Analisis Glikuidone

Embed Size (px)

Citation preview

1 Analisis Kualitas Tablet Antidiabetes dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UltravioletNatalia Debora Panggabean dan Dr.Drs.Adi Santoso, M.Si Program Keahlian Analisis Kimia Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor (Mei 2011) ABSTRACT Quality analysis of gliquidone tablet performed as a condition of release products that include physical and chemical analysis of tablets. Analysis of physical conditions include odor, color, features, dimensions, hardness of tablets and Loss on Drying (LOD). Identification of active substances and compounds degradation products in tablets using Thin Layer Chromatography (TLC) method while the determination of the active ingredient (gliquidone) in tablets using Ultraviolet Spectrophotometry method. Samples were tested in accordance with all specifications set out both physically and chemically. Identification by TLC spot obtained gliquidone standard is identical with the sample spot and no spot AR-DF 26-sulfonamide were formed on TLC plates were detected under ultraviolet light. Gliquidone contained in the tablet sample 110400xx was 30.48 mg/tablet and 30.69 mg/tablet in sample 110401xx. Keyword : Antidiabetic, Gliquidone, Thin Layer Chromatography, UV Spectrophotometry

Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) penyakit kronik yang tidak menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal apabila pengelolaannya tidak tepat. Penderita diabetes biasanya akan sering mengalami kondisi hiperglikemia (kadar gula dalam darah meningkat) atau hipoglikemia (kadar gula darah menurun). Terapi yang paling banyak digunakan adalah terapi obat secara oral. Sampel uji merupakan antidiabetika oral produksi PT.Boehringer Ingelheim Indonesia dengan kandungan bahan aktif glikuidon sebesar 30 mg. Keseluruhan uji tersebut dilakukan untuk memastikan kualitas produk yang sampai ke konsumen yang berpengaruh juga terhadap fungsi dan khasiat produk tersebut. Analisis kualitas sediaan tablet secara fisik maupun kimia yang dilakukan sebagai syarat penting dalam pelulusan produk untuk dipasarkan, meliputi analisis kondisi fisik dan kimia tablet. Analisis kondisi fisik meliputi bau, warna, ciri, dimensi, kekerasan tablet dan Loss on Drying (LOD). Analisis sifat kimia tablet meliputi identifikasi glikuidon dan senyawa degradasinya dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) serta penentuan kadar glikuidon dengan Spektroskopi UV. Tujuan Percobaan bertujuan menentukan kualitas obat antidiabetes produksi PT.Boehringer Ingelheim Indonesia meliputi analisis kondisi fisik tablet, identifikasi tablet dengan Kromatografi Lapis Tipis dan penentuan kadar glikuidon dalam sediaan tablet dengan Spektrofotometri Ultraviolet. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan ialah neraca analitik, alat-alat gelas, microsyringe 25 L, kuvet gelas 1 cm, ultrasonic cleaner, rak tabung, dan spektrofotometer UV-Vis. Bahan-bahan yang digunakan ialah sampel tablet antidiabetes, petroleum eter, etilena klorida, etanol, metanol, metilena klorida, silica Gel GF254, standar Glikuidon (AR-DF 26-SE), standar AR DF 26 SE Sulfonamida (AR-DF 26STEPX). Prosedur Penentuan Dimensi dan Kekerasan Tablet Instumen yang digunakan untuk mengukur dimensi (ketebalan dan diameter) dan kekerasan tablet adalah Erweka Dimension and Hardness Tester, sebanyak 10 sampel tablet antidiabetik di ukur dimensi dan kekerasannya dengan instrumen ini, hasil yang terlihat pada monitor dicatat dan dihitung rerata dan kisaran pengukuran, dibandingkan dengan

