Upload
anita-ray-suryaningtyas
View
645
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
Analisis Gula Reduksi (metode Lane-Eynon)
Perhitungan :
Gula Pereduksi (%) = (Vo−Vs ) x G x Ts x F x100
T xW
Dimana :
Vo = volume larutan glukosa standar untuk titrasi larutan fehling (ml)
Vs = volume larutan glukosa standar untuk titrasi contoh
G = konsentrasi larutan gula standar (g/ml)
Ts = volume contoh total dari persiapan contoh (ml)
T = volume contoh yang diperlukan untuk titrasi (ml)
W = berat contoh (g)
F = faktor pengenceran
Analisis Gula Reduksi (Metode Nelson-Somogi)
Metode ini digunakan untuk menentukan gula reduksi dalam bahan padat
atau cair. Metode ini didasarkan pada reaksi reduksi pereaksi tembaga sulfat
oleh gula-gula pereduksi. Gula pereduksi mereduksi pereaksi tembaga (II) basa
menjadi tembaga (I) oksida dengan arsenomolibdat membentuk senyawa
komplek berwarna.
Perhitungan :
Kandungan gula pereduksi dalam contoh ditentukan dengan
menggunakan kurva standar (hubungan antara konsentrasi gula standar dengan
aabsorbans) dan memperhitungkan pengenceran yang dilakukan.
Analisis Gula Reduksi
Apabila kandungan gula pereduksi diketahui, maka kandungan
gula non-pereduksi dapat ditentukan sebagai selisih antara kadar total
gula dengan kadar gula pereduksi.
Total gula = gula pereduksi + gula non-reduksi
Analisis Total Pati, Amilosa, Amilopektin
Kandungan pati dalam bahan pangan dapat ditentukan secara
volumterik/titrimetri atau kolorimetri. Menentukan total pati dengan cara
menghidrolisis pati secara sempurna menjadi glukosa. Cara hidrolisis pati ada
dua, yaitu :
1. perlakuan asam : memecah ikatan glikosidik yang menghubungkan antar
glukosa
2. secara enzimatis : enzim memecah molekul-molekul amilosa dan amilopektin
menjadi gula sederhana.
Kandunga glukosa dapat ditentukan menggunakan metode penetapan
gula seperti metode anthrone, metode fenol, metode lane-eynon, metode nelson-
somogyi. Kandungan pati ditentuka oleh faktor pengali 0,9, kandungan pati
adalah kandungan glukosa x 0,9. Kandungan amilosa ditentukan berdasarkan
kemampuan amilosa untuk bereaksi dengan senyawa iod menghasilkan komples
senyawa biru. Intensitas warna biru tergantung pada kadar amilosa dan dapat
ditentukan secara spektrofotometri. Kandungan amilosa ditentukan sebagai
selisih antara kandungan pati dengan amilosa.
Pati = amilosa + amilopektin
Prosedur Kerja Analisis Pati
1. Persiapan contoh
Sebanyak 2-5 g contoh padat atau cair kedalam gelas.
Tambahkan ke dalam gelas piala sebanyak 50 ml alkohol 80%
aduk selama 1 jam. Saring suspensi yang terbentuk dengan
kertas saringdan cuci dengan air sampai volume filtrat 250 ml.
Cuci residu dengan 10 ml eter (sebanyak 5 kali). Kemudian cuci
lagi dengan 150 ml alkohol 10%.
2. Analisis contoh
Filtrat yang diperoleh dari persiapan contoh dianalisis
kadar glukosa dengan menggunakan analisi gula perduksi.
3. Perhitungan
Berat pati dalam contoh diperoleh dengan mengalikan
berat glukosa dengan 0,9. Angka 0,9 adalah faktor konversi untuk
pembentukan glukosa dari hidrolisis pati.
Prosedur kerja analisis amilosa
1. Pembuatan kurva standar
40 mg amilosa murni dimasukkan kedalam tabung reaksi,
menambahkan 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1 N. Panaskan
tabung reaksi dalam air mendidih sampai semua amilosa
membentuk gel. Setelah dingin, pindahkan campuran secara
kuantitatif kedalam labu takar 100 ml dan tepatkan dengan air
sampai tanda tera. Pipet gel amilosa kedalam labu takar 100 ml.
