kehilangan kendali terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa kehilangan kendali berpengaruh
terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai
t statistik sebesar 2,284 yang lebih besar dari t tabel yaitu 1,64. Maka, hipotesis
keempat dalam penelitian ini diterima, yang berarti bahwa pada saat terkendala
dengan usaha UMKM yang ditekuni, pastinya tidak menyenangkan dan terjadi
sebagai tanggapan terhadap penurunan omzet pendapatan. Kehilangan kendali
merupakan kondisi dinamis dimana seorang pelaku usaha UMKM dihadapkan
dengan kesempatan, keterbatasan atau tuntutan sesuai dengan harapan dari hasil
yang ingin dia capai dalam kondisi penting dan tidak menentu. Hal inilah yang
menjadi titik balik dalam berproses untuk kembali memulihkan usaha yang
mengalami penurunan, salah satunya dengan mengenali dan memahami konsep
pembiayaan PLS. Pembiayaan PLS yang menawarkan konsep bagi hasil,
seharusnya mampu menarik minat pengusaha UMKM dalam meningkatkan
kegiatan usahanya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Badaj dan
Radi (2017) yang menyatakan bahwa kehilangan kendali berpengaruh terhadap
niat menggunakan pembiayaan PLS.
3.3.5 Pengaruh Akses ke Hutang Konvensional terhadap niat menggunakan
pembiayaan PLS
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa akses ke hutang konvensional
berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS. Hal tersebut dibuktikan
dengan nilai t statistik sebesar 1,982 yang lebih besar dari t tabel yaitu 1,64. Maka,
hipotesis kelima dalam penelitian ini diterima, yang berarti bahwa dengan
terkendalanya akses pengusaha UMKM ke hutang konvensional, akan membuka
11
peluang untuk mengakses pembiayaan PLS. Akses pengusaha UMKM terhadap
lembaga keuangan formal mengalami banyak kendala, seperti masalah agunan,
sistem pembayaran, dan besarnya tanggungan bunga kredit. Dengan konsep bagi
hasil yang ditawarkan oleh pembiayaan PLS akan membuat pengusaha UMKM
beralih pada pembiayaan PLS dari pada konsep pembiayaan konvensional. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Badaj dan Radi (2017) yang
menyatakan bahwa akses ke hutang konvensional berpengaruh terhadap niat
menggunakan pembiayaan PLS.
3.3.6 Pengaruh Kesesuaian Keuangan terhadap niat menggunakan pembiayaan
PLS
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa kesesuaian keuangan tidak
berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS. Hal tersebut dibuktikan
dengan nilai t statistik sebesar 0,228 yang lebih kecil dari t tabel yaitu 1,64. Maka,
hipotesis keenam dalam penelitian ini ditolak, yang berarti bahwa pemberian
kompensasi keuangan yang tidak tepat kepada pengusaha UMKM, tidak dapat
memberikan motivasi kepada seseorang dalam menjalankan bisnis/usaha, sehingga
akan memberikan tekanan kepada mereka. Pada akhirnya kompensasi keuangan
yang diberikan dalam pembiayaan PLS dianggap menjadi tidak sesuai. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian dari Badaj dan Radi (2017) yang
menyatakan bahwa kesesuaian keuangan berpengaruh terhadap niat menggunakan
pembiayaan PLS.
3.3.7 Pengaruh Tahap Pengembangan terhadap Kesesuaian Keuangan
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tahap pengembangan
berpengaruh terhadap kesesuaian keuangan. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai t
statistik sebesar 6,928 yang lebih besar dari t tabel yaitu 1,64. Maka, hipotesis
keenam poin satu dalam penelitian ini diterima, yang berarti bahwa ketika pelaku
usaha UMKM mampu mengembangkan diri dan produknya, tentunya akan
menambah kesesuaian keuangan dalam aktivitas usahanya. Jenis pengembangan
yang dibuat ini adalah pengembangan yang tidak dimaksudkan untuk menguji teori
akan tetapi merupakan pengembangan yang berorientasi untuk menghasilkan atau
mengembangkan dan memvalidasi sebuah produk. Hasil penelitian ini sejalan
12
dengan penelitian dari Badaj dan Radi (2017) yang menyatakan bahwa tahap
pengembangan berpengaruh terhadap kesesuaian keuangan.
3.3.8 Pengaruh Keyakinan Agama terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa keyakinan agama tidak
berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS. Hal tersebut dibuktikan
dengan nilai t statistik sebesar 0,538 yang lebih kecil dari t tabel yaitu 1,64. Maka,
hipotesis ketujuh dalam penelitian ini ditolak, yang berarti bahwa dengan adanya
keyakinan dalam beragama, belum tentu akan menarik minat untuk menggunakan
pembiayaan PLS. adanya ketakutan terhadap keyakinan bahwa semua hal yang
berkaitan dengan lembaga keuangan adalah riba, baik yang konvensional maupun
syariah semua disamaratakan. Juga adanya keyakinan bahwa dengan berserah diri
kepada Tuhan akan terlancarkan aktivitasnya baik secara pribadi maupun yang
berkaitan dengan bisnis, sedangkan Tuhan sudah memerintahkan kepada manusia
untuk berikhtiar dengan usaha dan doa. Tanpa adanya usaha seseorang tidak akan
berkembang, dengan tidak berkembang atau stagnan pastinya akan membuat niat
menggunakan pembiayaan PLS menghilang. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian dari Badaj dan Radi (2017) yang menyatakan bahwa keyakinan
agama berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS.