standar dimensi dan kekerasan yang tercantum pada lembar spesifikasi produk. Pengukuran Keseragaman Bobot Sampel tablet disiapkan sebanyak 20 tablet lalu di timbang satu per satu dan di hitung rerata bobot tablet, ditentukan bobot maksimum dan minimun tablet beserta persentasenya, standar deviasi pengukuran serta %RSD. Penentuan LOD (Loss on Drying) Cawan petri yang bersih di timbang dan di catat bobot kosongnya. Sampel tablet antidiabetes sebanyak 10 tablet di gerus halus dengan mortar, kemudian sebanyak 2 gram sampel serbuk tersebut di timbang ke dalam cawan petri dan di catat bobotnya. Cawan yang berisi sampel lalu dipanaskan dalam oven dengan suhu 105oC selama 3 jam. Bobot cawan dan sampel setelah di panaskan kemudian di timbang dan di hitung bobot yang hilang selama pemanasan (Loss in Drying). Identifikasi Glikuidon dan ARDF26Sulfonamida dengan KLT Pelarut yang digunakan adalah campuran metanol dan metilena klorida (1:1) disiapkan sebanyak 50 ml. Eluen (fasa gerak) yang digunakan adalah petroleum eter:etilena klorida:etanol (50:35:15) disiapkan dengan mencampurkan 50 ml petroleum eter, 35 ml etilena klorida dan 15 ml etanol ke dalam gelas piala 100 ml. Eluen dimasukkan ke dalam bejana kromatografi dan bejana ditutup, dijenuhkan dengan uap eluen. Sebanyak 160 mg sampel, 20 mg standar glikuidon dan AR-DF 26-Sulfonamida masing-masing dimasukkan ke dalam tabung sentrifusa lalu ditambahkan 10 ml pelarut dan diaduk kuat. Sebanyak 1 ml larutan standar glikuidon dan 0,1 ml standar AR-DF 26-Sulfonamida masing-masing dipipet ke dalam tabung sentrifusa yang baru dan di tambahkan 10 ml pelarut lalu diaduk kuat, larutan ini digunakan sebagai standar B. Larutan standar dan sampel masing-masing di totolkan sebanyak 25L dengan mycrosyringe pada garis start yang dibuat pada silika G60 F254. Plat lalu dikeringkan dan dimasukkan ke dalam bejana kromatografi lalu dibiarkan sampai eluen mencapai garis akhir. Deteksi dilakukan di bawah lampu UV 254 nm. Pengukuran Kandungan Glikuidon dalam Tablet dengan Spektrofotometri Ultraviolet (UV) Larutan stok standar dibuat dengan dilarutkan 50,48 mg AR-DF 26-SE ke dalam 100 ml metanol. Deret standar dibuat

2dengan di pipet 5, 10, 15, 20 dan 25 ml larutan stok ke dalam labu takar 50 ml dilarutkan dengan metanol. Sampel sebanyak 20 tablet di gerus halus. Larutan sampel dibuat dua ulangan masing-masing ditimbang sekitar 400 mg serbuk tablet glikuidon ke dalam labu takar 100 ml dan di tambahkan sekitar 70 ml metanol. Labu takar tersebut lalu di letakkan di atas ultrasonic clener selama 15 menit lalu ditera dengan metanol. Larutan disentrifugasi selama 15 menit dengan keceparan 4000 rpm. Larutan masing-masing di pipet sebanyak 10 ml ke dalam labu takar 50 ml kemudian di tera dengan metanol dan di homogenkan. Spektrum absorbansinya standar diukur dari panjang gelombang 280 nm sampai 360 nm, panjang gelombang maksimum yang di dapat digunakan untuk mengukur absorbansi deret standar dan sampel. Kurva standar dibuat dan di tentukan regresi linearnya, kemudian persamaan tersebut digunakan untuk menentukan konsetrasi glikuidon dalam tablet glikuidon (sampel uji). Hasil dan Pembahasan Analisis Kondisi Fisik Tablet Tablet antidiabetes yang dianalisis adalah tablet dengan bahan aktif glikuidon dan kode produksi 110400xx dan 110401xx. Parameter fisik yang selalu diuji dalam analisis kualitas untuk pelulusan produk ialah bentuk dan penandaan tablet, bau, warna, diameter, ketebalan, kekerasan dan keseragaman bobot tablet. Bentuk dan penandaan tablet antidiabetes yang didapat ternyata sesuai dengan spesifikasi yang ada yaitu bulat datar dengan logo Boehringer Ingelheim pada salah satu sisinya dan kode 57C sebagai kode untuk tablet glikuidon. Tablet tidak berbau dan berwarna putih. Pengukuran kekerasan tablet dilakukan dengan memberikan sejumlah gaya (dalam satuan Newton) pada tablet, jumlah gaya yang mampu menghancurkan tablet ialah ukuran kekerasan untuk tablet tersebut. Diameter dan ketebalan tablet diharuskan sebesar 9,0 mm dan 3,0 mm dengan kekerasan sebesar 20 Newton sesuai spesifikasi produk (Boehringer Ingelheim 1983). Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa dimensi dan kekerasan tablet sesuai dengan spesifikasi yang ada yaitu diameter tablet berkisar antara 9,06-9,07 mm, ketebalan 2,973,02 mm dan kekerasan tablet 48-75 Newton. Pengujian ini diperlukan sebagai parameter keseragaman bentuk visual tablet. Tablet yang baik tentunya harus memiliki bentuk dan ukuran yang sesuai sehingga mudah dikonsumsi pasien, dengan kata lain, tablet tidak terlalu besar dan tidak terlalu tebal untuk di telan oleh pasien serta tidak terlalu keras sehingga dapat hancur, larut dan diserap dengan baik oleh tubuh. Pengukuran keseragaman bobot tablet dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif bahwa dosis bahan aktif (glikuidon) yang ada pada tablet sama. Deviasi bobot yang diijinkan untuk tablet glikuidon ini yaitu sebesar 15% untuk pengujian terhadap 20 tablet. Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa keseragaman bobot tablet cukup baik dengan bobot tablet rata-rata sekitar 237,70-239,85 mg dan %RSD hanya berkisar 0,001% sampai 0,004% saja, dengan demikian secara kualitatif disimpulkan bahwa glikuidon yang terdapat dalam tablet juga dengan dosis yang seragam. Analisis LOD (Loss on Drying) Tablet Penentuan bobot yang hilang saat pemanasan (Loss on Drying), prosedur analisis ini sama dengan prosedur penentuan kadar air dalam suatu bahan, yaitu dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam (Winarno 1997). Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Bobot yang hilang selama pemanasan ini diharuskan kurang dari 7% (Boehringer Ingelheim 1983). Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa LOD sampel cukup baik baik yaitu 1,1775% untuk sampel 110400xx dan 1,7975% untuk sampel 110401xx seperti yang dicantumkan pada tabel berikut : Tabel 4 Hasil Penentuan LOD (Lost on Drying) tablet AntidiabetesKode Produksi 110400xx 110401xx Cawan Kosong 12,9439 18,5114 Bobot (g) Sampel Awal 2,0043 2,0028 Setelah Pemanasan 14,9246 20,4782 LOD 1,1775 % 1,7975 %