Tambahkan asam asetat 1 N, kemudian tambahkan masing-
masing 2 ml larutan iod. Tepatkan larutan dengan air hingga tanda
tera. Setelah didiamkan selama 20 menit, ukur absorbans dari
intensitas warna biru dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 625 nm. Buat kurva standar sebaga hubungan antara
kadar amilosa (sumbu x) dengan absorbans (sumbu y).
2. Analisis Contoh
Timbang sebanyak 100 mg contoh dan masukkan kedalam
tabung reaksi, tambahkan 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1 N.
Panaskan tabung reaksi selama 10 ml. Setelah didinginkan
masukkan pasta pati dalam labu takar 100 ml, tera menggunakan
air.
3. Perhitungan
Kadar amilosa (%) = C x v xFP x100
W
Dimana :
C = konsentrasi amilosa contoh dari kurva standar
V = volume akhir contoh
FP = faktor pengenceran
W = berat contoh
Analisis Karbohidrat Yang Tidak Dapat Dicerna
Analisis karbohidrat yang tidak dapat dicerna dibagi menjadi dua yaitu
analisis serat kasar dan analisis serat makanan. Analisis serat kasar ditentukan
dari residu setelah contoh diperlakukan dengan asam dan basa kuat. Serat
makanan ditentukan berdasarkan kadar acid detergent fiber dan neutral
detergent fiber. ADF terdiri dari selulosa dan lignin, dan sebagian kecil
hemiselulosa dan substansi pekat . NDF terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan
lignin.
Analisis Serat Kasar
Serat kasar merupakan residu dari bahan makanan yang telah
diperlakukan dengan asam dan alkali mendidih. Serat kasar terdiri dari
selulosa, sedikit lignin dan pentosa.
Perhitungan
Kadar serat kasar (g/100 g contoh) = W 2−W 1W
x 100
Dimana :
W2 = berat residu dan kertas saring yang telah dikeringkan (g)
W1 = berat kertas saring
W = berat contoh yang dianalisis
Analisi Serat Makanan (Dietary Fiber)
Analisis ADF (Acid Detergent Fiber)
Dengan mengekstrak contoh dengan larutan ADF (setiltrimetil
amonium bromida dalam H2SO4 1 N) sehingga seluruh komponen selain
ADF larut. Komponen yang tidak larut disaring, dikeringkan, ditimbang,
dan dikoreksi dengan kandungan mineral yang ada dalam komponen.
Kadar ADF dinyatakan sebagai selisih antara berat residu kering setelah
perlakuan dengan larutan ADF dengan berat abu dibagi dengan berta
awal contoh.
Analisis NDF (Neutural Detergent Fiber)
Dengan mengekstrak contoh dengan larutan NDF sehingga
seluruh komponen selain komponen NDF larut. Komponen yang tidak
larut disaring, dikeringkan, ditimbang dan dikoreksi dengan kandungan
mineral yang ada dalam komponen. Sampel yang mengandung pati
dihidrolisis dengan enzim alfa amilase. Kadar NDF dinyatakan sebagai
selisih antara berat residu kering setelah perlakuan dengan larutan NDF
dengan berat abu dibagi dengan berta awal contoh.
Analisis Lignin
Dengan mengekstrak contoh dengan larutan ADF sehingga
seluruh komponen selain selulosa dan lignin larut. Selulosa yang ada
dalam residu kemudian dihidrolisis dengan H2SO4 72% sehingga
tertinggal dalam residu hanya lignin. Residu disaring,dikeringkan,
ditimbang, dan dikoreksi dengan mineral yang ada dalam komponen.
Kadar lignin dinyatakan sebagai selisih antara berat residu kering
mengandung lignin dengan berat abu dibagi dengan berat awal contoh.
Analisis Substansi Pektat
Metode spektrofotometri didasarkan atas reaksi antara O-
hidroksidifenil dengan anhidrogalakturonat menghasilakn warna yang
dapat diukur pada panjang gelombang 520 nm. Subtansi pektat
dihidrolisis dengan enzim pektinase, asam galakturonat.
Metode gravimetri, pektin yang telah diekstrak dari contoh
disaponifikasi dengan alkali dan diendapkan sebagai kalsium pektat
dengan menambahkan kalsiumklorida dalam suasana asam. Endapan
kalsium pektat dicuci sampai bebas klorida, kemudian dikeringkan dan
ditimbang beratnya.