3.3.9 Pengaruh Keyakinan normatif terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa keyakinan normatif tidak
berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS. Hal tersebut dibuktikan
dengan nilai t statistik sebesar 0,470 yang lebih kecil dari t tabel yaitu 1,64. Maka,
hipotesis kedelapan dalam penelitian ini ditolak, yang berarti bahwa perilaku yang
tergantung pada orang-orang terdekatnya dan lingkungannya, akan menjadikan
sikap yang tidak konsisten untuk pengambilan keputusan dalam usaha/bisnis.
Keyakinan terhadap orang lain bahwa mereka harus melakukan atau tidak
melakukan kegiatan bisnisnya akan membuat ketidakyakinan untuk mengenal dan
menggunakan pembiayaan PLS. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
dari Badaj dan Radi (2017) yang menyatakan bahwa keyakinan normatif
berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS.
13
3.3.10 Pengaruh Efikasi Diri terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa efikasi diri tidak berpengaruh
terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai
t statistik sebesar 1,390 yang lebih kecil dari t tabel yaitu 1,64. Maka, hipotesis
kesembilan dalam penelitian ini ditolak, yang berarti bahwa tanpa adanya
keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan
masalah dalam kegiatan bisnis, pengusaha akan mengalami kesulitan untuk
menyelesaikan masalah bisnisnya, kesulitan tersebut akan menghambat proses
untuk dapat maju. Efikasi diri yang rendah akan menyebabkan penurunan hasil
usaha dan juga pendapatan yang menyebabkan kekhawatiran bila harus
berhubungan dengan lembaga pembiayaan PLS. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian dari Badaj dan Radi (2017) yang menyatakan bahwa efikasi diri tidak
berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS.
3.3.11 Pengaruh Kondisi fasilitas terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa kondisi fasilitas berpengaruh
terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai
t statistik sebesar 4,907 yang lebih besar dari t tabel yaitu 1,64. Maka, hipotesis
kesepuluh dalam penelitian ini diterima, yang berarti bahwa dengan adanya fasilitas
yang mendukung peningkatan kinerja usaha UMKM, para pelaku usaha akan lebih
bersemangat untuk mengembangkan kegiatan usahanya. Peningkatan usaha
pastinya membutuhkan biaya, untuk mendapatkan biaya tersebut adalah dengan
menggunakan kredit pembiayaan pada lembaga keuangan. Pembiayaan PLS telah
menawarkan konsep dan fasilitas yang terkondisikan, tentunya pelaku usaha
tertarik dan berusaha untuk menggunakan pembiayaan tersebut. Semakin lengkap
fasilitas yang ditawarkan pada pembiayaan PLS, maka pelaku usaha UMKM akan
semakin tertarik untuk menggunakan layanan pembiayaan PLS tersebut. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Badaj dan Radi (2017) yang
menyatakan bahwa kondisi fasilitas berpengaruh terhadap niat menggunakan
pembiayaan PLS.
14
3.3.12 Pengaruh Tahap Pengembangan terhadap Niat Menggunakan Pembiayaan
PLS melalui Kesesuaian Keuangan.
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa Tahap Pengembangan tidak
berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS melalui kesesuaian
keuangan. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai t statistik sebesar 1.593 yang lebih
kecil dari t tabel yaitu 1,64. Maka, hipotesis kedua belas dalam penelitian ini
ditolak, yang berarti Perbankan Syariah maupun lembaga keuangan syariah yang
dalam tahap perkembangan tidak akan ada dukungan dari masyarakat dikarenakan
lembaga tersebut belum mampu menjamin kepercayaan dari masyarakat dalam niat
menggunakan pembiayaan PLS. Masyarakat membutuhkan lembaga keuangan
yang kuat, transparan, adil dan berkomitmen membantu meningkatkan
perekonomian dan usaha nasabah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian dari Badaj dan Radi (2017) yang menyatakan bahwa tahap
pengembangan berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS melalui
kesesuaian keuangan.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang sudah dibahas pada bab
sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Biaya berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS. Hal tersebut
ditunjukkan dengan nilai t statistik 1,925 yang lebih besar dari t tabel 1,64.
b. Berbagi risiko berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS. Hal
tersebut ditunjukkan dengan nilai t statistik 2,158 yang lebih besar dari t tabel
1,64.
c. Dukungan bisnis tidak berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan
PLS. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t statistik 0,900 yang lebih kecil dari
t tabel 1,64.
d. Kehilangan kendali berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS.
Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t statistik 2,284 yang lebih besar dari t
tabel 1,64.