Identifikasi Glikuidon dan ARDF26Sulfonamida dengan KLT Analisis kualitatif glikuidon dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis untuk mengidentifikasi dan memastikan bahwa zat yang terkandung dalam tablet antidiabetes tersebut adalah glikuidon. Hal ini dibuktikan dengan kesamaan jarak tempuh spot sampel dengan spot standar yang terlihat pada nilai Rf yang dihasilkan. Berdasarkan struktur kimianya glikuidon diketahui cenderung bersifat nonpolar. Keberadaan gugus karbonil dalam struktur glikuidon membuat glikuidon dapat larut dalam air (senyawa polar lainnya) walaupun dalam nisbi yang sedikit. Gugus karboksil keton (dalam gugus kuinolil glikuidon) memiliki ikatan yang bersifat polar karena interaksi dipol-dipol sehingga sifatnya hidrofilik. Namun struktur kimia glikuidon yang didominasi oleh cincin heterosiklik yang mengandung gugus amina dan rantai karbon yang panjang membuat glikuidon cenderung bersifat nonpolar dan larut dalam suasana basa (karena keberadaan basa dari nitrogen pada gugus amina dalam struktur glikuidon). Pelarut yang digunakan adalah campuran metanol dan metilena klorida (1:1) Campuran tersebut digunakan untuk mengekstrak karena metanol diketahui merupakan pelarut organik yang kuat yang mampu melarutkan unsur-unsur bioaktif (Lazuardi 2006) sehingga baik untuk digunakan sebagai pengekstrak glikuidon dari sampel tablet antidiabetes. Fasa gerak yang digunakan adalah petroleum eter : etilena klorida : etanol dengan perbandingan 50:35:15 yang sifatnya cenderung nonpolar. Kemurnian eluen harus diperhatikan untuk menghindari kemungkinan berinteraksinya pengotor dengan sampel saat proses elusi berlangsung. Fasa diam (stasioner) yang digunakan adalah plat silika G60F254 yang sifatnya cenderung lebih polar. Eluen yang telah dibuat kemudian dimasukkan ke dalam bejana kromatografi dan dijenuhkan dengan uap eluen. Penjenuhan dilakukan untuk memastikan bahwa atmosfer dalam bejana penuh dengan uap eluen sehingga proses elusi berjalan lebih cepat. Senyawa yang dicuplikan (ditotolkan) pada plat KLT yaitu standar glikuidon (AR-DF 26-SE), standar AR-DF 26StepX dan larutan sampel yang telah disiapkan sebelumnya. Pencuplikan sampel dan standar dilakukan dengan perlahan agar spot yang terbentuk cukup tebal namun tidak terlalu lebar. Pencuplikan spot pada garis awal yang berlebihan dapat memberikan tendensi penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak setimbang lainnya sehingga nilai Rf yang dihasilkan pun tidak sesuai (salah). Elusi dijalankan dengan memasukkan plat KLT ke dalam bejana, deteksi spot yang terbentuk di bawah lampu UV 254 nm karena kemampuan glikuidon menyerap sinar ultraviolet karena adanya gugus aromatik dan organik dalam struktur kimianya. Berdasarkan percobaan dibuktikan bahwa senyawa yang terdapat dalam tablet antidiabetes adalah glikuidon, terlihat dari kesamaan spot standar glikuidon dengan spot sampel yang terbentuk pada plat KLT di bawah lampu UV. Nilai Rf sampel sama dengan nilai Rf standar glikuidon (ARDF 26-SE), seperti yang terdapat pada tabel berikut ini :

3Tabel 5 Identifikasi Glikuidon dalam Tablet Antidiabetes dengan KLT Jarak Jarak Larutan Eluen Rf Spot (cm) (cm) Standar A 16,00 11,80 0,74 (AR-DF 26-SE) Standar B 16,00 11,70 0,73 (AR-DF 26-SE) Standar AR-DF 2616,00 10,25 0,64 Sulfonamida Sampel 110400xx 16,00 11,80 0,73 Sampel 110401xx 16,00 11,75 0,73 Spot senyawa degradasi glikuidon yaitu AR-DF 26Sulfonamida spotnya berada sedikit di bawah spot glikuidon, dengan kata lain, interaksi glikuidon dengan fasa gerak lebih banyak daripada AR-DF 26-Sulfonamida. Hal tersebut menunjukkan bahwa sifat AR-DF 26-Sulfonamida cenderung lebih polar daripada glikuidon karena AR-DF 26-Sulfonamida lebih terikat kuat pada silika (polar) dibanding glkuidon. Secara kualitatif hasil ini cukup baik karena tidak terbentuk spot ARDF 26-Sulfonamida pada sampel, yang menunjukkan bahwa secara semikualitatif tidak terdapat produk degradasi tersebut dalam sampel. Penentuan Kadar Glikuidon dengan Spektrofotometri UV Analisis kuantitatif glikuidon dalam tablet antidiabetes digunakan instrumen spektrofotometer ultraviolet berkas ganda yang memanfaatkan panjang gelombang 200-400 nm. Glikuidon merupakan senyawa sulfonilurea yang mempunyai gugus fungsi organik didalam struktur kimianya yaitu gugus karbonil, selain itu juga terdapat gugus aromatik, yang keduanya memiliki serapan pada daerah panjang gelombang ultraviolet. Spektrum absorbansi glikuidon digunakan untuk mendapatkan panjang gelombang maksimum dari glikuidon. Berdasarkan spektrum absorbansi tersebut didapatkan bahwa panjang gelombang maksimum untuk pengukuran glikuidon yaitu 310 nm, selanjutnya pengukuran kuantitatif glikuidon akan dilakukan pada panjang gelombang tersebut agar didapatkan kepekaan dan ketelitian pengukuran yang tinggi. Standar dan sampel dibuat dengan perlakuan yang sama, namun konsentrasi standar diketahui dengan pasti dan dibuat dalam variasi konsentrasi yaitu 50,48 ppm, 100,96 ppm, 151,44 ppm, 201,92 ppm dan 252,40 ppm. Blangko yang digunakan adalah metanol karena pelarut yang digunakan adalah metanol. Pemilihan metanol sebagai pelarut dalam analisis ini selain karena metanol merupakan pelarut organik yang kuat (seperti yang telah dijelaskan sebelumnya), metanol juga relatif transparan terhadap daerah spektrum radiasi yang digunakan untuk pengukuran dengan nilai cut off 210 nm jauh di bawah panjang gelombang pengukuran (310 nm). Larutan deret standar digunakan untuk membuat kurva standar sehingga didapatkan regresi linear yang akan digunakan dalam perhitungan untuk mendapatkan konsentrasi glikuidon dalam sampel. Berikut ini merupakan hasil pengukuran serapan standar glikuidon pada panjang gelombang 310 nm serta plot serapan dan konsentrasinya pada kurva standar : Tabel 6 Pengukuran Absorbansi Standar AR-DF 26-SE (Glikuidon) V standar (ml) Konsentrasi (ppm) Absorbansi 5 50,48 0,252 10 100,96 0,514 16 151,44 0,760 20 201,92 1,011 25 252,40 1,258 Gambar 1 Kurva Standar Glikuidon pada panjang gelombang 310 nm Berdasarkan kurva standar didapatkan persamaan y = 0,0063 + 0,005x dengan nilai r2=0,9999 yang menunjukkan bahwa kurva standar dan kelinearan yang didapat baik karena nilai simpangannya yang sangat kecil, nilai r2 yang baik adalah mendekati 1,000. Sampel dianalisis duplo dengan hasil sebagai berikut : Tabel 7 Penentuan kandungan Glikuidon dalam sampel Tablet Antidiabetes Bobot [ ] Sampel sampel Abs mg/tab (ppm) (mg) 110400xx-1 400,4 0,537 106,14 31,58 110400xx-2 400,2 0,501 98,94 29,38 Rerata : 30,48 110401xx-1 401,8 0,503 99,34 29,65 110401xx-2 400,3 0,536 105,94 31,74 Rerata : 30,69 Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa pada sampel 110400xx terdapat glikuidon sebesar 30,48 mg dalam setiap tablet antidiabetes yang diuji sedangkan pada sampel 110401xx terdapat glikuidon sebesar 30,69 mg/tablet. Hasil analisis yang diperoleh sangat baik karena masuk dalam spesifikasi kadar glikuidon yang ditetapkan per tabletnya yaitu 27,9-32,1 mg/tablet (Boehringer Ingelhem 1983).

SIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa kualitas tablet glikuidon sebagai antidiabetes cukup baik karena dari keseluruhan parameter yang diuji meliputi analisis bentuk, warna, bau, penandaan, ketebalan, diameter, kekerasan, keseragaman bobot tablet, LOD, identifikasi tablet KLT dan penentuan kadar glikuidon dengan spektrosfotometri UV, semuanya memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. DAFTAR PUSTAKA Adnyana IK, et.al. 2004. Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.). Bandung : Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004 43 Arayne MS, et.al. 2006. Spectrophotometric Method for Quantitative Determination of Gliquidone in Bulk Drug, Pharmaceutical Formulations and Human Serum. Pakistan : Pak. J. Pharm. Sci., 2006, Vol.19(3), 182-185 Arayne MS, et.al. 2010. Validated RP-HPLC Method for Quantitation of Gliquidone in Pharmaceutical Formulation and Human Serum. Pakistan : Journal Chil. Chem. Soc., 55, No.2, 156-158

4Boehringer Ingelheim 1983. Test Spesification of Finish Product. Jerman : Boehringer GmbH Boehringer Ingelheim 2006. Leaflet of Gliquidone Tablet. Jerman : Boehringer GmbH BPOM. 2010. Antidiabetika Oral dalam InfoPOM Volume XI No.5. Jakarta : BPOMRI DEPKES RI, 2005. Pharmaceuticalcare untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI Harvey D, 2000. Modern Analytical Chemistry. USA : McGraw-Hill Companies Hastomo AE, 2008. Analisis Rhodamin B dan Metanil Yellow Dalam Jelly di Pasar Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis [skripsi] Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Hindustan A, et.al. 2010. Preparation and evaluation of sustained release matrix tablets of gliquidone based on combination of natural and synthetic polymers. India : Journal of Advanced Pharmaceutical Research 2010, 1(2), 108-114. Indari. 2010. Peranan Asam Lipoat pada Diabetes Mellitus Tipe 2 [skripsi] Manado : Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Khopkar SM. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Saptorahardjo, Penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Terjemahan dari: Basic Concepts of Analytical Chemistry. Lazuardi M, 2006. Aktifitas Antiproliferatif Ekstrak Metanol Daun Benalu Duku (Dendrophtoe Sp) Terhadap Sel Mieloma secara In Vitro. Surabaya : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Sastrohamidjojo,H 2001. Spektroskopi. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta. Sastrohamidjojo,H 2002. Kromatografi. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta. Studiawan H, Santosa MH, 2005. Uji Aktivitas Penurun Kadar Glukosa Darah Ekstrak Daun Eugenia polyantha pada Mencit yang Diinduksi Aloksan. Surabaya : Media Kedokteran Hewan Vol. 21, No. 2, Mei 2005, 62:65 Sustrani L. 2006. Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Underwood AL, Day RA. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Ed.ke-6. Sopyan I; penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Quantitative Analysis, sixth edition. Winarno, SG 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Wulandari, A. 2009. Evaluasi Pemilihan Obat Antidiabetes pada Penderita Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Tahun 2008 [Skripsi] SURAKARTA : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Zuhrotun A, 2007. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Bentuk Bulat. [karya ilmiah] Bandung : Universitas Padjadjaran Fakultas Farmasi