15
e. Akses ke hutang konvensional berpengaruh terhadap niat menggunakan
pembiayaan PLS. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t statistik 1,982 yang
lebih besar dari t tabel 1,64.
f. Kesesuaian keuangan tidak berpengaruh terhadap niat menggunakan
pembiayaan PLS. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t statistik 0,820 yang
lebih kecil dari t tabel 1,64.
g. Tahap pengembangan berpengaruh terhadap kesesuaian keuangan. Hal tersebut
ditunjukkan dengan nilai t statistik 6,928 yang lebih besar dari t tabel 1,64.
h. Keyakinan agama tidak berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan
PLS. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t statistik 0,617 yang lebih kecil dari
t tabel 1,64.
i. Keyakinan normatif tidak berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan
PLS. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t statistik 0,722 yang lebih kecil dari
t tabel 1,64.
j. Efikasi diri tidak berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS.
Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t statistik 0,080 yang lebih kecil dari t
tabel 1,64.
k. Kondisi fasilitas berpengaruh terhadap niat menggunakan pembiayaan PLS.
Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai t statistik 4,907 yang lebih besar dari t
tabel 1,64.
l. Tahap pengembangan tidak berpengaruh terhadap niat menggunakan
pembiayaan PLS melalui kesesuaian keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Andina, D. (2015). Pengaruh Kinerja Keuangan dan Faktor Makro Ekonomi
Terhadap Return Saham Sektor Property dan Real Estate (Studi Empiris
Pada Bursa Efek Indonesia 2008-2013). Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Anggelina, Jessvita dan Edwin Japarianto. (2014). Analisis Pengaruh Sikap,
Subjective Norm dan Perceived Behavior Control terhadap Purchase
Intentin Pelanggan SOGO department Store di Tunjungan Plaza Surabaya.
Jurnal strategi Pemasaran 2, no. 1.
16
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Jalaluddin, Rahmat. (2010). Psikologi Agama. Jakarta: Rajawali Pers.
Jogiyanto, H.M. (2007). Sistem Informasi Keprilakuan. Yogyakarta: Andi.
Kreitner, Robert dan Kinicki. (2001). Organizational Behavior. 8th Edition.
Boston: McGraw-Hill.
Mathis, Robert L dan John H Jackson. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Salemba Empat.
Muhammad. (2002). Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syari'ah. Yogyakarta:
UII Press.
Pass, Cristopher. (1997). Kamus Lengkap Ekonomi. Cet. Ke-2. Jakarta: Erlangga.
Riduan, Karim. (2004). Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko. Bandung: Jurnal
Iqtisad.
Robbins, Stephen P. (2001). Perilaku Organisasi: Konsep Kontroversi Aplikasi.
Jilid Pertama. Alih Bahasa: Pearson Educations Asia Pte. Ltd. Jakarta
Penerbit PT. Prenhallindo.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan (Kualitatif, Kuantitatif, dan
R&D). Cet. 23, Bandung: Alfabeta.
Supriyono. (2011). Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga
Pokok. Buku 1, Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
Venkatesh, V., Morris G. M., Gordon B . Davis, F.D. (2012). User acceptance of
information technology: Toward a unified view. MIS Q., vol. 27, no. 3, pp.
425–478, 2003.
Adawiyah, W. R. (2014). Faktor Penghambat Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM): Studi di Kabupaten Banyumas. JKMP (Jurnal
Kebijakan Dan Manajemen Publik), 2(2), 165.
Badaj, F., & Radi, B. (2018). Empirical investigation of SMEs’ perceptions towards
PLS financing in Morocco. International Journal of Islamic and Middle
Eastern Finance and Management, 11(2), 250–273.
https://doi.org/10.1108/IMEFM-05-2017-0133
Budiono, A. (2017). Penerapan Prinsip Syariah Pada Lembaga Keuangan Syariah.
Law and Justice, 2(1), 54–65. https://doi.org/10.23917/laj.v2i1.4337
Lauria, A., Rodrigues, D. C., Sato, F. R. L., & Moreira, R. W. F. (2014).
Biomechanical strength analysis of mini anchors for the temporomandibular
joint. Oral and Maxillofacial Surgery, 18(4), 425–430.
https://doi.org/10.1007/s10006-013-0431-4
Putra, A. (2016). Peran UMKM dalam Pembangunan dan Kesejahteraan
17
Masyarakat Kabupaten Blora. Jurnal Analisa Sosiologi, 5(2), 227635.
Yahya, M., & Agunggunanto, E. Y. (2012). Teori Bagi Hasil (Profit and Loss
Sharing) Dan Perbbankan Syariah Dalam Ekonomi Syariah. Jurnal
Dinamika Ekonomi Pembangunan, 1(1), 65.
https://doi.org/10.14710/jdep.1.1.65-73
Yoon, C. (2011). Theory of Planned Behavior and Ethics Theory in Digital Piracy:
An Integrated Model. Journal of Business Ethics, 100(3), 405–417.
https://doi.org/10.1007/s10551-010-0687-7